1. MAKALAH
AKAD ISTISHNA’
Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok
pada mata kuliah “Akuntansi Syari’ah”
Di susun oleh:
SAHRONI (081400123)
ARIF SOLEH (081400122)
FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
2010/2011
2. KATA PENGANTAR
Segala puji hanyalah milik Allah, Rab yang menguasai perbendaharaan di alam semesta
ini dan mengaruniakannya kepada setiap makhluk yang ia kehendaki. Shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurah kepada uswah kita Rasulullah Muhammad SAW. juga kepada
segenap keluarga , para sahabat serta umat beliau hingga akhir zaman. Amin.
Dengan pertolongan Allah dan usaha yang sungguh sungguh penulis dapat
menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Akad istishna’”
Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada teman teman yang yang selalu
mendorong untuk menyelesaikan makalah ini, ditengan kesibukan penulis dalam melaksanakan
berbagai tugas yang diamanahkan selama ini.
Akhirnya meskipun makalah ini telah selesai disusun, tetapi jauh dari kesempurnaan.
Karenanya kritik dan daran dari semua pihak senantiasa penulis harapkan.
Kepada Allah jualah, penulis lantunkan do’a dan harapan mudah mudahan makalah ini
akan menjadi ilmu yang bermanfaat sehingga akan menambah timbangan amal kebaikan kelak
kemudian hari ketika menghadap Allah SWT. Amiiin.
Serang 24 maret 2011
Penulis
3. DAFTAR ISI
KATA PENAGANTAR………………………………………………………………….I
DAFTAR ISI……………………………………………………………………............II
PENDAHULUAN………………………………………………………………………..III
PENGERTIAN AKAD ISTISHNA’………………………………………………….1
PERBEDAAN SALAM DENGAN ISTISHNA’………………………………….2
JENIS AKAD ISTISHNA’………………………………………………………………3
DASAR SYARI’AH………………………………………………………………………4
RUKUN DAN KETENTUAN AKAD ISTISHNA’………………………………4
PRAKTIK PEMBIAYAAN ISTISHNA’ DAN ISTISH-
NA’ PARALEL……………………………………………………………………………6
PERLAKUAN AKUNTANSI (PSAK 106)……………………………………….7
AKUNTANSI UNTUK PENJUAL…………………………………………………..7
AKUNTANSI UNTUK PEMBELI…………………………………………………..8
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..................10
4. PENDAHULUAN
Akad istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu. Istishna dapat dilakukan langsung antara
dua belah pihak antara pemesan atau penjual seperti, atau melalui perantara. Jika dilakukan
melalui pearantara maka akad disebut dengan akad istishna paralel.
Walaupun istishna adalah akad jual beli, tetapi memiliki perbedaan dengan salam
maupun dengan murabaha. Istishna lebih ke kontrak pengadaan barang yang ditangguhkan dan
dapat di bayarkan secarra tangguh pula.
Istishna menurut para fuqaha adalah pengembangan dari salam, dan di izinkan secara
syari’ah. Untuk pengakuan pendapatan istishna dapat dilakukan melalui akad langsung dan
metode persentase penyelesaian. Di mana metode persentase penyelesaian yang digunakan
miris dengan akuntansi konvensional, kecuali perbedaan laba yang di pisah antara margin laba
dan selisih nilai akad dengan nilai wajar.
5. AKAD ISTISHNA’
Pengertian akad istishna’
Akad istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang di sepakati antara pemesan
(pembeli/mustashni) dan penjual (pembuat/shani) (fatwa DSN MUI ) shani’ akan menyiapkan
barang yang di pesan sesuai dengan spesifikasi yang telah di sepakati di mana ia dapat
menyiapkan sendiri atau melalui pehak lain (istishna pararlel).
Dalam PSAK 104 par 8 di jelaskan barang pesanan harus memenuhi criteria ;
1. Memerlukan proses pembuatan setelah akad di sepakati
2. Sesuai dengan spesifikasi pemesan (customized), bukan produk masal dan
3. Harus di ketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi jenis,spesifikasi
teknis,kualitas, dan kuantitasnya.
Dalam istishna paralel ,penjual membuat akad istishna kedua dengan sub kontraktor untuk
membantunya memenuhi kewajiban akad istishna pertama( antara penjual dan pemesan) pihak
yang bertanggung jawab pada pemesan tetap terletak pada penjual tidak dapat di alihkan pada
sub kontraktor karna akad terjadi anatara penjual dan pemesan bukan pemesan dengan
subkontrktor. Sehingga penjual tetap bertanggung jawab atas hasil kerja subkontraktor .
Pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan dari penjual atas (a) jumalah yang
telah di bayarkan ,dan (b) penyerahan barang pesanan sesuai dengan spesifikasi dan tepat
waktu (PSAK 104 par 13)
Dalam akad ,spesifikasi akad yang di pesan harus jelas, bila produk yang di pesan adalah
rumah, maka luas bangunan, model rumah dan spesifikasi harus jelas, misalnya menggunakan
bata merah, kayu jati, lantai keramik merk roman ukuran 40x40, toiletteries merk toto dan lain
sebagainya. Dengan spesifikasi yang rinci, diharapkan persengkataan dapat di hindari.
Hargapun harus disepakati berikut cara pembayarannya, apakah pembayaran 100%
dibayarkan dimuka, melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai waktu tertentu. Begitu harga
disepakati, maka selama masa akad harga tidak dapat berubah walaupun biaya produksi
6. meningkat, sehingga penjualan harus memperhtungkan hal ini. Perubahan harga hanya
dimungkinkan apabila spesifikasi atas barang yang dipesan berubah.
Begitu akad disepakati, maka akan mengikat para pihak yang bersepakat dan pada
dasarnya tidak dapat dibatalkan, kecuali:
1. Kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya
2. Akad batal demi hokum karena timbul kondisi hokum yang dapat menghnalangi
pelaksanaan atau penyelesaian akad (psak 104 par 12)
Perbedaan salam dengan istishna
Subjek Salam istishna Aturan dan
keterangan
Pokok kontrak Muslam Mashnu’ Barang di tangguhkan,
dengan spsifikasi
Harga Dibayar saat kontrak Boleh saat kontrak, Cara penyelesaian
boleh diangsur, boleh pembayaran
dikemudian hari perbeddaan utama
antara salam dengan
istishna
Sifat kontrak Mengikat secara asli Mengikat secara Salam mengikat
(thabi’i) ikutan (thaba’i) semua pihak sejak
semula, sementara
istishna dianggap
mengikat berdasarkan
pandangan para
fuqaha demi
kemaslahatan, serta
tidak bertentangan
dengan aturan
syari’ah
Kontrak paralel Salam paralel Istishna paralel Baik salam paralel
maupun istishna
parallel sah asalkan
kedua kontrak
sedcara hokum
adalah terpisah
Sumber: diolah dari berbagai sumber.
7. Jenis akad istishna
1. Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu
dengan criteria dan persyaratan tertgentu yang disepakati antara pemesan (pembeli
atau mustahin) dan penjujal (pembuat, shani)
2. Istishna paralel adalah suatu bentuk akad istishna antara penjual dan pemesan, dimana
untuk memenhui kewajibannya kepada pemesan, penjual melakukan akad itishna
dengan pihak lain(subkontraktor) yang dapat memenuhi asset yang dipoesan pemesan.
Syaratnya akad istishna pertama antara penjual dan pemesan tidak bergantung pada
istishna, kedua antara penual dan pemasok . selain itu, akad antara pemesan dengan
penjual dan akad antara penjual dan pemesan harus terpisah dan penjual tidak boleh
mengakui adanya keuntungan selama kontruksi.
8. Dasar syari’ah
Sumber hukum akad istishna
Amr bin ‘auf berkata
“perdamaian dapat dilakukan diantara kamu muslimin kecuali perdamaian yang megharamkan
yang halal dan menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin tergikat dengan syarat syarat
mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal dan mengharamkan yang halal.” (HR.
Tirmidzi)
Abu sa’id al khudri berkata: tidak boleh membahayakan diri maupun orang lain.” HR. Ibnu maja
darruqutni dan yang lain.
Masyarakat telah memperaktikan istishan secara luas dan terus menerus tganpa ada
keberatan sama sekali. Hal demikian menjadi istishna sebagai kasus ijma atau consensus umum.
Istiishna sah sesuai dengan aturan umum mengenai kebolehan kontrak selama ttidak
bertentangan dengan nash atau aturan syari’ah. Segala sesuatu yang memiliki kemaslahatan
bagi umum serta tidak dilarang syari’ah, boleh dilakukan. Tidak ada persoalan apakah hal
tersebut telah dipraktikan secara umum atau tidak.
