Dokumen tersebut membahas asal usul nama Pangkalpinang dan sejarah berdirinya kota tersebut pada tahun 1757. Dokumen juga menjelaskan perkembangan Pangkalpinang dari kota kecil hingga menjadi ibu kota provinsi Kepulauan Bangka Belitung serta beberapa obyek wisata populer di kota tersebut.
1. Nama : Oppi Ulandari Regyta Vieska
M. Zona Gufiralla Novan
Saputra
Secara 5etimologis Pangkalpinang berasal dari kata pangkal atau pengkal dan Pinang
Kelas : X Pangkal atau pengkal yang dalam bahasa Melayu Bangka berarti, pusat atau
(areca chatecu).
awal, atau dapat diartikan pada awal mulanya sebagai pusat pengumpulan Timah
yangkemudian berkembang artinya sebagai pusat distrik, kota tempat pasar, tempat
berlabuh kapal atau perahu (wangkang) dan pusat segala aktifitas dan kegiatan dimulai.
Sebagai pusat segala aktifitas, sebutan Pangkal atau Pengkal juga digunakan oleh orang
Bangka masa lalu untuk penyebutan daerahdaerah seperti Pangkal Bulo, Pangkal
Raya, Pangkal Menduk, Pangkal Mangas, Pangkal Lihat yang kemudian menjadi
Sungai Lihat atau Sungailiat sekarang. Sedangkan Pinang (areca chatecu) adalah nama
sejenis tumbuhan Palm yang multi fungsi dan banyak tumbuh di Pulau Bangka. Pusat
pemukiman awal Pangkalpinang dibangun ditepi Sungai yang membelah Kota
Pangkalpinang. Proses pembentukanPangkalpinang menjadi sebuah kota seperti sekarang
sangatlah panjang dan berakar, dimulai dari ditemukannya biji timah yang terkandung
hampir di seluruh pelosok Pulau Bangka, sampai upaya eksploitasi timah dan hasil
bumi Pulau Bangka seperti Lada Putih, Karet dan Damar oleh berbagai bangsa.
Pembentukan Pangkalpinang dimulai sejak adanya perintah Sultan Susuhunan Ahmad
Najamuddin I
Adi Kesumo kepada Abang Pahang bergelar Tumenggung Dita Menggala dan kepada Depati
serta Batin-batin, baik Batin Pesirah maupun Batin Pengandang dan kepada para Krio yang
ada di Pulau Bangka untuk mencari Pangkal atau Pengkal sebagai tempat kedudukan
Demang dan Jenang yang akan bertugas untuk mengawasi parit-parit penambangan timah,
mengawasi pekerja-pekerja yang disebut kuli tambang dari Cina, Siam, Kocin dan Melayu
dan mengawasi distribusi timah dari parit-parit penambangan hingga sampai ke
Kesultanan Palembang Darussalam. Diantara pangkal atau pengkal yang didirikan masa itu
adalah pangkal Bendul, Bijat, Bunut, Rambat, Parit Sungai Buluh, Tempilang, Lajang,
Sungailiat, Cegal, Pangkal Koba, Balar, Toboali dan Pangkalpinang yang kita kenal
sekarang.
Dari tinjauan sejarah dengan dasar kajian yang jelas dan literat dari Tim
Perumus hari Jadi Kota Pangkalpinang, berdirinya Pangkalpinang diprediksi
jatuh pada 17 September 1757 yakni di masa pemerintahan Sultan Susuhunan
Ahmad Najamuddin I Adi Kusumo. Di masa pemerintahannya, Beliau sudah membentuk 14
Pangkal di Pulau Bangka termasuk di dalamnya Pangkalpinang.
