Dokumen tersebut membahas tentang partisipasi masyarakat dalam beberapa aspek yakni KLHS, penataan ruang, perencanaan pembangunan, dan penetapan wilayah pertambangan. Namun demikian, dokumen tersebut menunjukkan bahwa secara praktis partisipasi masyarakat masih berada pada tingkat rendah atau bahkan tidak ada sama sekali di beberapa lokasi, padahal secara normatif telah diatur dengan baik
1. Pendapat Hukum MK
Partisipasi masyarakat sebagai bagian dari fungsi kontrol masyarakat terhadap pemerintah wajib:
Memastikan dipenuhinya hak-hak konstitusional warga negara untuk hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, mempunyai hak milik pribadi
dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.
Melindungi, Menghormati dan Memenuhi Kepentingan Masyarakat dan khususnya masyarakat yang berada
di dalam WP dan yang terdampak, yang wilayah maupun tanahnya akan dimasukan ke dalam wilayah
pertambangan.
Menyertakan pendapat masyarakat terlebih dahulu dengan cara pelibatan langsung masyarakat yang ada di
dalam WP dan yang akan terkena dampak dalam penetapan wilayah pertambangan.
Memfasilitasi partisipasi masyarakat sebagai bentuk konkret dari pelaksanaan Pasal 28H ayat (1) dan ayat
(4) UUD 1945.
Norma Peraturan
Perundangan
Teori Arnstein Praktek Lapangan
KLHS Partisipasi dalam Pelaksanaan
KLHS diatur sedemikian rupa
sebagai berikut:
KLHS harus dilakukan secara
terbuka dan melibatkan
masyarakat dan pemangku
Dengan pengaturan
demikian, tangga
partisipasi ditempatkan
dalam tangga
“Pemberian Infomasi”
(tangga ketiga) untuk
penilaian terendah, dan
Lokasi Batu Gosok -
Labuan Bajo: tidak ada
pelibatan masyarakat dalam
pelaksanaan KLHS
Lokasi Desa Hakatotubu –
Desa Tambea: tidak ada
informasi pelaksanaan
2. kepentingan lainnya;
Dapat dibentuk komite ahli
atau wakil-wakil komunitas
Diatur mekanisme
penyerapan aspirasi
masyarakat melalui survey
kuesioner, wawacara,
observasi fisik dan social,
Konsultasi publik/Lokakarya
Diatur mekanisme pemberian
informasi melalui
pemanfaatan dokumen-
dokumen cetak, pameran,
poster, layanan informasi
online dan diskusi melalui
internet
tangga “Penentraman”
(tangga kelima) untuk
penilaian tertinggi
Terhadap prakteknya,
penilaian partisipasi
masyarakat berada pada
tangga terendah yaitu
“Manipulasi” bahkan
untuk lokasi yang sama
sekali tidak ada
pelibatan masyarakat
maka nilainya lebih
rendah dari
“Manipulasi”
KLHS
Lokasi Kawasan Batang
Toru: tidak ada informasi
pelaksanaan KLHS
Penataan
Ruang
Partisipasi dalam Penataan
Ruang diatur sedemikian rupa
sebagai berikut:
Penataan ruang dilakukan
oleh pemerintah dengan
melibatkan peran masyarakat
dengan cara baik dalam
penyusunan rencana tata
Dengan pengaturan
demikian, tangga
partisipasi ditempatkan
dalam tangga
“Pemberian Infomasi”
(tangga ketiga) untuk
penilaian terendah, dan
tangga “Konsultasi”
(tangga keempat) untuk
Lokasi Batu Gosok -
Labuan Bajo: tidak ada
pelibatan masyarakat dalam
penyusunan tata ruang
Kabupaten Manggarai Barat
Lokasi Desa Hakatotubu –
Desa Tambea: tidak ada
pelibatan masyarakat dalam
penyusunan tata ruang
3. ruang; pemanfaatan ruang;
dan pengendalian
pemanfaatan ruang
Diatur mekanisme sosialisasi,
melalui media tatap muka
antara lain dialog, seminar,
lokakarya, diskusi, dan/atau
pameran. Sosialisasi melalui
media elektronik antara lain
penyiaran di media radio
dan/atau televisi dan rubrik
tanya jawab melalui media
internet; menyelenggarakan
kegiatan untuk menerima
masukan dari masyarakat,
antara lain melalui kegiatan
konsultasi publik, lokakarya,
seminar, dan/atau workshop;
memberikan tanggapan
kepada masyarakat sebagai
penjelasan kepada
masyarakat atas masukan
yang disampaikan kepada
Pemerintah/pemerintah
daerah.
Diatur mekanisme Pemberian
penilaian tertinggi
Terhadap prakteknya,
penilaian partisipasi
masyarakat berada pada
tangga lebih rendah dari
“Manipulasi” karena
tidak ada partisipasi
masyarakat dalam
penyusunan penataan
ruang kabupaten.
