2. Teori pembentukan planet Bumi
Teori pembentukan Jagat Raya
1. Teori Big Bang (Ledakan Dahsyat)
Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar (bahasa Inggris: Big Bang) merupakan sebuah peristiwa yang
menyebabkan pembentukan alam semesta berdasarkan kajian kosmologi mengenai bentuk awal dan
perkembangan alam semesta (dikenal juga dengan Teori Ledakan Dahsyat atau Model Ledakan Dahysat).
Berdasarkan pemodelan ledakan ini, alam semesta, awalnya dalam keadaan sangat panas dan padat,
mengembang secara terus menerus hingga hari ini. Berdasarkan pengukuran terbaik tahun 2009, keadaan awal
alam semesta bermula sekitar 13,7 miliar tahun lalu, yang kemudian selalu menjadi rujukan sebagai waktu
terjadinya Big Bang tersebut. Teori ini telah memberikan penjelasan paling komprehensif dan akurat yang
didukung oleh metode ilmiah beserta pengamatan.
Adalah Georges Lemaître, seorang biarawan Katolik Roma Belgia, yang mengajukan teori ledakan dahsyat
mengenai asal usul alam semesta, walaupun ia menyebutnya sebagai “hipotesis atom purba”. Kerangka model
teori ini bergantung pada relativitas umum Albert Einstein dan beberapa asumsi-asumsi sederhana, seperti
homogenitas dan isotropi ruang.
3. 2. Teori “Keadaan Tetap” (Stabil)
Continue Reading: Teori “Keadaan Tetap”
Teori ”keadaan tetap” atau teori ciptaan sinambung menyatakan bahwa jagat raya selama berabad-abad selalu dalam
keadaan yang sama dan zat hidrogen senantiasa dicipta dari ketiadaan. Penambahan jumlah zat, dalam teori ini
memerlukan waktu yang sangat lama, yaitu kira-kira seribu juta tahun untuk satu atom dalam satu volume ruang
angkasa. Teori ini diajukan oleh ahli astronomi Fred Hoyle dan beberapa ahli astrofisika Inggris.
Dalam teori ”keadaan tetap”, kita harus menerima bahwa zat baru selalu diciptakan dalam ruang angkasa di antara
berbagai galaksi, sehingga galaksi baru akan terbentuk guna menggantikan galaksi yang menjauh. Orang sepakat
bahwa zat yang merupakan asal mula bintang dan galaksi tersebut adalah hidrogen.
3. Teori “Mengembang dan Memampat” (The Oscillating Theory)
Teori ini dikenal pula dengan nama teori ekspansi dan konstraksi. Menurut teori ini, jagat raya terbentuk karena
adanya suatu siklus materi yang diawali dengan masa ekspansi atau mengembang yang disebabkan oleh adanya
reaksi inti hidrogen, pada tahap ini terbentuklah galaksi-galaksi.
Tahap ini diperkirakan berlangsung selama 30 milyar tahun, selanjutnya galaksi-galaksi dan bintang yang telah
terbentuk akan meredup, kemudian memampat yang didahului dengan keluarnya pancaran panas yang sangat tinggi.
Setelah tahap memampat maka tahap berikutnya adalah tahap mengembang dan kemudian memampat lagi.
4. Teori “Alam Semesta Quantum”
Teori ini diciptakan oleh William Lane Craig pada tahun 1966. Dia mengemukakan bahwa alam semesta adalah sudah
ada selamanya dan akan selalu ada untuk selamanya pula. Dalam teori ini, ruang hampa pada hakikatnya tidak ada,
yang ada adalah partikel-partikel sub atomik.
4. Teori pembentukan Tata Surya
5. Teori Kabut (Teori Nebula)
Teori kabut dikemukakan oleh filsuf Jerman yang bernama Immanuel Kantpada tahun 1775. Teori ini hampir sama dengan yang
dikemukakan oleh Simon De Laplace, seorang matematikawan Prancis.
Teori kabut menyatakan bahwa mula-mula ada sebuah nebula (kabut yang terdiri dari gas, terutama hidrogen dan helium, dan debu-
debu angkasa) yang bulat dan berotasi sangat lambat . Akibatnya kabut mulai menyusut. Akibat penyusutan dan rotasi ini
terbentuklah sebuah cakram datar dibagian tengahnya. Matahari berada dipusat cakram. Cakram ini terus berputar lebih cepat
sehingga bagian-bagian tepi cakram terlepas membentuk materi. Dari materi ini akhirnya terbentuklah planet-planet yang tetap
mengitari matahari. Satelit dari planet terbentuk dengan cara yang sama.
Proses terbentuknya tata surya menurut teori kabut (nebula):
(1) Nebula berasal dari gas dan debu, sebagian besar menjadi Matahari. (2) Terbentuk Matahari dan planet lain yang masih Berpijar.
Matahari terbentuk planet-planet bertebaran tak terarah. (4) Matahari berputar pada porosnya, planet-planet terbentuk atmosfernya.
