Dokumen tersebut membahas perdebatan tentang kebolehan atau ketidakbolehan umat Islam mengucapkan selamat Natal kepada umat Kristen. Ada tokoh yang membolehkan dengan alasan toleransi beragama dan kerukunan antaragama, sedangkan ada pula yang mengharamkannya dengan mengutip pendapat ulama klasik. Dokumen ini menganalisis berbagai perspektif dan dalil yang mendukung kedua belah pihak.
1. Mengucapkan Selamat dan Merayakan Natal Bersama:
“Apa Pendapat Ulama?”
A. Pendahuluan
Tidak dapat dipungkiri bahwa pluralitas keberagamaan adalah
sebuah kenyatanan dan keniscayaan. Islam pun sejak semula telah
menyadari akan makna pluralitas dan kerukunan antarumat beragama.
Secara faktual kita bisa membuktikan kedamaian yang dirasakan berbagai
pemeluk agama di bawah pemerintahan Islam, karena Islam telah
memberikan jaminan keselamatan kepada mereka. Dari sinilah kita bisa
memahami bahwa Islam sangat toleran dan menghargai adanya pluralitas
keberagamaan.
Akhir-akhir ini semakin hangat diperdebatkan bahwa salah satu
cara membina kerukunan umat beragama adalah dengan saling
memberikan “ucapan selamat” bagi pemeluk agama yang berbeda-beda.
Terlebih khusus ucapan selamat kepada umat kristiani yang merupakan
agama terbesar kedua di negeri ini. Pertanyaannya adalah: “bolehkah kita
mengucapkan selamat natal kepada umat Kristiani?” Ada beberapa tokoh
yang kemudian berijtihad dan membolehkan – secara mutlak -- ucapan
selamat natal ini. Mudah-mudahan ini adalah semata-mata hasil ijtihad
mereka yang murni, bukan karena dorongan eksternal atau bagian dari
“ijtihad politik” yang bersifat pragmatis, karena kepentingan-kepentingan
tertentu.
Hebohnya pernah ada 138 tokoh Islam yang menendatangani surat
terbuka ucapan Selamat Natal dan Tahun Baru kepada para pendeta
Kristen, termasuk Paus Benedict XVI. Di dalam surat tersebut para tokoh
muslim mengucapkan selamat natal dan tahun baru dalam rangka untuk
melakukan dialog antarkeyakinan umat beragama. Surat tersebut juga berisi
terima kasih kepada penguasa kristen atas respon positif mereka terhadap
surat yang sebelumnya. Syaikh Yusuf al-Qaradhawi termasuk di antara
tokoh yang membolehkan (Lihat: Fatâwâ Mu’âshirah). Di Indonesia ada
Prof.Dr.M. Quraish Shihab, M.A. dan Jaringan Islam Liberal (JIL) yang turut
membolehkan. Kabar mengejutkan adalah ketika ketua umum PP
Muhammadiyah yang juga pengurus MUI Pusat, Prof.Dr.Din Syamsuddin
tidak melarang mengucapkan dan menghadiri perayaan Natal (detik.com).
1
2. Dengan demikian legalitas ucapan selamat Natal seolah-olah
semakin kuat di benak masyarakat kita setelah melihat beberapa tokoh yang
membolehkan. Pertanyaan pentingnya: “Masih haramkah mengucapkan
selamat natal? Apakah ini tidak berlebihan? Mengapa hanya sekadar turut
menyampaikan rasa gembira sebagai wujud rasa cinta dan hormat kepada
saudara-saudara kristen yang tengah bergembira saja dilarang? Kita ‘kan’
tidak enak sama tetangga, bukankah Isa juga Rasul samawi? Alangkah tidak
adilnya! Ketika mereka mengucapkan selamat lebaran yang begitu tulus,
kita masih diam saja menolak untuk membagi salam natal.”
Karena itu tidak mengherankan bila fatwa MUI digugat atau
disalahpahami. Ada yang mengeritik habis-habisan dan secara terbuka,
walaupun ada juga yang tidak setuju secara diam-diam. Bahkan Luthfi asySyaukani (JIL) dalam artikelnya “Sikap Negara Terhadap Aliran Sesat“
(Tempo: 22 Desember 2007) menulis: “ Majlis Ulama Indonesia berkali-kali
meresahkan masyarakat dengan fatwa-fatwa mereka (fatwa menghadiri
perayanaan natal, misalnya). Karena sengitnya perdebatan tentang hukum
mengucapkan dan menghadirinya maka menurut hemat penulis
permasalahan ini cukup menarik dan aktual untuk dibahas.
B. Metodologi Pembahasan
Untuk menjawab syubhat-syubhat yang ada, kita perlu melakukan
pengkajian yang mendalam, serius dan pandangan yang komprehensif
dengan melihat berbagai dalil yang digunakan dan realitas
keberanekaragaman dalam beragama. Di sini penulis akan menggunakan
metode Mashlahah Mursalah atau Istishlâh dan mengomparasikan dalil-dalil
dari dua kubu yang bersilang pendapat.
1. Mashlahah Mursalah atau Istishlâh
Berdasarkan istiqrâ’ (penelitian empiris) dan nash-nash al-Quran
maupun hadis, diketahui bahwa hukum-hukum syariat Islam mencakup di
antaranya pertimbangan kemaslahatan manusia. Allah SWT. berfirman:
َ ِ َ َ ّْ ً َ ْ َ
وما أ َرسلناك إ ِل ّ رحمة للعالمين
َ ََْ ْ َ َ
2
3. “Dan tiadalah kami mengutus engkau, melainkan untuk menjadi rahmat bagi alam
semesta”. (QS al-Anbiyâ/21: 107)
Dan firman Allah yang lain:
ْ ُ ّّ
يا أَيها الناس قد جاءتكم موعظة من ربكم
ّ ٌ َ ِ ْ ّ
ُ ْ َ ْ َ ُ ّ
َ ّ
َ
َ ِِ ْ ُ ّْ ٌ َ ْ َ َ
وشفاء لما في الصدور وهدى ورحمة للمؤمنين
ً ُ َ ِ ُ ّ
ِ َ ّ َ ِ َ
“Wahai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu
dan penyembuh penyakit-penyakit dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi
orang-orang yang beriman”. (QS Yûnus/10: 57)
Mashlahah Dharûriyyah (mashlahah yang bersifat hakiki dan sama
sekali tidak bisa diabaikan), menurut para ulama meliputi lima jaminan
dasar:
a. jaminan keselamatan agama (al-Muhâfazhah alâ al-Dîn atau Hifzh al-
Dîn) yaitu dengan menghindarkan timbulnya fitnah dan mencari
keselamatan dalam agama serta mengantisipasi dorongan hawa nafsu
dan perbuatan yang mengarah kepada kerusakan.
b. jaminan keselamatan jiwa (al-Muhâfazhah alâ al-Nafs atau Hifzh al-Nafs)
adalah merupakan jaminan keselamatan atas hak hidup yang
terhormat dan mulia
c. jaminan keselamatan akal (al-Muhâfazhah alâ al-‘Aql atau Hifzh al-‘Aql)
adalah merupakan terjaminnya akal pikiran dari kerusakan yang
menyebabkan orang yang bersangkutan tidak berguna di tengah
masyarakat, sumber kejahatan, bahkan menjadi sampah masyarakat.
d. jaminan keselamatan keluaarga dan keturunan (al-Muhâfazhah alâ al-
Nasl atau Hifzh al-Nasl) adalah merupakan jaminan kelestarian
populasi umat manusia agar tetap hidup dan berkembang.
e. jaminan keselamatan atas harta benda (al-Muhâfazhah al-Mâl atau
Hifzh al-Mâl) yaitu dengan menjaga dan meningkatkan kekayaan
secara proporsional melaui cara-cara yang halal bukan mendominasi
kehidupan perekonomian secara lalim dan curang.
3
4. Kelima jaminan tersebut dibuat untuk keselamatan manusia yang
menjadi tujuan syar’i.
2. Pengomparasian Berbagai Dalil
Di sini akan diketengahkan dalil-dalil yang membolehkan ucapan
selamat dan menghadiri natal, sekaligus sanggahan atau dalil-dalil yang
digunakan untuk membantahnya. Begitu juga penafsiran ayat-ayat,
komentar para sahabat dan para ulama tentang masalah itu. Kesemuanya
itu akan dipadukan dengan realitas kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara saat ini.
C. Pembahasan
1. Islam dan Toleransi Beragama
Sejak kedatangannya Islam telah memberikan kebebasan untuk
memilih dan memeluk agama. Islam juga memberikan toleransi beragama
dan sangat menghormati hak-hak asasi manusia. Dengan demikian
perbedaan pandangan, pemikiran tetap mendapat penghormatan dalam
Islam.
