Tiga masalah gizi umum yang dihadapi atlet adalah undernutrition atau kekurangan asupan energi dan zat gizi, overnutrition atau kelebihan asupan energi dan zat gizi yang dapat menyebabkan obesitas, serta malnutrisi zat gizi mikro atau kekurangan vitamin dan mineral penting."
Dokumen tersebut membahas tentang definisi VO2 Max sebagai indikator ketahanan aerobik dan faktor-faktor yang mempengaruhinya se
1. VO2 MAX & MASALAH GIZI
PADA ATLET
Mursid Tri Susilo, S.Gz., M.Gizi
2. Definisi VO2 Max
▪ Vo2 Max adalah volume maksimal oksigen (dalam
mililiter) yang dapat dikonsumsi per menit per
kilogram berat badan pada performa
maksimal. (ml/kg/menit) (Mackenzie, 2013).
▪ merupakan kapasitas maximal tubuh dalam
mengambil, mentranspor, dan menggunakan
oksigen selama latihan (Cabrera M.CG et al, 2008).
▪ Vo2 Max sebagai indikasi kebugaran aerobik
seseorang/kardiorespiratori
▪ Kardiorespiratori merupakan suatu sistem sirkulasi
di dalam tubuh yang berhubungan dengan kerja
paru-jantung beserta peredaran darah.
▪ VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari
ketahanan aerobik (Astorin, 2000, Rodrigues, 2006).
3. Vo2Max dipengaruhi oleh
Fungsi Fisiologis Utama:
1. Jantung, paru, dan pembuluh darah harus berfungsi dengan baik sehingga
oksigen yang dihisap dan masuk ke paru akan sampai ke darah
2. Proses penyampaian oksigen ke jaringan-jaringan oleh sel-sel darah
merah harus normal → fungsi haemoglobin harus normal
3. Jaringan-jaringan terutama otot, harus mempunyai kapasitas yang normal
untuk mempergunakan O2 yang disampaikan kepadanya.
5. 1. Umur
o Ketahanan kardiorespirasi pada laki-laki mencapai puncaknya
pada umur 18-25 tahun bersamaan dengan puncak massa
otot (Arum V M, Mulyati T, 2014).
o Secara umum, kemampuan aerobik turun perlahan setelah
umur 25 tahun.
o Penurunan rata-rata VO2max per tahun adalah 0.46
ml/kg/menit untuk laki-laki (1.2%) dan 0.54 ml/kg/menit untuk
wanita (1.7%), ini terjadi karena reduksi denyut jantung
maximal dan isi sekuncup jantung maximal (Jackson A S et
al,1995; Mackenzie, 2013)
6. 2. Jenis Kelamin
o Perempuan memiliki lemak tubuh lebih banyak
dibandingkan laki-laki yang lebih didominasi oleh
otot (Delany, 2013).
o Pada laki-laki terdapat banyak jaringan yang aktif
mengalami metabolisme karena komposisi
tubuhnya yang memiliki komponen otot lebih
banyak (Mcmurray et al, 2014).
7. 3. Jenis Latihan
o Latihan fisik yang dapat meningkatkan kemampuan kerja jantung maupun
VO2max adalah latihan-latihan yang bersifat aerobic seperti latihan sirkuit,
latihan kontinyu, dan latihan interval.
o Latihan aerobik dapat meningkatkan nilai VO2max karena saat melakukan
latihan tersebut suplai oksigen ke otot meningkat sehingga memberi
kemampuan pada atlet untuk melakukan aktifitas olahraga dengan waktu
yang lebih lama dan konsumsi oksigen maximal menjadi lebih besar
(Pratiwi, AB, 2012).
o Latihan yang dikerjakan harus memberikan beban yang cukup berat
terhadap sistem kardiorespirasi. Pembebanan ini bertujuan untuk
meningkatkan volume sekuncup, dan cardiac output(Ismaryati et al., 2009).
o Bed-rest lama dapat menurunkan VO2max antara 15%-25%, sementara
latihan fisik intens yang teratur dapat menaikkan VO2max dengan nilai yang
hampir serupa (Levitzky, Michael G, 2007).
8. 4. Fungsi Paru
o Untuk dapat memenuhi kebutuhan O2 yang adekuat dibutuhkan paru yang
berfungsi dengan baik, termasuk juga kapiler dan pembuluh pulmonal
o seorang atlet yang terlatih dengan baik, konsumsi O2 dan ventilasi paru
total meningkat sekitar 20 kali pada saat ia melakukan latihan dengan
intensitas maximal (Fox, 2003).
o Dalam fungsi paru juga dikenal istilah A-V O2 diff. Selama aktifitas fisik, A-V
O2 akan meningkat karena O2 darah lebih banyak dilepas ke otot yang
sedang bekerja, sehingga O2 darah vena berkurang.
o Hal ini menyebabkan pengiriman O2 ke jaringan naik hingga tiga kali lipat
daripada kondisi biasa. Peningkatan A-V O2 diff terjadi serentak dengan
peningkatan cardiac output dan pertukaran udara sebagai respon terhadap
olah raga berat (Vander, 2001).
