Laporan TPQ Darussalam Genuk, Kota Semarang memberikan informasi tentang profil TPQ Darussalam yang didirikan tahun 2016. TPQ ini menggunakan metode Iqra' dan memiliki tujuan membentuk akhlak mulia serta mengajarkan membaca Al-Quran. Laporan ini juga menjelaskan aktivitas dan sistem pembelajaran di TPQ tersebut.
laporan kelompok 1 metodologi pembelajaran al quran .docx
1. LAPORAN TPQ DARUSSALAM GENUK, KOTA SEMARANG
OLEH :
1. MUHAMMAD ARKAN_31502100076
2. MUHAMMAD JAKA S.H.C_31502100147
3. ADI TAMA_
PROGRAM STUDI TARBIYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
TAHUN AJARAN GENAP 2022/2023
2. KATA PENGANTAR
Assalamua’laikum wr.wb
Puji Syukur Kami Panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
karunia kepada kelompok kami sehingga bisa melaksanakan Tugas yang telah
diberikan pada Matkul Metodologi Pembelajaran Qur’an berupa Pengabdian di
TPQ Area Genuk, Kota Semarang.
Kegiatan ini tidak lepas dari bantuan pihak yang telah membantu kelompok
kami baik secara langsung atau tidak langsung. Kami kelompok 1 Kelas Metodologi
Pembelajaran C mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu
kelompok kami :
1. Bapak Dr. Choeroni, S.H.I.,M.Ag.,M.Pd.I. selaku Dosen mata
kuliah Metodologi Pembelajaran Qur’an.
2. Ketua Takmir Masjid Darussalam Ustadz Sutarman Sujak, S.Pd.
3. Ketua Pengurus TPQ Ustadzah Kiswati yang telah menyempatkan
waktu untuk menceritakan profil dan sejarah singkat TPQ
4. Guru TPQ Ustadzah Silia
Tidak lupa kelompok kami mengucapkan terima kasih kepada anak-anak
TPQ Darussalam yang telah berperan Aktif untuk pembuatan laporan kelompok
Kami. Pada Laporan Ini sangat dimungkinkan masih banyak kekuragan yang harus
diperbaiki. Segala bentuk kritik dan saran akan kami terima dengan senang hati
untuk membangun laporan ini. Semoga Laporan TPQ Darussalam ini bermanfaat
bagi Umum khusunya kelompok kami untuk menambah wawasan yang bermanfaat.
Wassalamua’laikum wr.wb
3. Daftar isi
KATA PENGANTAR....................................................................................................... 2
BAB I.................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 4
BAB II. ISI........................................................................................................................ 6
1) Latar belakang TPQ Darussalam ........................................................................... 6
VISI DAN MISI.................................................................................................. 6
METODE............................................................................................................ 6
SEJARAH BUKU IQRO.................................................................................... 6
KEKURANGAN ................................................................................................ 7
KELEBIHAN...................................................................................................... 7
METODE............................................................................................................ 7
2) Kegiatan TPQ (Taman Pendidikan al-Qur‟an) .................................................... 8
A. Pengertian Kegiatan TPQ....................................................................................... 8
B. Dasar TPQ Ditinjau dari segi yuridis, .................................................................... 8
C. Tujuan, Sistem dan Metode TPQ ........................................................................... 9
3.) Sistem dan Metode TPQ ....................................................................................... 10
4). Pembentukan Akhlak al-Karimah....................................................................... 12
5). LAPORAN ............................................................................................................. 14
BAB III. PENUTUP....................................................................................................... 15
Daftar pustaka................................................................................................................. 17
4. BAB I
PENDAHULUAN
Dakwah pada dasarnya bisa dilakukan di mana saja sesuai dengan kondisi
dan kemampuan seorang da’i. Masjid merupakan salah satu tempat yang dapat
dijadikan sebagai area dakwah. Masjid merupakan sarana media komunikasi
seorang hamba dengan sang khaliq melalui pelaksanaan serangkaian ibadah (QS.
72: 18). Namun pada saat yang sama, masjid juga memiliki nilai sosial yang
diharapkan mampu sebagai sarana pengembangan masyarakat dalam bidang
manajemen, dakwah, organisasi dan kepemimpinan, sebab pelaksanaan
serangkaian kegiatan masjid mempunyai peran dalam menentukan sukses dan
tidaknya kegiatan dakwah. Sejalan dengan itu dalam Al-Quran sendiri disebutkan
bahwa masjid merupakan tempat yang paling banyak disuarakan Asma Tuhan (QS.
