SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Download to read offline
20
Jurnal Ilmiah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Vol. I No. 01, Tahun 2010
1. PENDAHULUAN
Kondisi dan fenomena kemiskinan yang
mengungkung sebagian besar masyarakat kita
hingga kini masih menyimpan banyak
perdebatan. Perdebatan tersebut terutama seputar
teori, konsep maupun metode-metode yang
menyangkut tentang kondisi kemiskinan di
sekitar kita. Perdebatan dimulai dengan
penyusunan konsep, indikator, dan langkah-
langkah termasuk kebijaksanaan yang harus
diambil berhubungan dengan cara mengatasinya,
atau dengan bahasa praktisnya penanggulangan
kemiskinan. Hal ini menjadi makin menjadi
kontras, tatkala pihak-pihak yang mengalami atau
berada dalam ‘kondisi miskin’ terus bertambah
jumlah maupun tingkat kemiskinannya.
Fenomena kemiskinan sendiri berkaitan erat
dengan konsep dan permasalahan ketidak adilan
dan disintegrasi kelompok, menunjuk pada
sebuah jalinan konsep yang memberi sebuah
BUDAYA KEMISKINAN DI MASYARAKAT :
TINJAUAN KONDISI KEMISKINAN DAN KESADARAN
BUDAYA MISKIN DI MASYARAKAT
Ketut Sudhana Astika
Program Studi Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Udayana, Bali
ABSTRACT :
The culture of poverty is contructed from the situation which categorized people
into two categories, under and above poverty line, which also being categorized by
specific characteristics including the impact on those groups. The culture of poverty
is an adaptation of a group of people on their marginal condition, but not for their
existence because some of their characteristics and attitudes are more limited on the
present orientation and their inferiority, apathy, and the lack of future planning.
Key words : poverty, culture of poverty, community
pengertian yang saling berkait satu sama lain.
Masing-masing konsep bisa dilihat secara tunggal
dengan pengertian tersendiri atau analisis saling
keterkaitan atau keterhubungan satu dengan
lainnya dalam konteks kausalitas. Kemiskinan
bisa terjadi karena adanya ketidak adilan di
masyarakat yang dapat mengganggu rasa
kebersamaan, atau karena perlakuan yang tidak
adil dalam perlakuan/pemerataan, ada
masyarakat yang merasa miskin dalam berbagai
hal yang berakibat pada pertentangan dan
perpecahan.
Pola kekuasaan yang ada memungkinkan
sebagian kecil atau sekelompok individu merasa
dapat perlakuan yang tidak adil dan kesempatan
yang sama memperoleh asset dan akses untuk
berkembang, berpotensi pada terbentuknya
kelompok minoritas yang merasa miskin karena
proses pemiskinan yang berlangsung. Kelompok
seperti ini akan menjadi akar di masyarakat yang
21
berperilaku menyimpang sehingga terjadilah
penentangan dan konflik dengan dampak yang
lebih luas, yaitu disintegrasi masyarakat.
Sebaliknya gejala terjadinya disintegrasi di
masyarakat dengan memudarnya kebersamaan
dan rasa persatuan diantara sesama warga
masyarakat memberi ciri pada melemahnya pola
interaksi sosial, menghilangnya rasa
kebersamaan diantara sesama warga hilangnya
rasa kohesi sosial dan berdampak pada tindak
ketidak adilan dan berlangsungnya proses
pemiskinan dikalangan warga masyarakat.
2. RAGAM PEMIKIRAN TENTANG
KEMISKINAN
Kemiskinan seperti diungkapkan oleh
Suparlan (1994), dinyatakan sebagai suatu
keadaan kekurangan harta atau benda berharga
yang diderita oleh seseorang atau sekelompok
orang. Akibat dari kekurangan harta atau benda
tersebut maka seseorang atau sekelompok orang
itu merasa kurang mampu membiayai kebutuhan-
kebutuhan hidupnya sebagaimana layaknya.
Kekurang mampuan tersebut mungkin hanya
pada tingkat kebutuhan-kebutuhan budaya (adat,
upacara-upacara, moral dan etika), atau pada
tingkat pemenuhan kebutuhan-kebutuhan sosial
(pendidikan, berkomunikasi dan berinteraksi
dengan sesama) atau pada tingkat pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan yang mendasar (makan-
minum, berpakaian, bertempat tinggal atau
rumah, kesehatan dan sebagainya).
Kemiskinan, masih menurut Suparlan
(1994), dengan demikian terserap ke dalam dan
mempengaruhi hamper keseluruhan aspek-aspek
kehidupan manusia. Kemiskinan yang diderita
oleh sekelompok orang bahkan sebuah
masyarakat, menghasilkan suatu keadaan dimana
warga masyarakat yang bersangkutan merasa
tidak miskin bila berada dan hidup diantara
sesamanya. Karena berbagai kegiatan yang
dilakukan dalam kehidupan para warga kelompok
tersebut dirasakan sebagai suatu hal yang biasa
(sebagai fenomena biasa dalam kehidupan
keseharian mereka). Pada kondisi seperti itu tidak
ada yang diacu untuk pamer, sehingga diantara
mereka tidak ada perasaan saling berbeda, yang
dapat menimbulkan perasaan malu. Dalam
keadaan demikian, maka kemiskinan terwujud
dalam berbagai cara-cara mereka memenuhi
kebutuhan-kebutuhan mereka untuk dapat hidup.
Di kalangan masyarakat/kelompok yang
berada dalam kondisi miskin seperti itu,
berkembang suatu pedoman bagi kehidupan
mereka yang diyakini kebenaran dan
kegunaannya yang dilandasi oleh kemiskinan
yang mereka derita bersama. Pedoman atau kiat-
kiat untuk menghadapi fenomena miskin seperti
itu kemudian melahirkan model-model adaptasi
mereka menghadapi kemiskinan.
Pada era gencarnya prmbangunan di tahun
1970-1980, sebuah seminar ilmiah yang diadakan
oleh Himpunan Indonesia Untuk Pengembangan
Ilmu-ilmu Sosial (HIPIS), diadakan di Malang
tanggal 13-17 November 1979, dengan tema dan
hasil yang monumental sampai saat ini, yaitu
‘Kemiskinan Struktural’ (Soemardjan, 1980),
dimana dalam pendapatnya dinyatakan bahwa
kemiskinan struktural tidak menunjuk pada
individual yang miskin karena malas bekerja atau
tidak mendapatkan penghasilan, tetapi lebih
banyak karena struktur sosial masyarakat yang
ada telah membatasi hak-hak mereka untuk
mendapatkan/menggunakan sumber-sumber
pendapatan yang tersedia untuk mereka.
Pada kondisi seperti itu kelompok
masyarakat yang berada pada kondisi seperti itu
pada umumnya memiliki kesadaran akan
Budaya Kemiskinan Di Masyarakat .............. ( Ketut Sudhana Astika)
22
Jurnal Ilmiah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Vol. I No. 01, Tahun 2010
nasibnya yang berbeda dengan kelompok/
golongan lainnya. Dalam kelompok miskin
secara struktur ini, masih menurut Soemardjan,
ada para petani yang tidak bertanah atau
mempunyai garapan yang sangat kecil, sehingga
tidak mencukupi untuk pemenuhan hidupnya.
Juga golongan mereka yang tidak terdidik dan