Saat perwakilan dari tim perumus Hari Jadi Kota Pangkalpinang bersama perwakilan
Pemerintah Kota Pangkalpinang melakukan studi banding ke UPT Permuseuman
Palembang, diperoleh informasi yang cukup jelas, bahwa pada tahun 1724 sampai
dengan 1757, Kesultanan Palembang dipimpin oleh Sultan Mahmud Badarudin I
Jayawikromo. Namun setelah ia wafat pada tanggal 17 September 1757, diangkatlah
Susuhunan Ahmad Najamuddin Adikusumo sebagai penggantinya menjadi Sultan
Palembang. Sebelum Sultan Mahmud Badarudin II wafat, Beliau sudah memberikan
titah dan kuasa untuk mengelola tata pemerintahan serta mencari dan memperluas
daerah kesultanan kepada Sultan Susuhunan Ahmad Najamuddin Adi Kusumo. Perlu
diketahui, ciri khas kesultanan, jika pemimpin atau sultan meninggal, maka di hari
meninggalnya sultan itulah diangkat pengganti untuk meneruskan pemerintahan. Maka
dari keterangan di atas, dapat ditarik simpulan bahwa hari lahir Kota Pangkalpinang
adalah pada tanggal 17 September 1757, bertepatan dengan meninggalnya Sultan
Mahmud Badarudin II dan diangkatnya Susuhunan Ahmad Najamuddin Adikusumo
sebagai penggantinya menjadi Sultan Palembang. Setelah Susuhunan Ahmad Najamuddin
Adikusumo memimpin, ia segera memerintahkan Abang Pahang bergelar Tumenggung Dita
Menggala dan kepada Depati serta Batin-batin, baik Batin Pesirah maupun Batin
2. Pengandang serta kepada para Krio yang ada di Pulau Bangka untuk mencari Pangkal atau
Pengkal sebagai tempat kedudukan Demang dan Jenang yang akan bertugas untuk
mengawasi parit-parit penambangan timah, mengawasi pekerja-pekerja yang disebut
kuli tambang dari Cina, Siam, Kocin dan Melayu dan mengawasi distribusi
timah dari paritparit penambangan hingga sampai ke Kesultanan Palembang
Darussalam. Diantara pangkal atau pengkal yang didirikan masa itu adalah pangkal
Bendul, Bijat, Bunut, Rambat, Parit Sungai Buluh, Tempilang, Lajang, Sungailiat,
Cegal, Pangkal Koba, Balar, Toboali dan Pangkalpinang yang kita kenal sekarang.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebelumnya adalah bagian dari Sumatera
Selatan, namun menjadi provinsi sendiri bersama Banten dan Gorontalo pada tahun 2000.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung didirikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 27
Tahun 2000 Tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tanggal 21
November 2000 yang terdiri dari Kabupaten Bangka, Kabupaten Belitung dan Kota
Pangkalpinang. Pada tahun 2003 berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tanggal
23 Januari 2003 dilakukan pemekaran wilayah dengan penambahan 4 kabupaten yaitu
Bangka Barat, Bangka Tengah, Bangka Selatan dan Belitung Timur. Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung merupakan pemekaran wilayah dari Provinsi Sumatra Selatan.
Wilayah Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, terutama Pulau Bangka berganti-ganti
menjadi daerah taklukan Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Setelah kapitulasi dengan
Belanda, Kepulauan Bangka Belitung menjadi jajahan Inggris sebagai "Duke of Island". 20
Mei1812 kekuasaan Inggris berakhir setelah konvensi London 13 Agustus 1824, terjadi
peralihan kekuasaan daerah jajahan Kepulauan Bangka Belitung antara MH. Court (Inggris)
dengan K. Hcyes (Belanda) di Muntok pada 10 Desember1816. Kekuasaan Belanda
mendapat perlawanan Depati Barin dan putranya Depati Amir yang di kenal sebagai perang
Depati Amir (1849-1851). Kekalahan perang Depati Amir menyebabkan Depati Amir
diasingkan ke Desa Air Mata KupangNTT. Atas dasar stbl. 565, tanggal 2 Desember1933
pada tanggal 11 Maret1933 di bentuk Resindetil Bangka Belitung Onderhoregenheden yang
dipimpin seorang residen Bangka Belitung dengan 6 Onderafdehify yang di pimpin oleh Ast.