22:40), sekaligus juga dijadikan sebagai tempat pembinaan pribadi dan jama’ah
Islam (QS. 9: 108-109), dan tempat terjadinya komunikasi rutin sesama jama’ah
dengan menjalin tali ukhuwah Islamiyah. Singkat kata, masjid bukan hanya
berfungsi sebagai sarana membangun relasi dan komunikasi manusia dengan sang
Khaliq tetapi juga berhubungan dengan relasi antara sesama manusia untuk
kepentingan seluruh masyarakat.
Pesan ini tergambar dengan jelas dalam misi dakwah Rasulullah SAW
ketika pertama kali hijrah ke Madinah. Hal pertama yang dilakukan nabi adalah
membangun masjid, dan masjid yang pertama dibangun Rasulullah SAW adalah
Masjid Quba. Pada masa itu, masjid sudah difungsikan mencakup semua aspek
kehidupan masyarakat Islam waktu itu. Karena itu masjid menempati posisi sentral
sebagai kegiatan ibadah, pusat pembinaan umat Islam, sekretariat pemerintah
Islam, pusat dakwah, pusat pengembangan kebudayaan Islam, mahkamah Islam
dan baitul mal (lembaga pemberdayaan ekonomi umat Islam) sebagai pusat
kesejahteraan ekonomi kerakyatan yang dikembangkan oleh kelompok jama’ah
masjid dalam terapi mengatasi kemiskinan (Quraish Shihab,1996: 462).
Melalui masjid, Nabi Muhammad SAW menyampaikan pesan kepada
berbagai kalangan, dari masjid inilah konsep ummat pun (kata umat-umat di
introduser pertama kali dalam piagam Madinah) mulai diimplementasikan sebagai
dasar kerja sama umat Islam dalam kehidupan sosial.
Berhubungan dengan hal tersebut Jl Widuri Baru II , Bangetayu Kulon,
Genuk, Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah, jika ditinjau dari segi keagamaan,
masyarakat Kecamatan Genuk Kota Semarang mayoritas memeluk agama Islam,
yaitu sebanyak 3,484 jiwa, dengan didukung minimnya sarana peribadahan. Pada
segi agama di wilayah Bangetayu Kulon Genuk Kota Semarang terdapat tiga
macam pemeluk agama, yaitu Islam, Katholik, dan Protestan.
5. Sarana dan prasarana peribadahan umat Islam di Kelurahan Bangetayu
Kulon Kecamatan Genuk Kota Semarang cukup memadai. Ini terlihat dari jumlah
banyaknya bangunan mushola, namun masih minimnya masjid sebagai tempat
ibadah sholat jum'at. Pada tahun 2016, takmir dan pengurus RW merencanakan
untuk mengadakan pembangunan masjid Darussalam sebagai sarana ibadah
mengingat di wilayah Jl Widuri Baru II belum ada masjid, dikarenakan pada saat
tahun 2016 masih belum bisa digunakan shalat jumat, mengingat masih kurangnya
manajemen pengelolaan masjid (Wawancara, Ust. Sutarman Sujak, S.Pd (Ta’mir),
tgl. 18/ 03/ 2023).
Melihat kondisi masyarakat di wilayah Bangetayu Kulon yang mayoritas
beragama Islam dan sudah berhasil mendirikan masjid, namun belum mempunyai
manajemen masjid yang ideal, untuk itu perlu ada penguatan manajemen masjid.
Dalam penguatan manajemen masjid tersebut tentunya dengan pola pemberdayaan
dan pelatihan bagi para pengurus takmir masjid Darussalam.
