SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor
Volume 1 Nomor 1 Januari 2012 KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling
Halaman 1 - 8
DAMPAK PORNOGRAFI TERHADAP PERILAKU SISWA DAN UPAYA GURU
PEMBIMBING UNTUK MENGATASINYA
Mulya Haryani R 1
, Mudjiran 2
, Yarmis Syukur 3
Abstrak Mudahnya mengakses film/video porno memungkinkan
remaja/siswa secara bebas menonton sehingga menimbulkan
kecenderungan bagi remaja/siswa untuk menonton film porno secara
berulang - ulang. Hal ini berdampak pada sulitnya berkonsetrasi dalam
belajar, akibatnya hasil belajar siswa rendah. penelitian ini bertujuan
untuk mengungkap bagaimana dampak pornografi terhadap perilaku
seksual remaja/siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pornografi sangat berdampak
terhadap perilaku seksual siswa, dalam hal ini guru pembimbing belum
optimal (rendah) dalam mengupayakan pencegahan agar siswa tidak
mengakses pornografi.
Abstract Easily access movies / videos porno allows teens / students freely watch,
causing a tendency for teens / students to watch porn movies over and over -
again. This leads to difficulty concentrating in learning, resulting in lower
student learning outcomes. This study aims to reveal how the effects of
pornography on adolescent sexual behavior / student. This study used a
descriptive approach. The results showed that the impact of pornography on
sexual behavior so students, in this case the tutor is not optimal (low) in the
prevention efforts so that students are not accessing pornography.
Kata kunci : dampak pornografi; perilaku siswa ; upaya guru pembimbing
PENDAHULUAN
Kehidupan sebagai remaja merupakan salah satu periode dalam rentang kehidupan
manusia. Banyak terjadi perubahan baik dari segi fisik maupun psikis. Menurut Elida
Prayitno (2006: 49) perubahan yang terjadi pada awal masa remaja meliputi perubahan
sistem pencernaan, perubahan sistem syaraf, perubahan sistem pernafasan, dan perubahan
organ seks. Dalam masa perubahan organ seksual, baik primer maupun sekunder itu,
sebagian remaja mengalami kesulitan seperti merasa sakit saat haid, perasaan sedih dan
kecewa karena tidak percaya diri dengan perubahan tubuh.
Kurangnya pendidikan seksual terhadap remaja akan menimbulkan penyimpangan
tingkah laku seksual pada remaja. Menurut Sarlito W. Sarwono (2008: 143), secara umum
pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang
jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran,
1
Mulya Haryani R 1, Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Padang
2
Mudjiran 2,Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
3
Yarmis Syukur 3, Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang.
1
tingkah laku seksual, hubungan seksual dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan, dan
kemasyarakatan. Menurut Sudarsono, ( 1990: 7) pemahaman dan pengetahuan remaja akan
masalah seksual pada dasarnya telah tumbuh dalam kehidupan dilingkungan keluarga.
Namun seringkali karena remaja masih malu membicarakan seks kepada orang tuanya,
remaja sering mencari informasi dari media ataupun dari orang lain. Lebih jauh lagi,
berbagai informasi, pengertian-pengertian, serta konsep-konsep pengetahuan tentang seks
dapat diperoleh melalui media masa (televisi, video, radio, dan film) yang semuanya tidak
bisa dipisahkan dari kehidupan para remaja sekarang. Apabila orang tua jarang mengawasi
anak-anak remajanya, kurang memberi dukungan, dan menerapkan pola disiplin secara
tidak efektif, maka akan menyebabkan terjadinya penyimpangan tingkah laku pada remaja.
Perkembangan teknologi memiliki andil terhadap terjadinya perilaku menyimpang remaja
atau kenakalan remaja. Hal ini sesuai dengan penjelasan Jensen (dalam Sarlito W . Sarwono
, 2008) yang mendasari asal mula kenakalan remaja yang digolongkan kedalam teori
sosiogenik yaitu teori-teori yang mencoba mencari sumber penyebab kenakalan remaja pada
faktor lingkungan keluarga dan juga masyarakat. Dalam kaitan ini masyarakat Indonesia
telah mulai merasakan keresahan tersebut terutama mereka yang berdomisili di kota-kota
besar, masalah tersebut cendrung menjadi masalah nasional yang semakin sulit dihindari,
ditanggulangi, dan diperbaiki kembali (Sudarsono, 1990: 5).
Menurut RP Borrong (2007: 7) film porno dapat mempengaruhi sikap dan perilaku
remaja/siswa dimana sikap dan perilaku tersebut dapat terjadi apabila terdapat dorongan
dalam diri remaja untuk menyaksikan tayangan dan mengimitasi hal-hal yang terdapat
dalam film porno. Sebenarnya film merupakan hiburan yang murah dan praktis. Akan tetapi
dengan semakin banyaknya film porno, seperti kecendrungan remaja/siswa menonton film
porno akan mengakibatkan siswa sulit berkonsetrasi dalam belajar, sehingga hasil
belajarnya rendah.
Kemajuan teknologi dewasa ini memudahkan siswa untuk memperoleh informasi
dari media massa. Informasi seperti ini cenderung menjerumuskan remaja/siswa pada
permasalahan seksual dan tingkah laku seksual yang tidak bertanggung jawab. Hal ini bisa
menyebabkan pemahaman yang keliru tentang pendidikan seks, sehingga siswa bisa
terjebak dalam perilaku seksual yang menyimpang. Sebagaimana dipaparkan Elizabeth B
Hurlock (1997: 212), informasi tentang seks coba dipenuhi remaja dengan cara membahas
bersama teman-teman, membaca buku-buku tentang seks atau mengadakan percobaan
dengan jalan masturbasi, onani, bercumbu atau berhubungan seksual.
2
Upaya yang dilakukan oleh guru pembimbing di sekolah dalam memberikan
pemahaman kepada siswa akan pengaruh video porno terhadap perilaku seksual
menyimpang, yaitu memberikan berbagai layanan, seperti layanan informasi, layanan