Islam tidak pernah melarang untuk selalu berbuat baik kepada
pemeluk agama lain selagi mereka cinta damai sebagaimana firmanNya
dalam QS al-Mumtahanah/60: 8-9
ِل ينهاكم الله عن الذين لم يقاتلوكم في الدين
ّ
ِ ْ ُ ُِ َ ُ ْ َ َ ِ ّ ِ َ ُ ّ ُ ُ َ َْ َ
ولم يخرجوكم من دياركم أَن تبروهم وتقسطوا
ُ ِ ْ َُ ْ ُ ّ ََ ْ ْ ُ ِ َِ ْ ِ ْ ُ ُ ِ ْ ُ ْ ََ
ُ ّ ُ ُ َ َْ َ ّ
إ ِليهم إِن الله يحب المقسطين )٨ ( إِنما ينهاكم الله
َ ِ ِ ْ ُ ْ ّ ِ ُ َ ّ ّ ْ ِ َْ
ْعَن الذين قاتلوكم في الدين وأَخرجوكم من
ِ ْ ُ ُ َ ْ َ ِ ّ
ِ ْ ُ َُ َ َ ِ ّ ِ
4
5. ْ َ َ ْ ُ ْ َّ َ ْ ْ ُ ِ َ ْ
دياركم وظاهروا على إِخراجكم أَن تولوهم ومن
ََ
ُ َ َ َ ْ ُ ِ َِ
٩) )يتولهم فأولئك هم الظالمون
َ ُ ِ ّ
ُ ُ َ َِ َُ ْ ُ َّ ََ
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orangorang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari
negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.
Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orangorang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan
membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka
sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”
Dua ayat ini memberikan pengertian tentang dua golongan nonmuslim. Pertama, adalah golongan yang cinta damai. Islam memerintahkan
agar berbuat baik dan berlaku adil kepada mereka. Sedangkan kedua,
adalah golongan yang memusuhi atau memerangi bahkan mengusir umat
Islam dari negeri mereka tanpa adanya alasan yang benar. Terhadap
golongan ini Islam membolehkan untuk memeranginya. Nabi Muhammad
s.a.w. juga telah mencontohkan akhlak yang baik dengan tetap bergaul
kepada orang-orang musyrik Quraisy ketika di Makkah, padahal sikap
permusuhan selalu dilancarkan mereka terhadap nabi dan para sahabatnya.
Bahkan Rasulullah s.a.w. masih menerima penitipan barang mereka yang
dikhawatirkan hilang. Tatkala hijrah pun beliau meninggalkan Ali bin Abi
Thalib dan memerintahkan kepadanya untuk mengembalikan barangbarang titipan itu kepada pemiliknya. Jadi cukup jelaslah sikap Islam
terhadap penganut agama apa pun dan pandangan mereka yang berbedabeda.
2. Pro-Kontra Ucapan Selamat Natal
Perkembangan jaman telah melahirkan beberapa ijtihad baru yang
menarik dan terkadang cukup kontroversial. Di antara permasalahan
kontroversial yang selalu mengundang debat adalah tentang hukum ucapan
dan menghadiri perayaan natal umat kristiani. Beberapa tokoh
membolehkan, tetapi banyak juga yang mengharamkan, sehingga masih
aktual untuk diperbincangkan.
5
6. Sangat menghebohkan ketika dalam rangka memromosikan dialog
antarkeyakinan dan menghilangkan gap Islam-Kristen serta menghilangkan
stigma Islam ekstrem, 138 tokoh Islam menandatangani surat terbuka
ucapan selamat natal dan tahun baru kepada para pendeta Kristen termasuk
Paus Benedict XVI. Mufti Mesir Syaikh Ali Jum’ah, Mufti Palestina Syaikh
Ikrimah Shabri, turut membolehkan ucapan selamat natal. Begitu juga Dr.
Yusuf al-Qaradhawi termasuk jajaran yang membolehkan.
Di Indonesia kelompok Jaringan Islam Liberal (JIL) turut
membolehkan, bahkan salah satu tokohnya -- Luthfi asy-Syaukani -- menulis
bahwa: “Majelis Ulama Indonesia berkali-kali meresahkan masyarakat
dengan fatwa-fatwa mereka (fatwa menghadiri perayanaan natal, misalnya).
Ada juga Prof.Dr.M. Quraish Shihab, M.A. yang seiring sejalan sebagaimana
yang termaktub dalam bukunya “Membumikan Al-Quran“. Kita juga agak
dikejutkan dengan pernyataan Prof.Dr. Din Syamsudin yang tidak melarang
umat Islam untuk menghadiri perayaan dan mengucapkan selamat natal
sebagaimana dalam dimuat dalam detik.com. Ini agak mengejutkan karena
beliau adalah Ketua Umum PP Muhammadiyah dan sekaligus Sekretaris
Pimpinan Pusat MUI.
Counter-attack telah banyak dilakukan oleh berebarap ulama,
dengan pandangan mereka yang berseberangan, bahkan menurut Ibnu
Qayyim al-Jauziyah: “telah menjadi ijma’ tentang keharamannya”. Ibnu
Taimiyah juga termasuk ulama yang mengharamkan. Buya HAMKA
--sebagai Ketua MUI -- telah memelopori fatwa haramnya mengucapkan
dan menghadiri misa natal pada tahun 1981. Bahkan telah terjadi
perdebatan yang sangat panas dengan pemerintah, sehingga beliau lebih
memilih mundur dari jabatannya daripada menghalalkan ucapan selamat
natal. Buya HAMKA juga teguh mengharamkan acara doa bersama dan
menghadiri perayaan-perayaan ritual agama lain bagi seorang muslim.
Muhammadiyah juga turut mendukung fatwa MUI, demi kehatihatian (Tanya-Jawab Muhammadiyah 2: 209-210). Begitu juga para ulama
Timur Tengah yang lain, termasuk yang tergabung dalam Lajnah Dâimah Li
al-Buhûst al-‘Ilmiyyah wal Iftâ’.
3. Syubhat-syubhat dalam Ucapan Selamat Natal
a. Dalil-dalil yang dianggap membolehkan (Dalîl al-Naqli)
6
7. 1)
Dr. Yusuf al-Qaradhawi berpendapat bahwa perbuatan ini
termasuk dalam kategori al-Birr (perbuatan baik)
sebagaimana firmanNya :
ل ينهاكم الله عن الذين لم يقاتلوكم في
ِ ْ ُ ُِ َ ُ ْ َ َ ِ ّ ِ َ ُ ّ ُ ُ َ َْ َ
الدين ولم يخرجوكم من دياركم أ َن
ْ
ْ ُ ِ َِ ْ ِ ْ ُ ُ ِ ْ ُ ْ ََ ِ ّ
ّ ِ ُ َ ّ ّ
تبروهم وتقسطوا إ ِليهم إِن الله يحب
ْ ِ َْ
ُ ِ ْ َُ ْ ُ ّ ََ
َالمقسطين
ِ ِ ْ ُ ْ
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil
kepada orang-orang yang tiada memerangi kamu karena agama dan
tidak mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS alMumtahanah/60: 8).
2)
Kebolehannya semakin nyata apabila mereka (umat
krisriani/pemeluk agama lain) juga memberikan tahniah
(ucapan selamat) kepada kita di hari raya umat Islam. Hal ini
didasarkan pada firmanNya:
ْ َ ِْ َ َ ْ َِ َّ َ ٍ ِّ َِ ْ ُ ُّ َ َ
وإِذا حييتم بتحية فحيوا بأحسن منها أ َو
ردوها إِن الله كان على كل شيء حسيبا
ً ِ َ ٍ ْ َ ّ ُ
ََ َ َ َ ّ ّ
َ ّ ُ
”Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan maka
balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik atau balaslah
dengan yang serupa.” (QS an-Nisâ’/4: 86 )
3)
Rasulullah s.a.w. diutus untuk menyempurnakan akhlak,
sebagaimana sabda beliau:
7
8. ِإِنما بعثت ل َُتمم مكارم ال َخل َق
ْ
َ ِ َ َ َ ّ
ُ ِْ ُ َ ّ
“Sesungguhnya aku ini diutus hanyalah (dalam rangka) untuk
menyempurnakan kemualian akhlak”. (HR al-Baihaqi, as-Sunan
al-Kubrâ, X/191, hadits nomor 21301). Termasuk berakhlak
kepada non-muslim.
Bukankah Rasulullah s.a.w. juga pernah mengatakan:
أَكمل المؤمنين إيمانا أَحسنهم خلقا
ً ُُ ْ ُ َُ ْ ً َ ِ َ ِِ ْ ُ ْ ُ َ ْ
“Orang yang yang paling sempurna imannya di antara orangorang yang beriman ialah (orang) yang paling baik akhlaknhya”.