RUKUN DAN KETENTUAN AKAD ISTISHNA’
Adapun rukun istishna ada tiga, yaitu :
1. Pelaku terdiri atas pemesan (pembeli atau mustasni) dan penjual (pembuat sani’)
2. Objek akad berupa barang yang akan diserahkan dan modal istishna yang berbentuk
harga
3. Ijab qabul/serah terima.
Ketentuuan syari’ah
1. Pelaku, harus cakap hokum dan balig
2. Objek akad:
9. a. Ketentuan tentang pembayaran
1). Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang,
barang, atau manfaat, demikian juga degan cara pembayarannya.
2). Harga yang telah ditetapkan dalam akad tidak boleh berubah. Akan tetapi
apabila setelah akad ditandatangani pembeli mengubah spesifikasi dalam akad
maka penambahan biaya akibat peruhbahan ini menadi tanggung jaawab
pembeli
3). Pembayaran dilakukan sesuai kesepakatan
4). Pembayaran tidak boleh berupa pe,mbebasan utang.
b. Ketetuan tentang barang
1) Barang pesanan harus jelas spesifikasinya (jenis, ukuran, mutu) sehingga
tidak ada lagi jahala dan perselisihan dapat dihindari
2) Barang pesanan diserahkan kemudian
3) Waktu dn penyerahan barang harus ditetapkan nberdasarkan kesepakatan
4) Barang pesanan yang belum diterima tidak boleh dijual
5) Tidak boleh menukar barang kecuali dengan barang sejenis sesuai
kesepakatan
6) Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan kesepatan,
pemesan pemilik hak khiyar (hak memilik) untuk melanjutkan atau
membatalkan akad
7) Dalam hal pemesanan sudah dikerjakan sesuai dengan kesepakatan,
hukumnya mengikat, tidak boleh dibatalkan sehingga penjual tidak dirugikan
karena ia telah menjalankan kewajibannya sesssuai dengan kesepakatan
3. Ijab qabul
10. Adalah pernyataan ekpsresi saling ridha/ rela diantara pihak pihak pelaku akad yang
dilakukan secara verbal, terttulis, melaui korespondensi atau menggunakan cara
cara komunikasi modern
Berakhirnya akad istishna
Kontrak istishna bias berakhir berdasarkan kondisi kondisi berikut:
1. Dipenuhinya kewajiban secara normal oleh kedua belah piahk,
2. Persetujuan bersama kedua belah pihak untuk menghentikan kotrak
3. Pembatalan hokum kontrak ini jika muncul sebab yang masuk akal untuk
mencegah dilaksanakannya kontrak atau penyelesaiannya, dan masing masing
pihak bisa menuntut pembatalannya.
Praktik pembiayaan istishna dan istishna paralel
Seperti halnya praktik salam, secara praktis pelaksanaan kegiatan istishna
dalam perbankan syari’ah cenderung dilakukan dalam format istishna paralel. Hal ini
dapat dipahami karena pertama, kegiatan istishna oleh bank syari’ah merupakan
akibat dari adanya permintaan barang tertentu oleh nasabah, dan kedua, bank
syari’ah bukanlah produsen dari barang dimaksud. Secara umum tahapan prraktik
istishna dan istishna paralel di perbankan syari’ah adalah sama dengan tahapan
praktik salam. Perbedaannya terletak pada cara pembayaran yangh tidak dilakukan
secara sekaligus, tetapi dilakukan secara bertahap. Berdasarkan kompilasi sop yang
disampaikan oleh bank syari’ah, tahapan pelaksanaan istishna dan istishna paralel
adalah seperti pada table dibawah ini.
Tabel: ringkasan tahapan akad istiishna dan istishan paralel menurut sop bank syari’ah
No Tahapan
1 Adanya permintaan barang tertentu dengan spesifikasi yang jelas oleh nasabah pembeli
kepada bank syari’ah sebagai mustasni
11. 2 Wa’ad nasabah untuk membeli barang dengan harga dan waktu tangguh pengiriman
barang yang disepakati
3 Mencari produsen yang sanggup untuk menyediakan barang dimaksud (sesuai batas
waktu yang disepakati dengan harga yang lebih rendah)
4 Pengikatan I antara bank dengan nasabah untuk membeli barang dengan spesifikasi
tertentu yang akan diserahkan pada waktu yang telah ditentukan
5 Pembayaran oleh nasabah dilakukan sebagian di awal akad dan sisanya sebelum barang
diterima (atau sisanya disepakati untuk diangsur)
6 Pengikatan II antara bank dan produsen untuk membeli barang dengan spesifikasi
tertentu yang akan diserahkan pada waktu yang telah ditentukan
7 Pembayaran dilakukan secara bertahap bank kepada prrodusen setelah pengikatan
dilakukan
8 Pegiriman barang dilakukan langsung ole produsen pada nasabah
Sumber: bukhori et,al (2005)
Dari hasil telaahan atas SOP produk istishna, terdapat beberapa hal yang dapat
dicermati lebih jauh, yaitu:
1). Secara umum pemahaman bank syari’ah terdapat akad istisha adalah berkaitan dengan
pembelian suatu benda yang memiliki nilai besar dan prroduksi secara bertahap, misalnya,
bangunan, pesawat terbang dan sebaginya.
