2. Mengapa Suatu Negara Perlu Berdagang ?
Dengan berdagang suatu negara akan memperoleh
keuntungan (gain from trade), berupa kenaikan standard
hidup karena naiknya produktivitas, efisiensi dan adanya
spesialisasi sehingga dapat memperbanyak output yang
tersedia (yang dihasilkan).
Negera akan cendrung untuk melakukan spesialisasi pada
barang yang dapat dihasilkan dgn menggunakan faktor
produksi yang dimiliki dalam jumlah besar, dengan
kombinasi yg paling efisien dan kemudian ditukar dgn barang
lain yang kalau dihasilkan sendiri kurang efisien.
3. Akan tetapi ada beberapa pendapat negatif terhdp
perdagangan internasional,dgn alasan :
1. Suatu bangsa yg tergantung pada penawaran
barang dari negara lain akan mengalami
kesulitan apabila terjadi perang.
2. Perdagangan internasional dapat merupakan
sumber ketidakstabilan dan sangat
mempengaruhi perencanaan ekonomi.
3. Perdagangan internasional dapat menimbulkan
kerugian bagi industri-industri dalam negeri yg
hasil produksinya mendapat saingan dari
barang impor.
4. Namun demikian, terutama pada abad 19, perdagangan
internasional merupakan “engine of growth” (mesin
penggerak pertumbuhan ekonomi). Dan muncullah teori-
teori perdagangan internasional, seperti teori Pra Klasik
(Merkantilisme), Klasik (Adam Smith, David Ricardo dan
John Stewart Mill) dan Teori Modern (H-O/Eli Heckscher
dan Bertil Ohlin dan disingkat dengan Heckscher – Ohlin
atau H - O, G. Harberler dan lain-lain).
1. Teori Pra Klasik (Merkantilisme – yang mengutamakan
perdagangan internasional dengan campur tagan
pemerintah/regulated trade)
(sudah dijelaskan kuliah sebelumnya)
5. 2. Teori Klasik (Adam Smith – Keuntungan Mutlak)
Adam Smith mengkritik campur tangan pemerintah dlm
perdagangan internasional menurut Merkantilisme
(perdagangan tidak bebas/regulated trade) dan
menunjukkan kelebihan perdagangan bebas/free trade,
karena akan muncul pembagian kerja internasional yang
dapat memperluas pasar bagi barang-barang yang
diproduksi. Dengan adanya spesialisasi internasional ini
maka produksi dan konsumsi barang-barang dan jasa-jasa
dapat meningkat karena negara-negara menekankan
produksinya pada barang-barang tertentu yang sesuai
dengan keuntungan (baik yang dikembangkan maupun
yang alamiah/keuntungan absolut/mutlak) yang dimiliki.
6. Keuntungan disini dapat diukur dari jam atau hari kerja
yang diperlukan untuk memproduksi barang tersebut.
Suatu negara dikatakan mempunyai keuntungan mutlak
dalam memproduksi suatu jenis barang tertentu apabila
negara terebut dapat memproduksi barang tersebut
dengan jam/hari kerja yang lebih sedikit dibandingkan
kalau barang tersebut diproduksi oleh negara lain.
Keuntungan mutlak (absolute advantage ) adalah
keuntungan yang diperoleh suatu negara dari melakukan
spesialisasi dalam kegiatan menghasilkan produksi pada
barang-barang yang efisiensinya lebih tinggi dari negara
lain.
Untuk jelasnya dpt dilihat pada Contoh/Tabel berikut ini :
7. Mengapa Suatu Negara Perlu Berdagang ?
Karena ingin mendapatkan keuntungan/gain from trade
(misalnya keuntungan mutlak)
Keuntungan Mutlak dari Adam Smith
(jam Kerja per Satuan Output)
Negara Radio Kain Dasar Tukar Dalam Negeri
Indonesia
Jepang
4 jam/buah
3 jam/buah
1/10 jam/meter
1/5 jam/meter
1 Radio = 40 meter Kain
1 Radio = 15 meter Kain
8. Tabel di atas menunjukkan bahwa Indonesia dan Jepang
memproduksi dua macam barang, yaitu Radio dan Kain.
Di Indonesia, waktu yang diperlukan untuk memproduksi
satu radio adalah 4 jam dan untuk menghasilkan kain
diperlukan waktu 1/10 jam setiap meternya (6 menit) atau
satu jam dapat diproduksi 10 meter kain. Jadi untuk
setiap 4 jam di Indonesia dapat menghasilkan sebuah
radio atau kalau waktu empat jam itu digunakan untuk
membuat kain maka dapat dihasilkan 40 meter kain.
Dengan demikian nilai sebuah radio di Indonesia sama
dengan 40 meter kain (DTD/DTDN).
9. Di lain pihak di Jepang, sebuah radio dapat diproduksi
dalam waktu 3 jam dan setiap meter kain yang diproduksi
memerlukan waktu 1/5 jam (12 menit) atau 15 meter
setiap 3 jam. Jadi dasar tukar antara radio dan kain di
Jepang adalah satu radio sama dengan 15 meter kain
(DTD/DTDN).
Menurut teori keuntungan mutlak dari Adam Smith
sebaiknya Indonesia melakukan spesialisasi dalam
memproduksi kain dan Jepang berspesialisasi dalam
memproduksi radio. Kalau seandainya Dasar Tukar
Internasional (DTI) 1 Radio = 20 meter kain, apa yang
terjadi ?
10. David Ricardo melihat ada kelemahan pada teori Adam
Smith, katanya Adam Smith tidak mempersoalkan
tentang kemungkinan adanya suatu negara yg tidak
mempunyai keunggulan mutlak sama sekali. Jg Smith tdk
menjelaskan berapa dasar tukar internasional yang akan
terjadi jika negara-negara tersebut melakukan
perdagangan, dan Ricardo mencoba untuk
memperbaikinya.
Menurut Ricardo setiap nilai suatu barang yang
dihasilkan ditentukan oleh ongkos tenaga kerja yg
diperlukan untuk membuat barang tsb. Setiap negara
cendrung untuk melakukan spesialisasi dan mengekspor
barang-barang yg mempunyai ongkos komparatif yang
terkecil.
11. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut
Ongkos Komparatif dari David Ricardo
(hari Kerja per Satuan Output)
Negara Anggur Kain Dasar Tukar Dalam Negeri
Portugis
Inggris
2 hari
6 hari
4 hari
5 hari
1 unit kain = 2 unit anggur
1 unit kain = 0,833 unit anggur
12. Dari contoh di atas teori keuntungan mutlak Adam Smith
tdk dpt menjelaskan bagaimana perdagangan antara
Pertugis dengan Inggris dapat terjadi karena semua
keuntungan mutlak untuk memproduksi kedua macam
barang dimiliki oleh Portugis.
Menurut Ricardo, meskipun Inggris tidak memiliki
keuntungan mutlak akan tetapi memiliki keuntungan
komparatif dalam memproduksi kain.
13. Ongkos untuk memproduksi kain di Inggris adalah 5/4
nya di Portugis dan ongkos untuk memproduksi anggur
di Inggris adalah 6/2 nya di Portugis. Artinya ongkos
membuat anggur di Inggris sangat mahal, yaitu 3 kali
lipat ongkos pembuatan di Portugis. Sedangkan ongkos
untuk memproduksi kain di Inggris 1,25 kalinya ongkos di
Portugis. Atau dapat dikatakan bahwa di Inggris ongkos
komparatif untuk membuat kain labih murah dari ongkos
komparatif membuat anggur.
14. Dasar tukar dalam negeri (DTD/DTDN) untuk Inggris
adalah 1 unit kain = 0,833 unit anggur dan di Portugis 1
unit kain = 2 unit anggur. Jadi perdagangan mungkin
dilakukan oleh kedua negara. Inggris akan
berspesialisasi dalam membuat kain dan Portugis
membuat anggur.
