SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
“Tugas Al-islam kemuhammadiyaan 4” 
MAKALAH 
ISLAM DAN EKONOMI 
OLEH : 
KELOMPOK 5 
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALUKU UTARA 
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA 
TAHUN AJARAN 2013
DAFTAR ISI 
BAB I 
PEMBAHASAN ISLAM DAN EKONOMI 
A.PENGERTIAN ISLAM DAN EKONOMI ................................................................... 1 
B. JENIS-JENIS AKAD BAGI HASIL............................................................................. 1 
1. MUDHARABAH.................................................................................................. 1 
2. MUSAQOH........................................................................................................... 3 
3. MUSYARAKAH.................................................................................................. 4 
4. MUZARA’AH atau MUKHABARAH................................................................. 5 
C.TUJUAN ISLAM DAN EKONOMI............................................................................. 6 
BAB 11 
1.Pandangan Islam Terhadap Harta dan Ekonomi............................................................. 7 
2. Nilai-nilai Sistem Perekonomian Islam ......................................................................... 9 
A. Perekonomian Masyarakat Luas, Bukan Hanya Masyarakat Muslim Akan Menjadi 
Baik Bila Menggunakan kerangka Kerja atau Acuan Norma-Norma 
Islami...................................................................................................................... 9 
B. Keadilan dan Persaudaraan Menyeluruh................................................................ 10 
C. Keadilan Distribusi Pendapatan............................................................................. 10 
D. Kebebasan Individu dalam Konteks Kesejahteraan Sosial..................................... 12 
BAB III 
KESIMPULAN................................................................................................................... 13 
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 14
BAB 1 
PEMBAHASAN 
Makalah Islam dan Ekonomi " Bagi Hasil" 
A. Pengertian 
Sistem bagi hasil merupakan sistem di mana dilakukannya perjanjian atau ikatan 
bersama di dalam melakukan kegiatan usaha. Di dalam usaha tersebut diperjanjikan adanya 
pembagian hasil atas keuntungan yang akan di dapat antara kedua belah pihak atau lebih. 
Bagi hasil dalam sistem perbankan syari’ah merupakan ciri khusus yang ditawarkan kapada 
masyarakat, dan di dalam aturan syari’ah yang berkaitan dengan pembagian hasil usaha harus 
ditentukan terlebih dahulu pada awal terjadinya kontrak (akad). Besarnya penentuan porsi 
bagi hasil antara kedua belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan bersama, dan harus terjadi 
dengan adanya kerelaan (An-Tarodhin) di masing-masing pihak tanpa adanya unsur paksaan. 
B. Jenis-jenis Akad Bagi Hasil 
Bentuk-bentuk kontrak kerjasama bagi hasil dalam Islam secara umum dapat 
dilakukan dalam empat akad, yaitu Mudharabah, Musaqah, Musyarakah,,dan Muzara’ah. 
1. MUDHARABAH 
Salah satu bentuk kerjasama anatara pemilik modal dengan seseorang, yang pakar dalam 
berdagang, di dalam fiqh islam disebut dengan mudharobah, yang oleh ulama fiqh Hijaz 
menyebutnya dengan qiradh. 
Secara termonologi, para ulama fiqh mendefinisikan mudharobah atau qiradh dengan: 
أن يد فع ا لما لك إلى العا مل ما لا يتجر فيه و يكو ن الر بح مشتر كا 
Pemilik modal menyerahkan modalnya kepada pekerja (pedagang) untuk diperdagangkan, 
sedangkan keuntungan dagang itu menjadi milik bersama dan dibagi menurut kesepakatan 
bersama. 
a. Hukum Mudharobah dan dasar hukumnya 
Akad mudharobah dibolehkan dalam islam, karena bertujuan untuk saling membantu 
antara pemilik modal dengan seorang pakar dalam memutarkan uang. Banyak di antara 
pemilik modal yang tidak pakar dalam mengelola dan memproduktifkan uangnya, sementara 
banyak pula para pakar di bidang perdagangan yang tidak memiliki modal untuk berdagang. 
Atas dasar saling menolong dalam pengelolaan modal itu, Islam memberikan kesempatan 
untuk saling bekerja sama antara pemilik modal dengan seseorang yang terampil dalam 
mengelola dan memproduktifkan modal itu. 
Firman Allah dalam surat al-Muzzammil 73: 20 yang berbunyi: 
...و ا خر و ن يضر بو ن فى ا لأ ر ض يبتغو ن من فضل ا لله
…dan sebagian mereka berjalan di bumi mencari karunia Allah… 
surat al-Baqarah, 2: 198 berikut: 
ليس عليكم جنا ح أ ن تبتغوا فضلا من ربكم ... 
Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perdagangan) dari Tuhanmu… 
b. Rukun dan Syarat mudharabah 
menurut jumhur ulama ada tiga, yaitu : 
1. Orang yang berakad ( shahibul maal dan pengelola ) 
2. Modal, pekerjaan, dan keuntungan 
3. Shigat ( ijab qabul) 
Adapun syarat – syarat mudharabah, sesuai dengan rukun yang dikemukakan jumhur ulama 
di atas adalah: 
a. Yang terkait dengan orang yang melakukan akad, harus orang yang mengerti hukum dan 
cakap diangkat sebagai wakil, karena pada satu sisi posisi orang yang akan mengelola modal 
adalah wakil dari pemilik modal. Itulah sebabnya, syarat – syarat seorang wakil juga berlaku 
bagi pengelola modal dalam akad mudharabah. 
b. Yang terkait dengan modal, disyaratkan: (1)berbentuk uang, (2)jelas jumlahnya, (3)tunai, 
(4)diserahkan sepenuhnya kepada pedagang/pengelola modal. Oleh sebab itu, jika modal itu 
berbentuk barang, menurut ulama fiqh tidak dibolehkan, karena sulit untuk menentukan 
keuntungannya. 
c. Yang terkait dengan keuntungan, disyaratkan bahwa pembagian keuntungan harus jelas dan 
bagian masing-masing diambilkan dari keuntungan dagang itu, seperti setengah, sepertiga, 
atau seperempat. Aqpabila pembagian keuntungan tidak jelas, menurut ulama Hanafiyah, 
akad itu fasid (rusak). 
2. MUSAQOH 
Secara sederhana musaqoh diartikan dengan kerja sama dalam perawatan tanaman dengan 
imbalan dari hasil yang diperoleh dari tanaman tersebut. 
Dasar hukum bolehnya adalah hadist nabi yang mempekerjakan penduduk khaibar yang 
disebutkan di atas, yang kerjasama pertanian tersebut juga mencakup merawat tanaman. 
Sedangkan bagian ulama memandangnya sebagai muamalah upah mengupah, berpendapat 
tidak boleh karena upah tidak boleh dari hasil kerja tapi dalam bentuk nilai uang yang sudah 
pasti sesuai dengan perjanjian. 
Rukun dan syarat Musaqqoh
jumhur ulama yang terdiri atas ulama malikiyah, syafi’iyah, dan hanabilah berpendirian 
bahwa transaksi al-musaqah harus memenuhi lima rukun, yaitu : 
a. Dua orang/pihak yang melakukan transaksi 
b. Tanah yang dijadikan obyek al-musaqah 
c. Jenis usaha yang akan dilakukan petani penggarap 
d. Ketentuan mengenai pembagian hasil al-musaqah 
e. shigat (ungkapan) ijab dan qabul 
Adapun syarat-syarat yang harus di penuhi oleh masing-masing rukun adalah : 
1. dewasa (akil baligh) dan berakal. 
2. Obyek al-musaqah itu harus terdiri atas pepohonan yang mempunyai buah. 
3. Tanah itu diserahkan sepenuhnya kepada petani penggarap setelah akad berlangsung untuk 
digarap, tanpa campur tangan pemilik tanah. 
4. Hasil yang dihasilkan oleh kebun itu adalah hak mereka bersama sesuai dengan kesepakatan 
yang telah dibuat. 
5. Lamanya perjanjian harus jelas, karena transaksi ini hampir sama dengan transaksi sewa 
menyewa, agar terhindar dari ketidakpastian. 
3.MUSYARAKAH 
Secara etimologi, asy-syirkah berarti percampuran, yaitu percampuran antara sesuatu 
dengan yang lainnya, sehingga sulit dibedakan . Asy-syirkah termasuk salah satu bentuk kerja 
sama dagang dengan rukun dan syarat tertentu, yang dalam hukum positif disebut dengan 
perserikatan dagang. 
Secara terminologi, ada beberapa definisi asy-syirkah yang dikemukakan oleh para ulama 
fiqh. 
Menurut para ulama fiqh, asy-syirkah adalah 
ثبو ت الحق فى شيئ لإ ثنين فأ كثر على جهة الشيوع 
Hak bertindak hukum bagi dua orang atau lebih pada sesuatu yang mereka sepakati. 
