SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
PEMETAAN SAWAH EKSESTING
MENGGUNAKAN TEKNOLOGI SPASIAL
MENUJU KEBIJAKAN SATU PETA
studi kasus di kabupaten aceh besar dan aceh
jaya
MIRANDA ARI MUDE
NIM:01.01.19.089
PEMETAAN SAWAH MENGGUNAKAN EKSESTING
MENGGUNAKAN TEKNOLOGI SPASIAL MENUJU KEBIJAKAN
SATUPETA
studi kasus di kabupaten aceh besar dan aceh jaya
ABSTRAK
Keberadaan lahan sawah diseluruh Indonesia termasuk Aceh, terus mengalami
perubahan luas untuk peruntukan lain. Sementara itu, pemerintah terus
mendorong kemandirian pangan dan energi menjadi target utama
pembangunan. Salah satu programnya adalah mencetak sawah
baru.Perencaan sawah baru memerlukan sawah eksisting. Hal ini, menuntut
ketepatan dan kecepatan informasi spasial lahan sawah dengan harapan
kedepannya kebijakan pengembangan perluasan sawah secara objektif dapat
tersusun dengan baik, tepat tujuan dan tepat sasaran. Fokus penelitian
berpusat pada aplikasi sistem informasi geografis dalam menangani data
spasial lahan sawah.Tekik interpretasi citra menggunakan interpretasi visual
on screen mengikut konsep kunci interpretasi citra yang dipadukan dengan
kegiatan lapangan.Penggunaan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG)
dalam kajian ini akan memudahkan dan mempercepatkan proses analisis
data.Didapati adanya perbedaan luas antara data eksisting dan analisis spasial
seluas 12.358,92 hektar atau sekitar 26,47% dari luas wilayah Aceh Besar dan
sebesar ± 6.382,59 hektar atau sekitar 52,49% dari luas wilayah Aceh Jaya
PENDAHULUAN
Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat
luas dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Ketersediaan
lahan semakin berkurang seiring dengan pertumbuhan jumlah
penduduk. Masalah yang ditimbulkan dari pertumbuhan jumlah
penduduk juga dijelaskan oleh Thomas Robert Malthus dimana
pertumbuhan penduduk akan mengalami peningkatan yang lebih
cepat menurut deret ukur dari ketersediaan bahan pangan sehingga
lambat laun manusia akan mengalami krisis bahan pangan.
Pertambahan jumlah penduduk juga menyebabkan kebutuhan
akan perumahan yang meningkat.Sementara jumlah lahan yang
tersedia luasannya tetap dan secara otomatis dalam penyediaan
perumahan tentunya akan mengorbankan lahan sawah sebagai
tempat pembangunan perumahan (Sihaloho, 2007).Keberadaan
lahan sawah diseluruh Indonesia termasuk
Aceh, terus mengalami perubahan luas dan terkonversi menjadi lahan non sawah,
sementara pemerintah terus mendorong kemandirian pangan dan energi menjadi target
utama pembangunan. Data statistik menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan
pemerintah mencetak sawah baru ± 40 ribu hektar per tahun, sedangkan konversi lahan
sawah secara nasional mencapai 100 ribu hektare per tahunnya .Tren ini dikuatirkan
akan terus berlanjut, dan tentunya tidak bisa diharapkan untuk mendukung
kemandirian pangan. Informasi ini menunjukkan bertambahnya jumlah penduduk serta
meningkatnya kebutuhan akan lahan untuk berbagai sektor mendorong peningkatan
konversi lahan sawah, di lain pihak pencetakan lahan sawah baru(ekstensifikasi)
mengalami perlambatan . Guna mendukung usaha pemantapan ketahanan dan
kedaulatan pangan dan pengadaan stok pangan nasional, dituntut ketepatan dan
kecepatan informasi sumberdaya lahan sehingga dirasa perlu dan mendesak untuk
melakukan kegiatan inventarisir data base eksisting sawah baku secara spasial dan
terukur di setiap kabupaten Provinsi Aceh, dengan harapan kedepannya kebijakan
pengembangan perluasan sawah secara objektif dapat tersusun dengan baik, tepat tujuan
dan tepat sasaran.
Teknik memperoleh data pada masa sekarang selain dengan menggunakan teknik survey
langsung ke lapangan bisa juga dilakukan dengan menggunakan sains penginderaan
jauh dan Sistem Informasi Geografis (GIS). Penginderaan jauh dilakukan melalui akuisisi
data dari sebuah objek atau fenomena dengan bantuan alat dan tidak melakukan kontak
langsung dengan objek atau fenomena tersebut, seperti menggunakan foto udara atau
citra satelit. Penggunaan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam kajian ini
akan memudahkan dan mempercepatkan proses analisis data (Setyowati, 2007).
Teknologi SIG mempunyai kelebihan untuk menginput, editing dan analisis data, baik
data geografik serta data atribut dengan cara yang tepat pada waktu yang cepat.
METODE
Teknik interpretasi citra digunakan interpretasi secara visual on
screendipadukan dengan kegiatan lapangan. Pengolahan data spasial
menggunakan SIG berupa berupa editing dan digitasi data vektor (titik, garis
dan poligon). Secara umum kajian ini terdiri dari prasurvey dan pasca survey.
Prasurvey bertujuan untuk menganalisis data dan menyiapkan data untuk
survey ke lapangan, seperti penyiapan peta sampel lokasi sawah eksisting
untuk survey. Sedangkan kegiatan pasca survey lebih kepada input dan analisis
data hasil survey, serta editing dan digitasi data untuk data final sawah
eksisting di kawasan kajian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tahun 2009-2012 terlihat luasan lahan sawah di wilayah Aceh Besar
