SlideShare a Scribd company logo
1 of 28
This body not "mine", not "me"
and not "myself"...
"Sebuah kota yang
terbuat dari tulang,
diplester dengan
daging & darah,
harta karun yang
adalah:
kebanggaan &
penghinaan,
penuaan &
kematian
Satipatthana sutta
Enam Indria yang membuka samsara
I. PERENUNGAN JASMANI
(KAYANUPASSANA)
Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu
dengan tekun melakukan perenungan jasmani sebagai
jasmani ?
1. Pernafasaan
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu setelah
pergi ke hutan, atau pergi ke bawah sebuah pohon, atau
ke satu tempat yang sunyi; kemudian ia duduk bersila
dengan badan yang tegak dan menetapkan perhatian
murni di hadapannya (artinya ia memperhatikan
dengan waspada obyek meditasinya, yaitu pernapasan).
Ia memperhatikan saat menarik nafas dan mengeluarkan
nafas.
2. posisi tubuh (iriyapatha)
Selanjutnya, para bhikkhu, saat seorang bhikkhu
(1)berjalan, ia menyadari "berjalan".
(2) berdiri, ia menyadari: "berdiri".
(3) duduk, ia menyadari: "duduk".
(4) berbaring, ia menyadari: "berbaring".
Bagaimanapun posisi tubuhnya, ia
menyadarinya.
3. Perhatian murni dengan
kewaspadaan (sati sampajanna)
• Selanjutnya, para bhikkhu, seorang bhikkhu sewaktu berangkat atau
kembali, ia menerapkan kewaspadaan.
• Sewaktu ia melihat ke depan atau berpaling ke belakang, ia menerapkan
kewaspadaan.
• Sewaktu ia membungkukkan badan atau meluruskan badan, ia
menerapkan kewaspadaan.
• Sewaktu mengenakan jubah atau membawa mangkuk, ia menerapkan
kewaspadaan.
• Sewaktu makan, minum, mengunyah dan mengenyam, ia menerapkan
kewaspadaan.
• Sewaktu buang air besar atau buang air kecil, ia menerapkan
kewaspadaan.
• Sewaktu berjalan, berdiri, duduk, berbaring, terjaga, berbicara dan
• berdiam diri, ia menerapkan kewaspadaan.
4. Perenungan terhadap jasmani yang penuh kekotoran
(kayagatasati)
Selanjutnya, para bhikkhu, seorang bhikkhu merenungkan jasmani ini,dari telapak kaki ke atas sampai ke ujung kepala yang terselubung kulit dan penuh kekotoran, ia
merenungkan demikian:
" Di dalam jasmani ini terdapat :
1. rambut,
2. bulu,
3. kuku,
4. gigi,
5. kulit,
6. daging,
7. otot,
8. tulang,
9. sumsum,
10. ginjal,
11. jantung,
12. hati,
13. selaput otot,
14. limpa,
15. paru-paru,
16. perut,
17. isi perut,
18. usus halus,
19. tinja,
20. empedu,
21. getah lambung,
22. nanah,
23. darah,
24. keringat,
25. lemak,
26. air mata,
27. Minyak,
28. ludah,
29. ingus,
30. cairan sendi dan
31. air kemih".
5. Perenungan unsur (dhatu)
Selanjutnya, para bhikkhu, seorang bhikkhu merenungkan jasmani
ini,yang diletakkan dan diuraikan, sehubungan dengan unsur-
unsurnya,demikian: "Terdapat empat unsur dalam jasmani ini:
• unsur tanah,
• unsur cair,
• unsur panas dan
• unsur udara."
Seperti seorang penjagal sapi atau pembantunya setelah menyembelih
seekor sapi, dan kemudian duduk di perempatan jalan, lalu meletakkan
potongan-potongan daging di setiap jalan. Demikian pula, seorang
bhikkhu merenungkan jasmani ini, yang diletakkan dan diuraikan,
sehubungan dengan unsur-unsurnya, demikian: "Terdapat empat
unsur dalam jasmani ini:
6. sesosok tubuh
yang terbuang di pembuangan mayat
(1) sudah menjadi mayat satu hari, dua hari atau tiga hari, membengkak, membiru dan membusuk;
maka ia merenungkan mayat tersebut terhadap tubuhnya sendiri, demikian: "Jasmaniku ini juga
mempunyai sifat alami yang sama, tidak akan luput dari keadaan demikian."
(2) sudah dikoyak-koyak oleh burung gagak, alap-alap atau burung nasar, oleh anjing atau anjing hutan,
atau oleh berbagai macam binatang-binatang kecil; maka ia merenungkan
.......................................................
(3) sudah merupakan kerangka tulang belulang yang terangkai oleh otot-otot, dagingnya masih ada dan
berlumuran darah; maka ia merenungkan ........
(4) sudah merupakan kerangka tulang belulang yang terangkai oleh otot-otot, dagingnya sudah tidak
ada, masih berlumuran darah; maka ia merenungkan .
(5) sudah merupakan belulang terangkai oleh otot-otot, tidak berdaging dan tidak dilumuri darah lagi;
maka ia merenungkan .........................................
(6) sudah merupakan tulang belulang, yang tidak bersambungan, bercerai berai dan berserakan ke
semua arah; di sini tulang tangan, di sana tulang kaki, di sini tulang kering, di sana tulang paha, di sini
tulang panggul, di sana tulang punggung, di sini tulang tengkorak; maka ia merenungkan ....
(7) sudah merupakan tulang belulang yang sudah memutih menyerupai kulit kerang, maka ia
merenungkan.....
(8) sudah merupakan tumpukan tulang yang sudah bertumpuk selama beberapa tahun; maka ia
merenungkan
(9) sudah merupakan tulang belulang yang oleh karena hujan dan panas telah berubah menjadi
tumpukan tulang lapuk dan menjadi debu; maka ia merenungkan mayat tersebut pada dirinya sendiri; ia
merenungkan:
II.PERENUNGAN TERHADAP PERASAAN
(VEDANANUPASSANA)
Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu
senantiasa terus menerus melakukan perenungan
perasaan sebagai perasaan ?
• Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu
mengalami perasaan yang menyenangkan, ia
menyadari "mengalami perasaan yang
menyenangkan".
• Jika ia mengalami perasaan yang tidak
menyenangkan, ia menyadari:"mengalami
perasaan yang tidak menyenangkan".
• Jika ia mengalami perasaan keduniawian yang menyenangkan, ia menyadari:
"mengalami perasaan keduniawian yang menyenangkan".
• Jika ia mengalami perasaan keduniawian yang tidak menyenangkan, ia
menyadari: "mengalami perasaan keduniawian yang tidak menyenangkan".
Atau
• jika ia mengalami perasaan keduniawian yang bukan menyenangkan
dan juga bukan tidak menyenangkan, ia menyadari: "mengalami
perasaan keduniawian yang bukan menyenangkan dan juga bukan tidak
menyenangkan".
• Jika ia mengalami perasaan bukan keduniawian yang menyenangkan, ia
menyadari: "mengalami perasaan bukan keduniawian yang menyenangkan".
• Jika ia mengalami perasaan bukan keduniawian yang tidak menyenangkan, ia
menyadari: "mengalami perasaan bukan keduniawian yang tidak
menyenangkan".
III.PERENUNGAN TERHADAP PIKIRAN
(CITTANUPASSANA)
"Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan pikiran sebagai pikiran ?
“ Dalam hal ini, para bhikkhu,
1. seorang bhikkhu bila pikirannya disertai hawa nafsu, ia menyadari: "pikiran disertai
hawa nafsu".
2. Jika pikirannya bebas dari hawa nafsu, ia menyadari: "pikiran bebas dari hawa
nafsu".
3. pikirannya disertai kebencian, ia menyadari: "pikiran disertai kebencian".
4. Jika pikirannya bebas dari kebencian, ia menyadari: "pikiran bebas dari kebencian".
5, Jika pikirannya disertai kegelapan batin, ia menyadari: "pikiran disertai kegelapan
batin".
6. Jika pikirannya bebas dari kegelapan batin, ia menyadari: "pikiran bebas dari
kegelapan batin".
7. jika pikirannya teguh, ia menyadari: "pikiran teguh".
8. jika pikiran disertai keragu-raguan, ia menyadari: "pikiran disertai keragu-
raguan".
• Jika pikirannya berkembang, ia menyadari: "pikiran berkembang";Atau
pikirannya tidak berkembang, ia menyadari: "pikiran tidak berkembang".
• Atau jika pikirannya luhur, ia menyadari: "pikiran luhur".
• Atau pikirannya rendah, ia menyadari: "pikiran rendah".
• Atau jika pikirannya terpusat, ia menyadari: "pikiran terpusat".
• Atau jika pikirannya bebas, ia menyadari: "pikiran bebas".
• Atau jika pikirannya tidak bebas, ia menyadari: "pikiran tidak bebas".
Demikianlah ia senantiasa melakukan perenungan terhadap pikiran di dalam
dirinya, melakukan perenungan terhadap pikiran di luar dirinya, ia melakukan
perenungan pikiran di dalam dan di luar dirinya, ia melakukan perenungan
proses timbulnya pikiran, ia melakukan perenungan proses padamnya pikiran,
ia melakukan perenungan proses timbulnya dan padamnya pikiran, atau bila
ia sadar "ada pikiran", sebegitu jauh hanya sekedar untuk pengetahuan dan
perhatian murni.Ia hidup bebas tidak melekat lagi kepada apa pun di dunia.
Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan pikiran sebagai pikiran.
IV.PERENUNGAN TERHADAP OBYEK PIKIRAN
(DHAMMANUPASSANA)
Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun melakukan perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran
?"
Lima Rintangan Kemajuan Batin (Panca nivarana) Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun
melakukan perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran dalam aspek Lima Rintangan Kemajuan Batin.
Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa terus menerus melakukan perenungan obyek pikiran sebagai obyek
pikiran dalam aspek Lima Rintangan Kemajuan Batin ? Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu jika dalam dirinya
terdapat
(1) keinginan pada kesenangan indera (kama-chanda), ia menyadari, ia merenungkan: "ada keinginan pada kesenangan indera";
atau jika dalam dirinya tidak ada keinginan pada kesenangan indera, ia menyadari, ia merenungkan: "tidak terdapat keinginan
pada kesenangan indera"; dan ia mengetahui bagaimana timbulnya keinginan pada kesenangan indera yang tidak ada sebelumnya; ia
mengetahui juga bagaimana padamnya keinginan pada kesenangan indera yang telah timbul, ia juga mengetahui untuk waktu yang akan
datang tidak munculnya keinginan pada kesenangan indera yang telah padam. Dalam hal ini, para bhikkhu, jika seorang bhikkhu dalam
dirinya terdapat
(2) itikad jahat (vyapada) ..............................
(3) kemalasan dan kelambanan batin (thina middha) .......
(4) kegelisahan dan kekuatiran (uddhacca-kukkucca) ......
(5) keragu-raguan (vicikiccha), ia menyadarinya, merenungkan: "ada keragu-raguan"; atau dalam dirinya tidak ada keragu-raguan, ia
menyadari, merenungkan: "tidak ada keragu-raguan"; dan ia mengetahui bagaimana timbulnya keragu-raguan yang tidak ada
sebelumnya; ia mengetahui juga bagaimana padamnya keragu- raguan yang telah timbul; ia mengetahui juga untuk waktu yang akan
