Konflik sering kali muncul dalam kehidupan realitas sosial, kata konflik sering dikonotasikan negatif. Hal ini terlepas dari asumsi tentang hipotesis dalam menganalisis fenomena sosisal, namun eksistensi konflik masih juga dijadikan sebagai entitas yang memilukan bagi pribadi-pribadi yang menganalisisnya berdasarkan sudut pandang yang linier. Menurut Zuldin (Zuldin, 2019)
1. Ketidakadilan Sosial dan Timbulnya Pertikaian Sosial
Abdus Salam
Mahasiswa Doktor Sosiologi Universitas Brawijaya Malang
A. LATAR BELAKANG
Konflik sering kali muncul dalam kehidupan realitas sosial, kata
konflik sering dikonotasikan negatif. Hal ini terlepas dari asumsi tentang
hipotesis dalam menganalisis fenomena sosisal, namun eksistensi konflik
masih juga dijadikan sebagai entitas yang memilukan bagi pribadi-pribadi
yang menganalisisnya berdasarkan sudut pandang yang linier. Menurut
Zuldin (Zuldin, 2019) konflik merupakan realitas sosial yang sering terjadi
di masyarakat. Perkembangan sosiologis ini diawali sejalan tentang analisis
konflik. Marx merupakan tokoh yang mewakili tentang teori konflik awal
atau klasik. Menurut pendapat Marx konflik merupakan determinasi oleh
faktor ekonomi kususnya pertentangan antara kaum proletar dengan borjuis.
Menurut pandangan klasik, teori konflik kontemporer menganggap konflik
tidak hanya didominasi faktor ekonomi. Menurut pendapat Anand (Anand,
2002) konflik yang dimaksud disini adalah sesuatu yang permanen terjadi
di semua lapisan masyarakat yang disebabka oleh perebutan kekuasaan,
prestise dan kekayaan yang memang jumlahnya terbatas. Teori konflik
kontemporer tidak hanya meliha konflik yang bersifat dedukstif akan tetapi
jukan menganalisis konflik yang bersifat konstruktif terhadap masyarakat.
Kemunculan konflik yang terjadi pada masyarakat disebabkan oleh
beberapa aspek salah satunya masalah ketidaksetaraan. Menurut pendapat
Jones (Jones, 2010) bahwa terdapat berbagai macam struktur
ketidaksetaraan di masyarakat. Ketidaksetaraan kelompok etnik, muda dan
tua mungkin tidak setara, antara laki-laki dan perempuan, orang-orang yang
berbeda agama, berbeda suku dan lainnya. Ketidak setaraan yang melekat
pada kelompok kelompok tersebut bisa jadi berbagai macam. Kelompok
2. kelompok tertentu bisa memiliki wewnang, kekuasaan, prestise. Sehingga
bisa terjadi konflik yang berbasis ketidaksetaraan. Kemunculan konflik
dalam dalam kehidupan social bertujuan untuk menciptakan fungsi sosial
yang ideal. Hobbes dalam Plummer menjelasakan (Plummer, 2013)
pandangannya demi menciptakan fungus sosial yang ideal diperlukan
adanya pemerintahan yang kuat. Tanpa pemerintahan yang kuat dibarkan
dalam sebuah negara yang alami maka kehidupan mereka akan terpencil,
miskin, rapi, kasar dan tidak Panjang umur. Meskipun kepengtingan pribadi
masyarakat dapat ditekan, akan tetapi pemerintahan yang kuat tetap
dibutuhkan demi terciptanya fungsi sosial yang ideal. Dalam kehidupan
masyarakat, konflik akan muncul karena hakekat dasar dari penciptaaan
manusia itu sendiri yang merupakan perbedaan. Hakikat sistematis dari
analisis munculnya konflik ini bersandar pada prespektif ini dapat
diungkapkan melalui analisis Karl Marx dalam Martono (Martono, 2014).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana masyarakat Desa Pakel Kab Banyuwangi merebut
tanahnya kembali
C. Pembahasan
Sebagaimana yang disampaikan oleh Marx. Konflik itu dilatari
ketidakadilan. Kaum bourjuasi yang selalu melakukan eksploitasi kepada
kaum proletar atau kaum buruh. Kelas bourjuasi sebagai pemilik modal
dengan sewenang-wenang melakukan penindasan kepada kaum buruh/kelas
pekerja miskin.
