Teks tersebut membahas tentang pelafalan dalam bahasa Indonesia. Teks menjelaskan bahwa pelafalan dalam bahasa Indonesia umumnya mudah karena setiap huruf memiliki satu bunyi tetap, kecuali huruf e dan x yang memiliki lebih dari satu bunyi. Teks juga menjelaskan tentang pelafalan diftong, konsonan gabungan, dan pengecualian untuk pelafalan singkatan dan akronim asing.
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
Pelafalan dalam Bahasa Indonesia mudah dipelajari
1. Pelafalan dalam Bahasa Indonesia
Bagi sebagian pemelajar, bahasa Indonesia adalah bahasa yang mudah dipelajari. Salah
satu alasannya adalah karena pelafalan atau pengucapan dalam bahasa Indonesia cukup
mudah. Misalnya, huruf c akan selalu dilafalkan [ce], baik dalam kata cinta, cuci,
mapun kaca. Di bahasa lain, misalnya bahasa Inggris, huruf c dapat dilafalkan seperti
huruf s pada kata century, huruf c pada kata charity, atau huruf k pada kata computer.
Namun, tidak semua huruf dalam bahasa Indonesia dilafalkan dengan satu bunyi. Dari lima
huruf vokal (a, i, u, e, dan o) yang ada, huruf e mempunyai pelafalan lebih dari satu, yaitu
[e], [ɛ], dan [ǝ]. Misalnya, huruf e pada kata enak dilafalkan [e], pada kata ember dilafakan
[ɛ], dan pada kata emas dilafalkan [ǝ]. Untuk menghindari keraguan dalam penulisan, dapat
digunakan tanda diakritik (ˆ) untuk bunyi [ǝ], (ˊ) untuk bunyi [e], dan (ˋ) untuk bunyi [ɛ],
seperti dalam contoh berikut.
Anak-anak sedang bermain di teras (téras).
Upacara itu dihadiri oleh para pejabat teras (têras).
Kami menonton film seri (sèri).
Pertandingan itu berakhir seri (sêri).
Bahasa Indonesia mempunyai empat buah diftong, yaitu ai, au, oi, dan ei yang masing-
masing dilafalkan dengan [ay], [aw], [oy], dan [ey]. Kedua huruf vokal pada diftong itu
melambangkan satu bunyi vokal yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, diftong
berbeda dari deretan dua vokal yang berjejer, seperti yang terlihat dalam contoh berikut.
Diftong Deret Vokal
[ay] [gulay] gulai [ai] [gulai] gulai ‘diberi gula’
[aw] [harimaw] harimau [au] [mau] mau
[oi] [tomboy] tomboi [oi] [meɲjagoi] menjagoi
[ei] [survey] survei
Untuk huruf konsonan, ada satu huruf yang mempunyai dua pelafalan, yaitu huruf x yang
dapat dilafalkan [eks] atau [s]. Bunyi [eks] muncul seperti pada sinar-X, sementara jika
berada pada posisi awal dilafalkan [s], seperti pada xilem, xilofon, atau xenon.
Huruf x biasanya digunakan untuk nama diri dan keperluan ilmu .
Selain itu, terdapat konsonan gabungan yang memiliki satu bunyi, yaitu kh, ng, ny, dan sy.
Konsonan gabungan kh dilafalkan [x], seperti pada kata khas, akhir, dan tarikh. Konsonan
gabungan ng dilafalkan [ŋ], seperti pada kata ngarai, bangun, dan kucing. Konsonan
gabungan ny dilafalkan [ɲ], seperti pada kata nyiur, tanya, dan penyu. Konsonan
gabungan sy dilafalkan [ʃ], seperti pada kata syah, syarat, dan penyu.
Kesalahan Umum
2. Meskipun cara pelafalan telah diatur secara jelas dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, masih banyak orang yang
melakukan kesalahan pelafalan. Hal itu boleh jadi disebabkan oleh ketidaktahuan,
kebiasaan, atau pengaruh dari bahasa lain. Misalnya, kata energi, yang semestinya
dilafalkan [enǝrgi], sering kali dilafalkan [enerhi], [enǝrsi], atau [enerji]. Contoh lainnya
adalah sebagai berikut.
Kata Benar Salah
teknik [teknik] [tehnik]
tegel [tegel] [tehel]
teknologi [tɛknologi] [tehnoloxi], [tehnoloxi]
biologi [biologi] [bioloxi]
peka [peka] [pǝka]
komputer [komputǝr] [kompyuter]
ide [ide] [idǝ]
sistem [sistem] [sistǝm], [sistim]
bus [bus] [bǝs], [bis]
truk [truk] [trǝk]
peta [pǝta] [peta]
cokelat [cokǝlat] [soklat]
produk [produk] [prodak]
label [labɛl] [lebǝl]
detail [dǝtail] [dǝtil]
karier [karier] [karir]
khawatir [xawatir] [kawatir], [hawatir]
manajer [manajǝr] [menejǝr]
gender [gendǝr] [jendǝr]
komplet [komplɛt] [kopmplit], [kumplit]
Untuk singkatan dan akronim, aturan pelafalan tidak berubah. Misalnya, singkatan PBB,
SMA, daring, dan pemilu dilafalkan [pe be be], [ɛs ɛm a], [dariŋ], dan [pǝmilu]. Yang sering
membingungkan adalah ketika singkatan dan akronim itu adalah berasal dari bahasa selain
bahasa Indonesia, misalnya bahasa Inggris. Singkatan IMF, misalnya, apakah dilafalkan [i
ɛm ɛf] atau [ai ɛm ɛf]? Apakah [ti vi] atau [te ve] untuk TV? Apakah [a ce] atau [ei si] untuk
AC? Apakah [we ce] atau [we se] untuk WC? Apakah [pe ha de] atau [pi eɪtʃ di] untuk
Ph.D.? Jika digunakan dalam konteks bahasa Indonesia, singkatan kata asing itu dilafalkan
sesuai dengan bunyi huruf-huruf itu dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, singkatan
3. tersebut masing-masing dilafalkan [i ɛm ɛf] untuk IMF, [te ve] untuk TV, [a ce] untuk AC, [we
ce] untuk WC, dan [pe ha de] untuk Ph.D..
Berbeda dari pelafalan singkatan kata asing, pelafalan akronim asing disesuaikan dengan
lafal dalam bahasa asalnya. Itu karena akronim dianggap sebagai kata biasa. Jadi,
UNESCO, UNICEF, dan NATO dilafalkan [juːˈneskəʊ], [juːnɪsef], dan [neɪ toʊ) seperti dalam
bahasa Inggris.