SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Download to read offline
Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
ISBN: 978-979-15649-6-0 47
DISTRIBUSI DAN AKUMULASI ALUMINIUM PADA AKAR
SORGUM (Sorghum bicolor (L) Moench) MELALUI
UJI PEWARNAAN HEMATOKSILIN
Karlin Agustina1, *
, Didy Sopandie2
, Trikoesoemaningtyas2
, Desta Wirnas2
dan Wiwik Hardaningsih3
1
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas IBA Palembang/
2
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Jalan Meranti Kampus IPB Darmaga Bogor 16680
3
Program Studi B.T. Pangan, Politeknik Pertanian Universitas Andalas, Payakumbuh Padang
*Corresponding author: karlinagustina_92@yahoo.co.id
Abstrak
Penelitian pada akar sorgum bertujuan untuk memperoleh informasi tentang mekanisme toleransi sorgum
terhadap cekaman Al melalui uji pewarnaan hematoksilin, yaitu membedakan antara genotipe dengan
mekanisme eksternal dan mekanisme internal. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan
Acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah kombinasi
konsentrasi larutan Al dan lama perendaman, terdiri dari tanpa Al (H0), 74 µM Al-6 jam (H1), 74 µM Al-24
jam (H2), 74 µM Al-48 jam (H3), 148 µM Al-6 jam (H4), 148 µM Al-24 jam (H5), 148 µM Al-48 jam (H6),
222 µM Al-6 jam (H7), 222 µM Al-24 jam (H8) dan 222 µM Al-48 jam (H9). Faktor kedua adalah genotipe
sorgum yaitu Numbu (T1), ZH-30-29-07 (T2), B-69 (P1) dan B-75 (P2). Hasil penelitian menunjukkan,
ujung akar tanaman peka mengakumulasi Al lebih banyak dan memiliki perakaran lebih pendek daripada
tanaman toleran. Tanaman toleran menunjukkan mekanisme eksternal terhadap cekaman Al. Semakin lama
tanaman terdedah cekaman, semakin tinggi nilai skoring dan semakin banyak akumulasi Al pada ujung akar.
Kata-kata kunci: akar sorgum, akumulasi Al, hematoksilin
PENDAHULUAN
Sorgum manis (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan tanaman yang dapat dijadikan sebagai
salah satu solusi krisis pangan dan energi yang dihadapi Indonesia saat ini. Menurut Yudiarto (2006) serta
Reddy dan Dar (2007), biji sorgum dapat dijadikan sebagai bahan pangan utama sumber karbohidrat,
sedangkan batang dan juga bijinya dapat dikonversi menjadi bioetanol melalui proses fermentasi.
Keunggulan sorgum lainnya terletak pada daya adaptasi agroekologi yang luas, tahan terhadap kekeringan,
produksi yang tinggi, serta lebih tahan terhadap hama dan penyakit dibanding tanaman pangan lainnya.
Beberapa kandungan nilai gizi yang dimiliki sorgum melebihi kandungan beras, seperti protein, lemak,
kalsium, besi, fosfor, dan vitamin B-1 (Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, 1992).
Pengembangan sorgum manis harus terus diupayakan baik melalui intensifikasi maupun
ekstensifikasi. Akan tetapi, ekstensifikasi terkendala oleh ketersediaan tanah pertanian yang semakin
menyusut akibat alih fungsi tanah ke penggunaan non pertanian (Mattjik, 2007), sehingga pengembangan
sorgum akan diarahkan pada ketersediaan tanah yang marjinal, dengan kondisi pH rendah. Kondisi ini akan
memberikan pengaruh buruk bagi tanaman, antara lain dengan meningkatnya kandungan senyawa bersifat
toksik seperti aluminium (Al) dan defisiensi fosfor.
Sasaran utama cekaman Al pada akar adalah tudung akar. Rusaknya tudung akar akan
mengakibatkan berkurangnya sekresi mucilage. Keracunan Al dapat menghambat pertumbuhan tajuk
dengan cara menghambat pasokan hara, air dan sitokinin dari akar karena buruknya penetrasi akar ke
subsoil atau kondisi hidrolik akar rendah (Marschner 1995). Menurut Sopandie (2006), perbaikan tanaman
pada tanah marjinal sangat memerlukan pemahaman ilmu fisiologi tentang mekanisme yang mendasari
peningkatan potensi hasil (yield potential) dan perbaikan adaptasi tanaman terhadap berbagai cekaman
lingkungan abiotik.
Salah satu cara untuk mendeteksi distribusi Al pada ujung akar adalah menggunakan metode uji
pewarnaan hematoksilin (Hematoxylin staining). Metode hematoksilin adalah metode yang sederhana dan
berdasarkan pewarnaan pada ujung akar. Metode ini sangat efektif untuk menyaring tanaman jagung yang
Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
48 ISBN: 978-979-15649-6-0
toleran Al (Nur, 2009). Lapisan terluar ujung akar akan tewarnai hematoksilin apabila pada ujung akar
terdapat Al, karena Al bertindak sebagai alat pengikat hematein yang merupakan komponen oksida dari
larutan hematoksilin. Akar yang terwarnai hematoksilin menunjukkan distribusi penyerapan Al. Pewarnaan
lebih intensif pada ujung akar, karena ujung akar merupakan daerah perpanjangan sel.
Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan informasi dari bidang kajian fisiologi
toleransi tanaman terhadap cekaman aluminium di tanah masam dalam rangka pengembangan tanaman
sorgum sebagai bahan pangan alternatif dan bahan baku bioetanol. Hasil penelitian ini akan menjadi
informasi penting untuk perbaikan tanaman melalui program pemuliaan tanaman.
BAHAN DAN METODE
Percobaan ini dilaksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan University Farm, IPB Cikabayan dan
Laboratorium Micro Technique IPB pada bulan Oktober 2009. Bahan tanaman yang digunakan dalam
percobaan ini merupakan hasil seleksi Sungkono (2007) di tanah masam Lampung, yaitu dua genotipe
sorgum toleran tanah masam (Numbu dan ZH 30-29-07) serta dua genotipe peka (B-69 dan B-75). Bahan
lainnya adalah larutan hematoksilin, aquades, media larutan 0.5 mM CaCl2, larutan AlCl3, NaOH 1 M, HCl
1 M, gabus busa lunak, dan stryofoam. Pot pertumbuhan berdiameter 15 cm, serta alat pendukung lainnya.
Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun faktorial dengan tiga
ulangan. Faktor pertama adalah kombinasi konsentrasi larutan Al dan lama perendaman dalam hematoksilin,
terdiri dari tanpa Al (H0), 74 µM Al-6 jam (H1), 74 µM Al-24 jam (H2), 74 µM Al-48 jam (H3), 148 µM Al-
6 jam (H4), 148 µM Al-24 jam (H5), 148 µM Al-48 jam (H6), 222 µM Al-6 jam (H7), 222 µM Al-24 jam
(H8) dan 222 µM Al-48 jam (H9). Faktor kedua adalah genotipe sorgum yaitu Numbu (T1), ZH-30-29-07
(T2), B-69 (P1) dan B-75 (P2).
Media tanam yang digunakan pada percobaan pewarnaan adalah media sederhana yaitu 0.5 mM
CaCl2. Satuan percobaan berupa pot pertumbuhan dengan dua liter larutan hara. Perlakuan cekaman Al
dilakukan dengan penambahan 74, 148 dan 222 µM AlCl3 ke larutan hara dengan lama perendaman 6, 24
dan 48 jam. pH larutan diatur pada 4.0±0.1 dengan penambahan NaOH 1 M dan HCl 1 M.
Kecambah normal yang berumur satu minggu dengan panjang akar seragam dipindahkan ke media
percobaan. Batang kecambah dibalut dengan gabus busa lunak kemudian dimasukkan ke lubang stryofoam
yang telah disiapkan dan diapungkan dalam larutan hara. Akar yang telah ditumbuhkan pada kultur hara
dengan perlakuan Al selama 6, 24 dan 48 jam dicuci dengan aquades untuk menghilangkan Al yang masih