9. 5. Fungsi Kardiovaskuler
o Respon kardiovaskular yang paling utama terhadap aktivitas fisik adalah
peningkatan cardiac output (CO). Peningkatan ini disebabkan oleh
peningkatan isi sekuncup jantung maupun heart rate yang dapat mencapai
sekitar 95% dari tingkat maximalnya (Uliyandari A, 2009).
o Pada usia 18-22 tahun tekanan darah normal apabila didapatkan systole
120-140 mmHg dan tekanan darah diastol 80-100 mmHg (Joyner M.J,
2009). Denyut nadi normal 60-100 kali per menit (Hermawan, 2015).
o Pemakaian O2 oleh tubuh tidak dapat lebih dari kecepatan sistem
kardiovaskular menghantarkan oksigen ke jaringan, maka dapat dikatakan
bahwa sistem kardiovaskuler dapat membatasi nilai VO2max (Uliyandari A,
2009).
10. 6. Sel Darah Merah
o Senyawa yang membawa O2 yaitu Hb yang berada di dalam sel darah
merah, sehingga bila kadar Hb rendah, O2 yang di bawa sel darah merah
juga sedikit (Anwar S,et al., 2013).
o Kadar Hb juga dipengaruhi oleh hormon androgen melalui peningkatan
pembentukan sel darah merah
o Menurut WHO kadar hemoglobin normal pada wanita dewasa 12,0 gr/dl,
pria dewasa 13,0 gr/dl, ibu hamil 11,0 gr/dl.
11. Pengukuran VO2Max
Beberapa pengukuran VO2 Max
antara lain:
A. Multistage Fitness Test (MFT)
B. Ergocycle test
C. Treadmill
D. Field test
E. Tes Modifikasi
12. A. Multistage Fitness Test (MFT)
o Juga dikenal dengan nama shuttle run test, yo-yo test, aero, dan bleep test.
o Dikembangkan oleh Leger dan Lambert (1982)
o Memerlukan lintasan lurus 20 meter
o Alat-alat yang diperlukan antara lain permukaan yang datar dan tidak licin,
cone, cd player, bleep test cd (audio), dan lembar hasil
13. Prosedur MFT
o Tes ini mengharuskan atlet untuk lari bolak-balik sepanjang 20m yang telah
ditandai dengan cone.
o Atlet berdiri di belakang cone dan mulai berlari saat terdengar bunyi bip dari cd
player (audio).
o Kecepatan awal cukup lambat. Setelah sampai di cone kedua, atlet menunggu
bunyi bip kemudian berlari lagi menuju cone pertama. Jika atlet tiba di cone
sebelum bunyi bip, atlet harus menunggu bunyi bip dan kemudian melanjutkan
lari. Setelah sekitar 1 menit, bunyi bip akan semakin cepat, dan hal ini
mengharuskan atlet untuk menambah kecepatannya (Mackenzie, 2013).
o Jika sudah terdengar bunyi bip sedangkan atlet belum mencapai cone
diseberang, maka atlet harus berlari ke cone dan berusaha untuk mengejar
ketertinggalannya dengan 2 kali bunyi bip.
o Tes dihentikan jika atlet gagal mencapai cone 2 kali berturut-turut
18. B. Ergocycle test
o Dilakukan dengan menggunakan sepeda statis yang dikayuh untuk
mendapatkan beban kerja. Beban kerja dapat diberikan secara kontinyu
atau intermiten.
o Pemeriksaan dilakukan di dalam ruang laboratorium menggunakan protokol
Astrand dengan sepeda ergocycle.
o Yang digunakan sebagai dasar percobaan adalah peningkatan denyut
jantung (nadi) sewaktu melakukan kerja dengan peningkatan beban.
o Makin kecil peningkatan denyut jantung yang terjadi, maka makin baik
kemampuan jantung dan paru orang tersebut, sehingga nilai VO2max juga
akan semakin bagus(Utama, 2005).
19. o Metode uji asli dan nomogram (Åstrand, P.-O. & Ryhming, I., 1954)
kemudian diperluas dan dimodifikasi (Åstrand, I., 1960) dengan akuntansi
nomogram untuk pria dan wanita dari berbagai usia ataupun formula
(Buono et al. 1989).
o peralatan yang diperlukan: sepeda ergometer, jam atau stopwatch, monitor
detak jantung , monitor EKG (opsional)
o Pre-test: Jelaskan prosedur tes kepada subjek. Lakukan skrining risiko
kesehatan dan dapatkan informed consent. Siapkan formulir dan catat
informasi dasar seperti umur, tinggi badan, berat badan, jenis kelamin,
kondisi pengujian. Kalibrasi dan sesuaikan cycle ergometer. Pasang
monitor detak jantung.