Dasar hukum asy-syirkah 
Akad asy-syirkah dibolehkan, menurut para ulama fiqh, berdasarkan kepada firman Allah 
dalam surat an-Nisa’, 4: 12 yang berbunyi : 
...فهم شر كا ء فى الثلث... 
...maka mereka berserikat dalam sepertiga harta... 
Dalam ayat lain Allah berfirman : 
و إن كثيرا من الخلطاء ليبغى بعضهم على بعض إلا الذ ين امنوا وعملوا لصا لحا ت وقليل ما هم... 
...sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat 
zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang beriman dan mengerjakan amal-amal 
saleh; dan amat sedikit mereka ini... 
Rukun-rukun Musyarakah 
a. Para pihak yang bersyirkah. 
b. Porsi kerjasama. 
c. Proyek/usaha ( masyru’ ) 
d. Ijab qabul ( sighat ). 
e. Nisbah bagi hasil.
4.MUZARA’AH atau MUKHABARAH 
Secara etimologi, al-muzara’ah berarti kerjasama di bidang pertanian antara pemilik 
tanah dengan petani penggarap. Sedangkan dalam terminology fiqh terdapat beberapa definisi 
al-muzara’ah yang dikemukakan ulama fiqh. 
Ulama Malikiyah mendefinisikan dengan: 
الشر كة فى الزرع 
Perserikatan dalam pertanian. 
Imam asy-Syafi’iyah mendefinisikan al-mukhabarah dengan: 
عمل الأرض ببعض ما يخرج منها والبن ر من العا مل 
Pengolahan tanah oleh petani dengan imbalan hasil pertanian, sedangkan bibit pertanian 
disediakan penggarap tanah. 
Dalam al-mukhabarah, bibit yang akan ditanam disediakan oleh penggarap tanah, sedang 
dalam al-muzara’ah bibit yang akan ditanam boleh dari pemilik. 
Hukum Akad al-muzara’ah 
Dalam membahas hukum al-muzara’ah terjadi perbedaan pendapat para ulama. Imam Abu 
Hanifah ( 80-150 H/699-767 M ) dan Zufar ibn Huzail ( 728-774 M ), pakar fiqh Hanafi, 
berpendapat bahwa akad al-muzara’ah tidak boleh. Menurut mereka, akad al-muzara’ah 
dengan bagi hasil, seperti seperempat dan setengah, hukumnya batal. 
Alasan Imam Abu Hanifah dan Zufair ibn Huzail adalah sebuah hadis berikut: 
أن رسو ل الله عليه وسلم نهى عن المخا برة. 
﴿رواه مسلم عن جا بر بن عبد الله﴾ 
Rasulallah saw yang melarang melakukan al-mukhabarah. ( HR Muslim dari Jabir ibn 
Abdillah ). 
Al-Mukhabarah dalam sabda Rasulallah itu adalah al-muzara’ah, sekalipun dalam al-mukhabarah 
bibit yang akan ditanam berasal dari pemilik tanah. 
Dalam riwayat Sabit ibn adh-Dhahhak dikatakan: 
أن رسول الله صلى الله عليه و سلم نهى عن المزرعة. 
﴿رواه مسلم عن ثا بت بن الضحا ك﴾ 
Rasulallah melarang al-muzara’ah ( HR Muslim ).
Rukun al-Muzara’ah 
Jumhur ulama, yang membolehkan akad al-muzara’ah, mengemukakan rukun dan 
syarat yang harus dipenuhi, sehingga akad dianggap sah. Rukun al-muzara’ah menurut 
mereka adalah: 
a. Pemilik tanah. 
b. Petani penggarap. 
c. Obyek al-muzara’ah. 
d. Ijab dan qabul. 
AKIBAT AKAD AL-MUZARA’AH 
Menurut jumhur ulama yang membolehkan akad al-muzara’ah, apabila akad ini telah 
memenuhi rukun dan syaratnya, maka akibat hukumnya adalah sebagai berikut: 
a. Petani bertanggung jawab mengeluarkan biaya benih dan biaya pemeliharaan pertanian itu. 
b. Biaya pertanian seperti pupuk, biaya penuaian, serta biaya pembersihan tanaman, ditanggung 
oleh petani dan pemilik tanh sesuai dengan prosentase bagian masing-masing. 
c. Hasil panen dibagi sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. 
C.Tujuan Islam Dan Ekonomi 
Ekonomi Islam mempunyai tujuan untuk memberikan keselarasan bagi kehidupan di 
dunia. Nilai Islam bukan semata-semata hanya untuk kehidupan muslim saja, tetapi seluruh 
mahluk hidup di muka bumi. Esensi proses Ekonomi Islam adalah pemenuhan kebutuhan 
manusia yang berlandaskan nilai- nilai Islam guna mencapai pada tujuan agama (falah). 
Ekonomi Islam menjadi rahmat seluruh alam, yang tidak terbatas oleh ekonomi, sosial, 
budaya dan politik dari bangsa. Ekonomi Islam mampu menangkap nilai fenomena 
masyarakat sehingga dalam perjalanannya tanpa meninggalkan sumber hukum teori ekonomi 
Islam, bisa berubah.
BAB II 
1.Pandangan Islam Terhadap Harta dan Ekonomi 
Secara umum, tugas kekhalifahan manusia adalah tugas mewujudkan kemakmuran dan 
kesejahteraan dalam hidup dan kehidupan (Al-An’aam : 165) serta tugas pengabdian atau 
ibadah dalam arti luas (adz-Dzaariyaat : 56). Untuk menunaikan tugas tersebut, Allah SWT 
memberi manusia dua anugerah nikmat utama, yaitu manhaj al-hayat “ sistem kehidupan “ 
dan wasilah al-hayat “ sarana kehidupan “. 
Manhaj al-hayat adalah seluruh aturan kehidupan manusia yang bersumber kepada Al- 
Qur’an dan Sunnah Rasul. Aturan tersebut berbentuk keharusan melakukan atau sebaiknya 
melakukan sesuatu, juga dalam bentuk larangan melakukan atau sebaliknya meninggalkan 
sesuatu. Aturan tersebut dikenal sebagai hukum lima, yakni wajib, sunnah, mubah, makruh, 
atau haram. 
Aturan-aturan tersebut dimaksudkan untuk menjamin keselamatan manusia sepanjang 
hidupnya, baik yang menyangkut keselamatan agama, keselamatan diri (jiwa dan raga), 
keselamatan akal, keselamatan harta benda, maupun keselamatan nasab keturunan. Hal-hal 
tersebut merupakan kebutuhan pokok atau primer. 
Pelaksanaan Islam sebagai way of life secara konsisten dalam semua kegiatan kehidupan, 
akan melahirkan sebuah tatanan kehidupan yang baik, sebuah tatanan yang disebut sebagai 
hayatan thayyibah (An-Nahl : 97). 
Sebaliknya, menolak aturan itu atau sama sekali tidak memiliki keinginan 
mengaplikasikannya dalam kehidupan, akan melahirkan kekacauan dalam kehdupan 
sekarang, ma’isyatan dhanka atau kehidupan yang sempit, serta kecelakaan diakhirat nanti 
(Thaahaa : 124 – 126). 
Aturan-aturan itu juga diperlukan untuk mengelola wasilah al-hayah atau segala sarana 
dan prasarana kehidupan yang diciptakan Allah SWT untuk kepentingan hidup manusia 
secara keseluruhan. Wasilah al-hayah ini dalam bentuk udara, air, tumbuh-tumbuhan, hewan 
ternak, dan harta benda lainnya yang berguna dalam kehidupan. 
Sebagaimana dalam Surah Al-Baqarah ayat 29 yang artinya : 
“Dialah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak 
(menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan, dia Maha Mengetahui segala 
sesuatu “ 
Dari keterangan diatas, islam mempunyai pandangan yang jelas mengenai harta dan kegiatan 
ekonomi. Pandangan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 
1. Pemilik mutlak terhadap segala sesuatu yang ada di muka bumi ini, termasuk harta 
benda, adalah Allah SWT. Kepemilikan oleh manusia hanya bersifat relativf, sebatas
untuk melaksanakan amanah mengelola dan memanfaatkan sesuai dengan ketentuan- 
Nya. 
2. Status harta yang dimiliki manusia adalah sebagai berikut. 
1. Harta sebagai amanah (titipan) dari Allah SWT. Manusia hanyalah pemegang 
amanah karena memang tidak mampu mengadakan benda dari tiada. Dalam 
bahasa Einstein, manusia tidak mampu menciptakan energi ; yang mampu 
manusia lakukan adalah mengubah dari satu bentuk energi ke bentuk energi 
lain. Pencipta awal segala energi adalah Allah SWT. 
2. Harta sebagi perhiasan hidup yang memungkinkan manusia bisa 
menikmatinya dengan baik dan tidak berlebih- lebihan. Manusia memiliki 
kecenderungan yang kuat untuk memiliki, menguasai, dan menikmati harta. 
Firman-Nya, “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada 
apa-apa yang diingini, yaitu : wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak 
dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah 
lading. Itulah kesenangan hidup di dunia dan disisi Allah-lah tempat kembali 
yang baik (surga).” (Ali Imran : 14). Sebagai perhiasan hidup, harta sering 
menyebabkan keangkuhan, kesombongan, serta kebanggan diri (Al-‘Alaq : 6 – 
7). 
3. Harta sebagai ujian keimanan. Hal ini terutama menyangkut soal cara 
mendapatkan dan memanfaatkannya, apakah sesuai dengan ajaran Islam 
ataukah tidak. (Al-Anfaal : 28) 
4. Harta sebagai bekal ibadah, yakni untuk melaksanakan perintah-Nya dan 
melaksanakan muamalah di antara sesama manusia, melalui kegiatan zakat, 
infak dan sedekah. (At-Taubah : 41, 60 ; Ali Imran : 133-134). 
1. Pemilikan harta dapat dilakukan antara lain melalui usaha (a’mal) atau mata 