menempel di mucilage. Akar kemudian dicelupkan ke dalam larutan hematoksilin 2 mg/l selama 60 menit
kemudian dicuci kembali dengan aquades. Uji hematoksilin hanya dilakukan terhadap tanaman yang
mendapat cekaman Al.
Pembuatan Sediaan Mikroskopis Akar. Akumulasi Al pada jaringan akar diamati dengan
membuat sediaan mikroskopis akar. Akar tanaman diambil dari setiap perlakuan yang telah diwarnai dengan
larutan hematoksilin pada analisis histokimia. Selanjutnya akar disayat melintang mulai dari ujung akar
sampai daerah 1 mm. Akumulasi Al jaringan akar ditandai dengan lapisan berwarna ungu muda hingga ungu
gelap yang diamati menggunakan foto-mikroskopis Olympus BX-41.
Pengamatan Akumulasi Aluminium secara Visual. Hasil pewarnaan dengan hematoksilin juga
diamati dengan melihat kuantitas dari total akar yang terwarnai secara visual. Hasil pengamatan visual ini
kemudian dikuantitatifkan menggunakan nilai skoring pada skala 1-5 dengan penggolongan skoring sebagai
berikut: skoring 1 bila akar terwarnai 0-<20%, skoring 2 bila akar terwarnai >20%-<40%, skoring 3 bila akar
terwarnai >40-<60%, skoring 4 bila akar terwarnai >60-<80%, dan skoring 5 bila akar terwarnai >80-100%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, penetrasi Al hanya dibedakan secara kualitatif yang ditentukan oleh intensitas
pewarnaan hematoksilin dan dikuantitatifkan dengan nilai skoring. Pengamatan kualitas pewarnaan memiliki
tingkat ketelitian lebih tinggi dari penelitian Fatimah (1997) yang tidak melakukan pengamatan secara
mikroskopis, tetapi pada penelitian ini tidak didapatkan pola penetrasi Al yang lebih jelas, karena tidak
tersedianya alat Hematocymeter seperti pada penelitian Sopandie et al. (2000). Hasil uji keragaman
menunjukkan panjang akar dan skoring warna pada perendaman dalam larutan hematoksilin 6, 24, dan 48
jam dipengaruhi secara nyata oleh konsentrasi Al, genotipe, serta interaksi keduanya (Tabel 1).
Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
ISBN: 978-979-15649-6-0 49
Tabel 1. Rekapitulasi nilai sidik ragam pengaruh konsentrasi Al dan genotipe, terhadap panjang akar dan
nilai skoring warna sorgum fase bibit pada lama cekaman Al 6 jam, 24 jam dan 48 jam
Parameter Konsentrasi Al Genotipe Interaksi
KT KT KT
Panjang akar pada 6 jam cekaman Al 81.23** 24.78** 1.06**
Panjang akar pada 24 jam cekaman Al 89.74** 28.34** 0.77**
Panjang akar pada 48 jam cekaman Al 92.43** 42.26** 0.52*
Skoring warna pada 6 jam cekaman Al 25.94** 3.39** 0.49**
Skoring warna pada 24 jam cekaman Al 28.08** 1.53** 0.29**
Skoring warna pada 48 jam cekaman Al 32.23** 0.59** 0.35**
KT = Kuadrat Tengah * = berpengaruh nyata, ** = berpengaruh sangat nyata
Nilai rataan panjang akar pada berbagai konsentrasi perlakuan cekaman Al dengan lama cekaman
yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 2, 3, dan 4 di bawah ini.
Tabel.2. Nilai rataan pengaruh konsentrasi Al dan genotipe, terhadap panjang akar sorgum selama 6 jam
tercekam Al
Perlakuan Rata-rata nilai panjang akar(cm)
Numbu ZH-30-29-07 B-69 B-75
Tanpa Al/ Kontrol 11.93 10.60 9.83 10.39
74 µM Al 11.20( 93.88) 7.35(69.34) 6.20(63.07) 6.95(66.89)
148 µM Al 7.88( 66.05) 5.32(50.19) 5.07(51.58) 5.50(52.94)
222 µM Al 6.66( 55.85) 4.42(41.70) 3.52(35.81) 4.37(42.06)
Keterangan: Angka dalam kurung adalah panjang akar relatif (PAR) dibandingkan kondisi tanpa cekaman Al
Pengelompokan tingkat toleransi tanaman terhadap Al dapat didasarkan pada nilai PAR. Tanaman
yang memiliki nilai PAR > 50 % menunjukkan tanaman tersebut toleran seperti hasil penelitian pada jagung
(Baligar et al. 1997), kedelai (Sopandie et al, 2000) dan padi (Jagau, 2000). Panjang akar relatif pada
konsentrasi Al 74 µM dan 148 µM pada lama cekaman 6 jam memperlihatkan nilai rata-rata PAR di atas 50
% pada semua genotipe sorgum yang diuji (Tabel 2).
Genotipe peka B-75 pada penelitian ini ternyata menunjukkan tingkat toleransi yang cukup baik
pada konsentrasi 148 µM Al dengan lama terdedah cekaman 24 jam (Tabel 3). Pada lama cekaman Al 48
jam dengan konsentarsi 222 µM Al didapatkan tidak satupun genotipe yang mampu mempertahankan
panjang akarnya (Tabel 4). Secara umum dapat ditunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi Al dan
semakin lama terdedah cekaman, tingkat toleransi tanaman berdasarkan nilai PAR semakin rendah.
Tabel 3. Nilai rataan pengaruh konsentrasi Al dan genotipe, terhadap panjang akar sorgum selama 24 jam
tercekam Al
Perlakuan Rata-rata nilai panjang akar(cm)
Numbu ZH-30-29-07 B-69 B-75
Tanpa Al/ Kontrol 13.17 12.26 11.00 11.37
74 µM Al 11.60(88.08) 7.73(63.05) 6.59(59.91) 7.23(63.59)
148 µM Al 8.43(64.01) 5.61(45.76) 5.45(49.55) 5.77(50.75)
222 µM Al 7.07(53.68) 4.79(39.07) 3.90(35.45) 4.68(41.16)
Keterangan: Angka dalam kurung adalah panjang akar relatif (PAR) dibandingkan kondisi tanpa cekaman Al
Tabel 4. Nilai rataan pengaruh konsentrasi Al dan genotipe, terhadap panjang akar sorgum selama 48 jam
tercekam Al
Perlakuan Rata-rata nilai panjang akar(cm)
Numbu ZH-30-29-07 B-69 B-75
Tanpa Al/ Kontrol 17.20 15.83 15.23 14.40
74 µM Al 13.49(78.43) 9.21(58.18) 8.64(56.73) 8.56(59.44)
148 µM Al 10.62(61.74) 7.03(44.41) 6.89(45.24) 6.71(46.60)
222 µM Al 7.58(45.64) 6.00(37.90) 5.47(35.92) 5.80(40.28)
Keterangan: Angka dalam kurung adalah panjang akar relatif (PAR) dibandingkan kondisi tanpa cekaman Al
Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
50 ISBN: 978-979-15649-6-0
Nilai skoring pewarnaan pada lama perendaman dalam larutan bercekaman Al selama 48 jam yang
dikuantitatifkan dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil penelitian ini menunjukkan genotipe peka terwarnai lebih
banyak oleh hematoksilin pada konsentrasi 222 µM Al mulai 6 jam perlakuan waktu cekaman. Hasil ini
diperjelas lagi pada gambar potongan mikroskopis jaringan ujung akar (Gambar 1 dan 2). Menurut Polle
dan Konzak (1990) hal ini menunjukkan bahwa ujung akar banyak menyerap Al dan akan terwarnai oleh
hematoksilin, karena Al bertindak sebagai pengikat hematein yang merupakan komponen oksida dari larutan
hematoksilin.
Tabel 5. Pengaruh konsentrasi Al dan genotipe, terhadap nilai kuantitatif pewarnaan hematoksilin pada
sorgum fase bibit dengan lama cekaman 48 jam
Perlakuan Rata-rata nilai skoring pewarnaan akar 48 jam tercekam Al
Numbu ZH-30-29-07 B-69 B-75
74 µM Al 2.89 3.67 3.67 3.56
148 µM Al 3.67 3.89 4.78 4.44
222 µM Al 4.33 4.78 5.00 5.00
Gambar histokimia distribusi dan akumulasi Al pada jaringan akar sorgum dengan perlakuan
perendaman selama 6 jam dalam larutan bercekaman Al yang difoto melalui mikroskop binokuler Olympus
BX-41 dengan pembesaran 40x dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.
(A) (B) (C)
Gambar 1. Perbandingan potongan melintang akar sorgum genotipe B-75 pada perlakuan 6 jam tercekam Al.
A) 74µM Al, B) 148µM Al, dan C) 222µM Al
(A) (B) (C)