(HR Abu Dawud dari Abu Hurairah, Sunan Abî Dâwud,
IV/254, hadits nomor 4684)
4)
Terdapat kisah natal dalam al-Quran, pada QS Maryam/19:
33,
والسلم علي يوم ولدت ويوم أ َموت
ُ ُ َ ْ ََ ّ ُِ َ ْ َ ّ ََ ُ ّ َ
ويوم أ ُبعث حيا
َّ ُ َ ْ َ ْ ََ
“Salam sejahtera semoga di limpahkan kepadaku pada hari
kelahiranku, hari wafatku dan ketika pada hari aku di hidupkan
kembali”.
Dengan demikian al-Quran telah mengabadikan dan merestui
ucapan selamat natal pertama dari, dan untuk nabi mulia itu,
Isa a.s..
b.
Dalil-dalil Argumentatif (Dalîl al-‘Naql)
Berikut adalah dalil-dalil argumentatif yang dipakai untuk
membolehkan dan menghadiri perayaan natal:
1) Ucapan
selamat natal penting untuk keberlangsungan
kerukunan hidup antarumat beragama, Bahkan kalau perlu
8
9. diadakan Perayaan Natal Bersama (PNB) secara besarbesaran. Umat Islam tidak boleh kaku terhadap penganut
ajaran agama lain yang juga bersikap lunak kepadanya.
2) Ucapan selamat natal adalah sebagai wujud toleransi umat
Islam terhadap agama lain. Bukankah Islam hadir untuk
memberikan rahmat bagi alam semesta? Dan bukankah umat
Kristiani dan juga pemeluk agama lain juga memberikan
ucapan selamat kepada kita?
3) Untuk
menepis stigma Islam ekstrem, fundamentalis,
eksklusif, dan hal-hal negatif lainnya terhadap umat Islam,
sehingga Islam mudah diterima oleh berbagai kalangan.
4) Kalau kita mengucapkan selamat natal atau menghadirinya,
sebetulnya masih pada wilayah seremonial, bukan ritual
(peribadatan), sehingga kita tetap berada dalam wilayah
aqidah dan keyakinan masing-masing.
5) Ucapan selamat natal dan menghadiri perayaan natal bersama
sesungguhnya tidak terdapat misi-misi tertentu dari umat
Kristiani, sehingga tidaklah membahayakan.
6) Bukankah para Nabi juga bersaudara? Yang bahkan ajarannya
pun sama, yaitu mengajak kepada tauhid. Lalu mengapa
sekadar menghormati Nabi ‘Isa a.s. dengan mengucapkan
selamat natal ‘kok’ terlarang?
7) Larangan ucapan dan menghadiri natal sebetulnya hanyalah
hanya untuk menghindari kerancuan dalam aqidah. Dengan
demikian kekhawatiran tidak perlu terjadi pada orang yang
apabila (ketika) mengucapkannya tetap murni dan terjaga
aqidahnya.
D. Penyelesaian Permasalahan
1. Bantahan terhadap dalil-dalil yang dianggap membolehkan:
a. QS al-Mumtahanah/60:8 dijadikan alasan agar umat Islam
melakukan al-Birr selagi orang-orang kafir tidak memerangi dan
9
10. mengusir umat Islam dari negerinya. Ini benar, akan tetapi lafazh
al-Birr maknanya sangat luas, kita juga tidak mendapati para
sahabat maupun tabiin yang menafsirkannya dengan kebolehan
untuk mengucapkan selamat natal. Ayat tersebut hanyalah
berbicara tentang toleransi umat beragama, yaitu sikap seorang
muslim terhadap pemeluk agama lainnya yang cinta damai dan
menghormati kebebasan agama. Sedangkan ayat selanjutnya
mengatur bagaimana sikap seorang muslim terhadap non-muslim
yang memusuhi dan memeranginya. Dengan demikian tidak ada
penegasan sama sekali pada ayat tersebut tentang kebolehan
untuk mengucapkan dan menghadiri perayaan natal. Ketika dasar
pembolehannya dengan menggunakan ayat ini, maka penulis nilai
“sangat dipaksakan”.
b. Sudah menjadi kewajiban seorang muslim untuk menghormati
pemeluk agama lain, terlebih kepada Ahlul Kitab. Kita
diperbolehkan makan bersama, sekaligus berbesanan dengan
mereka dalam pengertian kita boleh makan sembelihan mereka
dan menikah dengan wanitanya sebagaimana firmannya :
اليوم أُحل لكم الطيبات وطعام الذين أوتوا
ُ ُ َ ِ ّ ُ َ َ َ ُ َّّ
ُ ُ َ ّ ِ َ ْ َْ
ْ َ ّ ِ
الكتاب حل لكم وطعامكم حل لهُم
ْ ُ ُ َ َ َ ْ ُ َ ّ ِ
َ َِ ْ
َ ِ ُ ََ ْ ُ ْ َ ِ َِ ْ ُ ْ َ ِ ُ ََ ْ ُ ْ َ
والمحصنات من المؤمنات والمحصنات من
ّالذين أوتوا الكتاب من قبلكم إِذا آتيتموهن
ُ ُ َُْ َ ْ ُ َِْ ْ ِ َ َِ ْ
ُ ُ َ ِ ّ
أُجورهن محصنين غير مسافحين ول
َ َ َ ِ ِ َ ُ َ َْ
َ ِِ ْ ُ ّ ُ َ ُ
متخذي أَخدان ومن يكفر باليمان فقد حبط
َ َِ ْ َ َ ِ َ ِْ ِ ْ ُ ْ َ ْ َ َ ٍ َ ْ
ِ ِ ُّ
َعمله وهو في الخرة من الخاسرين
ِ ِ َ ْ َ ِ ِ َ ِ ْ
ِ َ ُ َ ُ َُ َ
10
11. “Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan)
orang-orang yang diberi Alkitab itu halal bagimu, dan makanan kamu
halal (pula) bagi mereka. (Dan dihalalkan mengawini) wanita yang
menjaga kehormatan [Ada yang mengatakan wanita-wanita yang
merdeka] di antara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita
yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Alkitab
sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan
maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula)
menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman
(tidak menerima hukum-hukum Islam), maka hapuslah amalannya dan
ia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi.“ (QS al-Mâidah/5: 5 )
Bisakah ayat di atas dijadikan alasan tentang kebolehan
untuk mengucapkan dan menghadiri natal? Oleh karenanya kita
perlu merujuk kepada pendapat para sahabat dan ulama salaf
tentang tafsir ayat tersebut.
Kalau kita cermati ayat itu hanyalah berbicara tentang
kewajiban unutk menjawab salam yang diberikan orang lain
terhadap kita. Tidak terkait sama sekali dengan ucapan selamat
natal atau ‘lebaran’ yang sudah merupakan bagian dari keyakinan
masing-masing umat beragama. Ibnu Abbas berkata: “barang
siapa memberi salam kepadamu maka balaslah salamnya
walaupun dia adalah seorang Majusi”. Ibnu Katsir, di dalam
Tafsirnya – Tafsîr al-Qurân al-‘Azhîm -- juga menyatakan: “apabila
ada seorang muslim memberi salam maka balaslah dengan
ucapan salam yang lebih baik darinya atau semisal dengan apa
yang di ucapkannya”. Tambahan dalam ucapan salam
disunnahkan, sedangkan yang wajib adalah dengan yang
semisalnya. Menurut Qatadah lafazh fahayyû bi ahsani minha (QS
an-Nisâ’/4: 86) adalah ditujukan kepada orang-orang muslim dan
lafazh au ruddûhâ (QS an-Nisâ’/4: 86) adalah ditujukan kepada
Ahl al-Dzimmah. Begitulah komentar Ahl al-‘Ilmi tentang ayat
tersebut sebagaimana termaktub dalam Tafsîr Ibnu Katsîr.
Di dalam hadits lain kita juga dilarang untuk memulai
salam kepada orang kafir. Sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w.,
11
12. ل َ تبدءوا اليهود ول َ النصارى بالسل َم فإذا
َ َِ ِ ّ ِ
َ َ ّ
َ َ ُ َْ
ُ َ َْ
لقيتم أَحدهم فى طريق فاضطروه إ ِلى
َ ُ ّ َ ْ َ ٍ ِ َ
ِ ْ ُ َ َ
ْ ُ ِ َ
ِ ِ َْ
أ َضيقه
"Janganlah kalian mendahului orang-orang Yahudi dan Nasrani
memberi salam. Apabila kalian berpapasan dengan salah seorang di
antara mereka di jalan, maka desaklah dia ke jalan yang paling sempit."
