1. iii
Serial Buku Pegangan Kuliah
Al-Islam dan Kemuhammadiyahan
AL UBUDIYAH
Cetakan 1, Edisi Revisi, Agustus 2011
Cetakan 2, Edisi Revisi, Agustus 2012
Cetakan 3, Edisi Revisi, Agustus 2013
Cetakan 4, Edisi Revisi, Agustus 2014
Cetakan 5, Edisi Revisi, Agustus 2015
Cetakan 6, Edisi Revisi, Agustus 2016
Cetakan 7, Edisi Revisi, Agustus 2017
Cetakan 8, Edisi Revisi, Agustus 2018
Cetakan 9, Edisi Revisi, Agustus 2019
Cetakan 10, Edisi Revisi, Agustus 2020
Copy right@Edisi Revisipada LPPIK UMS
All right reserved
Penyunting
Dr. Syamsul Hidayat, M.Ag.
Dr. Abdullah Aly, M.Ag.
Penyusun:
Tim LPPIK UMS
Penerbit :
Lembaga Pengembangan Pondok Al-Islam dan
Kemuhammadiyahan
(LPPIK) Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Pabelan Kartasura Tromol Pos 1
Telp. (0271) 717417, Ex. 157/198. Fax. (0271) 715448
Surakarta 57102
2. iv
DARI PENERBIT
Buku yang hadir di hadapan Anda ini adalah edisi
revisi dari buku Pedoman Asistensi Bimbingan al-lslam
dan Kcmuhammadiyahan (AIK) yang disusun oleh Tim
DP2AK (Dcpartemen Pembinaan dan Pengembangan AIK),
terdiri atas Dosen dan Asisten AIK senior (yang semula
dalam bentuk diktat).
Sejak tahun 1984 DP2AK diganti dan dilanjutkan
oleh Lembaga Studi Islam (LSI) yang mengadakan program
asistensi AIK. Karena program tersebut dianggap kurang
efektif, maka mulai tahun 2001 Lembaga Pengembangan
Pondok, Al Islam dan Kemuhammadiyahan (LPPIK)
sebagai pemegang tongkat cstafet khususnya di bidang
penataan kurikulum AIK memandang perlu untuk
menerbitkan buku tersebut. Program asistensi dan
bimbingan AIK di lingkungan Universitas harus terus
dilakukan sebagai bagian dari kegiatan akademik dan
keislaman.
Namun perkembangan ilmu-ilmu keislaman semakin
cepat dan Tim LPPIK memandang perlu untuk melakukan
revisi buku tersebut. Untuk itu kontribusi dan peran serta
pembaca sangat diharapkan untuk memberikan koreksi yang
dipandang perlu guna kesempurnaan buku ini pada
penerbitan di masa mendatang. Atas partisipasinya yang
diberikan kami haturkan terima kasih.
Akhirnya, semoga buku ini membawa manfaat bagi
kita di dunia maupun di akhirat. Amin
3. v
PENGANTAR EDISI REVISI
Alhamdulillah, buku al-'Ubudiyah : Tuntunan
Praktis Ibadah Mahdhah dalam edisi revisi ini secara
esensial tidak mengalami perubahan. Namun dari aspek
pcnyuntingan banyak perubahan dan penyempumaan seperti
koreksi kesalahan pengetikan pada cetakan terdahulu,
perubahan sistematika pada bab-bab tertentu, perbaikan
kebahasaan dan dalil-dalil yang lebih menyesuaikan dengan
Himpunan Putusan Tarjih (HPT), Keputusan Muktamar
Tarjih Muhammadiyah ke XX di Garut (terutama masalah
shalat 'Idain dan shalat Istisqa'), ke XXI di Klaten dan ke
XXI1 di Malang (tentang bacaan tatswib pada azan subuh).
Saran dan koreksi dari pembaca tetap kami harapkan
selalu untuk kesempurnaan buku ini lebih lanjut. Semoga
bermanfaat.
LP1K UMS
4. vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Puji dan syukur yang hakiki hanya milik Allah SWT
semata, yang telah melimpahkan kasih sayang-Nya buat
seluruh umat dan alam semesta. Shalawat dan salam
teruntuk manusia pilihan lllahi yakni Nabi Muhammad
SAW, yang dengan perjuangannya dapat mengantarkan kita
menjadi umat pilihan yang terlahir untuk seluruh umat
manusia demi menuju ridha-Nya.
Pendidikan Al-lslam dan Kemuhammadiyahan (AIK)
bagi Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM), seperti
Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), merupakan
spirit (ruh) yang menjadi esensi keberadaannya. Oleh karena
itu pendidikan AIK memiliki peran yang amat sangat
strategis sebagai mata kuliah misi dan upaya membentuk
sarjana muslim yang berakhlak (berkarakter) mulia dan
mampu mengamalkan ilmunya sebagai darma baktinya
kepada umat, bangsa dan persyarikatan, demi landasan-
landasan nilai-nilai Islam yang kokoh dan berwawasan
sosio-kultural secara cerdas dan kreatif.
Sebagai konsekuensi logis dari kesadaran di atas,
maka upaya peningkatan dan pengembangan MK ini perlu
dilakukan secara terus menerus dan simultan. Peningkatan
dan pengembangan yang dimaksud meliputi aspek-aspek
kurikulum atau materi, metode pembelajaran, sumber daya
5. vii
manusia (human ware) dan lingkungan yang kondusif.
Terbitnya buku al-'Ubudiyah: Tuntunan lbadah
Praktis ini merupakan langkah riil dari upaya-upaya sadar
yang telah disebutkan di muka.
Buku ini merupakan revisi dari diktat Pedoman
Asistensi al-lslam dan Kemuhammadiyahan yang
diterbitkan oleh Departemen Pembinaan dan Pengembangan
AIK (DP2AK) UMS beberapa tahun yang lalu. Upaya
Lembaga Pengembangan Pondok, Al Islam dan
Kemuhammadiyahan (LPPIK) UMS untuk merevisi dan
menerbitkan ulang buku ini, merupakan langkah tepat
mengiringi upaya pembaharuan dan penyegaran kurikulum
AIK di lingkungan UMS.
Akhirnya, semoga langkah ini merupakan langkah
awal yang akan diikuti oleh langkah-langkah berikutnya
demi terwujudnya cita-cita pendidikan Muhammadiyah
yang suci dan mulia.
Surakarta, 8 September 2017
Wakil Rektor IV,
ttd
Dr. M. Fattah Santoso, M.Ag
6. viii
Daftar Isi
Dari Penerbit ......................................................................... iv
Pengantar Edisi Revisi ............................................................ v
Kata Pengantar ........................................................................ vi
Daftar Isi ............................................................................... viii
BAB I THAHARAH ......................................................... 1
A. Pendahuluan ....................................................... 1
1. Pengertian Thaharah ..................................... 1
2. Dasar Thaharah ............................................. 1
3. Fungsi Thaharah ........................................... 3
4. Alat Thaharah ............................................... 4
B. Sebab-Scbab dan Macam Thaharah ................... 10
1. Masalah Hadas dan Najis............................... 10
2. Macam-macam Thaharah .............................. 23
C. Wudhu................................................................. 45
1. Landasar Berwudhu....................................... 45
2. Keutamaan Berwudhu ................................... 45
3. Cara Berwudhu ............................................. 47
D. Tayamum ........................................................... 50
1. Landasan ....................................................... 50
2. Sebab-Sebab Bertayamum ............................ 51
3. Cara Bertayamum .......................................... 53
4. Membatalkan Tayamum ............................... 54
BAB II SHALAT ............................................................... 56
A. PENDAHULUAN ............................................. 56
1. Pengertian shalat ........................................... 56
2. Dasar Hukum Shalat ..................................... 57
7. ix
3. Faedah Shalat ................................................ 58
B. Cara Mengerjakan Shalat, Bacaan &Artinya...... 59
C. Macam-Macam Shalat ....................................... 76
1. ShalatWajib ................................................... 76
2. Shalat Tathawwu' (Sunnah) ........................... 80
D. Batalnya Shalat .................................................. 111
1. Pengertian Batalnya Shalat ............................ 111
2. Hal-hal yang Membatalkan Shalat................. 111
3. Menuju Sempurnanya Shalat......................... 111
E. Macam-Macam Sujud ........................................ 116
1. Sujud Sahwi .................................................. 116
2. Sujud Tilawah ............................................... 121
3. Sujud Syukur ................................................. 123
BAB III SHALAT JAMA'AH ........................................... 124
A. Pengertian Shalat Jama'ah .................................. 124
B. Landasan Syar'i .................................................. 124
C. Azan Dan lqamah ............................................... 125
D. Ketentuan Imam ................................................. 132
E. Cara Shalat Jama'ah ........................................... 132
F. Keutamaan Shalat ............................................... 137
BAB IV SHALAT JUM'AT ................................................ 138
A. Landasan Disyariatkannya ................................. 138
B. Yang Diwajibkan Shalat Jum'at.......................... 138
C. Perbuatan-Perbuatan yang dianjurkan dalam
Shalat Jum'at ...................................................... 140
D. Cara Shalat Jum'at .............................................. 141
8. x
BAB V QHASAR DAN JAMA' DALAM SHALAT......... 145
A. Qashar Shalat .................................................... 145
1. Pengertian Qashar Shalat .............................. 145
2. Dasar Hukum ................................................ 145
3. Cara Mengerjakan Qashar Shalat ................ 146
B. Jama' Shalat ........................................................ 146
1. Pengertian Jama' ............................................ 146
2. Dasar hukum Jama'Shalat ............................. 147
3. CaraMelaksanakan Jama' Shalat ................... 148
4. Sebab-sebab diperbolehkannya Menjama' Shalat 148
C. Shalat Dalam Keadaan Darurat .......................... 149
1. Shalat bagi Orang Sakit ................................. 149
2. Shalat di atas Kendaraan ............................... 150
3. Shalat Khauf (dalam keadaan bahaya) .......... 151
BAB VI PENGURUSAN JENAZAH.................................. 155
A. Pendahuluan ....................................................... 155
B. Cara Memandikan Mayat.................................... 158
C. Mengkafankan (Membungkus) Mayat................ 162
D. Shalat Jenazah..................................................... 165
1. Dasar Hukumnya .......................................... 165
2. Syarat Menunaikan Shalat Jenazah ............... 165
3. Cara Melaksanakannya.................................. 165
E. Menguburkan Mayat........................................... 167
F. Ta'ziyah (Mengunjungi Keluarga Yang Kematian) .. 173
BAB V KITAB SHIYAM ................................................... 175
A. Pendahuluan........................................................ 175
1. Untuk Melatih Disiplin Spiritual (Rohani) ... 175
2. Shiyam Menjadi Dasar Disiplin Moral ......... 176
3. Nilai Sosial Ibadah Shiyam............................ 176
9. xi
4. Hikmah Shiyam bagi Kesehatan Jasmani ..... 177
B. Macam Macam Puasa ......................................... 178
1. Shiyam Wajib ............................................... 178
a. Shiyam Ramadhan ................................. 178
1) Pengertian
2) Hukum Shiyam Ramadhan
3) Cara Bershiyam
4) Mereka yang boleh tidak puasa
dan ketentuan baginya
5) Yang Membatalkan Shiyam
6) Hal-hal yang Mengurangi Nilai Shiyam .
