2. Selaras dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan kompetensi guru, penanganan hal-hal yang
berkaitan siswa at-risk merupakan hal yang penting. Di SD siswa at-risk (berisiko) membutuhkan guru-
guru yang terampil dan paham dengan kondisi yang mereka alami, bila tidak, anak-anak ini akan
mengalami gangguan dalam perkembangan selanjutnya. Siswa SD yang sedang dalam tumbuh
kembang memerlukan bantuan orang dewasa. Guru sebagai orang dewasa di sekolah seharusnya bisa
membantu menangani masalah siswa agar perkembangannya kembali berjalan normal.
Namun faktanya masih juga ditemukan banyak problem siswa yang belum bisa diatasi sendiri oleh guru
karena berbagai sebab, antara lain belum mampu mengidentifikasi problem siswa dengan tepat, belum
terampil bagaimana membangun program pembelajaran yang spesifik sebagai treatment permasalahan
siswa, serta masih belum terampil bagaimana melakukan pengukuran yang tepat untuk mengetahui
perkembangan siswa?
Case Method
3. Adisna N. P., dkk,
2022
S. F. Sihotang dan
R. Ramadhani,
2021
Susandi,
2021
Pengukuran
adalah penentuan
besaran, dimensi,
atau kapasitas,
biasanya
terhadap suatu
standar atau
satuan
pengukuran.
Measurement Model
atau model
pengukuran ditujukan
untuk
mengkonfirmasi
sebuah dimensi atau
faktor berdasarkan
indikator–
indikator empirisnya,
Pengukuran
(measurement)
adalah proses
pemberian angka
atau usaha
memperoleh
deskripsi numerik dari
suatu tingkatan
dimana seorang
peserta didik telah
mencapai
karakteristik tertentu.
Di kutip dari jurnal :
5. Definisi Pengukuran
Pengukuran (measurement) adalah suatu proses untuk menentukan
kuantitas daripada sesuatu. Sesuatu itu bisa berarti peserta didik, starategi
pembelajaran, sarana prasana sekolah dan sebagainya. Untuk melakukan
pengukuran tentu dibutuhkan alat ukur. Dalam bidang pendidikan, psikologi,
maupun variabel-variabel sosial lainnya, kegiatan pengukuran biasanya
menggunakan tes sebagai alat ukur. Pengukuran dalam arti luas luas, yakni
dengan menggunakan observasi skala rating atau alat lain yang membuat
kita dapat memperoleh informasi dalam bentuk kuantitas. Juga berarti
pengukuran dengan berdasarkan pada skor yang diperoleh.
Mengukur berarti menetapkan dimensi atau taraf sesuatu yang dinyatakan
dalam bentuk bilangan (Surachmad, 1985: 79).
6. Definisi Pengukuran,menurut para ahli :
Pengukuran (measurement) adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan
informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Pengukuran memiliki dua karakteristik utama yaitu:
(1) Penggunaan angka atau skala tertentu (2) Menurut suatu aturan atau formula tertentu
Cangelosi (1995)
Pengukuran adalah penetapan angka bagi individu dengan cara sistematis yang
mencerminkan sifat atau karakteristik dari individu tersebut.
Allen dan Yen (1979)
Pengukuran adalah kegiatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran, diperlukan untuk menentukan fakta
kuantitatif yang disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan objek yang akan diukur.
Ratnawulan (2006)
7. Prinsip – Prinsip Umum Pengukuran
Harus jelas/ ditentukan apa yang akan diukur
Teknik pengukuran harus dipilih berdasarkan kegunaan pengukuran tersebut
Pengukuran yang komprehensif memerlukan adanya sistem gabungan berbagai teknik pengukuran
Masing-masing teknik pengukuran mempunyai keterbatasan/ kekuatannya sendiri
8. Fungsi & Kegunaan Pengukuran
Kegunaan
Fungsi
Membantu dosen/ Guru dalam
mengambil keputusan
1
Meningkatkan motivasi mahasiswa atau
siswa
2
Meningkatkan retensi dan transfer of
learning pada mahasiswa atau siswa
3
Mendeskripsikan gejala sosial/psikologis
1
Memperoleh data yang dapat dipakai
untuk manipulasi statistik
2
Memungkinkan pengujian hipotesis/tesis
3
4
Menetukan ranking mahasiswa atau
siswa
5
Melihat mana tugas yang sudah atau
belum dikuasai mahasiswa
4
Memungkinkan peneliti membedakan
objek-objek penelitian berdasarkan
tingkah laku masing-masing
9. Pengukuran Pendidikan
Terdiri Dari Beberapa
Bidang Ilmu :
Kognitif
Afektif
Psikomotorik
diukur melalui paper and pencil (uji test). Contohnya : Mengukur pengetahuan
siswa tentang ketrampilan yang akan dilaksanakan (diteliti).
diukur melalui kuisioner, wawancara, bisa juga melalui suatu pengamatan.