datang tidak munculnya keragu-raguan yang telah padam.
Demikianlah ia senantiasa melakukan perenungan terhadap obyek pikiran di dalam dirinya, melakukan perenungan terhadap obyek
pikiran di luar dirinya, ia melakukan perenungan obyek pikiran di dalam dan di luar dirinya, ia melakukan perenungan proses timbulnya
obyek pikiran, ia melakukan perenungan proses padamnya obyek pikiran, ia melakukan perenungan proses timbulnya dan padamnya
obyek pikiran, atau bila ia sadar "ada obyek pikiran", sebegitu jauh hanya sekedar untuk pengetahuan dan perhatian murni. Ia hidup
bebas tidak melekat lagi kepada apa pun di dunia. Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun melakukan
perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran dalam aspek Lima Rintangan Kemajuan Batin. Lima kelompok perpaduan yang menjadi
obyek kemelekatan
Lima Kelompok Perpaduan Yang
Menjadi Obyek Kemelekatan.
Dan bagaimanakah, para bhikkhu, ia melakukan perenungan terhadap
lima kelompok perpaduan yang menjadi obyek kemelekatan ?
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu merenungkan:
demikianlah :
• jasmani (rupa), demikianlah timbulnya, demikianlah padamnya;
• demikianlah perasaan (vedana), demikianlah timbulnya,
demikianlah padamnya;
• demikianlah pencerapan (sanna), demikianlah timbulnya,
demikianlah padamnya;
• demikianlah faktor pikiran (sankhara),demikianlah timbulnya,
demikianlah padamnya;
• Demikianlah kesadaran (vinnana), demikianlah timbulnya,
demikianlah padamnya.
aspek Enam Landasan
Indria dalam dan luar.
(1) landasan indria penglihatan, ia menyadari obyek penglihatan, dan juga
menyadari setiap belenggu yang timbul dari kedua hal tersebut; dan juga
ia menyadari timbulnya belenggu yang belum ada sebelumnya; dan juga
ia menyadari padamnya belenggu yang telah timbul; dan ia menyadari
pada waktu yang akan datang tidak akan timbul lagi belenggu yang telah
padam.Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu menyadari
(2) landasanindria pendengaran, ia menyadari suara .....................
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu menyadari
(3) Landasan indria pembauan, ia menyadari bau-bauan .......................
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu menyadari
(4) Landasan indria pengecapan, ia menyadari kecapan ..........................
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu menyadari
(5) Landasan indria sentuhan, ia menyadari sesuatu sentuhan badan ..........
Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu menyadari
(6) Landasan indria pikiran, ia menyadari obyek pikiran, dan menyadari
Tujuh Faktor Penerangan Sempurna (Satta Bojjhanga)
Dan selain itu, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa melakukan perenungan obyek pikiran
sebagai obyek pikiran dalam aspek Tujuh Faktor Penerangan Sempurna. Dan bagaimanakah, para
bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa melakukan perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran
dalam aspek Tujuh Faktor Penerangan Sempurna ?
(1) Perhatian Murni (yang merupakan) faktor penerangan sempurna (sati-sambojjhanga), ia
menyadari: "ada perhatian murni (yang merupakan) faktor penerangan sempurna"; bila tidak ada
perhatian murni (yang merupakan) faktor penerangan sempurna dalam dirinya, ia menyadari:
"tidak ada perhatian murni (yang merupakan) faktor penerangan sempurna". Ia menyadari
bagaimana timbulnya perhatian murni (yang merupakan) faktor penerangan sempurna yang
belum ada sebelumnya; ia menyadari bagaimana mengembangnya dengan penuh ketika
perhatian murni (yang merupakan) faktor penerangan sempurna itu telah timbul.
(2) Penyelidikan terhadap Dhamma (yang merupakan) faktor penerangansempurna
(dhammavicaya-sambojjhanga)
(3) Semangat (yang merupakan) faktor penerangan sempurna (viriyasambojjhanga)
(4) Kegiuran (yang merupakan) faktor penerangan sempurna (pitisambojjhanga)
(5) Ketenangan (yang merupakan) faktor penerangan sempurna (passaddhi- sambojjhanga)
(6) Konsentrasi (yang merupakan) faktor penerangan sempurna (samadhi-sambojjhanga)
(7) Keseimbangan Batin (yang merupakan) faktor penerangan sempurna(upekkha-sambojjhanga),
ia menyadari: "ada keseimbangan batin
Empat Kesunyataan Mulia (Catu Ariya Sacca)
• para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa melakukan
perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran dalam
aspek Empat Kesunyataan Mulia (Catu Ariya Sacca).
• Dan bagaimanakah, para bhikhu, seorang bhikkhu
senantiasa melakukan perenungan obyek pikiran sebagai
obyek pikiran dalam aspek Empat Kesunyataan Mulia ?
• Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu menyadari:
(1) "ini Dukkha"; ia menyadari:
(2) "inilah sebab dari Dukkha"; ia menyadari:
(3) "inilah padamnya Dukkha"; ia menyadari:
(4) "inilah jalan yang menuju padamnya Dukkha."
Mahasatipatana
Mahasatipatana
Mahasatipatana
Mahasatipatana