Kabupaten Kolaka
Lokasi Kawasan Batang
Toru: tidak ada pelibatan
masyarakat dalam
penyusunan tata ruang
Kabupaten Tapanuli Selatan
4. informasi melalui media
cetak seperti surat kabar,
tabloid, majalah, selebaran,
brosur, dan pamflet; media
elektronik seperti siaran
radio, siaran televisi, dan
website; dan media
komunikasi lainnya seperti
melalui sms, hotline, kotak
pos, dan media lainnya di
mana masyarakat dapat
memberikan masukan dengan
mudah
Perencanaan
Pembangunan
Partisipasi dalam Perencanaan
Pembangunan diatur sedemikian
rupa sebagai berikut:
Partisipasi masyarakat dalam
proses perencanaan
pembangunan nasional dan
daerah diikuti oleh unsur-
unsur penyelenggaran negara
dengan mengikutsertakan
masyarakat
Dengan pengaturan
demikian, tangga
partisipasi ditempatkan
dalam tangga
“Pemberian Infomasi”
(tangga ketiga) untuk
penilaian terendah, dan
tangga “Konsultasi”
(tangga keempat) untuk
penilaian tertinggi
Terhadap prakteknya,
Lokasi Batu Gosok -
Labuan Bajo: RPJMD
Kabupaten Manggarai Barat
telah menetapkan focus
pembangunan pada sektor
pariwisata. Namun dalam
proses musyawarah
perencanaan pada tingkat
desa tidak diberi ruang
untuk membicarakan sektor
pertambangan
5. Khusus untuk penyusunan
RPJMD diatur bahwa
Perencanaan pembangunan
daerah dirumuskan secara
transparan, responsif, efisien,
efektif, akuntabel,
partisipatif, terukur,
berkeadilan dan
berkelanjutan.
Diatur mekanisme
penyelenggarakan forum
konsultasi dan musrenbang
Diatur mekanisme pemberian
informasi melalui
penggunaan dokumen
rencana pembangunan daerah
yang dijadikan bahan dalam
musrenbang.
penilaian partisipasi
masyarakat berada pada
tangga lebih rendah dari
“Manipulasi” karena
tidak ada partisipasi
masyarakat dalam
penyusunan penataan
ruang kabupaten..
Lokasi Desa Hakatotubu –
Desa Tambea: tidak ada
pelibatan masyarakat dalam
penyusunan perencanaan
pembangunan daerah di
Kabupaten Kolaka
Lokasi Kawasan Batang
Toru: tidak ada pelibatan
masyarakat dalam
penyusunan perencanaan
pembangunan di Kabupaten
Tapanuli Selatan
Penetapan WP Partisipasi dalam Penetapan
Wilayah Pertambangan diatur
sedemikian rupa sebagai
berikut:
Dengan pengaturan
demikian, tangga
partisipasi ditempatkan
dalam tangga
“Manipulasi”
Lokasi Batu Gosok -
Labuan Bajo: Tidak ada
informasi mengenai
penetapan wilayah
pertambangan. Setelah 2010
Ada upaya Pemda
6. Sebelum Putusan MK:
diatur dalam Pasal 10 dimana
Penetapan WP sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat
(2) dilaksanakan: a) secara
transparan, partisipatif, dan
bertanggung jawab; b) secara
terpadu dengan
memperhatikan pendapat dari
instansi pemerintah terkait,
masyarakat, dan dengan
mempertimbangkan aspek
ekologi, ekonomi, dan sosial
budaya, serta berwawasan
lingkungan; dan c) dengan
memperhatikan aspirasi
daerah.
Setelah Putusan MK:
menafsirkan sepanjang frasa
“…memperhatikan
pendapat… masyarakat…”
(pasal 10 huruf b)
Manggarai Barat untuk
mengkoreksi praktek usaha
pertambangan dengan
menghentikan sementara
izin usaha yang telah
dikeluarkan
Lokasi Desa Hakatotubu –
Desa Tambea: Sudah ada
usulan wilayah
pertambangan dari Dinas
Pertambangan ke Provinsi
dan Provinsi ke Pemerintah
Pusat, namun WP yang
diusulkan dari Kabupaten
tidak ada proses partisipasi
masyarakat
Lokasi Kawasan Batang
Toru: tidak ada informasi
pelibatan masyarakat dalam
penetapan wilayah
pertambangan di Kabupaten
Tapanuli Selatan
7. bertentangan secara bersyarat
terhadap UUD 1945
sepanjang tidak dimaknai,
“wajib melindungi,
menghormati, dan memenuhi
kepentingan masyarakat yang
wilayah maupun tanah
miliknya akan dimasukkan ke
dalam wilayah pertambangan
dan masyarakat yang akan
terkena dampak