Contoh : mengukur kebersihan, kesetiaan.
Afektif mencakup ketelitian, kebersihan, dan tepat waktu. Beberapa contoh
variabel afektif yang tidak dapat dilihat. Misal: minat (afektif), cinta (afektif),
motivasi (afektif)
diukur melalaui perbuatan dan pengamatan yaitu observasi.
10. Bagian pertama terdiri dari konstruksi, uji test, dan kuisioner. Bagian
kedua adalah dilakukannya penyelenggaraan uji test dan pengisian
kuisioner oleh responden. Dan bagian ketiga terdiri dari pensekoran dan
penganalisisan butir dari uji tes dan kuisioner.
Berdasarkan perspektif uji test dan
kuisioner dapat dianggap menjadi 3
bagian kegiatan :
Pen-skor-an terdapat di dalam pengkuran pendidikan, digunakan dalam mengukur kemampuan,
keberhasilan belajar, sikap, minat, atau ciri terpendam lainnya yang dimiliki oleh para peserta pengukuran
tersebut. Karena sifat pengukuran ini terpendam yang tidak kelihatan yang dimiliki oleh peserta maka kita perlu
memberikan sejumlah stimulus baik dalam uji test, atau dalam bentuk kuisioner. Bila stimulus itu mengenai
sasaran maka akan terlihan kemampuan keberhasilan belajar, sikap, minat, atau ciri-ciri lain yang dimiliki para
peserta itu yang kita dapat ukur. Respon yang kelihatan itu dapat kita tafsirkan dengan memberikan nilai yang
sesuai.
11. 4 Jenis Ukuran
Ukuran yang paling
teliti karena memiliki
4 ciri, yaitu
klasifikasi, jenjang,
memiliki 1 ukuran
berjarak sama, dan
memiliki titik nol (titik
nol bersifat mutlak).
Contoh : ukuran lain
yang telah memiliki
alat ukur yang
standard dapat
menunjukkan titik nol
pasti.
Ukuran Ratio
04
Memiliki 3 ciri yaitu
klasifikasi, jenjang,
dan memilliki 1
ukuran berjarak
sama. Hasil
pengukuran dalam
ilmu-ilmu sosial pada
umumnya hanya
sampai pada tingkat
interval. Contoh :
test IQ, Test hasil
belajar hanya dapat
menghasilkan
variabel dengan
ukuran interval.
Ukuran Interval
03
Hasil pengukuran
nominal hanya
menentukan adanya
klasifikasi atau
kategori.
Contoh :
Pengukuran
terhadap jenis
kelamin, jenis
pekerjaan, agama,
tempat lahir, dan
jenis media yang
sering digunakan.
Ukuran Nominal
01
Pada ukuran ordinal, nilai
nilai variabel telah
menunjukkan adanya
jenjang. Contoh :
Tingkat pendidikan
masyarakat SD, SLTP, dan
PT. dalam hal ini, antara
satu klasifikasi dengan
klasifikasi yang lain,
terdapat adanya jenjang.
Jadi pada ukuran ordinal
terdapat 2 ciri yaitu
klasifikasi dan adanya
jenjang.
Ukuran Ordinal
02
12. Prosedur Pengukuran
Pendidikan memiliki tujuan utama agar peserta didik mampu mengembangkan potensi yang dimiliki dalam
berbagai bidang terutama pada spiritual, kepribadian, kecerdasan, serta keterampilan. Pelaksanaan pendidikan
secara formal utamanya diwujudkan dengan adanya pembelajaran pada sekolah ataupun institusi pendidikan
lainnya.Agar dapat mengetahui tujuan dari pendidikan dan pada khususnya pembelajaran sudah dicapai atau
belum, maka dalam prosesnya perlu dilakukan evaluasi atau adanya proses penilaian terhadap apa yang telah
dilakukan. Pencapaian tujuan tidak bisa hanya dengan dikira-kira saja, perlu adanya evaluasi dengan
menggunakan metode serta alat ukur yang valid dan reliabel sesuai dengan aspek-aspek pembelajaran yang
telah dilakukan. Ini dimaksudkan agar hasil dari evaluasi dan pengambilan keputusan benar-benar dapat
dipertanggung jawabkan.