(HR Muslim dari Abu Hurairah, Shahîh Muslim, VII/5, hadits
nomor 5789)
Kita juga mendapati hadits Nabi s.a.w. dari Anas bin Malik,
ْ ُ ََْ َ ُ ُ َ ِ َِ ْ ُ ْ ْ ُ ََْ َ َّ َ
إِذا سلم عليكم أَهل الكتاب فقولوا وعليكم
“Apabila Ahlul Kitab memberikan salam kepada kalian maka ucapkanlah
wa’alaikum.” (HR Bukhari, Shahîh al-Bukhâriy, VIII/71, hadits
nomor 6258 dan HR Muslim, Shahîh Muslim, VII/3, hadits nomor
5780 ).
Dengan demikian, masihkah kita mau menjawab salam
dengan yang lebih baik daripada mereka?
c. Rasulullah s.a.w. memang diutus untuk menyempurnakan akhlak
termasuk berakhlak kepada non-muslim. Akhlak juga merupakan
bagian keimanan seseorang, akan tetapi sikap tidak mau
mengucapkan selamat natal tidaklah menghilangkan rasa
toleransi, penghormatan ataupun akhlak terhadap pemeluk
agama lain. Begitu juga kualitas keimanan seseorang tidak di ukur
hanya dengan sekadar ucapan natal.
Islam memberikan toleransi kepada berbagai umat
beragama tanpa harus dia adakan “campur sari“ aqidah maupun
tatacara peribadatan. Sebagaimana Rasulullah s.a.w. yang pernah
diajak kaum musyrikin agar diadakan ibadah bersama, tetapi
beliau menolaknya dengan membacakan QS al-Kâfirûn sebagai
12
13. pengakuan Islam terhadap pluralitas keberagamaan tanpa harus
membenarkannya. Inilah yang sering disebut dengan “Teologi Ko
Eksistensi” yang boleh dianut oleh setiap muslim yang berpaham
Multikulturalisme (mengakui keberadaan agama orang lain, tanpa
harus membenarkannya), bukan “Teologi Pro-Eksistensi” yang
bisa menjebak kita (umat Islam) untuk berpaham Pluralisme
(mengakui kebenaran semua agama dan – bahkan -membenarkannya).
d. Di dalam kisah natal pada QS Maryam/19: 33 bukanlah
merupakan bukti bahwa al-Quran telah mengabadikan dan
merestui ucapan selamat natal sebagaimana yang di pahami
Prof.Dr.M. Quraish Shihab., M.A.. Beliau mengartikan والسلم علي
dengan “salam sejahtera semoga di limpahkan kepadaku“,
sehingga memberikan kesan seolah-olah ini adalah ucapan
selamat natal dalam al-Quran.
Lafaz السلمAdalah bentuk masdar dari fiil سلم - يسلمyang
bermakna keselamatan atau keamanan,ketentraman (Kamus alMunawir). Artinya mudah-mudahan keselamatan di limpahkan
kepadaku. Ayat tersebut merupakan doa nabi Isa yang meminta
keselamatan pada tiga waktu yaitu hari kelahiran, hari kematian
dan hari kebangkitan bukan ucapan selamat natal.
Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa lafazh والسلم
علي يوم ولدت ويوم أموت ويوم أبعث حياmerupakan penetapan
‘ubudiyah Nabi Isa a.s. terhadap Allah SWT. Beliau, seperti
makhluk Allah yang lainnya hidup, mati dan akan dibangkitkan
kembali. Beliau diberi keselamatan pada tiga keadaan ini. Begitu
juga penafsiran semakna terdapat dalam Tafsir al-Marâghî dan
Tafsir al-Munîr.
Jelaslah pada dalil-dalil yang dianggap membolehkan
ucapan selamat natal telah terjadi bias penafsiran dan tidak pas di
jadikan alat justifikasi terhadap legalitas ucapan selamat natal.
13
14. 2. Mendudukkan Syubhat-syubhat Dalil Argumentatif (Dalil al-‘Aql)
Sebagai prolog kami sertakan beberapa fatwa
mengharamkan mengucapkan dan menghadiri perayaan natal.
yang
Pertama, Fatwa MUI
FATWA Majelis Ulama Indonesia
TENTANG PERAYAAN NATAL BERSAMA
------------------------------Memperhatikan :
1. Perayaan Natal Bersama pada akhir-akhir ini disalah-artikan oleh
sebagian umat Islam dan disangka sama dengan umat Islam
merayakan Maulid Nabi Besar Muhammad s.a.w..
2. Karena salah pengertian tersebut ada sebagian orang Islam yang ikut
dalam perayaan Natal dan dudukdalam kepanitiaan Natal.
3. Perayaan Natal bagi orang-orang Kristen adalah merupakan ibadah.
Menimbang:
1. Umat Islam perlu mendapat petunjuk yang jelas tentang Perayaan
Natal Bersama.
2. Umat Islam agar tidak mencampur-adukkan Aqidah dan ibadahnya
dengan Aqidah dan ibadah agama lain.
3. Umat Islam harus berusaha untuk menambah Iman dan Taqwanya
kepada Allah SWT.
4. Tanpa mengurangi usaha umat Islam dalam Kerukunan Antar Umat
Beragama di Indonesia.
Meneliti kembali Ajaran-ajaran Agama Islam, antara lain:
A. Bahwa umat Islam diperbolehkan untuk bekerja sama dan bergaul
dengan umat agama-agama lain dalam masalah-masalah
berhubungan dengan masalah keduniaan, berdasarkan atas:
14
yang
15. 1. QS al-Hujurât/49: 13,
يا أَيها الناس إِنا خلقناكم من ذكر وأنثى
َ َُ ٍ َ َ
ّ
ُ َْ ََ
ّ ُ ّ
َ ّ
َ
ْ ُ َ َ ْ ّ
وجعلناكم شعوبا وقبائل لتعارفوا إ ِن أ َكرمكم
ُ َ َ َِ َ ِ ََ َ ً ُ ُ ْ ُ ََْ َ َ
ٌ َِ ٌ َِ َ ّ ّ ْ ُ َ ْ ِ ّ َ ِ
عند الله أ َتقاكم إِن الله عليم خبير
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu sekalian dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan Kami menjadikan kamu sekalian
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah
orang yang paling bertaqwa (kepada Allah), sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal"
2. QS Luqmân/31: 15,
ِ ِ َ َ َ َْ َ
وإِن جاهداك على أَن تشرك بي ما ليس لك به
ِ َ ِ ْ ُ ْ
ََ َ َ َ َ ْ َ
علم فل تطعهما وصاحبهما في الدنيا معروفا
ً ُ ْ َ َّْ
ِ َ ُ ِْ َ َ َ ُ ْ ِ ُ َ َ ٌ ِْ
ْ ُ ُ ِ ْ َ ّ َ ّ ُ ّ َ َ َ ْ َ َ َِ ْ ِّ َ
واتبع سبيل من أ َناب إ ِلي ثم إِلي مرجعكم
فأنبئكم بما كنتم تعملون
َ َُ ْ َ ْ ُُْ َ ِ ْ ُ ََُُّ
"Dan jika kedua orang tuamu memaksamu untuk mempersekutukan dengan
Aku sesuatu yang kamu tidak ada pengetahuan tentang ini, maka janganlah
kamu mengikutinya, dan pergaulilah keduanya di dunia ini dengan baik. Dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian kepada Ku-lah
kembalimu, maka akan Ku-beritakan kepada-mu apa yang telah kamu kerjakan".
3. QS al-Mumtahanah/60: 8,
15
16. ِل ينهاكم الله عن الذين لم يقاتلوكم في الدين
ّ
ِ ْ ُ ُِ َ ُ ْ َ َ ِ ّ ِ َ ُ ّ ُ ُ َ َْ َ
ولم يخرجوكم من دياركم أَن تَبروهم وتقسطوا
ُ ِ ْ َُ ْ ُ ّ َ ْ ْ ُ ِ َِ ْ ِ ْ ُ ُ ِ ْ ُ ْ ََ
َ ِ ِ ْ ُ ْ ّ ِ ُ َ ّ ّ ْ ِ َْ
إ ِليهم إِن الله يحب المقسطين
"Allah tidak melarang kamu (umat Islam) untuk berbuat baik dan berlaku adil
terhadap orang-orang (beragama lain) yang tidak memerangi kamu karena
agama dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil".