Berdasarkan anggapan dari Ricardo bahwa dasar tukar
internasional (DTI) adalah 1 : 1, yang artinya 1 unit kain
buatan Inggris dapat ditukarkan dengan 1 unit anggur
Portugis, maka perdagangan masih memberi keuntungan
bagi kedua negara.
15. Jadi menurut Ricardo setiap negara dapat mengekspor
barang-barang yang mempunyai ongkos komparatif yang
lebih rendah tanpa memperhatikan apakah barang-
barang tersebut memiliki keuntungan mutlak atau tidak.
Disamping itu ia menganggap bhw dasar tukar
internasional yang terjadi adalah 1 : 1.
Akan tetapi JS. Mill melihat ada kelemahan teori David
Ricardo ini, yaitu bagaimana kalau seandainya dasar
tukar internasional (DTI) tdk 1 : 1, bahkan lebih dari 1 :
1. David Ricardo tidak bisa jawab dan munculah teori JS.
Mill tentang keuntungan berbanding, seperti contoh
berikut.
16. Keuntungan Komparatif dari JS Mill
(hari kerja per Satuan Output)
Negara Anggur Kain Dasar Tukar Dalam Negeri
Portugis
Inggris
2 hari
3 hari
4 hari
4 hari
1 unit kain = 2 unit anggur
1 unit kain = 1,33 unit anggur
17. Keutungan berbanding (Comparative Advantage) adalah
keuntungan yang diperoleh suatu negara dr melakukan
spesialisasi dalam menghasilkan barang yang
mempunyai harga-harga relatif yang lebih rendah
daripada di negara lain.
Tabel di atas menunjukkan bahwa satu unit kain di
Portugis dapat ditukarkan dengan dua unit anggur. Di
Inggris satu unit kain dapat ditukarkan dengan 1,33 unit
anggur.
18. Kalau perdagangan dilakukan dgn dasar tukar
internasional (DTI) 1 : 1 dan Inggris berspesialisasi
dalam membuat kain sedangkan anggur oleh Portugis,
maka perdagangan kedua negara itu tdk akan
menguntungkan Inggris, karna setiap unit kain yang
dibuat hanya dapat ditukarkan dengan satu unit anggur
buatan Portugis, pd hal dalam negeri Inggris setiap unit
kain dapat ditukar dengan 1,33 unit anggur. Jadi
perdagangan tidak mungkin dilakukan atas dasar
anggapan bahwa dasar tukar internasionalnya 1 : 1.
19. Menurut Mill, dasar tukar internasional tidak perlu 1 : 1,
asalkan masih berada diantara dasar tukar dalam negeri
(DTD/DTDN) kedua negara, maka perdagangan masih
menguntungkan kedua negara. Misal sekarang dasar
tukar internasional (DTI)adalah 1 unit kain = 1,8 unit
anggur. Kalau Inggris berspesialisasi dlm memproduksi
kain sedangkan Portugis memproduksi anggur, maka
perdagangan yang dilakukan akan menguntungkan
kedua belah pihak. Mengapa jelaskan .... ?
20. CONTOH LAIN
1. ABSOLUTE ADVANTAGE DARI ADAM SMITH
Dlm kritikannya, Adam Smith mengemukakan teori
absolute advantage sbb: Setiap negara akan memperoleh
manfaat perdagangan internasional (gain from trade) karena
melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang
jika negara tersebut memiliki keunggulan mutlak (absolute
advanage), serta mengimpor barang jika negara tersebut
memiliki ketidakunggulan mutlak (absolute disadvantage),
secara matematis dapat diilustrasikan dengan data hipotetis
sbb :
22. Teori Adam Smith didasarkan Pada asumsi :
1. Faktor produksi yang digunakan hanya
tenaga kerja
2. Kualitas barang yang diproduksi kedua
negara sama
3. Pertukaran dilakukan secara barter
4. Biaya transpor diabaikan
Berdasarkan ilustrasi di atas dapat diketahui bhw tenaga
kerja di Indonesia memiliki keunggulan absolut dlm
memproduksi teh (12Kg), sedangkan Cina memiliki
keungulan absolut dalam produksi sutra (8 meter).