terlatih yang disebut ‘unskilled labores’ yang
terhambat untuk memasuki pasar kerja, golongan
miskin itu juga meliputi para pengusaha tanpa
modal dan tanpa fasilitas dari pemerintah, atau
golongan ekonomi lemah.
Pembicaraan tentang kemiskinan penduduk
perkotaan, diungkap oleh Gavin Jones (dalam
Dorodjatun, 1986), yang menyatakan bahwa
sebagai akibat dari migrasi penduduk pedesaan
ke kota (khususnya kota-kota di Jawa), telah
menambah jumlah penduduk miskin yang ada
karena dua hal yaitu : karena penambahan secara
alamiah (lebih banyak kelahiran dari pada
kematian); dan karena adanya migrasi orang desa
ke kota yang terus bertambah (untuk mencari
pekerjaan). Gavin Jones bahkan berteori bahwa
bagaimanapun orang-orang desa yang bermigrasi
membandingkan bahwa ada peluang atau
kesempatan kerja yang lebih besar dan lebih
panjang dikota, walau harus tinggal
diperkampungan.
Apa yang dinyatakan Gavin Jones,
sebenarnya ditunjang oleh temuan dua peneliti
lainnya. Peneliti pertama, Graeme Hugo (1986)
yang memfokuskan migrasi sirkuler penduduk
sekitaran Jakarta antara lain penduduk kabupaten
yang berdekatan dengan Jakarta, seperti
Tangerang, Bogor, Depok dan Bekasi.
Perkembangan industri dan pembangunan kota
di Jakarta sangat menarik minat para penduduk
di desa-desa kabupaten tadi untuk pindah dan
menetap di Jakarta. Dan secara umum para
migrant dalam teori yang dikemukakan oleh
Graeme Hugo, besarnya angka/jumlah migrant
sangat tergantung pada jarak daerah asal dan kota
tujuan, sarana transportasi yang tersedia, dan
kondisi perkembangan kota tujuan. Sehingga ia
kemudian mengklasifikasi model migrasi ke kota
yang ada yaitu : ‘pindah, merantau, dan pulang
balik’.
Temuan kedua merupakan penguatan teori
Graeme Hugo yang dilakukan Lea Jellinek
(1986), dalam tulisannya ‘sistem pondok dan
migrasi sirkuler’, khususnya pada migran
penduduk desa ke kota Jakarta. Jellinek
menganalogikan ‘pondok’ sebagai sebuah rumah
sederhana tempat menginap di pedesaan. Di
Jakarta para migrant mengartikan dan
memfungsikan ‘pondok’ bukan saja sebagai
tempat menginap, tetapi juga menjadi tempat
usaha dan kegiatan kehidupan lainnya. Karena
itu dalam temuan penelitiannya, ratusan pondok-
pondok yang tersebar di seluruh kota menjadi
berbagai pangkalan, tempat usaha kecil berjalan,
dan ada ribuan pengusaha dengan modal kecil
hidup (umumnya para migrant sirkuler) dalam
‘sistem pondok’ dengan sistem ‘tauke’ yang
terstruktur dan kuat. Pondok juga menampung
pendatang baru dari desa-desa yang sama, dan
menyediakan lapangan kerja sehingga selalu
menarik minat bagi berlangsungnya proses
‘migran sirkuler’.
Sebenarnya temuan-temuan penelitian dari
Gavin Jones, Graeme Hugo maupun Lea Jellinek,
lebih banyak barbicara dan berteori tentang
migarasi dan aspek-aspeknya, tetapi dampak dari
temuan mereka serta teori mereka sangat
berperan dalam berkembangnya jumlah
penduduk kelompok miskin diperkotaan
(khususnya Jakarta), atau model-model yang
mereka temukan telah menjadi ‘model’ yang juga
23
melanda kota-kota lain yang berkembang di
Indonesia. Kemiskinan perkotaan telah menjadi
‘model’ dari perkembangan kota, dan juga
merupakan masalah bagi pemerintahan dan
manajemen perkotaan. Karena dari cara hidup
para migran di perkotaan inilah telah lahir pola
adaptasi, nilai-nilai yang diyakini, respons dalam
tindakan/sikap, dan pola-pola kelakuan yang khas
penduduk miskin kota yang oleh para ahlinya
disebut dengan kebudayaan kemiskinan.
3. MAKNA KEBUDAYAAN
KEMISKINAN
Istilah kebudayaan kemiskinan untuk
pertama kalinya dikemukakan oleh seorang
antropolog Amerika, Oscar Lewis dalam
Suparlan (1984). Kebudayaan dalam pengertian
Oscar Lewis mencakup apa yang diyakini (nilai-
nilai), respons dalam tindakan (sikap), dan
abstraksi-abstraksi dari kelakuan (pola-pola
kelakuan). Tiga kategori inii sebenarnya tidak
dapat digolongakan sebagai/dalam sebuah
kategori budaya. Karena masing-masing kategori
tersebut dengan unsure-unsurnya terkategorisasi
secara bertimgkat-tingkat menurut ciri-cirinya.
Karena itu kemudian karya-karya Oscar Lewis
dalam mengkaji kebudayaan kemiskinan lebih
bersifat deskriptif dan kasuistik, yang tidak dapat
menghasilkan formula yang dapat digunakan
untuk memecahkan masalah-masalah
kemiskinan. Namun, dengan kelemahan
metodologis yang dimilikinya Oscar Lewis masih
dapat/mampu mengidentifikasi bahwa
kebudayaan kemiskinan itu tidak pernah ada
dalam sebuah masyarakat yang menganut system
kekerabatan yang patrilineal atau matrilineal.
(Suparlan, 2008 : 369).
Selanjutnya menurut Oscar Lewis, dalam
Suparlan (1984), mengidentifikasi bahwa dalam
kebudayaan kemiskinan (terutama di perkotaan),
adalah sebagai konskwensi dari masyarakat
dengan kepadatan tinggi, terbatasnya akses-akses
terhadap barang-barang konsumsi, layanan
kesehatan dan sarana pendidikan. Kebudayaan
kemiskinan juga bisa terwujud dalam situasi
ekonomi yang terdeferensiasi, berkembamngnya
system ekonomi uang, buruh upahan, dan sistem
produksi untuk keuntungan.Demikian juga pada
masyarakat yang mempunyai institusi social yang
lemah untuk mengontrol dan memecahkan
masalah sosial dan kependudukan, yang
berdampak pada pertumbuhan tinggi dan
pengangguran juga tinggi.
Kebudayaan kemiskinan merupakan suatu
adaptasi atau penyesuaian dan reaksi kaum
miskin terhadap kedudukan marginal mereka
dalam massyarakat yang berstrata kelas, sangat
individualistis berciri kapitalisme. Sehingga yang
mempunyai kemungkinan besar untuk memiliki
kebudayaan kemiskinan adalah kelompok
masyarakat yang berstratarendah, mengalami
perubahan social yang drastic yang ditunjukkan
oleh ciri-ciri :
1. Kurang efektifnya partisipasi dan integrasi
kaum miskin kedalam lembaga-lembaga
utama masarakat, yang berakibat munculnya
rasa ketakutan, kecurigan tinggi, apatis dan
perpecahan;
2. Pada tingkat komunitas local secara fisik
ditemui rumah-rumah dan pemukiman
kumuh, penuh sesak, bergerombol, dan
rendahnya tingkat organisasi diluar keluarga
inti dan keluarga luas;
3. Pada tingkat keluarga ditandai oleh masa
kanak-kanak yang singkat dan kurang
pengasuhan oleh orang tua, cepat dewasa,
atau perkawinan usia dini, tingginya angka
perpisahan keluarga, dan kecenderungan
Budaya Kemiskinan Di Masyarakat .............. ( Ketut Sudhana Astika)
24
Jurnal Ilmiah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Vol. I No. 01, Tahun 2010
