Metode Istinbath menjelaskan metode-metode hukum Islam dalam menetapkan hukum, termasuk maqashid syariah (tujuan-tujuan syariah), ta'arudh dan tarjih (bentrokan dan pemilihan hukum). Dokumen ini membahas lima kaidah utama maqashid syariah yaitu menjaga agama, jiwa, akal, keturunan dan harta.
4. الشريعة مقاصد
Tujuan Syari’ah
ضروريات
(Primer)
حاجيات
(Sekunder)
تحسينيات
(Tertier)
• MAQASHID SYARI’AH: Tujuan Allah dan Rasul-Nya dalam
merumuskan hukum-hukum Islam. Tujuan itu dapat
ditelusuri dalam ayat al-Quran dan Sunnah sebagai alasan
logis bagi rumusan suatu hukum yang berorientasi pada
kemashlahatan manusia.
• Abu Ishaq al-Syathibi dalam kitab al-Muwafaqat
menjelaskan pembagian Maqashid Syari’ah
10. Maqashid Syari’ah - Hajiyat
Hajiyat (sekunder): Kebutuhan yang jika tidak terwujud tidak sampai
mengancam keselamatan seseorang, namun akan mengalami
kesulitan. Syari’at Islam menghilangkan segala kesulitan itu.
Dalam QS. al-Maidah: 6, حرج من الدين في عليكم ليجعل هللا يريد ما
Misal: Dalam bidang ibadah: Adanya hukum rukhshah (keringanan)
bagi yang mengamali kesulitan, seperti dibolehkan bagi musafir untuk
tidak berpuasa Ramadhan dan menggantinya pada hari-hari yang
lain. Kebolehan jama’ dan qashar shalat bagi musafir.
Dalam bidang muamalah: Disyariatkannya berbagai akad (kontrak)
dalam jual beli, ijarah (sewa), syirkah, dan dibolehkannya akad salam
dan istishna’ (meskipun berlawanan dengan hukum asal jual-beli).
Dalam bidang ‘uqubat (sanksi hukum): Islam mensyariatkan diyat
(denda) bagi pembunuhan tidak engaja, dan menangguhkan hukum
potong tangan kepada seseorang yang mencuri karena terdesak
untuk menyelamatkan jiwanya dari kelaparan.
11. Maqashid Syari’ah - Tahsiniyat
Hajiyat (sekunder): Kebutuhan yang apabila tidak terpenuhi tidak
mengancam eksistensi salah satu dari 5 pokok (dharuriyat) dan tidak
pula menimbulkan kesulitan.
Menurut al-Syathibi, termasuk dalam kategori ini adalah hal-hal yang
merupakan kepatutan menurut adat-istiadat, menghindarkan hal-hal
yang tidak enak dipandang mata, berhias yang sesuai norma dan
akhlak.
Misal: Dalam bidang ibadah: Islam mensyariatkan bersuci dari najis
dan hadas, baik di badan, tempat dan lingkungan. Islam juga
menganjurkan berhias ketika hendak ke mesjid.
Dalam bidang muamalah: Islam melarang boros, kikir, ihtikar
(monopoli), menaikkan harga semena-mena, dsb.
Dalam bidang ‘uqubat: Islam mengharamkan membunuh anak-anak
dan wanita dalam peperangan, tidak boleh melakukan muslah
(menyiksa mayit dalam peperangan).
12.
13. TA’ARUDH
Secara bahasa: Pertentangan antara dua hal.
Secara Istilah: Satu dari dua dalil menghendaki
hukum yang berbeda dengan hukum yang
dikehendaki oleh dalil yang lain.
Pada dasarnya tidak ada pertentangan dalam
kalam Allah dan Rasul-Nya. Adanya anggapan
ta’arudh (pertentangan) itu sebenarnya hanya
dalam pandangan mujtahid saja.
14. الترجيحوالتعارض
• Ta’arudh berarti “pertentangan antara dua hal”. Secara istilah,
ta’arudh adalah satu dari dua dalil menghendaki hukum yang berbeda
dengan hukum yang dikehendaki oleh dalil yang lain.
• Abdul Wahab Khalaf mendifinisikan ta’arudh secara singkat, yaitu
kontradiksi antara dua nash atau dalil yang sama kekuatannya.
