Musibah membangkitkan energi perbaikan dan ketaatan
1. 19/2/2014
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Musibah: Membangkitkan Energi Perbaikan dan Ketaatan
Musibah: Membangkitkan Energi Perbaikan dan Ketaatan
February 19th, 2014 by kafi
[Al-Islam edisi 694, 21 Rabiuts Tsani 1435 H-21 Februari 2014 M]
Negeri ini ibarat dikepung musibah dari sisi air maupun daratan. Kota Manado luluh lantah
disapu air bah menimbulkan sejumlah korban dan kerugian fisik sangat besar.
Banjir melanda sisi utara pulau Jawa, dari barat hingga timur, di Tangerang Banten, DKI
Jakarta, Bekasi, Subang, Karawang, Indramayu, Cirebon, Pekalongan, Semarang, Pati, Kudus,
Jepara, Rembang, Tuban. Akibatnya, lebih dari seratus ribu orang harus mengungsi. Puluhan
orang meninggal. Kerugian materi mencapai triliunan.
Dari sisi daratan, musibah juga datang. Gempa bumi melanda Cilacap, Banyumas, Kebumen
dan sekitarnya. Lalu gunung Sinabung di Sumatera Utara meletus mendatangkan musibah bagi
warga di sekitarnya. Sekitar 28 ribu jiwa dari 34 desa harus mengungsi. Kerugian yang ada
mencapai ratusan miliar rupiah bahkan triliunan. Belum selesai, musibah di sisi Sumatera,
musibah kembali melanda pulau Jawa. Gunung Kelud di Kediri meletus melontarkan jutaan ton
material ke udara setinggi hampir 17 km. Pasir dan debu halusnya melanglang hampir meliputi
seluruh pulau Jawa. Sekitar seratus ribu orang mengungsi. Meski korban meninggal tidak
melebihi hitungan jari, namun kerugian materi sangat besar. Kerugian akibat bencana letusan
Gunung Kelud ditaksir mencapai Rp 1,2 triliun. Nilai kerugian itu belum termasuk penghitungan
kerugian di wilayah 10 kilometer dari puncak gunung atau wilayah terlarang. (Kompas.com,
17/2).
Semua itu baru kerugian fisik ekonomis itu, belum memperhitungkan kerugian atau dampak
psikologis dan mental yang tak dapat diangkakan, seperti hilangnya rasa aman, makin
meningkatnya rasa cemas atau tertekan, dan tekanan kesulitan hidup sebagai dampak lanjutan
dari musibah yang terjadi. Musibah yang bertubi-tubi dan menimbulkan kerugian begitu besar
ini, harus kita renungkan dan maknai untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik ke depan
baik di dunia dan terutama di akhirat.
Iman dan Sabar
Berbagai musibah yang melanda itu terjadi atas izin dan sesuai kehendak Allah sebagai
ketetapan-Nya. Allah berfirman:
َ﴿ﻗل ﻟ ُ َﺎﱠَ َ ا َﻧﺎ َ ﻣوﻻﻧ َﻠ ﱠ َﺗﱠل ُ ؤﻣﻧ
ْ
﴾ُﱠنَِِﻻ ﻣﺎَبﱠَُوَْﺎ وَﻰ َِِْْﻣ ُون
ﻓﻠﯾ
ﻛ
ِ ﯾﺻﯾﺑﻧ إ َﺗ ُ ﻟ ھ ََ َ ﻋ ا ََوﻛ اﻟ
“Katakanlah: ‘Sekali-kali tidak akan menimpa Kami melainkan apa yang telah ditetapkan
Allah untuk kami. Dialah pelindung Kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/02/19/musibah-membangkitkan-energi-perbaikan-dan-ketaatan/
1/5
2. 19/2/2014
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Musibah: Membangkitkan Energi Perbaikan dan Ketaatan
beriman harus bertawakal.’” (TQS. at-Tawbah [9]: 51).