mengalami penurunan seluas ± 6.292,47 ha (3,47%). Hal ini berbanding
terbalik pada tahun 2012-2013 yang mana mengalami peningkatan seluas ±
3.737,47 ha (1,97%). Keadaan ini berkemungkinan dikarena penambahan
luasan melalui program cetak sawah baru. Klasifikasi lahan lainnya yang
berpeluang menjadi sawah yaitu lahan kering. Lahan keringmerupakan
lahanyang dapat digunakan untuk usaha pertanian dengan penggunaan air
secara terbatas. Lahan ini biasanya hanya mengharapkan dari curah hujan dan
variasi tanaman sangat terbatas (hanya semak belukar, rerumputan dan
pepohonan kecil di daerah tertentu). Sementara pada wilayah Aceh Jaya dari
tahun 2012-2013mengalami penurunan seluas 0,18ha.
Perubahan luasan pemanfaatan lahan kering dari tahun 2009-2013untuk
wilayah Aceh Besarmengalami penurunan seluas ± 16. 949, 00 ha (12, 38%),
dengan demikian penyediaan lahan pertanian untuk pangan saat ini
menghadapi tekanan akibat persaingan dengan sektor lain sebagai akibat
pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan jumlah penduduk. Kondisi
demikian menyebabkan lahan pertanian pangan dihadapkan kepada masalah
penurunan luas lahan akibat dikonversi ke penggunaan nonpertanian.
Lahan Sawah Berdasarkan Data Spasial
Pemetaan areal eksisting lahan sawah menggunakan penggabungan informasi
lapangan, citra satelit high resolution dan informasi data kementrianpertanian.
Penggunaan citra satelit bertujuan agar pemetaan lahan baku sawah dapat
mudah dilakukan, dimana perhitungannya meliputi jumlah total lahan sawah.
Dari data tersebut dapat diturunkan menjadi data luas per kecamatan bahkan
hingga per desa jika ada batas desa yang pasti. Penggunaan citra resolusi tinggi
dapat mempermudah dalam mengamati parameter–parameter yang
digunakan dalam pemetaan lahan baku sawah. Salah satu kelebihan
menggunakan resolusi tinggi adalah areal sawah yang terdapat di kawasan
berbukit dapat diklasifikasi visual, karena jika menggunakan citra resolusi
sedang dan rendah, tidak akan tampak jelas tiap petak sawahnya. Secara
keseluruhan areal persawahan pada kawasan dataran sampai berbukit dan
sebagian lainnya adalah sawah yang bertaresering. Proses klasifikasi visual
poligon sawah terasering lebih sulit dilakukan, dibandingkan dengan sawah di
dataran. Pada citra resolusi tinggi, tekstur, warna, bentuk objek di citra hampir
sama dengan kenampakan dilapangan (permukaan bumi), misalnya vegetasi
(pohon, rumput, perdu) berwarna hijau, lahan terbuka berwarna coklat, air
kolam renang berwarna biru, atap rumah beranekaragam warnanya.
Sawah eksisting analisis spasial dan survey lapangan didapati wilayah Aceh
Besar seluas17. 163, 08 hektar (0,37% dari luas wilayah kajian. Luasan tersebut
bereferensi spasial menggunakan perangkat lunak GIS. Secara detail luasan
tersebut dapat katagorikan berdasarkan kecamatan.
Perbandingan Sawah Data Eksisting dan Spasial
Hasil kajian mendapati adanya perbedaan luasan antara data tabular lahan
sawah dan analisis spasial lahan sawah eksisting. Perbedaan atau selisih
mencapai setengahnya. Pada kabupaten Aceh Besar selisih luasan sebesar
12.358,92hektar. Adapun kabupeten Aceh Jaya mencapai 52,49 % atau 14.106,41
hektar.
Data yang dikeluarkan oleh Pusat Data dan Informasi Pertanian Kementerian
bersumbar dari BadanPusat Statistik masing-masing provinsi yang diperoleh
berdasarkan survei/wawancara langsung atau tidak langsung kepada para
petani tanpa dilakukan pengukuran terestris, sementara hasil dari klasifikasi
citra dilakukan secara komputerisasi berdasarkan perpaduan proses analisa
visual on dan survei lapangan. Oleh itu jika kedua sumber data ini mempunyai
posisi spatial dapat saling mengkapi guna menuju penggunaan satu data (satu
peta). Secara spasial data tabular menunjukkan bahwa perubahan luasan
sawah terjadi menyebar disemua lokasi
Perbedaan perubahan juga disebabkan oleh adanya akurasi data lama yang
rendah, hal ini terutama untuk presisi batas sawah. Perubahan dan perbedaan
data tersebut ada kemungkinan disebabkan alih fungsi kawasan. Alih fungsi ini
berupa perubahan dari lahan sawah menjadi non sawah. Setelah tsunami
adanya pergeseran arah pembangunan (Kamaruzzaman, 2009). Pergeseran ini
salah satunya memakai lahan sawahuntuk pembangunan. Selanjutnya hal ini
juga disebabkan oleh kurang selarasnya dengan peruntukan RTRW.
Penggunaan lahan yang belum selaras dengan arahan penggunaannya
dikarenakan oleh pertumbuhan pembangunan yang belum mencapai target di
wilayah yang telah direncanakan (Lubis et al, 2013). Hasil kajian ini merupakan
awal untuk menjadikan sinkronisasi data tabular dan spasial guna menuju
kebijakan satu peta. Hal ini mengingat perananan data spasial dalam
perencanaan pembangunan sangat strategi
KESIMPULAN
Hasil kajian mendapati adanya perbedaan luasan antara tabular lahan sawah
dan analisis spasial lahan sawah eksisting. Perbedaan atau selisih mencapai
setengahnya. Pada kabupaten Aceh Besar selisih luasan sebesar
12.358,92hektar. Adapun kabupeten Aceh Jaya mencapai 52,49 % atau 14.106,41
hektar. Perbedaan ini disebabkan oleh metode pengambilan data, alih fungsi
kawasan dan akurasi pengambilan data.

More Related Content

What's hot

Geografi ekonomi & sistem informasi geografi (sig)
Geografi ekonomi & sistem informasi geografi (sig)Geografi ekonomi & sistem informasi geografi (sig)
Geografi ekonomi & sistem informasi geografi (sig)jackson lavigne
 
Updating Database Jalan Lingkungan
Updating Database Jalan Lingkungan Updating Database Jalan Lingkungan
Updating Database Jalan Lingkungan Dany Ramadhan
 
Unlock sistem informasi-geografis
Unlock sistem informasi-geografisUnlock sistem informasi-geografis
Unlock sistem informasi-geografisluki36
 
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografiKerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografiAnindya N. Rafitricia
 
Perkembangan dan manajemen data geospasial Pusdata Kementerian PU
Perkembangan dan manajemen data geospasial Pusdata Kementerian PUPerkembangan dan manajemen data geospasial Pusdata Kementerian PU
Perkembangan dan manajemen data geospasial Pusdata Kementerian PUbramantiyo marjuki
 
DATA PETA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PU
DATA PETA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PUDATA PETA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PU
DATA PETA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PUMgs Zulfikar Rasyidi
 
Pengantar survey-dan-pemetaan-1
Pengantar survey-dan-pemetaan-1Pengantar survey-dan-pemetaan-1
Pengantar survey-dan-pemetaan-1khalid munandar
 
Konsep Sistem Informasi Geografis ( SIG )
Konsep Sistem Informasi Geografis ( SIG )Konsep Sistem Informasi Geografis ( SIG )
Konsep Sistem Informasi Geografis ( SIG )PanjiMuhammad3
 
Jaring Informasi Geospasial Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Jaring Informasi Geospasial Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan RakyatJaring Informasi Geospasial Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Jaring Informasi Geospasial Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan RakyatMgs Zulfikar Rasyidi
 
Ramlan et al_Prosiding Mapin 2015
Ramlan et al_Prosiding Mapin 2015Ramlan et al_Prosiding Mapin 2015
Ramlan et al_Prosiding Mapin 2015Seniarwan Arifin
 
Crowsource Mapping, Captures Neography Practices
Crowsource Mapping, Captures Neography PracticesCrowsource Mapping, Captures Neography Practices
Crowsource Mapping, Captures Neography Practicesbramantiyo marjuki
 
Diploma 2013-271459-chapter1
Diploma 2013-271459-chapter1Diploma 2013-271459-chapter1
Diploma 2013-271459-chapter1Dflowers Kost
 