Gambar 2. Genotipe B-69 pada perlakuan 6 jam tercekam Al. A) 74µM Al, B) 148µM Al, dan C) 222µM
Al
Distribusi Al pada konsentrasi 222 µM pada ujung akar sorgum peka B-69, B-75 dan sorgum toleran
ZH-30-29-07 terlihat sudah merata sampai ke bagian tengah akar pada lama cekaman 6 jam, sedangkan pada
Numbu masih terdistribusi pada daerah epidermis akar (Gambar 1,.2, 3 dan 4). Diduga genotipe toleran
Numbu memiliki ketahanan dinding sel dan plasma membran yang lebih baik dibandingkan genotipe lain
yang diuji. Menurut Sopandie et al (2000) dugaan tentang ketahanan dinding sel dan membran yang lebih
baik pada genotipe toleran masih perlu diklarifikasi lebih lanjut dengan penelitian yang lebih spesifik dan
rumit melalui teknik isolasi dinding sel dan membran.
Genotipe toleran diduga memiliki kemampuan untuk mencegah Al agar tidak menyeberangi
membran plasma dan masuk ke simplas serta tempat lain yang peka terhadap Al di sitoplasma akar (Ma
2000). Dalam keadaan tercekam Al, kandungan Al apoplas sorgum toleran lebih rendah diduga akibat
Kapasitas Tukar Kation (KTK) akar rendah dibandingkan genotipe peka. Menurut (Okada et al. 2003) Ca
apoplas pada genotipe toleran lebih rendah dan tidak mudah digantikan oleh Al. Rendahnya jumlah muatan
negatif dari dinding sel genotipe toleran menyebabkan interaksi Al dengan dinding sel genotipe toleran lebih
Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
ISBN: 978-979-15649-6-0 51
rendah dibandingkan genotipe peka (Kochian et al.2005) sehingga konsentrasi Al di akar genotipe toleran
juga lebih rendah. Fenomena ini juga telah dilaporkan beberapa peneliti sebelumnya (Sivaguru dan Paliwal
1993; Nursyamsi, 2000) bahwa tanaman padi toleran mempunyai mekanisme toleransi Al dengan
mengurangi interaksi Al dengan dinding sel akar.
(A) (B) (C)
Gambar 3. Genotipe ZH-30-29-07 pada perlakuan 6 jam tercekam Al. A) 74µM Al, B) 148µM Al, dan C)
222µM Al
(A) (B) (C)
Gambar 4. Varietas Numbu pada perlakuan 6 jam tercekam Al. A) 74µM Al, B) 148µM Al, dan C) 222µM
Al
Menurut Taylor (1991) mekanisme yang menunjukkan sedikitnya akumulasi Al dalam jaringan akar
disebut mekanisme eksternal atau ekslusi Al yaitu pencegahan Al ke dalam jaringan akar. Akumulasi Al
yang lebih sedikit pada Numbu dapat dihubungkan dengan keberadaan mucilage yang lebih banyak pada
genotipe toleran. Menurut Iijima et al. (2004), peranan mucilage ini sangat penting dalam mengurangi
hambatan mekanis di dalam tanah dan toleransi terhadap toksisitas Al, karena dapat mengikat Al (imobilisasi
Al) sehingga akan sangat menghambat masuknya Al ke dalam jaringan meristem.
KESIMPULAN
Penelitian ini menunjukkan bahwa pada ketiga waktu perlakuan cekaman Al (6, 24 dan 48 jam)
penetrasi Al pada sorgum Numbu lebih sedikit dibandingkan pada akar genotipe B-69, B-75, dan ZH-30-29-
07. Ujung akar genotipe peka B-69 dan B-75 mengakumulasi Al lebih banyak dan memiliki perakaran lebih
pendek daripada tanaman toleran. Batas konsentrasi Al yang masih bisa ditolerir oleh genotipe sorgum
adalah 74 µM Al dengan lama cekaman 24 jam. Panjang akar berkorelasi tinggi terhadap skoring pewarnaan
hematoksilin dengan nilai negatif. Semakin lama tanaman terkena cekaman, semakin tinggi nilai skoring dan
berarti semakin tinggi akumulasi Al pada ujung akar. Metode pewarnaan hematoksilin dengan pengukuran
intensitas pewarnaan melalui histokimia (sediaan mikroskopis) untuk melihat penetrasi Al ke dalam akar
dapat digunakan untuk melihat perbedaan toleransi sorgum terhadap Al.
DAFTAR PUSTAKA
Baligar,V.C., G.V.E Pitta, E.E.G. Gama, R.E. Schaffert, E.C. Filho, C.A. Vasconcellos, Bahia Filho AF Dec,
dan R.B. Clarck. 1997. Soil acidity effect on nutrient use efficiency in exotic maize genotypes. Plant
and Soil. 192:9-13
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1992. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bhratara, Jakarta. 57
hal
Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
52 ISBN: 978-979-15649-6-0
Fatimah. 1997. Penentuan Gen Toleransi Kedelai terhadap Aluminium. Skripsi. Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor. 41 hal.
Iijima, M., T. Higuchi and P.W. Barlow. 2004. Contribution of root cap mucilage and presence of an infact
root cap in maize (Zea mays L) to the reduction of soil mechanical impedance. Ann Bot J. 93(3):473-
477
Jagau, Y. 2000. Fisiologi dan pewarisan efisiensi nitrogen dalam keadaan cekaman aluminium pada padi
gogo (Oryza sativa L.). Disertasi. Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor.
Kochian, L.V. 1995. Celluler mechanism of aluminium toxicity and resistance in plant. Ann. Rev. Plant
Physiol. Mol. Biol. 46:237-260
Ma, J.F. 2000. Role of organic aids in detoxification in higher plants. Plant Cell Physiol. 41(4):383-390.
Marschner, Horst. 1995. Mineral Nutrition of Higher Plants. Second Edition. London: Academic Press
Harcourt Brace and Company Publishers. 889 p
Mattjik, A.A. 2007. Konversi Lahan Melaju: UU Lahan Pertanian Pangan Abadi Tidak Bisa Ditunda.
Kompas, Edisi Rabu, 4 April 2007.
Nur, A. 2009. Identifikasi dan seleksi jagung Quality Protein Maize (QPM) resisten penyakit bulai
(Peronosclerospora maydis) dan toleran kemasaman tanah. Tesis. Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor.
Nursyamsi, D. 2000. Aluminum tolerance of tropical crops (Tesis). Hokkaido: Graduate School of
Agriculture, Hokkaido University.
Okada, K., A.J. Fischer, F.A. Ferez-Salasar, Y. Canon-Romero. 2003. Difference in retention of Ca and Al
as possible mechanism of Al resistance in upland rice. Soil Sci Plant Nutr 49:889-895
Polle, E.A., and C.F. Konzak. 1990. Genetics and breeding of cereals for acid soil and nutrient efficiency,
p:81-131. In V.C. Balligar and R.R. Duncan (Eds). Crop as Enhancers of Nutrient Use. Academic
Press. San Diego.
Reddy, B.V.S. and D. Dar William. 2007. Sweet sorghum for Bioethanol. Makalah pada workshop
“Peluang dan Tantangan Sorgum Manis sebagai Bahan Baku Bioethaol”. Dirjen Perkebunan,
Departemen Pertanian, Jakarta. 8 hal
Sivaguru, M. and K. Paliwal. 1993. Differential Al tolerance in some tropical rice cultivars. Growth
performance. J. of Plant Nutr. 16:1705-1716
Sopandie, D, M. Jusuf dan S. Aisah. 2000. Toleransi terhadap aluminium pada akar kedelai. Deteksi visual
penetrasi aluminium dengan metode pewarnaan hematoksilin. Comm.Ag. 6(1):25:32
Sopandie, D. 2006. Perspektif Fisiologi dalam Pengembangan Tanaman Pangan di Lahan Marjinal. Orasi
Ilmiah Guru Besar Tetap Fisiologi Tanaman. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, 16
September 2006.
Taylor, G.J. 1991. Current views of the aluminium stress response. The physiological basis of tolerance.
Curr. Trop. Plant Biochem Physiol. 10:57-93.
Yudiarto, M.A. 2006. Pemanfaatan Sorgum sebagai Bahan Baku Bioetanol. Balai Besar Teknologi Pati
(B2TP), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lampung.