More Related Content

More from Ruby Santamoko

1 Sīlavisuddhi (1).pdf
1 Sīlavisuddhi (1).pdf1 Sīlavisuddhi (1).pdf
1 Sīlavisuddhi (1).pdfRuby Santamoko
 
BAB 6 RUPA & NIBBANA.pdf
BAB 6 RUPA & NIBBANA.pdfBAB 6 RUPA & NIBBANA.pdf
BAB 6 RUPA & NIBBANA.pdfRuby Santamoko
 
Sayalay-Susila_Mengungkap-Misteri-Batin-dan-Jasmani-melalui-Abhidhamma.pdf
Sayalay-Susila_Mengungkap-Misteri-Batin-dan-Jasmani-melalui-Abhidhamma.pdfSayalay-Susila_Mengungkap-Misteri-Batin-dan-Jasmani-melalui-Abhidhamma.pdf
Sayalay-Susila_Mengungkap-Misteri-Batin-dan-Jasmani-melalui-Abhidhamma.pdfRuby Santamoko
 
dhammacakkapavathana sutta.ppt
dhammacakkapavathana sutta.pptdhammacakkapavathana sutta.ppt
dhammacakkapavathana sutta.pptRuby Santamoko
 
Bhn bintal ad dharma yatra.pptx
Bhn bintal ad dharma yatra.pptxBhn bintal ad dharma yatra.pptx
Bhn bintal ad dharma yatra.pptxRuby Santamoko
 
tak selamanya harus ku genggam.pptx
tak selamanya harus ku genggam.pptxtak selamanya harus ku genggam.pptx
tak selamanya harus ku genggam.pptxRuby Santamoko
 
singkatnya kehidupan.pptx
singkatnya kehidupan.pptxsingkatnya kehidupan.pptx
singkatnya kehidupan.pptxRuby Santamoko
 
MENGATASI DIRI SENDIRI.pptx
MENGATASI DIRI SENDIRI.pptxMENGATASI DIRI SENDIRI.pptx
MENGATASI DIRI SENDIRI.pptxRuby Santamoko
 
Pohon Kekotoran Bathin
Pohon Kekotoran BathinPohon Kekotoran Bathin
Pohon Kekotoran BathinRuby Santamoko
 
Bab 6 rupa & nibbana
Bab 6 rupa & nibbanaBab 6 rupa & nibbana
Bab 6 rupa & nibbanaRuby Santamoko
 
dhammacakkappavattana sutta
 dhammacakkappavattana sutta dhammacakkappavattana sutta
dhammacakkappavattana suttaRuby Santamoko
 
.empat kebenaran mulia
.empat kebenaran mulia.empat kebenaran mulia
.empat kebenaran muliaRuby Santamoko
 

More from Ruby Santamoko (20)

1 Sīlavisuddhi (1).pdf
1 Sīlavisuddhi (1).pdf1 Sīlavisuddhi (1).pdf
1 Sīlavisuddhi (1).pdf
 
BAB 6 RUPA & NIBBANA.pdf
BAB 6 RUPA & NIBBANA.pdfBAB 6 RUPA & NIBBANA.pdf
BAB 6 RUPA & NIBBANA.pdf
 
mind & matter.ppt
mind & matter.pptmind & matter.ppt
mind & matter.ppt
 
Sayalay-Susila_Mengungkap-Misteri-Batin-dan-Jasmani-melalui-Abhidhamma.pdf
Sayalay-Susila_Mengungkap-Misteri-Batin-dan-Jasmani-melalui-Abhidhamma.pdfSayalay-Susila_Mengungkap-Misteri-Batin-dan-Jasmani-melalui-Abhidhamma.pdf
Sayalay-Susila_Mengungkap-Misteri-Batin-dan-Jasmani-melalui-Abhidhamma.pdf
 
paccayasatti 24.ppt
paccayasatti 24.pptpaccayasatti 24.ppt
paccayasatti 24.ppt
 
dhammacakkapavathana sutta.ppt
dhammacakkapavathana sutta.pptdhammacakkapavathana sutta.ppt
dhammacakkapavathana sutta.ppt
 