bimbingan kelompok, dan konseling kelompok (Prayitno,2004: 2). Dalam
menyelenggarakan layanan-layanan tersebut, guru pembimbing memberikan materi terkait
dengan masalah seksual, video porno, dan juga materi tentang bagaimana menghindari
terjadinya perilaku seksual.
Metodologi
Penelitian ini bersifat deskriptif. Data penelitian ini berasal dari siswa kelas X dan
XI SMAN 7 Padang. Jumlah sampel penelitian adalah 87 orang siswa kelas X 44 orang
dan siswa kelas XI 43 orang. Prosedur yang ditempuh dalam pengumpulan data adalah
dengan mengadministrasikan angket penelitian kepada sampel penelitian. Data akan
dianalisis dengan menggunakan Rumus persentase.
HASIL
1. Hasil penelitian tentang dampak pornografi terhadap siswa
Untuk melihat dampak pornografi terhadap siswa secara keseluruhan dapat dilihat
melalui tabel 1 sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil pengolahan data tentang dampak pornografi terhadap siswa
NO
SUB
VARIABEL
KLASIFIKASI
ST T R SR
F % F % F % F %
1
Intensitas
menonton
dan
membaca
pornografi
18 25,29 29 45,98 32 36,78 8 5,75
2
Perilaku
Seksual
Menyimpang
Terhadap
Diri Sendiri
15 17,24 40 47,13 25 13,79 7 6,90
3
perilaku
Seksual
Menyimpang
Terhadap
Orang Lain
29 33,33 33 37,93 18 20,69 7 8,05
Total 62 23,75 102 39,08 75 28,74 22 8,43
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat disimpulkan bahwa intensitas menonton dan
membaca siswa berada pada kategori tinggi dengan persentase 45,98%, sedangkan perilaku
3
seksual menyimpang terhadap diri sendiri juga berada pada kategori tinggi dengan
persentase 47,13% dan perilaku seksual menyimpang terhadap orang lain tetap berada pada
kategori tinggi dengan persentase 37,93%. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa
klasifikasi dampak pornografi terhadap siswa berada pada kategori ”tinggi” dengan
persentase 39,08% sedangkan lainnya berada pada kategori “sangat rendah” dengan
persentase 8,43%.
2. Hasil penelitian upaya guru pembimbing dalam
mengatasi dampak pornografi terhadap siswa.
Setelah data diperoleh, kemudian diolah sehingga diperoleh hasil penelitian.
Hasil memberikan gambaran upaya guru pembimbing untuk mengatasi dampak
pornografi terhadap siswa sebagai berikut :
Tabel 2. Hasil pengolahan data tentang upaya guru pembimbing untuk mengatasi
dampak pornografi terhadap siswa
NO
SUB
VARIABEL
Alternatif Jawaban
SL SR JR TP
F % F % F % F %
1
Pencegahan
sebelum
terjadi
0 0 4 57,14 2 28,57 1 14,29
2
Pengentasan
saat terjadi
1 14,29 4 57,14 2 28,57 0 0
3
Pemeliharaan
setelah
terjadi
2 28,57 0 0 5 71,43 0 0
Total 3 14,29 8 38,1 9 42,86 1 4,76
Berdasarkan tabel 2 di atas dapat di simpulkan bahwa 57,14% guru pembimbing
sering mengupayakan pencegahan sebelum terjadi dampak pornografi terhadap siswa
dan 57,14% guru pembimbing sering mengupayakan pengentasan saat terjadi dampak
pornografi terhadap siswa, kemudian 71,43% guru pembimbing jarang mengupayakan
pemeliharaan setelah terjadi dampak pornografi terhadap siswa. Secara keseluruhan
dapat disimpulkan bahwa upaya guru pembimbing dalam mengatasi dampak
pornografi terhadap siswa berada pada kategori “jarang” dengan persentase 42,86%
sedangkan lainnya berada pada kategori “tidak pernah” dengan persentase 4,76%.
4
PEMBAHASAN
1. Dampak pornografi terhadap siswa
a. Intensitas menonton dan membaca pornografi.
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa intensitas menonton dan
membaca pornografi bagi siswa tergolong “tinggi”. Temuan ini didukung oleh
pendapat Sarlito W Sarwono (2008: 165) menyatakan bahwa anak yang beranjak
remaja cenderung melakukan aktifitas-aktifitas seksual yang prasenggama seperti
melihat buku atau film cabul, berciuman, berpacaran dan sebagainya.
Dari uraian di atas dapat diartikan bahwa anak yang beranjak remaja
cendrung melakukan aktifitas seksual, dalam ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu lain
yang terkait, remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik dimana alat-
alat kelamin manusia mencapai kematangannya. Secara anatomis berarti alat-alat
kelamin khsusnya dan keadaan tubuh pada umumnya memperoleh bentuknya
yang sempurna dan alat-alat kelamin tersebut sudah berfungsi secara sempurna
pula. Saat mencapai tingkat kematangannya remaja tidak mendapatkan
pendidikkan seks secara baik, maka akan menimbulkan perilaku seksual yang
menyimpang. Seperti menonton dan membaca bacaan yang bersifat pornografi.
b. Perilaku seksual menyimpang terhadap diri sendiri.
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa perilaku menyimpang
terhadap diri sendiri berada pada kategori “tinggi”. Temuan ini didukung oleh
pendapat Donald, dkk (2004), pornografi dapat mengakibatkan perilaku negatif
seperti berikut ini:
a) Mendorong remaja untuk meniru melakukan tindakan seksual
Kemampuan remaja menyaring informasi masih rendah. Para ahli di
bidang kejahatan seksual terhadap remaja juga menyatakan bahwa aktifitas
seksual pada remaja yang belum dewasa selalu dipicu oleh 2 (dua)
kemungkinan yaitu pengalaman atau melihat. pornografi atau aktivitas porno
baik dari internet, HP, VCD, komik atau media lainnya. Maka mereka akan
terdorong untuk meniru melakukan tindakan seksual terhadap anak lain
ataupun siapapun obyek yang bisa mereka jangkau.
b) Membentuk sikap, nilai dan perilaku yang negative.
5
Remaja yang terbiasa mengkonsumsi materi pornografi yang
menggambarkan beragam adegan seksual, dapat terganggu proses pendidikan
seksnya. Hal itu dapat diketahui dari cara mereka memandang wanita,
kejahatan seksual, hubungan seksual, dan seks pada umumnya. Remaja
tersebut akan berkembang menjadi pribadi yang merendahkan wanita secara
seksual, memandang seks bebas sebagai perilaku normal dan alami, permisif