terbentuknya keluarga matrilineal dan
dominannya peran sanak keluarga ibu pada
anak-anaaknya;
4. Pada tingkat individu dengan ciri yang
menonjol adalah kuatnya perasaan tidak
berharga, tidak berdaya, ketergantungan
yang tinggi dan rasa rendah diri;
5. Tingginya (rasa) tingkat kesengsaraan,
karena beratnya penderitaan ibu,lemahnya
struktur pribadi, kurangnya kendali diri dan
dorongan nafsu, kuatnya orientasi masa kini,
dan kekurang sabaran dalam hal menunda
keinginan dan rencana masa depan,
perasaan pasrah/tidak berguna, tingginya
anggapan terhadap keunggulan lelaki, dan
berbagai jenis penyakit kejiwaan lainnya;
6. Kebudayaan kemiskinan juga membentuk
orientasi yang sempit dari kelompoknya,
mereka hanya mengetahui kesulitan-
kesulitan, kondisi setempat, lingkungan
tetangga dan cara hidup mereka sendiri saja,
tidak adanya kesadaran kelas walau mereka
sangat sensitif terhadap perbedaan-
perbedaan status;
Dengan enam ciri tersebut sebenarnya sudah
dapat diidentifikasi kelompok masyarakat mana
yang termasuk dalam kategori masyarakat
dengan kebudayaan kemiskinan. Mungkin ciri-
ciri yang dikemukakan oleh Oscar Lewis tersebut
memang lebih banyak dapat dilihat pada ciri
masyarakat miskin perkotaan.
Tokoh-tokoh lain yang juga berbicara
tentang kemiskinan antara lain Chris manning
dan tadjuddin Noer Effendi (1983) yng berbicara
tentang kemiskinan di perkotaan dengan
penekanan pada masalah urbanisasi,
pengangguran dansektor informal perkotan,
membawa analisa mereka pada budaya
kemiskinan yang dilihat dari berbagai dimensi :
ekonomi, politik dan social budaya. Dan hasil
seminar HIPIIS di Malang 13-17 Nopember
1079 adalah hasil monumental tentang
‘Kemiskinan Struktural’ yang mana pemikiran
para ahli ilmu sosial tentang kemiskinan
dihimpun oleh Alfian, Mely G. Tan dan Selo
Soemardjan (1980). Mereka menunjukkan
perhatian tentang kemiskinan dari berbagai
aspek.
Dorodjatun Kuntjoro Jakti yang
menghimpun sejumlah hasil penelitian
kependudukan dan masalah kemiskinan dalam
‘Kemiskinan di Indonesia’ (1986), melihat
masalah kemiskianan muncul sebagai dampak
dari kebijakan pembangunan khususnya
pembangunan desa-kota yang tidak seimbang,
sehingga berdampak pada berkembangnya
fenomena kemiskinan (khususnya di perkotaan).
Pembicaraan secara khusus tentang ciri
kemiskinan yang lain adalah munculnya
fenomena sektor informal perkotaan seperti yang
dibicarakan Prof. Dr. Rusli Ramli,MS dalam
buku Sektor Informal Perkotaan : Pedagang Kaki
Lima (1992). Dikemukakan bahwa dimulai dari
kebijaksanaaan ekonomi, kesempatan kerja yang
terbatas, dan sifat para birokrat kota kepada para
pedagang kaki lima, dan terbentuknya jaringan
sosial antara pedagang kaki lima dengan berbagai
sektor lainnya, yang kemudian memberi wajah
dominan pada sebuah kota. Rusli Ramli juga
membicarakan tentang bagaimana latar belakang
social para pedagang antara lain : pola
orientasinya, organisasi, status perkawinan dan
jumlah tanggungan, yang menggambarkan
tentang adanya kemiskinan.
25
4. KESIMPULAN
Ada banyak tokoh yang berbicara tentang
kemiskinan secara individual atau secara
berkelompok, namun diketahui ada kelembagaan
yang secara khusus berbicara tentang kemiskinan
(HIPIIS) dengan konsepnya yang cukup bergema
yaitu konsep kemiskinan struktural.
Pembicaraan tentang teori kemiskinan
khususnya tentang kebudayaan kemiskinan,
sampai kini masih dapat digunakan pemikiran
teori dari Oscar Lewis (1955), yang teorinya
masih dirujuk oleh pemikir setelahnya termasuk
antropolog Parsudi Suparlan yang lebih
mengkhususkan perhatiannya pada masalah
antropologi perkotaan.
Teori-teori lain yang berkembang dan
dikembangkan oleh para ahlinya, lebih banyak
menyatakan bahwa kemiskinan adalah dampak
dari masalah kependudukan khususnya migrasi
desa-kota yang tidak terkendali. Kemiskinan dan
kebudayaan kemiskinan terbentuk dari suatu
situasi, yang mengelompokkan masyarakat dalam
dua kategori, yaitu miskin dan tidak miskin.
Selain itu, kebudayaan kemiskinan membuat
sebuah kategorisasi dengan ciri-ciri khusus, dan
juga dampak yang ditimbulkannya pada
kelompok miskin tersebut.
Kebudayaan kemiskinan merupakan
adaptasi dan penyesuaian oleh sekelompok orang
pada kondisi marginal mereka, tetapi bukan untuk
eksistensinya karena sejumlah sifat dan sikap
mereka lebih banyak terbatas pada orientasi
kekinian dominannya sikap rendah diri, apatis,
dan sempitnya pada perancanaan masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
Alfian, Mely G. Tan, Selo Soemardjan : 1980.
kemiskinan Struktural, Suatu Bunga
rampai; 1980. Jakarta. Yayasan Ilmu-
ilmu social.
Doyle, Paul Johnson : Teori Sosiologi, Klasik dan
Modern (terjemahan : Robert MZ
Lawang). 1986. Jakarta. Penerbit PT
Gramedia.
Hauser, Phillip M.cs : Penduduk dan Masa
Depan Perkotaan,1985. Jakarta.
Penerbit Yayasan Obor Indonesia.
Kompas, Penerbit Buku Kompas ; Demokrasi,
Kekerasan, Disintegrasi: 2001. Jakarta.
Penerbit Buku Kompas
Kuntjoro-Jakti, Dorodjatun : Kemiskinan di
Indonesia; 1986. Jakarta. Yayasan Obor
Indonesia.
Lewis, Oscar : Kisah Lima Keluarga; 1988.
Jakarta. Yayasan Obor Indonesia.
Herlianto, : Urbanisasi, Pembangunan, dan
Kerusuhan Kota; 1997. PenerbitAlumni
Bandung.
Manning Chris dan Tadjuddin Noer Effendi :
Urbanisasi, Pengangguran, dan Sektor
Informal di Kota; 1983. Yogjakarta
Penerbit PPSK-Univ Gajah Mada.
Mubyarto, Loekman Soetrisno, dan Michael
Dove : Nelayan dan Kemiskinan, Studi
Ekonomi Antropologi di Dua Desa
Pantai; 1984. Jakarta. Penerbit Rajawali.
Ramli,Prof.Dr. Rusli : Sektor Informal Perkotaan
Pedagang kaki Lima; 1992. Jakarta.
Penerbit Ind-Hill-Co.
Sairin, Prof. Dr.Syafri : Perubahan Sosial
Masyarakat Indonesia, Perspektif
Antrpologi;2002. Yogjakarta. Penerebit
Pustaka Pelajar.
Sunarto, Kamanto : Pengantar Sosiologi; 1993.
Jakarta. Lembaga Penerbit, Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Budaya Kemiskinan Di Masyarakat .............. ( Ketut Sudhana Astika)
26
Jurnal Ilmiah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Vol. I No. 01, Tahun 2010
Suparlan, Dr. Parsudi (penyunting): Kemiskinan
Di Perkotaan, Bacaan Untuk
Antropologi Perkotaan; 1984. Jakarta.
Penerbit Sinar Harapan dan Yayasan
Obor Indonesia.
Suparlan, Parsudi : Dari Masyarakat Majemuk
Menuju Masyarakat Multikultural;
(buku kumpulan tulisan Prof. Parsudi
Suparlan, Ph.D. In Memorium, editor :
Chrysnanda. DL dan Yulizar Syafri);
2008. Jakarta. Penerbit JPKIK.