B. Bahwa
umat Islam tidak boleh mencampur-adukkan agamanya
dengan aqidah dan peribadatan agama lain berdasarkan:
1. QS al-Kâfirûn/109: 1–6,
(٢) قل يا أَيها الكافرون )١ ل أَعبد ما تعبدون
َ ُ ُْ َ َ ُ ُْ
(
َ ُ ِ َ ْ َ ّ َ ْ ُ
ول أنتم عابدون ما أ َعبد )٣ ( ول أَنا عابد ما
ّ ٌ ِ َ َ
َ
ُ ُْ
َ َ ُ ِ َ ْ ُ َ َ
ْ ُ َ
عبدتم )٤ (ول أنتم عابدون ما أ َعبد )٥ ( لكم
ُ ُْ
َ َ ُ ِ َ ْ ُ َ َ
ْ ّ ََ
٦) )دينكم ولي دين
ِ ِ َ َِ ْ ُ ُ ِ
"Katakanlah hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu
sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak
pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah
pula menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu dan
untukkulah agamaku".
2.
QS al-Baqarah/2: 42,
16
17. ْ ُ ََ ّ َ ْ ْ ُ ُ ََ ِ ِ َْ ِ ّ َ ْ ْ ُ َِْ َ
ول َ تلبسوا الحق بالباطل وتكْتموا الحق وأنتم
َ ُ َْ َ
تعلمون
"Janganlah kamu campur-adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah
kamu sembunyikan yang hak itu, sedangkan kamu mengetahuinya".
C. Bahwa umat Islam harus mengakui ke-Nabian dan ke-Rasulan Isa al-
Masih bin Maryam sebagaimana pengakuan mereka kepada para Nabi
dan Rasul yang lain, berdasarkan atas:
1. QS Maryam/19: 30-32,
) قال إِني عبد الله آتاني الكتاب وجعلني نبيا
َِّ
ََِ َ َ َ َِ ْ َ ِ َ ِ ّ ُ َْ
ّ َ َ
٠٣ ( وجعلني مباركا أَين ما كنت وأ َوصاني
ِ َ ْ َ ُ ُ َ َ ْ
ً َ َُ
ََِ َ َ
بالصلة والزكاة ما دمت حيا )١٣ (وبرا بوالدتي
َِ ِ َ ِ ّ ََ
َّ ُ ْ ُ َ ِ َ ّ َ ِ ّ ِ
٣٢) )ولم يجعلني جبارا شقيا
ِّ َ ً َّ
َِْ ْ َ ْ ََ
"Berkata Isa: Sesungguhnya aku ini hamba Allah. Dia memberikan Al Kitab
(Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang
yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku
mendirikan shalat dan menunaikan zakat selama aku hidup (dan Dia
memerintahkan aku) berbakti kepada ibuku (Maryam) dan Dia tidak menjadikan
aku seorang yang sombong lagi celaka."
2.
QS al-Baqarah/2: 285,
َ ُِ ْ ُ ْ َ ِ َّ
آمن الرسول بما أ ُنزل إِليه منْ ربه والمؤمنون
ِ ِ َْ َ ِ ْ َ ِ ُ ُ ّ َ َ
َ َْ ُ ّ َ ُ َ ِ ُِ ُ َ ِ ُُِ َ ِ َِ ِ َ َ َ ِ ّ ِ َ َ ّ ُ
كل آمن بالله وملئكته وكتبه ورسله ل نفرق بين
17
18. أَحد من رسله وقالوا سمعنا وأَطعنا غفرانك ربنا
ََّ َ َ َ ْ ُ َْ َ َ َْ ِ َ
ُ َ َ ِ ُِ ُ ْ ِ ٍ َ
ُ ِ َ ْ َ َْ َ
وإِليك المصير
"Rasul (Muhammad) telah beriman kepada al-Quran yang diturunkan
kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman; semuanya
beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya dan Rasulrasul-Nya (Mereka mengatakan): Kami tidak membeda-bedakan antara
seseorangpun (dengan yang lain) dari Rasul-rasul-Nya dan mereka
mengatakan: Kami mendengar dan kami taat. (Mereka berdoa) Ampunilah Ya
Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.”
D. Bahwa barangsiapa berkeyakinan bahwa Tuhan itu lebih dari satu,
Tuhan itu mempunyai anak dan Isa al-Masih itu anaknya, maka orang
itu kafir dan musyrik, berdasarkan atas:
1.
QS al-Mâidah/5: 72,
ُلقد كفر الذين قالوا إِن الله هو المسيح ابن
ْ ُ ِ َ ْ َ ُ َ ّ ّ ْ ُ َ َ ِ ّ َ َ َ ْ َ َ
َ ّ ْ ُ ُْ َ ِ َ ْ
مريم وقال المسيح يا بني إِسرائيل اعبدوا الله
َِ َ ُ ِ َ ْ َ َ َ َ َْ َ
ُ ّ َ ّ َ ْ َ َ ِ ّ ِ ْ ِ ْ ُ َ ُ ّ ْ ُ َّ َ
ربي وربكم إِنه من يشرك بالله فقد حرم الله
َّ
ٍ َ َ ْ ِ َ ِ ِ ّ ِ َ َ ُ ّ ُ َ َْ َ َ َّ ْ ِ ََ
عليه الجنة ومأواه النار وما للظالمين من أنصار
"Sesungguhnya telah kafir orang-orang yang berkata: Sesungguhnya Allahitu
ialah Almasih putera Maryam. Pada hal Almasih sendiri berkata: HaiBani
Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Sesungguhnya orangyang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan
kepadanya sorga dan tempatnya ialah neraka, tidak adalahbagi orang zalim itu
seorang penolong pun".
2. QS al-Mâidah/5: 73,
18
19. ْ ِ َ َ ٍ َ ُ ِ َ َ ّ ّ ْ ُ َ َ ِ ّ َ َ َ ْ َ ّ
لقد كفر الذين قالوا إِن الله ثالث ثل ََثة وما من
إ ِله إ ِل ّ إِله واحد وإن لم ينتَهوا عما يقولون
َ ُ ُ َ ّ َ ْ ُ َ ْ ّ
ٍ َ
َِ ٌ ِ َ ٌ َ
ٌ ِ ٌ َ َ ْ ُ ِْ ْ ُ َ َ َ ِ ّ ّ ّ َ ََ
ليمسن الذين كفروا منهم عذاب أ َليم
"Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: Bahwa Allah itua dalah
salah satu dari yang tiga (Tuhan itu ada tiga), pada halsekali-kali tidak ada
Tuhan selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidakberhenti dari apa yang mereka
katakan itu, pasti orang-orang kafir itu akan disentuh siksaan yang pedih".
3. QS at Taubah/9: 30,
وقالت اليهود عزير ابن الله وقالت النصارى
َ َ ّ ْ َ َ َ ِ ّ ُ ْ ٌ َْ ُ ُ ُ َْ ِ َ َ َ
ْ ِ ِ َ ْ َِ
بأفواههم
قولهم
ُ ُْ َ
َ َِ
ذلك
ِ ّ
الله
ُ ْ
ابن
ُ ِ َ ْ
المسيح
ُ ّ ُ ُ ََ َ ُ َْ
يضاهؤون قول الذين كفروا من قبل قاتلهم الله
ِ ْ ُ َ َ َ ِ ّ َ ْ َ َ ُ ِ َ ُ
أ َنى يؤفكون
َ ُ َ ْ ُ ّ
"Orang-orang Yahudi berkata" Uzair itu anak Allah, dan orang-orang Nasrani
berkata al-Masih itu anak Allah. Demikian itulah ucapan dengan mulut mereka,
mereka meniru ucapan/perkataan orang-orang kafir yang terdahulu, dilaknati
Allah mereka, bagaimana mereka sampai berpaling".
