1. i
PENDALAMAN MATERI BAHASA JEPANG
MODUL 5 KEBUDAYAAN DAN KESUSASTRAAN JEPANG
(日本文化・文学)
KEGIATAN BELAJAR 3 NIHON NO GYOUJI
Penulis
Ni Nengah Suartini, M.A., Ph.D.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2019
2. 1
DESKRIPSI SINGKAT
Modul ini dibuat untuk keperluan Program Pendidikan Profesi Guru (PPG),
sebagai materi untuk menambah wawasan tentang kejepangan. Jepang memiliki 4
musim yaitu musim dingin (fuyu), musim semi (haru,musim panas (natsu)dan
musim gugur (aki). Setiap musim memiliki keunikan yang bisa dinikmati dan 4
musim tersebut memiliki berbagai perayaan tradisional. Materi dalam modul ini
ditampilkan dengan sangat menarik melalui photo dan video tutorial untuk
mempermudah pemahaman isi materi. Di Jepang setiap musim memiliki ciri
khasnya masing-masing yang dapat dilihat dari suhu udara, pemandangan alam,
jenis makanan dan termasuk perayaan tradisional lainnya. Perayaan tradisional
sangat berkaitan dengan 4 musim tersebut.
Musim dingin yaitu dari Desembaer sampai Februari. Perayaan musim
dingin misalnya Bounenkai, Omisoka, Oshougatsu, Hatsumoude, Hatsuhinode,
Seijin shiki, Setsubun dll. Musim semi berlangsung dari Maret sampai Mei, dengan
perayaan berupa Hinamatsuri, Hanami, Kodomo no Hi dll. Musim panas
berlangsung dari Juni hingga Agustus, yang dikenal dengan perayaan Tanabata,
hanabitaikai, obon dll. Pada materi perayaan musim panas inidiberikan video
tutorial menarikan Bon Odori yaitu tarian khas musim panas. Musim gugur
berlangsung dari September hingga November, dengan . perayaannya sepertiKeiro
no Hi, Shichi Go San,Momiji gari dll.
RELEVANSI
Materi yang diulas dalam modul ini merupakan pengetahuan umum dalam
bidang kejepangan yang meliputi berbagai perayaan yang diselenggarakan selama
setahun, dalam 4 musim. Sehingga materi ini dapat menambah pengetahuan
umum yang berhubungan dengan kejepangan. Sekaligus merupakan pengantar
untuk mengembangkan minat dan meningkatkan pemahaman tentang tradisi di
Jepang.
3. 2
PANDUAN BELAJAR
Dalam mempelajari Nihon no Gyoji sebagai sebuah pengantar tentang
kejepanan, pembahasan materi hanya berupa pengetahuan secara umum. Sehingga
pembelajaran yang diberikan lebih bersifat pengenalan. Bila tertarik untuk
mempelajarinya lebih mendalam, disarankan untuk membaca lebih lanjut referensi
yang tertera pada daftar pustaka.
4. 3
A) Menguasai prinsip-prinsip dasar komunikasi lintas budaya dan aplikasinya
dalam pembelajaran bahasa Jepang
B) Menguasai berbagai pengetahuan tentang bahasa dan budaya Jepang termasuk
advance materials yang berakaitan dengan bahasa dan budaya Jepang secara
bermakna yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi)
dan “bagaimana”(penerapan) dalam kehidupan sehari-hari.
3. SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN
A) Memahami perayaan dan hal-hal lainnya dalam kehidupan masyarakat Jepang
yang berhubungan dengan musim dingin (Fuyu). Misalnya persiapan tahun
baru seperti Oosouji, Oomisoka, kegiatan yang berhubungan dengan Shinnen,
Seijin shiki dan Setsubun.
B) Memahami perayaan pada musim semi (Haru). Misalnya adalah Shunbun no
hi, Hinamatsuri, Hanami, Kodomo no hi dan Haha no Hi.