7) Amalan-amalan yang utama di bulan
Ramadhan
b. Shiyam Nazar ...................................... 193
c. Shiyam Qadha ..................................... 194
d. Shiyam Kifarat (tebusan) .................... 194
e. Shiyam Fidyah ...................................... 195
2. Shiyam Tathawwu'......................................... 196
a. Pengertian Shiyam Tathawwu' ............... 196
b. Macam-macam Shiyam Tathawwu' ....... 196
c. Batasan Shiyam Sunnah.......................... 201
10. 1
BAB I
TAHARAH
A. PENDAHULUAN
Dalam hukum Islam, soal bersuci dan segala seluk-
beluknya termasuk bagian ilmu dan amalan yang sangat
penting. Karena, di antara syarat-syarat sahnya shalat adalah
orang harus dalam keadaan suci dari hadas dan suci pula dari
badan, pakaian dan tempat shalat dari najis. Sementara shalat
adalah tiang agama Islam.
Dalam hukum Islam, kata-kata thaharah (bersuci) ada
kalanya dipakai dalam arti yang sesungguhnya (dzati atau
'aini), misalnya bersuci dengan air. Adakalanya dipakai
dalam arti hukmi atau syar'i bersuci memakai debu
(tayamum). Oleh karena itu thaharah dalam konteks ini
pengertiannya berbeda dengan pengertian bersuci dalam
konteks lain, misalnya kesucian ruhani dalam ilmu tasawuf.
Selanjutnya, dalam bab pendahuluan ini akan dibahas
empat hal yaitu (1) pengertian thaharah (2) dasar thaharah
(3) fungsi thaharah dan (4) alat thaharah.
1. Pengertian Thaharah
Thaharah ialah aktivitas-aktivitas tertentu
sebagaimana diatur syara' guna mensucikan diri dari
hadas dan juga mensucikan badan, pakaian dan tempat
shalat dari najis.
2. Dasar Thaharah
Landasan disyariatkan thaharah atau bersuci ialah
firman Allah SWT:
11. 2
َّنِإ
هللا
ينه ِ
رِههطهتُمْال ُّب ِحُي هو ينهِبا َّوَّتال ُّب ِحُي
.
(
: البقرة
222
)
Sungguh Allah mencintai orang-orang yang bertaubat
dan orang-orang yang suci" (QS. AI- Baqarah (2):
222).
ْرِههطهف هكهباهيِث هو
،
) ْرُجْهاهف زهْجُّالر هو
: ثر(المد .
4
-
5
)
"Sucikanlah pakaianmu, -Dan jauhilah segala kotoran”
(QS. Al -Mudastsir (74): 4-5).
ِة ه
َلَّصال ىهلِإ ْمُتْمُق اهذِإ واُنهمهآ ِينهذَّلا اههُّيهأ اهي
واُلِسْغاهف
واُحهسْامهو ِقِفاهرهمْال ىهلِإ ْمُكهيِدْيهأهو ْمُكههوُجُو
اًبُنُج ْمُتْنُك ْنِإهو ِْنيهبْعهكْال ىهلِإ ْمُكهلُجْرهأهو ْمُكِسوُءُرِب
هءاهج ْوهأ ٍ
رهفهس ىهلهع ْوهأ ىهضْرهم ْمُتْنُك ْنِإهو واُرَّهَّاطهف
ْسهم ه
َل ْوهأ ِطِئهاغْال نهِم ْمُكْنِم ٌدهحهأ
ُوادِجهت ْمهلهف هءاهسِالن ُمُت
ْمُكِهوُجُوِب واُحهسْامهف اًبِيهط ًاديِعهص واُمَّمهيهتهف ًءاهم
ُدي ِ
رُي اهم ُهْنِم ْمُكِيدْيهأهو
ُللا
ٍجهرهح ْنِم ْمُكْيهلهع هلهعْجهيِل
ْمُكَّلهعهل ْمُكْيهلهع ُههتهمْعِن َّمِتُيِلهو ْمُكهرِههطُيِل ُدي ِ
رُي ْنِكهلهو
ُرُكْشهت
ون
: (المائدة .
6
)
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan
tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu
dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki,
dan jika kamu junuh Maka mandilah dan jika kamu
sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat
buang air (kakus) atau menyentuh perempuan
(bersetubuh), lalu kamu tidak memperoleh air, maka
12. 3
bertayammumlah dengan tanah' yang baik (bersih);
sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah
tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak
membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya
bagimu, supaya kamu bersyukur.
Juga sabda Nabi SAW:
ِللا ُل ْوُسهر هلاهق هلاهق ْي ِ
رهعْشهألْا ٍالكهم ْيِبهأ ْنهع
ِانهمْيِإلْا ُرْهطش ُرْوُهَّالط :همَّلهسهو ِهْيهلهع ُللا ىَّلهص
)وأحمد الترمذي و مسلم (رواه
"Suci itu setengah dari iman ". (HR. Muslim, Tirmidzi
dan Ahmad)
3. Fungsi Thaharah
Fungsi thaharah adalah untuk memenuhi syarat
sahnya shalat dan untuk menyempurnakan ibadah.
Orang yang shalat tanpa bersuci shalatnya tidak sah.
Dalam hal ini Rasulullah bersabda:
ْوُسهر انههك
ُلهبْقُت هَل : ُلْوُقهي همَّلهسهو ِهْيهلهع ُللا ىَّلهص ِللا ُل
ُط ِ
ْريهغِب هةهَلهص
وأبوداود وأحمد مسمل (رواه ِ
ر ْوُه
)ماجه وابن والترمذى
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Tidak diterima shalat tanpa bersuci (HR. Muslim,
Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibn Majah)
ْيِبهأ ْنهع
ِيِبَّنال ِنهع هةهْريهرُه
ِهْيهلهع ُللا ىَّلهص
همَّلهسهو
هلاهق
:
ىَّتهح هثهدْحهأ اهذِإ ْمُكِدهحهأ هةهَلهص ُللا ُلهبْقُي هَل
.هأَّضهوهتهي
ومسلم(رواه
غيرهما
)
"Allah tidak akan menerima shalat seorang di antara
13. 4
kamu yang berhadas sehingga ia berwudhu" (HR.
Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Turmuzi).
14. 5
Istimbat Hukum
Hadis pertama menyatakan tidak sahnya shalat
yang tidak didahului bersuci. Termasuk bersuci ialah :
mandi janabat, wudhu, tayamum, istinja' atau
menghilangkan najis. Jadi hadist pertama berisi perintah
bersuci secara umum. Hadis kedua khusus menekankan
pentingnya wudhu bagi yang berhadas kecil bila hendak
shalat.
Dari kedua hadis tersebut dapat diambil konsepsi
hukum bahwa fungsi thaharah atau bersuci, baik bersuci
dari hadas besar maupun bersuci dari hadas kecil dan
juga bersuci dari najis adalah mutlak perlu bagi orang
yang hendak mengerjakan shalat agar shalatnya sah.