Masjid sebagai komponen fasilitas sosial, merupakan bangunan tempat
berkumpul bagi sebagian besar umat Islam untuk melakukan ibadah sebagai sebuah
kebutuhan spiritual yang diperlukan oleh umat manusia. Masjid sebagai salah satu
pemenuhan kebutuhan spiritual sebenarnya bukan hanya berfungsi sebagai tempat
shalat saja, tetapi juga sebagai pusat kegiatan sosial kemasyarakatan seperti
mengajar baca tulis al quran, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad
SAW dalam menjalankan risalahnya; Masjid pada masa Nabi digunakan untuk
tempat ibadah (salat dan zikir), tempat konsultasi dan komunikasi ( masalah sosial,
ekonomi dan budaya), tempat pendidikan, tempat santunan sosial, tempat latihan
ketrampilan militer dan persiapan alat-alatnya, tempat pengobatan para korban
perang, tempat perdamaian dan pengadilan sengketa, aula dan tempat menerima
tamu, tempat menawan tahanan dan pusat penerangan atau pembelaan agama
tergambar dengan jelas dalam misi dakwah Rasulullah SAW ketika pertama
kali hijrah ke Madinah. Hal pertama yang dilakukan nabi adalah membangun
masjid, dan masjid yang pertama dibangun Rasulullah SAW adalah Masjid Quba.
Pada masa itu, masjid sudah difungsikan mencakup semua aspek kehidupan
masyarakat Islam waktu itu. Karena itu masjid menempati posisi sentral sebagai
kegiatan ibadah, pusat pembinaan umat Islam, sekretariat pemerintah Islam, pusat
dakwah, pusat pengembangan kebudayaan Islam, mahkamah Islam dan baitul mal
(lembaga pemberdayaan ekonomi umat Islam) sebagai pusat kesejahteraan
ekonomi kerakyatan yang dikembangkan oleh kelompok jama’ah masjid dalam
terapi mengatasi kemiskinan (Shihab,1996: 462). Melalui masjid, Nabi Muhammad
SAW menyampaikan pesan kepada berbagai kalangan, dari masjid inilah konsep
ummat pun (kata ummat-ummat di introduser pertama kali dalam piagam Madinah)
mulai diimplementasikan sebagai dasar kerja sama umat Islam dalam kehidupan
sosial.
6. BAB II
ISI
1) Latar belakang TPQ Darussalam
TPQ darussalam berdiri tahun 2016 ketika pembangunan masjid sudah
selesai. Terjadi berdirinya TPQ dikarnakan melihat banyak anak-anak dibawah
umur 10 tahun belum bisa membaca al-quran dan minim dengan pengetahuan
agama islam. Maka dari itu muncul ide untuk mendirikan TPQ. Mendidik Anak-
Anak Berakhlak Qur’ani & Berpengatuan Membaca Huruf Hijaiyah.
VISI DAN MISI
1. Mewujudkan Anak-Anak Yang Hafal Bacaan Sholat & Juz Amma.
2. Mendorong Anak-Anak Giat Membaca Al-Quran
pada awalnya tahun 2018 jumlah santri TPQ darussalam berjumlah 40 santri, di
tahun 2021 berkurang menjadi 26 santri dan di tahun ini yaitu 2023 berjumlah 17
santri
METODE
Metode yang digunakan oleh TPQ Darussalam yaitu metode iqra’. Karena apa
yang dipelajari para ustadzah pada saat itu metode iqra’ maka dari penguru,
menetapkan TPQ darussalam menggunakan metode Iqra’
SEJARAH BUKU IQRO
Buku iqro yang ditulis oleh As’ad Humam dan Team Tadarus AMM. Buku
ini dirilis pertama kali pada tahun 1990-an.Meskipun baru dirilis tahun 90an,
sejatinya gagasan perlunya media pembelajaran untuk mempelajari dan melafalkan
huruf Hijaiyah dengan benar telah ada pada tahun 50an. Ketika itu, di Yogyakarta
ada sebuah kelompok belajar untuk mempelajari Al Qur’an dengan menggunakan
metode tradisonal yang lebih menekankan pada hubungan antara guru dan murid
secara langsung .Adapun media pembelajaran yang digunakan dalam metode
tradisonal adalah buku Qa’idah Baghdadiyyah ma’a Juz ‘amma. Karena itulah
metode tradisonal disebut juga dengan metode Baghdadi.Buku ini menggunakan
teknik mengeja setiap huruf dan harakat dalam bahasa Indonesia sebelum
melafalkannya secara utuh.