C) Memahami peryaan pada musimpanas(Natsu). Misalnya festival Tanabata,
Hanabitaikai dan Obon. Sekaligus juga dapat menarikan tarian Bon Odori akan
menambah pengalaman budaya Jepang.
D) Memahami perayaan pada musim gugur (Aki). Misalnya Taiiku no Hi, Shubun
no hi, Keiro no Hi, Shichi Go San, Tsukimi dan Momiji gari.
2. CAPAIAN PEMBELAJARAN
5. 4
3.1. Tradisi Perayaan pada Musim Dingin
3.1.1. Desember
3.1.2. Januari
3.1.3. Februari
Memasuki musim dingin (Fuyu) merupakan pertanda berakhirnya
tahun yang lama dan bersiap menyambut tahun yang baru. Suhu udara
sudah mulai turun dan di beberapa tempat ditandai dengan turunnya salju.
Padamusim dingin orang-orangmulai enggan untuk keluar rumah dan lebih
menikmati nyamannya berada di rumah dengan pemanas.
3.1.1. DESEMBER
◼ Iluminasi merupakan salah satu ciri khas musim dingin. Memasuki bulan
Desember hiasan lampu beraneka warna dan bentuk yang indah
menghiasi pusat perbelanjaan dan batang-batang pohon-pohon tanpa
daun. Daun-daun yang telah berguguran digantikan dengan sinar lampu-
lampu kecil pada ranting-ranting pohon. Suhu udara yang dingin
cenderung membuat orang enggan untuk keluar rumah. Tetapi,
keindahan iluminasi membuat musim dingin yang membosankan
menjadi menarik. Iluminasi bertujuan untuk membuat orang-orang
tertarik untuk keluar rumah dalam cuaca yang dingin dan membuat
suasana kota menjadi lebih hangat dan ceria. Sehingga, menikmati
3. MATERI
Iluminasi
7. 6
◼ Menulis dan mengirim kartu tahun baru merupakan tradisi yang tetap
bertahan sampai saat ini. Kartu tahun baru biasanya dikirim pada
tanggal 15 sampai 25 Desember agar kartu tersebut bisa diterima di
alamat yang dituju tepat pada hari tahun baru, yaitu tanggal 1 Januari.
◼ Pada kartu tahun baru berisi gambar yang sangat khas. Misalnya
gambar shio sesuai dengan tahun tersebut, hiasan yang dipajang pada
tahun baru serta gambar lainnya yang dipercaya memberikan kebaikan
dan keberuntungan. Misalnya bangau dan kura-kura lambang umur
yang panjang, Gunung Fuji lambang kesuksesan, bunga plum (ume)
lambang keberuntungan, kipas (senshu) lambang kemajuan
perkembangan dll.
◼ Mochuu berarti orang yang berduka disebabkan karena ada sanak
keluarganya yang meninggal pada tahun tersebut. Orang yang
sedang berduka tidak akan mengirim dan menerima kartu tahun
baru (nen’gajou).
◼ Touji adalah kondisi siang hari yang terpendek dalam setahun.
Matahari tenggelam pada sekitar pukul 4 sore dan cuaca sangat dingin.
Pada saat Touji, ada tradisi makan buah labu yang telah diolah menjadi
berbagai hidangan.Sepertilabu rebus, berkedel labu, roti labu dll. Lalu
berendam dalam air hangat berisi buah jeruk yuzu. Labu mengandung
gizi yang dapat menjaga stamina tubuh dan yuzu menghangatkan
tubuh, sehingga terhindar dari masuk angin.
Kartu Tahun Baru (Nen’gajou o Kaku)
Touji (12 月 21 日)
8. 7
◼ Di Jepang, memasuki bulan Desember nuansa Natal sangat terasa.
