Teks menjelaskan tentang keutamaan ahli ilmu menurut pendapat seorang ulama besar bernama Imam Ayub Kaysan. Ia menyatakan bahwa pada masanya, obrolan lebih banyak daripada ilmu. Teks juga menjelaskan pentingnya menuntut ilmu bagi umat Islam dan memilih guru yang baik. Selain itu, menghormati dan memuliakan ulama merupakan adab yang harus diterapkan.
1. 07/12/13
Keutamaan Ahli Ilmu - Syariah Publications
Keutamaan Ahli Ilmu
By FARIDM - Fri May 03, 8:08 am
0 Comments
Seorang ulama besar di
kalangan tabi’in sekaligus muhaddits bernama
Imam Ayub Kaysan as-Sakhtiyani al-Bashri (w
131 H), sebagaimana pernah dituturkan oleh
muridnya, Hammad bin Zaid mengisahkan, suatu
saat pernah ditanya, “Ilmu hari ini lebih banyak
atau lebih sedikit?” Ia menjawab, “Hari ini obrolan
lebih banyak! Adapun sebelum sebelum hari ini,
ilmu lebih banyak.” (Al-Hafidz al-Fasawi, AlMa’rifah wa at-Tarikh, II/232).
184 view s
Suka
0
Edited by
faridm
ALSO WROTE
Obat Kimia Sintetis ft. Herbal
Around 130,000 Muslims
have attended the biggest
Khilafah conference in
Islamic history in Bung
Karno stadium in Jakarta,
Indonesia
Jika pada masa tabi’in saja Imam Ayub menilai bahwa obrolan lebih banyak daripada
ilmu, bagaimana dengan zaman ini? Jawabannya sudah sama-sama diketahui hanya
Muhammadiyah Diharapkan
dengan melihat realitas keseharian saat ini. Hari ini, misalnya, majelis-majelis ilmu
Menuntut Densus 88
selalu lebih sedikit daripada ‘majelis-majelis’ hiburan dan permainan, warung-warung
kopi sekaligus tempat-tempat ngerumpi, tempat-tempat nongkrong di pinggir-pinggir
Metodologi Tafsir Atha’ Abu
jalan atau di mal-mal, dll. Orang-orang yang hadir di majelis-majelis ilmu pun selalu lebih
Rasytah
sedikit dibandingkan dengan mereka yang hadir di tempat-tempat keramaian lainnya,
Langkah Menegakkan
seperti di panggung-panggung hiburan yang menampilkan para musisi dan artis idola.
Kembali Khilafah
Wajarlah jika pada hari ini jumlah umat Islam yang awam atau bodoh terhadap
agamanya selalu jauh lebih banyak daripada orang-orang alimnya. Padahal kebanyakan
mereka tahu bahwa menuntut ilmu adalah kewajiban setiap Muslim, sama seperti
kewajiban individual lainnya seperti shalat, shaum Ramadhan, dll. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Menuntut ilmu
adalah kewajiban atas setiap Muslim.” (HR Ibnu Majah dari Anas ra).
Bahkan dalam sejarah, tidak ditemukan suatu agama yang mendorong pemeluknya untuk mencari ilmu—bahkan
sejak dini—kecuali agama Islam. Karena itulah, dalam lintasan sejarah ribuan orang telah menjadi ulama justru saat
anak-anak. Pada masa Rasulullah SAW masih hidup, misalnya, Ibnu Abbas ra telah hafal Alquran pada usia 10
tahun. Imam Syafi’i telah hafal Alquran pada usia 7 tahun dan telah mampu berfatwa dalam usia 15 tahun. Imam alBukhari mulai menghafal hadits ketika duduk di bangku madrasah dan mengarang kitab At-Tarikh pada usia 18
tahun.
