Dokumen tersebut membahas tentang lahan kering di Indonesia. Secara umum, lahan kering didefinisikan sebagai lahan yang tidak pernah tergenangi air sepanjang tahun. Dokumen ini menjelaskan jenis-jenis lahan kering di Indonesia beserta karakteristiknya, data luasan lahan kering, manfaat, prinsip pengelolaannya, upaya yang dilakukan, dampak perubahan iklim, serta peraturan yang berlaku.
1. LAHAN
KERING
Group 4:
Citra Tuz Jannah
Bagas Phamungka
Danil
Riani Sagala
Risky Lestari
Suhaiba Siregar
Timoteus Gultom
Sari Ramadhani
2. POINT PEMBAHASAN
JENIS LAHAN KERING DI INDONESIA
DATA LAHAN KERING
MANFAAT LAHAN KERING
PRINSIP PENGELOLAAN LAHAN KERING
UPAYA PENGELOLAAN LAHAN KERING
DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP LAHAN KERING DI INDONESIA
PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN TENTANG LAHAN KERING
3. PENGERTIAN LAHAN KERING
Lahan kering secara umum didefinisikan sebagai
suatu hamparan lahan yang tidak pernah digenangi
atau tergenang air pada sebagian besar waktu
dalam setahun
4. LAHAN KERING secara
umum didefinisikan sebagai
suatu hamparan lahan yang
tidak pernah digenangi atau
tergenang air pada sebagian
besar waktu dalam setahun
6. Lahan Kering Dataran Rendah Iklim Basah
Tanah ini dikenal sebagai
tanah masam, dengan ciri
utama pH masam, kadar Al
tinggi, fiksasi P tinggi,
sementara kandungan
basa-basa dapat tukar dan
KTK rendah
Umumnya tanah ini telah
berkembang lanjut dan telah
mengalami proses
pelapukan dan pencucian
hara (kation-kation basa)
secara intensif
Didominasi oleh tanah
Podsolik Merah Kuning
atau termasuk Ultisols,
Oxisols, dan Inceptisols
berdasarkan Soil
Taxonomy
7. Lahan Kering Dataran Rendah Iklim Kering
Tanah berkembang dari
bahan induk batukapur,
batugamping, sedimen
dan bahan volkanik
dengan tingkat pencucian
basa tergolong rendah,
sehingga mengandung
basa-basa dengan
kejenuhan basa > 60%
(eutrik)
Secara umum lahan ini
mempunyai tingkat
kesuburan lebih baik
dibandingkan lahan kering
beriklim basah.
pH tanah netral dan
cenderung agak alkalis,
bahkan pada tanah-tanah
dengan bahan induk
batugamping atau
batukapur pH > 7,5
(alkalis).
didominasi oleh tanah
Inceptisols, Alfisols,
Mollisols, Entisols, dan
Vertisols
8. Lahan Kering Dataran Tinggi Iklim Basah
Di daerah volkan,
ditemukan Andisols
dengan tekstur lebih kasar
dan warna lebih hitam
Sayuran banyak
diusahakan pada lahan
berlereng curam (> 25%),
tanpa usaha konservasi
yang memadai, sehingga
proses erosi sulit dihindari.
Kualitas lahan Andisols
lebih baik dibandingkan
Ultisols, Oxisols atau
Inceptisols, sehingga
banyak diusahakan untuk
tanaman sayuran dataran
tinggi (> 700 m dpl),
seperti tomat, wortel,
kentang, dan aneka
sayuran daun
didominasi oleh tanah
Ultisols, Oxisols, dan
Inceptisols, yang
mempunyai reaksi tanah
masam dan umumnya
berada pada lereng yang
curam
9. Lahan Kering Dataran Tinggi Iklim Kering
Sebaran dan luasannya
terbatas, umumnya di
Jawa Timur, Bali, dan Nusa
Tenggara
Tanah umumnya dangkal,
berbatu dan banyak
singkapan batuan,
diusahakan untuk tanaman
sayuran dan tanaman
tahunan, namun pilihan
komoditasnya lebih
terbatas karena tanahnya
dangkal dan berbatu.