More Related Content

What's hot

Bab 5 integrasi dan reintegrasi sosial std fix
Bab 5 integrasi dan reintegrasi sosial std fixBab 5 integrasi dan reintegrasi sosial std fix
Bab 5 integrasi dan reintegrasi sosial std fixRezaWahyuni5
 
!!!Ok Penanggulangan Masalah Kemiskinan1
!!!Ok Penanggulangan Masalah Kemiskinan1!!!Ok Penanggulangan Masalah Kemiskinan1
!!!Ok Penanggulangan Masalah Kemiskinan1guest93ad48
 
Bab 1 kelompok sosial di masyarakat std fix
Bab 1 kelompok sosial di masyarakat std fixBab 1 kelompok sosial di masyarakat std fix
Bab 1 kelompok sosial di masyarakat std fixBudionoDrs
 
Bentuk bentuk interaksi sosial, Novi Catur Muspita
Bentuk bentuk interaksi sosial, Novi Catur MuspitaBentuk bentuk interaksi sosial, Novi Catur Muspita
Bentuk bentuk interaksi sosial, Novi Catur MuspitaUniversitas Islam Balitar
 
Bab 2 individu, kelompok, dan hubungan sosial (1)
Bab 2 individu, kelompok, dan hubungan sosial (1)Bab 2 individu, kelompok, dan hubungan sosial (1)
Bab 2 individu, kelompok, dan hubungan sosial (1)RezaWahyuni5
 
Jaminan Sosial Berbasis Komunitas Lokal
Jaminan Sosial Berbasis Komunitas LokalJaminan Sosial Berbasis Komunitas Lokal
Jaminan Sosial Berbasis Komunitas LokalHabibullah
 
Makalah solidaritas mekanik dan organik
Makalah solidaritas mekanik dan organikMakalah solidaritas mekanik dan organik
Makalah solidaritas mekanik dan organikAi Roudatul
 
STRATIFIKASI SOSIAL DAN PERJUANGAN KELAS DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI PENDIDIKAN
STRATIFIKASI SOSIAL DAN PERJUANGAN KELAS DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI PENDIDIKANSTRATIFIKASI SOSIAL DAN PERJUANGAN KELAS DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI PENDIDIKAN
STRATIFIKASI SOSIAL DAN PERJUANGAN KELAS DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI PENDIDIKANTa'allum: Jurnal Pendidikan Islam
 
Ketidakadilan sosial dan timbulnya pertikaian sosial
Ketidakadilan sosial dan timbulnya pertikaian sosialKetidakadilan sosial dan timbulnya pertikaian sosial
Ketidakadilan sosial dan timbulnya pertikaian sosialAbdus Salam
 
Sesi 5-struktur majemuk
Sesi 5-struktur majemukSesi 5-struktur majemuk
Sesi 5-struktur majemukarief rahman
 
1. materi pertama (latar belakang, pengertian dan sejarah)
1. materi pertama (latar belakang, pengertian dan sejarah)1. materi pertama (latar belakang, pengertian dan sejarah)
1. materi pertama (latar belakang, pengertian dan sejarah)AkangArifana2
 
makalah sosiologi organisasi sms 3
makalah sosiologi organisasi sms 3makalah sosiologi organisasi sms 3
makalah sosiologi organisasi sms 3oyyim_ut
 

What's hot (20)

Bab 5 integrasi dan reintegrasi sosial std fix
Bab 5 integrasi dan reintegrasi sosial std fixBab 5 integrasi dan reintegrasi sosial std fix
Bab 5 integrasi dan reintegrasi sosial std fix
 
!!!Ok Penanggulangan Masalah Kemiskinan1
!!!Ok Penanggulangan Masalah Kemiskinan1!!!Ok Penanggulangan Masalah Kemiskinan1
!!!Ok Penanggulangan Masalah Kemiskinan1
 
Bab 1 kelompok sosial di masyarakat std fix
Bab 1 kelompok sosial di masyarakat std fixBab 1 kelompok sosial di masyarakat std fix
Bab 1 kelompok sosial di masyarakat std fix
 
Bab 2
Bab 2Bab 2
Bab 2
 
Bentuk bentuk interaksi sosial, Novi Catur Muspita
Bentuk bentuk interaksi sosial, Novi Catur MuspitaBentuk bentuk interaksi sosial, Novi Catur Muspita
Bentuk bentuk interaksi sosial, Novi Catur Muspita
 
Bab 2 individu, kelompok, dan hubungan sosial (1)
Bab 2 individu, kelompok, dan hubungan sosial (1)Bab 2 individu, kelompok, dan hubungan sosial (1)
Bab 2 individu, kelompok, dan hubungan sosial (1)
 
Kelompok 3 ppt
Kelompok 3 pptKelompok 3 ppt
Kelompok 3 ppt
 
Makalah sosiologi 1
Makalah sosiologi 1Makalah sosiologi 1
Makalah sosiologi 1
 
Jaminan Sosial Berbasis Komunitas Lokal
Jaminan Sosial Berbasis Komunitas LokalJaminan Sosial Berbasis Komunitas Lokal
Jaminan Sosial Berbasis Komunitas Lokal
 
Makalah solidaritas mekanik dan organik
Makalah solidaritas mekanik dan organikMakalah solidaritas mekanik dan organik
Makalah solidaritas mekanik dan organik
 
STRATIFIKASI SOSIAL DAN PERJUANGAN KELAS DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI PENDIDIKAN
STRATIFIKASI SOSIAL DAN PERJUANGAN KELAS DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI PENDIDIKANSTRATIFIKASI SOSIAL DAN PERJUANGAN KELAS DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI PENDIDIKAN
STRATIFIKASI SOSIAL DAN PERJUANGAN KELAS DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI PENDIDIKAN
 
Ketidakadilan sosial dan timbulnya pertikaian sosial
Ketidakadilan sosial dan timbulnya pertikaian sosialKetidakadilan sosial dan timbulnya pertikaian sosial
Ketidakadilan sosial dan timbulnya pertikaian sosial
 
Sesi 5-struktur majemuk
Sesi 5-struktur majemukSesi 5-struktur majemuk
Sesi 5-struktur majemuk
 
Bab vi power point
Bab vi power pointBab vi power point
Bab vi power point
 
Stratifikasi sosial
Stratifikasi sosialStratifikasi sosial
Stratifikasi sosial
 
1. materi pertama (latar belakang, pengertian dan sejarah)
1. materi pertama (latar belakang, pengertian dan sejarah)1. materi pertama (latar belakang, pengertian dan sejarah)
1. materi pertama (latar belakang, pengertian dan sejarah)
 
