1. 1
MATERI KAJIAN KHUSUS TIAP SENIN BAKDA MAGHRIB
AKHLAQ QUR’ANI
MASJID BETENG BINANGUN KADIPATEN WETAN YOGYAKARTA
Tafsir QS Âli 'Imrân/3: 186
Setiap Muslim Akan Menghadapi Ujian dan Cobaan
Nash (Teks) Ayat Quran
“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga)
kamu benar-benar akan mendengar dari orang-orang yang diberi al-Kitab sebelum
kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak
yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang
demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan. “ (QS Âli 'Imrân/3 : 186)
Tafsîr al-Mufradât
: Kamu sungguh-sungguh akan diuji. Maksudnya: “kamu akan
diuji dengan perintah Allah untuk mengeluarkan nafkah-
nafkah wajib dan yang sunat serta terancam hilang harta
untuk (berjuang) di jalan Allâh . (Kamu juga akan diuji)
pada jiwa-jiwamu, dengan kewajiban berjihad jihad di jalan
Allah, atau tertimpa penyakit yang tidak ringan.
: Gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Maksudnya:
“celaan terhadap kalian, agama, Kitab dan Rasul kalian”.
: Urusan yang patut diutamakan. Maksudnya: “perkara yang
harus didahulukan dan diraihnya dengan dengan semata
berlomba-lomba
Sabab a-Nuzûl
Ayat ini diturunkan berhubungan dengan kisah yang terjadi di
pemukiman al-Hârits bin al-Khazraj (Madinah) sebelum perang Badar.
Kaum Muslimin ketika itu sedang berkumpul dengan kaum musyrikin dan
orang-orang Yahudi. Datanglah Rasûlullâh Shallallaâhu ‘alaihi wa sallam ke
tempat itu dan memberi salam. Di majlis tersebut, ada 'Abdullâh bin Ubay
bin Salûl, dia berkata, "Janganlah kalian mengotori kami!" Rasûlullâh
2. 2
Shallallaâhu ‘alaihi wa sallam pun mengajak mereka untuk masuk ke dalam
Islam dan membacakan al-Qur'ân kepada mereka. 'Abdullâh bin Ubay
menyahut, "Wahai lelaki! Apa yang engkau katakan bukanlah sesuatu yang
bagus. Jika itu adalah sesuatu yang haq, maka janganlah kamu mengganggu
kami dengan perkataan itu! Kembalilah ke hewan tungganganmu! Barang
siapa mendatangimu, maka ceritakanlah perkataan itu!"
Perkataan itu sangat menyakitkan hati kaum muslimin, sehingga
terjadilah pertengkaran di majlis itu antara mereka dengan orang-orang kafir.
Akhirnya, Rasûlullâh Shallallaâhu ‘alaihi wa sallam menenangkan mereka.
Setelah mereka tenang, Rasûlullâh Shallallaâhu ‘alaihi wa sallam pun
kembali ke tunggangannya dan pergi. Setelah itu, Allâh menurunkan ayat
ini yang berisi perintah untuk bersabar atas gangguan-gangguan orang-orang
kafir.1
Tafsir Ringkas
Syaikh 'Abdurrahmân as-Sa'di berkata, "Allâh mengabarkan dan
mengatakan kepada kaum Mukminin bahwa mereka akan diuji pada harta
mereka melalui (perintah untuk) mengeluarkan nafkah-nafkah wajib dan
yang sunat serta terancam hilang harta untuk (berjuang) di jalan Allâh .
(Mereka juga akan diuji) pada jiwa-jiwa mereka dengan diberi berbagai
beban berat bagi banyak orang, seperti jihad di jalan Allah atau tertimpa
penyakit.
(Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-
orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang
mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati)
berupa celaan terhadap kalian, agama, Kitab dan Rasul kalian … oleh
karena itu, Allâh berkata, 'Jika kamu bersabar dan bertakwa' maksudnya,
jika kalian bersabar atas segala kejadian pada harta dan diri kalian berupa
ujian, cobaan dan gangguan dari orang-orang zhalim, serta kalian dapat
bertakwa kepada Allâh dalam kesabaran itu dengan niat mengharap wajah
Allâh dan mendekatkan diri kepada-Nya, dan kalian tidak melampaui batas
kesabaran yang ditentukan oleh syariat, maksudnya tidak boleh bersabar atau
menahan diri pada saat syari’at mengharuskan membalas perlakuan musuh-
musuh Allâh. (Maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang
patut diutamakan) artinya itu termasuk perkara yang harus didahulukan dan
diraihnya dengan berlomba-lomba. Tidak ada yang diberi taufik untuk dapat
melakukan ini kecuali orang-orang yang memiliki tekad kuat dan semangat
tinggi. Allah berfirman, (artinya): 'Sifat-sifat yang baik itu tidak
dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak
dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan
1
Penulis meringkas dengan bahasa bebas dari Shahîh al-Bukhâriy, hadits no.