More Related Content

Similar to DISTRIBUSI DAN AKUMULASI ALUMINIUM PADA AKAR SORGUM (Sorghum bicolor (L) Moench) MELALUI UJI PEWARNAAN HEMATOKSILIN

PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...
PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...
PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...Repository Ipb
 
PENGARUH MUTASI INDUKSI MELALUI IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP KERAGAAN Caladi...
PENGARUH MUTASI INDUKSI MELALUI IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP KERAGAAN Caladi...PENGARUH MUTASI INDUKSI MELALUI IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP KERAGAAN Caladi...
PENGARUH MUTASI INDUKSI MELALUI IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP KERAGAAN Caladi...Repository Ipb
 
Analisis Kandungan Zat Besi pada buah kelor dan daun kelor .pdf
Analisis Kandungan Zat Besi pada buah kelor dan daun kelor .pdfAnalisis Kandungan Zat Besi pada buah kelor dan daun kelor .pdf
Analisis Kandungan Zat Besi pada buah kelor dan daun kelor .pdfRasya Rianto
 
Artikel ilmiah PKM-P
Artikel ilmiah PKM-PArtikel ilmiah PKM-P
Artikel ilmiah PKM-PFANIAANDYANI
 
Andrew hidayat 200428-none
 Andrew hidayat   200428-none Andrew hidayat   200428-none
Andrew hidayat 200428-noneAndrew Hidayat
 
PENGARUH DUA LEVEL CEKAMAN BESI DALAM LARUTAN HARA TERHADAP GEJALA KERACUNAN ...
PENGARUH DUA LEVEL CEKAMAN BESI DALAM LARUTAN HARA TERHADAP GEJALA KERACUNAN ...PENGARUH DUA LEVEL CEKAMAN BESI DALAM LARUTAN HARA TERHADAP GEJALA KERACUNAN ...
PENGARUH DUA LEVEL CEKAMAN BESI DALAM LARUTAN HARA TERHADAP GEJALA KERACUNAN ...Repository Ipb
 
OPTIMASI PERTUMBUHAN DAN MULTIPLIKASI LINI KLON PLBS ANGGREK Spathoglottis pl...
OPTIMASI PERTUMBUHAN DAN MULTIPLIKASI LINI KLON PLBS ANGGREK Spathoglottis pl...OPTIMASI PERTUMBUHAN DAN MULTIPLIKASI LINI KLON PLBS ANGGREK Spathoglottis pl...
OPTIMASI PERTUMBUHAN DAN MULTIPLIKASI LINI KLON PLBS ANGGREK Spathoglottis pl...Repository Ipb
 
Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)aufia w
 
Makalah sawi dan urine kelinci
Makalah sawi dan urine kelinciMakalah sawi dan urine kelinci
Makalah sawi dan urine kelinciBBPP_Batu
 
Drought tolerance soybean presentation
Drought tolerance soybean presentationDrought tolerance soybean presentation
Drought tolerance soybean presentationEla Afellay
 
Laporan pengaruh pertumbuhan kacang hijau
Laporan pengaruh pertumbuhan kacang hijau Laporan pengaruh pertumbuhan kacang hijau
Laporan pengaruh pertumbuhan kacang hijau Nia Hardianti
 
Simao penurunan viabilatas publikasi
Simao penurunan viabilatas publikasiSimao penurunan viabilatas publikasi
Simao penurunan viabilatas publikasisimao belo
 
INDUKSI MUTASI GENETIK MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM KEDELAI(Glycine max L. Me...
INDUKSI MUTASI GENETIK MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM KEDELAI(Glycine max L. Me...INDUKSI MUTASI GENETIK MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM KEDELAI(Glycine max L. Me...
INDUKSI MUTASI GENETIK MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM KEDELAI(Glycine max L. Me...Repository Ipb
 
PENGARUH INDUKSI MUTASI SINAR GAMMA PADA REGENERASI KALUS EMBRIOGENIK KEPROK ...
PENGARUH INDUKSI MUTASI SINAR GAMMA PADA REGENERASI KALUS EMBRIOGENIK KEPROK ...PENGARUH INDUKSI MUTASI SINAR GAMMA PADA REGENERASI KALUS EMBRIOGENIK KEPROK ...
PENGARUH INDUKSI MUTASI SINAR GAMMA PADA REGENERASI KALUS EMBRIOGENIK KEPROK ...Repository Ipb
 
Agrobiogen 2 2_2006_74-80
Agrobiogen 2 2_2006_74-80Agrobiogen 2 2_2006_74-80
Agrobiogen 2 2_2006_74-80Dedi Hutapea
 

Similar to DISTRIBUSI DAN AKUMULASI ALUMINIUM PADA AKAR SORGUM (Sorghum bicolor (L) Moench) MELALUI UJI PEWARNAAN HEMATOKSILIN (20)

PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...
PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...
PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...
 