4. Alat Thaharah
Alat thaharah telah ditetapkan syara' hanya ada tiga macam:
a. Air
Air adalah alat bersuci yang paling besar peranannya
dalam bab thaharah ini. Namun demikian tidak
semua jenis air sah untuk bersuci. Untuk jelasnya
perhatikan klasifikasi berikut:
1) Air Mutlak
Air yang termasuk jenis ini:
a) Air alam yang masih murni
Macam-macamnya: air hujan, salju,
air embun termasuk juga air yang keluar dari
mata air. Air jenis ini suci dan mensucikan.
Lihat dalil-dalil berikut:
ُلنزُيهو ُهْنِم ًةهنهمهأ ه
اسهعُّنال ُمُكِيهشغُي ْذِإ
ِهِب ْمُكهرِههطُيِل ًءاهم ِاءهمَّسال نهِم ْمُكْيهلهع
15. 6
هطِب ْرهيِلهو ِانهطْيَّشال زهْج ِر ْمُكْنهع هبِهْذُيهو
اهدْقاأل ِهِب هتِبهثُيهو ْمُكِبوُلُق ىهلهع
هم
.
)
:األنفال
11
(
"Dan Dia Allah menurunkan untukmu sekalian
air dari langit supaya kalian menggunakannya
untuk bersuci"
(QS. Al-Anfal (8): 11).
ْيهدهي ْنهيهب اًرْشُب هحاهي ِ
الر هلهسْرهأ ِيذَّال هوُههو
وُههط ًءاهم ِاءهمَّسال نهِم هانْلزهْنهأهو ِهِتهمْحهر
اًر
.
: (القرقان
44
)
“ Dan Kami (Allah) turunkan air dari langit
yang suci dan mensucikan " (QS. Al-Furqan
(25): 48).
Istimbat Hukum:
Air yang turun dari langit, baik berupa air
hujan maupun air embun dan salju hukumnya
suci, sah dipakai untuk bersuci. Tentang
sucinya air salju, air dan embun didasarkan
doa iftitah shalat, seperti diriwayatkan dari
Abu Hurairah:
ِاءهمْالِب هايهياهطهخ ِْلسْغا َّمُهَّالل
ِد هرهبْال هو ِجْلَّثال هو
اَل الجماعة (رواه .
)الترمذى
"...Ya Allah, sucikanlah aku dari kesalahan-
kesalahanku dengan air, salju, dan embun "
(HR. Jama'ah kecuali Tirmizi).
b) Air laut
Sama dengan air jenis pertama tadi,
16. 7
air laut juga suci menyucikan, bahkan
bangkainya halal dimakan.
17. 8
Hadis dari Abu Hurairah, meriwayatkan,
seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah:
"Ya Rasulullah, kami biasa berlayar di
lautan dan hanya membawa bekal air sedikit.
Jika air itu kami berwudhu dengan air laut?
" Rasulullah menjawab:
ىَّلهص ِ َّ
َّللا ُلوُسهر هلاهقهف
ُللا
ِهْيهلهع
ُّل ِحْال ُهُؤاهم ُورُهَّالط هوُه همَّلهس هو
ُهُتهتْيهم
)الخمسة (رواه .
"Laut itu airnya suci dan menyucikan,
bangkainya halal dimakan ". (HR. Lima Ahli
Hadis).
c) Air Telaga atau Danau.
Air ini termasuk air yang suci dan
menyucikan. Berdasarkan riwayat Ali r.a.
bahwa Rasulullah meminta seember air
telaga zam-zam, diminumnya sedikit lalu
dipakai buat berwudhu (HR. Ahmad).
d) Air kolam, air sungai, air dalam genangan
yang cukup besar termasuk air sawah dan
sebagainya.
Air jenis ini termasuk air yang suci
dan menyucikan. Alasannya:
ِي ِ
رْدُخْال ٍديِعهس يِبهأ ْنهع
ُهَّنهأ
هلاهق
ُلوُس هر
ِللا
ىَّلهص
ُللا
همَّلهس هو ِهْيهلهع
:
ٌءْيهش ُهُس ِهجنُي ه
َل ٌورُههط ُءاهمْال
(رواه .
)وأحمد والنساء أبوداود
“Dari Abu Sa'id al-Khudhri r.a, telah
18. 9
bersabda Rasulullah SAW: 'Air itu suci, tidak
ada sesuatu pun yang dapat menajiskannya."
(HR. Abu Dawud, Nasai dan Ahmad).
Juga berdasarkan hadist Ibn Umar r.a,
dia meriwayatkan, Rasulullah SAW.
Bersabda “Apabila air itu sebanyak dua
kulah atau lebih maka ia kedap najis." (HR.
Empat Ahli Hadis dan disahihkan oleh Ibn
Khuzaimah, Hakim, dan Ibn Hi ban. Lihat
Subulus Salam 1:19)
Istimbat Hukum
Berdasarkan kedua hadist di atas, penyusun
menetapkan bahwa air dalam jumlah banyak
(dua kulah lebih) hukumnya suci dan
menyucikan, meskipun di dalam air tersebut
terdapat najis).
Catatan:
Memang ada dua hadist dhaif yang masing-
masing diriwayatkan oleh Ibn Majah
bersumber dari Abu Umamah dan riwayat
Baihaqi dengan sumber Abu Umamah juga,
yang meriwayatkan bahwa air tidak bisa
dinajiskan kecuali kemasukan barang yang
menyebabkan berubahnya bau, rasa dan
warnanya.
ُلوُسهر هلاهق ِيِلِهاهبْال هةهماهمُأ يِبهأ ْنهع
ِللا
ىَّلهص
ُللا
همَّلهسهو ِهْيهلهع
:
ُهُسِهجنُي ه
َل هءاهمْال َّنِإ
ْي ِ
ر ىهلهع هبهلهغ اهم َّ
َلِإ ٌءْيهش
ِهِمْعهطهو ِهِح
ِهِن ْوهلهو
)والبيهقي ماجه ابن (رواه .
Dari Abu Umamah al-Bahily berkata: Rasulullah
bersabda: "Sesungguhnya air itu tidak dapat
19. 10
dinajiskan oleh sesuatu, kecuali bila barang
najis itu menyebabkan berubahnya bau, rasa
dan warnanya " (HR. Ibnu Majah dan Baihaqi)
2) Air Musta'mal (air sudah terpakai)
Menurut beberapa hadist yang sudah penyusun
teliti air musta'mal (air yang sudah terpakai untuk
bersuci) hukumnya sah untuk bersuci (mandi atau
wudhu), sebagaimana air mutlak.
Hadist-hadist yang mendukung pendapat ini
antara lain:
ِباهج ْنهع
للا عبد بن ِ
ر
ُلوُقهي
:
ُلوُسهر هءاهج
ِللا
ىَّلهص
ُللا
ْوُعهي همَّلهسهو ِهْيهلهع
ه
َل ٌيضِ
رهم هانهأهو يِنُد
ُتْلهقهعهف ِهِئوُضهو ْنِم َّيهلهع َّبهصهوهأَّضهوهتهف ُلِقْعهأ
.
)حبانوابنوالبيهقيالبخارى(رواه
Jabir Ibn Abdullah meriwayatkan: "Pada suatu hari
Rasulullah menjenguk aku kala sakit dan tidak
sadarkan diri, maka Rasulullah berwudhu lalu
menuangkan (sisa) air wudhunya kepadaku". (HR.
Bukhari, Baihaqi danm Ibn Hibban).
Istimbat Hukum
Air yang telah dipakai berwudhu tidak najis. Istimbat
ini juga didasarkan pada amalan Rasulullah
sebagaimana diterangkan oleh riwayat berikut:
َّنهأ
هرهبْخهأ ٍ
َّاسبهع ْنهبا
هلوُسهر َّنهأ
ِللا
ىَّلهص
ُللا
هةهنوُمْيهم ِلْضهفِب ُلِسهتْغهي انههك همَّلهسهو ِهْيهلهع
.
)ومسلم أحمد (رواه
“Dari Abbas menerangkan, bawasannya Nabi
SAW: pernah mandi dengan sisa air yang
dipakai isterinya, Maimunah ". (HR. Ahmad
20. 11
dan Muslim).
Dalam versi Ibn Abbas juga meriwayatkan
bahwa salah seorang istri Rasulullah mandi pada
suatu jafnah (guci). Kemudian datang Rasulullah
SAW. untuk berwudhu atau mandi dengan air
(sisa) yang tinggal dalam guci tersebut. Segera
istri Rasulullah mencegahnya: "Ya Rasulullah,
saya telah mandi junub dengan air tersebut".
Rasulullah menjawab: "Air itu tiada berjunub ".
(HR. Ahmad, Abu Dawud, Nasal dan
Turmuzi).
3) Air suci yang tidak menyucikan.
Air jenis ini banyak sekali macamnya.
Misalnya air teh, air kelapa, air gula dan
sebagainya. Air semacam itu tidak bisa dipakai
bersuci, meskipun zatnya tergolong suci. Lain
halnya jika mutlak yang tercampur benda suci
seperti tercampur sabun, tepung dan sebagainya,
namun kemutlakannya tetap terjaga, ia tidak
tergolong air suci yang menyucikan.