4577.
3. 3
yang besar.2
/3
' ."
Ujian Adalah Sunnah Kauniyah Pada Setiap Muslim
Allâh berfirman:
“Kamu benar-benar akan diuji pada hartamu dan dirimu.” (QS Âli 'Imrân/3: 186)
Ujian adalah sunnah kauniyah (ketetapan Allâh yang pasti terjadi)
bagi setiap Muslim. Seorang Muslim tidak mungkin mengelak dari ujian
tersebut. Oleh karena itu, Allâh memberi penekanan pada firman-Nya َّنُوَلْبُتَل
dengan menggunakan dua huruf (yaitu huruf lam dan nun yang bertasydid,
sehingga makna kalimat tersebut, kamu sungguh sungguh atau benar-benar
akan diuji)."4
Ibnu Katsîr berkata, "Firman Allâh (yang artinya), “Kamu sungguh-
sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu”, seperti firman-Nya (yang
artinya): Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan 'Inna lillâhi wa innâ ilaihi râji'ûn'5
.
Seorang mukmin pasti akan diuji pada harta, jiwa, anak dan keluarganya."6
Allâh juga berfirman:
“Demikianlah, apabila Allâh menghendaki niscaya Allâh akan membinasakan
mereka, tetapi Allâh hendak menguji sebagian kamu dengan sebagian yang lain.”
(QS Muhammad/47: 4)
2
QS Fushshilat/41: : 35.
3
As-Sa’di, Taisîrul Karîmir Rahmân fî Tafsîr Kalâmil Mannân, hal. 160
4
Ibnu 'Âsyûr berkata, "Allah memberi penekanan pada kata kerja ini
dengan lâm al-qasam dan nûn at-taukîd asy-syadîdah untuk menunjukkan bahwa ujian
itu akan benar-benar terjadi. Karena nûn at-taukîd asy-syadîdah (bertasydid) lebih kuat
dari segi pendalilan daripada (nûn) at-taukîd al-khafîfah (yang sukun)." (At-Tahrîr wat
Tanwîr, juz IV, hal. 189)
5
QS al-Baqarah/2: 155-156.
6
Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur'ân al-'Azhîm, juz II, hal. 179.
4. 4
Rasûlullâh Shallallaâhu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Demi yang jiwaku berada di tangannya! Dunia ini tidak akan fana, kecuali setelah
ada seseorang yang melewati sebuah kuburan dan merenung lama di dekatnya seraya
berkata, 'Seandainya aku dulu seperti penghuni kubur ini.” Bukan agama yang
mendorong dia melakukan ini namun hanya ujian saja."7
Kekokohan Iman dan Kadar Ujian Selalu Berbanding Lurus
Semakin kuat iman seseorang, maka ujian yang akan diberikan oleh
Allâh akan semakin besar. Rasûlullâh Shallallaâhu ‘alaihi wa sallam pernah
ditanya oleh Sa'd bin Abî Waqqâsh radhiyallâhu anhu:
“Ya Rasûlullâh! Siapakah yang paling berat ujiannya?" Beliau menjawab, "Para
Nabi kemudian orang-orang yang semisalnya, kemudian orang yang semisalnya.
Seseorang akan diuji sesuai kadar (kekuatan) agamanya. Jika agamanya kuat, maka
ujiannya akan bertambah berat. Jika agamanya lemah maka akan diuji sesuai kadar
kekuatan agamanya.”8
Beliau Shallallaâhu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda:
7
HR Muslim dari Abu Hurairah, Shahîh Muslim, juz VII, hal. 182, hadits
no. 7486.
8
HR at-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, IV, 601, hadits no. 2398; Ahmad bin
Hanbal, Musnad Ahmad Ibn Hanbal, juz I, hal. 172, hadits no. 1481; Ibnu Mâjah,
Sunan Ibn Mâjah, juz V, hal. 152, hadits no. 4023, dari Anas bin Malik.
5. 5
“Sesungguhnya besarnya pahala tergantung dengan besarnya ujian. Sesungguhnya,
apabila Allâh mencintai suatu kaum, maka Dia akan mengujinya. Siapa yang ridha
dengan ujian itu, maka ia akan mendapat keridhaan-Nya. Siapa yang membencinya
maka ia akan mendapatkan kemurkaan-Nya.”9
Mengapa Allâh Mengabarkan Bahwa Ujian Ini Pasti Akan Terjadi?
Ada beberapa faedah yang bisa dipetik dari berita tentang kepastian
ujian pada kita, di antaranya:
1. Kita akan mengetahui bahwa ujian tersebut mengandung hikmah
Allâh . Yakni, dapat dibedakan siapa Muslim yang imannya benar
dengan yang tidak.
2. Kita akan mengetahui bahwa Allâhlah yang menakdirkan semua ini.
3. Kita bisa bersiap-siap untuk menghadapi ujian itu dan akan bisa
bersabar serta akan merasa lebih ringan dalam menghadapinya.10
(10)
Ujian Tidak Hanya Dengan Sesuatu Yang Buruk
Allâh tidak hanya menguji seseorang dengan sesuatu yang buruk. Akan
tetapi, juga menguji seseorang dengan sesuatu yang baik. Allâh berfirman:
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu
dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya).
Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan (al-Anbiyâ'/21 : 35)
Terkadang seorang Muslim apabila ditimpa dengan musibah dan kesusahan,
ia sanggup bersabar.Namun, begitu diberi kenikmatan yang berlebih,
terkadang ia tidak bisa lulus dari ujian tersebut. 'Abdurrahmân bin 'Auf
radhiyallâhu anhu pernah berkata:
9
HR at-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, IV, 601, hadits no. 2396; Ibnu Mâjah,
Sunan Ibn Mâjah, juz V, hal. 159, hadits no. 4031, dari Sa’ad bin Abu Waqqash.
10
Lihat Taisîr Al-Karîm Ar-Rahmân fî Tafsîr Kalâm Al-Mannân, hal. 160.
6. 6
“Kami diuji dengan kesusahan-kesusahan (ketika) bersama Rasûlullâh Shallallaâhu
‘alaihi wa sallam dan kami dapat bersabar. Kemudian kami diuji dengan
kesenangan-kesenangan setelah beliau wafat dan kami pun tidak dapat bersabar.”11
Ujian Adalah Rahmat Dari Allâh
Ujian yang diberikan oleh Allâh adalah rahmat (kasih sayang)
Allah kepada seluruh manusia terlebih lagi untuk kaum Muslimin
Allâh berfirman:
“Dan sesungguhnya kami benar-benar akan menguji kamu agar kami mengetahui
orang-orang yang berjihad dan yang bersabar di antara kamu, dan agar kami
menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.” (QS Muhammad/47: 31)
Dengan adanya ujian itu, akan tampak orang yang benar-benar
beriman dengan yang tidak. Ini adalah rahmat dari Allâh . Allâh berfirman:
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: 'Kami
Telah beriman', sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS al-'Ankabût/29: 2)
Ujian Lain Yang Lebih Berat
Ternyata ada ujian yang lebih berat dari ujian pada harta dan jiwa.
Allâh berfirman:
“Dan (juga) kamu benar-benar akan mendengar gangguan yang banyak yang
11
HR. at-Tirmidzi dari ‘Abdurrahman bin ‘Auf, Sunan at-Tirmidzi, juz IV,
hal. 642, hadits no. 2464 (Hadits Hasan).
7. 7
menyakitkan hati dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-
orang yang mempersekutukan Allâh.” (QS Âli 'Imrân/3: 186)
Dengan penggalan ayat di atas, dapat diketahui ujian yang lebih
berat daripada ujian yang telah disebutkan. Ujian yang lebih berat dari hal-
hal tersebut adalah ujian yang menimpa agama (keyakinan) kita. Kalau kita
memperhatikan makna ayat yang kita bahas ini, maka kita akan menemukan
bahwa Allâh telah mengurutkan ujian-ujian tersebut mulai dari yang cobaan
yang lebih ringan dan dilanjutkan ke cobaan yang lebih berat. Ujian pada
harta lebih ringan daripada ujian pada jiwa. Ujian pada jiwa lebih ringan
daripada ujian pada agama. Seseorang bisa saja memiliki harta yang
melimpah dan badan yang sehat, tetapi jika dia keluar dari agama Islam
karena tidak tahan menghadapi cemoohan, gangguan serta teror orang-orang
kafir. Ini merupakan satu bentuk kerusakan yang sangat besar baginya, baik
di dunia maupun di akhirat.
Orang-Orang Kafir Tidak Akan Berhenti Mengganggu Kaum Muslimin
Gangguan dari orang-orang kafir, baik berupa ejekan maupun
gangguan fisik, pasti akan terus ada.
Allâh berfirman:
“Sebagian besar Ahli kitab karena kedengkian mereka menginginkan agar mereka
dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, setelah nyata
bagi mereka kebenaran.” (QS al-Baqarah/2: 109)12
Cara Menghadapi Segala Ujian
Allâh tidak akan membiarkan hamba-hamba-Nya terbengkalai,
tidak terurus. Oleh karena itu, Allâh mengajarkan kepada kaum Muslimin
bagaimana cara menghadapi ujian tersebut. Allâh berfirman:
“Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk
12
Lihat juga QS al-Baqarah/2: 120.
8. 8
urusan yang patut diutamakan.” (QS Âli 'Imrân/3: 186)
Menghadapi semua ujian harus dengan kesabaran dan ketakwaan.
Hukum bersabar dan bertakwa dalam menghadapi ujian bukan sunat, tetapi
sesuatu yang wajib dikerjakan oleh seluruh orang Muslim. Setidaknya,
dalam al-Qur'ân ada enam tempat di mana Allâh menggabungkan kata
kesabaran dan ketakwaan dalam konteks yang sama. Yaitu, dalam QS Ali
'Imrân/3: 118, 125, dan 186, dalam QS Yûsuf/12: 90, dalam QS an-
Nahl/16: 125 hingga 128 dan QS Thâhâ/20: 132.13
Ini menunjukkan bahwa
kesabaran memiliki hubungan yang sangat erat dengan ketakwaan.
Hasil Yang Didapatkan Dengan Bersabar
Orang yang dapat bersabar menghadapi semua ujian akan
memperoleh hal-hal yang terpuji, di antaranya14
:
1. Dia akan mendapatkan pahala seperti para nabi yang memiliki
keteguhan hati (ulul-'azm).15
2. Dia akan mendapatkan keberkatan yang sempurna, rahmat dan
petunjuk dari Allah. Allâh berfirman yang artinya: "Mereka itulah
yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabb
mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk."
(QS al-Baqarah/2: 157)
3. Dia akan mendapatkan keuntungan yang sangat besar. Allâh
berfirman yang artinya: "Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan
melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan
melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang
besar" (QS Fushshilat/41: 35)
4. Dia akan mendapatkan pahala tanpa batas. Allâh berfirman yang
artinya: "Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang
dicukupkan pahala mereka tanpa batas." (QS az-Zumar/39 : 10)
5. Dosa-dosanya akan diampuni oleh Allâh . Rasûlullâh Shallallaâhu
‘alaihi wa sallam bersabda:
“Ujian itu akan selalu menimpa seorang hamba sampai Allâh membiarkannya
13
Lihat: Ibnu Taimiyah, Daqâiqut Tafsîr al-Jâmi' li Tafsîr, juz II, hal. 299-300.
14
Poin ke-2 sampai ke-4 dari Adhwâ'ul Bayân, juz I, hal. 187.
15
Lihat At-Tahrîr wat Tanwîr, juz IV, hal. 190.
9. 9
berjalan di atas bumi dengan tidak memiliki dosa.”16
Kesimpulan
Tak seorang pun manusia, termasuk di dalamnya setiap muslim,
yang ‘luput’ (terhindar) dari ujian kehidupan dalam berbagai ragam
bentuknya. Semuanya merupakan sunnah kauniyyah yang tak pernah usai.
Berkaitan dengan ujian itu, Allâh memerintahkan kepada setiap
orang yang beriman agar bersabar, dan tak berhenti untuk meningkatkan
ketakwaannya – sebagai bukti dari sikap syukurnya kepada Allah -- dalam
rangka untuk menghadapi setiap ujian yang terjadi.
Hanya dengan kesabaran dan peningkatan ketakwaan – yang
merupakan bagian dari ekspresi sikap syukur -- itulah setiap orang yang
beriman ‘bisa’ diharapkan akan ‘lulus’ dalam menghadapi setiap ujian,
kapan pun, di mana pun dan apa pun bentuk ujian yang harus dihadapinya.
Nasrun minallâh wa fathun qarîb.
Yogyakarta, 29 Desember 2014
16
HR at-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, juz IV, 601, hadits no.2398; An-Nasâ'i,
As-Sunan al-Kubrâ, juz VII, hal. 46, hadits no. 7482 dan Ibnu Mâjah, Sunan Ibn
Mâjah, juz V, hal. 152, hadits no. 4023, dari Sa’ad bin Abi Waqqash (Hadits Shahîh)