Kata kurikulum diadopsi dari bahasa asing kemudian menjadi istilah popular dikalangan pendidikan yang digunakan untuk menunjukan pada sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh untuk mencapai suatu gelar atau untuk memperoleh ijazah. Pada hakikatnya kurikulum adalah apapun yang dapat memotivasi dan mempengaruhi siswa untuk belajar.
Dasar kurikulum pendidikan Islam adalah al-Quran dan as-Sunnah karena merupakan sumber utama yang baku karena mengandung nilai kebenaran universal, abadi dan bersifat futuristik. Sedangkan prinsip kurikulum pendidikan Islam ialah mengarahkan kepada nilai-nilai ajaran Islam.
1. RESUME: HAKIKAT KURIKULUM PENDIDIKAN DALAM ISLAM
Nama: Nurul Safiqa
NIM: 202127019
Unit/Semester: 1/4
Jurusan: Manajemen Pendidikan Islam
A. Pengertian Kurikulum
Kurikulum berasal dari kata curriculum yang berarti “rencana pelajaran” (John M.
Echols, 2000:160). Sedangkan pengertian kurikulum atau dalam Bahasa Arab disebut manhaj
menurut Muhammad Ali al-Khouly adalah seperangkat perencanaan untuk mengantarkan
lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan. Mengenai
persiapan atau perencanaan pendidikan yang dituangkan dalam sebuah kurikulum telah
diisyaratkan al-Qur’an secara global. Dalam al- Qur’an Allah swt. berfirman yang artinya: “Hai
orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Hasyr:18).
B. Dasar, Asas dan Prinsip-prinsip Kurikulum Pendidikan Islam
Herman H. Horne memberikan dasar bagi penyusunan kurikulum dengan tiga macam
yaitu:
1. Dasar Psikologis, yang digunakan untuk memenuhi dan mengetahui kemampuan yang
diperoleh dari pelajar dan kebutuhan anak didik (the ability and needs of children);
2. Dasar sosiologis, yang digunakan untuk mengetahui tuntutan yang syah dari
masyarakat (the legitimate demands of society);
3. Dasar Filosofis, yang digunakan untuk mengetahui keadaan alam semesta tempat kita
hidup (the kind of universe in which we live) (Abdul Mujib, 2006:124).
Menurut Tabrani (1989:211) ada beberapa prinsip evaluasi yang digariskan oleh
pendidikan Islam, yaitu sebagai berikut:
1. Prinsip kesinambungan. Setiap evaluasi diadakan untuk menguji keberhasilan. Dan
keberhasilan dapat ditingkatkan apabila proses perbaikannya dilakukan secara
berkelanjutan. Ini diisyaratkan dalam al-Qur’an surat Fushilat ayat 30, artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: «Tuhan kami ialah Allah» Kemudian
mereka meneguhkan pendirian mereka dengan mengatakan: «Janganlah kamu takut
2. dan janganlah kamu merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah
dijanjikan Allah kepadamu.»” (Q.S. Fushilat:30).
2. Prinsip menyeluruh (komprehensif). Proses evaluasi harus menyentuh seluruh aspek
peserta didik. Terutama tiga ranah yang binaan, kognitif, apektif dan psikomotorik.
3. Prinsip objektivitas. Prinsip ini berimplikasi pada kurikulum yang mengetengahkan
kriteria ilmiah. Alhasil kurikulum dapat terlepas dari hal-hal yang bersifat emosional
dan irasional.
C. Ciri-ciri Kurikulum Pendidikan Islam
Ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam menurut Omar Muh. Al-Toumy al-Syaibany
(1979:490-512) sebagai berikut:
1. Mengutamakan tujuan agama dan akhlak dalam berbagai tujuannya, kandungan,
metode, alat dan teknik yang bercirikan ajaran Islam. Pemberian materi kepada peserta
didik baik di lingkungan sekolah ataupun keluarga berdasarkan nilai-nilai al-Qur’an
dan as-Sunnah;
2. Kurikulum yang mencerminkan semangat, pemikiran dan ajaran-ajaran kurikulum
yang cukup luas isi dan kandungannya. Pengembangan dan bimbingan dalam segala
aspek pribadi pelajar baik dari aspek intelektual, psikologis, sosial dan spiritual;
3. Kurikulum yang memiliki keseimbangan di antara kandungan kurikulum yang akan
digunakan. Keseimbangan ini mencakup manfaat ilmu pengetahuan bagi
perkembangan individual dan perkembangan sosial;
4. Penataan kurikulum yang menyeluruh dan seimbang (fleksibel) dalam setiap materi
pelajaran yang diberikan kepada peserta didik. Seperti aktivitas pendidikan jasmani,
pengetahuan teknik, keterampilan, penguasaan bahasa asing dan ilmu-ilmu yang
bermanfaat bagi peserta didik;
5. Kurikulum disusun berdasarkan kebutuhan, kemampuan, minat dan bakat peserta didik,
karena setiap individu memiliki perbedaan dalam menerima mata pelajaran yang
diberikan pendidik. Oleh karena itu, penyusunan kurikulum disesuaikan dengan
kebutuhan.