Tanah berkembang dari
bahan induk batukapur
dan sedimen berkapur
menghasilkan tanah
dengan pH netral sampai
alkalis
Didominasi oleh tanah
Alfisols, Inceptisols,
Mollisols dan Andisols
dengan tingkat kesuburan
yang lebih baik
12. Pulau
Potensi Lahan
TotalTanaman
Pangan (TP)
Tanaman
Sayuran (TS)
Tanaman
Tahunan (TT)
Pengembalaan
Ternak (PT)
Sumatera 10.812.354 40.203 17.703.303 - 28.555.860
Jawa 1.909.124 1.008.677 5.868.687 - 8.786.487
Bali dan Nusa
Tenggara
1.139.258 44.449 2.515.790 586.335 4.285.831
Kalimantan 7.333.249 - 22.940.823 206.452 30.480.524
Sulawesi 1.905.998 26.974 6.190.556 996.285 9.119.813
Maluku 824.533 5.194 3.689.136 560.256 5.079.119
Papua 5.468.840 - 7.808.768 67.434 13.345.042
Indonesia 29.393.356 1.125.497 66.717.062 2.416.761 99.652.676
% 29,50 1,13 66,95 2,43 100,00
13. Dari luas lahan kering di Indonesia yang
mencapai 144,47 juta ha, sekitar 99,65
juta ha (68,98%) merupakan lahan
potensial untuk pertanian, sedangkan
sisanya sekitar + 44,82 juta ha tidak
potensial untuk pertanian yang
sebagian besar terdapat di kawasan
hutan. Berdasarkan hasil analisis
potensi lahan, sekitar 29,39 juta ha
(29,50%) potensial untuk tanaman
pangan lahan kering, sekitar 1,12 juta
ha (1,13%)
15. Pada lahan ini tanaman yang dihasilkan
umunya tidak terlalu membutuhkan
air yang banyak dan tergenang, ada
juga jenis ladang tadah hujan yang
hanya menggantungkan pada
ketersediaan air hujan
Kebun, pada daerah yang disebut kebun
biasanya dekat dengan pemukiman
warga, sehingga tidak membutuhkan
air yang berlebih bahkan genangan
LADANG
Pada daerah gurun bisa
dikatakan tidak ada air
akan tetapi masih tetap
ada tumbuhan karena
air hujan yang jatuh
sudah cukup untuk
menumbuhkan
GURUN
21. DAMPAK PERUBAHAN IKLIM
dapat memicu kebakaran lahan,
baik langsung maupun tidak
langsung, yang berdampak
terhadap penurunan hasil.
Mundurnya awal musim
hujan dan makin
panjangnya periode musim
kemarau
kegagalan panen dan
tanaman, penurunan IP
yang berujung pada
penurunan produktivitas
dan produksi
peningkatan frekuensi,
luas, dan bobot/intensitas
kekeringan
kerusakan sumberdaya
lahan pertanian
peningkatan intensitas
gangguan
organisme
pengganggu
tanaman
Pergeseran pola hujan sangat mempengaruhi
sumberdaya dan infrastruktur pertanian,
bergesernya waktu taman, musim dan pola tanam,
serta degradasi lahan
23. UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 41
TAHUN 2009 TENTANG
PERLINDUNGAN LAHAN
PERTANIAN PANGAN
BERKELANJUTAN
Pasal 5
Huruf C.
Yang dimaksud dengan “lahan
tidak beririgasi” meliputi
sawah tadah hujan dan lahan
kering.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG
PENATAGUNAAN TANAH
Pasal 4
Ayat (2)
Kawasan budidaya meliputi: kawasan hutan yang
mencakup kawasan hutan produksi terbatas,
kawasan hutan produksi tetap,kawasan hutan
yang dapat dikonversi; Kawasan hutan rakyat;
kawasan pertanian yang mencakup kawasan
pertanian lahan basah, kawasan pertanian lahan
kering, kawasan tanaman tahunan/perkebunan,
kawasan peternakan, kawasan perikanan;
kawasan pertambangan yang mencakup
golongan bahan galian strategis, golongan bahan
galian vital atau golongan bahan galian yang
tidak termasuk kedua golongan tersebut;
kawasan peruntukan industry; kawasan
pariwisata; dan kawasan pemukiman.
24. CREDITS:
This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik.
Please keep this slide for attribution.
THANKS!