Sebagai ketetapan (qadha’) maka musibah itu harus dilakoni dengan lapang dada, perasaan
ridha, disertai kesabaran dan tawakkal kepada Allah (QS al-Baqarah: 155-157). Hanya saja,
kesabaran yang harus dibangun bukan hanya kesabaran yang bersifat pasif dan kepasrahan,
melainkan kesabaran yang positif dan aktif. Yaitu kesabaran yang disertai perenungan untuk
menarik pelajaran guna membangun sikap, tindakan dan aksi ke depan demi membangun
kehidupan yang lebih baik di dunia dan akhirat.
Memantik Kesadaran Sebagai Hamba Yang Lemah
Musibah dari sisi air dan daratan didatangkan oleh Allah untuk mengingatkan dan
mengembalikan kesadaran spiritualitas manusia akan azab Allah SWT. Firman-Nya:
ْ ِ
ََُم ﻣ ِﻲ ﱠﻣ َُرﺳلَُم ﺣ ًﺎ ََﻣ َﯾف
ﺳﺗﻌ
ﻋﻠﯾ
ﺳ ِ ﯾ ِ ﺑﻛ اﻷ َﺈ َ ﺗ
ﻓ
أ
ََُم ﻣ ِﻲ ﱠﻣ ََﺧﺳفُم َرض َ ا ھ َﻣور )٦١( أم أﻣﻧﺗﱠ ن ﻓ اﻟَ ﺎء أنْ َ ْﻛ َ ﺎﺻﺑََُ ون ﻛ
َْ ﺳ ِ ﯾِ َْ ِ ﻓ ْﻠ
ِْ
ِ﴿
َُُأﻣﻧﺗﱠ ن ﻓ اﻟَ ﺎء أنْ َ ُ َِْذِ ﻲ
﴾(17) َذﯾر
ِ
ِﻧ
“Apakah kamu merasa aman terhadap (hukuman) Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia
akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu
bergoncang? Atau apakah kamu merasa aman terhadap (azab) Allah yang (berkuasa) di
langit bahwa Dia akan mengirimkan angin disertai debu dan kerikil, maka kelak kamu akan
mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku?”(TQS al-Mulk [67]: 16-17)
Imam Al-Baghawi dalam tafsirnya Ma’âlim at-Tanzîl menjelaskan: “Ibn Abbas ra berkata: “a
amintum man fî as-samâ`i -apakah kamu merasa aman dari yang ada di langit-“ yakni dari
azab Zat yang ada di langit jika kamu bermaksiyat kepada-Nya. “An yakhsifa bikum al-ardha
faidzâ hiya tamûr -Dia menjungkirbalikkan bumi bersama kamu sehingga bumi bergoncang.”
Al-Hasan berkata: ‘bumi bergerak beserta penduduknya. Dan dikatakan ambruk pada mereka.’
Maknanya, Allah menggerakkan bumi pada saat perjungkirbalikan sehingga bumi
melemparkan mereka ke bawah, bumi lebih tinggi dari mereka dan berjalan di atas mereka.”
Allah menutup ayat berikutnya dengan memberitahukan “fasata’lamûna kayfa nadzîrin”. Imam
Ibn Katsir menjelaskan dalam Tafsir al-Qur’ân al-‘Azhîm: “yakni bagaimana peringatanku dan
kesudahan orang yang menyimpang darinya dan mendustakannya.”
Jadi musibah yang Allah timpakan itu pada dasarnya untuk memberi peringatan dan
mengembalikan kesadaran pada diri manusia terhadap keMahakuasaan Allah Pencipta alam
semesta. Mengingatkan dan mengembalikan kesadaran betapa lemahnya manusia, dan
betapa terbatasnya pengetahuan manusia. Mengembalikan kesadaran sebagai makhluk
ciptaan dan sebagai hamba dari al-Khaliq yang tidak layak bermaksiyat kepada-Nya dan
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/02/19/musibah-membangkitkan-energi-perbaikan-dan-ketaatan/
2/5
3. 19/2/2014
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Musibah: Membangkitkan Energi Perbaikan dan Ketaatan
menyimpang atau menyalahi peringatan yakni wahyu-Nya serta mendustakannya.
