SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
MAKALAH
                 AKAD ISTISHNA’

Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok

       pada mata kuliah “Akuntansi Syari’ah”




                  Di susun oleh:

              SAHRONI (081400123)

             ARIF SOLEH (081400122)


     FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM

       INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

     SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN

                    2010/2011
KATA PENGANTAR

        Segala puji hanyalah milik Allah, Rab yang menguasai perbendaharaan di alam semesta
ini dan mengaruniakannya kepada setiap makhluk yang ia kehendaki. Shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurah kepada uswah kita Rasulullah Muhammad SAW. juga kepada
segenap keluarga , para sahabat serta umat beliau hingga akhir zaman. Amin.

      Dengan pertolongan Allah dan usaha yang sungguh sungguh penulis dapat
menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Akad istishna’”

       Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada teman teman yang yang selalu
mendorong untuk menyelesaikan makalah ini, ditengan kesibukan penulis dalam melaksanakan
berbagai tugas yang diamanahkan selama ini.

      Akhirnya meskipun makalah ini telah selesai disusun, tetapi jauh dari kesempurnaan.
Karenanya kritik dan daran dari semua pihak senantiasa penulis harapkan.

      Kepada Allah jualah, penulis lantunkan do’a dan harapan mudah mudahan makalah ini
akan menjadi ilmu yang bermanfaat sehingga akan menambah timbangan amal kebaikan kelak
kemudian hari ketika menghadap Allah SWT. Amiiin.




                                                  Serang     24 maret 2011




                                                           Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENAGANTAR………………………………………………………………….I

DAFTAR ISI……………………………………………………………………............II

PENDAHULUAN………………………………………………………………………..III

PENGERTIAN AKAD ISTISHNA’………………………………………………….1

PERBEDAAN SALAM DENGAN ISTISHNA’………………………………….2

JENIS AKAD ISTISHNA’………………………………………………………………3

DASAR SYARI’AH………………………………………………………………………4

RUKUN DAN KETENTUAN AKAD ISTISHNA’………………………………4

PRAKTIK PEMBIAYAAN ISTISHNA’ DAN ISTISH-

NA’ PARALEL……………………………………………………………………………6

PERLAKUAN AKUNTANSI (PSAK 106)……………………………………….7

AKUNTANSI UNTUK PENJUAL…………………………………………………..7

AKUNTANSI UNTUK PEMBELI…………………………………………………..8

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..................10
PENDAHULUAN
       Akad istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu. Istishna dapat dilakukan langsung antara
dua belah pihak antara pemesan atau penjual seperti, atau melalui perantara. Jika dilakukan
melalui pearantara maka akad disebut dengan akad istishna paralel.

       Walaupun istishna adalah akad jual beli, tetapi memiliki perbedaan dengan salam
maupun dengan murabaha. Istishna lebih ke kontrak pengadaan barang yang ditangguhkan dan
dapat di bayarkan secarra tangguh pula.

        Istishna menurut para fuqaha adalah pengembangan dari salam, dan di izinkan secara
syari’ah. Untuk pengakuan pendapatan istishna dapat dilakukan melalui akad langsung dan
metode persentase penyelesaian. Di mana metode persentase penyelesaian yang digunakan
miris dengan akuntansi konvensional, kecuali perbedaan laba yang di pisah antara margin laba
dan selisih nilai akad dengan nilai wajar.
AKAD ISTISHNA’



Pengertian akad istishna’

       Akad istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang di sepakati antara pemesan
(pembeli/mustashni) dan penjual (pembuat/shani) (fatwa DSN MUI ) shani’ akan menyiapkan
barang yang di pesan sesuai dengan spesifikasi yang telah di sepakati di mana ia dapat
menyiapkan sendiri atau melalui pehak lain (istishna pararlel).



Dalam PSAK 104 par 8 di jelaskan barang pesanan harus memenuhi criteria ;

   1. Memerlukan proses pembuatan setelah akad di sepakati

   2. Sesuai dengan spesifikasi pemesan (customized), bukan produk masal dan

   3. Harus di ketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi jenis,spesifikasi
      teknis,kualitas, dan kuantitasnya.



   Dalam istishna paralel ,penjual membuat akad istishna kedua dengan sub kontraktor untuk
membantunya memenuhi kewajiban akad istishna pertama( antara penjual dan pemesan) pihak
yang bertanggung jawab pada pemesan tetap terletak pada penjual tidak dapat di alihkan pada
sub kontraktor karna akad terjadi anatara penjual dan pemesan bukan pemesan dengan
subkontrktor. Sehingga penjual tetap bertanggung jawab atas hasil kerja subkontraktor .

        Pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan dari penjual atas (a) jumalah yang
telah di bayarkan ,dan (b) penyerahan barang pesanan sesuai dengan spesifikasi dan tepat
waktu (PSAK 104 par 13)

       Dalam akad ,spesifikasi akad yang di pesan harus jelas, bila produk yang di pesan adalah
rumah, maka luas bangunan, model rumah dan spesifikasi harus jelas, misalnya menggunakan
bata merah, kayu jati, lantai keramik merk roman ukuran 40x40, toiletteries merk toto dan lain
sebagainya. Dengan spesifikasi yang rinci, diharapkan persengkataan dapat di hindari.

       Hargapun harus disepakati berikut cara pembayarannya, apakah pembayaran 100%
dibayarkan dimuka, melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai waktu tertentu. Begitu harga
disepakati, maka selama masa akad harga tidak dapat berubah walaupun biaya produksi
meningkat, sehingga penjualan harus memperhtungkan hal ini. Perubahan harga hanya
dimungkinkan apabila spesifikasi atas barang yang dipesan berubah.

       Begitu akad disepakati, maka akan mengikat para pihak yang bersepakat dan pada
dasarnya tidak dapat dibatalkan, kecuali:

   1. Kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya

   2. Akad batal demi hokum karena timbul kondisi hokum yang dapat menghnalangi
      pelaksanaan atau penyelesaian akad (psak 104 par 12)

   Perbedaan salam dengan istishna

Subjek                 Salam                  istishna                Aturan dan
                                                                      keterangan
Pokok kontrak          Muslam                 Mashnu’                 Barang di tangguhkan,
                                                                      dengan spsifikasi
Harga                  Dibayar saat kontrak   Boleh saat kontrak,     Cara penyelesaian
                                              boleh diangsur, boleh   pembayaran
                                              dikemudian hari         perbeddaan utama
                                                                      antara salam dengan
                                                                      istishna
Sifat kontrak          Mengikat secara asli   Mengikat secara         Salam mengikat
                       (thabi’i)              ikutan (thaba’i)        semua pihak sejak
                                                                      semula, sementara
                                                                      istishna dianggap
                                                                      mengikat berdasarkan
                                                                      pandangan para
                                                                      fuqaha demi
                                                                      kemaslahatan, serta
                                                                      tidak bertentangan
                                                                      dengan aturan
                                                                      syari’ah
Kontrak paralel        Salam paralel          Istishna paralel        Baik salam paralel
                                                                      maupun istishna
                                                                      parallel sah asalkan
                                                                      kedua kontrak
                                                                      sedcara hokum
                                                                      adalah terpisah