pencaharian (ma’isyah) yang halal dan sesuai dengan aturan-Nya. Banyak ayat Al- 
Qur’an dan hadits Nabi yang mendorong umat manusia bekerja mencari nafkah secara 
halal. 
2. Dilarang mencari harta, berusaha, atau bekerja yang dapat melupakan kematian (At- 
Takaatsur : 1 – 2), melupakan dzikrullah (tidak ingat kepada Allah dengan segala 
ketentuan-Nya ) (Al-Munaafiquun ; 9 ), melupakan shalat dan zakat (an-Nuur ; 37), 
dan memutuskan kekayaan hanya pada sekelompok orang kaya saja (al-Hasyr : 7). 
3. Dilarang menempuh usaha yang haram seperti melalui kegiatan riba (al- 
Baqarah : 273 – 281), perjudian, berjual beli barang yang dilarang atau haram (al- 
Maa’idah : 90-91), mencuri, merampok, penggasaban (al-Maa’idah : 38 ), curang 
dalam takaran dan timbangan (al-Muthaffifiin : 1 – 6) melalui cara-cara yang batil dan 
merugikan (al-Baqarah : 188 ), dan melalui suap-menyuap (HR Imam Ahmad ). 
2. Nilai-nilai Sistem Perekonomian Islam 
A. Perekonomian Masyarakat Luas, Bukan Hanya Masyarakat Muslim 
Akan Menjadi Baik Bila Menggunakan kerangka Kerja atau Acuan 
Norma-Norma Islami. 
Banyak ayat Al-Qur’an yang menyerukan penggunaan kerangka kerja perekonomian Islam, 
diantaranya Aurah Al-Baqarah ayat 60 dan Al-Maa’idah ayat 87 – 88 yang semua ayatnya 
merupakan penentuan dasar pikiran dari pesan Al-Qur’an dalam bidang ekonomi. Dari ayat-ayat 
tersebut dapat dipahami bahwa Islam mendorong penganutnya untuk menikmati karunia
yang telah diberikan oleh Allah. Karunia tersebut harus didayagunakan untuk meningkatkan 
pertumbuhan, baik materi maupun non materi. 
Islam juga mendorong penganutnya berjuang untuk mendapatkan materi atau harta dengan 
berbagai cara, asalkan mengikuti rambu-rambu yang telah ditetapkan. 
B. Keadilan dan Persaudaraan Menyeluruh 
Islam bertujuan untuk membentuk masyarakat dengan tatanan sosial yang solid. Dalam 
tatanan itu, setiap individu diikat oleh persudaraan dan kasih saying bagai satu keluarga. 
Sebuah persaudaraan yang universal dan tak diikat batas geografis. 
Keadilan dalam Islam memiliki implikasi sebagai berikut : 
— a. Keadilan Sosial 
Islam menganggap umat manusia sebagai suatu keluarga. Karenanya, semua anggota 
keluarga ini mempunyai derajat yang sama di hadapan Allah. Hukum Allah tidak 
membedakan yang kaya dan yang miskin, demikian juga tidak membedakan yang hitam dan 
yang putih. Secara sosial, nilai yang membedakan satu dengan yang lain adalah ketakwaan, 
ketulusan hati, kemampuan dan pelayanannya pada manusia. 
— b.Keadilan Ekonomi 
Konsep persaudaraan dan perlakuan yang sama bagi setiap individu dalam masyarakat dan 
dihadapan hukum harus diimbangi oleh keadilan ekonomi. Tanpa pengimbangan tersebut, 
sosial kehilangan makna. Dengan keadilan ekonomi, setiap individu akan mendapatkan 
haknya sesuai dengan kontribusi masing-masing kepada masyarakat. Setiap individu pun 
harus terbebaskan dari eksploiasi individu lainnya. Islam dengan tegas melarang seorang 
muslim merugikan orang lain. 
Peringatan akan ketidakadilan dan eksploitasi ini dimaksudkan untuk melindungi hak-hak 
individu dalam masyarakat, juga untuk meningkatkan kiesejahteraan umum sebagai tujuan 
utama Islam. 
C. Keadilan Distribusi Pendapatan 
Kesenjangan pendapatan dan kekayaan alam yang ada dalam masyarakat, berlawanan dengan 
semangat serta komitmen Islam terhadap persaudaraan dan keadilan sosial ekonomi. 
Kesenjangan harus diatasi dengan menggunakan cara yang ditekankan Islam. Diantaranya 
adalah dengan cara-cara berikut ini. 
Pertama : 
- Menghapuskan monopoli, kecuali oleh pemerintah, untuk bidang-bidang tertentu.
- Menjamin hak dan kesempatan semua pihak untuk aktif dalam proses ekonomi, baik 
produksi, distribusi, sirkulasi maupun konsumsi. 
- Menjamin basic needs fulfillment ( pemenuhan kebutuhan dasar hidup ) setiap anggota 
masyarakat. 
- Melaksanakan amanah at-takaaful al-ijtima’I social economic security insurance 
dimana yang mampu menanggung dan membantu yang tidak mampu. 
Dengan cara itu, standar kehidupan setiap individu akan lebih terjamin. Sisi manusiawi dan 
kehormatan setiap individu akan lebih terjaga sesuai dengan martabatnya yang yang telah 
melekat pada manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi. 
Kedua : 
Islam membenarkan seorang memilih kekayaan lebih dari yang lain sepanjang kekayaan 
tersebut diperoleh secara benar dan yang bersangkutan telah menunaikan kewajibannya bagi 
kesejahteraan masyarakat, baik dalam bentuk zakat maupun amal kebajikan lain seperti infak 
dan sedekah. Meskipun demikian, Islam sangat menganjurkan golongan yang kaya untuk 
tetap tawadhu dan tidak pamer. 
Jika seluruh ajaran Islam (termasuk pelaksanaan syariah serta norma keadilan) diterapkan, 
kesenjangan kekayaan serta pendapatan yang mencolok tidak akan terjadi di dalam 
masyarakat. 
D. Kebebasan Individu dalam Konteks Kesejahteraan Sosial 
Pilar terpenting dalam keyakinan seorang muslim adalah kepercayaan bahwa manusia 
diciptakan oleh Allah. Ia tidak tunduk kepada siapa pun kecuali kepada Allah (ar-Ra’d : 36 
dan Luqman : 32). Ini merupakan dasar bagi Piagam Kebebasan Islam dari segala bentuk 
perbudakan. Menyangkut hal ini Al Qur’an tegas menyatakan bahwa tujuan utama dari misi 
kenabian Muhammad adalah melepaskan manusia dari beban dan rantai yang 
membelenggunya (Al-A’raaf : 157). 
Konsep Islam amat jelas. Manusia dilahirkan merdeka. Karenanya, tidak ada seorang pun 
bahkan Negara manapun yang berhak mencabut kemerdekaan tersebut dan membuat hidup 
manusia terikat. Dalam konsep ini, setiap individu berhak menggunakan kemerdekaannya 
tersebut sepanjang tetap berada dalam kerangka norma-norma islami. Dengan kata lain, 
sepanjang kebebasan tersebut dapat dipertanggungjawabkan, baik secara sosial maupun 
dihadapan Allah. 
Kebebasan individu dalam kerangka etika Islam diakui selama tidak bertentangan dengan 
kepentingan sosial yang lebih besar atau sepanjang individu itu tidak melangkahi hak-hak 
orang lain.
BAB III 
KESIMPULAN 
Islam membenarkan seorang memilih kekayaan lebih dari yang lain sepanjang 
kekayaan tersebut diperoleh secara benar dan yang bersangkutan telah menunaikan 
kewajibannya bagi kesejahteraan masyarakat, baik dalam bentuk zakat maupun amal 
kebajikan lain seperti infak dan sedekah. Meskipun demikian, Islam sangat menganjurkan 
golongan yang kaya untuk tetap tawadhu dan tidak pamer. 
Islam juga mendorong penganutnya berjuang untuk mendapatkan materi atau harta 
dengan berbagai cara, asalkan mengikuti rambu-rambu yang telah ditetapkan. Dilarang 
mencari harta, berusaha, atau bekerja yang dapat melupakan kematian (At-Takaatsur : 1 – 
2), melupakan dzikrullah (tidak ingat kepada Allah dengan segala ketentuan-Nya ) (Al- 
Munaafiquun ; 9), melupakan shalat dan zakat (an-Nuur ; 37), dan memutuskan kekayaan 
hanya pada sekelompok orang kaya saja (al-Hasyr : 7). 
Konsep Islam amat jelas. Manusia dilahirkan merdeka. Karenanya, tidak ada seorang 
pun bahkan Negara manapun yang berhak mencabut kemerdekaan tersebut dan membuat 
hidup manusia terikat. Dalam konsep ini, setiap individu berhak menggunakan 
kemerdekaannya tersebut sepanjang tetap berada dalam kerangka norma-norma islami. 
Dengan kata lain, sepanjang kebebasan tersebut dapat dipertanggungjawabkan, baik secara 
sosial maupun dihadapan Allah. 
Kebebasan individu dalam kerangka etika Islam diakui selama tidak bertentangan 
dengan kepentingan sosial yang lebih besar atau sepanjang individu itu tidak melangkahi hak-hak 
orang lain
DAFTAR PUSTAKA 
Ash-Shadiq Abdurrahman Al-Ghayarni. 2004. Fatwa-fatwa Muamalah Kontemporer. 
Pustaka Progressif: Surabaya. 
Ahmad M Saepudin. 1987. Ekonomi dan Masyarakat Dalam Perspektif IslamI. Rajawali 
Pers: Jakarta. 
Ali Sakti. 2007. Ekonomi Islam. Aqsa Publishing: Jakarta. 
Haroen Nasrun . 2000. Fiqh Muamalah. Gaya Media Pratama: Jakarta. 
http://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_syariah