Seluruh pusat perbelanjaan dan suasana kota bernuansa Natal. Hiasan
pohon Natal dan lagu-lagu Natal terdengar dimana-mana. Natal lebih
banyak diperingati sebagai suatu perayaan akhir tahun dari pada
perayaan yang bersifat religius. Natal dirayakan dengan menikmati
berbagai hidangan dengan menu ala Eropa dilengkapi dengan hidangan
penutup berupa kue Natal. Selain itu, para orang tua juga sibuk
menyiapkan hadiah Natal untuk anak-anak mereka. Natal dimaknai
sebagai perayaan khas akhir tahun.
◼ Setelah perayaan Natal, kesibukan berikutnya adalah persiapan
menyambut tahun baru. Setelah melakukan Oosouji yaitu bersih-
bersih pada akhir tahun, berbagai hiasan tahun baru dipajang. Hiasan
tahun baru tersebut misalnya Kadomatsu untuk menyambut
kedatangan Dewa Tahun Baru (Toshigamisama), shimekazari untuk
menyucikan rumah dan kagamimochi untuk persembahan pada Dewa
Tahun Baru.
◼ Pada malam tahun baru, ada tradisi makan mie yang disebut toshikoshi
soba.
Dengan makan toshikoshi soba dipercaya dapat melalui tahun yang
baru dengan baik, terhindar dari berbagai penyakit dan dianugrahi
umur Panjang.
◼ Joya no kane merupakan lonceng yang dibunyikan sebanyak
108 kali pada malam pergantian tahun. Lonceng ini
dibunyikan di kuil Budha untuk
Natal (25 Desember)
Oosouji
Oomisoka (Malam tahun baru)
9. 8
menghilangkan sifat buruk pada manusia.108 merupakan jumlah
sifat buruk yang ada pada manusia (bonnou).
3.1.2. Januari
Gantan atau ganjitsu merupakan sebutan lain untuk tanggal 1 Januari. Tahun
baru merupakan hari yang sangat spesial bagi orang Jepang. Berikut
merupakan berbagai kegiatan yang khas pada tahun baru.
◼ Ada berbagai kegiatan khas seperti Hatsu hi no de yaitu
menikmati matahari terbit. Pantai, gunung, Tokyo Tower, Tokyo
Sky Tree, merupakan tempat yang terkenal untuk menikmati
Hatsu hi no de.
◼ Menikmati masakan tahun baru disebut dengan Osechi ryouri
dan Ozouni.
Osechi ryouri merupakan masakan yang terdiri dari berbagai jenis
dan masing- masing memiliki makna kebaikan untuk menjalani satu
tahun kedepan. Ozouni merupakan soup yang melambangkan
permohonan agar dijauhkan dari segala penyakit dan sehat
sepanjang tahun.
◼ Hatsumoude adalah tradisi berdoa pada awal tahun baru. Setelah
berdoa di kuil dilanjutkan dengan membeli omamori (jimat
keberuntungan) dan omikuji (ramalan).
◼ Memberikan Otoshidama (uang hadiah tahun baru) pada anak-
anak.
◼ Seijin no hi merupakan hari perayaan untuk penduduk yang
berusia 20 tahun.
Shinnen (Tahun Baru)
Seijin no hi
10. 9
Usia 20 tahun merupakan usia dewasa, sudah menjadi individu
yangmandiri dan memiliki hak kewarganegaraan sepenuhnya.
Pada saat perayaan
11. 10
perempuan banyak memakai Furisode yaitu kimono yang
berlengan panjang dan laki-laki menggunakan stelan jas.
◼ Juken shiizun adalah musim ujian. Januari merupakan musim
ujian masuk.
Baik itu ujian masuk dari SMP ke SMA, dari SMA ke perguruan
tinggi, termasuk juga ujian masuk kerja.
3.1.3. Februari
◼ Setsubun merupakan tradisi untuk mengusir keburukan pada
manusia yang diumpamakan sebagai raksasa (Oni). Dilakukan
dengan cara melemparkan kacang pada orang yang memakai
topeng raksasa. Setelah selesai, dilanjutkan dengan makan
kacang sesuai dengan umur. Pada malam hari ini ada tradisi
makan norimaki yangmasih utuh yang disebut Ehoumaki. sambil
berdoa agar keinginan terkabul.