E. Bahwa Allah pada hari kiamat nanti akan menanyakan Isa, apakah dia
pada waktu di dunia menyuruh kaumnya agar mereka mengakui Isa dan
Ibunya (Maryam) sebagai Tuhan. Isa menjawab: Tidak. Hal itu
berdasarkan atas QS al-Mâidah/5: 116-118,
وإِذ قال الله يا عيسى ابن مريم أ َأنت قلت
َ ُ َ َ َ َْ َ َ ْ
َ ِ َ ُ ّ َ َ ْ َ
للناس اتخذوني وأ ُمي إِلهين من دون الله قال
َ َ ِ ّ ِ ُ
ِ ِ َْ َ َ ّ َ
ِ ُ ِ ّ ِ ّ ِ
19
20. سبحانك ما يكون لي أ َن أَقول ما ليس لي بحق
ّ َ ِ ِ َ َْ َ َ ُ ْ
ِ ُ ُ َ َ َ َ َ ُْ
َ إن كنت قلته فقد علمته تعلم ما في نفسي ول
َ
ِ ْ َ ِ َ ُ َْ َ ُ َْ َِ ْ َ َ ُ ُُْ ُ ُ ِ
َ َ ّ َ ِ ْ َ
) أَعلم ما في نفسك إ ِنك أنتَ عل ّم الغيوب
ِ ُُ ْ ُ َ
ِ َ ُ َْ
ْ ُ ُْ ِ ِ ِ
٦١١ (ما قلت لهم إ ِل ّ ما أَمرتني به أَن اعبدوا
َِْ َ َ
ْ ُ َ ُ ُْ َ
الله ربي وربكم وكنت عليهم شهيدا ما دمت
ُ ْ ُ ّ ً ِ َ ْ ِ ََْ ُ ُ َ ْ ُ َّ َ
َّ َ ّ
فيهم فلما توفيتني كنت أنت الرّقيب عليهم وأنت
َ ََ ْ ِ ََْ َ ِ
َ َ َ ُ
َِّْ َ َ ّ ََ ْ ِ ِ
ْ َِّ ْ ُ ّْ َ ُ ِ
على كل شيء شهيد )٧١١ ( إن تعذبهم فإنهُم
ٌ ِ َ ٍ ْ َ ّ ُ
ََ
َ َ َِّ ْ ُ َ ْ ِ ْ َ َِ َ ُ َِ
) عبادك وإن تغفر لهم فإنك أنتَ العزيز الحكيم
ُ ِ َ ْ ُ ِ َ ْ
١١٨)
"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: Hai Isa putera Maryam, adakah kamu
mengatakan kepada manusia (kaummu): Jadikanlah aku dan ibuku dua orang
Tuhan selain Allah? Isa menjawab: Maha Suci Engkau (Allah),tidaklah patut
bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah
mengatakannya tentu Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa
yang ada pada diriku sedangkan aku tidak mengetahui apayang ada pada diri
Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib. Aku
tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan
kepadaku (mengatakannya), yaitu: Sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu
dan aku menjadi saksi terhadap mereka selama aku berada di antara mereka.
Tetapi setelah Engkat wafatkan aku. Engkau sendirilah yang menjadi pengawas
mereka. Engkaulah pengawas dan saksi atas segala sesuatu. Jika Engkau
menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu dan
jika Engkau mengampunkan mereka, maka sesungguhnya Engkau Maha Kuasa
lagi Maha Bijaksana.”
F.
Islam mengajarkan bahwa Allah SWT itu hanya satu, berdasarkan atas
QS al-Ikhlâsh:
20
21. ْ ََ ْ َِ ْ َ
قل هو الله أ َحد )١( الله الصمد )٢ ( لم يلد ولم
ُ َ ّ
ُ ّ
ٌ َ ُ ّ َ ُ ْ ُ
٤) )يولد )٣ (ولم يكن له كفوا أ َحد
ٌ َ ً ُ ُ ُ ّ ُ َ ْ ََ
ْ َ ُ
"Katakanlah: Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang segala
sesuatu bergantung kepada-Nya. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.
Dan tidak seorang pun/sesuatu pun yang setara dengan Dia”.
G. Islam mengajarkan umatnya untuk menjauhkan diri dari hal-hal yang
syubhat dan dari larangan Allah SWT serta untuk mendahulukan
menolak kerusakan daripada menarik kemaslahatan, berdasarkan atas:
1. Hadits Nabi s.a.w. dari an-Nu’man bin Basyir:
« إِن الحل َل بين وإِن الحرام بين وبينهما
َ ُ َََْ ٌ َّ َ َ َ ْ ّ َ ٌ َّ َ َ ْ ّ
مشتبهات ل َ يعلمهن كثير من الناس فمن اتقى
َ ّ ِ َ َ ِ ّ َ ِ ٌ َِ ّ ُ ُ َْ َ
ٌ َ َِْ ُ
الشبهات استبرأَ لدينه وعرضه ومن وقع فى
ِ َ َ َ ْ َ َ ِ ِ ْ ِ َ ِ ِ ِ ِ َ َْْ
ِ َ ُّ
َ ْ َ
الشبهات وقع فى الحرام كالراعى يرعى حول
َ ْ َ
ِ ّ َ ِ َ َ ْ
ِ َ َ َ ِ َ ُّ
ٍ َِ ّ ُ ِ ّ َ
الحمى يوشك أَن يرتع فيه أ َل َ وإِن لكل ملك
ِ ِ َ َْ َ ْ ُ ِ ُ
َ ِ ْ
حمى أ َل َ وإِن حمى الله محارمه أ َل َ وإ ِن فى
ِ ّ َ
ُ ُ ِ َ َ ِ ّ
َ ِ ّ َ
ً ِ
الجسد مضغة إِذا صلحت صلح الجسد كله وإ ِذا
َ َ ُ ُّ ُ َ َ ْ َ ََ ْ َ ََ َ ً َ ْ ُ ِ َ َ ْ
ُ َْ ْ َ ِ َ
.» فسدت فسد الجسد كله أَل َ وهى القلب
ُ ُّ ُ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ
“Sesungguhnya apa-apa yang halal itu telah jelas dan apa-apa yang haram pun
telah jelas, akan tetapi di antara keduanya itu banyak yang syubhat (sebagian
halal, sebagian haram), kebanyakan orang tidak mengetahui yang syubhat itu.
Barangsiapa yang memelihara diri dari yang syubhat itu, maka bersihlah
21
22. agamanya dan kehormatannya, tetapi barangsiapa jatuh pada yang syubhat
maka berarti ia telah jatuh kepada yang haram, misalnya semacam orang yang
menggembalakan binatang di sekitar daerah larangan maka mungkin sekalin
binatang makan di daerah larangan itu. Ketahuilah bahwa setiap raja
mempunyai larangan dan ketahuilah bahwa larangan Allah ialah apa-apa yang
diharamkan-Nya (oleh karena itu yang haram jangan didekati). Ketahuilah,
bahwa di dalam tubuh (manusia) terdapat mudghah (segumpal daging); jika ia
baik, maka baik pula seluruh tubuhnya. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh
tubuhnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati.” (HR Muslim,
Shahîh Muslim, V/50, hadits nomor 4178)
2. Kaedah Ushul Fiqih
درء المفاسد مقدم عَلى جلب المصالح
ِ ِ َ َ ْ ِ َْ
َ ٌ ّ َ ُ ِ ِ َ َ ْ ُ ْ َ
“Menolak kerusakan-kerusakan itu didahulukan daripada menarik
kemashlahatan-kemashlahatan (jika tidak demikian sangat mungkin mafasidnya
yang diperoleh, sedangkan mashalihnya tidak dihasilkan)”.
Majelis Ulama Indonesia memfatwakan:
1. Perayaan Natal di Indonesia meskipun tujuannya merayakan dan
menghormati Nabi Isa as, akan tetapi Natal itu tidak dapat
dipisahkan dari soal-soal yang diterangkan di atas.
2. Mengikuti upacara Natal bersama bagi umat Islam hukumnya haram.
3. Agar umat Islam tidak terjerumus kepada syubhat dan larangan
Allah SWT dianjurkan untuk tidak mengikuti kegiatan-kegiatan
perayaan Natal.
Jakarta,1 Jumadil Awal 1401 H./7 Maret 1981 M.
KOMISI FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua (KH Syukri Ghozali)
Sekretaris (Drs.H. Mas’udi)
22
23. Kedua, Fatwa Lajnah Dâimah li al-Buhûts al-‘Ilmiyyah wal-Iftâ’
ل يجوز للمسلم تهنئة النصارى بأعيادهم لن في
ذالك تعاونا على الثموقد نهينا عنه, قال تعالى : ول
٢٠ : تعاونوا على الثم والعدوان – سورة المائدة
كما أن فيه توددا اليهم وطلبا لمحبتهم واشعارا
بالرضى عنهم وعن شعائرهم وهذا ل يجوز بل
الواجب اظهارالعداوة لهم وتبين بغضهم لنهم
يحادون ا جل وعل ويشركون معه غيره
.ويجعلون له ساحبة و ولدا
“Tidak boleh seorang muslim memberi ucapan selamat kepada orang Nasrani pada
hari raya mereka karena sesungguhnya dalam perbuatan tersebut terdapat tolongmenolong dalam perbuatan dosa. Dan kita dilarang dari perbuatan tersebut, Allah
SWT.berfirman: .ول تعاونوا على الثم والعدوانDi dalamnya juga mengandung rasa
cinta kepada mereka dan menuntut untuk mencintai mereka serta sebagai syiar
dengan meridhai mereka dan syiar-syiar mereka. Ini semua tidak boleh bahkan yang
paling wajib adalah menampakkan permusuhan terhadap mereka dan menjelaskan
permusuhan terhadap mereka. Karena mereka memusuhi Allah jalla wa ala dan
membuat sekutu kepada selain Allah. Mereka juga menjadikan bagi Allah wanita
pendamping dan seorang anak.” (Lajnah Dâimah li al-Buhûts al-‘Ilmiyyah wal-Iftâ’,
II/435)
Ketiga, Tanya Jawab Muhammadiyah
Dengan mengutip fatwa MUI dan memberikan komentar: “Dari
fatwa itu khususnya point b (mengikuti upacara natal bersama bagi umat
Islam hukumnya haram) mengikuti perayaan natal haram hukumnya.