More Related Content

What's hot

What's hot (8)

Praktik ekonomi dalam islam
Praktik ekonomi dalam islamPraktik ekonomi dalam islam
Praktik ekonomi dalam islam
 
Syirkah devi novitasari
Syirkah devi novitasariSyirkah devi novitasari
Syirkah devi novitasari
 
Presentasi syirkah & mudharabah
Presentasi syirkah & mudharabahPresentasi syirkah & mudharabah
Presentasi syirkah & mudharabah
 
AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH
AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAHAKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH
AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH
 
07 mudharabah
07 mudharabah07 mudharabah
07 mudharabah
 
Konsep utang dan modal dalam islam
Konsep utang dan modal dalam islamKonsep utang dan modal dalam islam
Konsep utang dan modal dalam islam
 
Syirkah
SyirkahSyirkah
Syirkah
 
Mu'amalah xi
Mu'amalah xiMu'amalah xi
Mu'amalah xi
 

Viewers also liked

Makalah pai tentang muamalah (jual beli)
Makalah pai tentang muamalah (jual beli)Makalah pai tentang muamalah (jual beli)
Makalah pai tentang muamalah (jual beli)Dede Adi Nugraha
 
Ppt manusia dan pandangan hidup
Ppt manusia dan pandangan hidupPpt manusia dan pandangan hidup
Ppt manusia dan pandangan hidupMora Harianja
 
Islam sebagai way of life
Islam sebagai way of lifeIslam sebagai way of life
Islam sebagai way of lifeRidwan Hidayat
 
Musaqah, Muzara’ah dan Mukhabarah
Musaqah, Muzara’ah dan MukhabarahMusaqah, Muzara’ah dan Mukhabarah
Musaqah, Muzara’ah dan MukhabarahThony Fathoni
 

Viewers also liked (7)

Makalah pai tentang muamalah (jual beli)
Makalah pai tentang muamalah (jual beli)Makalah pai tentang muamalah (jual beli)
Makalah pai tentang muamalah (jual beli)
 
Ppt manusia dan pandangan hidup
Ppt manusia dan pandangan hidupPpt manusia dan pandangan hidup
Ppt manusia dan pandangan hidup
 
Pancasila Sebagai Pandangan Hidup
Pancasila Sebagai Pandangan HidupPancasila Sebagai Pandangan Hidup
Pancasila Sebagai Pandangan Hidup
 
Makalah Musaqah
Makalah MusaqahMakalah Musaqah
Makalah Musaqah
 
MAKALAH KAFALAH
MAKALAH KAFALAHMAKALAH KAFALAH
MAKALAH KAFALAH
 
Islam sebagai way of life
Islam sebagai way of lifeIslam sebagai way of life
Islam sebagai way of life
 
Musaqah, Muzara’ah dan Mukhabarah
Musaqah, Muzara’ah dan MukhabarahMusaqah, Muzara’ah dan Mukhabarah
Musaqah, Muzara’ah dan Mukhabarah
 

Similar to Makalah al islam

Transaksi Ekonomi dalam Islam
Transaksi Ekonomi dalam IslamTransaksi Ekonomi dalam Islam
Transaksi Ekonomi dalam IslamFaiz Ahmad Ghozy
 
Makalah Profit Lost Sharing Kel.9
Makalah Profit Lost Sharing Kel.9Makalah Profit Lost Sharing Kel.9
Makalah Profit Lost Sharing Kel.9Taqiya Hanifanti
 
PAI kelas 11 #smakbo59
PAI kelas 11 #smakbo59PAI kelas 11 #smakbo59
PAI kelas 11 #smakbo59Dhanti Utari
 
Ekonomi&perbankan syariah
Ekonomi&perbankan syariahEkonomi&perbankan syariah
Ekonomi&perbankan syariahBsd Episodedua
 
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13Trie Nakita Sabrina
 
MAKALAH MUZARA'AH DAN MUSAQAH.docxpdf123
MAKALAH MUZARA'AH DAN MUSAQAH.docxpdf123MAKALAH MUZARA'AH DAN MUSAQAH.docxpdf123
MAKALAH MUZARA'AH DAN MUSAQAH.docxpdf123adensastro92
 
PPT Mudhorobah dan muzaraah dalam Hukum Ekonomi Syariah.pptx
PPT Mudhorobah dan muzaraah dalam Hukum Ekonomi Syariah.pptxPPT Mudhorobah dan muzaraah dalam Hukum Ekonomi Syariah.pptx
PPT Mudhorobah dan muzaraah dalam Hukum Ekonomi Syariah.pptxajengsyilva
 
Berusaha secara halal
Berusaha secara halalBerusaha secara halal
Berusaha secara halalAmin_abdul
 
PPT FIQIH MUAMALAH KEL 8.pptx
PPT FIQIH MUAMALAH KEL 8.pptxPPT FIQIH MUAMALAH KEL 8.pptx
PPT FIQIH MUAMALAH KEL 8.pptxCheciAlichia
 
Presentasi BAB pendidikan agama islam kelas 11 Prinsip dan praktik ekonomi islam
Presentasi BAB pendidikan agama islam kelas 11 Prinsip dan praktik ekonomi islamPresentasi BAB pendidikan agama islam kelas 11 Prinsip dan praktik ekonomi islam
Presentasi BAB pendidikan agama islam kelas 11 Prinsip dan praktik ekonomi islamikarahma97
 
7. Kerja Sama Bisnis Islami.pptx
7. Kerja Sama Bisnis Islami.pptx7. Kerja Sama Bisnis Islami.pptx
7. Kerja Sama Bisnis Islami.pptxAceng Badruzzaman
 
Transaksi Kerjasama Mudharabah dan Musyarakah
Transaksi Kerjasama Mudharabah dan MusyarakahTransaksi Kerjasama Mudharabah dan Musyarakah
Transaksi Kerjasama Mudharabah dan MusyarakahRikiKisami
 
Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 10
Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 10Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 10
Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 10Marhamah Saleh
 
perekonomian dalam islam.pptx
perekonomian dalam islam.pptxperekonomian dalam islam.pptx
perekonomian dalam islam.pptxMadeLombok
 
Tugas Kel 6 PPT AK Syariah.pptx
Tugas Kel 6 PPT AK Syariah.pptxTugas Kel 6 PPT AK Syariah.pptx
Tugas Kel 6 PPT AK Syariah.pptxStefannyAngelina
 

Similar to Makalah al islam (20)

Transaksi Ekonomi dalam Islam
Transaksi Ekonomi dalam IslamTransaksi Ekonomi dalam Islam
Transaksi Ekonomi dalam Islam
 
Makalah Profit Lost Sharing Kel.9
Makalah Profit Lost Sharing Kel.9Makalah Profit Lost Sharing Kel.9
Makalah Profit Lost Sharing Kel.9
 
BAGI HASIL (PROFIL SHARING)
BAGI HASIL (PROFIL SHARING)BAGI HASIL (PROFIL SHARING)
BAGI HASIL (PROFIL SHARING)
 
PAI kelas 11 #smakbo59
PAI kelas 11 #smakbo59PAI kelas 11 #smakbo59
PAI kelas 11 #smakbo59
 
Ekonomi&perbankan syariah
Ekonomi&perbankan syariahEkonomi&perbankan syariah
Ekonomi&perbankan syariah
 
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
 
MAKALAH MUZARA'AH DAN MUSAQAH.docxpdf123
MAKALAH MUZARA'AH DAN MUSAQAH.docxpdf123MAKALAH MUZARA'AH DAN MUSAQAH.docxpdf123
MAKALAH MUZARA'AH DAN MUSAQAH.docxpdf123
 
PPT Mudhorobah dan muzaraah dalam Hukum Ekonomi Syariah.pptx
PPT Mudhorobah dan muzaraah dalam Hukum Ekonomi Syariah.pptxPPT Mudhorobah dan muzaraah dalam Hukum Ekonomi Syariah.pptx
PPT Mudhorobah dan muzaraah dalam Hukum Ekonomi Syariah.pptx
 
Berusaha secara halal
Berusaha secara halalBerusaha secara halal
Berusaha secara halal
 
PPT FIQIH MUAMALAH KEL 8.pptx
PPT FIQIH MUAMALAH KEL 8.pptxPPT FIQIH MUAMALAH KEL 8.pptx
PPT FIQIH MUAMALAH KEL 8.pptx
 
Akuntansi Musyarakah
Akuntansi MusyarakahAkuntansi Musyarakah
Akuntansi Musyarakah
 
Bab 11 mudharabah
Bab 11 mudharabahBab 11 mudharabah
Bab 11 mudharabah
 
Presentasi BAB pendidikan agama islam kelas 11 Prinsip dan praktik ekonomi islam
Presentasi BAB pendidikan agama islam kelas 11 Prinsip dan praktik ekonomi islamPresentasi BAB pendidikan agama islam kelas 11 Prinsip dan praktik ekonomi islam
Presentasi BAB pendidikan agama islam kelas 11 Prinsip dan praktik ekonomi islam
 
7. Kerja Sama Bisnis Islami.pptx
7. Kerja Sama Bisnis Islami.pptx7. Kerja Sama Bisnis Islami.pptx
7. Kerja Sama Bisnis Islami.pptx
 
Transaksi Kerjasama Mudharabah dan Musyarakah
Transaksi Kerjasama Mudharabah dan MusyarakahTransaksi Kerjasama Mudharabah dan Musyarakah
Transaksi Kerjasama Mudharabah dan Musyarakah
 
Fiqih muamalah
Fiqih muamalahFiqih muamalah
Fiqih muamalah
 
Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 10
Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 10Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 10
Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 10
 
Ekonomi Syariah.pptx
Ekonomi Syariah.pptxEkonomi Syariah.pptx
Ekonomi Syariah.pptx
 
perekonomian dalam islam.pptx
perekonomian dalam islam.pptxperekonomian dalam islam.pptx
perekonomian dalam islam.pptx
 
Tugas Kel 6 PPT AK Syariah.pptx
Tugas Kel 6 PPT AK Syariah.pptxTugas Kel 6 PPT AK Syariah.pptx
Tugas Kel 6 PPT AK Syariah.pptx
 

More from stephan EL'wiin Shaarawy

Modul praktikum dasar dasar pemrograman java
Modul  praktikum dasar dasar pemrograman javaModul  praktikum dasar dasar pemrograman java
Modul praktikum dasar dasar pemrograman javastephan EL'wiin Shaarawy
 
Tutorial membuat user dan group pada linux
Tutorial membuat user dan group pada linuxTutorial membuat user dan group pada linux
Tutorial membuat user dan group pada linuxstephan EL'wiin Shaarawy
 
Teknik trouble shooting komponen elektronika
Teknik trouble shooting komponen elektronikaTeknik trouble shooting komponen elektronika
Teknik trouble shooting komponen elektronikastephan EL'wiin Shaarawy
 
Pelajaran tentang puasa, tarawih dan zakat
Pelajaran tentang puasa, tarawih dan zakatPelajaran tentang puasa, tarawih dan zakat
Pelajaran tentang puasa, tarawih dan zakatstephan EL'wiin Shaarawy
 
Sejarah Nabi Muhammad SAW hijrah ke yatsrib
Sejarah Nabi  Muhammad SAW hijrah ke yatsribSejarah Nabi  Muhammad SAW hijrah ke yatsrib
Sejarah Nabi Muhammad SAW hijrah ke yatsribstephan EL'wiin Shaarawy
 

More from stephan EL'wiin Shaarawy (20)

Simulasi Dns Server di ubuntu server
Simulasi Dns Server di ubuntu serverSimulasi Dns Server di ubuntu server
Simulasi Dns Server di ubuntu server
 
Modul belajar tentang wireless
Modul belajar tentang wirelessModul belajar tentang wireless
Modul belajar tentang wireless
 
Netbeans gui tutorial
Netbeans gui tutorialNetbeans gui tutorial
Netbeans gui tutorial
 
Tutorial membuat form dalam netbeans
Tutorial membuat form dalam netbeansTutorial membuat form dalam netbeans
Tutorial membuat form dalam netbeans
 
Modul praktikum dasar dasar pemrograman java
Modul  praktikum dasar dasar pemrograman javaModul  praktikum dasar dasar pemrograman java
Modul praktikum dasar dasar pemrograman java
 
Materi pelatihan java fundamental
Materi pelatihan java fundamentalMateri pelatihan java fundamental
Materi pelatihan java fundamental
 
Tutorial connecting access netbeans
Tutorial connecting access netbeansTutorial connecting access netbeans
Tutorial connecting access netbeans
 
Modul praktikum pbo java swing
Modul praktikum pbo java swingModul praktikum pbo java swing
Modul praktikum pbo java swing
 
ebook Java desktop application
ebook Java desktop applicationebook Java desktop application
ebook Java desktop application
 
Modul belajar java I/O (Input/Ouptut)
Modul belajar java I/O (Input/Ouptut)Modul belajar java I/O (Input/Ouptut)
Modul belajar java I/O (Input/Ouptut)
 
Full Buku sakti belajar hacker
Full Buku sakti belajar hackerFull Buku sakti belajar hacker
Full Buku sakti belajar hacker
 
Tutorial membuat user dan group pada linux
Tutorial membuat user dan group pada linuxTutorial membuat user dan group pada linux
Tutorial membuat user dan group pada linux
 
Modul praktikum Bahasa assembly
Modul praktikum Bahasa assemblyModul praktikum Bahasa assembly
Modul praktikum Bahasa assembly
 
Teknik trouble shooting komponen elektronika
Teknik trouble shooting komponen elektronikaTeknik trouble shooting komponen elektronika
Teknik trouble shooting komponen elektronika
 
matriks inverse dalam kriptografi
matriks inverse dalam kriptografimatriks inverse dalam kriptografi
matriks inverse dalam kriptografi
 
Mengenal sistem Pada komputer
Mengenal sistem Pada komputer Mengenal sistem Pada komputer
Mengenal sistem Pada komputer
 
Mengenal komponen-Komponen elektronika
Mengenal komponen-Komponen elektronikaMengenal komponen-Komponen elektronika
Mengenal komponen-Komponen elektronika
 
Pelajaran tentang puasa, tarawih dan zakat
Pelajaran tentang puasa, tarawih dan zakatPelajaran tentang puasa, tarawih dan zakat
Pelajaran tentang puasa, tarawih dan zakat
 
Modul Lengkap Microsoft visual Fox Pro
Modul Lengkap Microsoft visual Fox ProModul Lengkap Microsoft visual Fox Pro
Modul Lengkap Microsoft visual Fox Pro
 
Sejarah Nabi Muhammad SAW hijrah ke yatsrib
Sejarah Nabi  Muhammad SAW hijrah ke yatsribSejarah Nabi  Muhammad SAW hijrah ke yatsrib
Sejarah Nabi Muhammad SAW hijrah ke yatsrib
 

Makalah al islam

  • 1. “Tugas Al-islam kemuhammadiyaan 4” MAKALAH ISLAM DAN EKONOMI OLEH : KELOMPOK 5 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALUKU UTARA PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA TAHUN AJARAN 2013
  • 2. DAFTAR ISI BAB I PEMBAHASAN ISLAM DAN EKONOMI A.PENGERTIAN ISLAM DAN EKONOMI ................................................................... 1 B. JENIS-JENIS AKAD BAGI HASIL............................................................................. 1 1. MUDHARABAH.................................................................................................. 1 2. MUSAQOH........................................................................................................... 3 3. MUSYARAKAH.................................................................................................. 4 4. MUZARA’AH atau MUKHABARAH................................................................. 5 C.TUJUAN ISLAM DAN EKONOMI............................................................................. 6 BAB 11 1.Pandangan Islam Terhadap Harta dan Ekonomi............................................................. 7 2. Nilai-nilai Sistem Perekonomian Islam ......................................................................... 9 A. Perekonomian Masyarakat Luas, Bukan Hanya Masyarakat Muslim Akan Menjadi Baik Bila Menggunakan kerangka Kerja atau Acuan Norma-Norma Islami...................................................................................................................... 9 B. Keadilan dan Persaudaraan Menyeluruh................................................................ 10 C. Keadilan Distribusi Pendapatan............................................................................. 10 D. Kebebasan Individu dalam Konteks Kesejahteraan Sosial..................................... 12 BAB III KESIMPULAN................................................................................................................... 13 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 14
  • 3. BAB 1 PEMBAHASAN Makalah Islam dan Ekonomi " Bagi Hasil" A. Pengertian Sistem bagi hasil merupakan sistem di mana dilakukannya perjanjian atau ikatan bersama di dalam melakukan kegiatan usaha. Di dalam usaha tersebut diperjanjikan adanya pembagian hasil atas keuntungan yang akan di dapat antara kedua belah pihak atau lebih. Bagi hasil dalam sistem perbankan syari’ah merupakan ciri khusus yang ditawarkan kapada masyarakat, dan di dalam aturan syari’ah yang berkaitan dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan terlebih dahulu pada awal terjadinya kontrak (akad). Besarnya penentuan porsi bagi hasil antara kedua belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan bersama, dan harus terjadi dengan adanya kerelaan (An-Tarodhin) di masing-masing pihak tanpa adanya unsur paksaan. B. Jenis-jenis Akad Bagi Hasil Bentuk-bentuk kontrak kerjasama bagi hasil dalam Islam secara umum dapat dilakukan dalam empat akad, yaitu Mudharabah, Musaqah, Musyarakah,,dan Muzara’ah. 1. MUDHARABAH Salah satu bentuk kerjasama anatara pemilik modal dengan seseorang, yang pakar dalam berdagang, di dalam fiqh islam disebut dengan mudharobah, yang oleh ulama fiqh Hijaz menyebutnya dengan qiradh. Secara termonologi, para ulama fiqh mendefinisikan mudharobah atau qiradh dengan: أن يد فع ا لما لك إلى العا مل ما لا يتجر فيه و يكو ن الر بح مشتر كا Pemilik modal menyerahkan modalnya kepada pekerja (pedagang) untuk diperdagangkan, sedangkan keuntungan dagang itu menjadi milik bersama dan dibagi menurut kesepakatan bersama. a. Hukum Mudharobah dan dasar hukumnya Akad mudharobah dibolehkan dalam islam, karena bertujuan untuk saling membantu antara pemilik modal dengan seorang pakar dalam memutarkan uang. Banyak di antara pemilik modal yang tidak pakar dalam mengelola dan memproduktifkan uangnya, sementara banyak pula para pakar di bidang perdagangan yang tidak memiliki modal untuk berdagang. Atas dasar saling menolong dalam pengelolaan modal itu, Islam memberikan kesempatan untuk saling bekerja sama antara pemilik modal dengan seseorang yang terampil dalam mengelola dan memproduktifkan modal itu. Firman Allah dalam surat al-Muzzammil 73: 20 yang berbunyi: ...و ا خر و ن يضر بو ن فى ا لأ ر ض يبتغو ن من فضل ا لله
  • 4. …dan sebagian mereka berjalan di bumi mencari karunia Allah… surat al-Baqarah, 2: 198 berikut: ليس عليكم جنا ح أ ن تبتغوا فضلا من ربكم ... Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perdagangan) dari Tuhanmu… b. Rukun dan Syarat mudharabah menurut jumhur ulama ada tiga, yaitu : 1. Orang yang berakad ( shahibul maal dan pengelola ) 2. Modal, pekerjaan, dan keuntungan 3. Shigat ( ijab qabul) Adapun syarat – syarat mudharabah, sesuai dengan rukun yang dikemukakan jumhur ulama di atas adalah: a. Yang terkait dengan orang yang melakukan akad, harus orang yang mengerti hukum dan cakap diangkat sebagai wakil, karena pada satu sisi posisi orang yang akan mengelola modal adalah wakil dari pemilik modal. Itulah sebabnya, syarat – syarat seorang wakil juga berlaku bagi pengelola modal dalam akad mudharabah. b. Yang terkait dengan modal, disyaratkan: (1)berbentuk uang, (2)jelas jumlahnya, (3)tunai, (4)diserahkan sepenuhnya kepada pedagang/pengelola modal. Oleh sebab itu, jika modal itu berbentuk barang, menurut ulama fiqh tidak dibolehkan, karena sulit untuk menentukan keuntungannya. c. Yang terkait dengan keuntungan, disyaratkan bahwa pembagian keuntungan harus jelas dan bagian masing-masing diambilkan dari keuntungan dagang itu, seperti setengah, sepertiga, atau seperempat. Aqpabila pembagian keuntungan tidak jelas, menurut ulama Hanafiyah, akad itu fasid (rusak). 2. MUSAQOH Secara sederhana musaqoh diartikan dengan kerja sama dalam perawatan tanaman dengan imbalan dari hasil yang diperoleh dari tanaman tersebut. Dasar hukum bolehnya adalah hadist nabi yang mempekerjakan penduduk khaibar yang disebutkan di atas, yang kerjasama pertanian tersebut juga mencakup merawat tanaman. Sedangkan bagian ulama memandangnya sebagai muamalah upah mengupah, berpendapat tidak boleh karena upah tidak boleh dari hasil kerja tapi dalam bentuk nilai uang yang sudah pasti sesuai dengan perjanjian. Rukun dan syarat Musaqqoh
  • 5. jumhur ulama yang terdiri atas ulama malikiyah, syafi’iyah, dan hanabilah berpendirian bahwa transaksi al-musaqah harus memenuhi lima rukun, yaitu : a. Dua orang/pihak yang melakukan transaksi b. Tanah yang dijadikan obyek al-musaqah c. Jenis usaha yang akan dilakukan petani penggarap d. Ketentuan mengenai pembagian hasil al-musaqah e. shigat (ungkapan) ijab dan qabul Adapun syarat-syarat yang harus di penuhi oleh masing-masing rukun adalah : 1. dewasa (akil baligh) dan berakal. 2. Obyek al-musaqah itu harus terdiri atas pepohonan yang mempunyai buah. 3. Tanah itu diserahkan sepenuhnya kepada petani penggarap setelah akad berlangsung untuk digarap, tanpa campur tangan pemilik tanah. 4. Hasil yang dihasilkan oleh kebun itu adalah hak mereka bersama sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat. 5. Lamanya perjanjian harus jelas, karena transaksi ini hampir sama dengan transaksi sewa menyewa, agar terhindar dari ketidakpastian. 3.MUSYARAKAH Secara etimologi, asy-syirkah berarti percampuran, yaitu percampuran antara sesuatu dengan yang lainnya, sehingga sulit dibedakan . Asy-syirkah termasuk salah satu bentuk kerja sama dagang dengan rukun dan syarat tertentu, yang dalam hukum positif disebut dengan perserikatan dagang. Secara terminologi, ada beberapa definisi asy-syirkah yang dikemukakan oleh para ulama fiqh. Menurut para ulama fiqh, asy-syirkah adalah ثبو ت الحق فى شيئ لإ ثنين فأ كثر على جهة الشيوع Hak bertindak hukum bagi dua orang atau lebih pada sesuatu yang mereka sepakati. Dasar hukum asy-syirkah Akad asy-syirkah dibolehkan, menurut para ulama fiqh, berdasarkan kepada firman Allah dalam surat an-Nisa’, 4: 12 yang berbunyi : ...فهم شر كا ء فى الثلث... ...maka mereka berserikat dalam sepertiga harta... Dalam ayat lain Allah berfirman : و إن كثيرا من الخلطاء ليبغى بعضهم على بعض إلا الذ ين امنوا وعملوا لصا لحا ت وقليل ما هم... ...sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh; dan amat sedikit mereka ini... Rukun-rukun Musyarakah a. Para pihak yang bersyirkah. b. Porsi kerjasama. c. Proyek/usaha ( masyru’ ) d. Ijab qabul ( sighat ). e. Nisbah bagi hasil.