Membangkitkan Energi Perbaikan dan Ketaatan
Kesadaran spiritual yang dikembalikan oleh musibah itu haruslah membangkitkan energi
penghambaan kepada Allah dan menjauhi kemaksiyatan. Energi untuk makin meningkatkan
ibadah kepada Allah SWT dalam arti yang luas.
Selain itu kesadaran spiritual itu haruslah juga membangkitkan energi untuk melakukan
perbaikan, meluruskan penyimpangan, melakukan ketaatan dan kembali menempuh jalan dan
menerapkan sistem yang benar, jalan dan sistem yang bersumber dari wahyu Allah Ta’ala.
Kesadaran nalar ini harus muncul, sebab pada dasarnya semua musibah yang terjadi, di
dalamnya selalu ada peran dan keterlibatan manusia. Allah Ta’ala berfirman:
﴾﴿وﻣَﺻُم ﻣن َِﺔِﻣَ ُْْم وُوَنِﯾر
َﺛ
ﻛ
َ َ ﺎﺑ ِ ﱡ ﯾﺑَﺑ َﺑتِ ﯾﻛ َﻌ
ﺳ أ َﯾ
ﻓ
ٍ َ ﺎ أ َﻛّ ﻣﺻٍ َ ﺎ ﻛَ َﯾدْ ْﻔ ﻋ
“Musibah apa saja yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan
tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar.”(TQS. asy-Syura [42]: 30).
Keterlibatan manusia itu bisa pada konteks terjadinya musibah yang diantaranya berupa
perilaku yang memiliki hubungan sebab akibat dengan terjadinya musibah menurut sunatullah.
Atau perilaku, tindakan dan kebijakan yang berakibat pada besarnya dampak musibah.
Perilaku buruk membuang sampah ke sungai, membuka lahan serampangan, membangun
pemukiman di sempadan sungai, dan sebagainya hanyalah sekedar contoh. Begitu pula
perambahan hutan, penambangan terbuka di hutan lindung, alih fungsi lahan sembarangan,
pembukaan perumahan tak ramah alam, penimbunan situ, daerah resapan dilapisi beton dan
aspal, ruang terbuka hijau sesak ditanami gedung, mal dan kawasan bisnis, dan sebagainya.
Semuanya merupakan peran manusia secara individu dan kelompok dalam terjadinya
bencana. Semua itu bisa terjadi karena dibiarkan atau lebih buruk lagi justru dibingkai oleh
kebijakan buruk dari pengambil kebijakan.
Kebijakan yang buruk juga berandil membesarnya dampak musibah. Berbagai musibah
sebenarnya bisa dicegah. Potensi bencana yang mengancam bisa dikurangi. Dampak
musibah bisa diminimalkan. Namun data bencana yang ada belum dimanfaatkan optimal. Peta
kerawanan bencana, data curah hujan, peringatan pergerakan tanah, peringatan cuaca
ekstrem, dan pengalaman bencana sebelumnya tidak dijadikan pembelajaran untuk
mengantisipasi bencana. Saat bencana melanda, politisi dan penguasa mencari kambing
hitam, menyalahkan penguasa lalu, bahkan menyalahkan hujan, lempar tanggung jawab dan
manajemen penanganan bencana tidak terpadu. Kepemimpinan pun tidak tampak dalam
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/02/19/musibah-membangkitkan-energi-perbaikan-dan-ketaatan/
3/5
4. 19/2/2014
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Musibah: Membangkitkan Energi Perbaikan dan Ketaatan
mengantisipasi, menangani dan mengatasi bencana. Lemahnya koordinasi antarlembaga dan
antar daerah menjadi bukti. Semua itu makin diperparah dengan sistem anggaran yang tidak
adaptif terhadap musibah. Kebijakan dan tindakan sebelum, selama dan sesudah terjadinya
musibah yang seharusnya dibuat dan dilakukan justru diabaikan. Hal itu diantaranya akibat
absennya perhatian terhadap urusan rakyat dan nihilnya spirit pelayanan dan ri’ayah menjamin
berbagai kemaslahatan rakyat, terkikis oleh doktrin, sistem politik dan ideologi sekuler
kapitalisme.