    Sumber: diolah dari berbagai sumber.
Jenis akad istishna

1. Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu
   dengan criteria dan persyaratan tertgentu yang disepakati antara pemesan (pembeli
   atau mustahin) dan penjujal (pembuat, shani)



2. Istishna paralel adalah suatu bentuk akad istishna antara penjual dan pemesan, dimana
   untuk memenhui kewajibannya kepada pemesan, penjual melakukan akad itishna
   dengan pihak lain(subkontraktor) yang dapat memenuhi asset yang dipoesan pemesan.
   Syaratnya akad istishna pertama antara penjual dan pemesan tidak bergantung pada
   istishna, kedua antara penual dan pemasok . selain itu, akad antara pemesan dengan
   penjual dan akad antara penjual dan pemesan harus terpisah dan penjual tidak boleh
   mengakui adanya keuntungan selama kontruksi.
Dasar syari’ah

Sumber hukum akad istishna

Amr bin ‘auf berkata

“perdamaian dapat dilakukan diantara kamu muslimin kecuali perdamaian yang megharamkan
yang halal dan menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin tergikat dengan syarat syarat
mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal dan mengharamkan yang halal.” (HR.
Tirmidzi)

Abu sa’id al khudri berkata: tidak boleh membahayakan diri maupun orang lain.” HR. Ibnu maja
darruqutni dan yang lain.

        Masyarakat telah memperaktikan istishan secara luas dan terus menerus tganpa ada
keberatan sama sekali. Hal demikian menjadi istishna sebagai kasus ijma atau consensus umum.
Istiishna sah sesuai dengan aturan umum mengenai kebolehan kontrak selama ttidak
bertentangan dengan nash atau aturan syari’ah. Segala sesuatu yang memiliki kemaslahatan
bagi umum serta tidak dilarang syari’ah, boleh dilakukan. Tidak ada persoalan apakah hal
tersebut telah dipraktikan secara umum atau tidak.

RUKUN DAN KETENTUAN AKAD ISTISHNA’

Adapun rukun istishna ada tiga, yaitu :

   1. Pelaku terdiri atas pemesan (pembeli atau mustasni) dan penjual (pembuat sani’)

   2. Objek akad berupa barang yang akan diserahkan dan modal istishna yang berbentuk
      harga

   3. Ijab qabul/serah terima.

       Ketentuuan syari’ah

       1. Pelaku, harus cakap hokum dan balig

       2. Objek akad:
a. Ketentuan tentang pembayaran

       1). Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang,

          barang, atau manfaat, demikian juga degan cara pembayarannya.

       2). Harga yang telah ditetapkan dalam akad tidak boleh berubah. Akan tetapi
       apabila setelah akad ditandatangani pembeli mengubah spesifikasi dalam akad
       maka penambahan biaya akibat peruhbahan ini menadi tanggung jaawab
       pembeli

       3). Pembayaran dilakukan sesuai kesepakatan

       4). Pembayaran tidak boleh berupa pe,mbebasan utang.



   b. Ketetuan tentang barang

       1) Barang pesanan harus jelas spesifikasinya (jenis, ukuran, mutu) sehingga
          tidak ada lagi jahala dan perselisihan dapat dihindari

       2) Barang pesanan diserahkan kemudian

       3) Waktu dn penyerahan barang harus ditetapkan nberdasarkan kesepakatan

       4) Barang pesanan yang belum diterima tidak boleh dijual

       5) Tidak boleh menukar barang kecuali dengan barang sejenis sesuai
          kesepakatan

       6) Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan kesepatan,
          pemesan pemilik hak khiyar (hak memilik) untuk melanjutkan atau
          membatalkan akad

       7) Dalam hal pemesanan sudah dikerjakan sesuai dengan kesepakatan,
          hukumnya mengikat, tidak boleh dibatalkan sehingga penjual tidak dirugikan
          karena ia telah menjalankan kewajibannya sesssuai dengan kesepakatan



3. Ijab qabul
Adalah pernyataan ekpsresi saling ridha/ rela diantara pihak pihak pelaku akad yang
           dilakukan secara verbal, terttulis, melaui korespondensi atau menggunakan cara
           cara komunikasi modern



           Berakhirnya akad istishna

           Kontrak istishna bias berakhir berdasarkan kondisi kondisi berikut:

           1. Dipenuhinya kewajiban secara normal oleh kedua belah piahk,

           2. Persetujuan bersama kedua belah pihak untuk menghentikan kotrak

           3. Pembatalan hokum kontrak ini jika muncul sebab yang masuk akal untuk
              mencegah dilaksanakannya kontrak atau penyelesaiannya, dan masing masing
              pihak bisa menuntut pembatalannya.




           Praktik pembiayaan istishna dan istishna paralel

                       Seperti halnya praktik salam, secara praktis pelaksanaan kegiatan istishna
           dalam perbankan syari’ah cenderung dilakukan dalam format istishna paralel. Hal ini
           dapat dipahami karena pertama, kegiatan istishna oleh bank syari’ah merupakan
           akibat dari adanya permintaan barang tertentu oleh nasabah, dan kedua, bank
           syari’ah bukanlah produsen dari barang dimaksud. Secara umum tahapan prraktik
           istishna dan istishna paralel di perbankan syari’ah adalah sama dengan tahapan
           praktik salam. Perbedaannya terletak pada cara pembayaran yangh tidak dilakukan
           secara sekaligus, tetapi dilakukan secara bertahap. Berdasarkan kompilasi sop yang
           disampaikan oleh bank syari’ah, tahapan pelaksanaan istishna dan istishna paralel
           adalah seperti pada table dibawah ini.

Tabel: ringkasan tahapan akad istiishna dan istishan paralel menurut sop bank syari’ah

No   Tahapan
1    Adanya permintaan barang tertentu dengan spesifikasi yang jelas oleh nasabah pembeli
     kepada bank syari’ah sebagai mustasni
2    Wa’ad nasabah untuk membeli barang dengan harga dan waktu tangguh pengiriman
     barang yang disepakati
3    Mencari produsen yang sanggup untuk menyediakan barang dimaksud (sesuai batas
     waktu yang disepakati dengan harga yang lebih rendah)
4    Pengikatan I antara bank dengan nasabah untuk membeli barang dengan spesifikasi
     tertentu yang akan diserahkan pada waktu yang telah ditentukan
5    Pembayaran oleh nasabah dilakukan sebagian di awal akad dan sisanya sebelum barang
     diterima (atau sisanya disepakati untuk diangsur)
6    Pengikatan II antara bank dan produsen untuk membeli barang dengan spesifikasi
     tertentu yang akan diserahkan pada waktu yang telah ditentukan
7    Pembayaran dilakukan secara bertahap bank kepada prrodusen setelah pengikatan
     dilakukan
8    Pegiriman barang dilakukan langsung ole produsen pada nasabah


Sumber: bukhori et,al (2005)



      Dari hasil telaahan atas SOP produk istishna, terdapat beberapa hal yang dapat
dicermati lebih jauh, yaitu:



1). Secara umum pemahaman bank syari’ah terdapat akad istisha adalah berkaitan dengan
pembelian suatu benda yang memiliki nilai besar dan prroduksi secara bertahap, misalnya,
bangunan, pesawat terbang dan sebaginya.