Dalam evaluasi perlu adanya pengukuran. Dari pengukuran ini dapat diperoleh sebuah hasil ukur yang dapat
dianalisis sehingga mampu diambil kesimpulan apakah tujuan dapat dicapai atau belum, apakah pembelajaran
yang dilakukan sudah berhasil atau belum.
13. 3 Langkah Pelaksanaan Pengukuran
Mengidentifikasi
dan merumuskan
atribut atau kualitas
yang akan diukur
01
02
03
Menentukan
seperangkat
operasi yang dapat
digunakan untuk
mengukur atribut
tersebut
Menetapkan seperangkat
prosedur atau definisi untuk
menerjemahkan hasil
pengukuran ke dalam
pernyataan atau data
kuantitatif. Bagaimanapun
juga dalam pengukuran,
penguantitatifan informasi
adalah penting untuk
membuat ketetapan hati atau
kebulatan tekad atau
membedakan suatu atribut
sehingga kesimpulan yang
diambil tidak subjektif
24. Kelebihan & Kekurangan
Pengukuran
Pengukur dapat salah
menginterpretasikan peraturan,
sehingga menjadi bias, atau dapat
mengaplikasikan atau membaca
instrumen secara tidak benar.
Pengaturan di mana operasi
dilakukan pengukuran dapat
mempengaruhi hasil, contohnya
kondisi cuaca saat dilakukan
pengukuran.
banyak operasi yang memerlukan
penggunaan instrument fisik,
seperti halnya thermometer atau
barometer, yang mempunyai
kelemahan-kelemahan. Terdapat
potensi kesalahan sekalipun
apabila instrumen bukan peralatan
yang berbentuk fisik, misalnya,
bagan, grafik, tabel jumlah.
Dibutuhkan waktu lebih lama utk
memperoleh data waktu yg banyak
tujuannya: hasil pengukuran yg
teliti dan akurat.
Kekurangan
Kelebihan
Praktis, dapat dilakukan dimanapun
Akurasi dan kepastian dari
pengukuran.
Biaya lebih murah (efisien)
25. Wawancara dengan salah satu guru SD
N : Berbicara mengenai permasalahan yang ada pada siswa, diantaranya yaitu permasalahan
dalam bidang akademik dan perilaku. Apakah Bapak menganggap bahwa siswa tersebut
bodoh, nakal, atau kurang pandai ?
D : tergantung dari track-record siswa tersebut baik di lingkungan rumah maupun sekolah.
N : Menurut bapak, permasalahan-permasalahan apa saja yang siswa alami ?
D : ada anak yang mengalami gangguan perhatian, hambatan belajar karena obat-obatan, anak
dengan kesalahan diagnosis, anak dengan gangguan pendengaran dan bicara, anak dengan
masalah membaca dan menulis, serta anak dengan masalah penolakan dan pembiaran dari
orang tua.
N : Sebagai seorang guru, apa solusi yang terbaik menurut bapak terhadap permasalahan yang ada
pada siswa ini ?
D : semua permasalahan perlu dicarikan jalan keluarnya oleh pihak sekolah. Dalam kondisi
semacam ini, mengharapkan siswa yang berubah sendiri adalah hal sulit dicapai, mengingat
usia anak masih membutuhkan bantuan orang dewasa untuk tumbuh kembang. Untuk itu,
bagaimana sekolah menemukan solusi untuk mengatasi permasalahan akademik dan non-
akademik siswanya menjadi penting sekali.
Mini Riset
26. Curriculum based measurement diperlukan sekali di sekolah-sekolah untuk membantu siswa yang
berisiko atau mungkin sudah berisiko mengalami kegagalan dan tinggal kelas karena ketidakmampuan
mencerna materi ajar atau karena metode yang digunakan guru kurang sesuai dengan kondisi siswa.
Ketidakmampuan ini bukanlah menunjukkan selalu bahwa siswa tidak bisa menempuh pendidikannya di
jenjang sekolah tersebut, tetapi lebih pada adanya kesenjangan antara kemampuan awal siswa dan
wujud pembelajaran yang diberikan. bisa juga disebabkan karena adanya ketidaksesuaian antara
kebutuhan siswa dan program yang dibangun oleh sekolah untuk siswa (Ardoin, Christ, Morena,
Cormier, & Klingbeil, 2013; Iris Center, 2018).
