Penulisan kata dan kata turunan harus mengikuti aturan yang jelas agar tidak menimbulkan kesalahpahaman. Aturan tersebut meliputi penulisan kata dasar, imbuhan, gabungan kata, kata ganti, depan/preposisi, dan lainnya. Pembelajaran bahasa di sekolah sangat penting untuk melestarikan bahasa Indonesia yang asli.
4. Penulisan kata
Berikut adalah ringkasan pedoman umum penulisan kata.
1. Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Contoh: Ibu percaya bahwa engkau tahu.
2. Kata turunan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasar. Contoh: bergeletar, dikelola.
2. Jika kata dasar berbentuk gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang
langsung mengikuti atau mendahuluinya. Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas.
Contoh: bertepuk tangan, garis bawahi
3. Jika kata dasar berbentuk gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan
ditulis serangkai. Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas. Contoh: menggarisbawahi,
dilipatgandakan.
4. Jika salah satu unsur gabungan hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata ditulis serangkai.
Contoh: adipati, mancanegara.
5.Jika kata dasar huruf awalnya adalah huruf kapital, diselipkan tanda hubung. Contoh: non-Indonesia.
5. 3.Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung, baik yang berarti tunggal
(lumba-lumba, kupu-kupu), jamak (anak-anak, buku-buku), maupun yang berbentuk berubah beraturan
(sayur-mayur, ramah-tamah).
4.Gabungan kata atau kata majemuk
1.Gabungan kata, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah. Contoh: duta besar, orang tua, ibu kota,
sepak bola.
2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat
ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian. Contoh: alat pandang-dengar, anak-istri
saya.
3. Beberapa gabungan kata yang sudah lazim dapat ditulis serangkai. Lihat bagian Gabungan kata
yang ditulis serangkai.
5.Kata ganti (kau-, ku-, -ku, -mu, -nya) ditulis serangkai. Contoh: kumiliki, kauambil, bukumu, miliknya.
6.Kata depan atau preposisi (di, ke, dari) ditulis terpisah, kecuali yang sudah lazim seperti kepada,
daripada, keluar, kemari, dll. Contoh: di dalam, ke tengah, dari Surabaya.
6. 7. Artikel si dan sang ditulis terpisah. Contoh: Sang harimau marah kepada si kancil.
8.Partikel
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai. Contoh: bacalah, siapakah, apatah.
2. Partikel -pun ditulis terpisah, kecuali yang lazim dianggap padu seperti adapun, bagaimanapun, dll.
Contoh: apa pun, satu kali pun.
3. Partikel per- yang berarti "mulai", "demi", dan "tiap" ditulis terpisah. Contoh: per 1 April, per helai.
9.Singkatan dan akronim.
10.Angka dan bilangan.
7. Kata turunan
Secara umum, pembentukan kata turunan dengan imbuhan mengikuti aturan penulisan kata yang ada
di bagian sebelumnya. Berikut adalah beberapa informasi tambahan untuk melengkapi aturan tersebut.
Jenis imbuhan
Jenis imbuhan dalam bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menjadi:
Imbuhan sederhana; hanya terdiri dari salah satu awalan atau akhiran.
Awalan: me-, ber-, di-, ter-, ke-, pe-, per-, dan se-
Akhiran: -kan, -an, -i, -lah, dan -nya
8. Imbuhan gabungan; gabungan dari lebih dari satu awalan atau akhiran.
ber-an
di-kan dan di-i
diper-kan dan diper-i
ke-an dan ke-i
me-kan dan me-i
memper-kan dan memper-i
pe-an
per-an
se-an
ter-kan dan ter-i
Imbuhan spesifik; digunakan untuk kata-kata tertentu (serapan asing).
Akhiran: -man, -wan, -wati, dan -ita.
Sisipan: -in-,-em-, -el-, dan -er-.
9. Awalan me-
Pembentukan dengan awalan me- memiliki aturan sebagai berikut:
1. tetap, jika huruf pertama kata dasar adalah l, m, n, q, r, atau w. Contoh: me- + luluh → meluluh, me- + makan →
memakan.
2. me- → mem-, jika huruf pertama kata dasar adalah b, f, p*, atau v. Contoh: me- + baca → membaca, me- + pukul
→ memukul*, me- + vonis → memvonis, me- + fasilitas + i → memfasilitasi.
3. me- → men-, jika huruf pertama kata dasar adalah c, d, j, atau t*. Contoh: me- + datang → mendatang, me- + tiup
→ meniup*.
4. me- → meng-, jika huruf pertama kata dasar adalah huruf vokal, k*, g, h. Contoh: me- + kikis → mengikis*, me- +
gotong → menggotong, me- + hias → menghias.
5. me- → menge-, jika kata dasar hanya satu suku kata. Contoh: me- + bom → mengebom, me- + tik → mengetik, me-
+ klik → mengeklik.
6. me- → meny-, jika huruf pertama adalah s*. Contoh: me- + sapu → menyapu*.
10. Huruf dengan tanda * memiliki sifat-sifat khusus:
1. Dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf vokal. Contoh: me- + tipu → menipu, me- + sapu →
menyapu, me- + kira → mengira.
2. Tidak dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf konsonan. Contoh: me- + klarifikasi →
mengklarifikasi.
3. Tidak dilebur jika kata dasar merupakan kata asing yang belum diserap secara sempurna. Contoh: me- +
konversi → mengkonversi.
Aturan khusus
Ada beberapa aturan khusus pembentukan kata turunan, yaitu:
ber- + kerja → bekerja (huruf r dihilangkan)
ber- + ajar → belajar (huruf r digantikan l)
pe + perkosa → pemerkosa (huruf p luluh menjadi m)
pe + perhati → pemerhati (huruf p luluh menjadi m)
11. KESIMPULAN
Dalam penulisan makalah ini salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah penulisan kata maupun
kalimat yang tepat. Dengan penulisan kata yang tepat maka pembaca tidak akan mengalami salah tafsir
terhadap kata dasar yang telah diberi imbuhan dan isi dari tulisan tersebut dapat tersalurkan kepada
pembaca, sehingga tujuan penulis dapat tersampaikan ke pembaca.
SARAN
Bahasa Indonesia tidak akan tetap terjaga apabila tidak diadakan pusat bahasa dan balai bahasa serta
tempat pelatihan dan pengajaran tentang tata bahasa. Maka pembelajaran bahasa disetiap kampus dan
pada setiap jenjang pendidikan nyata diperlukan karena akan membantu memelihara kesucian dan
keaslian bahasa, agar selalu tehindar dari kontaminasi budaya bahasa asing.