PENGARUH MUTASI INDUKSI MELALUI IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP KERAGAAN Caladi...
PENGARUH MUTASI INDUKSI MELALUI IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP KERAGAAN Caladi...PENGARUH MUTASI INDUKSI MELALUI IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP KERAGAAN Caladi...
PENGARUH MUTASI INDUKSI MELALUI IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP KERAGAAN Caladi...
 
Analisis Kandungan Zat Besi pada buah kelor dan daun kelor .pdf
Analisis Kandungan Zat Besi pada buah kelor dan daun kelor .pdfAnalisis Kandungan Zat Besi pada buah kelor dan daun kelor .pdf
Analisis Kandungan Zat Besi pada buah kelor dan daun kelor .pdf
 
6 apresus
6 apresus6 apresus
6 apresus
 
Artikel ilmiah PKM-P
Artikel ilmiah PKM-PArtikel ilmiah PKM-P
Artikel ilmiah PKM-P
 
Andrew hidayat 200428-none
 Andrew hidayat   200428-none Andrew hidayat   200428-none
Andrew hidayat 200428-none
 
Part two gula2
Part two gula2Part two gula2
Part two gula2
 
PENGARUH DUA LEVEL CEKAMAN BESI DALAM LARUTAN HARA TERHADAP GEJALA KERACUNAN ...
PENGARUH DUA LEVEL CEKAMAN BESI DALAM LARUTAN HARA TERHADAP GEJALA KERACUNAN ...PENGARUH DUA LEVEL CEKAMAN BESI DALAM LARUTAN HARA TERHADAP GEJALA KERACUNAN ...
PENGARUH DUA LEVEL CEKAMAN BESI DALAM LARUTAN HARA TERHADAP GEJALA KERACUNAN ...
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
OPTIMASI PERTUMBUHAN DAN MULTIPLIKASI LINI KLON PLBS ANGGREK Spathoglottis pl...
OPTIMASI PERTUMBUHAN DAN MULTIPLIKASI LINI KLON PLBS ANGGREK Spathoglottis pl...OPTIMASI PERTUMBUHAN DAN MULTIPLIKASI LINI KLON PLBS ANGGREK Spathoglottis pl...
OPTIMASI PERTUMBUHAN DAN MULTIPLIKASI LINI KLON PLBS ANGGREK Spathoglottis pl...
 
P15-16 Final.pptx
P15-16 Final.pptxP15-16 Final.pptx
P15-16 Final.pptx
 
Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)
 
Makalah sawi dan urine kelinci
Makalah sawi dan urine kelinciMakalah sawi dan urine kelinci
Makalah sawi dan urine kelinci
 
Drought tolerance soybean presentation
Drought tolerance soybean presentationDrought tolerance soybean presentation
Drought tolerance soybean presentation
 
Makalah sumber-daya-lahan
Makalah sumber-daya-lahanMakalah sumber-daya-lahan
Makalah sumber-daya-lahan
 
Laporan pengaruh pertumbuhan kacang hijau
Laporan pengaruh pertumbuhan kacang hijau Laporan pengaruh pertumbuhan kacang hijau
Laporan pengaruh pertumbuhan kacang hijau
 
Simao penurunan viabilatas publikasi
Simao penurunan viabilatas publikasiSimao penurunan viabilatas publikasi
Simao penurunan viabilatas publikasi
 
INDUKSI MUTASI GENETIK MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM KEDELAI(Glycine max L. Me...
INDUKSI MUTASI GENETIK MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM KEDELAI(Glycine max L. Me...INDUKSI MUTASI GENETIK MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM KEDELAI(Glycine max L. Me...
INDUKSI MUTASI GENETIK MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM KEDELAI(Glycine max L. Me...
 
PENGARUH INDUKSI MUTASI SINAR GAMMA PADA REGENERASI KALUS EMBRIOGENIK KEPROK ...
PENGARUH INDUKSI MUTASI SINAR GAMMA PADA REGENERASI KALUS EMBRIOGENIK KEPROK ...PENGARUH INDUKSI MUTASI SINAR GAMMA PADA REGENERASI KALUS EMBRIOGENIK KEPROK ...
PENGARUH INDUKSI MUTASI SINAR GAMMA PADA REGENERASI KALUS EMBRIOGENIK KEPROK ...
 
Agrobiogen 2 2_2006_74-80
Agrobiogen 2 2_2006_74-80Agrobiogen 2 2_2006_74-80
Agrobiogen 2 2_2006_74-80
 

More from Repository Ipb

Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Repository Ipb
 
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Repository Ipb
 
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...Repository Ipb
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...Repository Ipb
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...Repository Ipb
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMRepository Ipb
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKRepository Ipb
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIARepository Ipb
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...Repository Ipb
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...Repository Ipb
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...Repository Ipb
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFRepository Ipb
 
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...Repository Ipb
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...Repository Ipb
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...Repository Ipb
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Repository Ipb
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...Repository Ipb
 

More from Repository Ipb (20)

Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
Peta ipb
Peta ipbPeta ipb
Peta ipb
 
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
 
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
 

Recently uploaded

tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 

Recently uploaded (20)

tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 

DISTRIBUSI DAN AKUMULASI ALUMINIUM PADA AKAR SORGUM (Sorghum bicolor (L) Moench) MELALUI UJI PEWARNAAN HEMATOKSILIN

  • 1. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan ISBN: 978-979-15649-6-0 47 DISTRIBUSI DAN AKUMULASI ALUMINIUM PADA AKAR SORGUM (Sorghum bicolor (L) Moench) MELALUI UJI PEWARNAAN HEMATOKSILIN Karlin Agustina1, * , Didy Sopandie2 , Trikoesoemaningtyas2 , Desta Wirnas2 dan Wiwik Hardaningsih3 1 Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas IBA Palembang/ 2 Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Jalan Meranti Kampus IPB Darmaga Bogor 16680 3 Program Studi B.T. Pangan, Politeknik Pertanian Universitas Andalas, Payakumbuh Padang *Corresponding author: karlinagustina_92@yahoo.co.id Abstrak Penelitian pada akar sorgum bertujuan untuk memperoleh informasi tentang mekanisme toleransi sorgum terhadap cekaman Al melalui uji pewarnaan hematoksilin, yaitu membedakan antara genotipe dengan mekanisme eksternal dan mekanisme internal. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah kombinasi konsentrasi larutan Al dan lama perendaman, terdiri dari tanpa Al (H0), 74 µM Al-6 jam (H1), 74 µM Al-24 jam (H2), 74 µM Al-48 jam (H3), 148 µM Al-6 jam (H4), 148 µM Al-24 jam (H5), 148 µM Al-48 jam (H6), 222 µM Al-6 jam (H7), 222 µM Al-24 jam (H8) dan 222 µM Al-48 jam (H9). Faktor kedua adalah genotipe sorgum yaitu Numbu (T1), ZH-30-29-07 (T2), B-69 (P1) dan B-75 (P2). Hasil penelitian menunjukkan, ujung akar tanaman peka mengakumulasi Al lebih banyak dan memiliki perakaran lebih pendek daripada tanaman toleran. Tanaman toleran menunjukkan mekanisme eksternal terhadap cekaman Al. Semakin lama tanaman terdedah cekaman, semakin tinggi nilai skoring dan semakin banyak akumulasi Al pada ujung akar. Kata-kata kunci: akar sorgum, akumulasi Al, hematoksilin PENDAHULUAN Sorgum manis (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan tanaman yang dapat dijadikan sebagai salah satu solusi krisis pangan dan energi yang dihadapi Indonesia saat ini. Menurut Yudiarto (2006) serta Reddy dan Dar (2007), biji sorgum dapat dijadikan sebagai bahan pangan utama sumber karbohidrat, sedangkan batang dan juga bijinya dapat dikonversi menjadi bioetanol melalui proses fermentasi. Keunggulan sorgum lainnya terletak pada daya adaptasi agroekologi yang luas, tahan terhadap kekeringan, produksi yang tinggi, serta lebih tahan terhadap hama dan penyakit dibanding tanaman pangan lainnya. Beberapa kandungan nilai gizi yang dimiliki sorgum melebihi kandungan beras, seperti protein, lemak, kalsium, besi, fosfor, dan vitamin B-1 (Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, 1992). Pengembangan sorgum manis harus terus diupayakan baik melalui intensifikasi maupun ekstensifikasi. Akan tetapi, ekstensifikasi terkendala oleh ketersediaan tanah pertanian yang semakin menyusut akibat alih fungsi tanah ke penggunaan non pertanian (Mattjik, 2007), sehingga pengembangan sorgum akan diarahkan pada ketersediaan tanah yang marjinal, dengan kondisi pH rendah. Kondisi ini akan memberikan pengaruh buruk bagi tanaman, antara lain dengan meningkatnya kandungan senyawa bersifat toksik seperti aluminium (Al) dan defisiensi fosfor. Sasaran utama cekaman Al pada akar adalah tudung akar. Rusaknya tudung akar akan mengakibatkan berkurangnya sekresi mucilage. Keracunan Al dapat menghambat pertumbuhan tajuk dengan cara menghambat pasokan hara, air dan sitokinin dari akar karena buruknya penetrasi akar ke subsoil atau kondisi hidrolik akar rendah (Marschner 1995). Menurut Sopandie (2006), perbaikan tanaman pada tanah marjinal sangat memerlukan pemahaman ilmu fisiologi tentang mekanisme yang mendasari peningkatan potensi hasil (yield potential) dan perbaikan adaptasi tanaman terhadap berbagai cekaman lingkungan abiotik. Salah satu cara untuk mendeteksi distribusi Al pada ujung akar adalah menggunakan metode uji pewarnaan hematoksilin (Hematoxylin staining). Metode hematoksilin adalah metode yang sederhana dan berdasarkan pewarnaan pada ujung akar. Metode ini sangat efektif untuk menyaring tanaman jagung yang
  • 2. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan 48 ISBN: 978-979-15649-6-0 toleran Al (Nur, 2009). Lapisan terluar ujung akar akan tewarnai hematoksilin apabila pada ujung akar terdapat Al, karena Al bertindak sebagai alat pengikat hematein yang merupakan komponen oksida dari larutan hematoksilin. Akar yang terwarnai hematoksilin menunjukkan distribusi penyerapan Al. Pewarnaan lebih intensif pada ujung akar, karena ujung akar merupakan daerah perpanjangan sel. Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan informasi dari bidang kajian fisiologi toleransi tanaman terhadap cekaman aluminium di tanah masam dalam rangka pengembangan tanaman sorgum sebagai bahan pangan alternatif dan bahan baku bioetanol. Hasil penelitian ini akan menjadi informasi penting untuk perbaikan tanaman melalui program pemuliaan tanaman. BAHAN DAN METODE Percobaan ini dilaksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan University Farm, IPB Cikabayan dan Laboratorium Micro Technique IPB pada bulan Oktober 2009. Bahan tanaman yang digunakan dalam percobaan ini merupakan hasil seleksi Sungkono (2007) di tanah masam Lampung, yaitu dua genotipe sorgum toleran tanah masam (Numbu dan ZH 30-29-07) serta dua genotipe peka (B-69 dan B-75). Bahan lainnya adalah larutan hematoksilin, aquades, media larutan 0.5 mM CaCl2, larutan AlCl3, NaOH 1 M, HCl 1 M, gabus busa lunak, dan stryofoam. Pot pertumbuhan berdiameter 15 cm, serta alat pendukung lainnya. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun faktorial dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah kombinasi konsentrasi larutan Al dan lama perendaman dalam hematoksilin, terdiri dari tanpa Al (H0), 74 µM Al-6 jam (H1), 74 µM Al-24 jam (H2), 74 µM Al-48 jam (H3), 148 µM Al- 6 jam (H4), 148 µM Al-24 jam (H5), 148 µM Al-48 jam (H6), 222 µM Al-6 jam (H7), 222 µM Al-24 jam (H8) dan 222 µM Al-48 jam (H9). Faktor kedua adalah genotipe sorgum yaitu Numbu (T1), ZH-30-29-07 (T2), B-69 (P1) dan B-75 (P2). Media tanam yang digunakan pada percobaan pewarnaan adalah media sederhana yaitu 0.5 mM CaCl2. Satuan percobaan berupa pot pertumbuhan dengan dua liter larutan hara. Perlakuan cekaman Al dilakukan dengan penambahan 74, 148 dan 222 µM AlCl3 ke larutan hara dengan lama perendaman 6, 24 dan 48 jam. pH larutan diatur pada 4.0±0.1 dengan penambahan NaOH 1 M dan HCl 1 M. Kecambah normal yang berumur satu minggu dengan panjang akar seragam dipindahkan ke media percobaan. Batang kecambah dibalut dengan gabus busa lunak kemudian dimasukkan ke lubang stryofoam yang telah disiapkan dan diapungkan dalam larutan hara. Akar yang telah ditumbuhkan pada kultur hara dengan perlakuan Al selama 6, 24 dan 48 jam dicuci dengan aquades untuk