  • 6. 4.MUZARA’AH atau MUKHABARAH Secara etimologi, al-muzara’ah berarti kerjasama di bidang pertanian antara pemilik tanah dengan petani penggarap. Sedangkan dalam terminology fiqh terdapat beberapa definisi al-muzara’ah yang dikemukakan ulama fiqh. Ulama Malikiyah mendefinisikan dengan: الشر كة فى الزرع Perserikatan dalam pertanian. Imam asy-Syafi’iyah mendefinisikan al-mukhabarah dengan: عمل الأرض ببعض ما يخرج منها والبن ر من العا مل Pengolahan tanah oleh petani dengan imbalan hasil pertanian, sedangkan bibit pertanian disediakan penggarap tanah. Dalam al-mukhabarah, bibit yang akan ditanam disediakan oleh penggarap tanah, sedang dalam al-muzara’ah bibit yang akan ditanam boleh dari pemilik. Hukum Akad al-muzara’ah Dalam membahas hukum al-muzara’ah terjadi perbedaan pendapat para ulama. Imam Abu Hanifah ( 80-150 H/699-767 M ) dan Zufar ibn Huzail ( 728-774 M ), pakar fiqh Hanafi, berpendapat bahwa akad al-muzara’ah tidak boleh. Menurut mereka, akad al-muzara’ah dengan bagi hasil, seperti seperempat dan setengah, hukumnya batal. Alasan Imam Abu Hanifah dan Zufair ibn Huzail adalah sebuah hadis berikut: أن رسو ل الله عليه وسلم نهى عن المخا برة. ﴿رواه مسلم عن جا بر بن عبد الله﴾ Rasulallah saw yang melarang melakukan al-mukhabarah. ( HR Muslim dari Jabir ibn Abdillah ). Al-Mukhabarah dalam sabda Rasulallah itu adalah al-muzara’ah, sekalipun dalam al-mukhabarah bibit yang akan ditanam berasal dari pemilik tanah. Dalam riwayat Sabit ibn adh-Dhahhak dikatakan: أن رسول الله صلى الله عليه و سلم نهى عن المزرعة. ﴿رواه مسلم عن ثا بت بن الضحا ك﴾ Rasulallah melarang al-muzara’ah ( HR Muslim ).
  • 7. Rukun al-Muzara’ah Jumhur ulama, yang membolehkan akad al-muzara’ah, mengemukakan rukun dan syarat yang harus dipenuhi, sehingga akad dianggap sah. Rukun al-muzara’ah menurut mereka adalah: a. Pemilik tanah. b. Petani penggarap. c. Obyek al-muzara’ah. d. Ijab dan qabul. AKIBAT AKAD AL-MUZARA’AH Menurut jumhur ulama yang membolehkan akad al-muzara’ah, apabila akad ini telah memenuhi rukun dan syaratnya, maka akibat hukumnya adalah sebagai berikut: a. Petani bertanggung jawab mengeluarkan biaya benih dan biaya pemeliharaan pertanian itu. b. Biaya pertanian seperti pupuk, biaya penuaian, serta biaya pembersihan tanaman, ditanggung oleh petani dan pemilik tanh sesuai dengan prosentase bagian masing-masing. c. Hasil panen dibagi sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. C.Tujuan Islam Dan Ekonomi Ekonomi Islam mempunyai tujuan untuk memberikan keselarasan bagi kehidupan di dunia. Nilai Islam bukan semata-semata hanya untuk kehidupan muslim saja, tetapi seluruh mahluk hidup di muka bumi. Esensi proses Ekonomi Islam adalah pemenuhan kebutuhan manusia yang berlandaskan nilai- nilai Islam guna mencapai pada tujuan agama (falah). Ekonomi Islam menjadi rahmat seluruh alam, yang tidak terbatas oleh ekonomi, sosial, budaya dan politik dari bangsa. Ekonomi Islam mampu menangkap nilai fenomena masyarakat sehingga dalam perjalanannya tanpa meninggalkan sumber hukum teori ekonomi Islam, bisa berubah.
  • 8. BAB II 1.Pandangan Islam Terhadap Harta dan Ekonomi Secara umum, tugas kekhalifahan manusia adalah tugas mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan dalam hidup dan kehidupan (Al-An’aam : 165) serta tugas pengabdian atau ibadah dalam arti luas (adz-Dzaariyaat : 56). Untuk menunaikan tugas tersebut, Allah SWT memberi manusia dua anugerah nikmat utama, yaitu manhaj al-hayat “ sistem kehidupan “ dan wasilah al-hayat “ sarana kehidupan “. Manhaj al-hayat adalah seluruh aturan kehidupan manusia yang bersumber kepada Al- Qur’an dan Sunnah Rasul. Aturan tersebut berbentuk keharusan melakukan atau sebaiknya melakukan sesuatu, juga dalam bentuk larangan melakukan atau sebaliknya meninggalkan sesuatu. Aturan tersebut dikenal sebagai hukum lima, yakni wajib, sunnah, mubah, makruh, atau haram. Aturan-aturan tersebut dimaksudkan untuk menjamin keselamatan manusia sepanjang hidupnya, baik yang menyangkut keselamatan agama, keselamatan diri (jiwa dan raga), keselamatan akal, keselamatan harta benda, maupun keselamatan nasab keturunan. Hal-hal tersebut merupakan kebutuhan pokok atau primer. Pelaksanaan Islam sebagai way of life secara konsisten dalam semua kegiatan kehidupan, akan melahirkan sebuah tatanan kehidupan yang baik, sebuah tatanan yang disebut sebagai hayatan thayyibah (An-Nahl : 97). Sebaliknya, menolak aturan itu atau sama sekali tidak memiliki keinginan mengaplikasikannya dalam kehidupan, akan melahirkan kekacauan dalam kehdupan sekarang, ma’isyatan dhanka atau kehidupan yang sempit, serta kecelakaan diakhirat nanti (Thaahaa : 124 – 126). Aturan-aturan itu juga diperlukan untuk mengelola wasilah al-hayah atau segala sarana dan prasarana kehidupan yang diciptakan Allah SWT untuk kepentingan hidup manusia secara keseluruhan. Wasilah al-hayah ini dalam bentuk udara, air, tumbuh-tumbuhan, hewan ternak, dan harta benda lainnya yang berguna dalam kehidupan. Sebagaimana dalam Surah Al-Baqarah ayat 29 yang artinya : “Dialah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan, dia Maha Mengetahui segala sesuatu “ Dari keterangan diatas, islam mempunyai pandangan yang jelas mengenai harta dan kegiatan ekonomi. Pandangan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Pemilik mutlak terhadap segala sesuatu yang ada di muka bumi ini, termasuk harta benda, adalah Allah SWT. Kepemilikan oleh manusia hanya bersifat relativf, sebatas
  • 9. untuk melaksanakan amanah mengelola dan memanfaatkan sesuai dengan ketentuan- Nya. 2. Status harta yang dimiliki manusia adalah sebagai berikut. 1. Harta sebagai amanah (titipan) dari Allah SWT. Manusia hanyalah pemegang amanah karena memang tidak mampu mengadakan benda dari tiada. Dalam bahasa Einstein, manusia tidak mampu menciptakan energi ; yang mampu manusia lakukan adalah mengubah dari satu bentuk energi ke bentuk energi lain. Pencipta awal segala energi adalah Allah SWT. 2. Harta sebagi perhiasan hidup yang memungkinkan manusia bisa menikmatinya dengan baik dan tidak berlebih- lebihan. Manusia memiliki kecenderungan yang kuat untuk memiliki, menguasai, dan menikmati harta. Firman-Nya, “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu : wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah lading. Itulah kesenangan hidup di dunia dan disisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (Ali Imran : 14). Sebagai perhiasan hidup, harta sering menyebabkan keangkuhan, kesombongan, serta kebanggan diri (Al-‘Alaq : 6 – 7). 3. Harta sebagai ujian keimanan. Hal ini terutama menyangkut soal cara mendapatkan dan memanfaatkannya, apakah sesuai dengan ajaran Islam ataukah tidak. (Al-Anfaal : 28) 4. Harta sebagai bekal ibadah, yakni untuk melaksanakan perintah-Nya dan melaksanakan muamalah di antara sesama manusia, melalui kegiatan zakat, infak dan sedekah. (At-Taubah : 41, 60 ; Ali Imran : 133-134). 1. Pemilikan harta dapat dilakukan antara lain melalui usaha (a’mal) atau mata pencaharian (ma’isyah) yang halal dan sesuai dengan aturan-Nya. Banyak ayat Al- Qur’an dan hadits Nabi yang mendorong umat manusia bekerja mencari nafkah secara halal. 