◼ Yukimatsuri merupakan festival salju yang terkenal dengan
berbagai patung dari salju. Yukimatsuri yang paling
terkenal adalah di Hokkaido.
3.2. Tradisi Perayaan pada Musim Semi
3.2.1. Maret
Yukimatsuri
Juken shiizun
Setsubun
13. 12
Musim semi sangat identik dengan mulainya bermekaran berbagai bunga.
Salah satu bunga khas musim semi adalah Sakura. Bunga Sakura mekar
setelah udara mulai semakin hangat. Musim semi merupakan musim yang
paling ditunggu-tunggu setelah bertahan selama musim dingin, mulai
munculnya tanda-tanda kehidupan yang ditandai dengan mulai munculnya
tunas-tunas muda pada tanaman yang secara tidak langsung memberikan
semangat baru.
3.2.1. Maret
◼ Tanggal 3 Maret diperingati sebagai Hinamatsuri yaitu
perayaan khusus untuk mendoakan pertumbuhan, kesehatan dan
kebahagiaan anak perempuan. Kekhasan perayaan ini adalah
memajang Hinanin’gyou yang merupakan boneka khas
Hinamatsuri. Boneka pajangan ini harus segera dibereskan
setelah tanggal 3 Maret karena bila dipajang terlalu lama
melewati tanggal 3 Maret dipercaya anak perempuan di rumah
tersebut akan kesulitan jodoh. Selain boneka, juga ada makanan
khas dalam perayaan ini berupa Sakura mochi, Chirashi zushi,
dan amazake (sake manis tanpa alkohol).
◼ Pertanda berakhirnya musim dingin dan dimulainya musim
semi. Sekaligus menandakan bahwa suhu udara yang dingin
akan segera berganti menjadi semakin hangat. Setiap tahun
berbeda, tetapi berkisar antara tanggal 20 atau 21 Maret. Nama
lainnya adalah Haru no Ohigan. Kegiatannya adalah
Shunbun no Hi
Hinamatsuri
15. 14
3.2.2. April
◼ Hanami merupakan perayaan khas musim semi yang identik
dengan menikmati mekarnya bunga sakura sambil menikmati
hidangan yang disajikan. Sanshoku dan’go merupakan salah
satu makanan khas yang dinikmati saat hanami. Pada saat musim
bunga sakura, acara prediksi cuaca di TV juga menyiarkan
tentang mekarnya bunga sakura dan suasana hanami di berbagai
tempat di Jepang. Sakura yang mekar penuh disebut dengan
istilah mankai.
3.2.3. Mei
Memasuki Mei ditandai dengan daun yang berwarna hijau muda segar atau
disebut dengan Shinryoku. Batang-batang pohon mulai tumbuh dan beraroma
hijau segar yang sangat menenangkan, disamping juga sangat menyejukkan
mata.
◼ Tanggal 5 Mei merupakan Kodomo no Hi yaitu perayaan untuk
mendoakan pertumbuhan anak laki-laki. Perayaan ini ditandai
dengan pemasangan bendera ikan koi (Koi Nobori), memajang
boneka samurai (Musha nin’gyou), baju zirah yang dipakai kaum
Samurai saat berperang (yoroi) dan pelindung kepala pada
perlengkapan baju zirah (kabuto). Berdoa agar agar anak laki-
laki tumbuh sehat, berjiwa kesatria dan sukses. Makanan khas
Hanami
Kodomo no Hi
17. 16
◼ Haha no Hi diperingati pada bulan Mei, Minggu ke-2 pada hari
Minggu.
Hari Ibu diperingati dengan memberikan bunga anyelir sebagai
ungkapan terima kasih. Bunga Anyelir merah diberikan pada ibu
yang masih sehat, sedangkan warna putih dipersembahkan pada
ibu yang telah meninggal. Pusat perbelanjaan banyak
menyediakan aneka hadiah untuk memperingati Hari Ibu.