menghilangkan Al yang masih menempel di mucilage. Akar kemudian dicelupkan ke dalam larutan hematoksilin 2 mg/l selama 60 menit kemudian dicuci kembali dengan aquades. Uji hematoksilin hanya dilakukan terhadap tanaman yang mendapat cekaman Al. Pembuatan Sediaan Mikroskopis Akar. Akumulasi Al pada jaringan akar diamati dengan membuat sediaan mikroskopis akar. Akar tanaman diambil dari setiap perlakuan yang telah diwarnai dengan larutan hematoksilin pada analisis histokimia. Selanjutnya akar disayat melintang mulai dari ujung akar sampai daerah 1 mm. Akumulasi Al jaringan akar ditandai dengan lapisan berwarna ungu muda hingga ungu gelap yang diamati menggunakan foto-mikroskopis Olympus BX-41. Pengamatan Akumulasi Aluminium secara Visual. Hasil pewarnaan dengan hematoksilin juga diamati dengan melihat kuantitas dari total akar yang terwarnai secara visual. Hasil pengamatan visual ini kemudian dikuantitatifkan menggunakan nilai skoring pada skala 1-5 dengan penggolongan skoring sebagai berikut: skoring 1 bila akar terwarnai 0-<20%, skoring 2 bila akar terwarnai >20%-<40%, skoring 3 bila akar terwarnai >40-<60%, skoring 4 bila akar terwarnai >60-<80%, dan skoring 5 bila akar terwarnai >80-100%. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini, penetrasi Al hanya dibedakan secara kualitatif yang ditentukan oleh intensitas pewarnaan hematoksilin dan dikuantitatifkan dengan nilai skoring. Pengamatan kualitas pewarnaan memiliki tingkat ketelitian lebih tinggi dari penelitian Fatimah (1997) yang tidak melakukan pengamatan secara mikroskopis, tetapi pada penelitian ini tidak didapatkan pola penetrasi Al yang lebih jelas, karena tidak tersedianya alat Hematocymeter seperti pada penelitian Sopandie et al. (2000). Hasil uji keragaman menunjukkan panjang akar dan skoring warna pada perendaman dalam larutan hematoksilin 6, 24, dan 48 jam dipengaruhi secara nyata oleh konsentrasi Al, genotipe, serta interaksi keduanya (Tabel 1).
  • 3. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan ISBN: 978-979-15649-6-0 49 Tabel 1. Rekapitulasi nilai sidik ragam pengaruh konsentrasi Al dan genotipe, terhadap panjang akar dan nilai skoring warna sorgum fase bibit pada lama cekaman Al 6 jam, 24 jam dan 48 jam Parameter Konsentrasi Al Genotipe Interaksi KT KT KT Panjang akar pada 6 jam cekaman Al 81.23** 24.78** 1.06** Panjang akar pada 24 jam cekaman Al 89.74** 28.34** 0.77** Panjang akar pada 48 jam cekaman Al 92.43** 42.26** 0.52* Skoring warna pada 6 jam cekaman Al 25.94** 3.39** 0.49** Skoring warna pada 24 jam cekaman Al 28.08** 1.53** 0.29** Skoring warna pada 48 jam cekaman Al 32.23** 0.59** 0.35** KT = Kuadrat Tengah * = berpengaruh nyata, ** = berpengaruh sangat nyata Nilai rataan panjang akar pada berbagai konsentrasi perlakuan cekaman Al dengan lama cekaman yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 2, 3, dan 4 di bawah ini. Tabel.2. Nilai rataan pengaruh konsentrasi Al dan genotipe, terhadap panjang akar sorgum selama 6 jam tercekam Al Perlakuan Rata-rata nilai panjang akar(cm) Numbu ZH-30-29-07 B-69 B-75 Tanpa Al/ Kontrol 11.93 10.60 9.83 10.39 74 µM Al 11.20( 93.88) 7.35(69.34) 6.20(63.07) 6.95(66.89) 148 µM Al 7.88( 66.05) 5.32(50.19) 5.07(51.58) 5.50(52.94) 222 µM Al 6.66( 55.85) 4.42(41.70) 3.52(35.81) 4.37(42.06) Keterangan: Angka dalam kurung adalah panjang akar relatif (PAR) dibandingkan kondisi tanpa cekaman Al Pengelompokan tingkat toleransi tanaman terhadap Al dapat didasarkan pada nilai PAR. Tanaman yang memiliki nilai PAR > 50 % menunjukkan tanaman tersebut toleran seperti hasil penelitian pada jagung (Baligar et al. 1997), kedelai (Sopandie et al, 2000) dan padi (Jagau, 2000). Panjang akar relatif pada konsentrasi Al 74 µM dan 148 µM pada lama cekaman 6 jam memperlihatkan nilai rata-rata PAR di atas 50 % pada semua genotipe sorgum yang diuji (Tabel 2). Genotipe peka B-75 pada penelitian ini ternyata menunjukkan tingkat toleransi yang cukup baik pada konsentrasi 148 µM Al dengan lama terdedah cekaman 24 jam (Tabel 3). Pada lama cekaman Al 48 jam dengan konsentarsi 222 µM Al didapatkan tidak satupun genotipe yang mampu mempertahankan panjang akarnya (Tabel 4). Secara umum dapat ditunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi Al dan semakin lama terdedah cekaman, tingkat toleransi tanaman berdasarkan nilai PAR semakin rendah. Tabel 3. Nilai rataan pengaruh konsentrasi Al dan genotipe, terhadap panjang akar sorgum selama 24 jam tercekam Al Perlakuan Rata-rata nilai panjang akar(cm) Numbu ZH-30-29-07 B-69 B-75 Tanpa Al/ Kontrol 13.17 12.26 11.00 11.37 74 µM Al 11.60(88.08) 7.73(63.05) 6.59(59.91) 7.23(63.59) 148 µM Al 8.43(64.01) 5.61(45.76) 5.45(49.55) 5.77(50.75) 222 µM Al 7.07(53.68) 4.79(39.07) 3.90(35.45) 4.68(41.16) Keterangan: Angka dalam kurung adalah panjang akar relatif (PAR) dibandingkan kondisi tanpa cekaman Al Tabel 4. Nilai rataan pengaruh konsentrasi Al dan genotipe, terhadap panjang akar sorgum selama 48 jam tercekam Al Perlakuan Rata-rata nilai panjang akar(cm) Numbu ZH-30-29-07 B-69 B-75 Tanpa Al/ Kontrol 17.20 15.83 15.23 14.40 74 µM Al 13.49(78.43) 9.21(58.18) 8.64(56.73) 8.56(59.44) 148 µM Al 10.62(61.74) 7.03(44.41) 6.89(45.24) 6.71(46.60) 222 µM Al 7.58(45.64) 6.00(37.90) 5.47(35.92) 5.80(40.28) Keterangan: Angka dalam kurung adalah panjang akar relatif (PAR) dibandingkan kondisi tanpa cekaman Al
  • 4. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan 50 ISBN: 978-979-15649-6-0 Nilai skoring pewarnaan pada lama perendaman dalam larutan bercekaman Al selama 48 jam yang dikuantitatifkan dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil penelitian ini menunjukkan genotipe peka terwarnai lebih banyak oleh hematoksilin pada konsentrasi 222 µM Al mulai 6 jam perlakuan waktu cekaman. Hasil ini diperjelas lagi pada gambar potongan mikroskopis jaringan ujung akar (Gambar 1 dan 2). Menurut Polle dan Konzak (1990) hal ini menunjukkan bahwa ujung akar banyak menyerap Al dan akan terwarnai oleh hematoksilin, karena Al bertindak sebagai pengikat hematein yang merupakan komponen oksida dari larutan hematoksilin. Tabel 5. Pengaruh konsentrasi Al dan genotipe, terhadap nilai kuantitatif pewarnaan hematoksilin pada sorgum fase bibit dengan lama cekaman 48 jam Perlakuan Rata-rata nilai skoring pewarnaan akar 48 jam tercekam Al Numbu ZH-30-29-07 B-69 B-75 74 µM Al 2.89 3.67 3.67 3.56 148 µM Al 3.67 3.89 4.78 4.44 222 µM Al 4.33 4.78 5.00 5.00 Gambar histokimia distribusi dan akumulasi Al pada jaringan akar sorgum dengan perlakuan perendaman selama 6 jam dalam larutan bercekaman Al yang difoto melalui mikroskop binokuler Olympus BX-41 dengan pembesaran 40x dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2. (A) (B) (C) Gambar 1. Perbandingan potongan melintang akar sorgum genotipe B-75 pada perlakuan 6 jam tercekam Al. A) 74µM Al, B) 148µM Al, dan C) 222µM Al (A) (B) (C) Gambar 