Bhn bintal ad dharma yatra.pptx
Bhn bintal ad dharma yatra.pptxBhn bintal ad dharma yatra.pptx
Bhn bintal ad dharma yatra.pptx
 
pelimpahan jasa.ppt
pelimpahan jasa.pptpelimpahan jasa.ppt
pelimpahan jasa.ppt
 
mengenali kilesa.pptx
mengenali kilesa.pptxmengenali kilesa.pptx
mengenali kilesa.pptx
 
tak selamanya harus ku genggam.pptx
tak selamanya harus ku genggam.pptxtak selamanya harus ku genggam.pptx
tak selamanya harus ku genggam.pptx
 
singkatnya kehidupan.pptx
singkatnya kehidupan.pptxsingkatnya kehidupan.pptx
singkatnya kehidupan.pptx
 
podomoro.pdf
podomoro.pdfpodomoro.pdf
podomoro.pdf
 
MENGATASI DIRI SENDIRI.pptx
MENGATASI DIRI SENDIRI.pptxMENGATASI DIRI SENDIRI.pptx
MENGATASI DIRI SENDIRI.pptx
 
canki sutta.pptx
canki sutta.pptxcanki sutta.pptx
canki sutta.pptx
 
Bea cukai
Bea cukaiBea cukai
Bea cukai
 
Pohon Kekotoran Bathin
Pohon Kekotoran BathinPohon Kekotoran Bathin
Pohon Kekotoran Bathin
 
Bab 6 rupa & nibbana
Bab 6 rupa & nibbanaBab 6 rupa & nibbana
Bab 6 rupa & nibbana
 
hukum kamma
 hukum kamma hukum kamma
hukum kamma
 
dhammacakkappavattana sutta
 dhammacakkappavattana sutta dhammacakkappavattana sutta
dhammacakkappavattana sutta
 
.empat kebenaran mulia
.empat kebenaran mulia.empat kebenaran mulia
.empat kebenaran mulia
 

Recently uploaded

KEL 1 HAKIKAT IBADAH dalam ajaran agama islam
KEL 1 HAKIKAT IBADAH dalam ajaran agama islamKEL 1 HAKIKAT IBADAH dalam ajaran agama islam
KEL 1 HAKIKAT IBADAH dalam ajaran agama islamsyifaavirarachman
 
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024GilbertFibriyantAdan
 
4 RAHSIA UMUR PANJANG BAGI ORANG KRISTEN.ppt
4 RAHSIA UMUR PANJANG BAGI ORANG KRISTEN.ppt4 RAHSIA UMUR PANJANG BAGI ORANG KRISTEN.ppt
4 RAHSIA UMUR PANJANG BAGI ORANG KRISTEN.pptMichaelPateh1
 
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEISIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEIGilbertFibriyantAdan
 
Perintah Tuhan untuk Nabi Hosea Mengawini Perempuan Sundal
Perintah Tuhan untuk Nabi Hosea Mengawini Perempuan SundalPerintah Tuhan untuk Nabi Hosea Mengawini Perempuan Sundal
Perintah Tuhan untuk Nabi Hosea Mengawini Perempuan Sundalelziramagdalene29
 
PPT puasa: menjekaskan tentang pengertian puasa dan hal hak yang berkaitan te...
PPT puasa: menjekaskan tentang pengertian puasa dan hal hak yang berkaitan te...PPT puasa: menjekaskan tentang pengertian puasa dan hal hak yang berkaitan te...
PPT puasa: menjekaskan tentang pengertian puasa dan hal hak yang berkaitan te...KangSarungPangeranBe
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 7
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 7Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 7
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 7Adam Hiola
 

Recently uploaded (7)

KEL 1 HAKIKAT IBADAH dalam ajaran agama islam
KEL 1 HAKIKAT IBADAH dalam ajaran agama islamKEL 1 HAKIKAT IBADAH dalam ajaran agama islam
KEL 1 HAKIKAT IBADAH dalam ajaran agama islam
 
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
 
4 RAHSIA UMUR PANJANG BAGI ORANG KRISTEN.ppt
4 RAHSIA UMUR PANJANG BAGI ORANG KRISTEN.ppt4 RAHSIA UMUR PANJANG BAGI ORANG KRISTEN.ppt
4 RAHSIA UMUR PANJANG BAGI ORANG KRISTEN.ppt
 
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEISIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
 
Perintah Tuhan untuk Nabi Hosea Mengawini Perempuan Sundal
Perintah Tuhan untuk Nabi Hosea Mengawini Perempuan SundalPerintah Tuhan untuk Nabi Hosea Mengawini Perempuan Sundal
Perintah Tuhan untuk Nabi Hosea Mengawini Perempuan Sundal
 
PPT puasa: menjekaskan tentang pengertian puasa dan hal hak yang berkaitan te...
PPT puasa: menjekaskan tentang pengertian puasa dan hal hak yang berkaitan te...PPT puasa: menjekaskan tentang pengertian puasa dan hal hak yang berkaitan te...
PPT puasa: menjekaskan tentang pengertian puasa dan hal hak yang berkaitan te...
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 7
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 7Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 7
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 7
 