Termasuk juga rangkaian bunga Anyelir.
3.3. Tradisi Perayaan pada Musim Panas
3.3.1. Juni
3.3.2. Juli
3.3.3. Agustus
Bulan Juni sampai Agustus merupakan musim panas. Suhu udara bisa
mencapai di atas 30℃. Makanan dan minuman dingin sangat membantu
meredakan suhu yang terasa panas. Pada saat suhu udara melebihi 30℃
disebut dengan istilah mosho. Saat musim panas pantai dan merupakan
tempat yang paling ramai dikunjungi.
3.3.1. Juni
Haha no Hi (Hari Ibu)
18. 17
◼ Pada setiap tanggal 1 Juni merupakan hari Koromogae yaitu
mengganti pakaian dari musim dingin (Fuyu fuku) ke musim
panas (Natsu fuku). Sekolah, kantor mulai mengganti pakaian
seragam mereka dengan pakaian seragam musim panas.
Penggantian pakaian yang lebih tipis untuk
kenyamanan sesuai dengan perubahan suhu udara yang panas.
Koromogae
19. 18
◼ Pertengahan Juni sampai pertengahan Juli merupakan musim
dengancurah hujan tinggi yang disebut tsuyu.Kelembaban
sangat tinggi membuat jamur mudah tumbuh dan makanan
juga cepat basi. Tetapi, bunga Hydr Setelah musim hujan
selesai disebut dengan tsuyu ake, maka mulailah suhu udara
meningkat menjadi panas.
◼ Geshi merupakan hari yang memiliki jam siang paling lama,
matahari bersinar selama 14 jam. Berkisar antara minggu
terakhir bulan Juni.
◼ Minggu ke-3 pada hari Minggu merupakan Hari Bapak. Tidak
ada hadiah khas pada Hari Bapak seperti pada Hari Ibu yang
berupa bunga Anyelir. Hadiah yang biasa diberikan pada hari
Bapak adalah berupa dasi atau saputangan.
3.3.2. Juli
◼ Festival Tanabata dirayakan pada tanggal 7 Juli. Festival ini
berasal dari dongeng kisah cinta antara puteri penenun dengan
pengembala sapi yang hanya bisa bertemu setahun sekali, yaitu
pada saat Tanabata. Sehingga pada
saat Tanabata ada tradisi menulis permohonan di secarik kertas
dan
Tsuyu (musim hujan
Geshi
Chichi no Hi (Hari Bapak)
Tanabata
20. 19
digantungkan pada pohon bambu yang sudah dihias, berharap
agar permohonan dikabulkan.
3.3.3. Agustus
◼ Obon merupakan tradisi khas musim panas yang bertujuan untuk
mendoakan leluhur atau orang yang telah meninggal. Pada saat
Obon dipercaya bahwa arwah orang yang telah meninggal
pulang ke rumah, sehingga dibuatkan berbagai persembahan.
Libur Obon (Obon yasumi) berlangsung selama 3 hari dari
tanggal 13 sampai 15 Agustus. Banyak orang yang pulang
kampung (Kisei) untuk merayakannya. Pada saat Obon ada
tradisi membuat api penjemput dan api melepas kepergian arwah
yang datang. Dipajang timun sebagai kendaraannya berupa kuda
(Kyuuri no uma) saat arwah terserbut pulang dan terong sebagai
kendaraannya berupa sapi (Nasu no ushi) saat arwah kembali ke
alam baka.
◼ Hal yang menarik pada perayaan ini adalah tarian Obon (Bon
odori) yang ditarikan beramai-ramai. Tarian ini sangat
sederhana dan bisa ditarikan tanpa latihan khusus. Melalui
modul ini juga diselipkan video tutorial tentang cara menarikan
Bon Odori Tokyo Ondo yang sangat mudah. Silakan
mencobanya, sehingga dengan mendengarkan musik dan
menarikannya bisa ikut merasakan suasana festival khas musim
panas.