Studi perub peng lahan(geo)
Studi perub peng lahan(geo)Studi perub peng lahan(geo)
Studi perub peng lahan(geo)Rahmi Yunianti
 
Analisis pemodelan spasial pengembangan wilayah pesisir
Analisis pemodelan spasial pengembangan wilayah pesisirAnalisis pemodelan spasial pengembangan wilayah pesisir
Analisis pemodelan spasial pengembangan wilayah pesisirMonita Rossy
 

What's hot (20)

Geografi ekonomi & sistem informasi geografi (sig)
Geografi ekonomi & sistem informasi geografi (sig)Geografi ekonomi & sistem informasi geografi (sig)
Geografi ekonomi & sistem informasi geografi (sig)
 
Updating Database Jalan Lingkungan
Updating Database Jalan Lingkungan Updating Database Jalan Lingkungan
Updating Database Jalan Lingkungan
 
Unlock sistem informasi-geografis
Unlock sistem informasi-geografisUnlock sistem informasi-geografis
Unlock sistem informasi-geografis
 
Kelompok 2 XII IPS A SIG
Kelompok 2 XII IPS A SIGKelompok 2 XII IPS A SIG
Kelompok 2 XII IPS A SIG
 
Makalah geomatika
Makalah geomatika Makalah geomatika
Makalah geomatika
 
Pemodelan Geografi berbasis AHP
Pemodelan Geografi berbasis AHPPemodelan Geografi berbasis AHP
Pemodelan Geografi berbasis AHP
 
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografiKerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
 
Perkembangan dan manajemen data geospasial Pusdata Kementerian PU
Perkembangan dan manajemen data geospasial Pusdata Kementerian PUPerkembangan dan manajemen data geospasial Pusdata Kementerian PU
Perkembangan dan manajemen data geospasial Pusdata Kementerian PU
 
DATA PETA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PU
DATA PETA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PUDATA PETA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PU
DATA PETA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PU
 
Pengantar survey-dan-pemetaan-1
Pengantar survey-dan-pemetaan-1Pengantar survey-dan-pemetaan-1
Pengantar survey-dan-pemetaan-1
 
Konsep Sistem Informasi Geografis ( SIG )
Konsep Sistem Informasi Geografis ( SIG )Konsep Sistem Informasi Geografis ( SIG )
Konsep Sistem Informasi Geografis ( SIG )
 
One map participatory
One map participatoryOne map participatory
One map participatory
 
Jaring Informasi Geospasial Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Jaring Informasi Geospasial Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan RakyatJaring Informasi Geospasial Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Jaring Informasi Geospasial Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
 
Laporan gps jatijejer
Laporan gps jatijejerLaporan gps jatijejer
Laporan gps jatijejer
 
Ramlan et al_Prosiding Mapin 2015
Ramlan et al_Prosiding Mapin 2015Ramlan et al_Prosiding Mapin 2015
Ramlan et al_Prosiding Mapin 2015
 
47
4747
47
 
Crowsource Mapping, Captures Neography Practices
Crowsource Mapping, Captures Neography PracticesCrowsource Mapping, Captures Neography Practices
Crowsource Mapping, Captures Neography Practices
 
Diploma 2013-271459-chapter1
Diploma 2013-271459-chapter1Diploma 2013-271459-chapter1
Diploma 2013-271459-chapter1
 
Studi perub peng lahan(geo)
Studi perub peng lahan(geo)Studi perub peng lahan(geo)
Studi perub peng lahan(geo)
 
Analisis pemodelan spasial pengembangan wilayah pesisir
Analisis pemodelan spasial pengembangan wilayah pesisirAnalisis pemodelan spasial pengembangan wilayah pesisir
Analisis pemodelan spasial pengembangan wilayah pesisir
 

Similar to Miranda

Kerangka pemikiran penelitian
Kerangka pemikiran penelitianKerangka pemikiran penelitian
Kerangka pemikiran penelitianAndesSastraYunaf
 
114-Article Text-304-1-10-20200219 (1).pdf
114-Article Text-304-1-10-20200219 (1).pdf114-Article Text-304-1-10-20200219 (1).pdf
114-Article Text-304-1-10-20200219 (1).pdfBillyChristovel
 
Analisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaian
Analisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaianAnalisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaian
Analisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaianjufrikarim
 
Pemanfaatan INDRAJA (Pengindraan jauh)
Pemanfaatan INDRAJA (Pengindraan jauh)Pemanfaatan INDRAJA (Pengindraan jauh)
Pemanfaatan INDRAJA (Pengindraan jauh)January YunGky
 
jbi,+05+N303+225-234.pdf
jbi,+05+N303+225-234.pdfjbi,+05+N303+225-234.pdf
jbi,+05+N303+225-234.pdfNovrySaputra1
 