4) Air Mutanajjis (Air yang tercampur dengan
najis)
Bila air ini dalam jumlah sedikit jelas tidak
dapat digunakan untuk bersuci. Karena ia sendiri
tidak suci. Tetapi bila air ini dalam jumlah besar
dan mengalir, maka dihukumi sebagai air yang
dapat digunakan untuk bersuci, karena air itu
dapat dirubah oleh najis tersebut, dan tetap suci.
b. Debu
Debu yang sah untuk bersuci lalah debu yang
suci dan kering. Debu semacam ini biasa ada di
tanah kering, pasir, tembok, di balik tikar dan Iain-
lain. Debu yang digunakan untuk bersuci, yaitu
22. 13
c. Batu dan Benda-benda Kesat lainnya, selain Tahi
dan Tulang
Benda-benda jenis ini dapat digunakan untuk
bersuci, yaitu istinja'.
B. Sebab-Sebab Dan Macam Thaharah
Thaharah itu bisa disebabkan karena hadas dan bisa
disebabkan karena najis. Dari dua sebab yang berbeda itu
mengakibatkan disyariatkannya macam-macam thaharah
yang berbeda pula.
1. Masalah Hadas dan Najis
a. Pengertian hadas dan macamnya
Hadas ialah sautu kejadian yang mengenai pribadi
seorang muslim, sehinga menyebabkan rusaknya kesucian
seseorang, yang mengakibatkan batalnya shalat atau
thawaf. Artinya shalat atau thawaf yang dilakukannya
dinyatakan tidak sah karena dirinya dalam keadaan
berhadas.
Sebab-sebab seseorang dihukumkan sebagai orang
yang berhadas ada bermacam-macam, yang kemudian oleh
para ahli fiqh dikelompokkan menjadi dua macam yaitu:
1) Hadas kecil
Yang menyebabkan seseorang dihukumkan terkena
hadas kecil antara lain dapat disebutkan sebagai berikut;
a) Mengeluarkan sesuatu dari dubur atau
kubulnya yang dapat berupa
(1) Buang air kecil atau buang air besar
Berdasarkan firma Allah:
ِطِئهاغلْا نهِم ْمُكْنِم ٌدهحهأ هءاهج ْوهأ
"... atau salah seorang dari kalian datang dari
jamban (buang air) "(QS.Al-Maidah (5) : 6).
23. 14
(2) Mengeluarkan angin busuk (kentut).
Berdasarkan sebuah hadist:
ْيهرُهاهبهأ هعِمهسُهَّنهأ ٍهِهبنُم ِْنب ِامَّمهه ْنهع
ُلوُقهيهةهر
ُلوُسهر هلاهق
ِللا
ىَّلهص
ُللا
همَّلهسهو ِهْيهلهع
:
ه
َل
هلاهق هأَّضهوهتهي ىَّتهح هثهدْحهأ ْنهم ُة ه
َلهص ُلهبْقُت
اهبهأ اهي ُثهدهحْال اهم هتْوهمهْرضهح ْنِم ٌلُجهر
ٌطاهرُض ْوهأ ٌءاهسُف هلاهقهةهْريهرُه
)عليه(متفق.
Dari Hamam bin Munabih bahwa ia
mendengar Abu Hurairah berkata: Rasulullah
SAW.bersabda: "Tidak akan diterima shalat
seseorang yang berhadas sampai ia
berwudhu". Maka bertanyalah seorang lelaki
dari Hadramaut: "Apakah artinya hadas itu
ya Abu Hurairah?", Ia menjawab" "Kentut
atau berak" (Bukhari-Muslim).
(3) Mengeluarkan madzi atau wadi
Berdasarkan hadist:
هع
ْن
ُز
ْر
هع
هة
ِبهأ
هع بى
ْب
ِد
َّالر
ْح
هم
ِن
هق
هلا
هس
ِم
ْع
ُت
ِا
ْب
نه
هع
َّب
ٍ
اس
هي
ُق
ْو
ُل
:
ا
ىِنهمْل
هو
ىْذهمْال
هو
ْا
هلو
ْد
ُى
،
هأ
َّم
ا
همْال
ُّىِن
هف
ُه
هو
َّال
ِذ
ِم ى
ْن
ُه
ْا
ُغل
ْس
ُل
،
هو
هأ
َّم
ا
ْا
هلو
ْد
ُى
هو
ْدهمْال
ُى
هف
هق
هلا
:
ْغا
ِس
ْل
هذ
هك
هر
هك
هأ
ْو
هم
هذ
ِكا
ْي
هر
هك
هو
هت
هو
َّض
ْأ
ُو
ُض
ْو
ِء
هك
ِل
َّصل
هَل
ِة
.
)البيهقي(رواه
Dari Zur'ah Abi Abdirrahman berkata :
Aku mendengar Ibn Abbas r.a berkata :
Mani, madzi dan wadi. Adapun mengenai
mani, itulah yang diwajibkan mandi
24. 15
karenanya. Adapun mazi atau wadi,
hendaklah engkau basuh kemaluanmu atau
sekitarnya, kemudian berwudhulah sebagai
wudhumu untuk shalat dan berwudhulah
sebagaimana wudhumu untuk shalat”. HR.
Al-Baihaqi).
b) Menyentuh kamaluanmu tanpa memakai alas.
Berdasarkan hadits :
ْنهع
هةهرْسُب
ِتْنِب
َّنهأ انههوْفهص
َّيِبَّنال
ىَّلهص
ُللا
ِهْيهلهع
َّْأضهوهتهيْلهف ُههرهكهذ َّسهم ْنهم ُلوُقهي همَّلهسهو
(رواه .
)وأحمدوالترمذىأبوداود
Dari Basrah binti Safwan, bahwa Nabi SAW, telah
bersabda: “Barang siapa menyentuh kemaluannya,
maka jangan shalat sebelum berwudhu.” (HR. Abu
Dawud,Tirmidzi dan Ahmad)
c) Tidur nyenyak dengan posisi terlentang.
Hal ini berdasarkan sebuah hadits :
هي ِ
ضهر ٍبِلاهط يِبهأ ِْنب ِيِلهع ْنهع
ُللا
هلاهق ُهْنهع
ُلوُسهر هلاهق
ِللا
ُءاهكِو همَّلهسهو ِهْيهلهع ُ َّ
َّللا ىَّلهص
َّْأضهوهتهيْلهف ههامن ْنهمهف ِهاننْيهعْال ِهَّسال
Telah berkata Ali ra. Bahwa Rasulullah SAW.
bersabda: “Mata itu bagaikan tali penutup
dubur. Maka barang siapa telah tidur,
berwudhulah.” (HR. Abu Dawud)
Dari beberapa penegasan seperti tersebut
di atas dapat ditarik kesimpulan umum bahwa
seorang akan menjadi batal wudhunya apabila
terkena salah satu dari apa yang telah
disebutkan di atas. Atau dengan kata lain
seseorang yang berkehendak akan melakukan
25. 16
shalat atau thawaf, maka dirinya wajib
berwudhu terlebih dahulu. Dan penegasan di
atas memberikan petunjuk pula bahwa
beringgungan kulit antara pria dan wanita,
sekalipun antara keduanya tidak ada hubungan
mahram tidak menjadikan batal wudhunya.
ْتهلاهق هةهشِئاهع ْنهع
ىَّلهص ِ َّ
َّللا ُلوُسهر انههك ْنِإ
ِ
رهتْعُمهل يِنِإهو يِلهصُيهل همَّلهسهو ِهْيهلهع ُ َّ
َّللا
ْنهيهب ٌةهض
هرِتوُي ْنهأ هداهرهأ اهذِإ ىَّتهح ِةهازهنهجْال ه
اضهرِتْعا ِهْيهدهي
ِهِلْج ِ
رِب يِنَّسهم
)والنسائى أحمد (رواه
Dari Aisyah berkata: “Sesungguhnya Rasulullah
SAW. bershalat sedang aku berbaring di mukanya
melintang sepeerti jenazah, sehingga ketika beliau
akan witir, beliau menyentuh diriku dengan
kakinya.” (HR. Ahmad dan Nasai).
2) Hadas Besar
Yang menyebabkan seseorang dihukumkan
terkena hadas besar antara lain dapat disebutkan
sebagai berikut :
a) Mengeluarkan mani (sperma)
Peristiwa keluarnya mani ini dapat terjadi bila
dalam berbagai keadaan, baik di waktu jaga
maupun di waktu tidur atau mimpi, baik bagi pria
atau wanita.
Hal ini didasarkan pada hadits :
هي ِ
ض هر ٍيِلهع ْنهع
ُللا
هلاهق
ُلوُس هر ك
ِللا
ىَّلهص
ُللا
هيْذهمْال هْتيهأ هر اهذِإ همَّلهس هو ِهْيهلهع
هكهءوُض ُو َّْأض هوهت هو هك هرهكهذ ِْلسْغاهف
ِْلسهتْغاهف هءاهمْال هتْخهضهف اهذِإ هو ِة ه
َلَّصلِل
.
أقوداود (رواه
ر
والنسا
ئى
)
26. 17
Dari Ali, bahwa Rasulullah SAW. telah
bersabda: “Apabila kalian melihat madzi
maka cucilah dzakarmu dan berwudhulah
sebagaimana wudhumu untuk shalat. Dan
apabila air itu terpancar keras (mani), maka
mandilah.” (HR. Abu Dawud).
هةهمهلهس ِمُأ ْنهع
اههْنهع ُللا هى ِ
ضهر
ْتهلاهق
ُّمُأ ْتهءاهج
ِلوُسهر ىهلِإ ٍْميهلُس
ِللا
ىَّلهص
ُللا
ْتهلاهقهف همَّلهسهو ِهْيهلهع
هلوُسهر اهي
ِللا
َّنِإ
هللا
ِقهحْال ْنِم يِيْحهتْسهي ه
َل
هف
ْلهه
ِةهأْرهمْالىهلهع
ٌلْسُغ
هلاهقهف ْتهمهلهتْاحاهذِإ
:
ْتهأهراهذِإ ْمهعهن
هءاهمْال
)وغيرهماومسلمالبخارى(رواه.
Dari Ummu Salamah berkata: Telah datang
Ummu Sulaim r.a kepada Rasulullah, maka ia
berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya Allah
tidak main mengenai kebenaran! Wajibkan
perempuan itu mandi bilamana ia bermimpi?
beliau menjawab benar, bila ia melihat air" (HR.
Bukhari dan Muslim serta lain-Iainnya).
b) Hubungan Kelamin (Coitus, Jima'), baik
disertai keluarnya mani ataupun belum keluar.
Hal ini didasarkan pada firman Allah:
واُرَّهَّاطهف اًبُنُج ْمُتْنُك ْنِإ هو
: (المائدة .
6
)
"Dan jikalau kamu sekalian junub hendaklah
bersuci" (QS. Al-Maidah (5): 6).
Demikian pula Rasulullah menerangkan dalam
sebuah hadistnya:
27. 18
هةهْريهرُه يِبهأ ْنهع
هلهع ُ َّ
َّللا ىَّلهص ِ َّ
َّللا َّيِبهن َّنهأ
ِهْي
َّمُث ِعهبْره ْ
األ اههِبهعُش ْنهيهب ه
سهلهج اهذِإ هلاهق همَّلهسهو
ُلْسُغْال ِهْيهلهع هبهجهو ْدهقهف هاههدهههج
ِثِيدهح يِفهو
ْل ِ
زْنُي ْمهل ْنِإهو ٍ
رهطهم
)عليه (متفق .
“Jika seseorang telah bersetubuh maka sungguh
wajib untuk mandi" dalam riwayat Mathar:
"meskipun tidak mengeluarkan mani" (HR.
Bukhari-Muslim).
c) Haid dan Nifas
Ketentuan ini didasarkan pada firman Allah :
اهذِإهف نه ْرُهْطهي ىَّتهح َّنُهوُب هرْقهت َل هو
ُمُك هرهمهأ ُْثيهح ْنِم َّنُهوُتْأهف نه ْرَّههطهت
ُللا
َّنِإ
هللا
ِبا َّوَّتال ُّب ِحُي
ُّب ِحُي هو ينه
ينه ِرِههطهتُمْال
: (البقرة .
222
)
"Dan janganlah kamu dekati istri (yang sedang
haid) sehingga bersuci. Dan apabila sudah
bersuci (mandi) maka campurailah mereka itu
sebagaimana diperintahkan Allah kepadamu".
(QS. Baqarah: 222)
Adapun terhadap masalah nifas maka
berdasarkan ijma' sahabat ia dihukumkan sama
denga haid.
Walhasil yang dititikberatkan dalam hadist
ini ialah proses kejadiannya, bukan bendanya.
b. Hal-hal terlarang dikerjakan bagi orang yang
berhadas
1) Bagi yang berhadas kecil, dilarang melakukan
shalat.
2) Bagi yang berhadas besar, dilarang melakukan hal-
28. 19
hal sebagai berikut:
a) Shalat
Sebab shalat tidak sah bagi orang
yang berhadas, baik hadas kecil apalagi
hadas besar. Rasulullah bersabda "Allah
tidak akan menerima shalat seseorang di
antara yang berhadas sampai ia
berwudhu." (HR. Bukhari, Muslim, Abu
Dawud dan Turmuzi). Dalam hadist lain
Nabi bersabda: "Allah tidak akan
menerima shalat seseorang tanpa
didahului bersuci." (HR. Jama'ah ahli
hadist selain Bukhari).
b) MelakukanThawaf
Nabi SAW. Bersabda:
ٍ
َّاسبهع ِْنبا ْنهع
ىَّلهص َّيِبَّنال َّنهأ
ُللا
ِهْيهلهع
ُلْثِم ِتْيهبْال هل ْوهح ُافهوَّالط هلاهق همَّلهسهو
همَّلهكهت ْنهمهف ِهيِف ونهُمَّلهكهتهت ْمُكَّنهأ َّ
َلِإ ِة ه
َلَّصال
ٍ
ْريهخِب َّ
َلِإ َّنهمَّلهكهتهي ه
َلهف ِهيِف
الترمذى (رواه .
الحاك وصححه والدارقطني
)م
“Dan Ibn Abbas bahwa Nabi SAW
bersabda: "Thawaf di sekitar Ka'bah itu
seperti shalat. Hanya saja kalian boleh
bercakap-cakap di dalamnya. Barangsiapa
bercakap-cakap, jangan berkata-kata, kecuali
dengan perkataan yang baik saja") HR.
Turmudzi dan Daruqutni, dan disahkan
oleh Hakim).
c) Berdiam di masjid (I'tikaf)
Larangan berdiam di masjid bagi
orang yang berhadas ini antara lain
29. 20
berdasarkan hadist-hadist berikut: "Rasulullah
SAW. datang, sedang bagian depan rumah
para sahabat menjorok ke dalam masjid. Maka
Rasulullah berseru: pindahkan beranda
rumahmu ini dari masjid! Lalu Rasulullah
masuk. Sedang para sahabat tidak
melaksanakan perintah tersebut karena
mengharap dispensai. Maka Rasulullah keluar
menemui mereka dan bersabda: Pisahkan
rumah-rumah ini dari masjid, saya tidak
membolehkan masjid itu bagi wanita haid dan
orang junub. (HR. Abu Dawud).
Juga berdasar hadist Umi Salamah:
"Rasulullah masuk ke halaman masjid dan
berseru sekeras suara: "Sungguh, masjid
tidak dibolehkan bagi wanita haid maupun
orang junub!". (HR. Ibnu Majah dan
Tabrani).
Akan tetapi kalau sekedar lewat di
masjid tidak terlarang. Perhatikan firman
Allah:
واُلِسهتْغهت ىَّتهح ٍليِبهس ي ِ
رِباهع َلِإ اًبُنُج َلهو
: (االنساء .
44
)
".... Demikian pula orang yang yang
sedang junub-tidak boleh mendekati
tempat shalat kecuali lewat, sampai kalian
mandi (janabat). (QS. An Nisa': 43).
d) Menyentuh mushaf atau membacanya
Hanya saja hal ini masih diperselisihkan
oleh para ulama. Maksudnya, sebagian ulama
mengharamkan orang yang berhadas (besar)
menyentuh mushaf atau membacanya, dan
sebagian yang lain memperbolehkannya, dan
30. 21
yang rajih adalah bahwa hadas, baik kecil
maupun besar tidak menghalangi menyentuh
atau membaca mushaf al-Quran.
Sedangkan suci dari hadas dalam
membawa mushaf dan membacanya
merupakan adab atau akhlak yang baik dalam
membaca Quran (Adab Tilawatil Quran).
c. Pengertian Najis dan Macam-macamnya
Najis ialah sesuatu yang dipandang kotor
oleh Syara', dan menghalangi kesucian dalam
melakukan ibadah.
Berdasarkan beberapa dalil dapat disimpulkan
bahwa benda-benda yang termasuk najis ialah: tahi,
air kencing, air mazi, darah haid, darah nifas, dan
air liur anjing. Di bawah ini akan dijelaskan satu per
satu benda-benda najis yang sudah disebutkan di
atas berdasarkan dalil-dalil.
1) Tahi (Tinja)
هةهشِئاهع ْنهع
هلوُسهر َّنهأ
ِللا
ىَّلهص
ُللا
همَّلهسهو ِهْيهلهع
ُههعهم ْهبهْذهيْلهف ِطِئهاغْال ىهلِإ ْمُكُدهحهأ ههبههذ اهذِإ هلاهق
ُهْنهع يِ
زْجهت اههَّنِإهف اههِب ْبِطهتْسهيْلهف ٍ
ارهجْحهأ ِةهث ه
َلهثِب
.
)والدارميوالنسائىأحمد(رواه
Nabi bersabda "Apabila di antara kalian
buang air besar, maka hendaklah bersuci
dengan tiga batu itu sudah cukup.