23. Jika Indonesia dan Cina tidak melakukan perdagangan
luar negeri (ekpor dan impor) maka berdasarkan DTDN
(Dasar Tukar Dalam Negeri) antara produsen teh dan
sutra kedua negara itu akan menjadi sbb :
Di Indonesia :
1 kg teh dinilai sama dengan 1/4 meter sutra
1 meter sutra dinilai sama dengan 4 kg teh
Di Cina
1 kg teh dinilai sama dengan 2 meter sutra
1 meter sutra dinilai sama dengan ½ kg teh.
24. Berdasarkan DTDN di atas dapat dilihat sbb :
1. Harga 1 kg teh di Indonesia lebih murah
(hanya 1/4 sutra) dibandingkan di Cina yang
lebih mahal (yaitu 2 meter sutra).
2. Sebaliknya, harga 1 meter sutra di Cina lebih
murah (hanya 1/2 kg teh) dibandingkan dgn
di Indonesia yang lebih mahal (yaitu 4 kg teh)
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan sbb :
1. Indonesia memiliki keunggulan absolut dalam
produksi teh sehingga akan melakukan
spesialisasi produksi dan ekspor teh ke Cina.
Sebaliknya Indonesia akan mengimpor sutra dari
Cina.
25. 2. Cina memiliki keunggulan absolut dalam
produksi sutra sehingga akan melakukan
spesialisasi produksi dan ekspor sutra ke
Indonesia. Sebaliknya, Cina mengimpor teh
dari Indonesia.
Manfaat dari spesialisasi produksi :
1. Dengan spesialisasi dan mengekspor 1 kg teh
ke Cina, Indonesia akan mendapat 2 m sutra,
sedangkan di dalam negeri hanya dinilai
atau dapat ditukarkan dengan 1/4 sutra.
26. Dengan demikian melalui spesialisasi produksi dan
perdagangan internasional Indonesia akan mendapat
keuntungan (gain from trade) sebesar 2 m – 1/4 m =
1 3/4 m sutra.
2. Sebaliknya, dgn spesialisasi dan mengekspor
1 m sutra ke Indonesia, Cina akan mendapat 4
kg teh, sedangkan dalam negeri hanya dinilai
atau dapat ditukar dengan ½ kg teh. Dengan
demikian melalui spesialisasi produksi dan
perdagangan internasional, Cina akan
mendapat keuntungan sebesar 4 kg – 1/2 kg =
3 ½ kg teh.
27.
28. Analisa Grafik
Melalui grafik, teori absolute advantage dapat
dianalisa dengan menggunakan PPC (Production
Possibility Curve)
29. Berdasarkan analisis metematika dan grafik di atas
dapat diketahui bahwa DTI (Dasar Tukar Internasional)
akan memberikan manfaat perdagangan internasional
kedua negera. Dengan kata lain, akan menguntungkan
satu negara tanpa merugikan negara lain dengan
perhitungan sbb:
1. Untuk teh : 1/4 m < DTI teh < 2 m
2. Untuk sutra : 1/2 kg < DTI sutra < 4 kg
30. 2. COMPARATIVE ADVANTAGE DARI D.
RICARDO
Teori David Ricardo didasarkan pada nilai tenaga
kerja atau theory of labor value yg menyatakan
bahwa nilai atau harga suatu produk ditentukan
oleh jumlah waktu atau jam kerja yg diperlukan
untuk memproduksinya.
