Dokumen tersebut membahas tentang high rise building atau bangunan tinggi, yang didefinisikan sebagai bangunan setinggi minimal 23 meter yang didukung oleh struktur kuat seperti beton bertulang dan baja. Dokumen juga menjelaskan berbagai karakteristik high rise building seperti sistem strukturnya, material yang digunakan, serta tantangan-tantangan dalam pembangunannya.
1. HIGH RISE BUILDING
PENGERTIAN
High rise building atau bangunan tinggi merupakan istilah yang sering
digunakan merujuk kepada bangunan yang memiliki struktur menjulang
tinggi atau bangunan dengan jumlah tingkat yang banyak.
Sebuah bangunan dapat disebut bangunan tinggi atau high rise building jika
bangunan tersebut memiliki ketinggian 23 meter hingga 150 meter di atas
tanah. Bangunan tinggi akan ideal ditinggali jika ada lift atau elevator dan
tentunya didukung oleh struktur bangunan yang kuat dan tahan lama.
High rise building memiliki bentuk fisik yang langsing dan tinggi. Perbedaan
antara luasan tapak dan ketinggiannya cukup signifikan. Sesuai dengan tujuan
high rise building untuk menambah ruang dengan keterbatasan lahan,
bangunan ini memiliki luasan tapak yang kecil yaitu 750 m2 sampai dengan
1500m 2, dengan setiap lantainya memiliki ketinggian 3,75 m.
KARAKTERISTIK
• Tinggi Bangunan
Seperti yang disebutkan diatas sebuah bangunan disebut bangunan
tinggi atau high rise building apabila memiliki ketinggian setidaknya 23
meter atau 6 lantai.bangunan semacam ini sudah banyak ditemukan di
kota-kota besar di indonesia.
• Luas Per Lantai
Bangunan tinggi merupakan bangunan yang hemat lahan dan biasanya
memiliki luas tapak yang kecil karena titik umumnya luas pantai
berkisar antara 750 m2 hingga 1500 meter persegi.
• Tipe Struktur
Sebuah bangunan tinggi harus didukung dengan struktur yang kuat
menahan beban bangunan maupun momen dari ketinggiannya. Ada tiga
macam struktur yaitu open frame, flat slab dan bearing wall system.
Dari ketiga tipe ini tipe yang paling banyak digunakan adalah open
frame karena lebih efisien dalam penggunaan material.
• Tipikal
Umumnya denah lantai bangunan tinggi memiliki bentuk yang tipikal
lurus ke atas.dengan membuat lantai yang tipikal ke atas maka akan
memudahkan dalam perencanaan dan pelaksanaannya terutama dari
segi struktur. Biasanya ukuran lantai akan mengecil keatas untuk
menekan moment akibat ketinggian bangunan.
2. • Keterbatasan Lahan
Bangunan tinggi merupakan salah satu solusi menghadapi masalah
keterbatasan lahan. Namun dengan keterbatasan lahan ini biasanya
bangunan tinggi akan menggunakan area parkir bertingkat. Dengan
keterbatasan lahan maka bangunan tinggi biasanya jarang yang
memiliki landscape yang baik kecuali menggunakan vertical garden
atau sky garden.
• Risiko Angin Dan Gempa
Biasanya bangunan tinggi memiliki bentuk yang langsing dan tinggi.
Secara fisika maka bangunan ini akan sangat dipengaruhi oleh adanya
gempa maupun tekanan angin dari sekeliling bangunan. Untuk itu
biasanya bangunan tinggi memiliki sistem aerodinamika yang baik serta
struktur yang dapat bertahan dalam goncangan.
• Resiko Roboh
Semakin tinggi sebuah bangunan maka semakin besar pula resikonya
untuk roboh. Berdasarkan hal ini maka pembangunan sebuah high rise
building memerlukan perencanaan yang matang dan antisipasi berbagai
kemungkinan yang dapat terjadi saat pelaksanaan konstruksi.
• Kompleksitas Tinggi
Pembangunan sebuah high rise building merupakan pekerjaan yang
kompleks karena selain melibatkan banyak pihak, durasi pelaksanaan
yang panjang, melibatkan disiplin ilmu yang banyak, berdampak besar
kepada lingkungan, dan memiliki risiko yang sangat tinggi dari segi
keselamatan. Sehingga dari berbagai jenis bangunan, jenis high rise
building merupakan jenis bangunan yang paling kompleks.