Obon
21. 20
◼ Festival kembang api (Hanabi Taikai) yang merupakan perayaan
khas musim panas. Diselenggarakan diberbagai kota dan
menjadi daya tarik wisata musim panas. Banyak orang memakai
Yukata (kimono berbahan katun khas musim panas) pada saat
menikmati festival kembang api.
3.4. Tradisi Perayaan pada Musim Gugur
3.4.1. September
3.4.2. Oktober
3.4.3. November
Bulan September sampai November merupakan musim gugur (Aki). Musim
gugur identik dengan musim panen berbagai buah dan padi, suhu udara
yang nyaman, serta pemandangan yang indah dengan aneka daun yang
berubah warna menjadi merah, orange dan kuning sebelum akhirnya daun-
daun tersebut menjadi coklat, kering lalu berguguran.
3.4.1. September
◼ Minggu ke 2 pada hari Senin diperingati sebagai Keiro no Hi (Hari
Lansia).
Di Jepang, usia lansia dimulai dari 65 tahun ke atas. Jepang
termasuk negara yang bermasalah dengan ketidakseimbangan
Hanabi Taikai (Festival Kembang Api)
Keiro no Hi (Hari Lansia)
22. 21
demografi, yaitu semakin meningkatnya usia lansia. Sehingga
banyak bermunculan istilah baru yang berkaitan dengan masalah
lansia (lebih detailnya silakan baca artikel tentang
munculnya neologisme dalam bahasa Jepang dalam
hubungannya dengan masyarakat lansia yang tertulis di daftar
pustaka) . Pada hari lansia dirayakan dengan memberikan hadiah
kepada kakek dan nenek, kunjungan ke panti lansia dan kegiatan
bersama perkumpulan para lansia, seminar tentang hidup sehat
sebagai lansia.
◼ Shuubun no Hi atau Aki no Ohigan merupakan pertanda
berakhirnya musim panas dan beralih ke musim gugur. Suhu udara
sudah mulai beralihdari panas menjadi sejuk. Pada saat shuubun
no Hi banyak orang berziarah ke makam keluarga atau
Ohakamairi. Ohagi merupakan makanan khas pada saat Shuubun
no Hi.
◼ Tsukimi merupakan tradisi menikmati indahnya purnama pada
bulan September. Dalam setahun, purnama pada bulan September
adalah yang terindah. Pada saat tsukimi, dan’go, bunga rumput
ilalang ( Susuki ) dan berbagai hasil panen dipersembahkan,
diletakkan di tempat yang penuh cahaya
bulan. Tsukimi merupakan salah satu perayaan sebagai ungkapan
rasa syukur pada saat musim panen.
3.4.2. Oktober
◼ Tanggal 1 Oktober merupakan tradisi mengganti pakaian
Shuubun no Hi
Tsukimi
Koromogae
23. 22
seragam sekolah, pakaian kerja dari pakaian musim panas (Natsu fuku)
ke pakaian musim dingin (Fuyu fuku). Pakaian diganti berdasarkan
perubahan musim karena suhu udara yang berbeda. Pakaian yang tipis
dan berwarna cerah pada musim panas digantikan dengan pakaian yang
lebih tebal dan berwarna gelap.
◼ Hari Senin minggu ke dua pada bulan Oktober merupakan Taiiku
no Hi (Hari olah raga). Hari olah raga ditetapkan untuk
memperingati hari bersejarah Jepang sebagai penyelenggara
olimpiade pada Oktober 1964 dan merupakan negara di Asia
pertama yang menjadi tuan rumah Olimpiade. Sebagai bentuk
perayaannya adalah adanya banyak kegiatan lomba olah raga yang
diselenggarakan di sekolah maupun tingkat wilayah. Peringatan
hari olah raga bertujuan agar masyarakat Jepang mencintai olah
raga.