Menggunakan metode tradisional yang lebih menekankan hubungan antara
guru dan murid secara ketat ternyata memberikan tantangan tersendiri di mata
seorang ulama sekaligus pedagang bernama As’ad Humam.Tahun 1973, beliau
kemudian melakukan serangkaian diskusi dengan anggota kelompok dan mencoba
teknik pengajaran membaca Al Qur’an sekaligus media pembelajaran yang
7. baru.Hal ini disebabkan semakin meningkatnya generasi muda yang tak mampu
membaca Al Qur’an, lembaga pendidikan yang ada saat itu tidak mampu meredam
peningkatan yang terjadi, dan metode lama harus disempurnakan.Metode
pembelajaran membaca Al Qur’an dengan menggunakan buku iqro ini ternyata
sangat diapresiasi masyarakat. Hingga akhirnya Dinas Agama D.I Yogyakarta
memberi penghargaan di tahun 1988.Tahun 90an, buku ini kemudian dirilis dan
dijual ke seluruh pelosok negeri. Mulai menjamurnya TPA atau Taman Pendidikan
Al Qur’an membuat buku ini laku keras.
KEKURANGAN
1. Di dalam Metode Iqra bacaan-bacaan tajwid dikenalkan hanya sedikit dan
tidak mendalam.
2. Metode Iqra tidak ada media belajar.
3. Metode Iqra tidak dianjurkan menggunakan irama murottald.
4. Metode Iqra tidak mengenalkan bacaan ghorib (bacaan yang tersembunyi
atau tersamarkan)
KELEBIHAN
1. Adanya Buku & Teknis untuk membacanya per sub jilid untuk
memudahkan Guru dalam menyampaikan Materi.
2. Adanya Pengenalan Huruf Hijaiyah di jilid 1, Supaya Murid dapat
membaca dan tahu bedanya huruf huruf hijaiyah sebelum di sambung.
3. Bersifat Privat sehingga murid dapat mengetahui mendalam bacaannya.
4. Menggunakan penilain ujian per jilid 1-6 santri yang berada di tinggakat
bacaan yang tinggi bisa mengajarkan temanya yang jilid dibawahnya.
5. Menggunakan Level bacaan dari rendah – yang sulit.
6. Buku Mudah di bawa & dicari ditempat kita.
METODE
1. Buku Panduan Menuju Al- Quran menggunakan IQRO’
2. Sorogan Bacaan Kepada Ustadzah
3. Menggunakan Buku prestasi untuk mengetahui sampai mana bacaan
santri.
8. 2) Kegiatan TPQ (Taman Pendidikan al-Qur‟an)
A. Pengertian Kegiatan TPQ
Arti kegiatan menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI) adalah
aktivitas, usaha, pekerjaan. Sedangkan Taman Pendidikan al-Quran (TPQ)
adalah lembaga/sekolah yang mendidik anak usia 7-12 tahun sehingga
mampu memahami dan mengamalkan al Qur‟an.
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan kegiatan TPQ (Taman Pendidikan al-Qur'an) adalah suatu
aktivitas yang lakukan di tempat atau ruangan untuk menampung anakanak
yang berusia 7-12 tahun untuk diberi pendidikan membaca dan menulis al-
Qur'an agar kelak menjadi generasi yang Qur‟ani dan selalu mencintai dan
mengamalkan al-Qur'an.
B. Dasar TPQ Ditinjau dari segi yuridis,
ada beberapa peraturan perundang-undangan yang secara langsung
atau tidak langsung dapat dijadikan sebagai dasar keberadaan TPQ, yaitu:
1.) Pancasila, Sila pertama yaitu Ke-Tuhanan Yang Maha Esa.
2.) Undang-Undang Dasar 1945,
Memperhatikan teks Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 2
yang menyebutkan “Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang diatur
dengan undang-undang”. Maka dalam Negara Republik Indonesia
ini hanya boleh ada satu sistem pendidikan. Mastuhu berpendapat
bahwa “...bagi bangsa Indonesia hanya ada satu sistem pendidikan
nasional, dan dengan demikian semua kegiatan pendidikan
Indonesia di mana pun ia berada merupakan subsistem pendidikan
nasional, baik kegiatan itu dilaksanakan di Indonesia maupun di luar
negeri”. Dengan ini, tidak ada keraguan sedikitpun untuk
menyatakan bahwa TPQ merupakan subsistem dari pendidikan
nasional.
3.) Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional bab IV pasal 10 ayat 1 yang
menyebutkan “penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui 2
(dua) jalur yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan di
luar sekolah”, dan ayat 3 yang menyebutkan “Jalur pendidikan luar
sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di luar
sekolah melalui kegiatan belajar mengajar yang tidak harus
berjenjang dan berkesinambungan”.