20. Prosedur Ergocycle test
o Deskripsi:
o Biarkan subjek melakukan pemanasan pada sepeda ergometer selama 2 hingga 3
menit dengan hambatan 0 kg dan dengan irama 50.
o Setelah ini, subjek mengayuh pedal selama 6 menit pada beban kerja yang dipilih
untuk mencoba dan memperoleh keseimbangan yang stabil.
o Status detak jantung antara 125 dan 170 bpm (beats per minute).
o Sebagai panduan, beban kerja awal untuk laki-laki adalah antara 300-600 kp/m/mnt
(tidak dikondisikan) dan 600-900 (dikondisikan). Untuk wanita, 300-450 kp/m/mnt
(tidak dikondisikan) dan 450-600 (dikondisikan).
o Rekam detak jantung setiap menit selama tes. Jika detak jantung pada 5 dan 6 menit
tidak dalam 5 detak/menit, lanjutkan selama satu menit tambahan.
o Jika detak jantung stabil yang dicapai tidak antara 125 dan 170 bpm, sesuaikan
beban kerja dengan tepat dan lanjutkan selama periode 6 menit kedua. Jika tidak, tes
selesai.
https://www.topendsports.com/testing/tests/astrand.htm
21. o Scoring VO2 Max: Umumnya semakin rendah detak jantung kondisi stabil,
semakin baik kebugaran Anda. Detak jantung dan beban kerja kondisi stabil dilihat
menggunakan formula (Buono et al. 1989):
o Keterangan: prediksi VO 2max dalam L/menit (jangan lupa konversi menjadi
ml/kg/menit), HRss adalah detak jantung stabil setelah 6 menit latihan, dan beban
kerja dalam kg.m/mnt. Untuk mengonversi beban dalam watt menjadi kg.m/min,
kalikan watt dengan 6,12.
https://www.topendsports.com/testing/tests/astrand.htm
22. o Koreksi usia :
https://www.topendsports.com/testing/tests/astrand.htm
23. C. Treadmill Test
o Beberapa protokol yang dapat digunakan dalam pemeriksaan dengan
treadmill adalah (1) Metode Mitchell, Sproule, dan Chapman, dan (2)
Metode Saltin-Astrand.
o Keuntungan menggunakan treadmill meliputi nilai beban kerja yang
konstan, kemudahan mengatur beban kerja pada level yang diinginkan,
serta mudah dilakukan karena hampir semua orang terbiasa dengan
keahlian yang dibutuhkan (berjalan dan berlari).
o Meskipun demikian, karena alatnya mahal dan berat, tes ini tidak praktis
dilakukan di tempat kerja (Kartawa, 2003).
24. D. Field Test
o Tes ini sangat mudah dilakukan karena tidak membutuhkan alat khusus.
o Subyek diminta berlari berdasarkan jarak atau waktu tertentu.
o Beberapa variasi dari tes ini adalah:
o 15 minute run (Balke Test),
o 12 minute run (Cooper test),
o 1,5 mile run (±1,6 km)
o 2,4 km run test (Mackenzie, 2013)
28. E. Tes Modifikasi
o Salah satu tes modifikasi yaitu Harvard step test
o Berupa tes naik turun bangku setinggi (Male 20 Inches /50.8 cm, Female :
16 Inches / 40 cm)
o Tes naik turun bangku dilakukan maksimal selama 5 menit / sampai atlet
tertinggal ritme selama 15 detik berturut-turut karena kelelahan dengan
menggunakan metronom sebagai referensi naik turunnya kaki up up down
down (metronom = 120 bpm)
31. Masalah Gizi Umum dihadapi Atlet
“Pada dasarnya masalah gizi masyarakat secara
umum dapat dialami oleh atlet”
“Gizi ibarat bahan bakar dan atlet ibarat mobil balap
karena terlatih tubuhnya dibandingkan orang biasa”
Dr. Mury Kuswari, S.Pd, M.Si.
32. Masalah Gizi Umum dihadapi Atlet
Undernutrition Deficiencies in a person’s intake of energy and/or nutrients which includes wasting
(low weight-for-height), stunting (low height-for-age) and underweight (low weight-
for-age);
Overnutrition Excesses in a person’s intake of energy and/or nutrients which includes obesity and
diet-related noncommunicable diseases (such as heart disease, stroke, diabetes and
some cancers).
Micronutrient-related
malnutrition
Malnutrition which includes micronutrient deficiencies (a lack of important vitamins
and minerals) or micronutrient excess
Kelelahan otot/over physical
activity
keadaan otot, dimana otot tidak dapat berkontraksi secara cepat dan kuat atau
bahkan tidak dapat berkontraksi sama sekali
Kualitas Tidur yang kurang Kondisi dimana seseorang mengalami kesulitan dalam memulai tidur dan untuk
mempertahankan tidur.
Dehidrasi Kondisi yang menggambarkan jumlah cairan dalam tubuh yang kurang
Masalah Gizi yang sering muncul antara lain: