SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
Prosedur
Pengukuran
Dosen Pengampu : Dr. Hasruddin, M.Pd
Di Susun Oleh Kelompok 4
Rahmadina Dalimunthe
Hayatul Husna
Siti Munawwarah Huda
Selaras dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan kompetensi guru, penanganan hal-hal yang
berkaitan siswa at-risk merupakan hal yang penting. Di SD siswa at-risk (berisiko) membutuhkan guru-
guru yang terampil dan paham dengan kondisi yang mereka alami, bila tidak, anak-anak ini akan
mengalami gangguan dalam perkembangan selanjutnya. Siswa SD yang sedang dalam tumbuh
kembang memerlukan bantuan orang dewasa. Guru sebagai orang dewasa di sekolah seharusnya bisa
membantu menangani masalah siswa agar perkembangannya kembali berjalan normal.
Namun faktanya masih juga ditemukan banyak problem siswa yang belum bisa diatasi sendiri oleh guru
karena berbagai sebab, antara lain belum mampu mengidentifikasi problem siswa dengan tepat, belum
terampil bagaimana membangun program pembelajaran yang spesifik sebagai treatment permasalahan
siswa, serta masih belum terampil bagaimana melakukan pengukuran yang tepat untuk mengetahui
perkembangan siswa?
Case Method
Adisna N. P., dkk,
2022
S. F. Sihotang dan
R. Ramadhani,
2021
Susandi,
2021
Pengukuran
adalah penentuan
besaran, dimensi,
atau kapasitas,
biasanya
terhadap suatu
standar atau
satuan
pengukuran.
Measurement Model
atau model
pengukuran ditujukan
untuk
mengkonfirmasi
sebuah dimensi atau
faktor berdasarkan
indikator–
indikator empirisnya,
Pengukuran
(measurement)
adalah proses
pemberian angka
atau usaha
memperoleh
deskripsi numerik dari
suatu tingkatan
dimana seorang
peserta didik telah
mencapai
karakteristik tertentu.
Di kutip dari jurnal :
Pembahasan : Definisi, Prinsip Umum, Fungsi,
Kegunaan Pengukuran (Measurement)
Prosedur Pengukuran (Measurement)
Keunggulan & Kelemahan
Definisi Pengukuran
Pengukuran (measurement) adalah suatu proses untuk menentukan
kuantitas daripada sesuatu. Sesuatu itu bisa berarti peserta didik, starategi
pembelajaran, sarana prasana sekolah dan sebagainya. Untuk melakukan
pengukuran tentu dibutuhkan alat ukur. Dalam bidang pendidikan, psikologi,
maupun variabel-variabel sosial lainnya, kegiatan pengukuran biasanya
menggunakan tes sebagai alat ukur. Pengukuran dalam arti luas luas, yakni
dengan menggunakan observasi skala rating atau alat lain yang membuat
kita dapat memperoleh informasi dalam bentuk kuantitas. Juga berarti
pengukuran dengan berdasarkan pada skor yang diperoleh.
Mengukur berarti menetapkan dimensi atau taraf sesuatu yang dinyatakan
dalam bentuk bilangan (Surachmad, 1985: 79).
Definisi Pengukuran,menurut para ahli :
Pengukuran (measurement) adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan
informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Pengukuran memiliki dua karakteristik utama yaitu:
(1) Penggunaan angka atau skala tertentu (2) Menurut suatu aturan atau formula tertentu
Cangelosi (1995)
Pengukuran adalah penetapan angka bagi individu dengan cara sistematis yang
mencerminkan sifat atau karakteristik dari individu tersebut.
Allen dan Yen (1979)
Pengukuran adalah kegiatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran, diperlukan untuk menentukan fakta
kuantitatif yang disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan objek yang akan diukur.
Ratnawulan (2006)
Prinsip – Prinsip Umum Pengukuran
Harus jelas/ ditentukan apa yang akan diukur
Teknik pengukuran harus dipilih berdasarkan kegunaan pengukuran tersebut
Pengukuran yang komprehensif memerlukan adanya sistem gabungan berbagai teknik pengukuran
Masing-masing teknik pengukuran mempunyai keterbatasan/ kekuatannya sendiri
Fungsi & Kegunaan Pengukuran
Kegunaan
Fungsi
Membantu dosen/ Guru dalam
mengambil keputusan
1
Meningkatkan motivasi mahasiswa atau
siswa
2
Meningkatkan retensi dan transfer of
learning pada mahasiswa atau siswa
3
Mendeskripsikan gejala sosial/psikologis
1
Memperoleh data yang dapat dipakai
untuk manipulasi statistik
2
Memungkinkan pengujian hipotesis/tesis
3
4
Menetukan ranking mahasiswa atau
siswa
5
Melihat mana tugas yang sudah atau
belum dikuasai mahasiswa
4
Memungkinkan peneliti membedakan
objek-objek penelitian berdasarkan
tingkah laku masing-masing
Pengukuran Pendidikan
Terdiri Dari Beberapa
Bidang Ilmu :
Kognitif
Afektif
Psikomotorik
diukur melalui paper and pencil (uji test). Contohnya : Mengukur pengetahuan
siswa tentang ketrampilan yang akan dilaksanakan (diteliti).
diukur melalui kuisioner, wawancara, bisa juga melalui suatu pengamatan.
Contoh : mengukur kebersihan, kesetiaan.
Afektif mencakup ketelitian, kebersihan, dan tepat waktu. Beberapa contoh
variabel afektif yang tidak dapat dilihat. Misal: minat (afektif), cinta (afektif),
motivasi (afektif)
diukur melalaui perbuatan dan pengamatan yaitu observasi.
Bagian pertama terdiri dari konstruksi, uji test, dan kuisioner. Bagian
kedua adalah dilakukannya penyelenggaraan uji test dan pengisian
kuisioner oleh responden. Dan bagian ketiga terdiri dari pensekoran dan