Residen. Di Pulau Bangka terdapat 5 Onderafdehify yang akhirnya menjadi 5 Karesidenan
sedang di Pulau Belitung terdapat 1 Karesidenan. Di zaman Jepang, Karesidenan Bangka
Belitung di perintah oleh pemerintahan Militer Jepang yang disebut Bangka Beliton
Ginseibu. Setelah Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, oleh Belanda di bentuk
Dewan Bangka Sementara pada 10 Desember1946 (stbl.1946 No.38) yang selanjutnya resmi
menjadi Dewan Bangka yang diketuai oleh Musarif Datuk Bandaharo Leo yang dilantik
Belanda pada 11 November1947. Dewan Bangka merupakan Lembaga Pemerintahan
Otonomi Tinggi. Pada 23 Januari1948 (stb1.1948 No.123), Dewan Bangka, Dewan Belitung
dan Dewan Riau bergabung dalam Federasi Bangka Belitung dan Riau (FABERI) yang
merupakan suatu bagian dalam Negara Republik Indonesia Serikat (RIS). Berdasarkan
Keputusan Presiden RIS Nomor 141 Tahun 1950 kembali bersatu dengan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) hingga berlaku undang-undang Nomor 22 Tahun 1948. Pada
tanggal 22 April 1950 oleh Pemerintah diserahkan wilayah Bangka Belitung kepada
Gubernur Sumatera Selatan Dr. Mohd. lsa yang disaksikan oleh Perdana Menteri Dr. Hakim
dan Dewan Bangka Belitung dibubarkan. Sebagai Residen Bangka Belitung ditunjuk R.
Soemardja yang berkedudukan di Pangkalpinang.Berdasarkan UUDS 1950 dan UU Nomor
22 Tahun 1948 dan UU Darurat Nomor 4 tanggal 16 November 1956 Karesidenan Bangka
Belitung berada di Sumatera Selatan yaitu Kabupaten Bangka dan dibentuk juga kota kecil
Pangkalpinang. Berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 1957 Pangkalpinang menjadi Kota Praja.
Pada tanggal 13 Mei 1971 Presiden Soeharto meresmikan Sungai Liat sebagai ibukota
3. Kabupaten Bangka. Berdasarkan UU Nomor 27 Tahun 2000 wilayah Kota Pangkalpinang,
Kabupaten Bangka dan Kabupaten Belitung menjadi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Selanjutnya sejak tanggal 27 Januari 2003 Provinsi Kepualauan Bangka Belitung mengalami
pemekaran wilayah dengan menambah 4 Kabupaten baru yaitu Kabupaten Bangka Barat,
Bangka Tengah, Belitung Timur dan Bangka Selatan.
Batas Wilayah
Utara Laut Natuna
Selatan Kabupaten Bangka Tengah
Barat Kabupaten Bangka
Timur Kabupaten Bangka
Kota pangkal pinang berkembang dari status sebagai kota kecil di tahun 1956,
kotapraja, kotamadya, hingga menjadi kotamadya daerah tingkat II Pangkalpinang.Lahirnya
Pangkalpinang dengan status Kota Kecil berdasarkan UU Darurat No. 6 Tahun 1956 yang
meliputi dua gemeente yaitu gemeente Pangkalpinang dan gemeentee Gabek dengan luas
31,7 Km2 dan ditetapkan pula Pangkalpinang sebagai Ibukotanya.