Stratifikasi sosial
Stratifikasi sosialStratifikasi sosial
Stratifikasi sosial
 
Kesenjangan dan keadilan
Kesenjangan dan keadilanKesenjangan dan keadilan
Kesenjangan dan keadilan
 
makalah sosiologi organisasi sms 3
makalah sosiologi organisasi sms 3makalah sosiologi organisasi sms 3
makalah sosiologi organisasi sms 3
 
Bab 3
Bab 3Bab 3
Bab 3
 

Similar to KemiskinanBudaya

Laporan sosiologi pedesaan
Laporan sosiologi pedesaanLaporan sosiologi pedesaan
Laporan sosiologi pedesaanHafshah Zuhairoh
 
perubahan dinamika sosial dan budaya (sosiologi)
perubahan dinamika sosial dan budaya (sosiologi)perubahan dinamika sosial dan budaya (sosiologi)
perubahan dinamika sosial dan budaya (sosiologi)Mega Natasha
 
Harmoni Keberagaman Masyarakat Indonesia (1).pptx
Harmoni Keberagaman Masyarakat Indonesia (1).pptxHarmoni Keberagaman Masyarakat Indonesia (1).pptx
Harmoni Keberagaman Masyarakat Indonesia (1).pptxFaisalAkbar680461
 
Makalah kemiskinan di Indonesia
Makalah kemiskinan di IndonesiaMakalah kemiskinan di Indonesia
Makalah kemiskinan di Indonesiadena sundari alief
 
Perubahan sosial, kel 6, agb b
Perubahan sosial, kel 6, agb bPerubahan sosial, kel 6, agb b
Perubahan sosial, kel 6, agb bhelenapakpahan
 
Ppt Kesenjangan sosial
Ppt Kesenjangan sosial Ppt Kesenjangan sosial
Ppt Kesenjangan sosial Doris Agusnita
 
Makalah dasar pancasila
Makalah dasar pancasilaMakalah dasar pancasila
Makalah dasar pancasilajoylanda
 
Dinamika dan potensi konflik pada masyarakat kota metropolitan novi catur m
Dinamika dan potensi konflik pada masyarakat kota metropolitan novi catur mDinamika dan potensi konflik pada masyarakat kota metropolitan novi catur m
Dinamika dan potensi konflik pada masyarakat kota metropolitan novi catur mUniversitas Islam Balitar
 
Hubungan Etnik Bab 1 Konsep Asas Hubungan Etnik
Hubungan Etnik Bab 1   Konsep Asas Hubungan EtnikHubungan Etnik Bab 1   Konsep Asas Hubungan Etnik
Hubungan Etnik Bab 1 Konsep Asas Hubungan EtnikWanBK Leo
 
IPS Kelas 8 BAB 2.pptx
IPS Kelas 8 BAB 2.pptxIPS Kelas 8 BAB 2.pptx
IPS Kelas 8 BAB 2.pptxRissMarcRinn
 
Bupena IPS SMP kelas 8 K13N BAB 2.pptx
Bupena IPS SMP kelas 8 K13N BAB 2.pptxBupena IPS SMP kelas 8 K13N BAB 2.pptx
Bupena IPS SMP kelas 8 K13N BAB 2.pptxSapariSapari6
 

Similar to KemiskinanBudaya (20)

Laporan sosiologi pedesaan
Laporan sosiologi pedesaanLaporan sosiologi pedesaan
Laporan sosiologi pedesaan
 
perubahan dinamika sosial dan budaya (sosiologi)
perubahan dinamika sosial dan budaya (sosiologi)perubahan dinamika sosial dan budaya (sosiologi)
perubahan dinamika sosial dan budaya (sosiologi)
 
PPt.pptx
PPt.pptxPPt.pptx
PPt.pptx
 
Harmoni Keberagaman Masyarakat Indonesia (1).pptx
Harmoni Keberagaman Masyarakat Indonesia (1).pptxHarmoni Keberagaman Masyarakat Indonesia (1).pptx
Harmoni Keberagaman Masyarakat Indonesia (1).pptx
 
Makalah kemiskinan di Indonesia
Makalah kemiskinan di IndonesiaMakalah kemiskinan di Indonesia
Makalah kemiskinan di Indonesia
 
Perubahan sosial, kel 6, agb b
Perubahan sosial, kel 6, agb bPerubahan sosial, kel 6, agb b
Perubahan sosial, kel 6, agb b
 
Ppt Kesenjangan sosial
Ppt Kesenjangan sosial Ppt Kesenjangan sosial
Ppt Kesenjangan sosial
 
Doc14 sori
Doc14 soriDoc14 sori
Doc14 sori
 
Makalah dasar pancasila
Makalah dasar pancasilaMakalah dasar pancasila
Makalah dasar pancasila
 
Dinamika dan potensi konflik pada masyarakat kota metropolitan novi catur m
Dinamika dan potensi konflik pada masyarakat kota metropolitan novi catur mDinamika dan potensi konflik pada masyarakat kota metropolitan novi catur m
Dinamika dan potensi konflik pada masyarakat kota metropolitan novi catur m
 
proses-sosial.pdf
proses-sosial.pdfproses-sosial.pdf
proses-sosial.pdf
 
Hubungan Etnik Bab 1 Konsep Asas Hubungan Etnik
Hubungan Etnik Bab 1   Konsep Asas Hubungan EtnikHubungan Etnik Bab 1   Konsep Asas Hubungan Etnik
Hubungan Etnik Bab 1 Konsep Asas Hubungan Etnik
 
IPS Kelas 8 BAB 2.pptx
IPS Kelas 8 BAB 2.pptxIPS Kelas 8 BAB 2.pptx
IPS Kelas 8 BAB 2.pptx
 
Bupena IPS SMP kelas 8 K13N BAB 2.pptx
Bupena IPS SMP kelas 8 K13N BAB 2.pptxBupena IPS SMP kelas 8 K13N BAB 2.pptx
Bupena IPS SMP kelas 8 K13N BAB 2.pptx
 
Bab 3
Bab 3Bab 3
Bab 3
 
Bab 3 - Kelas XII
Bab 3 - Kelas XIIBab 3 - Kelas XII
Bab 3 - Kelas XII
 
Modul 4 & 5
Modul 4 & 5Modul 4 & 5
Modul 4 & 5
 
Deteksi Dini Bencana Sosial
Deteksi Dini Bencana SosialDeteksi Dini Bencana Sosial
Deteksi Dini Bencana Sosial
 
171436214 makalah-perekonomian-indonesia
171436214 makalah-perekonomian-indonesia171436214 makalah-perekonomian-indonesia
171436214 makalah-perekonomian-indonesia
 
Makalah plsbt
Makalah plsbtMakalah plsbt
Makalah plsbt
 

Recently uploaded

Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptAchmadHasanHafidzi
 
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptxfitriamutia
 
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptkonsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptAchmadHasanHafidzi
 
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxTheresiaSimamora1
 
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen StrategikKonsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategikmonikabudiman19
 
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.pptsantikalakita
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfNizeAckerman
 
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal KerjaPengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerjamonikabudiman19
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelAdhiliaMegaC1
 
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IPIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IAccIblock
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptxPPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptximamfadilah24062003
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAAchmadHasanHafidzi
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYARirilMardiana
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptPengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptAchmadHasanHafidzi
 

Recently uploaded (16)

Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
 
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
 
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptkonsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
 