penganalisisan butir dari uji tes dan kuisioner.
Berdasarkan perspektif uji test dan
kuisioner dapat dianggap menjadi 3
bagian kegiatan :
Pen-skor-an terdapat di dalam pengkuran pendidikan, digunakan dalam mengukur kemampuan,
keberhasilan belajar, sikap, minat, atau ciri terpendam lainnya yang dimiliki oleh para peserta pengukuran
tersebut. Karena sifat pengukuran ini terpendam yang tidak kelihatan yang dimiliki oleh peserta maka kita perlu
memberikan sejumlah stimulus baik dalam uji test, atau dalam bentuk kuisioner. Bila stimulus itu mengenai
sasaran maka akan terlihan kemampuan keberhasilan belajar, sikap, minat, atau ciri-ciri lain yang dimiliki para
peserta itu yang kita dapat ukur. Respon yang kelihatan itu dapat kita tafsirkan dengan memberikan nilai yang
sesuai.
4 Jenis Ukuran
Ukuran yang paling
teliti karena memiliki
4 ciri, yaitu
klasifikasi, jenjang,
memiliki 1 ukuran
berjarak sama, dan
memiliki titik nol (titik
nol bersifat mutlak).
Contoh : ukuran lain
yang telah memiliki
alat ukur yang
standard dapat
menunjukkan titik nol
pasti.
Ukuran Ratio
04
Memiliki 3 ciri yaitu
klasifikasi, jenjang,
dan memilliki 1
ukuran berjarak
sama. Hasil
pengukuran dalam
ilmu-ilmu sosial pada
umumnya hanya
sampai pada tingkat
interval. Contoh :
test IQ, Test hasil
belajar hanya dapat
menghasilkan
variabel dengan
ukuran interval.
Ukuran Interval
03
Hasil pengukuran
nominal hanya
menentukan adanya
klasifikasi atau
kategori.
Contoh :
Pengukuran
terhadap jenis
kelamin, jenis
pekerjaan, agama,
tempat lahir, dan
jenis media yang
sering digunakan.
Ukuran Nominal
01
Pada ukuran ordinal, nilai
nilai variabel telah
menunjukkan adanya
jenjang. Contoh :
Tingkat pendidikan
masyarakat SD, SLTP, dan
PT. dalam hal ini, antara
satu klasifikasi dengan
klasifikasi yang lain,
terdapat adanya jenjang.
Jadi pada ukuran ordinal
terdapat 2 ciri yaitu
klasifikasi dan adanya
jenjang.
Ukuran Ordinal
02
Prosedur Pengukuran
Pendidikan memiliki tujuan utama agar peserta didik mampu mengembangkan potensi yang dimiliki dalam
berbagai bidang terutama pada spiritual, kepribadian, kecerdasan, serta keterampilan. Pelaksanaan pendidikan
secara formal utamanya diwujudkan dengan adanya pembelajaran pada sekolah ataupun institusi pendidikan
lainnya.Agar dapat mengetahui tujuan dari pendidikan dan pada khususnya pembelajaran sudah dicapai atau
belum, maka dalam prosesnya perlu dilakukan evaluasi atau adanya proses penilaian terhadap apa yang telah
dilakukan. Pencapaian tujuan tidak bisa hanya dengan dikira-kira saja, perlu adanya evaluasi dengan
menggunakan metode serta alat ukur yang valid dan reliabel sesuai dengan aspek-aspek pembelajaran yang
telah dilakukan. Ini dimaksudkan agar hasil dari evaluasi dan pengambilan keputusan benar-benar dapat
dipertanggung jawabkan.
Dalam evaluasi perlu adanya pengukuran. Dari pengukuran ini dapat diperoleh sebuah hasil ukur yang dapat
dianalisis sehingga mampu diambil kesimpulan apakah tujuan dapat dicapai atau belum, apakah pembelajaran
yang dilakukan sudah berhasil atau belum.
3 Langkah Pelaksanaan Pengukuran
Mengidentifikasi
dan merumuskan
atribut atau kualitas
yang akan diukur
01
02
03
Menentukan
seperangkat
operasi yang dapat
digunakan untuk
mengukur atribut
tersebut
Menetapkan seperangkat
prosedur atau definisi untuk
menerjemahkan hasil
pengukuran ke dalam
pernyataan atau data
kuantitatif. Bagaimanapun
juga dalam pengukuran,
penguantitatifan informasi
adalah penting untuk
membuat ketetapan hati atau
kebulatan tekad atau
membedakan suatu atribut
sehingga kesimpulan yang
diambil tidak subjektif
Contoh – Contoh Pengukuran
Kelebihan & Kekurangan
Pengukuran
Pengukur dapat salah
menginterpretasikan peraturan,
sehingga menjadi bias, atau dapat
mengaplikasikan atau membaca
instrumen secara tidak benar.
Pengaturan di mana operasi
dilakukan pengukuran dapat
mempengaruhi hasil, contohnya
kondisi cuaca saat dilakukan
pengukuran.
banyak operasi yang memerlukan
penggunaan instrument fisik,
seperti halnya thermometer atau
barometer, yang mempunyai
kelemahan-kelemahan. Terdapat
potensi kesalahan sekalipun
apabila instrumen bukan peralatan
yang berbentuk fisik, misalnya,
bagan, grafik, tabel jumlah.
Dibutuhkan waktu lebih lama utk
memperoleh data waktu yg banyak
tujuannya: hasil pengukuran yg
teliti dan akurat.
Kekurangan
Kelebihan
Praktis, dapat dilakukan dimanapun
Akurasi dan kepastian dari
pengukuran.
Biaya lebih murah (efisien)
Wawancara dengan salah satu guru SD
N : Berbicara mengenai permasalahan yang ada pada siswa, diantaranya yaitu permasalahan
dalam bidang akademik dan perilaku. Apakah Bapak menganggap bahwa siswa tersebut
bodoh, nakal, atau kurang pandai ?
D : tergantung dari track-record siswa tersebut baik di lingkungan rumah maupun sekolah.
N : Menurut bapak, permasalahan-permasalahan apa saja yang siswa alami ?
D : ada anak yang mengalami gangguan perhatian, hambatan belajar karena obat-obatan, anak
dengan kesalahan diagnosis, anak dengan gangguan pendengaran dan bicara, anak dengan
masalah membaca dan menulis, serta anak dengan masalah penolakan dan pembiaran dari