2). Sama halnya dengan praktik salam, praktik akad istisna di bank syari’ah hamper lalu
dilakukan dalam format istishna paralel.dengan demikian praktik istishna di perbankan syari’ah
lebih terporientasi pada upaya pencarian marjin antara harga akad I dan harga akad II
3). Sama halnya dengan praktik salam, praktik istishna di industri perbankan syari’ah lebih
mencerminkan kegiatan utang piutang (penyediaan dana) daripada kegiatan jual beli.
Implikasinya adalah pengakuan piutang istishna lebih mencerminkan piutang uang (sebagai
akibat kegiatan penyediaan dana) daripada piutang barang (sebagai akibat kegiatan jual beli).
Perlakuan Akuntansi (PSAK 106)
Akuntansi untuk penjual
Pengakuan untuk asset tergantung dari akadnya . jika proposal, negosiasi dan biaya serta
pendapatan asset dapat diidentpikasi terpisah ,maka akan di anggap akad terpisah. Jika tidak,
12. maka akan di anggap satu akad. Jika ada pesanan tambahan dan nilainya signipikan atau di
negosiasiakan terpisah, maka di anggap akad terpisah.
1. Biaya perolehan istishna terdiri atas ;
a. Biaya langsung yaitu :bahan baku dan tenaga kerja langsung untuk membuat barang
pesanan, atau tagihan produsen /konttraktor pada entitas untuk istishna paralel.
b. Biaya tidak langsung adalah biaya overhead termasuk biaya akad dan pra akad.
c. Khusus untuk istishna paralel: seluruh biaya akibat produsen /kontraktor tidak dapat
memenuhi kewajiban jika ada.
Biaya perolehan/pengeluaran selama pembngunan atau tagihan yang di terima dari
produsen/kontraktor akan di akui sebagai asset istishnab dalam penyelesaian ,sehingga
jurnal yang di lakukan bila entitas melakuakan pengeluaran untuk akad istishna adalah:
Dr. asset istishna dalam penyelesaian xxx
Kr. Persediaan,kas,utang,dan lain-lain xxx
Untuk akun yang di kredit akan tergantung apa yang di guanakan oleh perusahaan untuk
memenuhi kewajiban akad tersebut.
Beban pra akad di akui sebagai beban tangguhan dan di perhitungkan sebagai biaya
istishna jika akad di sepakati jika akad di sepakati maka biaya tersebut di bebankan pada
periode berjalan .
Saat di keluarkan biaya pra akad, di catat:
Dr. biaya pra akad di tangguhkan xxx
Kr. Kas xxx
Jika akad di sepakati,maka di catat:
Dr. beban istishna xxx
Kr. Biaya pra akad di tangguhkan xxx
13. Jika akad tidak di sepakati, maka di catat:
Dr. beban xxx
Kr. Biaya pr akad di tangguhkan xxx
Akuntansi untuk pembeli
1. Pembeli mengakkui asset istishna dalam penyelesaian sejumlah termin yang di tagih
oleh penjual dan sekaligus mengakui utang istishna’ kepada penjual.
Jurnal:
Dr. asset istishna’ dalam penyelesaian xxx
Kr. Utang kepada penjual xxx
2. Asset istishna yang di peroleh melalui transaksi istishna dengan pembayaran
tangguh lebih dari satu tahun diakui sebesar :biaya perolehan tunai. Selisih antara
harga beli yang di sepakati dalam akad istishna tangguh dan biaya perolehan tunai
diakui sebagai beban istishna’ tangguh.
Jurnal:
Dr. asset istishna’ dalam penyelesaian (sebesar nilai tunai) xxx
Dr. bebn istishna tangguh(selisih nilai tunai dengan harga beli) xxx
Kr. Utang kepada penjual xxx
14. DAFTAR PUSTAKA
Sri Nurhayati, Wasilah, akuntansi syari’ah di Indonesia, salemba empat, edisi dua
revisi
Afcarya, Akad dan Produk Bank Syari’ah, JAKARTA: PT. RAJA GRAFINDO PERSADA
2008, edisi satu - dua