Mahasatipatana

  • 1.
  • 2. This body not "mine", not "me" and not "myself"...
  • 3. "Sebuah kota yang terbuat dari tulang, diplester dengan daging & darah, harta karun yang adalah: kebanggaan & penghinaan, penuaan & kematian
  • 5. Enam Indria yang membuka samsara
  • 6.
  • 7.
  • 8.
  • 9. I. PERENUNGAN JASMANI (KAYANUPASSANA) Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu dengan tekun melakukan perenungan jasmani sebagai jasmani ? 1. Pernafasaan Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu setelah pergi ke hutan, atau pergi ke bawah sebuah pohon, atau ke satu tempat yang sunyi; kemudian ia duduk bersila dengan badan yang tegak dan menetapkan perhatian murni di hadapannya (artinya ia memperhatikan dengan waspada obyek meditasinya, yaitu pernapasan). Ia memperhatikan saat menarik nafas dan mengeluarkan nafas.
  • 10. 2. posisi tubuh (iriyapatha) Selanjutnya, para bhikkhu, saat seorang bhikkhu (1)berjalan, ia menyadari "berjalan". (2) berdiri, ia menyadari: "berdiri". (3) duduk, ia menyadari: "duduk". (4) berbaring, ia menyadari: "berbaring". Bagaimanapun posisi tubuhnya, ia menyadarinya.
  • 11. 3. Perhatian murni dengan kewaspadaan (sati sampajanna) • Selanjutnya, para bhikkhu, seorang bhikkhu sewaktu berangkat atau kembali, ia menerapkan kewaspadaan. • Sewaktu ia melihat ke depan atau berpaling ke belakang, ia menerapkan kewaspadaan. • Sewaktu ia membungkukkan badan atau meluruskan badan, ia menerapkan kewaspadaan. • Sewaktu mengenakan jubah atau membawa mangkuk, ia menerapkan kewaspadaan. • Sewaktu makan, minum, mengunyah dan mengenyam, ia menerapkan kewaspadaan. • Sewaktu buang air besar atau buang air kecil, ia menerapkan kewaspadaan. • Sewaktu berjalan, berdiri, duduk, berbaring, terjaga, berbicara dan • berdiam diri, ia menerapkan kewaspadaan.
  • 12. 4. Perenungan terhadap jasmani yang penuh kekotoran (kayagatasati) Selanjutnya, para bhikkhu, seorang bhikkhu merenungkan jasmani ini,dari telapak kaki ke atas sampai ke ujung kepala yang terselubung kulit dan penuh kekotoran, ia merenungkan demikian: " Di dalam jasmani ini terdapat : 1. rambut, 2. bulu, 3. kuku, 4. gigi, 5. kulit, 6. daging, 7. otot, 8. tulang, 9. sumsum, 10. ginjal, 11. jantung, 12. hati, 13. selaput otot, 14. limpa, 15. paru-paru, 16. perut, 17. isi perut, 18. usus halus, 19. tinja, 20. empedu, 21. getah lambung, 22. nanah, 23. darah, 24. keringat, 25. lemak, 26. air mata, 27. Minyak, 28. ludah, 29. ingus, 30. cairan sendi dan 31. air kemih".
  • 13. 5. Perenungan unsur (dhatu) Selanjutnya, para bhikkhu, seorang bhikkhu merenungkan jasmani ini,yang diletakkan dan diuraikan, sehubungan dengan unsur- unsurnya,demikian: "Terdapat empat unsur dalam jasmani ini: • unsur tanah, • unsur cair, • unsur panas dan • unsur udara." Seperti seorang penjagal sapi atau pembantunya setelah menyembelih seekor sapi, dan kemudian duduk di perempatan jalan, lalu meletakkan potongan-potongan daging di setiap jalan. Demikian pula, seorang bhikkhu merenungkan jasmani ini, yang diletakkan dan diuraikan, sehubungan dengan unsur-unsurnya, demikian: "Terdapat empat unsur dalam jasmani ini:
  • 14. 6. sesosok tubuh yang terbuang di pembuangan mayat (1) sudah menjadi mayat satu hari, dua hari atau tiga hari, membengkak, membiru dan membusuk; maka ia merenungkan mayat tersebut terhadap tubuhnya sendiri, demikian: "Jasmaniku ini juga mempunyai sifat alami yang sama, tidak akan luput dari keadaan demikian." (2) sudah dikoyak-koyak oleh burung gagak, alap-alap atau burung nasar, oleh anjing atau anjing hutan, atau oleh berbagai macam binatang-binatang kecil; maka ia merenungkan ....................................................... (3) sudah merupakan kerangka tulang belulang yang terangkai oleh otot-otot, dagingnya masih ada dan berlumuran darah; maka ia merenungkan ........ (4) sudah merupakan kerangka tulang belulang yang terangkai oleh otot-otot, dagingnya sudah tidak ada, masih berlumuran darah; maka ia merenungkan . (5) sudah merupakan belulang terangkai oleh otot-otot, tidak berdaging dan tidak dilumuri darah lagi; maka ia merenungkan ......................................... (6) sudah merupakan tulang belulang, yang tidak bersambungan, bercerai berai dan berserakan ke semua arah; di sini tulang tangan, di sana tulang kaki, di sini tulang kering, di sana tulang paha, di sini tulang panggul, di sana tulang punggung, di sini tulang tengkorak; maka ia merenungkan .... (7) sudah merupakan tulang belulang yang sudah memutih menyerupai kulit kerang, maka ia merenungkan..... (8) sudah merupakan tumpukan tulang yang sudah bertumpuk selama beberapa tahun; maka ia merenungkan (9) sudah merupakan tulang belulang yang oleh karena hujan dan panas telah berubah menjadi tumpukan tulang lapuk dan menjadi debu; maka ia merenungkan mayat tersebut pada dirinya sendiri; ia merenungkan:
  • 15.