Sedangkan mengucapkan selamat hari natal di golongkan pada fatwa point
c (agar umat Islam tidak terjerumus kepada syubhat dan larangan Allah
SWT di anjurkan untuk tidak mengikuti kegiatan-kegiatan perayaan natal)
sesuatu yang di anjurkan untuk tidak di lakukan.
23
24. Berikut adalah jawaban syubhat-syubhat yang telah tertulis di atas
pada dalil argumentatif yang membolehkan dari point a sampai g:
a. Telah menjadi jargon yang kerap di kampanyekan para penghasung
pluralisme agama adalah ucapan selamat natal penting untuk
keberlangsungan umat beragama bahkan kalau perlu di adakan
perayaan natal bersama. Mereka juga menuduh kepada yang tidak mau
sebagai fundamentalis, tekstualis, revivalis, eksklusif dan segudang
sebutan yang lainnya.
Mengutip pernyataan Adian Husaini dalam www.Hidayatullah.com
yaitu Prof. HAMKA menyebut tradisi Perayaan Hari Besar Agama
Bersama semacam itu bukan menyuburkan kerukunan umat beragama
atau membangun toleransi, tetapi menyuburkan kemunafikan. Di akhir
tahun 1960-an, HAMKA menulis tentang usulan perlunya diadakan
perayaan Natal dan Idul Fithri bersama, karena waktunya berdekatan:
“Si orang Islam diharuskan dengan penuh khusyu’ bahwa Tuhan Allah
beranak, dan Yesus Kristus ialah Allah. Sebagaimana tadi orang-orang
Kristen disuruh mendengar tentang Nabi Muhammad s.a.w. dengan
tenang, padahal mereka diajarkan oleh pendetanya bahwa Nabi
Muhammad bukanlah nabi, melainkan penjahat. Dan Al-Quran
bukanlah kitab suci melainkan buku karangan Muhammad saja. Kedua
belah pihak, baik orang Kristen yang disuruh tafakur mendengarkan AlQuran, atau orang Islam yang disuruh mendengarkan bahwa Tuhan
Allah itu ialah satu ditambah dua sama dengan satu, semuanya disuruh
mendengarkan hal-hal yang tidak mereka percayai dan tidak dapat
mereka terima… Pada hakekatnya mereka itu tidak ada yang toleransi.
Mereka kedua belah pihak hanya menekan perasaan, mendengarkan
ucapan-ucapan yang dimuntahkan oleh telinga mereka. Jiwa, raga, hati,
sanubari, dan otak, tidak bisa menerima. Kalau keterangan orang Islam
bahwa Nabi Muhammad s.a.w. adalah Nabi akhir zaman, penutup
sekalian Rasul. Jiwa raga orang Kristen akan mengatakan bahwa
keterangan orang Islam ini harus ditolak, sebab kalau diterima kita tidak
Kristen lagi. Dalam hal kepercayaan tidak ada toleransi. Sementara sang
pastor dan pendeta menerangkan bahwa dosa waris Nabi Adam, ditebus
24
25. oleh Yesus Kristus di atas kayu palang, dan manusia ini dilahirkan
dalam dosa, dan jalan selamat hanya percaya dan cinta dalam Yesus.”
Demikian kutipan tulisan Prof. HAMKA yang ia beri judul: “Toleransi,
Sekulerisme, atau Sinkretisme.” (Lihat, buku HAMKA, Dari Hati ke Hati,
(Jakarta: Pustaka Panjimas, 2002) Sekarang tepatkah kalau dikatakan
perayaan natal bersma merupakan sebuah upaya membina kerukunan
umat beragama padahal yang di hasilkan adalah munculnya sifat-sifat
kemunafikan pada setiap umat beragama. Selain itu juga masih
terbentang luas upaya-upaya lain dalam rangka membina kerukunan
antar umat beragama.
b. Perayaaan natal bersama atau ucapan selamat natal bukan sebagai wujud
toleransi beragama ketika pada kenyataannya ternyata hanya melahirkan
sifat-sifat kemunafikan. Kalau dikatakan orang yang tidak mau
mengucapkan sebagai orang yang tidak toleran dan anti kerukunan
maka kita patut mempertanyakan apakah makna toleransi beragama
menurut mereka. Apakah campursari aqidah? ataukah kawin silang tata
cara beribadah?
Toleransi tidak harus dengan mengucapkan atau menghadiri misa natal.
Justru tidak toleran orang yang mempersoalkan ketidakhadiran
penganut agama lain dalam perayaan natal. Menurut Abu Deedat ketua
FAKTA (Forum Gerakan Anti Pemurtadan) toleransi bukan berarti
partisipasi bukan pula campur aduk. Mereka melakukan kebaktian tidak
diganggu, itu sudah merupakan toleransi. Misa natal itu satu paket ritual
bukan seremonial, jadi tidak boleh dihadiri. Kehawatiran itu menjadi
berlebihan bila tanpa ucapan natal bisa menimbulkan perpecahan.
Persatuan anak bangsa bukan dengan menciptakan ‘koor’ yang sama
dalam ucapan selamat, justru yang paling penting adalah saling
pengertian antar umat beragama.
c. Untuk menepis stigma ekstrim, fundamentalis, eksklusif, atau hal-hal
negatif lainnya tidaklah harus mengucapkan atau menghadiri natal
tetapi dengan menumbuhkan saling pengertian dan hormat
menghormati antar umat beragama. Dalam Islam diharamkan merusak
25
26. tempat-tempat ibadah agama lain sekalipun dalam kondisi perang. Ini
semua menunjukan bahwa Islam adalah agama cinta damai.
Dakwah Islam mudah diterima berbagai kalangan bukan karena pedang
dan bom tapi karena kesejukan yang membawa kedamaian. Dakwah
kepada tauhid cukup menarik bagi orang-orang yang merindukan
kebenaran sejati. Islam juga masuk ke Indonesia melalui jalur dakwah
dan perdagangan tanpa ada pertumpahan darah. Kitapun mendapatkan
kenyataan tentang banyaknya pastur atau pendeta dan ilmuan yang
mendapatkan kebenaran dalam Islam. Begitulah jika pertolongan Allah
telah datang, orang akan berbondong-bondong masuk Islam tanpa ada
paksaan.
d. Orang sering mengatakan bahwa tradisi ucapan atau menghadiri
perayaan natal masih dalam wilayah seremonial bukan bagian ritual
ibadah. Din syamsuddin juga mengatakan “saya pribadi berpendapat
bahwa MUI sejak zaman Buya adalah larangan menghadiri upacara natal
yang berdimensi ibadah dan keyakinan karena itu adalah wilayah
keyakinan masing-masing,tetapi yang berbentuk seremoni tidak
seharusnya dihindari’.
Benarkah demikian? padahal dalam natal pasti diadakan penegasan
keyakinan umat Kristen terhadap Yesus, bahwa Yesus adalah anak
Allah, juru selamat umat manusia yang wafat dikayu salib untuk
menebus dosa umat manusia. Dalam agama Kristen juga tidak memiliki
kriteria ritual atau non ritual yang jelas. Ini adalah suatu subhat.
Menurut MUI, perayaan natal di Indonesia meskipun tujuannya
merayakan dan merayakan nabi Isa akan tetapi natal tidak bisa
dipisahkan dari hal-hal yang bersifat ritual.
Islam memiliki tata cara ibadah yang jelas karena permasalahan ritual
selalu ada contohnya dari nabi Muhammad SAW. Tata cara, shalat,
puasa, zakat, sholat idul fitri, idul adha adalah merupakan wilayah
ritual. Kitapun memahami bahwa bersilaturrahmi kerumah-rumah
setelah shalat id adalah tradisi non ritual.
26
27. Selamat natal pada hakikatnya merupakan ucapan kepada umat Nasrani
yang tengah merayakan kelahiran Yesus. Islam dan Kristen memiliki
pemaknaan yang berbeda tentang nabi Isa. Islam menolak trinitas
sebagai bentuk pengakuan Isa adalah anak tuhan. Dengan ucapan
selamat dan menghadiri natal bisa menyebabkan seorang muslim
menepis ajaran islam yang menyakini Isa hanyalah seorang nabi. Ini
adalah tal bisul haq wal batil karena firman Allah. : “sesungguhnya telah
kafir orang yang berkata sesungguhnya Allah itu ialah almasih Isa putra
Maryam” (QS al-Mâidah/5: 72) jadi alasan paling mendasar tentang
haramnya ucapan selamat natal adalah karena Yesus kristus mereka
pandang sebagai putra tuhan.