9. 4) Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1991 tentang Pendidikan
Luar Sekolah bab III pasal 3 ayat 1
yang menyebutkan “Jenis pendidikan luar sekolah terdiri
atas pendidikan umum, pendidikan keagamaan, pendidikan jabatan
kerja, pendidikan kedinasan dan pendidikan kejuruan”, dan ayat 3
yang menyebutkan “Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan
yang mempersiapkan warga belajar untuk dapat menjalankan
peranan yang menuntut penguasaan khusus tentang ajaran agama
yang bersangkutan”, maka semakin jelas bahwa sebagai bagian
integral dari sistem pendidikan nasional, TPQ itu berada pada jalur
pendidikan luar sekolah yang lazim disebut pendidikan non-formal.
5.) Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri
Agama Nomor 128 Tahun 1982. Nomor 44a Tahun 1982
tentang Usaha Peningkatan Kemampuan Baca Tulis Huruf
Al-Qur‟an Bagi Umat Islam dalam Rangka Peningkatan
Penghayatan dan Pengamalan Al-Qur‟an dalam kehidupan
Seharihari.
6.) Instruksi Menteri Agama Nomor 3 Tahun 1990 tentang Pelaksanaan
Upaya Peningkatan Kemampuan Baca Tulis Huruf Al-Qur‟an.
C. Tujuan, Sistem dan Metode TPQ
1.) Tujuan TPQ
Tujuan penyelenggaraan TPQ dalam pandangan Human adalah untuk
menyiapkan anak didiknya agar menjadi generasi muda yang Qur‟ani, yaitu
generasi yang mencintai al-Qur‟an, komitmen dengan al-Qur‟an dan
menjadikan al-Qur‟an sebagai bahan bacaan dan pandangan hidup sehari-
hari. Tititk pusat tujuan penyelenggaraan TPQ adalah mendidik anak
menjadi manusia yang berkepribadian Qur‟ani dengan sifat-sifat
a) Cinta al-Qur‟an TPQ mendidik anak menjadi generasi yang
menyukai, menyayangi dan merindukan alQur‟an. Generasi yang menetapi
semboyan tiada hari tanpa rindu berjumpa dengan alQur‟an sebagai
konsekuensi imannya terhadap kesempurnaan kebenaran al-Qur‟an.
b) Komitmen terhadap al-Qur‟an TPQ mendidik anak menjadi
generasi yang merasa terikat untuk mengaktualisasikan petunjuk-petunjuk
al-Qur‟an bagi diri sendiri dan lingkungannya dengan tabah lahir batin
menghadapi segala resiko yang timbul secara intern maupun ekstern.
10. c) Menjadikan al-Qur‟an sebagai pandangan hidup TPQ mendidik anak
menjadi generasi yang sehari-hari membaca al-Qur‟an, mempelajari dan
menghayati ajarannya, menjadikan nilainilainya sebagai tolak ukur
(baik/buruk, benar/salah, haq/bathil) bagi perbuatan seharihari dalam setiap
segi kehidupan seperti sosial, politik, ekonomi, seni, pendidikan, dan
lainlain.
Menurut Rosidin,S.Ag. (Anggota MPW BKPRMI Propinsi Lampung)
dalam Jurnal Ilmiah yaitu Manajemen Pengelolaan Taman Kanak-Kanak Al
Quran, Taman Pendidikan Al Quran Dan Ta’limul Quran Lil Aulad.
Menyatakan tujuan TPQ, yaitu:
a) Tujuan Umum : Menyiapkan generasi Qurani, menyongsong masa depan
gemilang
b) Tujuan Khusus : Peserta didik mampu :
(1) Membaca al-Qur‟an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah
tajwid.
(2) Hafalan surat-surat pendek.
(3) Hafal doa-doa harian
(4) Hafal ayat-ayat pilihan.
(5) Bisa dan biasa sholat
(6) Berakhlak mulia.
(7) Memiliki jiwa dan semangat islam yang tinggi.