terhadap perkosaan, bahkan cenderung mengidap berbagai penyimpangan
seksual.
c) Menyebabkan sulit konsentrasi belajar hingga terganggu jati dirinya
Pada remaja yang memiliki IQ tinggi, pornografi bisa mengakibatkan
mereka kesulitan membangkitkan konsentrasinya untuk belajar dan
beraktivitas, hari-harinya didominasi oleh kegelisahan dan sedikit sekali
produktivitasnya. Sedangkan remaja yang ber-IQ rendah, pengaruhnya bisa
lebih ekstrim lagi, mereka tidak berdaya lagi untuk berkonsentrasi, hari-
harinya total dikuasai kegelisahan.
Pornografi yang ditonton remaja merupakan sensasi seksual yang
diterima sebelum waktunya, sehingga yang terjadi adalah mengendapnya
kesan mendalam di bawah otak sadar yang bisa membuat mereka sulit
konsentrasi, tidak fokus, malas belajar, tidak bergairah melakukan aktivitas
yang semestinya, hingga mengalami shock dan disorientasi (kehilangan
pandangan) terhadap jati diri mereka sendiri bahwa sebenarnya mereka masih
remaja.
d) Tertutup, minder dan tidak percaya diri
Remaja pecandu pornografi yang mendapat dukungan teman-temannya
sesama penggemar pornografi, akan terdorong menjadi pribadi yang permisif
(memandang maklum) terhadap seks bebas dan mereka melakukan praktek
seks bebas di luar pantauan orang tua. Sedangkan remaja pecandu pornografi
yang dikelilingi oleh teman-teman yang terbimbing dan bebas dari pornografi,
akan cenderung merasa minder dan tidak percaya diri. Karena kebiasaannya
ini, remaja merasa sebagai pribadi yang aneh dan berbeda perilakunya, dan
seiring bertambahnya pengetahuan keagamaannya ia akan merasa paling
berdosa.
6
c. Perilaku seksual menyimpang pada orang lain
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa perilaku menyimpang pada orang
lain berada pada kategori “tinggi” dilakukan oleh siswa. Temuan ini didukung
oleh pendapat Donald, dkk (2004), dampak pornografi terhadap orang lain
sebagai berikut :
a) Tindakan kriminal atau kejahatan, tindakan ini umumnya dilihat bertentangan
dengan norma hukum, norma sosial, dan norma agama yang berlaku di
masyarkat.
b) Penyimpangan seksual adalah perilaku yang tidak lazim di lakukan. Beberapa
jenis penyimpangan seksual antara lain, lesbianisme, dan homoseksual,
sodomi, sadisme, dan pedophilia.
2. Upaya guru pembimbing dalam mengatasi dampak pornografi
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa upaya guru pembimbing dalam
mengatasi dampak pornografi terhadap siswa belum optimal (rendah). Hal ini sesuai
dengan pendapat Idianto Muin (2006:170) yang menyatakan bahwa pengendalian
sosial bersifat preventif adalah semua bentuk pencegahan terhadap terjadinya
gangguan-ganguan pada keserasian antara kepastian dengan keadilan. Tindakan
preventif mencegah kemungkinan terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap
norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Pengendalian sosial secara
represif adalah pengendalian sosial yang bertujuan untuk mengembalikan keserasian
yang pernah terganggu karena terjadinya suatu pelanggaran. Pengendalian sosial
secara represif dilakukan dengan cara menjatuhkan sanksi sesuai dengan besar
kecilnya pelanggaran yang dilakukan.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil pengolahan data dapat diketahui bahwa dampak pornografi
terhadap siswa berada pada kategori tinggi, jenis penyimpangan perilaku siswa berada pada
kategori tinggi. Upaya guru pembimbing dalam mengatasi dampak pornografi berada pada
kategori “rendah”, pencegahan sebelum terjadi berada pada kategori “tinggi”, pengentasan
saat terjadi berada pada kategori “tinggi”, dan pemeliharaan setelah terjadi berada pada
kategori ” rendah”.
7
Sesuai dengan hasil yang ditemukan di atas, siswa diharapkan agar dapat
menghindari hal yang bersifat pornografi, pornografi sangat berdampak negatif terhadap
perilaku seksual siswa, seperti berdampak terhadap perkembangan dan cara berfikirnya.
Siswa harus mengisi waktu luangnya dengan kegiatan yang positif seperti mengikuti
kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah.
Siswa diharapkan agar lebih memahami lagi tugas perkembangan remaja tentang
bagai mana cara menguasai kemampuan melaksanakan peranan sosial sesuai dengan jenis
kelamin, agar siswa tidak melakukan hal yang melanggar aturan dalam hubungan sosial
dengan lawan jenisnya. Oleh karna itu, siswa harus terbuka untuk mengemukakan masalah
kepada guru di sekolah dan orang tua di rumah, sehingga ketika siswa mengalami masalah
dapat diselesaikan segera dengan adanya bantuan dari guru di sekolah dan orang tua di
rumah.
Guru pembimbing diharapkan lebih giat lagi dalam mengupayakan pencegahan
dampak pornografi terhadap siswa dengan memberikan layanan informasi kepada siswa
dengan menggunakan pamflet/gambar-gambar tentang bahaya pornografi, agar tidak ada
lagi siswa yang terjebak dengan hal-hal yang bersifat pornografi.
DAFTAR RUJUKAN
Donald, dkk. 2004. .Dampak negatif kecanduan pornografi. Diunduh di
(http://aliefqu.wordpress.com/2012/01/16inilahdampaknegatif kecanduanpografi)
Diakses tanggal 2/5/2012
Harlock, E.B .1997. Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan ) Alih Bahasa Istiwidayati dan Soedjarwo. Jakarta : Erlangga
Muin Idianto. 2006. Sosiologi SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga
Prayitno. 2004. Layanan L1-L9. Padang : BK FIB UNP
Prayitno Elida. 2006. Psikologi Perkembangan Remaja. Padang : Universitas Negeri
Padang.
RP Borrong.2007. Pornografi. Diunduh di (http://www.suara pembaruan daily.com)
Diakses tanggal 12/11/2011
Sarwono W. Sarlito .2008. Psikologi Remaja. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Sudarsono. 1990 . Kenakalan Remaja . Jakarta : Rineka Cipta
8