Menurut teori cost comparative advantage (labor
efficiency), suatu negara akan memperoleh
manfaat dari perdagangan internasional jika
melakukan spesialisasi produksi & mengekspor
barang di mana negara tsb dapat berproduksi
relatif lebih efisien serta mengimpor barang di
mana negara tsb berproduksi relatif tidak/kurang
efisien. Lihat contoh demikian.
31.
32. Berdasarkan contoh di atas, jika ditinjau dari keunggulan
mutlak A. Smith, maka Indonesia unggul mutlak kedua
produk tersebut, karena labor cost-nya lebih efisien
dibandingkan Cina, baik dalam produksi 1 kg gula
maupun 1 m kain. Dengan demikian tentu tidak akan
terjadi perdagangan antara kedua negara jika
didasarkan pada teori Adam Smith. Akan tetapi,
berdasarkan teori cost comparative advantage atau
labor efficiency dari David Ricardo tetap terjadi
perdagangan internasional yang menguntungkan kedua
negara melalui spesialisasi produk masing-masing
negara. Seperti contoh berikut
33.
34. Berdasarkan perbandingan cost comparative advantage
atau labor efficiency di atas dapat dilihat bhw tenaga
kerja Indonesia lebih efisien dibandingkan tenaga kerja
Cina dalam produksi 1 kg gula (3/6 atau ½ hari kerja) dari
pada produksi 1 m kain (4/5 hari kerja). Hal ini akan
mendorong Indonesia melakukan spesialisasi produksi
dan ekspor gula. Sebaliknya, tenaga kerja Cina ternyata
lebih efisien dibandingkan tenaga kerja Indonesia dalam
produksi 1 m kain (5/4 hari kerja) dari pada produksi 1 kg
gula (6/3 atau 2/1 hari kerja). Hal ini mendorong Cina
melakukan spesialisasi produksi dan ekspor kain,
sehingga diperoleh manfaat perdagangan (gain from
trade) seperti matrik perhitungan berikut ini.
35.
36. Berdasarkan matriks di tas dapat dilihat sbb :
a. Bila Indonesia melakukan spesialisasi produksi
dan mengekspor 1 kg gula ke Cina, mk akan
memperoleh 6/5 m kain, sedangkan
berdasarkan DTDN hanya memperoleh ¾ m
kain. Jadi dengan spesialisasi produksi dan
ekspor gula, Indonesia akan memperoleh
keuntungan sebesar (6/5 m – ¾ m = 9/20 m).
b. Sebaliknya, bila Cina melakukan spesialisasi
produksi dan mengekspor 1 m kain ke
Indonesia, maka akan diperoleh 4/3 kg gula,
sedangkan berdasarkan DTDN hanya
memperoleh 5/6 kg gula. Jika dengan
spesialisasi produksi dan ekspor kain, Cina
akan memperoleh keuntungan sebesar (4/3 kg
37. c. Keuntungan yang diperoleh masing-masing
negara dari perdagangan internasional ini
merupakan gain from trade atau manfaat
perdagangan internasional karena adanya
perbedaan labor efficiency atau cost
comparative advantage.
Dengan adanya spesialisasi pada masing-masing negara
berdasarkan cost comparative advantage di atas, maka
akan terjadi penghematan hari kerja sebagaimana
ditunjukkan pada matriks berikut. Penghematan hari kerja
ini tentu akan meningkatkan jumlah produksi kedua
negara.
38.
39. Dari matriks di atas dpt dilihat bahwa dengan spesialisasi
akan dapat diproduksi 2 kg gula dan 2 m sutra dengan
hari kerja yang lebih singkat, yaitu 16 hari kerja. Jika
tanpa spesialisasi, untuk produksi 1 kg gula dan 1 m
sutra diperlukan 18 hari kerja. Jadi jika masing-masing
negara melakukan spesialisasi, maka dalam 18 hari kerja
akan diperoleh produksi yang lebih banyak, yaitu 22/3 kg
gula dan 22/5 m sutra. Ini berarti produksi akan
meningkat sehingga kesejahteraan akan meningkat pula.