2). Sama halnya dengan praktik salam, praktik akad istisna di bank syari’ah hamper lalu
dilakukan dalam format istishna paralel.dengan demikian praktik istishna di perbankan syari’ah
lebih terporientasi pada upaya pencarian marjin antara harga akad I dan harga akad II

3). Sama halnya dengan praktik salam, praktik istishna di industri perbankan syari’ah lebih
mencerminkan kegiatan utang piutang (penyediaan dana) daripada kegiatan jual beli.
Implikasinya adalah pengakuan piutang istishna lebih mencerminkan piutang uang (sebagai
akibat kegiatan penyediaan dana) daripada piutang barang (sebagai akibat kegiatan jual beli).

Perlakuan Akuntansi (PSAK 106)
Akuntansi untuk penjual

Pengakuan untuk asset tergantung dari akadnya . jika proposal, negosiasi dan biaya serta
pendapatan asset dapat diidentpikasi terpisah ,maka akan di anggap akad terpisah. Jika tidak,
maka akan di anggap satu akad. Jika ada pesanan tambahan dan nilainya signipikan atau di
negosiasiakan terpisah, maka di anggap akad terpisah.



   1. Biaya perolehan istishna terdiri atas ;

       a. Biaya langsung yaitu :bahan baku dan tenaga kerja langsung untuk membuat barang
          pesanan, atau tagihan produsen /konttraktor pada entitas untuk istishna paralel.

       b. Biaya tidak langsung adalah biaya overhead termasuk biaya akad dan pra akad.

       c. Khusus untuk istishna paralel: seluruh biaya akibat produsen /kontraktor tidak dapat
          memenuhi kewajiban jika ada.



       Biaya perolehan/pengeluaran selama pembngunan atau tagihan yang di terima dari
       produsen/kontraktor akan di akui sebagai asset istishnab dalam penyelesaian ,sehingga
       jurnal yang di lakukan bila entitas melakuakan pengeluaran untuk akad istishna adalah:

       Dr. asset istishna dalam penyelesaian               xxx

           Kr. Persediaan,kas,utang,dan lain-lain                 xxx

       Untuk akun yang di kredit akan tergantung apa yang di guanakan oleh perusahaan untuk
       memenuhi kewajiban akad tersebut.



       Beban pra akad di akui sebagai beban tangguhan dan di perhitungkan sebagai biaya
       istishna jika akad di sepakati jika akad di sepakati maka biaya tersebut di bebankan pada
       periode berjalan .

       Saat di keluarkan biaya pra akad, di catat:

       Dr. biaya pra akad di tangguhkan                    xxx

          Kr. Kas                                                 xxx

       Jika akad di sepakati,maka di catat:

       Dr. beban istishna                                  xxx

         Kr. Biaya pra akad di tangguhkan                         xxx
Jika akad tidak di sepakati, maka di catat:



   Dr. beban                                          xxx

   Kr. Biaya pr akad di tangguhkan                                xxx



Akuntansi untuk pembeli

1. Pembeli mengakkui asset istishna dalam penyelesaian sejumlah termin yang di tagih
   oleh penjual dan sekaligus mengakui utang istishna’ kepada penjual.



   Jurnal:

   Dr. asset istishna’ dalam penyelesaian       xxx

      Kr. Utang kepada penjual                              xxx




2. Asset istishna yang di peroleh melalui transaksi istishna dengan pembayaran
   tangguh lebih dari satu tahun diakui sebesar :biaya perolehan tunai. Selisih antara
   harga beli yang di sepakati dalam akad istishna tangguh dan biaya perolehan tunai
   diakui sebagai beban istishna’ tangguh.



   Jurnal:

   Dr. asset istishna’ dalam penyelesaian (sebesar nilai tunai)         xxx

   Dr. bebn istishna tangguh(selisih nilai tunai dengan harga beli)           xxx

       Kr. Utang kepada penjual                                               xxx
DAFTAR PUSTAKA


Sri Nurhayati, Wasilah, akuntansi syari’ah di Indonesia, salemba empat, edisi dua
revisi



Afcarya, Akad dan Produk Bank Syari’ah, JAKARTA: PT. RAJA GRAFINDO PERSADA
2008, edisi satu - dua

More Related Content

What's hot

Psak 105 mudharabah
Psak 105 mudharabahPsak 105 mudharabah
Psak 105 mudharabahcitra Joni
 
transaksi yang dilarang dlm syariah islam
transaksi yang dilarang dlm syariah islamtransaksi yang dilarang dlm syariah islam
transaksi yang dilarang dlm syariah islammandalina landy
 
Akuntansi Ijarah Dalam Bank Syari'ah
Akuntansi Ijarah Dalam Bank Syari'ahAkuntansi Ijarah Dalam Bank Syari'ah
Akuntansi Ijarah Dalam Bank Syari'ahmadureh
 
Transaksi istishna
Transaksi istishnaTransaksi istishna
Transaksi istishnaHasunah
 
Perkembangan akuntansi dan organisasi akuntansi
Perkembangan akuntansi dan organisasi akuntansiPerkembangan akuntansi dan organisasi akuntansi
Perkembangan akuntansi dan organisasi akuntansiNamla Elfa Syariati
 
Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan MurabahahPembiayaan Murabahah
Pembiayaan Murabahahdwi_rahmamosa
 
Hubungan Biaya, Volume dan Laba
Hubungan Biaya, Volume dan LabaHubungan Biaya, Volume dan Laba
Hubungan Biaya, Volume dan Labanazilah_ laila
 
Manajemen lembaga keuangan
Manajemen lembaga keuanganManajemen lembaga keuangan
Manajemen lembaga keuanganRetna Rindayani
 
EKSI 4203 - Modul 2 Risk & Return
EKSI 4203  - Modul 2 Risk & ReturnEKSI 4203  - Modul 2 Risk & Return
EKSI 4203 - Modul 2 Risk & ReturnAncilla Kustedjo
 
Makalah akuntansi syariah (akad murabahah) jiantari c 301 09 013
Makalah akuntansi syariah (akad murabahah) jiantari c 301 09 013Makalah akuntansi syariah (akad murabahah) jiantari c 301 09 013
Makalah akuntansi syariah (akad murabahah) jiantari c 301 09 013Jiantari Marthen
 