orang tua.
N : Sebagai seorang guru, apa solusi yang terbaik menurut bapak terhadap permasalahan yang ada
pada siswa ini ?
D : semua permasalahan perlu dicarikan jalan keluarnya oleh pihak sekolah. Dalam kondisi
semacam ini, mengharapkan siswa yang berubah sendiri adalah hal sulit dicapai, mengingat
usia anak masih membutuhkan bantuan orang dewasa untuk tumbuh kembang. Untuk itu,
bagaimana sekolah menemukan solusi untuk mengatasi permasalahan akademik dan non-
akademik siswanya menjadi penting sekali.
Mini Riset
Curriculum based measurement diperlukan sekali di sekolah-sekolah untuk membantu siswa yang
berisiko atau mungkin sudah berisiko mengalami kegagalan dan tinggal kelas karena ketidakmampuan
mencerna materi ajar atau karena metode yang digunakan guru kurang sesuai dengan kondisi siswa.
Ketidakmampuan ini bukanlah menunjukkan selalu bahwa siswa tidak bisa menempuh pendidikannya di
jenjang sekolah tersebut, tetapi lebih pada adanya kesenjangan antara kemampuan awal siswa dan
wujud pembelajaran yang diberikan. bisa juga disebabkan karena adanya ketidaksesuaian antara
kebutuhan siswa dan program yang dibangun oleh sekolah untuk siswa (Ardoin, Christ, Morena,
Cormier, & Klingbeil, 2013; Iris Center, 2018).
Curriculum based measurement (CBM) merupakan asesmen kelas yang dilakukan guru secara
berulang dan item-itemnya disusun dari kurikulum siswa untuk mengevaluasi di mana level
pembelajaran individual siswa. Level pembelajaran digunakan oleh guru dalam membangun
perencanaan pembelajaran yang tepat. Keberhasilan program pebelajaran yang dibangun berdasarkan
CBM terus dimonitor untuk melihat ketepatan program, kemajuan siswa, dan kemungkinan modifikasi
program. Dengan demikian, semua siswa at-risk dengan CBM akan dimampukan dalam pembelajaran
dan akan berprestasi.
Rekayasa Ide
Misalnya, bila ada siswa kelas IV diketahui berdasarkan pembicaraan dengan guru bahwa siswa
tersebut belum bisa membaca, sementara umumnya semua siswa lain sudah bisa membaca semua
paling lambat di kelas II, maka untuk menentukan level pembelajaran membaca siswa tersebut, probes
akan dibuat dengan sampel-sampel item yang berangkat dari materi bacaan kelas 1 sampai kelas 4.
Item-item berisi antara lain: membaca afabet, mengurutkan alfabet, membaca suku kata dengan
beragam pola, membaca kata yang dibangun dari beragam pola suku kata, dan membaca kalimat
sederhana dengan pola tiga sampai lima kata. Untuk probes-nya dibuat dengan rentangan waktu
sampai lima menit. Dengan probes akan terlihat sejauh mana level kemampuan membaca siswa kelas
IV tersebut apakah berada pada level kelas 2, kelas 3, atau bahkan level kelas 1.
CBM dengan repeated assessment (pengukuran berulang) merupakan cara untuk mendapatkan balikan
yang berkelanjutan untuk memodifikasi pembelajaran dan untuk melihat bagaimana proses kemajuan
belajar siswa dari setiap sesi atau tahap pembelajaran (Christ et al., 2013; IrisCenter, 2018; Seth Aldrich
& Wright, 2001).
Pengukuran yang berulang memberi gambaran di sesi ke berapa kemajuan siswa mencapai tujuan
yang ditetapkan, dan juga menginformasikan setelah sesi ke berapa modifikasi harus dilakukan atau
intervensi harus dihentikan misalnya. Semua fungsi pengukuran berulang menyediakan informasi
langsung akan kemajuan siswa dan pembelajaran itu sendiri.
Referensi
Adisna N. P., dkk. 2022. Urgensi Evaluasi Pembelajaran di Kelas . Jurnal Inovasi dan Riset
Akademik. 3(2): 2745-7036.
S. F. Sihotang dan R. Ramadhani, 2021. ANALISIS KEMAMPUAN PENGGUNAAN
TEKNOLOGI INFORMASI MAHASISWA DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKADI ERA PANDEMI COVID-19. Jurnal Ilmiah Matematika dan
Terapan. 18(1): 47-61.
Ari Susandi. 2021. Analisis Assesmen dan Evaluasi Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Assessment Analysis and Learning Evaluation IPA in Basic School. Universitas
Negeri Surabaya. Jurnal Prosiding : Seminar Nasional Biologi, IPA, dan
Pembelajarannya.
Surachmad, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik, Bandung: Edisi Tujuh,
Tarsito, 1980.
Cangelosi James S. 1995. Merancang Tes Untuk Menilai Prestasi Siswa.Bandung :IT.
Allen, Mary J dan Wendy M. Yen. 1979. “Introduction to Measurement Theory”. Monterey, CA:
Brooks/Cole Publishing Company.
Ratnawulan, E dan Rusdiana (2015). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Pustaka Setia.
Ardoin, S. P., Christ, T. J., Morena, L. S., Cormier, D. C., & Klingbeil, D. A. (2013). A systematic
review and summarization of the recommendations and research surrounding
Curriculum- Based Measurement of oral reading fluency (CBM-R) decision rules.
Journal of School Psychology, 51(1), 1–18.
https://doi.org/10.1016/j.jsp.2012.09.004.
Christ, T. J., Zopluoglu, C., Monaghen, B. D., & Van Norman, E. R. (2013). Curriculum-Based
Measurement of Oral Reading: Multi-study evaluation of schedule, duration, and
dataset quality on progress monitoring outcomes. Journal of School Psychology,
51(1), 19–57. https://doi.org/10.1016/j.jsp.2012.11.0
TERIMA KASIH