(4) Planet terbentuk atmosfer, dibumi telah muncul kehidupan karena sudah ada lapisan atmosfer.
6. Teori Planetesimal
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Chamberlein dan F. R. Moulton, ilmuwan Amerika awal abad ke-20. Teori ini mengatakan
mula-mula ada matahari yang berpapasan dengan sebuah bintang. Oleh karena letaknya berdekatan, tarikan gravitasi bintang
menyebabkan sebagian matahari tertarik kearah bintang tersebut.
Ketika bintang menjauh bahan-bahan itu sebagian ada yang terlepas dan jatuh ke matahari, dan sebagian menjadi gumpalan-
gumpalan kecil (planetesimal) yang mulai melayang diangkasa sebagai planet-planet yang mengelilingi matahari.
7. Teori Bintang Kembar
Teori ini ditemukan pada tahun 1930-an. Teori Bintang Kembar menyatakan bahwa mula-mula ada 2 buah bintang kembar kemudian
salah satu bintang meledak. Oleh karena pengaruh gaya gravitasi, maka bintang yang meledak menjadi kepingan-kepingan kecil yang
bergerak mengelilingi bintang yang tidak meledak. Bintang yang tidak meledak merupakan matahari sedangkan kepingan-kepingan
yang mengitarinya menjadi planet-planet.
5. 8. Teori Protoplanet
Teori ini ditemukan pada tahun 1940 oleh Carl von Weizsaeker, seorang astronom Jerman dan disempurnakan oleh P.
Kuiper dan Subrahmanyan Chandrasekar.
Teori ini menyatakan bahwa mula-mula dijagat raya ini ada kumpulan gas dan debu. Kurang lebih 5 milyar tahun yang
yang lalu, gumpalan gas dan debu tersebut memampat. Proses pemampatan ini membuat partikel-partikel debu dan
gas tertarik kebagian dalam menuju pusat awan membentuk bola dan terus berotasi. Rotasi inipun bertambah cepat
dengan ditariknya partikel-partikel debu dan gas ke pusat awan.
Oleh karena rotasi yang cepat ini, maka gumpalan gas mulai memipih membentuk cakram, bagian tengah tebal dan
bagian pinggir memipih. Akibat saling menekan, maka bagian tengah menjadi panas dan berpijar (disebut protosun
atau cikal bakal matahari). Bagian tepinya terpecah-pecah akibat rotasi yang cepat. Bagian tengah ini yang akhirnya
menjadi matahari dan bagian tepi yang terpecah-pecah menjadi gumpalan-gumpalan kecil (protoplanet) yang tetap
berotasi. Protoplanet akhirnya membeku dan menjadi planet-planet serta anggota tata surya lainnya.
9. Teori Pasang Surut Bintang
Teori Pasang Surut pertama kali disampaikan oleh Buffon. Buffon menyatakan bahwa tata surya berasal dari materi
Matahari yang terlempar akibat bertumbukan dengan sebuah komet.
Teori pasang surut yang disampaikan Buffon kemudian diperbaiki oleh Sir James Jeans dan Harold Jeffreys. Mereka
berpendapat bahwa tata surya terbentuk oleh efek pasang gas-gas Matahari akibat gaya gravitasi bintang besar yang
melintasi Matahari. Gas-gas tersebut terlepas dan kemudian mengelilingi Matahari. Gas-gas panas tersebut kemudian
berubah menjadi bola-bola cair dan secara berlahan mendingin serta membentuk lapisan keras menjadi planet-planet
planet dan satelit.
10. Teori Kondensasi
Hipotesis kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. Kuiper (1905-1973) pada
tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa tata surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar
membentuk cakram raksasa.
6. Perkembangan kehidupan di Bumi.
Teori terbentuknya bumi
1. Teori Kontraksi
Dalam teori ini dikatakan bahwa pada saat bola bumi mendingin maka terjadilah proses pengerutan dan semakin
menyusut. Kerutan-kerutan itulah sebagai pegunungan, lipatan yang kita kenal sampai sekarang.
Teori Descartes dan Suess (1596 – 1650) ini disebut teori kontraksi.
James Dana (1847) dan Elie de Baumant (1852) menguatkan teori ini bahwa bumi mengalami pengerutan karena
pendinginan di bagian dalam bumi akibat konduksi panas, sehingga mengakibatkan bumi tidak rata.
2. Teori Geosinklin
Teori ini dikonsep oleh Hall pada tahun1859 yang kemudian dipublikasikan oleh Dana pada tahun 1873. Teori ini
bertujuan untuk menjelaskan terjadinya endapan batuan sedimen yang sangat tebal, ribuan meter dan memanjang
seperti pada Pegunungan Himalaya, Alpina dan Andes. Teori geosinklin menyatakan bahwa suatu daerah sempit pada
kerak bumi mengalami depresi selama beberapa waktu sehingga terendapkan secara ekstrim sedimen yang tebal.