Haramnya ucapan selamat natal juga karena disitu terdapat persetujuan
terhadap syiar-syiar kekufuran yang mereka lakukan dan meridhoi hal
itu dilakukan. Seorang muslim haram meridhoi syiar-syiar kekufuran
atau mengucapkan selamat kepada orang lain terhadap sesuatu yang
Allah tidak ridha kepadanya. Allah SWT berfirman :
إِن تكفروا فإن الله غني عَنكم ول يرضى
َ ْ َ َ َ ْ ُ ْ ّ َِ َ ّ ّ َِ
ُ ُ ْ َ ْ
ُ ِ َ ََ ْ ُ َ ُ َ ْ َ
لعباده الكفر وإِن تشكروا يرضه لكم ول تزر
ُ ُ ْ َ ْ َ َ ْ ُ ْ ِ ِ َِ ِ
ْ ُ ََُُّ ْ ُ ُ ِ ْ َ ْ ُ َّ
وازرة وزر أ ُخرى ثم إِلى ربكم مرجعكم فينبئكم
َ ّ ُ َ ْ َ ْ ِ ٌ َ ِ َ
ِ ُ ّ
بما كنتم تعملون إِنه عَليم بذات الصدور
ِ َ ِ ٌ ِ ُ ّ َ َُ ْ َ ْ ُُْ َ ِ
“Jika kamu kafir, maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu
[Maksudnya: manusia beriman atau tidak hal itu tidak merugikan Tuhan
sedikitpun] dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu
bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu; dan seorang yang
berdosa tidak akan memikul dosa orang lain [Maksudnya: masing-masing
memikul dosanya sendiri- sendiri]. Kemudian kepada Tuhanmulah kembalimu,
lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Sesungguhnya
Dia Maha Mengetahui apa yang tersimpan dalam (dada)mu.” (QS azZumar/39: 7)
27
28. Rasulullah juga bersabda :
« » من تشبه بقوم فهو منهم
ْ ُ ِْ َ ُ َ ٍ ْ َ ِ َ َّ َ ْ َ
“Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.”
(HR Abu Daud dari Abdullah bin Umar, Sunan Abî Dâwud, IV/78, hadits
nomor 4033)
e.
Ucapan selamat dan menghadiri perayaan natalsesungguhnya memiliki
misi-misi tertentu karena ini adalah bagian dari syiar mereka. Apa lagi
dengan diadakannya perayan natal bersama, ini adalah media yang
cukup baik untuk menyebarkan misi kristen agar umat lain mengenal
doktrin kristen bahwa tuhan Yesus adalah juru selamat, doktrin trinitas,
dan kepercayaan-kepercayaan lainnya. Kita pun tahu bahwa kita
menurut mereka adalah domba-domba tersesat yang perlu di
selamatkan.
Pengaruhnya terhadap masyarakat awam bisa meluas dan akhirnya
mampu menodai aqidah. Apa lagi di sajikan dengan cukup menarik dan
memikat, bukan mustahil perayaan natal bersama bisa menyebabkan
orang awam murtad. Telah banyak yang muratad dengan anggapan
bahwa semua agama benar apalagi kemudian di iming-imingi dengan
sejumlah uang, makanan dan pekerjaan. Iman yang lemah akan mudah
tergiur dan dalam sekejap akan berubah arah.
Umat kristen menyampaikan dakwahnya adalah hal yang wajar, dan
perayaan natal pasti mengandung misi suci mereka untuk
menyelamatkan manusia dan memaklumkan injil kepada uat manusia.
Sebagai seorang muslim kita menghormati misi tersebut karena itu
termasuk bagian keyakinan mereka walaupun juga menyesalkan adanya
misi terselubung dalam perayaan natal bersama.
f.
Para nabi memang bersaudara dan memiliki ajaran yang sama, tapi kita
juga harus paham untuk apakah Muhammad Rasulullah di jadikan
sebagai khatamul anbiya’. Bukankah syareat para nabi terdahulu telah di
mansukh? Bukankah Islam datang menjadi penyempurna terhadap
28
29. terhadap agama-agama terdahulu? Bukankah tidak ada nabi lagi setelah
nabi Muhammad?
Para nabi telah datang dengan membawa kitab dan ajarannya tapi
sayang tidak ada satu kitab samawipun yang masih terjaga orisinalitas
dan keabsahannya selain alquran yang memang telah di jamin oleh Allah
tentang kemurniannya. Oleh karena itu campursari aqidah tidaklah di
benarkan karena agama yang di ridhai di sisi Allah hanyalah Islam dan
barang siapa mencari-cari agama lain selain Islam tidak akan di terima
bahkan di akhirat termasuk orang-orang yang merugi (QS Ali-Imran/3:
85)
Menghormati nabi Isa bukan dengan ucapan selamat natal, karena beliau
tidak butuh itu, yang terpenting adalah menempatkan nabi Isa secara
proporsional menurut alquran. Memahami beliau hanyalah seorang
Rasul utusan sekaligus manusia biasa yang tidak lepas dari kekurangan.
g.
Larangan mengucapkan dan menghadiri perayaan natal bukan sekadar
untuk menghindari kerancuan dalam aqidah, sehingga bila aqidah
seseorang telah kuat di perbolehkan mengucapkannya. Tapi dalam
ucapan itu juga mengandung ta’zim dan penghormatan kepada syiar
paganis kristiani. Tuluskah hati kita daklam mengucapkan selamat
natal? Di satu sisi kita mengakui bahwa Isa hanyalah seorang nabi bukan
Tuhan (QS an-Nisâ’/4: 171; QS Maryam/19: 30; dan QS az-Zukhruf/43 :
59), kita juga dilarang menyembahnya ( QS al-Mâidah/5: 116 ), Isa juga
tidak mati di salib ( QS an-Nisâ’/4: 157 ), dan bahwa ternyata kafirlah
orang yang mengatakan bahwa Isa adalah Tuhan (QS al-Mâidah/5: 73).
Itulah mengapa sebabnya Buya HAMKA mengatakan bahwa ucapan
selamat dan menghadiri natal hanya akan melahirkan kemunafikan.
Ucapan tersebut juga merupakan syubhat yang harus di tinggalkan
karena dampaknya terhadap masyarakat Islam secara luas dan lebih
banyak mudharatnya dari pada menfaatnya. Dalam kaidah ushul fiqh di
katakan ( درء المفاسد مقدم على جلب المصالحmenolak kerusakan lebih di
dahulukan dari pada mendatangkan kebaikan). Hal ini juga sesuai
29
30. dengan kaidah Mashlahah mursalah dalam rangka menjaga maqâshid
asy-Syarî’ah (tujuan-tujuan agama). Sebaliknya mengesampingkan
mashlahat umat berarti mengesampingkan Maqâshid asy-Syarî’ah. Betapa
banyak mudharat yang datang bial tidak di haramkan, dan amat sedikit
manfaat yang bisa di rasakan. Pengharaman ini sekaligus menjadi Sadd
adz-Dzarî’ah agar umat Islam tidak terjerumus dalam perbuatan syubhat
dan haram. Wasilah-wasilah menuju sesuatu yang haram harus di
hilangkan dalam rangka menjaga Maqâshid asy-Syarî’ah.
E. Kesimpulan
Setelah melihat, mencermati dan menimbang dari berbagai sisi,
maka kami simpulkan bahwa hukum mengucapkan dan menghadiri
perayaan natal adalah ‘haram hukumnya’, atau lebih tepatnya: “harâm li
saddidz dzrî’ah”, karena tidak adanya dalil yang memmerintahkan
(membolehkannya) atau melarangnya, dan lemahnya hujjah atau
argumentasi orang-orang yang membolehkannya.
Wujud toleransi beragama – menurut pandangan penulis -- tidak
harus diwujudkan dengan mengucapkan dan menghadiri natal; tetapi bisa
deilakukan – misalnya -- dengan menumbuhkan sikap saling menghormati
dan mempersilakan setiap penganut agama untuk menjalankan ibadah dan
keyakinannya serta aman hidup secara berdampingan tanpa harus
mengurbankan aqidah.
Umat non-muslim juga harus menghormati fatwa lembaga Islam
(MUI, misalnya) yang mengharamkan perayaan natal bersama karena fatwa
itu hanya di tujukan kepada internal umat Islam untuk menjaga kemurnian
aqidah dan ibadah mereka. Faktanya adalah umat Islam yang mayoritas di
negeri ini tidak pernah berbuat zalim, bahkan selalu berupaya membina
kerukunan hidup antarumat beragama dengan prinsip toleransi yang
proporsional.
Wallâhu A’lam bi ash-Shawâb.
(Dikutip dan diselaraskan dari tulisan yang diposkan oleh Muh. Akbar Ilyas di
http://www.makalahkuliah.com/2012/07/keharaman-mengucapkanselamat-dan.html)
30