More Related Content

Similar to PROSEDUR PENGUKURAN (KELOMPOK 4).pptx

1. PENGERTIAN EVALUASI.pptx
1. PENGERTIAN EVALUASI.pptx1. PENGERTIAN EVALUASI.pptx
1. PENGERTIAN EVALUASI.pptx
Heppy6
 
3.vina serevina wawan gunawan
3.vina serevina wawan gunawan3.vina serevina wawan gunawan
3.vina serevina wawan gunawan
vinaserevina
 
Penilaian pembelajaran matematika
Penilaian pembelajaran matematikaPenilaian pembelajaran matematika
Penilaian pembelajaran matematika
Hendra Ariyudha
 
Daring modul 6 pedagogik kegiatan belajar 1
Daring modul 6 pedagogik kegiatan belajar 1Daring modul 6 pedagogik kegiatan belajar 1
Daring modul 6 pedagogik kegiatan belajar 1
Martunis Hasan
 
Daring modul 6 pedagogik kegiatan belajar 1
Daring modul 6 pedagogik kegiatan belajar 1Daring modul 6 pedagogik kegiatan belajar 1
Daring modul 6 pedagogik kegiatan belajar 1
LinaFitriany
 

Similar to PROSEDUR PENGUKURAN (KELOMPOK 4).pptx (20)

1. PENGERTIAN EVALUASI.pptx
1. PENGERTIAN EVALUASI.pptx1. PENGERTIAN EVALUASI.pptx
1. PENGERTIAN EVALUASI.pptx
 
3.vina serevina wawan gunawan
3.vina serevina wawan gunawan3.vina serevina wawan gunawan
3.vina serevina wawan gunawan
 
Prinsipdanbentuk penilaian pembmat-sek
Prinsipdanbentuk penilaian pembmat-sekPrinsipdanbentuk penilaian pembmat-sek
Prinsipdanbentuk penilaian pembmat-sek
 
Pengenalan penilaian
Pengenalan penilaianPengenalan penilaian
Pengenalan penilaian
 
Penilaian pembelajaran matematika
Penilaian pembelajaran matematikaPenilaian pembelajaran matematika
Penilaian pembelajaran matematika
 
Evaluasi
EvaluasiEvaluasi
Evaluasi
 
Permendikbud no 81 a 2014
Permendikbud no 81 a 2014Permendikbud no 81 a 2014
Permendikbud no 81 a 2014
 
Model Evaluasi Kualitatif dan Kuantitatif
Model Evaluasi Kualitatif dan KuantitatifModel Evaluasi Kualitatif dan Kuantitatif
Model Evaluasi Kualitatif dan Kuantitatif
 
konsep-dasar-evaluasi-pembelajaran.ppt
konsep-dasar-evaluasi-pembelajaran.pptkonsep-dasar-evaluasi-pembelajaran.ppt
konsep-dasar-evaluasi-pembelajaran.ppt
 
Evaluasi_Pembelajaran[1] smstr 5.pptx
Evaluasi_Pembelajaran[1] smstr 5.pptxEvaluasi_Pembelajaran[1] smstr 5.pptx
Evaluasi_Pembelajaran[1] smstr 5.pptx
 
PPT YULIANA NDRURU.pptx
PPT YULIANA NDRURU.pptxPPT YULIANA NDRURU.pptx
PPT YULIANA NDRURU.pptx
 
Makalah Tes dan Nontes
Makalah Tes dan NontesMakalah Tes dan Nontes
Makalah Tes dan Nontes
 
Evaluasi
EvaluasiEvaluasi
Evaluasi
 
evalusi pendidikan.pptx
evalusi pendidikan.pptxevalusi pendidikan.pptx
evalusi pendidikan.pptx
 