96144 makalah-fotogrametri
96144 makalah-fotogrametri96144 makalah-fotogrametri
96144 makalah-fotogrametriridhooo9898
 
Penerapan indraaja
Penerapan indraajaPenerapan indraaja
Penerapan indraajaKoko Harnoko
 
Proposal penelitian penggunan tanah-diklat penjenjangan kewidyaiswaraan madya
Proposal penelitian penggunan tanah-diklat penjenjangan kewidyaiswaraan madyaProposal penelitian penggunan tanah-diklat penjenjangan kewidyaiswaraan madya
Proposal penelitian penggunan tanah-diklat penjenjangan kewidyaiswaraan madyahadiarnowo
 
minggu 4_ Kel. 2_ Kelas A_08191045_08191059_08191065_08191075.pptx
minggu 4_ Kel. 2_ Kelas A_08191045_08191059_08191065_08191075.pptxminggu 4_ Kel. 2_ Kelas A_08191045_08191059_08191065_08191075.pptx
minggu 4_ Kel. 2_ Kelas A_08191045_08191059_08191065_08191075.pptxRestyAnnisaKusnadi
 
Jurnal banjir 14777
Jurnal banjir 14777Jurnal banjir 14777
Jurnal banjir 14777naufalulhaq2
 
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK  MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK  MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...bramantiyo marjuki
 
Sistem Informasi Geografis dan Pemetaan Pertemuan Ke II
Sistem Informasi Geografis dan Pemetaan Pertemuan Ke IISistem Informasi Geografis dan Pemetaan Pertemuan Ke II
Sistem Informasi Geografis dan Pemetaan Pertemuan Ke IIAmos Pangkatana
 
Pemanfaatan citra penginderaan jauh dan sistem informasi geografis untuk peme...
Pemanfaatan citra penginderaan jauh dan sistem informasi geografis untuk peme...Pemanfaatan citra penginderaan jauh dan sistem informasi geografis untuk peme...
Pemanfaatan citra penginderaan jauh dan sistem informasi geografis untuk peme...Asep Mulyono
 
Bab 1 pendahuluan sig minapolitan kambitin
Bab 1 pendahuluan sig minapolitan kambitinBab 1 pendahuluan sig minapolitan kambitin
Bab 1 pendahuluan sig minapolitan kambitinkiky permana
 
Tata guna lahan
Tata guna lahanTata guna lahan
Tata guna lahanMahirzza
 

Similar to Miranda (20)

Resensi jurnal ilmiah
Resensi jurnal ilmiahResensi jurnal ilmiah
Resensi jurnal ilmiah
 
Kerangka pemikiran penelitian
Kerangka pemikiran penelitianKerangka pemikiran penelitian
Kerangka pemikiran penelitian
 
114-Article Text-304-1-10-20200219 (1).pdf
114-Article Text-304-1-10-20200219 (1).pdf114-Article Text-304-1-10-20200219 (1).pdf
114-Article Text-304-1-10-20200219 (1).pdf
 
Analisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaian
Analisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaianAnalisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaian
Analisis kelas kemampuan lahan sebagai penentu kesesuaian
 
51 99-1-sm
51 99-1-sm51 99-1-sm
51 99-1-sm
 
Pemanfaatan INDRAJA (Pengindraan jauh)
Pemanfaatan INDRAJA (Pengindraan jauh)Pemanfaatan INDRAJA (Pengindraan jauh)
Pemanfaatan INDRAJA (Pengindraan jauh)
 
jbi,+05+N303+225-234.pdf
jbi,+05+N303+225-234.pdfjbi,+05+N303+225-234.pdf
jbi,+05+N303+225-234.pdf
 
skripsi
skripsiskripsi
skripsi
 
Fmipa201044 2
Fmipa201044 2Fmipa201044 2
Fmipa201044 2
 
Salsabila
SalsabilaSalsabila
Salsabila
 
96144 makalah-fotogrametri
96144 makalah-fotogrametri96144 makalah-fotogrametri
96144 makalah-fotogrametri
 
Penerapan indraaja
Penerapan indraajaPenerapan indraaja
Penerapan indraaja
 
Proposal penelitian penggunan tanah-diklat penjenjangan kewidyaiswaraan madya
Proposal penelitian penggunan tanah-diklat penjenjangan kewidyaiswaraan madyaProposal penelitian penggunan tanah-diklat penjenjangan kewidyaiswaraan madya
Proposal penelitian penggunan tanah-diklat penjenjangan kewidyaiswaraan madya
 
minggu 4_ Kel. 2_ Kelas A_08191045_08191059_08191065_08191075.pptx
minggu 4_ Kel. 2_ Kelas A_08191045_08191059_08191065_08191075.pptxminggu 4_ Kel. 2_ Kelas A_08191045_08191059_08191065_08191075.pptx
minggu 4_ Kel. 2_ Kelas A_08191045_08191059_08191065_08191075.pptx
 