(HR. Ahmad, Nasai dan Ad Darimi).
2) Air Kencing
ِل ْوهبْال اهذهه ْنِم ٍءْهيشِل ُحُلْصهت ه
َل هدِاجهسهمْال ِهِذهه َّنِإ
ِ
رْكِذِل هيِه اهمَّنِإ ِرهذهقْال ه
َلهو
ِللا
هع
ِة ه
َلَّصالهو َّلهجهو َّز
ِآنْرُقْال ِةهءاهرِقهو
)مسلم (رواه.
"Masjid-masjid ini tidak pantas buat kencing dan
31. 22
buat (tempat) benda-benda kotor, tetapi tempat untuk
dzikrul-lah, shalat dan membaca al-Quran ". (HR.
Muslim).
ُلوُسهر هلاهق هلاهق ٍ
هسنهأ ْنهع
ِللا
ُللا صلى
عليه
ِ
ْربهقْال ِباهذهع هةَّماهع َّنِإهف ِلْوهبْال نهِم واُهَّهزنهت وسلم
ُهْنِم
)الدارقطنى(رواه
Nabi bersabda: "Bersucilah kalian dari air
kencing karena kebanyakan azab itu
disebabkan olehnya. " (HR. Daruqutni).
3) Mazi (Air Syahwat)
ٍيِلهع ْنهع
هلاهق
يِيْحهتْسهأ ُتْنُكهو ًءاَّذهم ً
َلُجهر ُتْنُك
ىَّلهص َّيِبَّنال هلهأْسهأ ْنهأ
ُللا
ِانهكهمِل همَّلهسهو ِهْيهلهع
هلاهقهف ُههلهأهسهف ِدهوْسه ْ
األ ْنهب هداهدْقِمْال ُتْرهمهأهف ِهِتهنْبا
َُّأضهوهتهيهوُههرهكهذ ُلِسْغهي
)عليه (متفق .
Berkata Ali: "aku seorang yang banyak
mengeluarkan mazi, tapi aku malu
menanyakannya kepada Rasulullah SAW. Maka
aku menyuruh Miqdad bin Aswad bertanya kepada
Nabi SAW. Beliaupun menjawab: "hendaklah
dicuci kemaluannya dan berwudhulah "
(Mutafaq'alaih).
4) Darah Haid
ِئاهع ْنهع
هةهش
هلاهق ْتهلاهق
ىَّلهص َّيِبَّنال
ُللا
ِهْيهلهع
ِا
اهذ
ْتهرهبْدهأ اهذِإهو هة ه
َلَّصال يِعهدهف ُةهضْيهحْال ْتهلهبْقهأ
يِلِسهتْغاهف
هَّمدال ِكْنهع
يِلهصهو
البخارى (رواه .
)والدارمي النسائى وأبوداود ومسلم
Dari Aisyiyah berkata Nabi SAW bersabda:
"Maka apabila datang haid, tinggalkan shalat.
32. 23
Apabila haid sudah berhenti, bersihkanlah
darah itu darimu dan tunaikanlah shalat" (HR.
Bukhari).
5) Darah Nifas
Hukum darah nifas sama dengan darah haid, yaitu
najis.
6) Air Liur Anjing
Berdasarkan hadist yang diriwayatkan oleh
Abu Hurairah:
هلاهق هةهْريهرُه يِبهأ ْنهع
:
ُلوُسهر هلاهق
ِللا
ىَّلهص
ُللا
ِهيِف هغهلهو اهذِإ ْمُكِدهحهأ ِهاءنِإ ُورُههط همَّلهسهو ِهْيهلهع
ُبْلهكْال
،
َّنُه ه
وَلُأ ٍتاَّرهم هعْبهس ُههلِسْغهي ْنهأ
ِباهرُّتالِب
رواية وفى )ومسلم أحمد (رواه .
بالتراب أخراهن أو أوَلهن للترمذى
.
"Sucinya bejana salah seorang dari kami
sekalian, apabila digunakan minum anjing,
hendaklah dicuci tujuh kali permulaannya
disertai debu" (HR. Muslim dan Ahmad)
dalam riwayat Tirmidzi: "Permulaannya atau
penghabisannya dengan debu".
Istimbath Hukum
Dan pembahasan mengenai hadas dan najis
di atas dapat diambil kesimpulan bahwa perbedaan
utama antara hadas dan najis. ialah jika hadas
suatu kejadian atau keadaan yang merusak
kesucian seseorang. sedangkan najis ialah benda-
benda yang kotor yang dipandang menggannggu
atau merusak kesucian dan menghalangi
pelaksanaan ibadah.
Karena hadas yang dihukumi ialah kejadian
atau keadaan yang mengenai seseorang, maka
33. 24
proses penyuciannya dilakukan dengan perbuatan-
perbuatan syar'i tertentu, seperti wudhu,
tayammum dan mandi. Sedangkan najis, karena
berupa benda (zat), maka proses penyuciaannya
dengan cara menghilangkan dan langsung
berhubungan dengan benda najis yang
bersangkutan .
d. Pembagian Najis
Betapapun kita sudah memberikan pengertian
dan macam-macam najis, di sini perlu dikemukakan
pembagian najis yang ada disebutkan dalam nash-nash
ajaran Islam, agar menjadi jelas.
1. Najis bila mengenai badan, pakaian atau tempat
Termasuk najis jenis ini ialah kotoran
manusia, air kencing, air mazi, darah haid,
darah nifas dan air liur. Dalil-dalil agama
memang menyatakan perintah untuk mencuci
anggota badan, pakaian atau tempat shalat
yang terkena najis-najis jenis ini. Dan inilah
najis yang menjadi thaharah.
2. Najis dimakan, diminum atau diperbuat
Najis-najis ini misalnya: darah, bangkai, daging
babi, arak, berjudi, mengundi nasib dan
sebagainya. Benda-benda tersebut memang
termasuk najis/rijis, tapi maksudnya najis dimakan,
diminum atau dikerjakan Jadi kita wajib
menjauhinya.
Selama tidak ada dalil yang menyatakan najis
menyentuhnya maka benda-benda tersebut
tidak bisa kita katakan najis.
Perhatikan firman-firman Allah di bawah ini:
ُابهصْناأل هو ُِرسْيهمْال هو ُرْهمخْال اهمَّنِإ
34. 25
ِانهطْيَّشال ِلهمهع ْنِم ٌسْج ِ
ر ُمَل ْاألز هو
ونهُحِلْفُت ْمُكَّلهعهل ُهوُبِنهتْاجهف
(
:المائدة
09
)
Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya
(meminum) khamar berjudi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan panah adalah
termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan. (QS. Al-Maidah |5|: 90)
ىهلهع اًمَّرهحُم َّيهلِإ هيِوحُأ اهم يِف ُدِجهأ َل ْلُق
اًمهد ْوهأ ًةهتْيهم ونهُكهي ْنهأ َلِإ ُهُمهعْطهي ٍمِعاهط
اًقْسِف ْوهأ ٌسْج ِ
ر ُهَّنِإهف ٍ
نزيرِخ همْحهل ْوهأ اًحوُفْسهم
ِ
ْريهغِل َّلِهُأ
ِللا
َلهو ٍاغهب هْريهغ َّرُطْضا ِنهمهف ِهِب
ٌميِحهر ٌورُفهغ هَّكبهر َّنِإهف ٍداهع
: (األنعام .
145
)
Katakanlah: "tidaklah aku peroleh dalam
waktu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang
diharamkan bagi orang yang hendak
memakannya, kecuali bangkai, darah yang
mengalir atau daging babi, karena makanan-
makanan itu termasuk najis/rijis". (QS.A1-
An'am(6):145).
3. Najis/Rijis Aqidah
Misalnya : syirik, nifak, kafir, dosa,
kejahatan dan sebagainya. Orang musyrik
termasuk najis. Firman Allah:
35. 26
َلهف ٌسهجهن ونهُكِ
رْشُمْال اهمَّنِإ واُنهمآ ِينهذَّال اههُّيهأ اهي
ْنِإهو اهذهه ْمِهِامهع هدْعهب هامهرهحْال هدِجْسهمْال واُبهرْقهي
ُمُكيِنْغُي هفْوهسهفًةهلْيهع ْمُتْفِخ
ُللا
هءهاش ْنِإ ِهِلْضهف ْنِم
َّنِإ
هللا
ٌميِكهح ٌميِلهع
:(التوبة.
24
)
Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya
orang-orang yang musyrik itu najis, Maka
janganlah mereka mendekati Masjidil haram
sesudah tahun ini, dan jika kamu khawatir menjadi
miskin [637]. Maka Allah nanti akan memberimu
kekayaan kepadamu dari karuniaNya, jika Dia
menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Q.S at-Taubah
(9) :28).
Kekufuran juga tergolong najis, firman Allah:
اِب ونهُفِلْحهيهس
ِلل
ْمِهْيهلِإ ْمُتْبهلهقْنا اهذِإ ْمُكهل
ْمُهَّنِإ ْمُهْنهع واُض ِ
ْرعهأهف ْمُهْنهع واُض ِ
رْعُتِل
واُناهك اهمِب ًءا زههج ُمَّنهههج ْمُها هوْأهم هو ٌسْج ِ
ر
ُونهبِسْكهي
: (التوبة .