EVALUASI_PENDIDIKAN_KUALITATIF_dan_EVALU.docx
EVALUASI_PENDIDIKAN_KUALITATIF_dan_EVALU.docxEVALUASI_PENDIDIKAN_KUALITATIF_dan_EVALU.docx
EVALUASI_PENDIDIKAN_KUALITATIF_dan_EVALU.docx
 
Makalah Statistika : Skala Pengukuran
Makalah Statistika : Skala PengukuranMakalah Statistika : Skala Pengukuran
Makalah Statistika : Skala Pengukuran
 
Evaluasi Belajar KB 1.pdf
Evaluasi Belajar KB 1.pdfEvaluasi Belajar KB 1.pdf
Evaluasi Belajar KB 1.pdf
 
Pengertian Pengukuran, Penilaian, Tes dan Evaluasi
Pengertian Pengukuran, Penilaian, Tes dan EvaluasiPengertian Pengukuran, Penilaian, Tes dan Evaluasi
Pengertian Pengukuran, Penilaian, Tes dan Evaluasi
 
Daring modul 6 pedagogik kegiatan belajar 1
Daring modul 6 pedagogik kegiatan belajar 1Daring modul 6 pedagogik kegiatan belajar 1
Daring modul 6 pedagogik kegiatan belajar 1
 
Daring modul 6 pedagogik kegiatan belajar 1
Daring modul 6 pedagogik kegiatan belajar 1Daring modul 6 pedagogik kegiatan belajar 1
Daring modul 6 pedagogik kegiatan belajar 1
 

More from NawazzZz

PPT RESUME HMK KONSEP DASAR IPS (FIX).pptx
PPT RESUME HMK KONSEP DASAR IPS (FIX).pptxPPT RESUME HMK KONSEP DASAR IPS (FIX).pptx
PPT RESUME HMK KONSEP DASAR IPS (FIX).pptx
NawazzZz
 
PPT KONSTRUKTIVISME (SITI MUNAWWARAH HUDA).pptx
PPT KONSTRUKTIVISME (SITI MUNAWWARAH HUDA).pptxPPT KONSTRUKTIVISME (SITI MUNAWWARAH HUDA).pptx
PPT KONSTRUKTIVISME (SITI MUNAWWARAH HUDA).pptx
NawazzZz
 
PPT RESUME HMK KONSEP DASAR IPS (FIX).pptx
PPT RESUME HMK KONSEP DASAR IPS (FIX).pptxPPT RESUME HMK KONSEP DASAR IPS (FIX).pptx
PPT RESUME HMK KONSEP DASAR IPS (FIX).pptx
NawazzZz
 

More from NawazzZz (6)

PPT RESUME HMK KONSEP DASAR IPS (FIX).pptx
PPT RESUME HMK KONSEP DASAR IPS (FIX).pptxPPT RESUME HMK KONSEP DASAR IPS (FIX).pptx
PPT RESUME HMK KONSEP DASAR IPS (FIX).pptx
 
K1. PPT OBSERVASI.pptx
K1. PPT OBSERVASI.pptxK1. PPT OBSERVASI.pptx
K1. PPT OBSERVASI.pptx
 
PPT_MATRIKS.pptx
PPT_MATRIKS.pptxPPT_MATRIKS.pptx
PPT_MATRIKS.pptx
 
PPT KONSTRUKTIVISME (SITI MUNAWWARAH HUDA).pptx
PPT KONSTRUKTIVISME (SITI MUNAWWARAH HUDA).pptxPPT KONSTRUKTIVISME (SITI MUNAWWARAH HUDA).pptx
PPT KONSTRUKTIVISME (SITI MUNAWWARAH HUDA).pptx
 
PPT_G2_SITI MUNAWWARAH HUDA_DIKDAS.pptx
PPT_G2_SITI MUNAWWARAH HUDA_DIKDAS.pptxPPT_G2_SITI MUNAWWARAH HUDA_DIKDAS.pptx
PPT_G2_SITI MUNAWWARAH HUDA_DIKDAS.pptx
 
PPT RESUME HMK KONSEP DASAR IPS (FIX).pptx
PPT RESUME HMK KONSEP DASAR IPS (FIX).pptxPPT RESUME HMK KONSEP DASAR IPS (FIX).pptx
PPT RESUME HMK KONSEP DASAR IPS (FIX).pptx
 

Recently uploaded

mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfmengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
saptari3
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
dpp11tya
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
AtiAnggiSupriyati
 

Recently uploaded (20)

Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfmengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 

