1. Genes and the motivation to use substances
By : Scott F. Stoltenberg
Diringkas oleh :
Rizkatu Annisa Lubis_231705083
rizkaannisa723@gmail.com
Program D-III Administrasi Perpajakan
Fakultas VOKASI
Universitas Sumatera Utara
2. DAFTAR ISI BUKU
Buku ini terdiri dari 7 bab
Bab 1 Apakah Gen
Memotivasi Penggunaan Zat
Bab 2 Model Hewan
Pengerat dari Kontribusi
Genetik terhadap Motivasi
Penyalahgunaan Alkohol
Bab 3 Asal Usul Gangguan
Penggunanaan Narkoba pada
Remaja: A Perspektif Genetik
Perilaku
Bab 4 Gen, Otak, Perilaku
dan Konteks: Perkembangan
Matriks Perilaku Adiktif
Bab 7 Genomik Implusif:
Mengintregitasikan Gen dan
Ilmu Saraf
Bab 6 Tanda Tangan
Metilasi DNA dari Merokok:
Sebuah Pola Dasar untuk
Identifikasi Biomarker untuk
Penyakit Perilaku
Bab 5 Apakah Genetika
Keteribatan Ganja Sudah
Hilang?
3. Bab 1 Apakah Gen Memotivasi Penggunaan Zat
Scott F. Stoltenberg
• Pesta minuman keras (binge drinking) umum terjadi pada kelompok usia 18-25 tahun, dengan sekitar
46% pria dan 33% wanita melaporkan pesta minuman keras dalam sebulan terakhir.
• Motif penggunaan narkoba termasuk pengurangan pengaruh negatif dan peningkatan pengaruh
positif, yang dipengaruhi oleh kekuatan internal dan eksternal.
• Gen mempengaruhi risiko gangguan penggunaan narkoba (SUD) dan jalur genetik tertentu sedang
diteliti untuk pengembangan pengobatan.
• Penyalahgunaan narkoba menghasilkan pelepasan dopamin dalam nukleus accumbens, yang lebih
besar dan tahan lama dibandingkan dengan rangsangan alami seperti makanan dan seks.
• Sirkuit saraf dari aspek penting motivasi penggunaan narkoba sedang dalam proses dikarakterisasi,
dan penelitian menunjukkan bahwa prinsip dasar motivasi berperan dalam penggunaan narkoba dan
kecanduan.
• Simposium Motivasi Nebraska menyoroti kontribusi genetik terhadap risiko SUD, dengan tujuan
untuk mengembangkan pengobatan yang lebih efektif.
4. Bab 2 Model Hewan Pengerat dari Kontribusi Genetik terhadap
Motivasi Penyalahgunaan Alkohol
Jhon C. Crabble
• Penelitian menggunakan hewan pengerat, seperti tikus, telah membantu memahami kontribusi genetik
terhadap motivasi penyalahgunaan alkohol .
• Studi terhadap tikus menunjukkan adanya efek utama dari ketegangan dan jenis kelamin dalam preferensi
terhadap alkohol, serta adanya interaksi yang signifikan antara faktor-faktor tersebut .
• Percobaan pada tikus HDID-1 menunjukkan adanya penurunan signifikan dalam kesalahan tergelincir kaki
setelah minum etanol, menunjukkan perkembangan toleransi yang signifikan.
• Model intragastrik Cunningham menunjukkan peran faktor modulasi preingestional dan postestional
dalam preferensi terhadap alkohol pada tikus.
• Penggunaan jadwal rasio progresif telah membantu dalam mengevaluasi nilai penguatan dari obat yang
diinduksi alkohol pada hewan pengerat.
• Dosis rata-rata etanol yang dikonsumsi oleh tikus HDID ditampilkan, menunjukkan perbedaan antara
kesalahan pada hari 1 dan 3 setelah minum etanol.
• Penelitian pada hewan pengerat telah memberikan perkiraan mengenai nilai penguat alkohol
dibandingkan dengan genotipe lainnya, namun masih diperlukan penelitian lebih lanjut.
5. Bab 3 Asal Usul Gangguan Penggunanaan Narkoba pada Remaja:
A Perspektif Genetik Perilaku
Matt McGue, Dan Irons dan William G. Iacono
• Program penelitian telah memberikan kontribusi terhadap munculnya perspektif perkembangan
Gangguan Penggunaan Zat (SUD) dengan fokus pada dasar genetik perilaku.
• Penelitian menyoroti kontribusi genetik dan lingkungan terhadap penularan SUD dalam keluarga, serta
menekankan masa remaja awal hingga pertengahan sebagai masa kritis dalam perkembangan SUD.