• Volume Pekerjaan Yang Besar
Bangunan tinggi dibuat dengan cara menumpuk berbagai material
hingga menjelang tinggi ke atas. Dengan jumlah lantai yang banyak
maka kebutuhan akan material tentunya sangat banyak sehingga
pekerjaan bangunan tinggi merupakan pekerjaan besar.
• Kebutuhan Energi
Bangunan tinggi memiliki jumlah lantai yang banyak otomatis jumlah
penghuninya juga banyak. Hal ini menimbulkan kebutuhan akan energi
yang sangat besar. Selain energi listrik juga energi dari bahan makanan
bagi para penghuni bangunan. Sehingga tak jarang banyak tempat
makan yang berdiri untuk meladeni penghuni bangunan tinggi.
• Nilai Arsitektural
Sebuah bangunan tinggi merupakan benda besar yang berdiri diantara
jutaan pasang mata di sekitarnya. Sehingga seringkali bangunan tinggi
memiliki nilai iconic dari sebuah kawasan. Untuk itu diperlukan desain
arsitektural yang baik sehingga bangunan terlihat menawan dari segi
estetika.
3. UNSUR STRUKTUR
• Unsur Linier
Kolom dan balok , mampu menahan gaya aksial dan rotasi
• Unsur Permukaan
Dinding, bisa berlubang dan berangka, mampu menahan gaya aksial
dan rotasi
Plat, padat atau beruas, ditumpu pada rangkai lantai, mampu memikul
beban di dalam dan tegak lurus terhadap bidang tersebut
• Unsur Spasial
Pembungkus fasade atau inti (core), misalnya dengan mengikat
bangunan agar berlaku sebagai kesatuan
MATERIAL STRUKTUR
• Beton
Beton bertulang adalah merupakan salah satu bentuk pengolahan
struktur beton yang di dalamnya terdapat kerangka besi (baja) supaya
kuat. Adapun fungsi dari besi/baja pada konstruksi beton bertulang
adalah sebagai penahan tegangan tarik dikarenakan beton hanya kuat
terhadap gaya tekan. Sehingga dengan demikian bangunan atau
kontruksi yang dibuat dengan kerangka beton bertulang relative tahan
terhadap tegangan tarik dan gaya tekan. Sebelum melaksanakan
pekerjaan beton bertulang terlebih dahulu kita menghitung kebutuhan
volume material besi beton sehingga dapat dipersiapkan sebelumnya
dengan jumlah yang tepat.
• Baja
Baja merupakan bahan structural yang paling efisien. Penggunaan baja
sebagai bahan struktur utama dimulai pada akhir abad kesembilan belas
ketika metode pengolahan baja yang murah dikembangkan dengan skala
yang luas. Baja merupakan bahan yang mempunyai sifatstruktur yang
baik. Baja mempunyai kekuatan yang tinggi dan sama kuat pada
kekuatan tarik maupun tekan dan oleh karena itu baja adalah elemen
struktur yang memiliki Batasan sempurna yang akan menahan beban
jenis tarik aksial, tekan aksial, dan lentur dengan fasilitas yang hampir
sama. Berat jenis baja tinggi, tetapi perbandingan antara kekuatan
terhadap beratnya juga tinggi sehingga komponen baja tersebut tidak
terlalu berat jika dihubungkan dengan kapasitas muat bebannya, selama
bentuk-bentuk struktur yang digunakan menjamin bahwa bahan tersebut
dipergunakan secara efisien.
4. SISTEM STRUKTUR
• Core (Inti Bangunan)
Struktur core wall pada dasarnya adalah system struktur yang dibuat
untuk mampu menahan gaya-gaya lateral yang timbul akibat gaya angin
atau gempa yang merupakan beban dinamis. Untuk proses analisis
mekanikanya, pengaruh gaya-gaya akibat beban angin dan gempa
tersebut (yang merupakan beban dinamis) diperlakukan sebagai beban
statis dan mengabaikan sifat dinamisnya.
• Rangka (Skeleton)
Kerangka ini terdiri atas komposisi dari kolom-kolom dan balok-balok.
Unsur vertikal, berfungsi sebagai penyalur beban dan gaya menuju
tanah, sedangkan balok adalah unsur horizontal yg berfungs sebagai
pemegang dan media pembagian lentur. Kemudian kebutuhan-
kebutuhan terhadap lantai, dinding dan sebagainya untuk melengkapi
kebutuhan bangunan untuk hidup manusia, dapat diletakkan dan
ditempelkan pada kedua elemen rangka bangunan tersebut diatas. Jadi
dapat dinyatakan disini bahwa rangka ini berfungsi sebagai struktur
bangunan dan dinding-dinding atau elemen lainnya yang menempel
padanya merupakan elemen yang tidak struktural.
