Peserta didik adalah orang yang sedang berada pada fase pertumbuhan dan
perkembangan baik secara fisik maupun psikis, pertumbuhan dan perkembangan
merupakan ciri dari seseorang peserta didik yang perlu bimbingan dari seorang pendidik.
Keperibadian peserta didik harus memiliki ketaqwaan kepada Allah Swt, mencintai
ilmu pengetahuan, menyayangi sesama, akhlak mulia dan menjahui sifat-sifat tercela.
Kepribadian peserta didik merupakan salah satu bagian penting dalam menentukan
kesuksesan dalam mencari ilmu.
Etika peserta didik meliputi kebersihan jiwa dalam menuntut ilmu, bersifat tawadhu
(rendah hati), berproses dan bertahap dalam menuntut ilmu, menghargai waktu, dan
mengutamakan ilmu yang lebih penting. Etika bagi peserta didik akan membimbing
dan mengarahkan perhatiannya kepada tujuan untuk mendapatkan ilmu dalam rangka
mendekatkan diri kepa Allah SwT.
Peserta didik memiliki kebutuhan-kebutuhan yang perlu diperhatikan oleh pendidik
dalam rangka mengembangkan peserta didik.Kebutuhan – kebutuhan tersebut
merupakan sarana untuk mengembangkan diri peserta didik. Kebutuhan-kebutuhan
tersebut hendaknya dipenuhi dengan memperhatikan cara-cara terbaik sesuai dengan
ajaran Islam.
1. RESUME: HAKIKAT PESERTA DIDIK DALAM ISLAM
Nama: Nurul Safiqa
NIM: 202127019
Unit/Semester: 1/4
Jurusan: Manajemen Pendidikan Islam
A. Pengertian Peserta Didik
Peserta didik merupakan bagian dalam sistem pendidikan Islam, peserta didik adalah
objek atau bahan mentah dalam proses transformasi pendidikan. Tanpa adanya peserta didik,
keberadaan sistem pendidikan tidak akan berjalan. Karena kedua faktor antara pendidik dan
peserta didik merupakan komponen paling utama dalam suatu sistem pendidikan. Secara
bahasa peserta didik adalah orang yang sedang berada pada fase pertumbuhan dan
perkembangan baik secara fisik maupun psikis, pertumbuhan dan perkembangan merupakan
ciri dari seseorang peserta didik yang perlu bimbingan dari seorang pendidik. Pertumbuhan
yang menyangkut fisik, perkembangan menyangkut psikis.
Abdul Mujib (2006:103) mengatakan berpijak pada paradigma “belajar sepanjang
masa”, maka istilah yang lebih tepat untuk menyebut individu yang menuntut ilmu adalah
peserta didik bukan anak didik. Lebih lanjut Abdul Mujib mengatakan peserta didik
cakupannya sangat luas, tidak hanya melibatkan anak-anak tetapi mencakup orang dewasa.
Sementara istilah anak didik hanya mengkhususkan bagi individu yang berusia kanak-kanak.
Penyebutan peserta didik mengisyaratkan tidak hanya dalam pendidikan formal seperti
sekolah, madrasah dan sebagainya tetapi penyebutan peserta didik dapat mencakup pendidikan
non formal seperti pendidikan di masyarakat, majlis taklim atau lembaga-lembaga
kemasyarakatan lainya. Abdullah Nashih Ulwan (Rahardjo, 1999:59) mengatakan peserta didik
adalah objek pendidikan. Ia merupakan pihak yang harus di didik, dibina dan dilatih untuk
mempersiapkan menjadi manusia yang kokoh iman dan Islamnya serta berakhlak mulia. Beliau
lebih lanjut mengatakan keberhasilan dalam merealisasikan tujuan pendidikan secara optimal,
faktor anak didik harus menjadi perhatian. Dalam hal ini, peserta didik perlu dipersiapkan
sedemikian rupa, agar tidak mengalami banyak hambatan dalam menerima ajaran tauhid dan
nilai-nilai kemuliaan lainnya.
Setiap manusia memiliki perkembangan termasuk peserta didik. Dalam kehidupannya
manusia mengalami beberapa tahapan perkembangan sebagai berikut:
2. 1. Al-Janin, yaitu tingkat anak yang berada dalam kandungan. Allah swt. berfirman: “Dan
Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa
dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan daya nalar agar kamu
bersyukur.” (QS. an-Nahl:78).
2. Al-Thiflu, yaitu tingkat anak dengan memperbanyak latihan dan kebiasaan, sehingga
mengetahui baik dan buruk.