PROSEDUR PENGUKURAN (KELOMPOK 4).pptx

  • 1. Prosedur Pengukuran Dosen Pengampu : Dr. Hasruddin, M.Pd Di Susun Oleh Kelompok 4 Rahmadina Dalimunthe Hayatul Husna Siti Munawwarah Huda
  • 2. Selaras dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan kompetensi guru, penanganan hal-hal yang berkaitan siswa at-risk merupakan hal yang penting. Di SD siswa at-risk (berisiko) membutuhkan guru- guru yang terampil dan paham dengan kondisi yang mereka alami, bila tidak, anak-anak ini akan mengalami gangguan dalam perkembangan selanjutnya. Siswa SD yang sedang dalam tumbuh kembang memerlukan bantuan orang dewasa. Guru sebagai orang dewasa di sekolah seharusnya bisa membantu menangani masalah siswa agar perkembangannya kembali berjalan normal. Namun faktanya masih juga ditemukan banyak problem siswa yang belum bisa diatasi sendiri oleh guru karena berbagai sebab, antara lain belum mampu mengidentifikasi problem siswa dengan tepat, belum terampil bagaimana membangun program pembelajaran yang spesifik sebagai treatment permasalahan siswa, serta masih belum terampil bagaimana melakukan pengukuran yang tepat untuk mengetahui perkembangan siswa? Case Method
  • 3. Adisna N. P., dkk, 2022 S. F. Sihotang dan R. Ramadhani, 2021 Susandi, 2021 Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Measurement Model atau model pengukuran ditujukan untuk mengkonfirmasi sebuah dimensi atau faktor berdasarkan indikator– indikator empirisnya, Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan dimana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu. Di kutip dari jurnal :
  • 4. Pembahasan : Definisi, Prinsip Umum, Fungsi, Kegunaan Pengukuran (Measurement) Prosedur Pengukuran (Measurement) Keunggulan & Kelemahan
  • 5. Definisi Pengukuran Pengukuran (measurement) adalah suatu proses untuk menentukan kuantitas daripada sesuatu. Sesuatu itu bisa berarti peserta didik, starategi pembelajaran, sarana prasana sekolah dan sebagainya. Untuk melakukan pengukuran tentu dibutuhkan alat ukur. Dalam bidang pendidikan, psikologi, maupun variabel-variabel sosial lainnya, kegiatan pengukuran biasanya menggunakan tes sebagai alat ukur. Pengukuran dalam arti luas luas, yakni dengan menggunakan observasi skala rating atau alat lain yang membuat kita dapat memperoleh informasi dalam bentuk kuantitas. Juga berarti pengukuran dengan berdasarkan pada skor yang diperoleh. Mengukur berarti menetapkan dimensi atau taraf sesuatu yang dinyatakan dalam bentuk bilangan (Surachmad, 1985: 79).
  • 6. Definisi Pengukuran,menurut para ahli : Pengukuran (measurement) adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Pengukuran memiliki dua karakteristik utama yaitu: (1) Penggunaan angka atau skala tertentu (2) Menurut suatu aturan atau formula tertentu Cangelosi (1995) Pengukuran adalah penetapan angka bagi individu dengan cara sistematis yang mencerminkan sifat atau karakteristik dari individu tersebut. Allen dan Yen (1979) Pengukuran adalah kegiatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran, diperlukan untuk menentukan fakta kuantitatif yang disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan objek yang akan diukur. Ratnawulan (2006)
  • 7. Prinsip – Prinsip Umum Pengukuran Harus jelas/ ditentukan apa yang akan diukur Teknik pengukuran harus dipilih berdasarkan kegunaan pengukuran tersebut Pengukuran yang komprehensif memerlukan adanya sistem gabungan berbagai teknik pengukuran Masing-masing teknik pengukuran mempunyai keterbatasan/ kekuatannya sendiri
  • 8. Fungsi & Kegunaan Pengukuran Kegunaan Fungsi Membantu dosen/ Guru dalam mengambil keputusan 1 Meningkatkan motivasi mahasiswa atau siswa 2 Meningkatkan retensi dan transfer of learning pada mahasiswa atau siswa 3 Mendeskripsikan gejala sosial/psikologis 1 Memperoleh data yang dapat dipakai untuk manipulasi statistik 2 Memungkinkan pengujian hipotesis/tesis 3 4 Menetukan ranking mahasiswa atau siswa 5 Melihat mana tugas yang sudah atau belum dikuasai mahasiswa 4 Memungkinkan peneliti membedakan objek-objek penelitian berdasarkan tingkah laku masing-masing
  • 9. Pengukuran Pendidikan Terdiri Dari Beberapa Bidang Ilmu : Kognitif Afektif Psikomotorik diukur melalui paper and pencil (uji test). Contohnya : Mengukur pengetahuan siswa tentang ketrampilan yang akan dilaksanakan (diteliti). diukur melalui kuisioner, wawancara, bisa juga melalui suatu pengamatan. Contoh : mengukur kebersihan, kesetiaan. Afektif mencakup ketelitian, kebersihan, dan tepat waktu. Beberapa contoh variabel afektif yang tidak dapat dilihat. Misal: minat (afektif), cinta (afektif), motivasi (afektif) diukur melalaui perbuatan dan pengamatan yaitu observasi.