Akuntansi mudharabah
Akuntansi mudharabahAkuntansi mudharabah
Akuntansi mudharabahmadureh
 
Akuntansi Salam Dalam Bank Syari'ah
Akuntansi Salam Dalam Bank Syari'ahAkuntansi Salam Dalam Bank Syari'ah
Akuntansi Salam Dalam Bank Syari'ahmadureh
 
Akuntansi Ijarah pada Bank Syariah
Akuntansi Ijarah pada Bank SyariahAkuntansi Ijarah pada Bank Syariah
Akuntansi Ijarah pada Bank SyariahPhuji Maisaroh
 
Tugas ppt transaksi dan akad ps
Tugas ppt transaksi dan akad psTugas ppt transaksi dan akad ps
Tugas ppt transaksi dan akad psindahlestari157
 

What's hot (20)

Psak 105 mudharabah
Psak 105 mudharabahPsak 105 mudharabah
Psak 105 mudharabah
 
transaksi yang dilarang dlm syariah islam
transaksi yang dilarang dlm syariah islamtransaksi yang dilarang dlm syariah islam
transaksi yang dilarang dlm syariah islam
 
Kelompok 9 (istishna)
Kelompok 9 (istishna)Kelompok 9 (istishna)
Kelompok 9 (istishna)
 
Akuntansi Ijarah Dalam Bank Syari'ah
Akuntansi Ijarah Dalam Bank Syari'ahAkuntansi Ijarah Dalam Bank Syari'ah
Akuntansi Ijarah Dalam Bank Syari'ah
 
Transaksi istishna
Transaksi istishnaTransaksi istishna
Transaksi istishna
 
Perkembangan akuntansi dan organisasi akuntansi
Perkembangan akuntansi dan organisasi akuntansiPerkembangan akuntansi dan organisasi akuntansi
Perkembangan akuntansi dan organisasi akuntansi
 
Akuntansi Musyarakah
Akuntansi MusyarakahAkuntansi Musyarakah
Akuntansi Musyarakah
 
Konsep akad dalam kajian fiqh muamalah
Konsep akad dalam kajian fiqh muamalahKonsep akad dalam kajian fiqh muamalah
Konsep akad dalam kajian fiqh muamalah
 
Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan MurabahahPembiayaan Murabahah
Pembiayaan Murabahah
 
istishna'.ppt
istishna'.pptistishna'.ppt
istishna'.ppt
 
Hak milik
Hak milikHak milik
Hak milik
 
Hubungan Biaya, Volume dan Laba
Hubungan Biaya, Volume dan LabaHubungan Biaya, Volume dan Laba
Hubungan Biaya, Volume dan Laba
 
Manajemen lembaga keuangan
Manajemen lembaga keuanganManajemen lembaga keuangan
Manajemen lembaga keuangan
 
EKSI 4203 - Modul 2 Risk & Return
EKSI 4203  - Modul 2 Risk & ReturnEKSI 4203  - Modul 2 Risk & Return
EKSI 4203 - Modul 2 Risk & Return
 
Pertanyaan dan Jawaban seputar Hukum Perdata
Pertanyaan dan Jawaban seputar Hukum Perdata Pertanyaan dan Jawaban seputar Hukum Perdata
Pertanyaan dan Jawaban seputar Hukum Perdata
 
Makalah akuntansi syariah (akad murabahah) jiantari c 301 09 013
Makalah akuntansi syariah (akad murabahah) jiantari c 301 09 013Makalah akuntansi syariah (akad murabahah) jiantari c 301 09 013
Makalah akuntansi syariah (akad murabahah) jiantari c 301 09 013
 
Akuntansi mudharabah
Akuntansi mudharabahAkuntansi mudharabah
Akuntansi mudharabah
 
Akuntansi Salam Dalam Bank Syari'ah
Akuntansi Salam Dalam Bank Syari'ahAkuntansi Salam Dalam Bank Syari'ah
Akuntansi Salam Dalam Bank Syari'ah
 
Akuntansi Ijarah pada Bank Syariah
Akuntansi Ijarah pada Bank SyariahAkuntansi Ijarah pada Bank Syariah
Akuntansi Ijarah pada Bank Syariah
 
Tugas ppt transaksi dan akad ps
Tugas ppt transaksi dan akad psTugas ppt transaksi dan akad ps
Tugas ppt transaksi dan akad ps
 

Similar to Kel.5 istishna’

Salam dan istisna Ngobar 6 mar 2016
Salam dan istisna Ngobar 6 mar 2016 Salam dan istisna Ngobar 6 mar 2016
Salam dan istisna Ngobar 6 mar 2016 Al-Islami Caligrafi
 
Tugas kelompok akuntansi perbankan syariah
Tugas kelompok akuntansi perbankan syariahTugas kelompok akuntansi perbankan syariah
Tugas kelompok akuntansi perbankan syariahBernard Anjas
 
Perbankan Syariah
Perbankan SyariahPerbankan Syariah
Perbankan Syariahasksalman
 
1. Intro BMA.11.07.23-Contracts classifications.pptx
1. Intro BMA.11.07.23-Contracts classifications.pptx1. Intro BMA.11.07.23-Contracts classifications.pptx
1. Intro BMA.11.07.23-Contracts classifications.pptxSallamSulaiman
 
FIQH MUAMALAH (Asuransi,perbankan,sharf,salam,suf'ah)
FIQH MUAMALAH (Asuransi,perbankan,sharf,salam,suf'ah)FIQH MUAMALAH (Asuransi,perbankan,sharf,salam,suf'ah)
FIQH MUAMALAH (Asuransi,perbankan,sharf,salam,suf'ah)Marlinn Marlinn
 
konsep akad dan akad bank syariah.ppt
konsep akad dan akad bank syariah.pptkonsep akad dan akad bank syariah.ppt
konsep akad dan akad bank syariah.pptMohAbdulAziz4
 
Makalah Fikih Muamalat
Makalah Fikih MuamalatMakalah Fikih Muamalat
Makalah Fikih MuamalatDianaZn
 
AKAD SEBAGAI BINGKAI TRANSAKSI BISNIS SYARIAH.ppt
AKAD SEBAGAI BINGKAI TRANSAKSI BISNIS SYARIAH.pptAKAD SEBAGAI BINGKAI TRANSAKSI BISNIS SYARIAH.ppt
AKAD SEBAGAI BINGKAI TRANSAKSI BISNIS SYARIAH.pptSafwanMulyani1
 
Kumpulan Soal - Jawaban AAMAI 102: Hukum Asuransi, Maret 2014
Kumpulan Soal - Jawaban AAMAI 102: Hukum Asuransi, Maret 2014Kumpulan Soal - Jawaban AAMAI 102: Hukum Asuransi, Maret 2014
Kumpulan Soal - Jawaban AAMAI 102: Hukum Asuransi, Maret 2014Afrianto Budi
 
Perjanjian Sewa-Menyewa
Perjanjian Sewa-MenyewaPerjanjian Sewa-Menyewa
Perjanjian Sewa-MenyewaRizqy Putra
 
Kontrak dalam bisnis
Kontrak dalam bisnisKontrak dalam bisnis
Kontrak dalam bisnismailinursal
 
Konsep Umum Aqad.ppt
Konsep Umum Aqad.pptKonsep Umum Aqad.ppt
Konsep Umum Aqad.pptBuleLoeGeliea
 
16 April - Hukum Kontrak dalam Bisnis Syariah Bapak Abdul Rasyid, S.H.I., MC...
16 April - Hukum Kontrak dalam  Bisnis Syariah Bapak Abdul Rasyid, S.H.I., MC...16 April - Hukum Kontrak dalam  Bisnis Syariah Bapak Abdul Rasyid, S.H.I., MC...
16 April - Hukum Kontrak dalam Bisnis Syariah Bapak Abdul Rasyid, S.H.I., MC...RullyMarlanEliezerSi
 
LSPP AAMAI 102 - Hukum Asuransi, Edisi Maret 2017
LSPP AAMAI 102 - Hukum Asuransi, Edisi Maret 2017LSPP AAMAI 102 - Hukum Asuransi, Edisi Maret 2017
LSPP AAMAI 102 - Hukum Asuransi, Edisi Maret 2017Afrianto Budi
 
prinsip-prinsip hukum kontrak-disparitas konvensional dengan syariah
prinsip-prinsip hukum kontrak-disparitas konvensional dengan syariahprinsip-prinsip hukum kontrak-disparitas konvensional dengan syariah
prinsip-prinsip hukum kontrak-disparitas konvensional dengan syariahAlalan Tanala
 
Prinsip - Prinsip Dasar dalam Produk Perbankan Syariah
Prinsip - Prinsip Dasar dalam Produk Perbankan SyariahPrinsip - Prinsip Dasar dalam Produk Perbankan Syariah
Prinsip - Prinsip Dasar dalam Produk Perbankan SyariahDwi Wahyu
 

Similar to Kel.5 istishna’ (20)

Salam dan istisna Ngobar 6 mar 2016
Salam dan istisna Ngobar 6 mar 2016 Salam dan istisna Ngobar 6 mar 2016
Salam dan istisna Ngobar 6 mar 2016
 
Tugas kelompok akuntansi perbankan syariah
Tugas kelompok akuntansi perbankan syariahTugas kelompok akuntansi perbankan syariah
Tugas kelompok akuntansi perbankan syariah
 
Perbankan Syariah
Perbankan SyariahPerbankan Syariah
Perbankan Syariah
 
1. Intro BMA.11.07.23-Contracts classifications.pptx
1. Intro BMA.11.07.23-Contracts classifications.pptx1. Intro BMA.11.07.23-Contracts classifications.pptx
1. Intro BMA.11.07.23-Contracts classifications.pptx
 
FIQH MUAMALAH (Asuransi,perbankan,sharf,salam,suf'ah)
FIQH MUAMALAH (Asuransi,perbankan,sharf,salam,suf'ah)FIQH MUAMALAH (Asuransi,perbankan,sharf,salam,suf'ah)
FIQH MUAMALAH (Asuransi,perbankan,sharf,salam,suf'ah)
 
konsep akad dan akad bank syariah.ppt
konsep akad dan akad bank syariah.pptkonsep akad dan akad bank syariah.ppt
konsep akad dan akad bank syariah.ppt
 
Makalah Fikih Muamalat
Makalah Fikih MuamalatMakalah Fikih Muamalat
Makalah Fikih Muamalat
 
Kel.4 salam
Kel.4 salamKel.4 salam
Kel.4 salam
 
Asas perjanjian
Asas perjanjianAsas perjanjian
Asas perjanjian
 
Ijarah dan salam
Ijarah dan salamIjarah dan salam
Ijarah dan salam
 
AKAD SEBAGAI BINGKAI TRANSAKSI BISNIS SYARIAH.ppt
AKAD SEBAGAI BINGKAI TRANSAKSI BISNIS SYARIAH.pptAKAD SEBAGAI BINGKAI TRANSAKSI BISNIS SYARIAH.ppt
AKAD SEBAGAI BINGKAI TRANSAKSI BISNIS SYARIAH.ppt
 
Kumpulan Soal - Jawaban AAMAI 102: Hukum Asuransi, Maret 2014
Kumpulan Soal - Jawaban AAMAI 102: Hukum Asuransi, Maret 2014Kumpulan Soal - Jawaban AAMAI 102: Hukum Asuransi, Maret 2014
Kumpulan Soal - Jawaban AAMAI 102: Hukum Asuransi, Maret 2014
 
Perjanjian Sewa-Menyewa
Perjanjian Sewa-MenyewaPerjanjian Sewa-Menyewa
Perjanjian Sewa-Menyewa
 
Kontrak dalam bisnis
Kontrak dalam bisnisKontrak dalam bisnis
Kontrak dalam bisnis
 
Konsep Umum Aqad.ppt
Konsep Umum Aqad.pptKonsep Umum Aqad.ppt
Konsep Umum Aqad.ppt
 
16 April - Hukum Kontrak dalam Bisnis Syariah Bapak Abdul Rasyid, S.H.I., MC...
16 April - Hukum Kontrak dalam  Bisnis Syariah Bapak Abdul Rasyid, S.H.I., MC...16 April - Hukum Kontrak dalam  Bisnis Syariah Bapak Abdul Rasyid, S.H.I., MC...
16 April - Hukum Kontrak dalam Bisnis Syariah Bapak Abdul Rasyid, S.H.I., MC...
 
LSPP AAMAI 102 - Hukum Asuransi, Edisi Maret 2017
LSPP AAMAI 102 - Hukum Asuransi, Edisi Maret 2017LSPP AAMAI 102 - Hukum Asuransi, Edisi Maret 2017
LSPP AAMAI 102 - Hukum Asuransi, Edisi Maret 2017
 
prinsip-prinsip hukum kontrak-disparitas konvensional dengan syariah
prinsip-prinsip hukum kontrak-disparitas konvensional dengan syariahprinsip-prinsip hukum kontrak-disparitas konvensional dengan syariah
prinsip-prinsip hukum kontrak-disparitas konvensional dengan syariah
 
Ppt sengketa
Ppt sengketa Ppt sengketa
Ppt sengketa
 
Prinsip - Prinsip Dasar dalam Produk Perbankan Syariah
Prinsip - Prinsip Dasar dalam Produk Perbankan SyariahPrinsip - Prinsip Dasar dalam Produk Perbankan Syariah
Prinsip - Prinsip Dasar dalam Produk Perbankan Syariah
 

More from Mulyanah

Kel.15 zakat
Kel.15 zakatKel.15 zakat
Kel.15 zakatMulyanah
 
Kel.13 ar rahn
Kel.13 ar rahnKel.13 ar rahn
Kel.13 ar rahnMulyanah
 
Kel.12 hiwalah
Kel.12 hiwalahKel.12 hiwalah
Kel.12 hiwalahMulyanah
 
Kel.11 qardhul hasan
Kel.11 qardhul hasanKel.11 qardhul hasan
Kel.11 qardhul hasanMulyanah
 
Kel.10 al kafalah
Kel.10 al  kafalahKel.10 al  kafalah
Kel.10 al kafalahMulyanah
 
Kel.9 al wakalah
Kel.9 al wakalahKel.9 al wakalah
Kel.9 al wakalahMulyanah
 
Kel.8 wadi'ah
Kel.8 wadi'ahKel.8 wadi'ah
Kel.8 wadi'ahMulyanah
 
Kel.6 ijarah
Kel.6 ijarahKel.6 ijarah
Kel.6 ijarahMulyanah
 
Kel.3 murabahah
Kel.3 murabahahKel.3 murabahah
Kel.3 murabahahMulyanah
 
Kel.2 musyarokah
Kel.2 musyarokahKel.2 musyarokah
Kel.2 musyarokahMulyanah
 
Kel.1 mudharabah
Kel.1 mudharabahKel.1 mudharabah
Kel.1 mudharabahMulyanah
 
Kel.16 wakaf
Kel.16 wakafKel.16 wakaf
Kel.16 wakafMulyanah
 
Kel.14 jualah
Kel.14 jualahKel.14 jualah
Kel.14 jualahMulyanah
 

More from Mulyanah (14)

Kel.15 zakat
Kel.15 zakatKel.15 zakat
Kel.15 zakat
 
Kel.13 ar rahn
Kel.13 ar rahnKel.13 ar rahn
Kel.13 ar rahn
 
Kel.12 hiwalah
Kel.12 hiwalahKel.12 hiwalah
Kel.12 hiwalah
 
Kel.11 qardhul hasan
Kel.11 qardhul hasanKel.11 qardhul hasan
Kel.11 qardhul hasan
 
Kel.10 al kafalah
Kel.10 al  kafalahKel.10 al  kafalah
Kel.10 al kafalah
 
Kel.9 al wakalah
Kel.9 al wakalahKel.9 al wakalah
Kel.9 al wakalah
 
Kel.8 wadi'ah
Kel.8 wadi'ahKel.8 wadi'ah
Kel.8 wadi'ah
 
Kel.7 sharf
Kel.7 sharfKel.7 sharf
Kel.7 sharf
 
Kel.6 ijarah
Kel.6 ijarahKel.6 ijarah
Kel.6 ijarah
 
Kel.3 murabahah
Kel.3 murabahahKel.3 murabahah
Kel.3 murabahah
 
Kel.2 musyarokah
Kel.2 musyarokahKel.2 musyarokah
Kel.2 musyarokah
 
Kel.1 mudharabah
Kel.1 mudharabahKel.1 mudharabah
Kel.1 mudharabah
 
Kel.16 wakaf
Kel.16 wakafKel.16 wakaf
Kel.16 wakaf
 
Kel.14 jualah
Kel.14 jualahKel.14 jualah
Kel.14 jualah
 

Kel.5 istishna’