3. Al-Tamyiz, yaitu tingkat anak yang sudah dapat membedakan yang baik dengan yang
buruk, akal pikirannya sudah berkembang.
4. Al-Aqli, yaitu tingkat manusia yang telah berakal sempurna.
5. Al-Auliya dan al-Anbiya yaitu tingkat tertinggi perkembangan manusia (Al-Abrasyi,
1970:34-44).
Kadar kemampuan peserta didik sangat ditentukan oleh usia atau periode
perkembangannya, karena faktor usia dapat menentukan tingkat pengetahuan, intelektual,
emosi, bakat, minat peserta didik dalam perspektif biologis, psikologis, maupun dedaktis.
Dalam psikologi perkembangan disebutkan bahwa periodesisasi manusia pada
dasarnya dapat dibagi menjadi lima tahapan:
1. Tahap asuhan (dari usia 0 sampai 2 tahun) yang disebut dengan fase neonatus dimulai
dari kelahiran sampai kira-kira usia 2 tahun.
2. Tahapan pendidikan jasmani dan pelatihan pancaindra (dari usia 2 sampai 12 tahun),
yang lazim disebut fase kanak-kanak (al-thifl/shabi) yaitu mulai masa neonatus sampai
pada masa polusi mimpi basah (baligh).
3. Tahap pembentukan watak dan pendidikan agama (usia 12 samapi 20 tahun), fase ini
disebut dengan tamyiz, yaitu fase dimana anak-anak mulai mampu membedakan yang
baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah. Karena pada fase ini peranan akal
sangat dibutuhkan.
4. Tahap kematangan (usia 20 sampai 30 tahun) pada tahap ini, seseorang telah menjadi
dewasa. Dewasa yang berarti sebenarnya, mencakup kedewasaan biologis, sosial,
psikologis dan kedewasaan religious.
5. Tahap kebijaksanaan (usia 30 sampai meninggal), fase ini disebut dengan azm al-umr
‘lansia’ (lanjut usia) atau syuyuukh (tua). Pada tahap ini manusia telah menemukan jati
dirinya yang hakiki, sehingga tindakannya penuh dengan kebijaksanaan yang mampu
memberi naungan dan perlindungan bagi orang lain (Abdul Mujib, 1999:106-112).
B. Kepribadian Peserta Didik
3. Keperibadian anak didik dijelaskan oleh Abuddin Nata (2006:136) yang mengutip
pendapat Thasyi Kubra Zaedah mengatakan bahwa seorang peserta didik tidak diperbolehkan
menilai rendah atau menganggap tidak penting terhadap ilmu pengetahuan yang ia tidak kuasai
ataupun tidak ia senangi. Sebaliknya, peserta didik harus menggangap bahwa ilmu yang tidak
dikuasainya itu sama manfaatnya dengan ilmu yang ia miliki. Beliau lebih lanjut menyatakan
bahwa, peserta didik tidak diperbolehkan mengikuti teman-temannya yang kurang pintar
(ungkapan bodoh, tolol bukanlah kriteria pendidik yang baik) tetapi ia harus bisa membimbing
peserta didik lainnya mencintai semua ilmu. Selain itu juga, keperibadian peserta didik harus
bertekad untuk selalu belajar tanpa henti sampai akhir hayatnya dan bertekad untuk mencari
ilmu walaupun ia harus meninggalkan kampung halamannya. Dengan demikian, ilmu yang
diperolehnya akan semakin berkembang dan ia akan memiliki wawasan yang luas serta tidak
berpikiran sempit dengan kata lain ia tidak akan merasa benar terhadap ilmu yang dimilikinya
saja.
Kepribadian peserta didik yang paling penting menurut Athiyah al-Abrasyi yaitu;
Pertama, peserta didik hendaknya tekun dan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu.
Kedua, peserta didik haruslah memiliki kepribadian saling menyayangi sesama temanya yang
pada akhirnya akan tercipta suasana persaudaraan yang kokoh. Ketiga, peserta didik giat dan
tidak pernah bosan untuk selalu mengkaji dan mengulang-ulangi materi pelajaran yang telah
diberikannya.
Selain itu juga, keperibadian peserta didik haruslah memelihara hatinya agar selalu
bertaqwa kepada Allah S wt, memohon ampunan hanya kepada Allah Swt, memiliki rasa takut
dan selalu mencari keridhaan-Nya karena hal ini sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-
hari bagi peserta didik. Dengan memiliki kepribadian seperti ini, peserta didik akan menjadi
mulia, terhormat, memiliki derajat yang tinggi, disegani dan disenangi oleh semua manusia dan
menjadi panutan bagi setiap orang.