Islam pun mengajari kita bagaimana seharusnya kita memilih guru yang baik. Sebab, guru adalah cermin yang dilihat
oleh anak sehingga akan membekas di dalam jiwa dan pikiran mereka. Guru adalah sumber pengambilan ilmu. Para
sahabat dan salafus shalih sangat serius di dalam memilih guru yang baik bagi anak-anak mereka. Imam Mawardi
menegaskan urgensi memilih guru yang baik dengan mengatakan, “Memang wajib bersungguh-sungguh di dalam
memilihkan guru dan pendidik bagi anak, seperti kesungguhan di dalam memilihkan ibu dan ibu susuan baginya,
bahkan lebih dari itu. Seorang anak akan mengambil akhlak, gerak-gerik, adab dan kebiasaan dari gurunya melebihi
yang diambil dari orang tuanya sendiri…” (Nasihah al-Muluk, h. 172).
Karena itulah Islam pun mengajari kita untuk memuliakan para ulama. Abu Umamah ra menuturkan bahwa
Rasulullah SAW pernah bersabda, “Ada tiga orang dimana tidak ada yang meremehkan mereka kecuali orang itu
syariahpublications.com/2013/05/03/keutamaan-ahli-ilmu-2/
1/2
2. 07/12/13
Keutamaan Ahli Ilmu - Syariah Publications
munafik. Mereka adalah orang tua, ulama dan pemimpin yang adil.” (HR ath-Thabrani).
Hal ini wajar karena ulama adalah pewaris para nabi. Tentang keutamaan para ulama, Allah SWT pun berfirman (yang
artinya): Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat (TQS al-Mujadalah [58]:
11).
Selain itu, Imam al-Ghazali menukil perkataan Yahya bin Mu’adz mengenai keutamaan ulama, “Para ulama itu lebih
sayang kepada umat Muhammad saw. dari pada ayah dan ibu mereka sendiri.” Ditanyakalah kepadanya, “Mengapa
bisa demikian?” Ia menjawab, “Karena para ayah dan ibu itu hanya menjaga anak-anak mereka dari neraka dunia,
sedangkan para ulama itu menjaga mereka dari neraka akhirat.” (Ihya’ ‘Ulum ad-Din, I/11).
Karena itu memuliakan ulama, menghormati dan merendahkan diri kepada mereka, bersikap santun dan lembut di
dalam bergaul dengan mereka, semua itu merupakan adab terhadap ulama yang harus dibiasakan sejak kanakkanak.
Abu Umamah ra juga menuturkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, “Sesungguhnya Luqman berkata kepada
putranya, ‘Anakku, engkau harus duduk dekat pada ulama. Dengarkanlah perkataan para ahli hikmah, karena
sesungguhnya Allah menghidupkan hati yang mati dengan cahaya hikmah sebagaimana Dia menghidupkan bumi
yang mati dengan hujan deras.” (HR Ath-Thabrani).
Selain merupakan kewajiban, yang pasti menuntut ilmu akan memudahkan jalan bagi pencarinya untuk menuju
surga, sebagaimana sabda Nabi SAW. “Siapa saja yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah
memudahkan jalan bagi dirinya menuju surga.” (HR Muslim dan at-Tirmidzi).
Tentu saja, jika ilmu itu benar-benar diamalkan dalam kehidupan. Sebab, sebagaimana kata Imam al-Ghazali pula,
“Meski engkau telah mengkaji ilmu seratus tahun dan telah memiliki seribu buku, engkau belumlah siap untuk
memperoleh rahmat Allah, kecuali dengan mengamalkannya. Ini sebagaimana firman Allah SWT (yang
artinya): Sesungguhnya tidaklah bermanfaat bagi manusia kecuali apa yang telah ia usahakan (TQS an-Najm: 49)”.
(Ayuhal Walad, hlm. 21).
Wallahu a’lam. [] abi
Sumber: Mediaumat.com (3/5)
syariahpublications.com/2013/05/03/keutamaan-ahli-ilmu-2/
2/2