Hal itulah yang dialami oleh petani di Desa Pakel Kabupaten Banyuwangi.
Pemiliki modal melakukan sesuaknya dengan melibatkan aparatur negara
seperti tentara dan polisi untuk mengusur warga Pakel. Konflik
berkepanjangan antara PT Bumi Asri dengan warga Desa Pakel tidak
menemukan titik temu. Karena masyarakat Pakel merasa memiliki dokumen
3. resmi atau ijin menguasai lahan sejak tahun 1924. Sebagaimana
disampaikan ketika penulis melakuka advokasi bersama LBH Surabaya,
Bantuan Hukum UNAIR pada (15/3/21)1
Perjuangan masyarakat Desa Pakel untuk merebut dari PT. Bumi Sari yang
menindas, mengusir dan merusak berbagai tanaman dari masyarakat
masyarakat Desa Pakel. Sebagaimana disampaikan Marx berpendapat
bahwa perubahan dalam masyarakat bertitik tolak dari hadirnya
revolusi dalam kehidupan mereka.
Adanya pertikaian sosial masyarakat Pakel dengan PT. Bumi Sari
berimplikasi terhadap carapandang, cara berserikat dan
meningkatkan kapasitas mereka. Terbukti membangun sekutu dan
dukungan berbagai pihak dilakukan oleh masyrakat Pakel.
Misalnya meminta dukungan kepada Pimpinan Wilayah Pemuda
Muhammadiyah Jawa Timur dan PW Ansor Jawa Timur.
Masyarakat Pakel melakukan rekonstruksi dan reformasi bahkan
revolusi terhadap carapandang dirinya bahwa eksploitasi yang
dilakukan oleh pihak pemodal kaum kapitalis PT. Bumi Sari bukan
sesuatu yang final. Perlawanan untuk mengambil tanahnya yang
diakui oleh PT dilakukan secara terus menerus.
Menurut Marx, kapitalisme adalah suatu sistem ekonomi yang
memungkinkan beberapa individu menguasai sumber daya
produktif vital, yang mereka gunakan untuk meraih keuntungan
maksimal2
. Dalam konteks ini menguasai lahan masyarakat Desa
Pakel yang sudah digunakan puluhan tahun dan sebagai satu-
satunya sumber atau lahan produksi dalam menghasilkan hasil
pertanian sebagai sumber penghidupan masyarakat
Sungguh tragis dan menyayat hati. Fakta penindasan yang
dilakukan oleh kaum kapital terhadap kaum buruh dalam hal ini
1
Hasil pendampingan warga Desa Pakel Kab. Banyuwangi
2
FIKRAH: Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan. Hal. 1999
4. masyarakat Desa Pakel. Desa Pakel puluha tahun tidak dihuni oleh
kaum laki-laki karena mendapatkan perlakukan kasar,
penangkapan yang tidak jelas dari apparat,sehingga dengan
demikian terpaksa kaum laki-laki keluar dari desa Pakel untuk
menyalamatkan diri dari penindasan apparat yang dalam hal ini
menjadi kepanjangan tangan PT.Bumi3
Pengakuan warga Pakel mengenai lahan yang telah puluhan tahun
menjadi tumpuan dan penghidupan mereka sebagai berikut Warga
menyampaikan keluh kesahnya terkait dengan sengketa lahan ini. Menurut
warga, lahan sengketa saat ini dikuasai oleh PT.Bumi Sari dengan sertipikat
Hak Guna Usaha (HGU). Padahal, berdasarkan penelusuran para
pendamping, seharusnya wilayah di Desa Pakel tersebut bukanlah bagian
yang termasuk dalam HGU PT. Bumi Sari. Hal ini diperkuat dengan surat
dari Badan Pertanahan Nasional Banyuwangi Nomor
280/600.1.35.10/II/2018 tertanggal 14 Februari 2018 yang menyatakan
bahwa tanah Desa Pakel tidak masuk dalam HGU PT Bumi Sari. Hal ini
menjadikan sebagian warga berusaha untuk memanfaatkan lahan tersebut
dengan menanami lahan tersebut dengan tanaman yang produktif.