More Related Content

Similar to Dampak_Pornografi_Terhadap_Perilaku_Siswa_dan_Upay.pdf

Manuscrib rivan 2
Manuscrib rivan 2Manuscrib rivan 2
Manuscrib rivan 2queen sevya
 
1. pemateri kesehatan reproduksi remaja pada mos 0
1. pemateri kesehatan reproduksi remaja pada mos 01. pemateri kesehatan reproduksi remaja pada mos 0
1. pemateri kesehatan reproduksi remaja pada mos 0Agit Fusg
 
Jurnal pola asuh pada usia dini
Jurnal pola asuh pada usia diniJurnal pola asuh pada usia dini
Jurnal pola asuh pada usia dininrukmana rukmana
 
Proposal seminarsponsorship
Proposal seminarsponsorshipProposal seminarsponsorship
Proposal seminarsponsorshipDhiimas Dhim
 
Pendidikan Seksual secara Formal bagi Siswa Sekolah Menengah Atas di Kota Ba...
Pendidikan Seksual secara Formal bagi Siswa  Sekolah Menengah Atas di Kota Ba...Pendidikan Seksual secara Formal bagi Siswa  Sekolah Menengah Atas di Kota Ba...
Pendidikan Seksual secara Formal bagi Siswa Sekolah Menengah Atas di Kota Ba...Padjadjaran University
 
PERMASALAHAN SOSIAL DALAM KALANGAN PELAJAR DI MALAYSIA
PERMASALAHAN SOSIAL DALAM KALANGAN PELAJAR DI MALAYSIAPERMASALAHAN SOSIAL DALAM KALANGAN PELAJAR DI MALAYSIA
PERMASALAHAN SOSIAL DALAM KALANGAN PELAJAR DI MALAYSIAzatul ayuni
 
Peran Orang Tua dalam Memberikan Pendidikan Seksual Anak Usia Dini
Peran Orang Tua dalam Memberikan Pendidikan Seksual Anak Usia DiniPeran Orang Tua dalam Memberikan Pendidikan Seksual Anak Usia Dini
Peran Orang Tua dalam Memberikan Pendidikan Seksual Anak Usia DiniEvaniaYafie
 
Tanggung jawab negara terhadap pendidikan kespro siswai sma
Tanggung jawab negara terhadap pendidikan kespro siswai smaTanggung jawab negara terhadap pendidikan kespro siswai sma
Tanggung jawab negara terhadap pendidikan kespro siswai smaLeyla Adrianti Hermina
 
Karya tulis ilmiah "peredaran video porno"
Karya tulis ilmiah "peredaran video porno"Karya tulis ilmiah "peredaran video porno"
Karya tulis ilmiah "peredaran video porno"Ilmu-bermanfaat23
 
Penelitian Statistik Sosial
Penelitian Statistik SosialPenelitian Statistik Sosial
Penelitian Statistik SosialAlex Shofihara
 
Tabiat merokok dikalangan remaja (1)
Tabiat merokok dikalangan remaja (1)Tabiat merokok dikalangan remaja (1)
Tabiat merokok dikalangan remaja (1)Cikgu Sivam sivam
 
56528-ID-kesehatan-reproduksi-pada-kurikulum-madr.pdf
56528-ID-kesehatan-reproduksi-pada-kurikulum-madr.pdf56528-ID-kesehatan-reproduksi-pada-kurikulum-madr.pdf
56528-ID-kesehatan-reproduksi-pada-kurikulum-madr.pdfDian631634
 
56528-ID-kesehatan-reproduksi-pada-kurikulum-madr (1).pdf
56528-ID-kesehatan-reproduksi-pada-kurikulum-madr (1).pdf56528-ID-kesehatan-reproduksi-pada-kurikulum-madr (1).pdf
56528-ID-kesehatan-reproduksi-pada-kurikulum-madr (1).pdfDian631634
 
PERANAN DAN TINDAKAN GURU KAUNSELING DALAM MENGATASI MASALAH DISIPLIN PELAJAR
PERANAN DAN TINDAKAN GURU KAUNSELING DALAM MENGATASI MASALAH DISIPLIN PELAJARPERANAN DAN TINDAKAN GURU KAUNSELING DALAM MENGATASI MASALAH DISIPLIN PELAJAR
PERANAN DAN TINDAKAN GURU KAUNSELING DALAM MENGATASI MASALAH DISIPLIN PELAJARFazHani Faz
 
Jurnal medias imroni. perilaku merokok
Jurnal medias imroni. perilaku merokokJurnal medias imroni. perilaku merokok
Jurnal medias imroni. perilaku merokokMedias Imroni
 
Hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku sek...
Hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku sek...Hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku sek...
Hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku sek...Operator Warnet Vast Raha
 
https://www.slideshare.net/dewimunisa/sistem-pernafasan-manusia-dan-hewan
https://www.slideshare.net/dewimunisa/sistem-pernafasan-manusia-dan-hewanhttps://www.slideshare.net/dewimunisa/sistem-pernafasan-manusia-dan-hewan
https://www.slideshare.net/dewimunisa/sistem-pernafasan-manusia-dan-hewannasrawati3
 

Similar to Dampak_Pornografi_Terhadap_Perilaku_Siswa_dan_Upay.pdf (20)

Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Asg3
Asg3Asg3
Asg3
 
Manuscrib rivan 2
Manuscrib rivan 2Manuscrib rivan 2
Manuscrib rivan 2
 
1. pemateri kesehatan reproduksi remaja pada mos 0
1. pemateri kesehatan reproduksi remaja pada mos 01. pemateri kesehatan reproduksi remaja pada mos 0
1. pemateri kesehatan reproduksi remaja pada mos 0
 
Jurnal pola asuh pada usia dini
Jurnal pola asuh pada usia diniJurnal pola asuh pada usia dini
Jurnal pola asuh pada usia dini
 
Proposal seminarsponsorship
Proposal seminarsponsorshipProposal seminarsponsorship
Proposal seminarsponsorship
 
Pendidikan Seksual secara Formal bagi Siswa Sekolah Menengah Atas di Kota Ba...
Pendidikan Seksual secara Formal bagi Siswa  Sekolah Menengah Atas di Kota Ba...Pendidikan Seksual secara Formal bagi Siswa  Sekolah Menengah Atas di Kota Ba...
Pendidikan Seksual secara Formal bagi Siswa Sekolah Menengah Atas di Kota Ba...
 
PERMASALAHAN SOSIAL DALAM KALANGAN PELAJAR DI MALAYSIA
PERMASALAHAN SOSIAL DALAM KALANGAN PELAJAR DI MALAYSIAPERMASALAHAN SOSIAL DALAM KALANGAN PELAJAR DI MALAYSIA
PERMASALAHAN SOSIAL DALAM KALANGAN PELAJAR DI MALAYSIA
 
Isu 2
Isu 2Isu 2
Isu 2
 
Peran Orang Tua dalam Memberikan Pendidikan Seksual Anak Usia Dini
Peran Orang Tua dalam Memberikan Pendidikan Seksual Anak Usia DiniPeran Orang Tua dalam Memberikan Pendidikan Seksual Anak Usia Dini
Peran Orang Tua dalam Memberikan Pendidikan Seksual Anak Usia Dini
 
Tanggung jawab negara terhadap pendidikan kespro siswai sma
Tanggung jawab negara terhadap pendidikan kespro siswai smaTanggung jawab negara terhadap pendidikan kespro siswai sma
Tanggung jawab negara terhadap pendidikan kespro siswai sma
 
Karya tulis ilmiah "peredaran video porno"
Karya tulis ilmiah "peredaran video porno"Karya tulis ilmiah "peredaran video porno"
Karya tulis ilmiah "peredaran video porno"
 
Penelitian Statistik Sosial
Penelitian Statistik SosialPenelitian Statistik Sosial
Penelitian Statistik Sosial
 
Tabiat merokok dikalangan remaja (1)
Tabiat merokok dikalangan remaja (1)Tabiat merokok dikalangan remaja (1)
Tabiat merokok dikalangan remaja (1)
 
56528-ID-kesehatan-reproduksi-pada-kurikulum-madr.pdf
56528-ID-kesehatan-reproduksi-pada-kurikulum-madr.pdf56528-ID-kesehatan-reproduksi-pada-kurikulum-madr.pdf
56528-ID-kesehatan-reproduksi-pada-kurikulum-madr.pdf
 
56528-ID-kesehatan-reproduksi-pada-kurikulum-madr (1).pdf
56528-ID-kesehatan-reproduksi-pada-kurikulum-madr (1).pdf56528-ID-kesehatan-reproduksi-pada-kurikulum-madr (1).pdf
56528-ID-kesehatan-reproduksi-pada-kurikulum-madr (1).pdf
 
PERANAN DAN TINDAKAN GURU KAUNSELING DALAM MENGATASI MASALAH DISIPLIN PELAJAR
PERANAN DAN TINDAKAN GURU KAUNSELING DALAM MENGATASI MASALAH DISIPLIN PELAJARPERANAN DAN TINDAKAN GURU KAUNSELING DALAM MENGATASI MASALAH DISIPLIN PELAJAR
PERANAN DAN TINDAKAN GURU KAUNSELING DALAM MENGATASI MASALAH DISIPLIN PELAJAR
 
Jurnal medias imroni. perilaku merokok
Jurnal medias imroni. perilaku merokokJurnal medias imroni. perilaku merokok
Jurnal medias imroni. perilaku merokok
 
Hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku sek...
Hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku sek...Hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku sek...
Hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku sek...
 
https://www.slideshare.net/dewimunisa/sistem-pernafasan-manusia-dan-hewan
https://www.slideshare.net/dewimunisa/sistem-pernafasan-manusia-dan-hewanhttps://www.slideshare.net/dewimunisa/sistem-pernafasan-manusia-dan-hewan
https://www.slideshare.net/dewimunisa/sistem-pernafasan-manusia-dan-hewan
 

Recently uploaded

PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptxPPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptxsitifaiza3
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfAuliaAulia63
 
393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugas
393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugas393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugas
393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugaslisapalena
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxzidanlbs25
 
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksKISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksdanzztzy405
 
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningSamFChaerul
 
Instrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptx
Instrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptxInstrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptx
Instrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptxZhardestiny
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Shary Armonitha
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxImahMagwa
 

Recently uploaded (9)

PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptxPPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
PPT ANEMIA pada remaja maupun dewasapptx
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
 
393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugas
393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugas393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugas
393479010-POWER-POINT-MODUL-6-ppt.pdf. tugas
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
 
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkksKISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
KISI KISI PSAJ IPS KLS IX 2324.docskskkks
 
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data miningContoh Algoritma Asosiasi pada data mining
Contoh Algoritma Asosiasi pada data mining
 
Instrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptx
Instrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptxInstrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptx
Instrumen Penelitian dalam pengukuran fenomena .pptx
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
 