Semua perilaku dan tindakan buruk baik dari individu maupun kelompok itu haruslah
dipertanggungjawabkan. Kebijakan yang diambil dan tindakan buruk yang dilakukan, atau
sebaliknya kebijakan yang seharusnya diambil tapi tidak diambil dan tindakan yang semestinya
dilakukan tetapi tidak; yang semua itu secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan
terjadinya musibah atau memperparah dampak musibah haruslah dipertanggungjawabkan oleh
pengambil kebijakan dan penguasa yang bertanggungjawab.
Dan yang lebih penting lagi, musibah yang terjadi haruslah bisa membangkitkan energi dan
menumbuhkan keberanian untuk meluruskan segala hal yang salah dan melakukan perbaikan
atas berbagai kerusakan (fasad) yang ada. Juga membangkitkan energi dan menumbuhkan
keberanian untuk mengakhiri dan meninggalkan sistem bobrok buatan manusia yakni sistem
dan ideologi sekuler kapitalisme yang saat ini diterapkan; dan menggantinya dengan kembali
kepada aturan, sistem dan ideologi yang benar yang diturunkan oleh Allah SWT. Tanpa sampai
pada kesadaran itu, maka kita telah gagal memaknai musibah atau setidaknya telah
memaknainya secara pincang. Semua itu hanya bisa sempurna kita wujudkan dengan
menerapkan syariah islamiyah secara total melalui sistem Khilafah Rasyidah. Itulah
sesungguhnya hikmah dari musibah yang harus diwujudkan. Allah Ta’ala berfirman:
ََﮭر َ ُ ﻓ ْﺑر ِْ َ ﺎ ﻛَتِ ﱠ ِﯾذَُﻌضِ َﻣﻠ َُ مْ ﺟﻌ
﴾﴿ ََْﺎِﻲَََﺣر ﺑﻣَ ْْدي اﻟِ َُﮭمَْﱠذي ُوا ﱠﮭَرُون
ﻟﻌﻠ ﯾ
ﻋ
ﻧﺎسِ ﯾﻘ ﺑ
ﻟ
َ اﻟﻔﺳ د اّ و اِْ َﺑ َﯾ
ﺳ أ
ِ ﻟﺑ
ﻟ
ظ
ِ َْ ِ اﻟ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (TQS ar-Rum [30]: 41)
Wallâh a’lam bi ash-shawâb. []
Komentar:
Dewan Perwakilan Rakyat periode 2009-2014 yang menghabiskan anggaran hingga 11,8
triliun tak hanya punya kinerja yang relatif rendah. Anggota DPR yang menghadiri acara, seperti
rapat di Kompleks Parlemen, belakangan ini juga tidak sebanyak yang menandatangani daftar
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/02/19/musibah-membangkitkan-energi-perbaikan-dan-ketaatan/
4/5
5. 19/2/2014
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Musibah: Membangkitkan Energi Perbaikan dan Ketaatan
hadir (Kompas, 18/2).
1. Itulah potret para politisi wakil rakyat yang hampir tidak berubah dari satu periode ke
periode lainnya. Tampak amanah diabaikan dan kurang peduli pada kepentingan dan
kemaslahatan rakyat. Sungguh mencederai perwakilan yang dipercayakan rakyat
kepada mereka.
2. Apakah politisi seperti itu, politisi didikan mereka dan konco-konco mereka masih
layak diberi kepercayaan perwakilan?
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/02/19/musibah-membangkitkan-energi-perbaikan-dan-ketaatan/
5/5