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
 
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen StrategikKonsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
 
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
 
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal KerjaPengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
 
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IPIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
 
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptxPPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
 
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptPengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
 

KemiskinanBudaya

  • 1. 20 Jurnal Ilmiah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Vol. I No. 01, Tahun 2010 1. PENDAHULUAN Kondisi dan fenomena kemiskinan yang mengungkung sebagian besar masyarakat kita hingga kini masih menyimpan banyak perdebatan. Perdebatan tersebut terutama seputar teori, konsep maupun metode-metode yang menyangkut tentang kondisi kemiskinan di sekitar kita. Perdebatan dimulai dengan penyusunan konsep, indikator, dan langkah- langkah termasuk kebijaksanaan yang harus diambil berhubungan dengan cara mengatasinya, atau dengan bahasa praktisnya penanggulangan kemiskinan. Hal ini menjadi makin menjadi kontras, tatkala pihak-pihak yang mengalami atau berada dalam ‘kondisi miskin’ terus bertambah jumlah maupun tingkat kemiskinannya. Fenomena kemiskinan sendiri berkaitan erat dengan konsep dan permasalahan ketidak adilan dan disintegrasi kelompok, menunjuk pada sebuah jalinan konsep yang memberi sebuah BUDAYA KEMISKINAN DI MASYARAKAT : TINJAUAN KONDISI KEMISKINAN DAN KESADARAN BUDAYA MISKIN DI MASYARAKAT Ketut Sudhana Astika Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana, Bali ABSTRACT : The culture of poverty is contructed from the situation which categorized people into two categories, under and above poverty line, which also being categorized by specific characteristics including the impact on those groups. The culture of poverty is an adaptation of a group of people on their marginal condition, but not for their existence because some of their characteristics and attitudes are more limited on the present orientation and their inferiority, apathy, and the lack of future planning. Key words : poverty, culture of poverty, community pengertian yang saling berkait satu sama lain. Masing-masing konsep bisa dilihat secara tunggal dengan pengertian tersendiri atau analisis saling keterkaitan atau keterhubungan satu dengan lainnya dalam konteks kausalitas. Kemiskinan bisa terjadi karena adanya ketidak adilan di masyarakat yang dapat mengganggu rasa kebersamaan, atau karena perlakuan yang tidak adil dalam perlakuan/pemerataan, ada masyarakat yang merasa miskin dalam berbagai hal yang berakibat pada pertentangan dan perpecahan. Pola kekuasaan yang ada memungkinkan sebagian kecil atau sekelompok individu merasa dapat perlakuan yang tidak adil dan kesempatan yang sama memperoleh asset dan akses untuk berkembang, berpotensi pada terbentuknya kelompok minoritas yang merasa miskin karena proses pemiskinan yang berlangsung. Kelompok seperti ini akan menjadi akar di masyarakat yang
  • 2. 21 berperilaku menyimpang sehingga terjadilah penentangan dan konflik dengan dampak yang lebih luas, yaitu disintegrasi masyarakat. Sebaliknya gejala terjadinya disintegrasi di masyarakat dengan memudarnya kebersamaan dan rasa persatuan diantara sesama warga masyarakat memberi ciri pada melemahnya pola interaksi sosial, menghilangnya rasa kebersamaan diantara sesama warga hilangnya rasa kohesi sosial dan berdampak pada tindak ketidak adilan dan berlangsungnya proses pemiskinan dikalangan warga masyarakat. 2. RAGAM PEMIKIRAN TENTANG KEMISKINAN Kemiskinan seperti diungkapkan oleh Suparlan (1994), dinyatakan sebagai suatu keadaan kekurangan harta atau benda berharga yang diderita oleh seseorang atau sekelompok orang. Akibat dari kekurangan harta atau benda tersebut maka seseorang atau sekelompok orang itu merasa kurang mampu membiayai kebutuhan- kebutuhan hidupnya sebagaimana layaknya. Kekurang mampuan tersebut mungkin hanya pada tingkat kebutuhan-kebutuhan budaya (adat, upacara-upacara, moral dan etika), atau pada tingkat pemenuhan kebutuhan-kebutuhan sosial (pendidikan, berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama) atau pada tingkat pemenuhan kebutuhan-kebutuhan yang mendasar (makan- minum, berpakaian, bertempat tinggal atau rumah, kesehatan dan sebagainya). Kemiskinan, masih menurut Suparlan (1994), dengan demikian terserap ke dalam dan mempengaruhi hamper keseluruhan aspek-aspek kehidupan manusia. Kemiskinan yang diderita oleh sekelompok orang bahkan sebuah masyarakat, menghasilkan suatu keadaan dimana warga masyarakat yang bersangkutan merasa tidak miskin bila berada dan hidup diantara sesamanya. Karena berbagai kegiatan yang dilakukan dalam kehidupan para warga kelompok tersebut dirasakan sebagai suatu hal yang biasa (sebagai fenomena biasa dalam kehidupan keseharian mereka). Pada kondisi seperti itu tidak ada yang diacu untuk pamer, sehingga diantara mereka tidak ada perasaan saling berbeda, yang dapat menimbulkan perasaan malu. Dalam keadaan demikian, maka kemiskinan terwujud dalam berbagai cara-cara mereka memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka untuk dapat hidup. Di kalangan masyarakat/kelompok yang berada dalam kondisi miskin seperti itu, berkembang suatu pedoman bagi kehidupan mereka yang diyakini kebenaran dan kegunaannya yang dilandasi oleh kemiskinan yang mereka derita bersama. Pedoman atau kiat- kiat untuk menghadapi fenomena miskin seperti itu kemudian melahirkan model-model adaptasi mereka menghadapi kemiskinan. Pada era gencarnya prmbangunan di tahun 1970-1980, sebuah seminar ilmiah yang diadakan oleh Himpunan Indonesia Untuk Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial (HIPIS), diadakan di Malang tanggal 13-17 November 1979, dengan tema dan hasil yang monumental sampai saat ini, yaitu ‘Kemiskinan Struktural’ (Soemardjan, 1980), dimana dalam pendapatnya dinyatakan bahwa kemiskinan struktural tidak menunjuk pada individual yang miskin karena malas bekerja atau tidak mendapatkan penghasilan, tetapi lebih banyak karena struktur sosial masyarakat yang ada telah membatasi hak-hak mereka untuk mendapatkan/menggunakan sumber-sumber pendapatan yang tersedia untuk mereka. Pada kondisi seperti itu kelompok masyarakat yang berada pada kondisi seperti itu pada umumnya memiliki kesadaran akan Budaya Kemiskinan Di Masyarakat .............. ( Ketut Sudhana Astika)