Dampak_Pornografi_Terhadap_Perilaku_Siswa_dan_Upay.pdf

  • 1. http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor Volume 1 Nomor 1 Januari 2012 KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling Halaman 1 - 8 DAMPAK PORNOGRAFI TERHADAP PERILAKU SISWA DAN UPAYA GURU PEMBIMBING UNTUK MENGATASINYA Mulya Haryani R 1 , Mudjiran 2 , Yarmis Syukur 3 Abstrak Mudahnya mengakses film/video porno memungkinkan remaja/siswa secara bebas menonton sehingga menimbulkan kecenderungan bagi remaja/siswa untuk menonton film porno secara berulang - ulang. Hal ini berdampak pada sulitnya berkonsetrasi dalam belajar, akibatnya hasil belajar siswa rendah. penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana dampak pornografi terhadap perilaku seksual remaja/siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pornografi sangat berdampak terhadap perilaku seksual siswa, dalam hal ini guru pembimbing belum optimal (rendah) dalam mengupayakan pencegahan agar siswa tidak mengakses pornografi. Abstract Easily access movies / videos porno allows teens / students freely watch, causing a tendency for teens / students to watch porn movies over and over - again. This leads to difficulty concentrating in learning, resulting in lower student learning outcomes. This study aims to reveal how the effects of pornography on adolescent sexual behavior / student. This study used a descriptive approach. The results showed that the impact of pornography on sexual behavior so students, in this case the tutor is not optimal (low) in the prevention efforts so that students are not accessing pornography. Kata kunci : dampak pornografi; perilaku siswa ; upaya guru pembimbing PENDAHULUAN Kehidupan sebagai remaja merupakan salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia. Banyak terjadi perubahan baik dari segi fisik maupun psikis. Menurut Elida Prayitno (2006: 49) perubahan yang terjadi pada awal masa remaja meliputi perubahan sistem pencernaan, perubahan sistem syaraf, perubahan sistem pernafasan, dan perubahan organ seks. Dalam masa perubahan organ seksual, baik primer maupun sekunder itu, sebagian remaja mengalami kesulitan seperti merasa sakit saat haid, perasaan sedih dan kecewa karena tidak percaya diri dengan perubahan tubuh. Kurangnya pendidikan seksual terhadap remaja akan menimbulkan penyimpangan tingkah laku seksual pada remaja. Menurut Sarlito W. Sarwono (2008: 143), secara umum pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, 1 Mulya Haryani R 1, Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang 2 Mudjiran 2,Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang 3 Yarmis Syukur 3, Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang. 1
  • 2. tingkah laku seksual, hubungan seksual dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan, dan kemasyarakatan. Menurut Sudarsono, ( 1990: 7) pemahaman dan pengetahuan remaja akan masalah seksual pada dasarnya telah tumbuh dalam kehidupan dilingkungan keluarga. Namun seringkali karena remaja masih malu membicarakan seks kepada orang tuanya, remaja sering mencari informasi dari media ataupun dari orang lain. Lebih jauh lagi, berbagai informasi, pengertian-pengertian, serta konsep-konsep pengetahuan tentang seks dapat diperoleh melalui media masa (televisi, video, radio, dan film) yang semuanya tidak bisa dipisahkan dari kehidupan para remaja sekarang. Apabila orang tua jarang mengawasi anak-anak remajanya, kurang memberi dukungan, dan menerapkan pola disiplin secara tidak efektif, maka akan menyebabkan terjadinya penyimpangan tingkah laku pada remaja. Perkembangan teknologi memiliki andil terhadap terjadinya perilaku menyimpang remaja atau kenakalan remaja. Hal ini sesuai dengan penjelasan Jensen (dalam Sarlito W . Sarwono , 2008) yang mendasari asal mula kenakalan remaja yang digolongkan kedalam teori sosiogenik yaitu teori-teori yang mencoba mencari sumber penyebab kenakalan remaja pada faktor lingkungan keluarga dan juga masyarakat. Dalam kaitan ini masyarakat Indonesia telah mulai merasakan keresahan tersebut terutama mereka yang berdomisili di kota-kota besar, masalah tersebut cendrung menjadi masalah nasional yang semakin sulit dihindari, ditanggulangi, dan diperbaiki kembali (Sudarsono, 1990: 5). Menurut RP Borrong (2007: 7) film porno dapat mempengaruhi sikap dan perilaku remaja/siswa dimana sikap dan perilaku tersebut dapat terjadi apabila terdapat dorongan dalam diri remaja untuk menyaksikan tayangan dan mengimitasi hal-hal yang terdapat dalam film porno. Sebenarnya film merupakan hiburan yang murah dan praktis. Akan tetapi dengan semakin banyaknya film porno, seperti kecendrungan remaja/siswa menonton film porno akan mengakibatkan siswa sulit berkonsetrasi dalam belajar, sehingga hasil belajarnya rendah. Kemajuan teknologi dewasa ini memudahkan siswa untuk memperoleh informasi dari media massa. Informasi seperti ini cenderung menjerumuskan remaja/siswa pada permasalahan seksual dan tingkah laku seksual yang tidak bertanggung jawab. Hal ini bisa menyebabkan pemahaman yang keliru tentang pendidikan seks, sehingga siswa bisa terjebak dalam perilaku seksual yang menyimpang. Sebagaimana dipaparkan Elizabeth B Hurlock (1997: 212), informasi tentang seks coba dipenuhi remaja dengan cara membahas bersama teman-teman, membaca buku-buku tentang seks atau mengadakan percobaan dengan jalan masturbasi, onani, bercumbu atau berhubungan seksual. 2