Sementara pihak PT Bumi Sari . Bumi Sari melaporkan warga yang
melakukan penanaman tanaman kepada pihak kepolisian. Tidak sekedar itu,
pihak PT juga melakukan penebangan terhadap pohon pisang yang telah
ditanam warga serta perusakan terhadap gubuk-gubuk yang dibangun oleh
warga. Pada tahun 2019, 26 warga telah dipanggil kepolisian untuk dimintai
keterangan. Sebagian warga dilaporkan karena dianggap melakukan
pelanggaran terhadap Undang Undang Perkebunan. Oleh warga, upaya ini
dianggap sebagai bentuk kriminalisasi terhadap upaya perjuangan dalam
menuntut hak-hak yang seharusnya mereka dapatkan.
Kita bisa merasakan bagaimana analisis Marx mengenai eksploitasi kaum
capital waktu itu kemudian terulang kembali dewasa ini. Penindasan kaum
3
Wawancara dengan warga
5. kapitalis borjois semakin tidak bisa dibendung karena aparatus negara
tunduk terhadap kaum kapital.
Fakta ini menunjukkan bahwa kegelisahan Marx mengenai perubahan sosial
masyarakat dilatari dengan ekonomi terbukti. Aparatus negara yang
seharusnya menjadi pengayom dan pelindung masyarakat terpental oleh
kuasa pemodal. Live service dan menjadi bukti nyata bahwa orang miskin
atau melarat tak hanya ditindas oleh pemodal, tetapi juga oleh aparatus yang
berselingkuh dengan kaum pemodal
Imajinasi kita tentu menerawang jauh terhadap gagasan Hegel sebagai guru
Marx. Bahwa perubahan sosial itu bisa dikukan oleh ide, moral, etika
agama. Pandangan itu juga diamine oleh Marx sehingga Marx yang
meyakini perubahan itu bisa dilakukan dengan ide disebut Marx muda.
Tetapi persinggungan Marx dengan Engel merubah cara pandang Marx.
Perubahan sosial itu ditentukan oleh ekonomi atau dalam sebutan yang lain
diterminisme ekonomi. Ekonomilah yang mampu dan menajdi alat
perubahan maha dahsyat dalam masyarakat
Fakta itulah yang terjadi antara PT Bumi sari dengan masyarakat Desa
Pakel. Negara dalam hal ini yang direpresentasi oleh aparatus negara lebih
memihak pihak PT. Bumi sari ketimbang masyarakat Pakel itu sendiri.
Dalam bukunya “The German Ideology” Marx menjelaskan
beberapa tahap perubahan sosial terutama terfokus pada kondisi
material dan cara-cara produksi di satu pihak dan hubungan-
hubungan sosial serta norma-norma pemilikan di lain pihak.
Hakikat dari perubahan yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat ini juga menjadi satu dalil berarti dari embrio dasar
kemunculan konflik itu sendiri.
6. Secara hakiki, Marx sangat tertarik dengan adanya unsur
kemajuan dan konflik, serta menggunakannya untuk menerangkan proses
perkembangan masyarakat melalui revolusi. Pencapaian terhadap tahap
perubahan sosial ini memang dianalisanya pada eksistensi yang lebih
bersifat linear. Deskripsi tersebut digambarkannya secara sistematis
sebagaimana tabel berikut4
Komunis
Kapitalis
Borjuis
Feodal
Komunal Purba
Primitif
Tahap Perubahan Sosial Linear Menurut Marx dalam Nanang
Martono
Relasa kuasa dan kaum capital yang menyatu semakin menampilkan wajah angkuh dan
bengisnya kaum kapitalis kepada masyarakat kaum buruh.
4
Ibid
7. Implikasi pemikiran materialisme historis Marx, menurut Martono13 adalah
melihat struktur ekonomi sebagai awal kegiatan manusia. Struktur ekonomi
adalah penggerak sistem sosial yang menyebabkan perubahan sosial, lingkungan
ekonomi menjadi dasar segala perilaku manusia. Selanjutnya, Marx
menyatakan bahwa setiap orang harus mencari penyebab perubahan di
dalam cara-cara produksi mesyarakat daripada ide-idenya. Marx kemudian
memusatkan perhatian pada proses produksi yang dilakukan oleh manusia
ditandai dengan hakikat infrastruktur dan superstruktur. Infrastruktur dalam
masyarakat berwujud ekonomi. Superstruktur meliputi ideologi, hukum,
pemerintahan, keluarga, dan agama.