  • 3. 22 Jurnal Ilmiah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Vol. I No. 01, Tahun 2010 nasibnya yang berbeda dengan kelompok/ golongan lainnya. Dalam kelompok miskin secara struktur ini, masih menurut Soemardjan, ada para petani yang tidak bertanah atau mempunyai garapan yang sangat kecil, sehingga tidak mencukupi untuk pemenuhan hidupnya. Juga golongan mereka yang tidak terdidik dan terlatih yang disebut ‘unskilled labores’ yang terhambat untuk memasuki pasar kerja, golongan miskin itu juga meliputi para pengusaha tanpa modal dan tanpa fasilitas dari pemerintah, atau golongan ekonomi lemah. Pembicaraan tentang kemiskinan penduduk perkotaan, diungkap oleh Gavin Jones (dalam Dorodjatun, 1986), yang menyatakan bahwa sebagai akibat dari migrasi penduduk pedesaan ke kota (khususnya kota-kota di Jawa), telah menambah jumlah penduduk miskin yang ada karena dua hal yaitu : karena penambahan secara alamiah (lebih banyak kelahiran dari pada kematian); dan karena adanya migrasi orang desa ke kota yang terus bertambah (untuk mencari pekerjaan). Gavin Jones bahkan berteori bahwa bagaimanapun orang-orang desa yang bermigrasi membandingkan bahwa ada peluang atau kesempatan kerja yang lebih besar dan lebih panjang dikota, walau harus tinggal diperkampungan. Apa yang dinyatakan Gavin Jones, sebenarnya ditunjang oleh temuan dua peneliti lainnya. Peneliti pertama, Graeme Hugo (1986) yang memfokuskan migrasi sirkuler penduduk sekitaran Jakarta antara lain penduduk kabupaten yang berdekatan dengan Jakarta, seperti Tangerang, Bogor, Depok dan Bekasi. Perkembangan industri dan pembangunan kota di Jakarta sangat menarik minat para penduduk di desa-desa kabupaten tadi untuk pindah dan menetap di Jakarta. Dan secara umum para migrant dalam teori yang dikemukakan oleh Graeme Hugo, besarnya angka/jumlah migrant sangat tergantung pada jarak daerah asal dan kota tujuan, sarana transportasi yang tersedia, dan kondisi perkembangan kota tujuan. Sehingga ia kemudian mengklasifikasi model migrasi ke kota yang ada yaitu : ‘pindah, merantau, dan pulang balik’. Temuan kedua merupakan penguatan teori Graeme Hugo yang dilakukan Lea Jellinek (1986), dalam tulisannya ‘sistem pondok dan migrasi sirkuler’, khususnya pada migran penduduk desa ke kota Jakarta. Jellinek menganalogikan ‘pondok’ sebagai sebuah rumah sederhana tempat menginap di pedesaan. Di Jakarta para migrant mengartikan dan memfungsikan ‘pondok’ bukan saja sebagai tempat menginap, tetapi juga menjadi tempat usaha dan kegiatan kehidupan lainnya. Karena itu dalam temuan penelitiannya, ratusan pondok- pondok yang tersebar di seluruh kota menjadi berbagai pangkalan, tempat usaha kecil berjalan, dan ada ribuan pengusaha dengan modal kecil hidup (umumnya para migrant sirkuler) dalam ‘sistem pondok’ dengan sistem ‘tauke’ yang terstruktur dan kuat. Pondok juga menampung pendatang baru dari desa-desa yang sama, dan menyediakan lapangan kerja sehingga selalu menarik minat bagi berlangsungnya proses ‘migran sirkuler’. Sebenarnya temuan-temuan penelitian dari Gavin Jones, Graeme Hugo maupun Lea Jellinek, lebih banyak barbicara dan berteori tentang migarasi dan aspek-aspeknya, tetapi dampak dari temuan mereka serta teori mereka sangat berperan dalam berkembangnya jumlah penduduk kelompok miskin diperkotaan (khususnya Jakarta), atau model-model yang mereka temukan telah menjadi ‘model’ yang juga
  • 4. 23 melanda kota-kota lain yang berkembang di Indonesia. Kemiskinan perkotaan telah menjadi ‘model’ dari perkembangan kota, dan juga merupakan masalah bagi pemerintahan dan manajemen perkotaan. Karena dari cara hidup para migran di perkotaan inilah telah lahir pola adaptasi, nilai-nilai yang diyakini, respons dalam tindakan/sikap, dan pola-pola kelakuan yang khas penduduk miskin kota yang oleh para ahlinya disebut dengan kebudayaan kemiskinan. 3. MAKNA KEBUDAYAAN KEMISKINAN Istilah kebudayaan kemiskinan untuk pertama kalinya dikemukakan oleh seorang antropolog Amerika, Oscar Lewis dalam Suparlan (1984). Kebudayaan dalam pengertian Oscar Lewis mencakup apa yang diyakini (nilai- nilai), respons dalam tindakan (sikap), dan abstraksi-abstraksi dari kelakuan (pola-pola kelakuan). Tiga kategori inii sebenarnya tidak dapat digolongakan sebagai/dalam sebuah kategori budaya. Karena masing-masing kategori tersebut dengan unsure-unsurnya terkategorisasi secara bertimgkat-tingkat menurut ciri-cirinya. Karena itu kemudian karya-karya Oscar Lewis dalam mengkaji kebudayaan kemiskinan lebih bersifat deskriptif dan kasuistik, yang tidak dapat menghasilkan formula yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah kemiskinan. Namun, dengan kelemahan metodologis yang dimilikinya Oscar Lewis masih dapat/mampu mengidentifikasi bahwa kebudayaan kemiskinan itu tidak pernah ada dalam sebuah masyarakat yang menganut system kekerabatan yang patrilineal atau matrilineal. (Suparlan, 2008 : 369). Selanjutnya menurut Oscar Lewis, dalam Suparlan (1984), mengidentifikasi bahwa dalam kebudayaan kemiskinan (terutama di perkotaan), adalah sebagai konskwensi dari masyarakat dengan kepadatan tinggi, terbatasnya akses-akses terhadap barang-barang konsumsi, layanan kesehatan dan sarana pendidikan. Kebudayaan kemiskinan juga bisa terwujud dalam situasi ekonomi yang terdeferensiasi, berkembamngnya system ekonomi uang, buruh upahan, dan sistem produksi untuk keuntungan.Demikian juga pada masyarakat yang mempunyai institusi social yang lemah untuk mengontrol dan memecahkan masalah sosial dan kependudukan, yang berdampak pada pertumbuhan tinggi dan pengangguran juga tinggi. Kebudayaan kemiskinan merupakan suatu adaptasi atau penyesuaian dan reaksi kaum miskin terhadap kedudukan marginal mereka dalam massyarakat yang berstrata kelas, sangat individualistis berciri kapitalisme. Sehingga yang mempunyai kemungkinan besar untuk memiliki kebudayaan kemiskinan adalah kelompok masyarakat yang berstratarendah, mengalami perubahan social yang drastic yang ditunjukkan oleh ciri-ciri : 1. Kurang efektifnya partisipasi dan integrasi kaum miskin kedalam lembaga-lembaga utama masarakat, yang berakibat munculnya rasa ketakutan, kecurigan tinggi, apatis dan perpecahan; 2. Pada tingkat komunitas local secara fisik ditemui rumah-rumah dan pemukiman kumuh, penuh sesak, bergerombol, dan rendahnya tingkat organisasi diluar keluarga inti dan keluarga luas; 3. Pada tingkat keluarga ditandai oleh masa kanak-kanak yang singkat dan kurang pengasuhan oleh orang tua, cepat dewasa, atau perkawinan usia dini, tingginya angka perpisahan keluarga, dan kecenderungan Budaya Kemiskinan Di Masyarakat .............. ( Ketut Sudhana Astika)