Proses pengendapan ini menyebabkan subsidence (penurunan) pada dasar cekungan. Endapan sedimen yang tebal
dianggap berasal dari sedimen akibat proses orogenesa yang membentuk pengunungan lipatan dan selama proses ini
endapan sedimen yang telah terbentuk akan mengalami metamorfosa. Batuan yang terdeformasi didalamnya
dijelaskan sebagai akibat menyempitnya cekungan karena terus menurunnya cekungan, sehingga batuan terlipat dan
tersesarkan. Pergerakan yang terjadi adalah pergerakan vertikal akibat gaya isostasi.
7. 3. Hipotesa Pengapungan Benua (Continental Drift)
Tahun 1912, Alfred Wegener seorang ahli meteorologi Jerman mengemukakan konsep Pengapungan Benua
(Continental drfit). Dalam The Origin of Continents and Oceans. Hipotesa utamanya adalah satu “super
continent” yang disebut Pangaea (artinya semua daratan) yang dikelilingi oleh Panthalassa (semua lautan).
Selanjutnya, hipotesa ini mengatakan 200 juta tahun yang lalu Pangaea pecah menjadi benua-benua yang lebih
kecil. Dan kemudian bergerak menuju ke tempatnya seperti yang dijumpai saat ini. Sedangkan hipoptesa
lainnya menyatakan bahwa pada mulanya ada dua super kontinen , yaitu pangea utara yang disebut juga
Laurasia, dan pangea selatan yang disebut juga Gondwanaland.
4. Teori konveksi
Teori konveksi mengemukakan bahwa terjadi aliran konveksi ke arah vertikal di dalam lapisan astenosfer yang
agak kental. Aliran tersebut berpengaruh sampai ke kerak bumi yang ada di atasnya. Aliran konveksi yang
merambat ke dalam kerak bumi menyebabkan batuan kerak bumi menjadi lunak. Gerak aliran dari dalam
mengakibatkan permukaan bumi menjadi tidak rata.
Salah seorang pengikut teori konveksi adalah Harry H. Hess dari Princenton University. Pada tahun 1962 dalam
bukunya History of the Ocean Basin, Hess mengemukakan pendapatnya tentang aliran konveksi yang sampai
ke permukaan bumi di mid oceanic ridge (punggung tengah laut). Di puncak mid oceanic ridge tersebut lava
mengalir terus dari dalam kemudian tersebar ke kedua sisinya dan membeku membentuk kerak bumi baru.
8. Fase Pembentukan Bumi
Fase-fase pembentukan bumi terdiri atas delapan fase, yaitu sebagai berikut
1. Fase awal mula jadi alam semesta (big bang). Pada saat big bang, bumi terwujud tetapi bahan-bahannya
telah ada bersama dengan bahan-bahan buntang dan planet-planet lain.
2. Fase pembentukan bintang-bintang. Matahari dan bumi sebagai calon tata surya belum dilahirkan
3. Fase supernova. Yaitu ledakan dari suatu bintang di galaksi yang memancarkan energi yang teramat besar.
4. Fase pendinginan nebula. Barulah setelah ada kejutan lagi dari supernova yang ada di sekitarnya, gravitasi
antarbahan nebula mulai aktif. Ketika gravitasi mulai bekerja, pembentukan sebuah bintang dan atau
matahari mulai terjadi.
5. Fase pembentukan matahari dan cincin planet. Sebagian debu dan gas di bagian dalam nebula mulai
berkumpul dan bergabung kemudian secara perlahan-lahan.
6. Fase akresi. Pada saat ini bumi dengan susunan materi yang seragam belum ada daratan dan atau lautan.
7. Fase pembentukan bumi. Bahan bahan dari meteor yang memiliki berat jenis yang lebih tinggi mulai
tenggelam ke pusat bumi. Akibatnya, tebentuklah inti bumi.
8. Pembentukan atmosfer, samudra dan makhluk hidup
9. Dampak rotasi dan revolusi Bumi
terhadap kehidupan di Bumi
Rotasi Planet Bumi menimbulkan berbagai dampak berikut:
1. Peredaran Semu Harian Benda-Benda Langit
2. Pergantian Siang dan Malam
3. Perbedaan Waktu dan Pembagian Waktu Internasional
4. Perbedaan Percepatan Gravitasi Bumi
5. Pembelokan Arah Angin
6. Pembelokan Arus Laut
10. Revolusi Planet Bumi bagi Kehidupan :
Dampak revolusi planet Bumi sebagai berikut:
1. Perubahan Lama Siang dan Malam
2. Gerak Semu Matahari. Gerak semu ini berdampak pada perubahan iklim di bumi. Perubahan
iklim memiliki manfaat bagi kehidupan antara lain: Siklus air tetap berangsung, mengisi
kembali volume air pada sungai-sungai episodik, dan periodik, sehingga regenerasi tumbuhan
dan hewan tetap terjaga. Pergantian musim bagi sebagian hewan adalah masa kawin, untuk
terus bereproduksi, seperti ikan salmon. Pergantian musim juga adalah masa migrasi hewan
seperti burung sehingga proses persebaran hewan dan tumbuhan terus berlangsung.