Jurnal banjir 14777
Jurnal banjir 14777Jurnal banjir 14777
Jurnal banjir 14777
 
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK  MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK  MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
 
Sistem Informasi Geografis dan Pemetaan Pertemuan Ke II
Sistem Informasi Geografis dan Pemetaan Pertemuan Ke IISistem Informasi Geografis dan Pemetaan Pertemuan Ke II
Sistem Informasi Geografis dan Pemetaan Pertemuan Ke II
 
Pemanfaatan citra penginderaan jauh dan sistem informasi geografis untuk peme...
Pemanfaatan citra penginderaan jauh dan sistem informasi geografis untuk peme...Pemanfaatan citra penginderaan jauh dan sistem informasi geografis untuk peme...
Pemanfaatan citra penginderaan jauh dan sistem informasi geografis untuk peme...
 
Bab 1 pendahuluan sig minapolitan kambitin
Bab 1 pendahuluan sig minapolitan kambitinBab 1 pendahuluan sig minapolitan kambitin
Bab 1 pendahuluan sig minapolitan kambitin
 
Tata guna lahan
Tata guna lahanTata guna lahan
Tata guna lahan
 

More from Nasruddin_jalil

More from Nasruddin_jalil (12)

Ripin
Ripin Ripin
Ripin
 
Mhd.andi osama
Mhd.andi osamaMhd.andi osama
Mhd.andi osama
 
Silvani widya
Silvani widyaSilvani widya
Silvani widya
 
Saila rahmah
Saila rahmah Saila rahmah
Saila rahmah
 
Leo raja dasopang.
Leo raja dasopang.Leo raja dasopang.
Leo raja dasopang.
 
Dinaaaaaaa
DinaaaaaaaDinaaaaaaa
Dinaaaaaaa
 
ainnuridha fitrihani2
ainnuridha fitrihani2ainnuridha fitrihani2
ainnuridha fitrihani2
 
Elia sulistiana power point
Elia sulistiana power pointElia sulistiana power point
Elia sulistiana power point
 
Pemetaan potensi wilayah untuk menunjang kebijakan pangan kabupaten
Pemetaan potensi wilayah untuk menunjang kebijakan pangan kabupatenPemetaan potensi wilayah untuk menunjang kebijakan pangan kabupaten
Pemetaan potensi wilayah untuk menunjang kebijakan pangan kabupaten
 
Fadhillah
FadhillahFadhillah
Fadhillah
 
Desy siregar [autosaved]
Desy siregar [autosaved]Desy siregar [autosaved]
Desy siregar [autosaved]
 
Mnasruddin jalil
Mnasruddin jalilMnasruddin jalil
Mnasruddin jalil
 

Recently uploaded

Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 

Recently uploaded (20)

Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 

Miranda

  • 1. PEMETAAN SAWAH EKSESTING MENGGUNAKAN TEKNOLOGI SPASIAL MENUJU KEBIJAKAN SATU PETA studi kasus di kabupaten aceh besar dan aceh jaya MIRANDA ARI MUDE NIM:01.01.19.089
  • 2. PEMETAAN SAWAH MENGGUNAKAN EKSESTING MENGGUNAKAN TEKNOLOGI SPASIAL MENUJU KEBIJAKAN SATUPETA studi kasus di kabupaten aceh besar dan aceh jaya ABSTRAK Keberadaan lahan sawah diseluruh Indonesia termasuk Aceh, terus mengalami perubahan luas untuk peruntukan lain. Sementara itu, pemerintah terus mendorong kemandirian pangan dan energi menjadi target utama pembangunan. Salah satu programnya adalah mencetak sawah baru.Perencaan sawah baru memerlukan sawah eksisting. Hal ini, menuntut ketepatan dan kecepatan informasi spasial lahan sawah dengan harapan kedepannya kebijakan pengembangan perluasan sawah secara objektif dapat tersusun dengan baik, tepat tujuan dan tepat sasaran. Fokus penelitian berpusat pada aplikasi sistem informasi geografis dalam menangani data spasial lahan sawah.Tekik interpretasi citra menggunakan interpretasi visual on screen mengikut konsep kunci interpretasi citra yang dipadukan dengan kegiatan lapangan.Penggunaan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam kajian ini akan memudahkan dan mempercepatkan proses analisis data.Didapati adanya perbedaan luas antara data eksisting dan analisis spasial seluas 12.358,92 hektar atau sekitar 26,47% dari luas wilayah Aceh Besar dan sebesar ± 6.382,59 hektar atau sekitar 52,49% dari luas wilayah Aceh Jaya
  • 3. PENDAHULUAN Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat luas dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Ketersediaan lahan semakin berkurang seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Masalah yang ditimbulkan dari pertumbuhan jumlah penduduk juga dijelaskan oleh Thomas Robert Malthus dimana pertumbuhan penduduk akan mengalami peningkatan yang lebih cepat menurut deret ukur dari ketersediaan bahan pangan sehingga lambat laun manusia akan mengalami krisis bahan pangan. Pertambahan jumlah penduduk juga menyebabkan kebutuhan akan perumahan yang meningkat.Sementara jumlah lahan yang tersedia luasannya tetap dan secara otomatis dalam penyediaan perumahan tentunya akan mengorbankan lahan sawah sebagai tempat pembangunan perumahan (Sihaloho, 2007).Keberadaan lahan sawah diseluruh Indonesia termasuk
  • 4. Aceh, terus mengalami perubahan luas dan terkonversi menjadi lahan non sawah, sementara pemerintah terus mendorong kemandirian pangan dan energi menjadi target utama pembangunan. Data statistik menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan pemerintah mencetak sawah baru ± 40 ribu hektar per tahun, sedangkan konversi lahan sawah secara nasional mencapai 100 ribu hektare per tahunnya .Tren ini dikuatirkan akan terus berlanjut, dan tentunya tidak bisa diharapkan untuk mendukung kemandirian pangan. Informasi ini menunjukkan bertambahnya jumlah penduduk serta meningkatnya kebutuhan akan lahan untuk berbagai sektor mendorong peningkatan konversi lahan sawah, di lain pihak pencetakan lahan sawah baru(ekstensifikasi) mengalami perlambatan . Guna mendukung usaha pemantapan ketahanan dan kedaulatan pangan dan pengadaan stok pangan nasional, dituntut ketepatan dan kecepatan informasi sumberdaya lahan sehingga dirasa perlu dan mendesak untuk melakukan kegiatan inventarisir data base eksisting sawah baku secara spasial dan terukur di setiap kabupaten Provinsi Aceh, dengan harapan kedepannya kebijakan pengembangan perluasan sawah secara objektif dapat tersusun dengan baik, tepat tujuan dan tepat sasaran.
  • 5. Teknik memperoleh data pada masa sekarang selain dengan menggunakan teknik survey langsung ke lapangan bisa juga dilakukan dengan menggunakan sains penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis (GIS). Penginderaan jauh dilakukan melalui akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena dengan bantuan alat dan tidak melakukan kontak langsung dengan objek atau fenomena tersebut, seperti menggunakan foto udara atau citra satelit. Penggunaan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam kajian ini akan memudahkan dan mempercepatkan proses analisis data (Setyowati, 2007). Teknologi SIG mempunyai kelebihan untuk menginput, editing dan analisis data, baik data geografik serta data atribut dengan cara yang tepat pada waktu yang cepat.
  • 6. METODE Teknik interpretasi citra digunakan interpretasi secara visual on screendipadukan dengan kegiatan lapangan. Pengolahan data spasial menggunakan SIG berupa berupa editing dan digitasi data vektor (titik, garis dan poligon). Secara umum kajian ini terdiri dari prasurvey dan pasca survey. Prasurvey bertujuan untuk menganalisis data dan menyiapkan data untuk survey ke lapangan, seperti penyiapan peta sampel lokasi sawah eksisting untuk survey. Sedangkan kegiatan pasca survey lebih kepada input dan analisis data hasil survey, serta editing dan digitasi data untuk data final sawah eksisting di kawasan kajian.