  • 10. Bagian pertama terdiri dari konstruksi, uji test, dan kuisioner. Bagian kedua adalah dilakukannya penyelenggaraan uji test dan pengisian kuisioner oleh responden. Dan bagian ketiga terdiri dari pensekoran dan penganalisisan butir dari uji tes dan kuisioner. Berdasarkan perspektif uji test dan kuisioner dapat dianggap menjadi 3 bagian kegiatan : Pen-skor-an terdapat di dalam pengkuran pendidikan, digunakan dalam mengukur kemampuan, keberhasilan belajar, sikap, minat, atau ciri terpendam lainnya yang dimiliki oleh para peserta pengukuran tersebut. Karena sifat pengukuran ini terpendam yang tidak kelihatan yang dimiliki oleh peserta maka kita perlu memberikan sejumlah stimulus baik dalam uji test, atau dalam bentuk kuisioner. Bila stimulus itu mengenai sasaran maka akan terlihan kemampuan keberhasilan belajar, sikap, minat, atau ciri-ciri lain yang dimiliki para peserta itu yang kita dapat ukur. Respon yang kelihatan itu dapat kita tafsirkan dengan memberikan nilai yang sesuai.
  • 11. 4 Jenis Ukuran Ukuran yang paling teliti karena memiliki 4 ciri, yaitu klasifikasi, jenjang, memiliki 1 ukuran berjarak sama, dan memiliki titik nol (titik nol bersifat mutlak). Contoh : ukuran lain yang telah memiliki alat ukur yang standard dapat menunjukkan titik nol pasti. Ukuran Ratio 04 Memiliki 3 ciri yaitu klasifikasi, jenjang, dan memilliki 1 ukuran berjarak sama. Hasil pengukuran dalam ilmu-ilmu sosial pada umumnya hanya sampai pada tingkat interval. Contoh : test IQ, Test hasil belajar hanya dapat menghasilkan variabel dengan ukuran interval. Ukuran Interval 03 Hasil pengukuran nominal hanya menentukan adanya klasifikasi atau kategori. Contoh : Pengukuran terhadap jenis kelamin, jenis pekerjaan, agama, tempat lahir, dan jenis media yang sering digunakan. Ukuran Nominal 01 Pada ukuran ordinal, nilai nilai variabel telah menunjukkan adanya jenjang. Contoh : Tingkat pendidikan masyarakat SD, SLTP, dan PT. dalam hal ini, antara satu klasifikasi dengan klasifikasi yang lain, terdapat adanya jenjang. Jadi pada ukuran ordinal terdapat 2 ciri yaitu klasifikasi dan adanya jenjang. Ukuran Ordinal 02
  • 12. Prosedur Pengukuran Pendidikan memiliki tujuan utama agar peserta didik mampu mengembangkan potensi yang dimiliki dalam berbagai bidang terutama pada spiritual, kepribadian, kecerdasan, serta keterampilan. Pelaksanaan pendidikan secara formal utamanya diwujudkan dengan adanya pembelajaran pada sekolah ataupun institusi pendidikan lainnya.Agar dapat mengetahui tujuan dari pendidikan dan pada khususnya pembelajaran sudah dicapai atau belum, maka dalam prosesnya perlu dilakukan evaluasi atau adanya proses penilaian terhadap apa yang telah dilakukan. Pencapaian tujuan tidak bisa hanya dengan dikira-kira saja, perlu adanya evaluasi dengan menggunakan metode serta alat ukur yang valid dan reliabel sesuai dengan aspek-aspek pembelajaran yang telah dilakukan. Ini dimaksudkan agar hasil dari evaluasi dan pengambilan keputusan benar-benar dapat dipertanggung jawabkan. Dalam evaluasi perlu adanya pengukuran. Dari pengukuran ini dapat diperoleh sebuah hasil ukur yang dapat dianalisis sehingga mampu diambil kesimpulan apakah tujuan dapat dicapai atau belum, apakah pembelajaran yang dilakukan sudah berhasil atau belum.
  • 13. 3 Langkah Pelaksanaan Pengukuran Mengidentifikasi dan merumuskan atribut atau kualitas yang akan diukur 01 02 03 Menentukan seperangkat operasi yang dapat digunakan untuk mengukur atribut tersebut Menetapkan seperangkat prosedur atau definisi untuk menerjemahkan hasil pengukuran ke dalam pernyataan atau data kuantitatif. Bagaimanapun juga dalam pengukuran, penguantitatifan informasi adalah penting untuk membuat ketetapan hati atau kebulatan tekad atau membedakan suatu atribut sehingga kesimpulan yang diambil tidak subjektif
  • 14. Contoh – Contoh Pengukuran
  • 15.
  • 16.
  • 17.
  • 18.
  • 19.
  • 20.
  • 21.
  • 22.
  • 23.
  • 24. Kelebihan & Kekurangan Pengukuran Pengukur dapat salah menginterpretasikan peraturan, sehingga menjadi bias, atau dapat mengaplikasikan atau membaca instrumen secara tidak benar. Pengaturan di mana operasi dilakukan pengukuran dapat mempengaruhi hasil, contohnya kondisi cuaca saat dilakukan pengukuran. banyak operasi yang memerlukan penggunaan instrument fisik, seperti halnya thermometer atau barometer, yang mempunyai kelemahan-kelemahan. Terdapat potensi kesalahan sekalipun apabila instrumen bukan peralatan yang berbentuk fisik, misalnya, bagan, grafik, tabel jumlah. Dibutuhkan waktu lebih lama utk memperoleh data waktu yg banyak tujuannya: hasil pengukuran yg teliti dan akurat. Kekurangan Kelebihan Praktis, dapat dilakukan dimanapun Akurasi dan kepastian dari pengukuran. Biaya lebih murah (efisien)
  • 25. Wawancara dengan salah satu guru SD N : Berbicara mengenai permasalahan yang ada pada siswa, diantaranya yaitu permasalahan dalam bidang akademik dan perilaku. Apakah Bapak menganggap bahwa siswa tersebut bodoh, nakal, atau kurang pandai ? D : tergantung dari track-record siswa tersebut baik di lingkungan rumah maupun sekolah. N : Menurut bapak, permasalahan-permasalahan apa saja yang siswa alami ? D : ada anak yang mengalami gangguan perhatian, hambatan belajar karena obat-obatan, anak dengan kesalahan diagnosis, anak dengan gangguan pendengaran dan bicara, anak dengan masalah membaca dan menulis, serta anak dengan masalah penolakan dan pembiaran dari orang tua. N : Sebagai seorang guru, apa solusi yang terbaik menurut bapak terhadap permasalahan yang ada pada siswa ini ? D : semua permasalahan perlu dicarikan jalan keluarnya oleh pihak sekolah. Dalam kondisi semacam ini, mengharapkan siswa yang berubah sendiri adalah hal sulit dicapai, mengingat usia anak masih membutuhkan bantuan orang dewasa untuk tumbuh kembang. Untuk itu, bagaimana sekolah menemukan solusi untuk mengatasi permasalahan akademik dan non- akademik siswanya menjadi penting sekali. Mini Riset