  • 3. Upaya yang dilakukan oleh guru pembimbing di sekolah dalam memberikan pemahaman kepada siswa akan pengaruh video porno terhadap perilaku seksual menyimpang, yaitu memberikan berbagai layanan, seperti layanan informasi, layanan bimbingan kelompok, dan konseling kelompok (Prayitno,2004: 2). Dalam menyelenggarakan layanan-layanan tersebut, guru pembimbing memberikan materi terkait dengan masalah seksual, video porno, dan juga materi tentang bagaimana menghindari terjadinya perilaku seksual. Metodologi Penelitian ini bersifat deskriptif. Data penelitian ini berasal dari siswa kelas X dan XI SMAN 7 Padang. Jumlah sampel penelitian adalah 87 orang siswa kelas X 44 orang dan siswa kelas XI 43 orang. Prosedur yang ditempuh dalam pengumpulan data adalah dengan mengadministrasikan angket penelitian kepada sampel penelitian. Data akan dianalisis dengan menggunakan Rumus persentase. HASIL 1. Hasil penelitian tentang dampak pornografi terhadap siswa Untuk melihat dampak pornografi terhadap siswa secara keseluruhan dapat dilihat melalui tabel 1 sebagai berikut : Tabel 1. Hasil pengolahan data tentang dampak pornografi terhadap siswa NO SUB VARIABEL KLASIFIKASI ST T R SR F % F % F % F % 1 Intensitas menonton dan membaca pornografi 18 25,29 29 45,98 32 36,78 8 5,75 2 Perilaku Seksual Menyimpang Terhadap Diri Sendiri 15 17,24 40 47,13 25 13,79 7 6,90 3 perilaku Seksual Menyimpang Terhadap Orang Lain 29 33,33 33 37,93 18 20,69 7 8,05 Total 62 23,75 102 39,08 75 28,74 22 8,43 Berdasarkan tabel 1 di atas dapat disimpulkan bahwa intensitas menonton dan membaca siswa berada pada kategori tinggi dengan persentase 45,98%, sedangkan perilaku 3
  • 4. seksual menyimpang terhadap diri sendiri juga berada pada kategori tinggi dengan persentase 47,13% dan perilaku seksual menyimpang terhadap orang lain tetap berada pada kategori tinggi dengan persentase 37,93%. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa klasifikasi dampak pornografi terhadap siswa berada pada kategori ”tinggi” dengan persentase 39,08% sedangkan lainnya berada pada kategori “sangat rendah” dengan persentase 8,43%. 2. Hasil penelitian upaya guru pembimbing dalam mengatasi dampak pornografi terhadap siswa. Setelah data diperoleh, kemudian diolah sehingga diperoleh hasil penelitian. Hasil memberikan gambaran upaya guru pembimbing untuk mengatasi dampak pornografi terhadap siswa sebagai berikut : Tabel 2. Hasil pengolahan data tentang upaya guru pembimbing untuk mengatasi dampak pornografi terhadap siswa NO SUB VARIABEL Alternatif Jawaban SL SR JR TP F % F % F % F % 1 Pencegahan sebelum terjadi 0 0 4 57,14 2 28,57 1 14,29 2 Pengentasan saat terjadi 1 14,29 4 57,14 2 28,57 0 0 3 Pemeliharaan setelah terjadi 2 28,57 0 0 5 71,43 0 0 Total 3 14,29 8 38,1 9 42,86 1 4,76 Berdasarkan tabel 2 di atas dapat di simpulkan bahwa 57,14% guru pembimbing sering mengupayakan pencegahan sebelum terjadi dampak pornografi terhadap siswa dan 57,14% guru pembimbing sering mengupayakan pengentasan saat terjadi dampak pornografi terhadap siswa, kemudian 71,43% guru pembimbing jarang mengupayakan pemeliharaan setelah terjadi dampak pornografi terhadap siswa. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa upaya guru pembimbing dalam mengatasi dampak pornografi terhadap siswa berada pada kategori “jarang” dengan persentase 42,86% sedangkan lainnya berada pada kategori “tidak pernah” dengan persentase 4,76%. 4
  • 5. PEMBAHASAN 1. Dampak pornografi terhadap siswa a. Intensitas menonton dan membaca pornografi. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa intensitas menonton dan membaca pornografi bagi siswa tergolong “tinggi”. Temuan ini didukung oleh pendapat Sarlito W Sarwono (2008: 165) menyatakan bahwa anak yang beranjak remaja cenderung melakukan aktifitas-aktifitas seksual yang prasenggama seperti melihat buku atau film cabul, berciuman, berpacaran dan sebagainya. Dari uraian di atas dapat diartikan bahwa anak yang beranjak remaja cendrung melakukan aktifitas seksual, dalam ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu lain yang terkait, remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik dimana alat- alat kelamin manusia mencapai kematangannya. Secara anatomis berarti alat-alat kelamin khsusnya dan keadaan tubuh pada umumnya memperoleh bentuknya yang sempurna dan alat-alat kelamin tersebut sudah berfungsi secara sempurna pula. Saat mencapai tingkat kematangannya remaja tidak mendapatkan pendidikkan seks secara baik, maka akan menimbulkan perilaku seksual yang menyimpang. Seperti menonton dan membaca bacaan yang bersifat pornografi. b. Perilaku seksual menyimpang terhadap diri sendiri. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa perilaku menyimpang terhadap diri sendiri berada pada kategori “tinggi”. Temuan ini didukung oleh pendapat Donald, dkk (2004), pornografi dapat mengakibatkan perilaku negatif seperti berikut ini: a) Mendorong remaja untuk meniru melakukan tindakan seksual Kemampuan remaja menyaring informasi masih rendah. Para ahli di bidang kejahatan seksual terhadap remaja juga menyatakan bahwa aktifitas seksual pada remaja yang belum dewasa selalu dipicu oleh 2 (dua) kemungkinan yaitu pengalaman atau melihat. pornografi atau aktivitas porno baik dari internet, HP, VCD, komik atau media lainnya. Maka mereka akan terdorong untuk meniru melakukan tindakan seksual terhadap anak lain ataupun siapapun obyek yang bisa mereka jangkau. b) Membentuk sikap, nilai dan perilaku yang negative. 5