MENURUT HANAFIAH, jika terjadi ta’arudh, maka cara yg ditempuh:
1. Meneliti mana yang lebih dulu turunnya ayat / diucapkannya hadis,
jika diketahui maka dalil yang terdahulu dianggap telah dinasakh
(dibatalkan) oleh dalil yang datang terakhir. خر
آ
بالالعملو الدليلينحدانسخ
2. Jika tidak diketahui mana yang lebih dulu, maka cara berikutnya
adalah dengan tarjih, yaitu meneliti mana yang lebih kuat diantara
dalil yg bertentangan itu. ا
دليلينبينلترجيح
3. Jika tidak bisa ditarjih karena ternyata sama-sama kuat, maka jalan
keluarnya dengan mengkompromikan antara dua dalil. التوفيقوالجمع
4. Jika tidak ada jalan untuk mengkompromikan, maka jalan keluarnya
dengan tidak memakai kedua dalil itu. Selanjutnya hendaklah
merujuk kepada dalil yang lebih rendah bobotnya (jika dalil yang
bertentangan itu quran, pindah ke sunnah). دليلينتساقط
15. Jika terjadi Ta’arud:
1. Dilihat mana yang lebih dulu turunnya ayat
atau diucapkannya hadis, jika diketahui,
maka dalil yang terdahulu dianggap telah
mansukh (dibatalkan) oleh dalil yang datang
terakhir (nasikh).
2. Meneliti mana yang lebih kuat diatara dalil-
dalil yag bertentangan melalui metode tarjih.
3. Mengkompromikan antara dua dalil.
4. Tidak memakai kedua dalil yang
bertentangan itu, dan lalu merujuk kepada
dalil lain yang lebih rendah bobotnya.
Hanafiyah
الترجيح
النسخ
والتوفي الجمع
ق
الدليلي تساقط
ن
16. الترجيحوالتعارض
• Menurut kalangan Syafi’iyah dan Malikiyah seperti yang dijelaskan Wahbah al-
Zuhaili, jika terjadi ta’rudh antara dua dalil, maka yang dilakukan adalah:
1. AL-JAM’U WA TARJIH, membuat kompromi antara kedua dalil selama ada
peluang untuk itu, karena mengamalkan kedua dalil lebih baik daripada hanya
memfungsikan satu dalil saja. Dalam kasus dengan perempuan hamil yang
ditinggal mati suaminya adalah masa terpanjang dari dua bentuk iddah yang
disebut oleh kedua ayat di atas, yaitu sampai melahirkan atau 4 bulan 10 hari.
Artinya jika perempuan itu melahirkan sebelum sampai 4 bulan 10 hari sejak
suaminya meninggal, maka iddahnya menunggu 4 bulan 10 hari, dan jika sampai 4
bulan 10 hari, perempuan itu belum juga melahirkan, iddahnya sampai melahirkan.
2. MENTARJIH, jika tidak dapat dikompromikan.
3. Nasikh wa mansukh. Meneliti mana diantara kedua dalil itu yang lebih dahulu
turun atau ditetapkan, jika tidak ada peluang untuk mentarjih. Jika diketahui, maka
dalil yang terdahulu dianggap telah di-nasikh oleh dalil yang kemudian.
4. Tasaaqut ad-Dalalain. Jika tidak mungkin diketahui mana yang terdahulu, maka
kedua dalil itu tidak dapat digunakan. Dalam keadaan demikian, seorang mujtahid
hendaklah merujuk kepada dalil lain yang lebih rendah bobotnya.
17. Menurut Syafi’iyah, jika terjadi Ta’arud:
1. Mengkompromikan antara dua dalil.
2. Meneliti mana yang lebih kuat diatara dalil-
dalil yag bertentangan melalui metode tarjih.
3. Dilihat mana yang lebih dulu turunnya ayat
atau diucapkannya hadis, jika diketahui,
maka dalil yang terdahulu dianggap telah
mansukh (dibatalkan) oleh dalil yang datang
terakhir (nasikh).
4. Tidak memakai kedua dalil yang
bertentangan itu, dan lalu merujuk kepada
dalil lain yang lebih rendah bobotnya.
Syafi’iyah
الترجيح
والتوفي الجمع
ق
النسخ
الدليلي تساقط
ن