  • 26. Curriculum based measurement diperlukan sekali di sekolah-sekolah untuk membantu siswa yang berisiko atau mungkin sudah berisiko mengalami kegagalan dan tinggal kelas karena ketidakmampuan mencerna materi ajar atau karena metode yang digunakan guru kurang sesuai dengan kondisi siswa. Ketidakmampuan ini bukanlah menunjukkan selalu bahwa siswa tidak bisa menempuh pendidikannya di jenjang sekolah tersebut, tetapi lebih pada adanya kesenjangan antara kemampuan awal siswa dan wujud pembelajaran yang diberikan. bisa juga disebabkan karena adanya ketidaksesuaian antara kebutuhan siswa dan program yang dibangun oleh sekolah untuk siswa (Ardoin, Christ, Morena, Cormier, & Klingbeil, 2013; Iris Center, 2018). Curriculum based measurement (CBM) merupakan asesmen kelas yang dilakukan guru secara berulang dan item-itemnya disusun dari kurikulum siswa untuk mengevaluasi di mana level pembelajaran individual siswa. Level pembelajaran digunakan oleh guru dalam membangun perencanaan pembelajaran yang tepat. Keberhasilan program pebelajaran yang dibangun berdasarkan CBM terus dimonitor untuk melihat ketepatan program, kemajuan siswa, dan kemungkinan modifikasi program. Dengan demikian, semua siswa at-risk dengan CBM akan dimampukan dalam pembelajaran dan akan berprestasi. Rekayasa Ide
  • 27. Misalnya, bila ada siswa kelas IV diketahui berdasarkan pembicaraan dengan guru bahwa siswa tersebut belum bisa membaca, sementara umumnya semua siswa lain sudah bisa membaca semua paling lambat di kelas II, maka untuk menentukan level pembelajaran membaca siswa tersebut, probes akan dibuat dengan sampel-sampel item yang berangkat dari materi bacaan kelas 1 sampai kelas 4. Item-item berisi antara lain: membaca afabet, mengurutkan alfabet, membaca suku kata dengan beragam pola, membaca kata yang dibangun dari beragam pola suku kata, dan membaca kalimat sederhana dengan pola tiga sampai lima kata. Untuk probes-nya dibuat dengan rentangan waktu sampai lima menit. Dengan probes akan terlihat sejauh mana level kemampuan membaca siswa kelas IV tersebut apakah berada pada level kelas 2, kelas 3, atau bahkan level kelas 1. CBM dengan repeated assessment (pengukuran berulang) merupakan cara untuk mendapatkan balikan yang berkelanjutan untuk memodifikasi pembelajaran dan untuk melihat bagaimana proses kemajuan belajar siswa dari setiap sesi atau tahap pembelajaran (Christ et al., 2013; IrisCenter, 2018; Seth Aldrich & Wright, 2001). Pengukuran yang berulang memberi gambaran di sesi ke berapa kemajuan siswa mencapai tujuan yang ditetapkan, dan juga menginformasikan setelah sesi ke berapa modifikasi harus dilakukan atau intervensi harus dihentikan misalnya. Semua fungsi pengukuran berulang menyediakan informasi langsung akan kemajuan siswa dan pembelajaran itu sendiri.
  • 28. Referensi Adisna N. P., dkk. 2022. Urgensi Evaluasi Pembelajaran di Kelas . Jurnal Inovasi dan Riset Akademik. 3(2): 2745-7036. S. F. Sihotang dan R. Ramadhani, 2021. ANALISIS KEMAMPUAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI MAHASISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKADI ERA PANDEMI COVID-19. Jurnal Ilmiah Matematika dan Terapan. 18(1): 47-61. Ari Susandi. 2021. Analisis Assesmen dan Evaluasi Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Assessment Analysis and Learning Evaluation IPA in Basic School. Universitas Negeri Surabaya. Jurnal Prosiding : Seminar Nasional Biologi, IPA, dan Pembelajarannya. Surachmad, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik, Bandung: Edisi Tujuh, Tarsito, 1980. Cangelosi James S. 1995. Merancang Tes Untuk Menilai Prestasi Siswa.Bandung :IT. Allen, Mary J dan Wendy M. Yen. 1979. “Introduction to Measurement Theory”. Monterey, CA: Brooks/Cole Publishing Company. Ratnawulan, E dan Rusdiana (2015). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Pustaka Setia. Ardoin, S. P., Christ, T. J., Morena, L. S., Cormier, D. C., & Klingbeil, D. A. (2013). A systematic review and summarization of the recommendations and research surrounding Curriculum- Based Measurement of oral reading fluency (CBM-R) decision rules. Journal of School Psychology, 51(1), 1–18. https://doi.org/10.1016/j.jsp.2012.09.004. Christ, T. J., Zopluoglu, C., Monaghen, B. D., & Van Norman, E. R. (2013). Curriculum-Based Measurement of Oral Reading: Multi-study evaluation of schedule, duration, and dataset quality on progress monitoring outcomes. Journal of School Psychology, 51(1), 19–57. https://doi.org/10.1016/j.jsp.2012.11.0