  • 5. 24 Jurnal Ilmiah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Vol. I No. 01, Tahun 2010 terbentuknya keluarga matrilineal dan dominannya peran sanak keluarga ibu pada anak-anaaknya; 4. Pada tingkat individu dengan ciri yang menonjol adalah kuatnya perasaan tidak berharga, tidak berdaya, ketergantungan yang tinggi dan rasa rendah diri; 5. Tingginya (rasa) tingkat kesengsaraan, karena beratnya penderitaan ibu,lemahnya struktur pribadi, kurangnya kendali diri dan dorongan nafsu, kuatnya orientasi masa kini, dan kekurang sabaran dalam hal menunda keinginan dan rencana masa depan, perasaan pasrah/tidak berguna, tingginya anggapan terhadap keunggulan lelaki, dan berbagai jenis penyakit kejiwaan lainnya; 6. Kebudayaan kemiskinan juga membentuk orientasi yang sempit dari kelompoknya, mereka hanya mengetahui kesulitan- kesulitan, kondisi setempat, lingkungan tetangga dan cara hidup mereka sendiri saja, tidak adanya kesadaran kelas walau mereka sangat sensitif terhadap perbedaan- perbedaan status; Dengan enam ciri tersebut sebenarnya sudah dapat diidentifikasi kelompok masyarakat mana yang termasuk dalam kategori masyarakat dengan kebudayaan kemiskinan. Mungkin ciri- ciri yang dikemukakan oleh Oscar Lewis tersebut memang lebih banyak dapat dilihat pada ciri masyarakat miskin perkotaan. Tokoh-tokoh lain yang juga berbicara tentang kemiskinan antara lain Chris manning dan tadjuddin Noer Effendi (1983) yng berbicara tentang kemiskinan di perkotaan dengan penekanan pada masalah urbanisasi, pengangguran dansektor informal perkotan, membawa analisa mereka pada budaya kemiskinan yang dilihat dari berbagai dimensi : ekonomi, politik dan social budaya. Dan hasil seminar HIPIIS di Malang 13-17 Nopember 1079 adalah hasil monumental tentang ‘Kemiskinan Struktural’ yang mana pemikiran para ahli ilmu sosial tentang kemiskinan dihimpun oleh Alfian, Mely G. Tan dan Selo Soemardjan (1980). Mereka menunjukkan perhatian tentang kemiskinan dari berbagai aspek. Dorodjatun Kuntjoro Jakti yang menghimpun sejumlah hasil penelitian kependudukan dan masalah kemiskinan dalam ‘Kemiskinan di Indonesia’ (1986), melihat masalah kemiskianan muncul sebagai dampak dari kebijakan pembangunan khususnya pembangunan desa-kota yang tidak seimbang, sehingga berdampak pada berkembangnya fenomena kemiskinan (khususnya di perkotaan). Pembicaraan secara khusus tentang ciri kemiskinan yang lain adalah munculnya fenomena sektor informal perkotaan seperti yang dibicarakan Prof. Dr. Rusli Ramli,MS dalam buku Sektor Informal Perkotaan : Pedagang Kaki Lima (1992). Dikemukakan bahwa dimulai dari kebijaksanaaan ekonomi, kesempatan kerja yang terbatas, dan sifat para birokrat kota kepada para pedagang kaki lima, dan terbentuknya jaringan sosial antara pedagang kaki lima dengan berbagai sektor lainnya, yang kemudian memberi wajah dominan pada sebuah kota. Rusli Ramli juga membicarakan tentang bagaimana latar belakang social para pedagang antara lain : pola orientasinya, organisasi, status perkawinan dan jumlah tanggungan, yang menggambarkan tentang adanya kemiskinan.
  • 6. 25 4. KESIMPULAN Ada banyak tokoh yang berbicara tentang kemiskinan secara individual atau secara berkelompok, namun diketahui ada kelembagaan yang secara khusus berbicara tentang kemiskinan (HIPIIS) dengan konsepnya yang cukup bergema yaitu konsep kemiskinan struktural. Pembicaraan tentang teori kemiskinan khususnya tentang kebudayaan kemiskinan, sampai kini masih dapat digunakan pemikiran teori dari Oscar Lewis (1955), yang teorinya masih dirujuk oleh pemikir setelahnya termasuk antropolog Parsudi Suparlan yang lebih mengkhususkan perhatiannya pada masalah antropologi perkotaan. Teori-teori lain yang berkembang dan dikembangkan oleh para ahlinya, lebih banyak menyatakan bahwa kemiskinan adalah dampak dari masalah kependudukan khususnya migrasi desa-kota yang tidak terkendali. Kemiskinan dan kebudayaan kemiskinan terbentuk dari suatu situasi, yang mengelompokkan masyarakat dalam dua kategori, yaitu miskin dan tidak miskin. Selain itu, kebudayaan kemiskinan membuat sebuah kategorisasi dengan ciri-ciri khusus, dan juga dampak yang ditimbulkannya pada kelompok miskin tersebut. Kebudayaan kemiskinan merupakan adaptasi dan penyesuaian oleh sekelompok orang pada kondisi marginal mereka, tetapi bukan untuk eksistensinya karena sejumlah sifat dan sikap mereka lebih banyak terbatas pada orientasi kekinian dominannya sikap rendah diri, apatis, dan sempitnya pada perancanaan masa depan. DAFTAR PUSTAKA Alfian, Mely G. Tan, Selo Soemardjan : 1980. kemiskinan Struktural, Suatu Bunga rampai; 1980. Jakarta. Yayasan Ilmu- ilmu social. Doyle, Paul Johnson : Teori Sosiologi, Klasik dan Modern (terjemahan : Robert MZ Lawang). 1986. Jakarta. Penerbit PT Gramedia. Hauser, Phillip M.cs : Penduduk dan Masa Depan Perkotaan,1985. Jakarta. Penerbit Yayasan Obor Indonesia. Kompas, Penerbit Buku Kompas ; Demokrasi, Kekerasan, Disintegrasi: 2001. Jakarta. Penerbit Buku Kompas Kuntjoro-Jakti, Dorodjatun : Kemiskinan di Indonesia; 1986. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia. Lewis, Oscar : Kisah Lima Keluarga; 1988. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia. Herlianto, : Urbanisasi, Pembangunan, dan Kerusuhan Kota; 1997. PenerbitAlumni Bandung. Manning Chris dan Tadjuddin Noer Effendi : Urbanisasi, Pengangguran, dan Sektor Informal di Kota; 1983. Yogjakarta Penerbit PPSK-Univ Gajah Mada. Mubyarto, Loekman Soetrisno, dan Michael Dove : Nelayan dan Kemiskinan, Studi Ekonomi Antropologi di Dua Desa Pantai; 1984. Jakarta. Penerbit Rajawali. Ramli,Prof.Dr. Rusli : Sektor Informal Perkotaan Pedagang kaki Lima; 1992. Jakarta. Penerbit Ind-Hill-Co. Sairin, Prof. Dr.Syafri : Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia, Perspektif Antrpologi;2002. Yogjakarta. Penerebit Pustaka Pelajar. Sunarto, Kamanto : Pengantar Sosiologi; 1993. Jakarta. Lembaga Penerbit, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Budaya Kemiskinan Di Masyarakat .............. ( Ketut Sudhana Astika)
  • 7. 26 Jurnal Ilmiah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Vol. I No. 01, Tahun 2010 Suparlan, Dr. Parsudi (penyunting): Kemiskinan Di Perkotaan, Bacaan Untuk Antropologi Perkotaan; 1984. Jakarta. Penerbit Sinar Harapan dan Yayasan Obor Indonesia. Suparlan, Parsudi : Dari Masyarakat Majemuk Menuju Masyarakat Multikultural; (buku kumpulan tulisan Prof. Parsudi Suparlan, Ph.D. In Memorium, editor : Chrysnanda. DL dan Yulizar Syafri); 2008. Jakarta. Penerbit JPKIK.