  • 16. II.PERENUNGAN TERHADAP PERASAAN (VEDANANUPASSANA) Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa terus menerus melakukan perenungan perasaan sebagai perasaan ? • Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu mengalami perasaan yang menyenangkan, ia menyadari "mengalami perasaan yang menyenangkan". • Jika ia mengalami perasaan yang tidak menyenangkan, ia menyadari:"mengalami perasaan yang tidak menyenangkan".
  • 17. • Jika ia mengalami perasaan keduniawian yang menyenangkan, ia menyadari: "mengalami perasaan keduniawian yang menyenangkan". • Jika ia mengalami perasaan keduniawian yang tidak menyenangkan, ia menyadari: "mengalami perasaan keduniawian yang tidak menyenangkan". Atau • jika ia mengalami perasaan keduniawian yang bukan menyenangkan dan juga bukan tidak menyenangkan, ia menyadari: "mengalami perasaan keduniawian yang bukan menyenangkan dan juga bukan tidak menyenangkan". • Jika ia mengalami perasaan bukan keduniawian yang menyenangkan, ia menyadari: "mengalami perasaan bukan keduniawian yang menyenangkan". • Jika ia mengalami perasaan bukan keduniawian yang tidak menyenangkan, ia menyadari: "mengalami perasaan bukan keduniawian yang tidak menyenangkan".
  • 18. III.PERENUNGAN TERHADAP PIKIRAN (CITTANUPASSANA) "Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun melakukan perenungan pikiran sebagai pikiran ? “ Dalam hal ini, para bhikkhu, 1. seorang bhikkhu bila pikirannya disertai hawa nafsu, ia menyadari: "pikiran disertai hawa nafsu". 2. Jika pikirannya bebas dari hawa nafsu, ia menyadari: "pikiran bebas dari hawa nafsu". 3. pikirannya disertai kebencian, ia menyadari: "pikiran disertai kebencian". 4. Jika pikirannya bebas dari kebencian, ia menyadari: "pikiran bebas dari kebencian". 5, Jika pikirannya disertai kegelapan batin, ia menyadari: "pikiran disertai kegelapan batin". 6. Jika pikirannya bebas dari kegelapan batin, ia menyadari: "pikiran bebas dari kegelapan batin". 7. jika pikirannya teguh, ia menyadari: "pikiran teguh". 8. jika pikiran disertai keragu-raguan, ia menyadari: "pikiran disertai keragu- raguan".
  • 19. • Jika pikirannya berkembang, ia menyadari: "pikiran berkembang";Atau pikirannya tidak berkembang, ia menyadari: "pikiran tidak berkembang". • Atau jika pikirannya luhur, ia menyadari: "pikiran luhur". • Atau pikirannya rendah, ia menyadari: "pikiran rendah". • Atau jika pikirannya terpusat, ia menyadari: "pikiran terpusat". • Atau jika pikirannya bebas, ia menyadari: "pikiran bebas". • Atau jika pikirannya tidak bebas, ia menyadari: "pikiran tidak bebas". Demikianlah ia senantiasa melakukan perenungan terhadap pikiran di dalam dirinya, melakukan perenungan terhadap pikiran di luar dirinya, ia melakukan perenungan pikiran di dalam dan di luar dirinya, ia melakukan perenungan proses timbulnya pikiran, ia melakukan perenungan proses padamnya pikiran, ia melakukan perenungan proses timbulnya dan padamnya pikiran, atau bila ia sadar "ada pikiran", sebegitu jauh hanya sekedar untuk pengetahuan dan perhatian murni.Ia hidup bebas tidak melekat lagi kepada apa pun di dunia. Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun melakukan perenungan pikiran sebagai pikiran.
  • 20. IV.PERENUNGAN TERHADAP OBYEK PIKIRAN (DHAMMANUPASSANA) Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun melakukan perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran ?" Lima Rintangan Kemajuan Batin (Panca nivarana) Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun melakukan perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran dalam aspek Lima Rintangan Kemajuan Batin. Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa terus menerus melakukan perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran dalam aspek Lima Rintangan Kemajuan Batin ? Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu jika dalam dirinya terdapat (1) keinginan pada kesenangan indera (kama-chanda), ia menyadari, ia merenungkan: "ada keinginan pada kesenangan indera"; atau jika dalam dirinya tidak ada keinginan pada kesenangan indera, ia menyadari, ia merenungkan: "tidak terdapat keinginan pada kesenangan indera"; dan ia mengetahui bagaimana timbulnya keinginan pada kesenangan indera yang tidak ada sebelumnya; ia mengetahui juga bagaimana padamnya keinginan pada kesenangan indera yang telah timbul, ia juga mengetahui untuk waktu yang akan datang tidak munculnya keinginan pada kesenangan indera yang telah padam. Dalam hal ini, para bhikkhu, jika seorang bhikkhu dalam dirinya terdapat (2) itikad jahat (vyapada) .............................. (3) kemalasan dan kelambanan batin (thina middha) ....... (4) kegelisahan dan kekuatiran (uddhacca-kukkucca) ...... (5) keragu-raguan (vicikiccha), ia menyadarinya, merenungkan: "ada keragu-raguan"; atau dalam dirinya tidak ada keragu-raguan, ia menyadari, merenungkan: "tidak ada keragu-raguan"; dan ia mengetahui bagaimana timbulnya keragu-raguan yang tidak ada sebelumnya; ia mengetahui