• Studi MCTFR (Minnesota Center for Twin and Family Research) telah membantu mengkarakterisasi
proses umum dan spesifik dalam penularan SUD dalam keluarga serta memperkirakan kontribusi
genetik dan lingkungan terhadap proses ini.
• Terdapat bukti yang mendukung model A (efek spesifik zat selain proses umum) dalam hubungan
antara perokok remaja dan ketergantungan nikotin pada orang dewasa.
• Faktor umum perilaku bermasalah remaja awal berkorelasi dengan faktor umum eksternalisasi orang
dewasa, menunjukkan adanya hubungan antara indikator awal dan gangguan pada orang dewasa.
6. Matt McGue, Dan Irons dan William G. Iacono
Bab 3 Asal Usul Gangguan Penggunanaan Narkoba pada Remaja:
A Perspektif Genetik Perilaku
• Program penelitian telah memberikan kontribusi terhadap munculnya perspektif perkembangan
Gangguan Penelitian juga menyoroti pertanyaan mengenai sejauh mana penularan SUD dalam
keluarga disebabkan oleh proses umum dan proses khusus, dengan temuan yang menunjukkan
adanya kekhususan dalam penularan dalam keluarga.
• Studi ini juga memaparkan skema unit pengambilan sampel dasar yang digunakan dalam studi
MCTFR, yang terdiri dari keluarga inti yang terdiri dari sepasang saudara kembar atau saudara
kandung, dan orang tua yang mengasuh mereka.
• Analisis biometrik menunjukkan asosiasi fenotipik antara ukuran kuantitatif perilaku antisosial
orang dewasa, gangguan perilaku, ketergantungan alkohol, ketergantungan obat, dan ciri
kepribadian Constraint dapat dijelaskan oleh satu faktor eksternalisasi umum.
7. Robert A. Zucker
Bab 4 Gen, Otak, Perilaku dan Konteks: Perkembangan Matriks
Perilaku Adiktif
• Model matriks hubungan dapat membantu dalam program pencegahan, identifikasi dini, dan
pengobatan perilaku kecanduan.
• Sistem saraf memainkan peran penting dalam memprediksi variasi perilaku, termasuk risiko
perilaku inti dan penyalahgunaan zat.
• Pembelajaran dini, yang dipicu oleh paparan lingkungan pada keluarga peminum berat, dapat
mendorong pembentukan skema penggunaan alkohol yang lebih berkembang, yang berperan
dalam timbulnya kebiasaan minum alkohol di kemudian hari.
• Penelitian neuroimaging fokus pada interaksi antara respons afektif, penghambatan respons, dan
respons terhadap penghargaan, serta pengaruh genetik dalam memediasi sistem respons ini.
• Kerentanan terhadap perilaku kecanduan terjadi pada berbagai tingkat analisis, mulai dari gen
hingga konteks makro, dan interaksi antar tingkat bersifat sinergis.
• Struktur mekanistik motivasi adalah sistem dinamis yang dipengaruhi oleh kontrol sosial,
lingkungan sosial, dan periode perkembangan individu.
8. Arpana Agrawal dan Michael T. Lynskey
Bab 5 Apakah Genetika Keteribatan Ganja Sudah Hilang?
• Penggunaan ganja jangka panjang dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan psikotik
seperti skizofrenia dan psikosis.
• Penggunaan ganja jangka panjang juga dapat berkontribusi terhadap gangguan kognitif dan
sindrom motivasi seperti kehilangan motivasi, kesulitan berkonsentrasi, dan kehilangan
kemampuan belajar.
• Ada perdebatan mengenai apakah penggunaan ganja dapat menyebabkan ketergantungan fisik,
namun penggunaan ganja jangka panjang dapat menyebabkan ketergantungan psikologis.
• Ada bukti bahwa faktor genetik dapat memainkan peran dalam keterlibatan ganja, namun sinyal
hubungan yang kuat dan dapat ditiru masih sulit dipahami.
• Ada beberapa cara untuk mempelajari keterlibatan ganja, termasuk studi endofenotip dan
laboratorium, serta model translasi pada hewan.
9. Arpana Agrawal dan Michael T. Lynskey
Bab 5 Apakah Genetika Keteribatan Ganja Sudah Hilang?
• Ada tantangan dalam melakukan penelitian tentang ganja, termasuk hambatan dalam memperoleh
obat dan ruang khusus yang dilengkapi dengan ventilasi yang sesuai.
• Ada perdebatan mengenai ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian, dengan beberapa orang
berpendapat bahwa ukuran sampel yang lebih kecil dapat mengarah pada potensi positif palsu.
• Ada perdebatan mengenai interaksi gen × lingkungan dalam keterlibatan ganja, dengan beberapa
penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik hanya menjadi penting dalam konteks lingkungan
tertentu.