Beberapa obyek wisata yang ada di Pangkalpinang:
1. Taman Sari
2. Taman Merdeka
3. Museum Timah
4. Masjid Jami'
Masjid ini berlokasi di kampung dalam, kelurahan masjid Jami. Diperkirakan masjid ini
dibangun tahun 1930 oleh Atok H. Saleh penghulu Kota Pangkal Pinang dengan bentuk
Pyramid berlantai dua. Bangunan ini berlantai semen dan berdinding kayu serta atap terbuat
dari genteng. Lantai 1 untuk sholat, lantai dua sebagai perpustakaaan dan penyimpan
kelengkapan lainnya. Bagian atap diguakan sebagai tempat mengumndangkan
azan.Pemugaran pertama masjid ini dilakukan tahun 1950 atas swadaya masyarakat, dengan
memperluas bangunan masjid diatas tanah wakaf seluas 5.662 m2, dengan ukuran 30 x 30m
dengan tinggi 18 meter. Sehingga Masjid jami Kota Pangkal Pinang ini mampu menampung
1.500 jamaah.
5. Gereja Maranatha
6. Gereja Katedral Pangkalpinang
7. Vihara Citra Maitreya
8. Klenteng Konghucu
9. Pantai Pasir Padi
10. Pantai Sampur
11. Lapangan Golf Girimaya
12. Chinatown
13. Makam Belanda (Keerkhof)
4. Kompleks Pemakaman Balanda (kerkrof), terletak dijalan Sekolah Kelurahan Melintang
Kecamatan Rangkui. Di sini terdapat sekitar 90 makam yang tertua berasal dari tahun 1902
dan termuda sekitar tahun 1950-an. Kompleks pemakaman umum orang Belanda, salah satu
makam tertua adalah makam Nyonya Irene Mathilde Ehrencron yang wafat pada tanggal 10
Maret 1928. Di sini juga terdapat makam tentara Belanda korban Perang Dunia Kedua.
Kerkrof adalah salah satu bukti bahwa Pangkalpinang memiliki nilai strategis bagi
Pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu.
14. Tunggu Pergerakan Kemerdekaan
Tugu Peregerakan Kemerdekaan, terletak di jalan Merdeka di lokasi Tamansari. Tugu
ini dibangun untuk mengenang perjuangan rakyat bangka dalam mempertahankan serta
merebut kemerdekaan setelah proklamasi 17 Agustus 1945. Diresmikan oleh Bung Hatta
pada tahun 1949. Bentuk tugu dengan arsitek menarik dan unik terdiri atas lingga di atas
punden berundak-undak dan yoninya berada di ats lingga dengan bentuk yang simetris
dengan symbol tertentu mencerminkan perjuangan yang dilakukan oleh berbagai uku dan
lapisan masyarakat. Pada tugu prasasti tertulis “Surat kuasa kembalinya Ibukota Republik
Indonesia ke Yogyakarta, diserahterimakan oleh Ir. Soekarno kepad Sri Sultan
Homengkubuwono IX, Media Juni 1949″.
5. 15. Rumah Residen
Sebagi kota bersejarah, Kota Pangkalpinang memilki banyak warisan sejarah yang
dapat mengungkapkan kembali kejayaan bangsa di masa lampau serta mencermati jejak-jejak
derap langkap pembangunan daerah. Wisatawan dapat berkunjung ke Rumah Residen,
bangunan ini terletak di jalan Merdeka nomr 1. Sebelum menjadi rumah dinas Walikota
adalah rumah Residen Belanda. Pada tahun 1913 Belanda memindahkan pusat Keresidenan
dari Mentok ke Pangkalpinang sekaligus memisahkan antara administrasi pertambangan
BTW (Banka Tin Winning) dengan administrasi negeri (Bestuur), dengan Residen pertama
A.J.N Engelenberg. Rumah ini sangat bersejarah karena merupakan pusat pemerintahan dan
pusat kegiatan di Kota Pangkalpinang. Di depannya terdapat alun-alun atau lebih dikenal
dengan Lapangan Merdeka sebagai tempat bertemunya para pemimpin dengan masyarakat.
Di halaman rumah tersebut juga terdapat dua meriam kuno berangka tahun 1840 dan 1857.