05
)
"Mereka akan bersumpah kepadamu dengan noma
Allah, apabila kamu kembali kepada mereka,
supaya kamu berpaling dari mereka. Maka
berpalinglah dari mereka, karena Sesungguhnya
mereka itu adalah najis.... "(Q.S. at-Taubah (9):
95).
2. Macam-macam Thaharah
Sebagaimana dikemukan di atas, bahwa thaharah
dilakukan untuk mensucikan diri dari hadas dan najis.
Maka macam-macam thaharah itu oleh kedua penyebab
tersebut.
36. 27
2.1. Thaharah karena Hadas
Adapun thaharah yang disyariatkan dalam rangka
menyucikan diri dari hadas ialah:
a. Wudhu
1) Pengertian Wudhu
Wudhu ialah dengan menggunakan air,
mengenai muka, kedua tangan sampai siku,
mengusap kepala, mencuci kaki sampai kedua
matakaki.
2) Dasar untuk Melaksanakan Wudhu
ِةَلَّصال ىهلِإ ْمُتْمُق اهذِإ واُنهمآ ِينهذَّال اههُّيهأ اهي
ِقِفاهرهمْال ىهلِإ ْمُكهيِدْيهأهو ْمُكههوُجُو واُلِسْغاهف
ْامهو
ِْنيهبْعهكْال ىهلِإ ْمُكهلُجْرهأهو ْمُكِسوُءُرِب واُحهس
ىهضْرهم ْمُتْنُك ْنِإهو واُرَّهَّاطهف اًبُنُج ْمُتْنُك ْنِإهو
ِطِئهاغْال نهِم ْمُكْنِم ٌدهحهأ هءاهج ْوهأ ٍ
رهفهس ىهلهع ْوهأ
واُمَّمهيهتهف ًءاهم ُوادِجهت ْمهلهف هءاهسِالن ُمُتْسهمَل ْوهأ
ِيهط ًاديِعهص
ْمُكِيدْيهأهو ْمُكِهوُجُوِب واُحهسْامهف اًب
ُهْنِم
: (المائدة .
6
)
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
hendak mengerjkakan shalat maka basuhlah
mukamu dan kedua tanganmu sampai ke siku,
usaplah kepalamu dan cucilah kakimu sampai
kedua mata kaki. Dan jika kamu junub, maka
berscucilah (mandilah). Dan jika kamu sakit
atau berpergian, atau salah seorang dari kamu
buang air atau kamu sentuh wanita
(bersetubuh) dan kamu mendapatkan air, maka
bertayamumlah dengan debu yang bersih, yakni
usaplah mukamu dan tanganmu dengan debit
itu... "(QS. Al-Maidah [51]: 6)
37. 28
3) Cara Berwudhu
a. Mengikhlaskan niat seraya membaca
basmalah
b. Mencuci kedua teiapak tangan tiga kali
c. Berkumur dan menghisap air ke hidung tiga
kali
d. Membasuh muka/wajah tiga kali
e. Membasuh tangan kanan sampai siku tiga
kali, kemudian dilanjutkan tangan kiri
secara sama.
f. Mengusap kepala dan telinga
g. Membasuh kaki kanan sampai mata kaki
tiga kali, kemudian dilanjutkan kaki kiri
secara sama.
Cara dan tuntunan di atas didasarkan
pada hadist-hadist berikut:
هع
هلاهق ٍ
هسنهأ ْن
ِيِبَّنال ِباهحْصهأ ُضْعهب هبهلهط
ىَّلهص
ُللا
ُلوُسهر هلاهقهف اًءوُضهو همَّلهسهو ِهْيهلهع
ِللا
ىَّلهص
ُللا
ْمُكْنِم ٍدهحهأ هعهم ْهله همَّلهسهو ِهْيهلهع
واُئَّضهوهت ُلوُقهيهو ِاءهمْال يِف ُههدهي هعهضهوهف ٌءاهم
ِمْسِب
.ِللا
النسائى (رواه
)
Dari Anas berkata: sebagian sahabat meminta
air wudhu kepada Nabi, maka Nabi bersabda:
"Apakah kalian tidak punya air wudhu? Maka
beliau meletakkan tangannya di air dan
bersabda: "Berwudhulah kamu dengan
membaca Bismilah'.. (HR. An-Nasai).
ْنهع
همُع
ِباَّهطخْال ْنهب هر
هلاهق
هلوُسهر هلاهق
ِللا
ىَّلهص
ُللا
ُلاهمْعه ْ
األ اهمَّنِإ ُلوُقهي همَّلهسهو ِهْيهلهع
ِتَّايِالنِب
)عليه (متفق .
38. 29
Dan Umar bin Khattab berkata : Rasulullah
bersabda : "Sesungguhnya semua pekerjaan
itu disertai dengan niatnya " (Mutafaq
'alaih).
انههمْثُع َّنهأ ُههرهبْخهأ انههمْثُع ىهلْوهم انههرْمُح َّنهأ
هي ِ
ضهر انهَّفهع ْنهب
ُللا
ُهْنهع
ٍُوءضهوِب اهعهد
َّمُث ٍتاَّرهم هث ه
َلهث ِهْيَّفهك هلهسهغهف هأَّضهوهتهف
هث ه
َلهث ُهههْجهو هلهسهغ َّمُث هرهثْنهتْساهو ه
ضهمْضهم
ُههدهي هلهسهغ َّمُث ٍتاَّرهم
ِقهفْرِمْال ىهلِإ هىنْمُيْال
هكِلهذ هلْثِم ىهرْسُيْال ُههدهي هلهسهغ َّمُث ٍتاَّرهم هث ه
َلهث
ىهلِإ هىنْمُيْال ُههلْج ِ
ر هلهسهغ َّمُث ُههسْأهر هحهسهم َّمُث
هلْثِم ىهرْسُيْال هلهسهغ َّمُث ٍتاَّرهم هث ه
َلهث ِْنيهبْعهكْال
هلوُسهر ُتْيهأهر هلاهق َّمُث هكِلهذ
ِللا
ىَّلهص
ُللا
هلاهق َّمُث اهذهه يِئوُضُو هوْهحنهأَّضهوهت همَّلهسهو ِهْيهلهع
ُلوُسهر
ِللا
ىَّلهص
ُللا
هأَّضهوهت ْنهم همَّلهسهو ِهْيهلهع
ه
َل ِْنيهتهعْكهر هعهكهرهف هامهق َّمُث اهذهه يِئوُضُو هوْهحن
ْنِم هَّمدهقهت اهم ُههل هرِفُغ ُههسْفهن اهمِهيِف ُِثدهحُي
ِهِبْنهذ
.
)ومسلم البخارى (رواه
Humran pembantu Usman bin Affan
mengkhabarkan: "Sungguh Usman telah minta
air wudhu, maka berwudhulah ia dengan
mencuci kedua telapak tangannya tiga kali, lalu
berkumur dan menghisap air dan
menyemburkannya, kemudian membasuh
mukanva tiga kali lain membasuh tangannya
yang kanan sampai sikunya tiga kali dan yang
kiri seperti yang kanan tiga kali dan yang kiri
sedemikian itu pula, kemudian mengusap
39. 30
kepalanya lalu membasuh kakinya yang kanan
sampai kepada dua mata kaki tiga kali dan
yang kiri seperti itu pula. Lalu berkata "Aku
melihat Rasulullah SAW berwudhu seperti
wudhuku mi. Dan ketika itu Rasulullah
bersabda: Siapa yang berwudhu seperti
Wudhuku disertai shalat dua rekaat sesudahnya,
dan tidak bercakap di dalam keduanya, maka
diampuni segala dosanya yang telah lalu".
(Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).
Selain hal-hal di atas, ada hal yang perlu
diperhatikan sebagai keutamaan dalam ber-
wudhu berdasarkan contohRasulullah SAW.
a) Bersiwak sebelum berwudhu
b) Menyelai-nyelai jari-jari tangan ketika
membasuh tangan
c) Membersihkan kotoran-kotoran sudut
mata
d) Melonggarkan dan melebihkan dalam
membasuh
e) Menyelai-nyelai jenggot bagi yang
punya jenggot
f) Dalam mengusap kepala dengan
menggosokkan telapak tangan dari jidat
hingga tengkuk. kemudian dikembalikan
lagi.
g) Dalam mengusap telinga dengan
memasuk-kan jari telunjuk ke dalam
telinga, dan mengusap bagian luar
dengan ibu jari,
h) Mendahulukan kanan
i) Urut dan tertib
j) Membaca doa setelah wudhu
40. 31
له شريك َل وحده للا إَل إله َل أن أشهد
أن وأشهد
ورسوله عبده محمد
"Asyhadu al-la-ila-ha illallahu wadahu la
syari-ka lah wa asyhadu anna muhamadan
'abduhu wa ras-alah ".