  • 6. Remaja yang terbiasa mengkonsumsi materi pornografi yang menggambarkan beragam adegan seksual, dapat terganggu proses pendidikan seksnya. Hal itu dapat diketahui dari cara mereka memandang wanita, kejahatan seksual, hubungan seksual, dan seks pada umumnya. Remaja tersebut akan berkembang menjadi pribadi yang merendahkan wanita secara seksual, memandang seks bebas sebagai perilaku normal dan alami, permisif terhadap perkosaan, bahkan cenderung mengidap berbagai penyimpangan seksual. c) Menyebabkan sulit konsentrasi belajar hingga terganggu jati dirinya Pada remaja yang memiliki IQ tinggi, pornografi bisa mengakibatkan mereka kesulitan membangkitkan konsentrasinya untuk belajar dan beraktivitas, hari-harinya didominasi oleh kegelisahan dan sedikit sekali produktivitasnya. Sedangkan remaja yang ber-IQ rendah, pengaruhnya bisa lebih ekstrim lagi, mereka tidak berdaya lagi untuk berkonsentrasi, hari- harinya total dikuasai kegelisahan. Pornografi yang ditonton remaja merupakan sensasi seksual yang diterima sebelum waktunya, sehingga yang terjadi adalah mengendapnya kesan mendalam di bawah otak sadar yang bisa membuat mereka sulit konsentrasi, tidak fokus, malas belajar, tidak bergairah melakukan aktivitas yang semestinya, hingga mengalami shock dan disorientasi (kehilangan pandangan) terhadap jati diri mereka sendiri bahwa sebenarnya mereka masih remaja. d) Tertutup, minder dan tidak percaya diri Remaja pecandu pornografi yang mendapat dukungan teman-temannya sesama penggemar pornografi, akan terdorong menjadi pribadi yang permisif (memandang maklum) terhadap seks bebas dan mereka melakukan praktek seks bebas di luar pantauan orang tua. Sedangkan remaja pecandu pornografi yang dikelilingi oleh teman-teman yang terbimbing dan bebas dari pornografi, akan cenderung merasa minder dan tidak percaya diri. Karena kebiasaannya ini, remaja merasa sebagai pribadi yang aneh dan berbeda perilakunya, dan seiring bertambahnya pengetahuan keagamaannya ia akan merasa paling berdosa. 6
  • 7. c. Perilaku seksual menyimpang pada orang lain Dari hasil penelitian diperoleh bahwa perilaku menyimpang pada orang lain berada pada kategori “tinggi” dilakukan oleh siswa. Temuan ini didukung oleh pendapat Donald, dkk (2004), dampak pornografi terhadap orang lain sebagai berikut : a) Tindakan kriminal atau kejahatan, tindakan ini umumnya dilihat bertentangan dengan norma hukum, norma sosial, dan norma agama yang berlaku di masyarkat. b) Penyimpangan seksual adalah perilaku yang tidak lazim di lakukan. Beberapa jenis penyimpangan seksual antara lain, lesbianisme, dan homoseksual, sodomi, sadisme, dan pedophilia. 2. Upaya guru pembimbing dalam mengatasi dampak pornografi Dari hasil penelitian diperoleh bahwa upaya guru pembimbing dalam mengatasi dampak pornografi terhadap siswa belum optimal (rendah). Hal ini sesuai dengan pendapat Idianto Muin (2006:170) yang menyatakan bahwa pengendalian sosial bersifat preventif adalah semua bentuk pencegahan terhadap terjadinya gangguan-ganguan pada keserasian antara kepastian dengan keadilan. Tindakan preventif mencegah kemungkinan terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Pengendalian sosial secara represif adalah pengendalian sosial yang bertujuan untuk mengembalikan keserasian yang pernah terganggu karena terjadinya suatu pelanggaran. Pengendalian sosial secara represif dilakukan dengan cara menjatuhkan sanksi sesuai dengan besar kecilnya pelanggaran yang dilakukan. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pengolahan data dapat diketahui bahwa dampak pornografi terhadap siswa berada pada kategori tinggi, jenis penyimpangan perilaku siswa berada pada kategori tinggi. Upaya guru pembimbing dalam mengatasi dampak pornografi berada pada kategori “rendah”, pencegahan sebelum terjadi berada pada kategori “tinggi”, pengentasan saat terjadi berada pada kategori “tinggi”, dan pemeliharaan setelah terjadi berada pada kategori ” rendah”. 7
  • 8. Sesuai dengan hasil yang ditemukan di atas, siswa diharapkan agar dapat menghindari hal yang bersifat pornografi, pornografi sangat berdampak negatif terhadap perilaku seksual siswa, seperti berdampak terhadap perkembangan dan cara berfikirnya. Siswa harus mengisi waktu luangnya dengan kegiatan yang positif seperti mengikuti kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah. Siswa diharapkan agar lebih memahami lagi tugas perkembangan remaja tentang bagai mana cara menguasai kemampuan melaksanakan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin, agar siswa tidak melakukan hal yang melanggar aturan dalam hubungan sosial dengan lawan jenisnya. Oleh karna itu, siswa harus terbuka untuk mengemukakan masalah kepada guru di sekolah dan orang tua di rumah, sehingga ketika siswa mengalami masalah dapat diselesaikan segera dengan adanya bantuan dari guru di sekolah dan orang tua di rumah. Guru pembimbing diharapkan lebih giat lagi dalam mengupayakan pencegahan dampak pornografi terhadap siswa dengan memberikan layanan informasi kepada siswa dengan menggunakan pamflet/gambar-gambar tentang bahaya pornografi, agar tidak ada lagi siswa yang terjebak dengan hal-hal yang bersifat pornografi. DAFTAR RUJUKAN Donald, dkk. 2004. .Dampak negatif kecanduan pornografi. Diunduh di (http://aliefqu.wordpress.com/2012/01/16inilahdampaknegatif kecanduanpografi) Diakses tanggal 2/5/2012 Harlock, E.B .1997. Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan ) Alih Bahasa Istiwidayati dan Soedjarwo. Jakarta : Erlangga Muin Idianto. 2006. Sosiologi SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga Prayitno. 2004. Layanan L1-L9. Padang : BK FIB UNP Prayitno Elida. 2006. Psikologi Perkembangan Remaja. Padang : Universitas Negeri Padang. RP Borrong.2007. Pornografi. Diunduh di (http://www.suara pembaruan daily.com) Diakses tanggal 12/11/2011 Sarwono W. Sarlito .2008. Psikologi Remaja. Jakarta : Raja Grafindo Persada Sudarsono. 1990 . Kenakalan Remaja . Jakarta : Rineka Cipta 8