Curriculum based measurement (CBM) merupakan asesmen kelas yang dilakukan guru secara
berulang dan item-itemnya disusun dari kurikulum siswa untuk mengevaluasi di mana level
pembelajaran individual siswa. Level pembelajaran digunakan oleh guru dalam membangun
perencanaan pembelajaran yang tepat. Keberhasilan program pebelajaran yang dibangun berdasarkan
CBM terus dimonitor untuk melihat ketepatan program, kemajuan siswa, dan kemungkinan modifikasi
program. Dengan demikian, semua siswa at-risk dengan CBM akan dimampukan dalam pembelajaran
dan akan berprestasi.
Rekayasa Ide
27. Misalnya, bila ada siswa kelas IV diketahui berdasarkan pembicaraan dengan guru bahwa siswa
tersebut belum bisa membaca, sementara umumnya semua siswa lain sudah bisa membaca semua
paling lambat di kelas II, maka untuk menentukan level pembelajaran membaca siswa tersebut, probes
akan dibuat dengan sampel-sampel item yang berangkat dari materi bacaan kelas 1 sampai kelas 4.
Item-item berisi antara lain: membaca afabet, mengurutkan alfabet, membaca suku kata dengan
beragam pola, membaca kata yang dibangun dari beragam pola suku kata, dan membaca kalimat
sederhana dengan pola tiga sampai lima kata. Untuk probes-nya dibuat dengan rentangan waktu
sampai lima menit. Dengan probes akan terlihat sejauh mana level kemampuan membaca siswa kelas
IV tersebut apakah berada pada level kelas 2, kelas 3, atau bahkan level kelas 1.
CBM dengan repeated assessment (pengukuran berulang) merupakan cara untuk mendapatkan balikan
yang berkelanjutan untuk memodifikasi pembelajaran dan untuk melihat bagaimana proses kemajuan
belajar siswa dari setiap sesi atau tahap pembelajaran (Christ et al., 2013; IrisCenter, 2018; Seth Aldrich
& Wright, 2001).
Pengukuran yang berulang memberi gambaran di sesi ke berapa kemajuan siswa mencapai tujuan
yang ditetapkan, dan juga menginformasikan setelah sesi ke berapa modifikasi harus dilakukan atau
intervensi harus dihentikan misalnya. Semua fungsi pengukuran berulang menyediakan informasi
langsung akan kemajuan siswa dan pembelajaran itu sendiri.
28. Referensi
Adisna N. P., dkk. 2022. Urgensi Evaluasi Pembelajaran di Kelas . Jurnal Inovasi dan Riset
Akademik. 3(2): 2745-7036.
S. F. Sihotang dan R. Ramadhani, 2021. ANALISIS KEMAMPUAN PENGGUNAAN
TEKNOLOGI INFORMASI MAHASISWA DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKADI ERA PANDEMI COVID-19. Jurnal Ilmiah Matematika dan
Terapan. 18(1): 47-61.
Ari Susandi. 2021. Analisis Assesmen dan Evaluasi Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Assessment Analysis and Learning Evaluation IPA in Basic School. Universitas
Negeri Surabaya. Jurnal Prosiding : Seminar Nasional Biologi, IPA, dan
Pembelajarannya.
Surachmad, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik, Bandung: Edisi Tujuh,
Tarsito, 1980.
Cangelosi James S. 1995. Merancang Tes Untuk Menilai Prestasi Siswa.Bandung :IT.
Allen, Mary J dan Wendy M. Yen. 1979. “Introduction to Measurement Theory”. Monterey, CA:
Brooks/Cole Publishing Company.
Ratnawulan, E dan Rusdiana (2015). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Pustaka Setia.
Ardoin, S. P., Christ, T. J., Morena, L. S., Cormier, D. C., & Klingbeil, D. A. (2013). A systematic
review and summarization of the recommendations and research surrounding
Curriculum- Based Measurement of oral reading fluency (CBM-R) decision rules.
Journal of School Psychology, 51(1), 1–18.
https://doi.org/10.1016/j.jsp.2012.09.004.
Christ, T. J., Zopluoglu, C., Monaghen, B. D., & Van Norman, E. R. (2013). Curriculum-Based
Measurement of Oral Reading: Multi-study evaluation of schedule, duration, and
dataset quality on progress monitoring outcomes. Journal of School Psychology,
51(1), 19–57. https://doi.org/10.1016/j.jsp.2012.11.0