• Shear Wall (Dinding Geser)
Dinding geser berperilaku sebagai balok lentur kantilever. Oleh karena
itu dinding geser atau shear wall selain menahan geser (shear force)
juga menahan lentur. Panjang horisontal dinding geser biasanya 3-6
meter, dengan ketebalan kurang lebih 30 cm. Beberapa dinding geser
dihubungkan oleh plat lantai beton (sebagai difragma) membentuk suatu
sistem struktur 3 dimensi. Dinding geser pada umumnya bersifat kaku,
sehingga deformasi (lendutan) horizontal menjadi kecil. Kerusakan
pada elemen non struktural (dinding pembagi ruang, elemen fasad,
langit-langit) baru terjadi pada gempa yang relatif kuat.
• Dinding Pemikul (Bearing Wall)
Dinding pasangan batu alam atau bata buatan dapat berfungsi sebagai
dinding pemikul beban, khususnya beban vertical bangunan. Struktur
massa kecuali sebagai pemikul, juga berfungsi sebagai penutup ruang
dan pelindung terhadap iklim yang sempurna. Tetapi karena dibutuhkan
bahan yang banyakdan upah pemasangan yang mahal, maka menjadi
kurang ekonomis. Juga tidak begitu menguntungkan dengan adanya
pembatasan struktural. Biasanya terbatas bentangan terbuka sampai
kira-kira 8 meter, dan juga ketinggian dinding yang tergantung dari
tebalnya.
• Cantilever (Kantilever)
Struktur Cantilever yaitu suatu struktur balok yang hanya ditumpu oleh
satu tumpuan jepit. Tumpuan jepit adalah tumpuan yang dapat menahan
gaya vertikal, horizontal dan momen (rotasi). Struktur Cantilever
merupakan model struktur yang dikatakan sebagai struktur statis
tertentu, karena perletakan jepit mampu menahan gaya pada arah sumbu
x, gaya pada arah sumbu y, dan gaya momen memutar sumbu z. Jadi,
kantilever memiliki 3 tahanan, sehingga struktur kantilever merupakan
struktur statis tertentu.
• Rigid Frame (Rangka Kaku)
Merupakan struktur yang terdiri dari elemen-elemen linier, umumnya
balok dan kolom yang saling dihubungkan pada ujung-ujungnya oleh
joints yang dapat mencegah rotasi relatif diantara elemen struktur yang
dihubungkan, dengan demikian elemen struktur menerus pada titik
hubung tersebut, seperti halnya balok menerus struktur rangka kaku
adalah struktur statis tak tentu, banyak struktur rangka kaku yang
tampaknya sama dengan sistem post dan bea, tetapi pada kenyataannya
struktur rangka ini mempunyai perilaku yang sangat berbeda dengan
sistem post dan beam, hal ini karena adanya titik-titik hubungan pada
rangka kaku, titik hubung bisa cukup kaku sehingga memungkinkan
kemampuan untuk memikul beban lateral pada rangka, dimana beban
demikian tidak dapat bekerja pada struktur rangka yang memperoleh
kestabilan dari hubungan kaku antara kaki dengan papan horizontalnya.
5. • Elemen Diagonal (Bracing)
Untuk menjaga kestabilan struktur, karena bekerjanya gaya dua arah
dilakukan dengan merancang sistim diagonal yang berfungsi untuk
memikul gaya tekan. Apabila beban horizontal berbalik arah
menyebabkan keruntuhan struktur, maka diperlukan kabel menyilang
lainnya atau dengan satu elemen diagonal yang mampu memikul gaya
tarik dan gaya tekan sekaligus untuk menjamin kestabilan struktur
akibat beban yang berbalik arah.
• Tube And Tube (Tabung)
Struktur tabung mempunyai karakteristik, kolom eksterior mempunyai
jarak berdekatan, balok tepi horizontal secara monolith menghubungkan
kolom-kolom sehingga membentuk tabung eksterior yang harus dapat
memikul semua gaya lateral selain juga gaya gravitasi, sedang kolom
interior bisa berfungsi untuk memikul gaya gravitasi sehingga
mempunyai penampang lebih kecil daripada penampang kolom
eksterior.