3.) Sistem dan Metode TPQ
pendidikan dalam usahanya menganalisa serta menata berbagai gejala demi
lancarnya suatu proses dan peningkatan hasil. Suatu sistem adalah suatu
keseluruhan yang terdiri dari sejumlah komponen atau bagian, yang saling
berhubungan, pengaruh mempengaruhi, dan kebergantungan satu dengan yang
lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Al-Qur'an dalam pengajarannya membutuhkan suatu sistem dari mana
mulai mengenalkan al-Qur'an secara sistematis tingkat kesukaran dan
kemudahannya. Zakiah Daradjat memberikan garis-garis besar sistem belajar
alQur'an, yaitu sebagai berikut:
11. a.) Pengenalan huruf hijaiyah, yaitu huruf Arab dari alif sampai dengan ya‟
b.) Cara membunyikan masing-masing huruf hijaiyah dan sifat-sifat huruf
itu, ini dibicarakan dalam ilmu Makhraj.
c.) Bentuk dan fungsi tanda baca, seperti syakal, syaddah, tanda panjang
(maad), tanwin dan sebagainya.
d.) Bentuk dan fungsi tanda berhenti baca (waqaf), seperti waqaf mutlak,
waqaf jawaz dan sebagainya.
e.) Cara membaca, melagukan dengan bermacammacam irama dan
bermacam-macam qira‟at yang dimuat dalam Qira‟at dan ilmu Nagham.
f.) Adabut tilawah, yang berisi tatacara dan etika membaca al-Qur‟an sesuai
dengan fungsi bacaan itu sebagai ibadah.
Garis-garis sistem belajar al-Qur'an sebagaimana tersebut di atas,
dikembangkan dan dijabarkan dalam penyusunan sistem belajar alQur'an yang
dikembangkan oleh para pembaharu pendidikan al-Qur'an di Indonesia sebagai
jawaban atas kekurangan efektifitas sistem belajar al-Qur'an selama ini.
Sedangkan metode adalah cara mencapai tujuan, yaitu tujuan-tujuan yang
diharapkan tercapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajar. Tujuan belajar yang
dimaksud ialah dalam bentuk perubahan tingkah laku yang diharapkan terjadi pada.
diri peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar.
Metode yang digunakan dalam membaca alQur‟an tidak sama dengan
membaca buku atau membaca kitab suci lain. Membaca al-Qur‟an adalah suatu
ilmu yang mengandung seni, seni baca alQur‟an. Pengajaran al-Qur‟an ini lebih
banyak berisi pengajaran keterampilan khusus yang memerlukan banyak latihan
dan pembiasaan.
Metode dalam Pengajaran al-Qur‟an pada tingkatan pertama berisi
pengenalan huruf hijaiyah dan kalimah (kata). Selanjutnya diteruskan dengan
memperkenalkan tanda-tanda baca. Buku pelajaran dapat digunakan dengan
memilih buku-buku yang berisi Alif-bata, seperti juz Amma dan beberapa buku
pelajaran Al-Qur‟an yang sudah banyak disusun seperti metode Qiro‟ati, Iqro‟,
Yanbu‟a. Yang penting untuk pertama kali ialah pengenalan huruf dengan
bunyinya yang tepat.
Melatih dan membiasakan mengucapkan huruf Arab dengan makhrajnya
yang betul pada tingkat permulaan, akan membantu dan mempermudah
mengajarkan tajwid dan lagu pada tingkat membaca dengan irama.
12. Cara mengucapkan huruf dan kalimah Arab itu tidak mudah bagi anakanak
perlu latihan dan pembiasaan. Membaca lancar dengan lagu diajarkan setelah
mereka mengenal bacaan kata-kata, kemudian diajar melagukan bacaan itu dengan
irama yang khusus untuk tilawatil Qur‟an. Di samping itu, berikan kepada mereka
pengertian dan sugesti agar mereka senang membaca al-Qur‟an. Dan jelaskan
kepada mereka bahwa membaca al-Qur‟an itu adalah ibadah walaupun tidak tahu
terjemahannya.
Oleh karena itu sekarang di setiap TPQ di berlakukan dan dikembangkan
pengajaran dengan menggunakan metode Qiro‟ati, Iqro‟, Yanbu‟a, dan lainnya
yang sudah banyak disusun oleh para pembaharu pendidikan al-Qur'an di Indonesia
yang disusun secara praktis dan efektif.