16. Perigi Pekasem
Sumur atau perigi Pekasem terletak di Kelurahan Tuatunu Indah Kecamatan
Gerunggang. Perigi atau sumur ini dijadikan tempat untuk membuang mayat orang-orang
yang terbunuh TKR (tentara Keamanan Rakyat), karena dianggap musuh atau sebagai mata-
mata Belanda atau sekutu. Tuatunu sendiri pada waktu itu merupakan kampung yang
dijadikan salah satu markas TKR yang terletak di Hutan Titi Rengas, Kampung Cekong
Abang Air Duren dan Hutan Arang, Air Kelapa Tujuh, terletak antara bukit, bulur air dan Air
Kelapa Tujuh Tuatunu. TKR sendiri dibenutk oleh pemerintah berdasarkan Maklumat
tanggal 5 Oktober 1945 dikarenakan situasi Nagara Kesatuan Republik Indonesia yang baru
terbentuk dalam keadaan genting dan berbahaya karena kedatangan tentara Belanda (NICA)
karena ingin kembali berkuasa di Indonesia.
6. Penduduk Asli Pulau Bangka
Definisi tenteng penduduk asli Pulau Bangka hingga kini masih menjadi perdebatan. Ada
yang mengatakan bahwa penduduk asli Pulau ini adalah Suku Melayu, padahal pembahasan
sebelumnya nyebutkan bahwa Suku Melayu adalah eksodus secara perlahan-lahan penduduk
yang datang dari kerajaan johor dan Kerajaan Lingga-Riau. Sejarah dipulau ini juga diwarnai
dengan kedatangan orang-orang bugis yang menjadi lanun dan menguasai dan menguasai
pulau-pulau kecil dan daerah pesisir Bangka. Cina juga adalah bagian yang tidak terpisahkan
dengan perjalanan perkembangan demografis pulau ini. Sebuah buku yang ditebitkan pada
tahun 1954 (anonim) berjudul Republik Indonesia Propinsi Sumatera Selatan menuliskan
bahwa penduduk asli Pulau Bangka adalah mereka yang merupakan hasil pertalian
perkawinan antara pelaut-pelaut yang datang dari Jawa, Palembang, Minangkabau, dan Bugis
yang menjelma menjadi penduduk asli yang baru. Jadi tampaknya Pulau Bangka dan
Belitung pada mulanya tidak berpenghuni, melainkan didatangi oleh penduduk dari daerah
lain dan kemudian membentuk kultur khas daerah ini. Pada sekitar pertengahan abad ke-17,
pasukan dari Kerajaan johor dan Kerajaan Minang datang untuk membantu penguasa
setempat menumpas para lanun-lanun yang mengganggu aktivitas masyarakat. Kedua
Kerajaan ini mendarat di Toboali dimana kemudian Kerajaan Minang menetap dan
mempengaruhi budaya dan bahasa peduduk setempat, sedangkan Pasukan dari Kerajaan
johor menuju Mentok dan kemudian menetap serta memberikan pengaruh yang besar pada
kehidupan budaya dan bahasa penduduk Mentok dan sekitarnya. Pengaruh Kerajaan Minang
di Toboali sangat terasa hingga sekarang, misalnya dari sudut bahasa yang cenderung
mengganti huruf S dengan H. Hal ini dapat di indetifisikasi pada penggunaan bahasa yang
digunakan di Minang. Pengaruh lain misalnya pada tradisi makanan seperti lemang di
Toboali yang merupakan makanan khas Minang. Sedangkan pengaruh Melayu Johor yang
sangat kuat ditampakkan pada ciri khas ke-Melayu-an yang sangat kental di Mentok,
misalnya pada bahasa yang cenderung menggunakan E pepet, tradisi masyarakat Mentok juga
mengidentifikasikan diri dengan tradisi Melayu Malaysia. Sementara itu, Heidhues
menyebutkan bahwa seorang pejabat Belanda bernama J. Van den Bogaart datang ke Pulau
Bangka pada tahun 1803 membagi penduduk Bangka pada waktu itu dalam 4 kasta, yaitu :
1. Cina,
2. Melayu,
3. Orang Bukit (disebut juga Orang Gunung/Orang Darat),
4. Orang Laut (Orang sekak.