  • 7. HASIL DAN PEMBAHASAN Tahun 2009-2012 terlihat luasan lahan sawah di wilayah Aceh Besar mengalami penurunan seluas ± 6.292,47 ha (3,47%). Hal ini berbanding terbalik pada tahun 2012-2013 yang mana mengalami peningkatan seluas ± 3.737,47 ha (1,97%). Keadaan ini berkemungkinan dikarena penambahan luasan melalui program cetak sawah baru. Klasifikasi lahan lainnya yang berpeluang menjadi sawah yaitu lahan kering. Lahan keringmerupakan lahanyang dapat digunakan untuk usaha pertanian dengan penggunaan air secara terbatas. Lahan ini biasanya hanya mengharapkan dari curah hujan dan variasi tanaman sangat terbatas (hanya semak belukar, rerumputan dan pepohonan kecil di daerah tertentu). Sementara pada wilayah Aceh Jaya dari tahun 2012-2013mengalami penurunan seluas 0,18ha.
  • 8. Perubahan luasan pemanfaatan lahan kering dari tahun 2009-2013untuk wilayah Aceh Besarmengalami penurunan seluas ± 16. 949, 00 ha (12, 38%), dengan demikian penyediaan lahan pertanian untuk pangan saat ini menghadapi tekanan akibat persaingan dengan sektor lain sebagai akibat pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan jumlah penduduk. Kondisi demikian menyebabkan lahan pertanian pangan dihadapkan kepada masalah penurunan luas lahan akibat dikonversi ke penggunaan nonpertanian.
  • 9. Lahan Sawah Berdasarkan Data Spasial Pemetaan areal eksisting lahan sawah menggunakan penggabungan informasi lapangan, citra satelit high resolution dan informasi data kementrianpertanian. Penggunaan citra satelit bertujuan agar pemetaan lahan baku sawah dapat mudah dilakukan, dimana perhitungannya meliputi jumlah total lahan sawah. Dari data tersebut dapat diturunkan menjadi data luas per kecamatan bahkan hingga per desa jika ada batas desa yang pasti. Penggunaan citra resolusi tinggi dapat mempermudah dalam mengamati parameter–parameter yang digunakan dalam pemetaan lahan baku sawah. Salah satu kelebihan menggunakan resolusi tinggi adalah areal sawah yang terdapat di kawasan berbukit dapat diklasifikasi visual, karena jika menggunakan citra resolusi sedang dan rendah, tidak akan tampak jelas tiap petak sawahnya. Secara keseluruhan areal persawahan pada kawasan dataran sampai berbukit dan sebagian lainnya adalah sawah yang bertaresering. Proses klasifikasi visual poligon sawah terasering lebih sulit dilakukan, dibandingkan dengan sawah di dataran. Pada citra resolusi tinggi, tekstur, warna, bentuk objek di citra hampir sama dengan kenampakan dilapangan (permukaan bumi), misalnya vegetasi (pohon, rumput, perdu) berwarna hijau, lahan terbuka berwarna coklat, air kolam renang berwarna biru, atap rumah beranekaragam warnanya.
  • 10. Sawah eksisting analisis spasial dan survey lapangan didapati wilayah Aceh Besar seluas17. 163, 08 hektar (0,37% dari luas wilayah kajian. Luasan tersebut bereferensi spasial menggunakan perangkat lunak GIS. Secara detail luasan tersebut dapat katagorikan berdasarkan kecamatan. Perbandingan Sawah Data Eksisting dan Spasial Hasil kajian mendapati adanya perbedaan luasan antara data tabular lahan sawah dan analisis spasial lahan sawah eksisting. Perbedaan atau selisih mencapai setengahnya. Pada kabupaten Aceh Besar selisih luasan sebesar 12.358,92hektar. Adapun kabupeten Aceh Jaya mencapai 52,49 % atau 14.106,41 hektar.
  • 11. Data yang dikeluarkan oleh Pusat Data dan Informasi Pertanian Kementerian bersumbar dari BadanPusat Statistik masing-masing provinsi yang diperoleh berdasarkan survei/wawancara langsung atau tidak langsung kepada para petani tanpa dilakukan pengukuran terestris, sementara hasil dari klasifikasi citra dilakukan secara komputerisasi berdasarkan perpaduan proses analisa visual on dan survei lapangan. Oleh itu jika kedua sumber data ini mempunyai posisi spatial dapat saling mengkapi guna menuju penggunaan satu data (satu peta). Secara spasial data tabular menunjukkan bahwa perubahan luasan sawah terjadi menyebar disemua lokasi
  • 12. Perbedaan perubahan juga disebabkan oleh adanya akurasi data lama yang rendah, hal ini terutama untuk presisi batas sawah. Perubahan dan perbedaan data tersebut ada kemungkinan disebabkan alih fungsi kawasan. Alih fungsi ini berupa perubahan dari lahan sawah menjadi non sawah. Setelah tsunami adanya pergeseran arah pembangunan (Kamaruzzaman, 2009). Pergeseran ini salah satunya memakai lahan sawahuntuk pembangunan. Selanjutnya hal ini juga disebabkan oleh kurang selarasnya dengan peruntukan RTRW. Penggunaan lahan yang belum selaras dengan arahan penggunaannya dikarenakan oleh pertumbuhan pembangunan yang belum mencapai target di wilayah yang telah direncanakan (Lubis et al, 2013). Hasil kajian ini merupakan awal untuk menjadikan sinkronisasi data tabular dan spasial guna menuju kebijakan satu peta. Hal ini mengingat perananan data spasial dalam perencanaan pembangunan sangat strategi
  • 13. KESIMPULAN Hasil kajian mendapati adanya perbedaan luasan antara tabular lahan sawah dan analisis spasial lahan sawah eksisting. Perbedaan atau selisih mencapai setengahnya. Pada kabupaten Aceh Besar selisih luasan sebesar 12.358,92hektar. Adapun kabupeten Aceh Jaya mencapai 52,49 % atau 14.106,41 hektar. Perbedaan ini disebabkan oleh metode pengambilan data, alih fungsi kawasan dan akurasi pengambilan data.