Dalam konteks pertarungan dan konflik berkepanjangan antara masyarakat
pakel dengan PT Bumi sari semakin menemukan ruang otoritatifnya pandangan
Marx mengenai struktur ekonomi yang memiliki keleluasaan dalam merubah,
menentukan dan menjadi arus perubahan sosial.
Masyarakat Desa Pakel sebagai pihak yang dieksploitasi semakin tidak
mendapat ruang dan pembelaan oleh negara karena negara tak hadir untuk
keadilan warganya.
Para kaum kapitalis dalam hal ini PT.Bumi Sari semakin menancapkan
kebengisannya terhadap warga Desa Pakel karena mendapat dukungan dari
aparatus negara. Tentu argumentasi Marx mengenai perubahan sosial yang
dimulai dari basis ekonomi banyak mengalami pertentangan dari sosiolog
seperti Weber.
Weber Kritik mendasar terhadap formulasi pemikiran yang dibangun oleh
Marx dengan lokus pemikirannya materialisme historis disampaikan oleh
Max Weber dalam karyanya “The Protestan Ethic and the Spirit
Capitalism” (1905). Dalam karya ini, Weber membangun hipotesisnya
bahwa metrialisme historis marxian hanya menekankan pada satu sisi.
Padahal seharusnya dibutuhkan penyeimbangan dengan lebih menekankan
peranan faktor gagasan sebagai penyebab perubahan sejarah.
8. Melalui karya tersebut Marx berpendapat bahwa struktur ekonomi
masyarakat, yang ditopang oleh relasi-relasinya dengan produksi, merupakan
pondasi riil masyarakat. Struktur ekonomi masyarakat ini merupakan dasar
munculnya suprastruktur hukum dan politik, dan berkaitan dengan bentuk
tertentu dari kesadaran sosial. Di sisi lain, relasi-relasi produksi masyarakat itu
sendiri berkaitan dengan tahap perkembangan tenaga-tenaga produktif material
(masyarakat).
Perhatian Weber terpusat kepada upaya memahami pertumbuhan sistem
kapitalisme rasional di Barat. Dia menaruh perhatian pada determinasi:mengapa
kapitalisme muncul di Barat dengan skala yang besar, sementara di dunia Timur
keadaan begitu tenang dan tidak ada perkembangan. Weber sama sekali tidak
mengesampingkan arti faktor- faktor ekonomi dalam masa transformasi di
Barat, tetapi dia menekankan pada peranan Reformasi Protestan. Dia melihat
reformasi sebagai suatu pendorong kritis, dan ia menarik kesimpulan bahwa
kekosongan transformasi religius di Timur sebagai penghalang perkembangan
kapitalisme di sana
D. Kesimpulan
Dalam pandangan Marx. Konflik antara PT Bumi Sari dengan Masyarakat Desa
Pakel yang terjadi puluhan tahun semakin menegaskan bengisnya kaum pemodal
kepada kaum proletar.
Ketidakmamuan kaum proletar terhadap ragam akses terutama akses politik
kekuasaan semakin melemahkan posisi kaum proletar. Perselingkuhan kaum
pemodal dalam hal ini PT Bumi Sari dengan aparatus negara semakin menegaskan
bahwa ekonomi menjadi pendulum yang mampu menggerakkan dana manjadi
magnet perubahan sosial. Negara tidak melihat dan menempatkan keadilan terhadap
kaum proletar karena dinilai tidak berkontribusi apa-apa kepada negara. PT.Bumi
sari dinilai oleh aparatus negara lebih menguntungkan ketimbang petani miskin
dalam hal ini masyarakat Desa Pakel
9. Daftar Pustaka
Anand, C. S. (2002). Agama dan Budaya Perdamaian. Yogyakarta: Fk BA dan QIA
UGM.
Jones, P. (2010). Pengantar Teori-Teori Sosial. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia.
Martono, N. (2014). Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Plummer, K. (2013). Sosiology the Basic Terjemahan Nanang Martono dan Sisworo.
Jakarta: Rajawali Pers.
Zuldin, M. (2019). KETIMPANGAN SEBAGAI PENYEBAB KONFLIK:KAJIAN
ATAS TEORI SOSIAL KONTEMPORER. Temali: Jurnal Pembangunan
Sosial, 157-183.