• Ada perdebatan mengenai peran ganja sebagai "pintu gerbang" obat, dengan beberapa penelitian
menunjukkan bahwa penggunaan ganja dapat memengaruhi penggunaan obat lainnya.
• Ada kebutuhan untuk penelitian yang lebih luas dan terintegrasi mengenai keterlibatan ganja,
termasuk pengujian hipotesis yang jelas dan upaya replikasi dan meta-analisis yang terpadu.
10. Robert A. Philibert, S. R. H. Beach dan Gene H. Bordy
Bab 6 Tanda Tangan Metilasi DNA dari Merokok: Sebuah Pola
Dasar untuk Identifikasi Biomarker untuk Penyakit Perilaku
• Studi tentang mekanisme bagaimana merokok mengubah kerentanan dapat memberikan
wawasan tentang mekanisme bersama yang melaluinya merokok dan kelainan lingkungan
lainnya berinteraksi dengan variasi genetik untuk mempengaruhi kemungkinan timbulnya
penyakit.
• Penilaian global terhadap fungsi seluler dan somatik harus diinformasikan secara kronologis, dan
pemahaman mekanistik yang lebih baik dapat menjadi motivasi yang lebih baik bagi pasien
untuk berhenti merokok.
• Penilaian kadar cotinine mungkin merupakan biomarker yang paling umum digunakan untuk
mendeteksi paparan asap tembakau. Namun, penentuan cotinine memiliki kelemahan, seperti
ketidakmampuan mendeteksi perokok ringan atau perokok periodik, serta ketidakbergunaannya
dalam memantau respons terhadap pengobatan dalam terapi berhenti merokok.
11. Robert A. Philibert, S. R. H. Beach dan Gene H. Bordy
Bab 6 Tanda Tangan Metilasi DNA dari Merokok: Sebuah Pola
Dasar untuk Identifikasi Biomarker untuk Penyakit Perilaku
• Terdapat tiga jenis pendekatan farmakologis umum yang digunakan dalam pengobatan
merokok: bupropion, varenicline, dan pengobatan pengganti nikotin (NRTs). Namun, hampir
semua pasien yang menjalani terapi berhenti merokok memiliki kadar cotinine serum yang
tinggi, baik mereka merokok atau tidak merokok, sehingga menghilangkan alat yang sensitif
secara klinis untuk menilai keberhasilan pengobatan berhenti merokok.
• Penilaian obyektif mengenai status metilasi DNA terkait merokok dapat menjadi insentif positif
untuk berhenti merokok, dan penelitian untuk memanfaatkan kemungkinan tersebut sangat
diperlukan.
12. David Goldman
Bab 7 Genomik Implusif: Mengintregitasikan Gen dan Ilmu Saraf
• Kemajuan dalam analisis genetik kuantitatif dan kualitatif membantu dalam memahami asal usul
perilaku manusia.
• Penggunaan metode dipencitraan saraf dan endokrinologi bersama dengan lokus genetik
fungsional telah menghasilkan kemampuan revolusioner untuk menghubungkan alel fungsional
umum dengan perilaku kompleks.
• Hambatan konseptual dan praktis menghambat penggunaan ilmu saraf dan temuan genetik
dalam psikiatri klinis.
• Impulsif bukanlah fenomena kesatuan. Beberapa jenis impulsif dapat diukur secara
eksperimental pada manusia dan hewan pengerat, dan jenis impulsif ini sedang dibedah secara
kausal.
• Integrasi antara gen dan ilmu saraf dapat membantu dalam mengidentifikasi dan mengatasi
penyakit kejiwaan yang terkait dengan sifat-sifat genetik.
13. Kesimpulan
Pada dasarnya penggunaan narkoba sudah sering dilakukan sejak zaman dulu namun sering disalah
gunakan untuk penggunaan pribadi yang mengakibatkan overdosis terhadap suatu obat-obatan.
Gen juga mempengaruhi resiko penggunaan narkoba, dalam buku ini berisi dengantujuan untk
mengembangkan pengobatan yang lebih efektif. Dosisi yang dikonsumsi oleh tikus memberikan
perbedan pada 1-3 hari setelah meminum etanol. Studi ini juga memaparkan skema unit pengambilan
sampel dasar yang digunakan salam studi MCTFR, yang terdiri dari keluarga inti. Struktur mekanistik
motivasi adalah sistem dinamis yang dipengaruhi oleh control sosial, lingkukan sosial dan periode
perkembangan individu.
Namun, hamper semua pasien yang menjalani terapi berhenti merokok memiliki kadar continine
serum yang tinggi, baik mereka meroko atau tidak meroko, sehingga menghilangkan alat yang sensitive
secara klinis untuk menilai keberhasilan pengobatan berhenti merokok.