C. Etika Peserta Didik
Asma Hasan Fahmi sebagaimana dikutip oleh Abudin Nata (2006:134-135)
menyebutkan empat etika untuk peserta didik dalam proses pembelajaran di antaranya adalah:
1. Seorang anak didik terlebih dahulu membersihkan hatinya dari segala macam jenis
penyakit jiwa sebelum menuntut ilmu, karena dalam proses menuntut ilmu kebersihan
hati akan memudahkan peserta didik menerima pelajaran.
4. 2. Seorang anak didik harus memiliki tujuan menuntut ilmu dalam rangka menghias jiwa
dengan sifat keutamaan, mendekatkan diri kepada Tuhan dan bukan untuk meraih
kemegahan dan kedudukan.
3. Peserta didik memiliki jiwa besar dan bersabar dalam menuntut ilmu, karena untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan memerlukan waktu dan proses panjang. Peserta didik
dianjurkan untuk menuntut ilmu walaupun harus meninggalkan kampung halamanya,
karena ini akan menambah pengetahuan dan berjiwa toleransi atas perbedaan ilmu
pengetahuan.
4. Peserta didik wajib menghormati pendidik (guru) dan berusaha untuk selalu
memperoleh kerelaan dari seorang pendidik, dengan menggunakan berbagai macam
cara untuk memuliakannya.
D. Kebutuhan Peserta Didik
Banyak kebutuhan peserta didik yang harus dipenuhi oleh pendidik, di antaranya:
1. Kebutuhan Fisik
Fisik peserta didik mengalami pertumbuhan fisik yang cepat terutama pada masa
puberitas. Kebutuhan biologis, yaitu berupa makan, minum dan istirahat, dimana hal
ini menuntut peserta didik untuk memenuhinya.
2. Kebutuhan Sosial
Kebutuhan sosial yaitu kebutuhan yang berhubungan langsung dengan masyarakat agar
peserta didik dapat berinteraksi dengan masyarakat lingkungannya, seperti diterima
oleh teman-temannya secara wajar.
3. Kebutuhan untuk mendapatkan status
Peserta didik pada usia remaja membutuhkan suatu yang menjadikan dirinya berguna
bagi masyarakat. Kebanggaan terhadap diri.
4. Kebutuhan Mandiri
Peserta didik pada usia remaja ingin lepas dari batasan-batasan atau aturan orangtuanya
dan mencoba untuk mengarahkan dan mendisiplinkan dirinya sendiri.
5. Kebutuhan untuk berprestasi
Kebutuhan untuk berprestasi erat kaitannya dengan kebutuhan mendapat status dan
mandiri. Artinya dengan terpenuhinya kebutuhan untuk memiliki status atau
penghargaan dan kebutuhan untuk hidup mandiri dapat membuat peserta didik giat
untuk mengejar prestasi.
6. Kebutuhan ingin disayangi dan dicintai
5. Rasa ingin disayangi dan dicintai merupakan kebutuhan yang esensial, karena dengan
terpenuhi kebutuhan ini akan mempengaruhi sikap mental peserta didik. Banyak anak-
anak yang tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tua, guru dan lain-lainnya
mengalami prestasi dalam hidup. Dalam agama cinta kasih yang paling tinggi
diharapkan dari Allah swt.
7. Kebutuhan untuk mencurahkan perasaan
Kebutuhan untuk curhat terutama remaja dimaksudkan suatu kebutuhan untuk
dipahami ide-ide dan permasalahan yang dihadapinya. Peserta didik mengharapkan
agar apa yang dialami, dirasakan terutama dalam masa pubertas.
8. Kebutuhan untuk memiliki filsafat hidup
Peserta didik pada usia remaja mulai tertarik untuk mengetahui tentang kebenaran dan
nilai-nilai ideal. Mereka mempunyai keinginan untuk mengenal apa tujuan hidup dan
bagaimana kebahagiaan itu diperoleh. Karena itu mereka membutuhkan pengetahuan-
pengetahuan yang jelas sebagai suatu filsafat hidup yang memuaskan yang sesuai
dengan nilai-nilai kemanusiaan, sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam
mengarungi kehidupan ini.
9. Dimensi Fisik (Jasmani)
Zakiah Daradjat sebagaimana dikutip oleh Ramayulis (2006:82) membagi manusia
kepada tujuh dimensi pokok yamg masing-masingnya dapat dibagi kepada dimensi-
dimensi kecil. Ketujuh dimensi tersebut adalah: dimensi, akal, agama, akhlak,
kejiawaan, rasa kaindahan dan sosial kemasyarakatan Semua dimensi tersebut harus
tumbuh kembangkan melalui pendidikan Islam.