juga bagaimana padamnya keragu- raguan yang telah timbul; ia mengetahui juga untuk waktu yang akan datang tidak munculnya keragu-raguan yang telah padam. Demikianlah ia senantiasa melakukan perenungan terhadap obyek pikiran di dalam dirinya, melakukan perenungan terhadap obyek pikiran di luar dirinya, ia melakukan perenungan obyek pikiran di dalam dan di luar dirinya, ia melakukan perenungan proses timbulnya obyek pikiran, ia melakukan perenungan proses padamnya obyek pikiran, ia melakukan perenungan proses timbulnya dan padamnya obyek pikiran, atau bila ia sadar "ada obyek pikiran", sebegitu jauh hanya sekedar untuk pengetahuan dan perhatian murni. Ia hidup bebas tidak melekat lagi kepada apa pun di dunia. Demikianlah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa dengan tekun melakukan perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran dalam aspek Lima Rintangan Kemajuan Batin. Lima kelompok perpaduan yang menjadi obyek kemelekatan
  • 21. Lima Kelompok Perpaduan Yang Menjadi Obyek Kemelekatan. Dan bagaimanakah, para bhikkhu, ia melakukan perenungan terhadap lima kelompok perpaduan yang menjadi obyek kemelekatan ? Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu merenungkan: demikianlah : • jasmani (rupa), demikianlah timbulnya, demikianlah padamnya; • demikianlah perasaan (vedana), demikianlah timbulnya, demikianlah padamnya; • demikianlah pencerapan (sanna), demikianlah timbulnya, demikianlah padamnya; • demikianlah faktor pikiran (sankhara),demikianlah timbulnya, demikianlah padamnya; • Demikianlah kesadaran (vinnana), demikianlah timbulnya, demikianlah padamnya.
  • 22. aspek Enam Landasan Indria dalam dan luar. (1) landasan indria penglihatan, ia menyadari obyek penglihatan, dan juga menyadari setiap belenggu yang timbul dari kedua hal tersebut; dan juga ia menyadari timbulnya belenggu yang belum ada sebelumnya; dan juga ia menyadari padamnya belenggu yang telah timbul; dan ia menyadari pada waktu yang akan datang tidak akan timbul lagi belenggu yang telah padam.Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu menyadari (2) landasanindria pendengaran, ia menyadari suara ..................... Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu menyadari (3) Landasan indria pembauan, ia menyadari bau-bauan ....................... Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu menyadari (4) Landasan indria pengecapan, ia menyadari kecapan .......................... Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu menyadari (5) Landasan indria sentuhan, ia menyadari sesuatu sentuhan badan .......... Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu menyadari (6) Landasan indria pikiran, ia menyadari obyek pikiran, dan menyadari
  • 23. Tujuh Faktor Penerangan Sempurna (Satta Bojjhanga) Dan selain itu, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa melakukan perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran dalam aspek Tujuh Faktor Penerangan Sempurna. Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa melakukan perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran dalam aspek Tujuh Faktor Penerangan Sempurna ? (1) Perhatian Murni (yang merupakan) faktor penerangan sempurna (sati-sambojjhanga), ia menyadari: "ada perhatian murni (yang merupakan) faktor penerangan sempurna"; bila tidak ada perhatian murni (yang merupakan) faktor penerangan sempurna dalam dirinya, ia menyadari: "tidak ada perhatian murni (yang merupakan) faktor penerangan sempurna". Ia menyadari bagaimana timbulnya perhatian murni (yang merupakan) faktor penerangan sempurna yang belum ada sebelumnya; ia menyadari bagaimana mengembangnya dengan penuh ketika perhatian murni (yang merupakan) faktor penerangan sempurna itu telah timbul. (2) Penyelidikan terhadap Dhamma (yang merupakan) faktor penerangansempurna (dhammavicaya-sambojjhanga) (3) Semangat (yang merupakan) faktor penerangan sempurna (viriyasambojjhanga) (4) Kegiuran (yang merupakan) faktor penerangan sempurna (pitisambojjhanga) (5) Ketenangan (yang merupakan) faktor penerangan sempurna (passaddhi- sambojjhanga) (6) Konsentrasi (yang merupakan) faktor penerangan sempurna (samadhi-sambojjhanga) (7) Keseimbangan Batin (yang merupakan) faktor penerangan sempurna(upekkha-sambojjhanga), ia menyadari: "ada keseimbangan batin
  • 24. Empat Kesunyataan Mulia (Catu Ariya Sacca) • para bhikkhu, seorang bhikkhu senantiasa melakukan perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran dalam aspek Empat Kesunyataan Mulia (Catu Ariya Sacca). • Dan bagaimanakah, para bhikhu, seorang bhikkhu senantiasa melakukan perenungan obyek pikiran sebagai obyek pikiran dalam aspek Empat Kesunyataan Mulia ? • Dalam hal ini, para bhikkhu, seorang bhikkhu menyadari: (1) "ini Dukkha"; ia menyadari: (2) "inilah sebab dari Dukkha"; ia menyadari: (3) "inilah padamnya Dukkha"; ia menyadari: (4) "inilah jalan yang menuju padamnya Dukkha."