2. Genotipe B-69 pada perlakuan 6 jam tercekam Al. A) 74µM Al, B) 148µM Al, dan C) 222µM Al Distribusi Al pada konsentrasi 222 µM pada ujung akar sorgum peka B-69, B-75 dan sorgum toleran ZH-30-29-07 terlihat sudah merata sampai ke bagian tengah akar pada lama cekaman 6 jam, sedangkan pada Numbu masih terdistribusi pada daerah epidermis akar (Gambar 1,.2, 3 dan 4). Diduga genotipe toleran Numbu memiliki ketahanan dinding sel dan plasma membran yang lebih baik dibandingkan genotipe lain yang diuji. Menurut Sopandie et al (2000) dugaan tentang ketahanan dinding sel dan membran yang lebih baik pada genotipe toleran masih perlu diklarifikasi lebih lanjut dengan penelitian yang lebih spesifik dan rumit melalui teknik isolasi dinding sel dan membran. Genotipe toleran diduga memiliki kemampuan untuk mencegah Al agar tidak menyeberangi membran plasma dan masuk ke simplas serta tempat lain yang peka terhadap Al di sitoplasma akar (Ma 2000). Dalam keadaan tercekam Al, kandungan Al apoplas sorgum toleran lebih rendah diduga akibat Kapasitas Tukar Kation (KTK) akar rendah dibandingkan genotipe peka. Menurut (Okada et al. 2003) Ca apoplas pada genotipe toleran lebih rendah dan tidak mudah digantikan oleh Al. Rendahnya jumlah muatan negatif dari dinding sel genotipe toleran menyebabkan interaksi Al dengan dinding sel genotipe toleran lebih
  • 5. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan ISBN: 978-979-15649-6-0 51 rendah dibandingkan genotipe peka (Kochian et al.2005) sehingga konsentrasi Al di akar genotipe toleran juga lebih rendah. Fenomena ini juga telah dilaporkan beberapa peneliti sebelumnya (Sivaguru dan Paliwal 1993; Nursyamsi, 2000) bahwa tanaman padi toleran mempunyai mekanisme toleransi Al dengan mengurangi interaksi Al dengan dinding sel akar. (A) (B) (C) Gambar 3. Genotipe ZH-30-29-07 pada perlakuan 6 jam tercekam Al. A) 74µM Al, B) 148µM Al, dan C) 222µM Al (A) (B) (C) Gambar 4. Varietas Numbu pada perlakuan 6 jam tercekam Al. A) 74µM Al, B) 148µM Al, dan C) 222µM Al Menurut Taylor (1991) mekanisme yang menunjukkan sedikitnya akumulasi Al dalam jaringan akar disebut mekanisme eksternal atau ekslusi Al yaitu pencegahan Al ke dalam jaringan akar. Akumulasi Al yang lebih sedikit pada Numbu dapat dihubungkan dengan keberadaan mucilage yang lebih banyak pada genotipe toleran. Menurut Iijima et al. (2004), peranan mucilage ini sangat penting dalam mengurangi hambatan mekanis di dalam tanah dan toleransi terhadap toksisitas Al, karena dapat mengikat Al (imobilisasi Al) sehingga akan sangat menghambat masuknya Al ke dalam jaringan meristem. KESIMPULAN Penelitian ini menunjukkan bahwa pada ketiga waktu perlakuan cekaman Al (6, 24 dan 48 jam) penetrasi Al pada sorgum Numbu lebih sedikit dibandingkan pada akar genotipe B-69, B-75, dan ZH-30-29- 07. Ujung akar genotipe peka B-69 dan B-75 mengakumulasi Al lebih banyak dan memiliki perakaran lebih pendek daripada tanaman toleran. Batas konsentrasi Al yang masih bisa ditolerir oleh genotipe sorgum adalah 74 µM Al dengan lama cekaman 24 jam. Panjang akar berkorelasi tinggi terhadap skoring pewarnaan hematoksilin dengan nilai negatif. Semakin lama tanaman terkena cekaman, semakin tinggi nilai skoring dan berarti semakin tinggi akumulasi Al pada ujung akar. Metode pewarnaan hematoksilin dengan pengukuran intensitas pewarnaan melalui histokimia (sediaan mikroskopis) untuk melihat penetrasi Al ke dalam akar dapat digunakan untuk melihat perbedaan toleransi sorgum terhadap Al. DAFTAR PUSTAKA Baligar,V.C., G.V.E Pitta, E.E.G. Gama, R.E. Schaffert, E.C. Filho, C.A. Vasconcellos, Bahia Filho AF Dec, dan R.B. Clarck. 1997. Soil acidity effect on nutrient use efficiency in exotic maize genotypes. Plant and Soil. 192:9-13 Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1992. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bhratara, Jakarta. 57 hal
  • 6. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan 52 ISBN: 978-979-15649-6-0 Fatimah. 1997. Penentuan Gen Toleransi Kedelai terhadap Aluminium. Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. 41 hal. Iijima, M., T. Higuchi and P.W. Barlow. 2004. Contribution of root cap mucilage and presence of an infact root cap in maize (Zea mays L) to the reduction of soil mechanical impedance. Ann Bot J. 93(3):473- 477 Jagau, Y. 2000. Fisiologi dan pewarisan efisiensi nitrogen dalam keadaan cekaman aluminium pada padi gogo (Oryza sativa L.). Disertasi. Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor. Kochian, L.V. 1995. Celluler mechanism of aluminium toxicity and resistance in plant. Ann. Rev. Plant Physiol. Mol. Biol. 46:237-260 Ma, J.F. 2000. Role of organic aids in detoxification in higher plants. Plant Cell Physiol. 41(4):383-390. Marschner, Horst. 1995. Mineral Nutrition of Higher Plants. Second Edition. London: Academic Press Harcourt Brace and Company Publishers. 889 p Mattjik, A.A. 2007. Konversi Lahan Melaju: UU Lahan Pertanian Pangan Abadi Tidak Bisa Ditunda. Kompas, Edisi Rabu, 4 April 2007. Nur, A. 2009. Identifikasi dan seleksi jagung Quality Protein Maize (QPM) resisten penyakit bulai (Peronosclerospora maydis) dan toleran kemasaman tanah. Tesis. Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor. Nursyamsi, D. 2000. Aluminum tolerance of tropical crops (Tesis). Hokkaido: Graduate School of Agriculture, Hokkaido University. Okada, K., A.J. Fischer, F.A. Ferez-Salasar, Y. Canon-Romero. 2003. Difference in retention of Ca and Al as possible mechanism of Al resistance in upland rice. Soil Sci Plant Nutr 49:889-895 Polle, E.A., and C.F. Konzak. 1990. Genetics and breeding of cereals for acid soil and nutrient efficiency, p:81-131. In V.C. Balligar and R.R. Duncan (Eds). Crop as Enhancers of Nutrient Use. Academic Press. San Diego. Reddy, B.V.S. and D. Dar William. 2007. Sweet sorghum for Bioethanol. Makalah pada workshop “Peluang dan Tantangan Sorgum Manis sebagai Bahan Baku Bioethaol”. Dirjen Perkebunan, Departemen Pertanian, Jakarta. 8 hal Sivaguru, M. and K. Paliwal. 1993. Differential Al tolerance in some tropical rice cultivars. Growth performance. J. of Plant Nutr. 16:1705-1716 Sopandie, D, M. Jusuf dan S. Aisah. 2000. Toleransi terhadap aluminium pada akar kedelai. Deteksi visual penetrasi aluminium dengan metode pewarnaan hematoksilin. Comm.Ag. 6(1):25:32 Sopandie, D. 2006. Perspektif Fisiologi dalam Pengembangan Tanaman Pangan di Lahan Marjinal. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Fisiologi Tanaman. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, 16 September 2006. Taylor, G.J. 1991. Current views of the aluminium stress response. The physiological basis of tolerance. Curr. Trop. Plant Biochem Physiol. 10:57-93. Yudiarto, M.A. 2006. Pemanfaatan Sorgum sebagai Bahan Baku Bioetanol. Balai Besar Teknologi Pati (B2TP), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lampung.