2. Dilarang mencari harta, berusaha, atau bekerja yang dapat melupakan kematian (At- Takaatsur : 1 – 2), melupakan dzikrullah (tidak ingat kepada Allah dengan segala ketentuan-Nya ) (Al-Munaafiquun ; 9 ), melupakan shalat dan zakat (an-Nuur ; 37), dan memutuskan kekayaan hanya pada sekelompok orang kaya saja (al-Hasyr : 7). 3. Dilarang menempuh usaha yang haram seperti melalui kegiatan riba (al- Baqarah : 273 – 281), perjudian, berjual beli barang yang dilarang atau haram (al- Maa’idah : 90-91), mencuri, merampok, penggasaban (al-Maa’idah : 38 ), curang dalam takaran dan timbangan (al-Muthaffifiin : 1 – 6) melalui cara-cara yang batil dan merugikan (al-Baqarah : 188 ), dan melalui suap-menyuap (HR Imam Ahmad ). 2. Nilai-nilai Sistem Perekonomian Islam A. Perekonomian Masyarakat Luas, Bukan Hanya Masyarakat Muslim Akan Menjadi Baik Bila Menggunakan kerangka Kerja atau Acuan Norma-Norma Islami. Banyak ayat Al-Qur’an yang menyerukan penggunaan kerangka kerja perekonomian Islam, diantaranya Aurah Al-Baqarah ayat 60 dan Al-Maa’idah ayat 87 – 88 yang semua ayatnya merupakan penentuan dasar pikiran dari pesan Al-Qur’an dalam bidang ekonomi. Dari ayat-ayat tersebut dapat dipahami bahwa Islam mendorong penganutnya untuk menikmati karunia
  • 10. yang telah diberikan oleh Allah. Karunia tersebut harus didayagunakan untuk meningkatkan pertumbuhan, baik materi maupun non materi. Islam juga mendorong penganutnya berjuang untuk mendapatkan materi atau harta dengan berbagai cara, asalkan mengikuti rambu-rambu yang telah ditetapkan. B. Keadilan dan Persaudaraan Menyeluruh Islam bertujuan untuk membentuk masyarakat dengan tatanan sosial yang solid. Dalam tatanan itu, setiap individu diikat oleh persudaraan dan kasih saying bagai satu keluarga. Sebuah persaudaraan yang universal dan tak diikat batas geografis. Keadilan dalam Islam memiliki implikasi sebagai berikut : — a. Keadilan Sosial Islam menganggap umat manusia sebagai suatu keluarga. Karenanya, semua anggota keluarga ini mempunyai derajat yang sama di hadapan Allah. Hukum Allah tidak membedakan yang kaya dan yang miskin, demikian juga tidak membedakan yang hitam dan yang putih. Secara sosial, nilai yang membedakan satu dengan yang lain adalah ketakwaan, ketulusan hati, kemampuan dan pelayanannya pada manusia. — b.Keadilan Ekonomi Konsep persaudaraan dan perlakuan yang sama bagi setiap individu dalam masyarakat dan dihadapan hukum harus diimbangi oleh keadilan ekonomi. Tanpa pengimbangan tersebut, sosial kehilangan makna. Dengan keadilan ekonomi, setiap individu akan mendapatkan haknya sesuai dengan kontribusi masing-masing kepada masyarakat. Setiap individu pun harus terbebaskan dari eksploiasi individu lainnya. Islam dengan tegas melarang seorang muslim merugikan orang lain. Peringatan akan ketidakadilan dan eksploitasi ini dimaksudkan untuk melindungi hak-hak individu dalam masyarakat, juga untuk meningkatkan kiesejahteraan umum sebagai tujuan utama Islam. C. Keadilan Distribusi Pendapatan Kesenjangan pendapatan dan kekayaan alam yang ada dalam masyarakat, berlawanan dengan semangat serta komitmen Islam terhadap persaudaraan dan keadilan sosial ekonomi. Kesenjangan harus diatasi dengan menggunakan cara yang ditekankan Islam. Diantaranya adalah dengan cara-cara berikut ini. Pertama : - Menghapuskan monopoli, kecuali oleh pemerintah, untuk bidang-bidang tertentu.
  • 11. - Menjamin hak dan kesempatan semua pihak untuk aktif dalam proses ekonomi, baik produksi, distribusi, sirkulasi maupun konsumsi. - Menjamin basic needs fulfillment ( pemenuhan kebutuhan dasar hidup ) setiap anggota masyarakat. - Melaksanakan amanah at-takaaful al-ijtima’I social economic security insurance dimana yang mampu menanggung dan membantu yang tidak mampu. Dengan cara itu, standar kehidupan setiap individu akan lebih terjamin. Sisi manusiawi dan kehormatan setiap individu akan lebih terjaga sesuai dengan martabatnya yang yang telah melekat pada manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi. Kedua : Islam membenarkan seorang memilih kekayaan lebih dari yang lain sepanjang kekayaan tersebut diperoleh secara benar dan yang bersangkutan telah menunaikan kewajibannya bagi kesejahteraan masyarakat, baik dalam bentuk zakat maupun amal kebajikan lain seperti infak dan sedekah. Meskipun demikian, Islam sangat menganjurkan golongan yang kaya untuk tetap tawadhu dan tidak pamer. Jika seluruh ajaran Islam (termasuk pelaksanaan syariah serta norma keadilan) diterapkan, kesenjangan kekayaan serta pendapatan yang mencolok tidak akan terjadi di dalam masyarakat. D. Kebebasan Individu dalam Konteks Kesejahteraan Sosial Pilar terpenting dalam keyakinan seorang muslim adalah kepercayaan bahwa manusia diciptakan oleh Allah. Ia tidak tunduk kepada siapa pun kecuali kepada Allah (ar-Ra’d : 36 dan Luqman : 32). Ini merupakan dasar bagi Piagam Kebebasan Islam dari segala bentuk perbudakan. Menyangkut hal ini Al Qur’an tegas menyatakan bahwa tujuan utama dari misi kenabian Muhammad adalah melepaskan manusia dari beban dan rantai yang membelenggunya (Al-A’raaf : 157). Konsep Islam amat jelas. Manusia dilahirkan merdeka. Karenanya, tidak ada seorang pun bahkan Negara manapun yang berhak mencabut kemerdekaan tersebut dan membuat hidup manusia terikat. Dalam konsep ini, setiap individu berhak menggunakan kemerdekaannya tersebut sepanjang tetap berada dalam kerangka norma-norma islami. Dengan kata lain, sepanjang kebebasan tersebut dapat dipertanggungjawabkan, baik secara sosial maupun dihadapan Allah. Kebebasan individu dalam kerangka etika Islam diakui selama tidak bertentangan dengan kepentingan sosial yang lebih besar atau sepanjang individu itu tidak melangkahi hak-hak orang lain.
  • 12. BAB III KESIMPULAN Islam membenarkan seorang memilih kekayaan lebih dari yang lain sepanjang kekayaan tersebut diperoleh secara benar dan yang bersangkutan telah menunaikan kewajibannya bagi kesejahteraan masyarakat, baik dalam bentuk zakat maupun amal kebajikan lain seperti infak dan sedekah. Meskipun demikian, Islam sangat menganjurkan golongan yang kaya untuk tetap tawadhu dan tidak pamer. Islam juga mendorong penganutnya berjuang untuk mendapatkan materi atau harta dengan berbagai cara, asalkan mengikuti rambu-rambu yang telah ditetapkan. Dilarang mencari harta, berusaha, atau bekerja yang dapat melupakan kematian (At-Takaatsur : 1 – 2), melupakan dzikrullah (tidak ingat kepada Allah dengan segala ketentuan-Nya ) (Al- Munaafiquun ; 9), melupakan shalat dan zakat (an-Nuur ; 37), dan memutuskan kekayaan hanya pada sekelompok orang kaya saja (al-Hasyr : 7). Konsep Islam amat jelas. Manusia dilahirkan merdeka. Karenanya, tidak ada seorang pun bahkan Negara manapun yang berhak mencabut kemerdekaan tersebut dan membuat hidup manusia terikat. Dalam konsep ini, setiap individu berhak menggunakan kemerdekaannya tersebut sepanjang tetap berada dalam kerangka norma-norma islami. Dengan kata lain, sepanjang kebebasan tersebut dapat dipertanggungjawabkan, baik secara sosial maupun dihadapan Allah. Kebebasan individu dalam kerangka etika Islam diakui selama tidak bertentangan dengan kepentingan sosial yang lebih besar atau sepanjang individu itu tidak melangkahi hak-hak orang lain
  • 13. DAFTAR PUSTAKA Ash-Shadiq Abdurrahman Al-Ghayarni. 2004. Fatwa-fatwa Muamalah Kontemporer. Pustaka Progressif: Surabaya. Ahmad M Saepudin. 1987. Ekonomi dan Masyarakat Dalam Perspektif IslamI. Rajawali Pers: Jakarta. Ali Sakti. 2007. Ekonomi Islam. Aqsa Publishing: Jakarta. Haroen Nasrun . 2000. Fiqh Muamalah. Gaya Media Pratama: Jakarta. http://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_syariah