◼ Momijigari merupakan tradisi menikmati daun-daun yang berubah
warna pada musim gugur. Daun Kaede (maple) yang berubah
menjadi merah, kuning, orange dan daun Ichou (ginko) yang
berubah menjadi kuning merupakan daun khas pada musim gugur.
Banyak orang yang bepergian ke pegunungan untuk menikmati
indahnya pemandangan dengan warna-warni daun dan udara yang
sejuk.
3.4.3. November
Momijigari
Taiiku no Hi (Hari Olah Raga)
Bunka no Hi (Hari Budaya)
24. 23
◼ Tanggal 3 November diperingati sebagai Bunka no Hi (Hari
Budaya). Sebagai
bentuk peringatannya adalah mereka yang berprestasi di bidang
seni, budaya dan pengetahuan diundang ke istana kaisar untuk
menerima penghargaan Bunka Kunshou. Selain itu, banyak
pagelaran seni, pameran dan konser diselenggarakan di galeri seni,
museum, balai kota dan pusat pertokoan. Di sekolah dan kampus
diselenggarakan Bunka sai yaitu pagelaran budaya yang
merupakan hasil kreativitas siswa. Sekolah dan kampus terbuka
bagi masyarakat umum untuk ikut menyaksikan kreativitas siswa
melalui Bunka sai.
◼ Shichi Go San merupakan perayaan untuk anak-anak yang berusia
7, 5 dan 3 tahun. Perayaan untuk anak laki-laki yang berusia 3 tahun
dan 5 tahun, anak perempuan berusia 3 tahun dan 7 tahun. Orang
tua mengajak anaknya pergi ke kuil untuk berdoa di kuil Budha
maupun kuil Shinto agar anaknya tumbuh sehat dan bahagia.
Chitose ame merupakan permen khas pada perayaan Shichi Go San
yang bermakna permen panjang umur.
◼ Hari berterima kasih kepada orang yang bekerja, menekuni profesi
sehingga mampu berkarya dengan baik. Termasuk ditujukan juga
kepada orang tua yang bekerja untuk keluarga. Kinrou Kansha no
Hi merupakan hari libur nasional, tetapi tidak ada perayaan khusus.
Kinrou Kansha no Hi
Shichi Go San
25. 24
Jepang dengan 4 musimnya yaitu musim dingin (Fuyu), musim semi
(Haru), musim panas (Natsu) dan musim gugur (Aki) gugur mempunyai
perayaan yang khas sebagai karakteristik dari masing-masing musim tersebut.
Musim dingin yang identik dengan suhu yang dingin, persiapan menyambut
tahun baru (Oosouji, Oomisoka) dan perayaan tahun baru (Shinnen). Musim
semi yang identik dengan suhu yang mulai hangat, perayaan dimulainya
kehidupan dan semangat baru seperti hanami dan hinamatsuri. Musim panas
yang identik dengan suhu yang panas, perayaan festival yang penuh keceriaan
seperti hanabitaikai dan obon. Terakhir, musim gugur yang identik dengan
suhu yang sejuk dan perayaan yang membuat orang kreatif berekspresi,
berprestasi seperti perayaan saat Bunka no Hi dan Taiiku no Hi, menikmati
seni, dan ungkapan rasa syukur melalui Tsuki mi.
RANGKUMAN
26. 25
DAFTAR PUSTAKA
Iwashita Noriko, 2001, Kankonsousai Jiten, Natsumesha, Tokyo. [岩下宣子,
2001, 『冠婚葬祭辞典』, ナツメ社, 東京].
Shintani Takanori, Andrew P. Bourdelais, 2017, Eigotaiyaku de Yomu Nihon
no Shikitari,
JIPPI Compact, Tokyo. [新谷尚紀・アンドリューP.ボーダレ
ー『英語大 訳で 読む日本のしきたり』じっぴコンパクト新書,
東京].
Suartini, Ni Nengah, 2019, The Emerging of Japanese Neologism and Aging
Society, JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang,
Vol. 04, No.01, pp.54-60