  • 1. MAKALAH AKAD ISTISHNA’ Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok pada mata kuliah “Akuntansi Syari’ah” Di susun oleh: SAHRONI (081400123) ARIF SOLEH (081400122) FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN 2010/2011
  • 2. KATA PENGANTAR Segala puji hanyalah milik Allah, Rab yang menguasai perbendaharaan di alam semesta ini dan mengaruniakannya kepada setiap makhluk yang ia kehendaki. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada uswah kita Rasulullah Muhammad SAW. juga kepada segenap keluarga , para sahabat serta umat beliau hingga akhir zaman. Amin. Dengan pertolongan Allah dan usaha yang sungguh sungguh penulis dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Akad istishna’” Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada teman teman yang yang selalu mendorong untuk menyelesaikan makalah ini, ditengan kesibukan penulis dalam melaksanakan berbagai tugas yang diamanahkan selama ini. Akhirnya meskipun makalah ini telah selesai disusun, tetapi jauh dari kesempurnaan. Karenanya kritik dan daran dari semua pihak senantiasa penulis harapkan. Kepada Allah jualah, penulis lantunkan do’a dan harapan mudah mudahan makalah ini akan menjadi ilmu yang bermanfaat sehingga akan menambah timbangan amal kebaikan kelak kemudian hari ketika menghadap Allah SWT. Amiiin. Serang 24 maret 2011 Penulis
  • 3. DAFTAR ISI KATA PENAGANTAR………………………………………………………………….I DAFTAR ISI……………………………………………………………………............II PENDAHULUAN………………………………………………………………………..III PENGERTIAN AKAD ISTISHNA’………………………………………………….1 PERBEDAAN SALAM DENGAN ISTISHNA’………………………………….2 JENIS AKAD ISTISHNA’………………………………………………………………3 DASAR SYARI’AH………………………………………………………………………4 RUKUN DAN KETENTUAN AKAD ISTISHNA’………………………………4 PRAKTIK PEMBIAYAAN ISTISHNA’ DAN ISTISH- NA’ PARALEL……………………………………………………………………………6 PERLAKUAN AKUNTANSI (PSAK 106)……………………………………….7 AKUNTANSI UNTUK PENJUAL…………………………………………………..7 AKUNTANSI UNTUK PEMBELI…………………………………………………..8 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..................10
  • 4. PENDAHULUAN Akad istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu. Istishna dapat dilakukan langsung antara dua belah pihak antara pemesan atau penjual seperti, atau melalui perantara. Jika dilakukan melalui pearantara maka akad disebut dengan akad istishna paralel. Walaupun istishna adalah akad jual beli, tetapi memiliki perbedaan dengan salam maupun dengan murabaha. Istishna lebih ke kontrak pengadaan barang yang ditangguhkan dan dapat di bayarkan secarra tangguh pula. Istishna menurut para fuqaha adalah pengembangan dari salam, dan di izinkan secara syari’ah. Untuk pengakuan pendapatan istishna dapat dilakukan melalui akad langsung dan metode persentase penyelesaian. Di mana metode persentase penyelesaian yang digunakan miris dengan akuntansi konvensional, kecuali perbedaan laba yang di pisah antara margin laba dan selisih nilai akad dengan nilai wajar.
  • 5. AKAD ISTISHNA’ Pengertian akad istishna’ Akad istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang di sepakati antara pemesan (pembeli/mustashni) dan penjual (pembuat/shani) (fatwa DSN MUI ) shani’ akan menyiapkan barang yang di pesan sesuai dengan spesifikasi yang telah di sepakati di mana ia dapat menyiapkan sendiri atau melalui pehak lain (istishna pararlel). Dalam PSAK 104 par 8 di jelaskan barang pesanan harus memenuhi criteria ; 1. Memerlukan proses pembuatan setelah akad di sepakati 2. Sesuai dengan spesifikasi pemesan (customized), bukan produk masal dan 3. Harus di ketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi jenis,spesifikasi teknis,kualitas, dan kuantitasnya. Dalam istishna paralel ,penjual membuat akad istishna kedua dengan sub kontraktor untuk membantunya memenuhi kewajiban akad istishna pertama( antara penjual dan pemesan) pihak yang bertanggung jawab pada pemesan tetap terletak pada penjual tidak dapat di alihkan pada sub kontraktor karna akad terjadi anatara penjual dan pemesan bukan pemesan dengan subkontrktor. Sehingga penjual tetap bertanggung jawab atas hasil kerja subkontraktor . Pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan dari penjual atas (a) jumalah yang telah di bayarkan ,dan (b) penyerahan barang pesanan sesuai dengan spesifikasi dan tepat waktu (PSAK 104 par 13) Dalam akad ,spesifikasi akad yang di pesan harus jelas, bila produk yang di pesan adalah rumah, maka luas bangunan, model rumah dan spesifikasi harus jelas, misalnya menggunakan bata merah, kayu jati, lantai keramik merk roman ukuran 40x40, toiletteries merk toto dan lain sebagainya. Dengan spesifikasi yang rinci, diharapkan persengkataan dapat di hindari. Hargapun harus disepakati berikut cara pembayarannya, apakah pembayaran 100% dibayarkan dimuka, melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai waktu tertentu. Begitu harga disepakati, maka selama masa akad harga tidak dapat berubah walaupun biaya produksi
  • 6. meningkat, sehingga penjualan harus memperhtungkan hal ini. Perubahan harga hanya dimungkinkan apabila spesifikasi atas barang yang dipesan berubah. Begitu akad disepakati, maka akan mengikat para pihak yang bersepakat dan pada dasarnya tidak dapat dibatalkan, kecuali: 1. Kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya 2. Akad batal demi hokum karena timbul kondisi hokum yang dapat menghnalangi pelaksanaan atau penyelesaian akad (psak 104 par 12) Perbedaan salam dengan istishna Subjek Salam istishna Aturan dan keterangan Pokok kontrak Muslam Mashnu’ Barang di tangguhkan, dengan spsifikasi Harga Dibayar saat kontrak Boleh saat kontrak, Cara penyelesaian boleh diangsur, boleh pembayaran dikemudian hari perbeddaan utama antara salam dengan istishna Sifat kontrak Mengikat secara asli Mengikat secara Salam mengikat (thabi’i) ikutan (thaba’i) semua pihak sejak semula, sementara istishna dianggap mengikat berdasarkan pandangan para fuqaha demi kemaslahatan, serta tidak bertentangan dengan aturan syari’ah Kontrak paralel Salam paralel Istishna paralel Baik salam paralel maupun istishna parallel sah asalkan kedua kontrak sedcara hokum adalah terpisah Sumber: diolah dari berbagai sumber.
  • 7. Jenis akad istishna 1. Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan criteria dan persyaratan tertgentu yang disepakati antara pemesan (pembeli atau mustahin) dan penjujal (pembuat, shani) 2. Istishna paralel adalah suatu bentuk akad istishna antara penjual dan pemesan, dimana untuk memenhui kewajibannya kepada pemesan, penjual melakukan akad itishna dengan pihak lain(subkontraktor) yang dapat memenuhi asset yang dipoesan pemesan. Syaratnya akad istishna pertama antara penjual dan pemesan tidak bergantung pada istishna, kedua antara penual dan pemasok . selain itu, akad antara pemesan dengan penjual dan akad antara penjual dan pemesan harus terpisah dan penjual tidak boleh mengakui adanya keuntungan selama kontruksi.
  • 8. Dasar syari’ah Sumber hukum akad istishna Amr bin ‘auf berkata “perdamaian dapat dilakukan diantara kamu muslimin kecuali perdamaian yang megharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin tergikat dengan syarat syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal dan mengharamkan yang halal.” (HR. Tirmidzi) Abu sa’id al khudri berkata: tidak boleh membahayakan diri maupun orang lain.” HR. Ibnu maja darruqutni dan yang lain. Masyarakat telah memperaktikan istishan secara luas dan terus menerus tganpa ada keberatan sama sekali. Hal demikian menjadi istishna sebagai kasus ijma atau consensus umum. Istiishna sah sesuai dengan aturan umum mengenai kebolehan kontrak selama ttidak bertentangan dengan nash atau aturan syari’ah. Segala sesuatu yang memiliki kemaslahatan bagi umum serta tidak dilarang syari’ah, boleh dilakukan. Tidak ada persoalan apakah hal tersebut telah dipraktikan secara umum atau tidak. RUKUN DAN KETENTUAN AKAD ISTISHNA’ Adapun rukun istishna ada tiga, yaitu : 1. Pelaku terdiri atas pemesan (pembeli atau mustasni) dan penjual (pembuat sani’) 2. Objek akad berupa barang yang akan diserahkan dan modal istishna yang berbentuk harga 3. Ijab qabul/serah terima. Ketentuuan syari’ah 1. Pelaku, harus cakap hokum dan balig 2. Objek akad:
  • 9. a. Ketentuan tentang pembayaran 1). Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang, atau manfaat, demikian juga degan cara pembayarannya. 2). Harga yang telah ditetapkan dalam akad tidak boleh berubah. Akan tetapi apabila setelah akad ditandatangani pembeli mengubah spesifikasi dalam akad maka penambahan biaya akibat peruhbahan ini menadi tanggung jaawab pembeli 3). Pembayaran dilakukan sesuai kesepakatan 4). Pembayaran tidak boleh berupa pe,mbebasan utang. b. Ketetuan tentang barang 1) Barang pesanan harus jelas spesifikasinya (jenis, ukuran, mutu) sehingga tidak ada lagi jahala dan perselisihan dapat dihindari 2) Barang pesanan diserahkan kemudian 3) Waktu dn penyerahan barang harus ditetapkan nberdasarkan kesepakatan 4) Barang pesanan yang belum diterima tidak boleh dijual 5) Tidak boleh menukar barang kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan 6) Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan kesepatan, pemesan pemilik hak khiyar (hak memilik) untuk melanjutkan atau membatalkan akad 7) Dalam hal pemesanan sudah dikerjakan sesuai dengan kesepakatan, hukumnya mengikat, tidak boleh dibatalkan sehingga penjual tidak dirugikan karena ia telah menjalankan kewajibannya sesssuai dengan kesepakatan 3. Ijab qabul
  • 10. Adalah pernyataan ekpsresi saling ridha/ rela diantara pihak pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, terttulis, melaui korespondensi atau menggunakan cara cara komunikasi modern Berakhirnya akad istishna Kontrak istishna bias berakhir berdasarkan kondisi kondisi berikut: 1. Dipenuhinya kewajiban secara normal oleh kedua belah piahk, 2. Persetujuan bersama kedua belah pihak untuk menghentikan kotrak 3. Pembatalan hokum kontrak ini jika muncul sebab yang masuk akal untuk mencegah dilaksanakannya kontrak atau penyelesaiannya, dan masing masing pihak bisa menuntut pembatalannya. Praktik pembiayaan istishna dan istishna paralel Seperti halnya praktik salam, secara praktis pelaksanaan kegiatan istishna dalam perbankan syari’ah cenderung dilakukan dalam format istishna paralel. Hal ini dapat dipahami karena pertama, kegiatan istishna oleh bank syari’ah merupakan akibat dari adanya permintaan barang tertentu oleh nasabah, dan kedua, bank syari’ah bukanlah produsen dari barang dimaksud. Secara umum tahapan prraktik istishna dan istishna paralel di perbankan syari’ah adalah sama dengan tahapan praktik salam. Perbedaannya terletak pada cara pembayaran yangh tidak dilakukan secara sekaligus, tetapi dilakukan secara bertahap. Berdasarkan kompilasi sop yang disampaikan oleh bank syari’ah, tahapan pelaksanaan istishna dan istishna paralel adalah seperti pada table dibawah ini. Tabel: ringkasan tahapan akad istiishna dan istishan paralel menurut sop bank syari’ah No Tahapan 1 Adanya permintaan barang tertentu dengan spesifikasi yang jelas oleh nasabah pembeli kepada bank syari’ah sebagai mustasni
  • 11. 2 Wa’ad nasabah untuk membeli barang dengan harga dan waktu tangguh pengiriman barang yang disepakati 3 Mencari produsen yang sanggup untuk menyediakan barang dimaksud (sesuai batas waktu yang disepakati dengan harga yang lebih rendah) 4 Pengikatan I antara bank dengan nasabah untuk membeli barang dengan spesifikasi tertentu yang akan diserahkan pada waktu yang telah ditentukan 5 Pembayaran oleh nasabah dilakukan sebagian di awal akad dan sisanya sebelum barang diterima (atau sisanya disepakati untuk diangsur) 6 Pengikatan II antara bank dan produsen untuk membeli barang dengan spesifikasi tertentu yang akan diserahkan pada waktu yang telah ditentukan 7 Pembayaran dilakukan secara bertahap bank kepada prrodusen setelah pengikatan dilakukan 8 Pegiriman barang dilakukan langsung ole produsen pada nasabah Sumber: bukhori et,al (2005) Dari hasil telaahan atas SOP produk istishna, terdapat beberapa hal yang dapat dicermati lebih jauh, yaitu: 1). Secara umum pemahaman bank syari’ah terdapat akad istisha adalah berkaitan dengan pembelian suatu benda yang memiliki nilai besar dan prroduksi secara bertahap, misalnya, bangunan, pesawat terbang dan sebaginya. 2). Sama halnya dengan praktik salam, praktik akad istisna di bank syari’ah hamper lalu dilakukan dalam format istishna paralel.dengan demikian praktik istishna di perbankan syari’ah lebih terporientasi pada upaya pencarian marjin antara harga akad I dan harga akad II 3). Sama halnya dengan praktik salam, praktik istishna di industri perbankan syari’ah lebih mencerminkan kegiatan utang piutang (penyediaan dana) daripada kegiatan jual beli. Implikasinya adalah pengakuan piutang istishna lebih mencerminkan piutang uang (sebagai akibat kegiatan penyediaan dana) daripada piutang barang (sebagai akibat kegiatan jual beli). Perlakuan Akuntansi (PSAK 106) Akuntansi untuk penjual Pengakuan untuk asset tergantung dari akadnya . jika proposal, negosiasi dan biaya serta pendapatan asset dapat diidentpikasi terpisah ,maka akan di anggap akad terpisah. Jika tidak,
  • 12. maka akan di anggap satu akad. Jika ada pesanan tambahan dan nilainya signipikan atau di negosiasiakan terpisah, maka di anggap akad terpisah. 1. Biaya perolehan istishna terdiri atas ; a. Biaya langsung yaitu :bahan baku dan tenaga kerja langsung untuk membuat barang pesanan, atau tagihan produsen /konttraktor pada entitas untuk istishna paralel. b. Biaya tidak langsung adalah biaya overhead termasuk biaya akad dan pra akad. c. Khusus untuk istishna paralel: seluruh biaya akibat produsen /kontraktor tidak dapat memenuhi kewajiban jika ada. Biaya perolehan/pengeluaran selama pembngunan atau tagihan yang di terima dari produsen/kontraktor akan di akui sebagai asset istishnab dalam penyelesaian ,sehingga jurnal yang di lakukan bila entitas melakuakan pengeluaran untuk akad istishna adalah: Dr. asset istishna dalam penyelesaian xxx Kr. Persediaan,kas,utang,dan lain-lain xxx Untuk akun yang di kredit akan tergantung apa yang di guanakan oleh perusahaan untuk memenuhi kewajiban akad tersebut. Beban pra akad di akui sebagai beban tangguhan dan di perhitungkan sebagai biaya istishna jika akad di sepakati jika akad di sepakati maka biaya tersebut di bebankan pada periode berjalan . Saat di keluarkan biaya pra akad, di catat: Dr. biaya pra akad di tangguhkan xxx Kr. Kas xxx Jika akad di sepakati,maka di catat: Dr. beban istishna xxx Kr. Biaya pra akad di tangguhkan xxx
  • 13. Jika akad tidak di sepakati, maka di catat: Dr. beban xxx Kr. Biaya pr akad di tangguhkan xxx Akuntansi untuk pembeli 1. Pembeli mengakkui asset istishna dalam penyelesaian sejumlah termin yang di tagih oleh penjual dan sekaligus mengakui utang istishna’ kepada penjual. Jurnal: Dr. asset istishna’ dalam penyelesaian xxx Kr. Utang kepada penjual xxx 2. Asset istishna yang di peroleh melalui transaksi istishna dengan pembayaran tangguh lebih dari satu tahun diakui sebesar :biaya perolehan tunai. Selisih antara harga beli yang di sepakati dalam akad istishna tangguh dan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban istishna’ tangguh. Jurnal: Dr. asset istishna’ dalam penyelesaian (sebesar nilai tunai) xxx Dr. bebn istishna tangguh(selisih nilai tunai dengan harga beli) xxx Kr. Utang kepada penjual xxx
  • 14. DAFTAR PUSTAKA Sri Nurhayati, Wasilah, akuntansi syari’ah di Indonesia, salemba empat, edisi dua revisi Afcarya, Akad dan Produk Bank Syari’ah, JAKARTA: PT. RAJA GRAFINDO PERSADA 2008, edisi satu - dua