4). Pembentukan Akhlak al-Karimah
Pengertian Akhlak Akhlak secara bahasa (etimologi), kata akhlak berasal
dari bahasa arab merupakan bentuk jamak dari kata “Khilqun” atau “khuluqun”
yang berarti perangai, tabiat (kelakuan atau watak dasar), kebiasaan atau kelaziman,
dan peradaban yang baik.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah
kehendak dan tindakan yang sudah menyatu dengan pribadi seseorang dalam
kehidupannya sehingga sulit untuk dipisahkan. Karena kehendak dan tindakan itu
sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan, maka seseorang dapat mewujudkan
kehendak dan tindakannya itu dengan mudah, tidak banyak memerlukan banyak
pertimbangan dan pemikiran. Oleh karena itu tidak salah apabila akhlak sering
diterjemahkan dengan kepribadian lantaran kehendak dan tindakannya itu sudah
menjadi bagian dari pribadinya.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak Ada beberapa
faktor pembentuk akhlak, yang terpenting diantaranya:
1) Adat atau kebiasaan. Akhlak itu dibentuk melalui praktek, kebiasaan,
banyak mengulangi perbuatan dan terus menerus pada perbuatan itu.
2) Sifat keturunan yaitu berpindahnya sifat-sifat orang tua kepada anak cucu.
3) Lingkungan yaitu lingkungan masyarakat yang mengitari kehidupan
seseorang dan rumah, lembaga pendidikan, hingga tempat bekerja,
demikian pula hal-hal yang berupa kebudayaan dan nasehat-nasehat
sekitarnya.
13. sejarah mencatat, bahwa Nabi Muhammad SAW, tercatat sebagai Nabi yang
berhasil dalam Pembentukan akhlak mulia, faktor yang menyebabkan keberhasilan
Nabi Muhammad SAW dalam pembentukan akhlak yaitu dengan cara sebagai
berikut:
1) Mengubah pola pikir (mindset) umat manusia yang bertumpu pada
keharusan mempercayai dan mengikuti perintah Tuhan dalam arti yang
seluasluasnya.
2) Memberikan contoh-contoh konkret, mempraktikkan dan membiasakan
mengikuti perintah Tuhan tersebut dalam hubungan-Nya dengan berbuat
baik kepada sesama manusia dan dengan jagat raya.
3) Melakukan proses seleksi, akomodasi, dan reintegrasi dengan nilai-nilai
dan adat istiadat („Uruf) yang sesuai dan relevan.
4) Melakukan perubahan, modifikasi, difusi, pembatalan dan penghapusan
terhadap akhlak masa lalu yang tidak baik dengan cara evolutif.
5) Berpijak pada konsep fitrah manusia sebagai makhluk yang mencintai
kebaikan (etika), keindahan (estetika), dan kebenaran (logika).
6) Memberikan reward dan punishment secara bijaksana terhadap setiap
orang yang melakukan pelanggaran terhadap ajaran Tuhan.
Hasil penelitian menunjukkan metode pembiasaan ini diterapkan dan wajib
dilaksanakan oleh peserta didik dengan bimbingan para guru. Jenis kegiatannya
meliputi sholat berjamaah, pelafalan asmaul husna, membaca doa-doa keseharian
maupun doa-doa sholat, membaca juz amma, membaca surat yasin.
17. Daftar pustaka
Shihab, Quraish, M., 1996, Wawasan Al-Qur’an , Tafsir Maudhu’I atas Pelbagai
Persoalan Umat, Bandung: Mizan.
Rahardjo, M., 1992, “Ummat” dalam Ulumul Qur’an, Vol. III no 1
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 362.
Sujak, Sutarman., Manajemen Pengelolaan Taman Kanak-Kanak Al-Quran,
Taman Pendidikan Al-Quran dan Ta‟limul Quran Lil Aulad”, semarang: Bangetayu kulon.
29 Ali Rohmad, Kapita Selekta Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 347-
349. 20 4.)
https://www.makintau.com/2015/12/sejarah-lahirnya-metode-iqro-untuk-
belajar-membaca-alquran.html/
https://wislah.com/metode-iqro/
Ali Rohmad, Kapita Selekta Pendidikan, hlm. 349-352. 24
Ali Rohmad, Kapita Selekta Pendidikan, hlm. 352-353.
Oemar Hamalik, Pengajaran Unit Pendekatan Sistem, (Bandung: Mandar Maju,
1989), hlm.31
Zakiah Daradjat, Metodik khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Direktorat
Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1994), hlm. 69- 71
Oemar Hamalik, Pengajaran Unit Pendekatan Sistem, hlm. 98.
Imam Abdul Mukmin Sa‟aduddin terj. Dadang Sobar Ali, Meneladani Akhlak Nabi,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 40. 35