Hal-hal di atas berdasarkan pada
hadits-hadits sebagai berikut:
هةهْريهرُه يِبهأ ْنهع
ىَّلهصِيِبَّنال ْنهع
ُللا
همَّلهسهو ِهْيهلهع
ِثِيدهح يِفهو ينهِنِؤْمُمْال ىهلهع َّقُشهأ ْنهأ ه
َلْوهل هلاهق
ِلُك هدْنِع ِاكهِوالسِب ْمُهُتْرهمه ه
أل يِتَّمُأ ىهلهع ٍْريههُز
ٍة ه
َلهص
)وأحمدوأبوداودومسلمالبخارى(رواه.
Dari Abu Hurairah dari Nabi SAW, beliau
bersabda : "Kalau aku tidak akan
menyusahkan kaum mukminin (dalam hadist
Zuhairi atas umatku), niscaya aku
perintahkan kepada mereka bersiwak
(menggosokkan gigi) pada tiap wudhu "
(Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Abu
Dawud dan Ahmad).
هلاهق ِهيِبهأ ْنهع هةهْربهص ِْنب ِيطِقهل ِْنب ِم ِ
اصهع ْنهع
هلوُسهر اهي ُتْلُق
ِللا
هلاهق ِوءُضُوْال ْنهع يِنْرِبْخهأ
هءوُضُوْال ْغِبْسهأ
ِعِباهصهألا ْنهيهب ْلِلهخهو
يِف ْغِلاهبهو
ْا
اًمِئاهص ونهُكهت ْنهأ َّ
َلِإ ِقهاشْنِتْس ِ
َل
(رواه .
)ماجه وابن وأحمد والنساء أبوداود
Karena hadist Laqit bin Shaburah dari ayahnya:
"Sempurnakanlah wudhu, selesailah di antara
jari-jari dan sempurnakanlah dalam mengisap
41. 32
air. kecuali kamu sedang berpuasa."
(Diriwayatkan oleh Imam Empat : Abu
Dawud, Nasai, Tirmizi, dan Ibnu Majah dan
disahihkan oleh Ibnu Khuzaimah).
يِبهأ ْنهع
هةهماهمُأ
ىَّلهص ِيِبَّنال هءوُضُو هرهكهذهو
ُللا
ُلوُسهر انههك هلاهق همَّلهسهو ِهْيهلهع
ِللا
ىَّلهص
ُللا
ِهْيهلهع
ِْنيهقْأهمْال ُحهسْمهي همَّلهسهو
.
Dari Abu Umamah ketika ia menerangkan
wudhunya Rasulullah ia berkata: "Rasulullah
SAW. mengiisap dua sudut mata" (HR. Abu
Dawud, Ahmad dan Ibn Majah)
هةهْريهرُه ىِبهأ ْنهع
ُلوُسهر هلاهق
ِللا
ىَّلهص
ُللا
ِهْيهلهع
ْنِم ِةهماهيِقْال هم ْوهي ونهُلَّجهحُمْال ُّرُغْال ْمُتْنهأ همَّلهسهو
ْلِطُيْلهف ْمُكْنِم هعاهطهتْسا ْنهمهف ِوءُضُوْال ِاغهبْسِإ
هتهو ُههتَّرُغ
ُههليِجْح
)مسلم (رواه .
Dai Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW.
Bersabda: "Kalian pada hari kiamat akan
bersinar karena sempurnanya wudlu, maka
siapa dari kalian bisa memperpanjang
cahayanya sinarnya hendaklah ia lakukan. " (H
R.Muslim)
ِدْبهع ْنهع
ِللا
ْب
ٍدْيزه ِن
ىَّلهص َّيِبَّنال َّنهأ
ُللا
ُكُلْدهي اهذهكهه ُلوُقهي هلهعهجهف هأَّض هوهت همَّلهس هو ِهْيهلهع
.
)أحمد (رواه
Dari Abdullah bin Zaid bin Asim, bahwa
Rasulullah SAW. berwudhu, maka beliau
mengerjakan demikian, yakni menggosok
(Diriwayatkan oleh Ahmad).
42. 33
انهَّفهع ِْنب انههمْثُع ْنهع
ىَّلهص َّيِبَّنال َّنهأ
ُللا
ُههتهيْحِل ُلِهلخُي انههك همَّلهس هو ِهْيهلهع
(رواه .
)ماجه وابن الترمذى
Karena hadis Usman bin Affan, bahwa
Rasulullah SAW. Menselai-selai janggutnya.
(Tirmizi dan Ibn Majah).
ِللا ِدْبهع ْنهع
ٍم ِ
اصهع ِْنبِدْي زه ِْنب
هأهدهب
ُهاهفهق ىهلِإ اهمِهِب ههبههذ ىَّتهح ِهِسْأ هر َِّمدهقُمِب
َّمُث ُهْنِم هأهدهب ِيذَّال ِانهكهمْال ىهلِإ اهمُهَّد هر َّمُث
ِهْيهلْج ِ
ر هلهسهغ
)عليه (متفق .
Karewa hadits Abdullah bin laid bin Ashin
dalam sifat wudhu, ia berkata "Dan memulai
dengan permulaan kepalanya sehingga
menjalankan kedua tanganya sampai pada
tengkuknya, kemu dian mengembalikannya
pada tempat memulainya." (Mutafaq 'alaih).
هلاهق ٍ
َّاسبهع ِْنبا ْنهع
ُلوُسهر هَّأضهوهت
ِللا
ىَّلهص
ُللا
ههرغهف همَّلهسهو ِهْيهلهع
ه
ضهمْضهمهف ًةهفْهرغ هف
َّمُث ُهههْجهو هلهسهغهف ًةهفْهرغ هفههرغ َّمُث هقهشْنهتْساهو
ه
فههرغ َّمُث هىنْمُيْال ُههدهي هلهسهغهف ًةهفْهرغ هفههرغ
ِهِسْأهرِب هحهسهم َّمُث ىهرْسُيْال ُههدهي هلهسهغهف ًةهفْهرغ
ِ
رِهاهظهو ِْنيهتهحَّابَّسالِب اهمِهِنِاطهب ِهْيهنُذُأهو
اهمِه
هىنْمُيْال ُههلْج ِ
ر هلهسهغهف ًةهفْهرغ هفههرغ َّمُث ِهْيهماههْبِإِب
ىهرْسُيْال ُههلْج ِ
ر هلهسهغهف ًةهفْهرغ هفههرغ َّمُث
Dari Ibnu Abbas berkata: "Rasulullah
43. 34
shallallalm 'alaihi wasallam berwudlu, beliau
menyiduk satu ciduk air untuk berkumur, dan
memasukkan air ke hidungnya, kemudian
menyiduk lagi satu ciduk air untuk membasuh
wajahnya, kemudian menyiduk lagi satu ciduk
untuk membasuh tangan kanan. Kemudian
menyiduk lagi untuk membasuh tangan kiri,
kemudian mengusap kepalanya beserta kedua
telinganya, bagian dalam telinga dengan
kedua jari telunjuknya dan bagian luar telinga
dengan kedua ibu jari. Lalu beliau menyiduk
lagi untuk membasuh kaki kanan dan menyiduk
lagi untuk membasuh kaki kiri." (HR. An-
Nasai)
ْتهلاهق هةهشِئاهع ْنهع
ىَّلهص ُّيِبَّنال انههك
ُللا
يِف هعاهطهتْسا اهم نهُّمهيَّتال ُّب ِحُي همَّلهس هو ِهْيهلهع
ِهِلُّعهنهت هو ِهِلُّج هرهت هو ِه ِ
ورُهُط يِف ِهِلُك ِهِنْهأش
.
)والنسائى ومسلم البخارى (رواه
Menurut yang diriwayatkan oleh Aisyah,
telah berkata: "bahwa Rasulullah SAW.
Menyukai mendahulukan kanannya sejauh
kemampuannya dalam berbagai keadaan,
dalam wudhunya, bersisir dan memakai
sandal". (Diriwayatkan oleh Bukhari,
Muslim dan An-Nasai).
ْنهع
ُهَّنِإ هلاهق ِباَّهطخْال ُْنب ُرهمُع
ْيهلهع ُللا ىَّلهص
ِه
هلاهق همَّلهسهو
ُِنسْحُيهف َُّأضهوهتهي ٍدهحهأ ْنِم ْمُكْنِم اهم
ُدههْشهأ ِهِئوُضُو ْنِم ُغُرْفهي ينهِح ُلوُقهي َّمُث هءوُضُوْال
َّ
َلِإ هههلِإ ه
َل ْنهأ
ُللا
ًادَّمهحُم َّنهأهو ُههل هيك ِ
هرش ه
َل ُههدْحهو
ُابهْوبهأ ُههل ْتهحِتُف َّ
َلِإ ُهُلوُسهرهو ُهُدْبهع
ِةَّنهجْال
44. 35
هءهاش اههِيهأ ْنِم ُلُخْدهي ُةهيِناهمَّالث
وأحمد مسلم (رواه .
)وأبوداود
Dan Umar bin Khatab r.a bahwa ia berkata:
sesungguhnya Nabi SAW. bersabda: "Tidak
seorang dari kamu yang berwudhu dengan
sempurna lain setelah selesai wudhunya
mengucapkan: "Asyhadu al-la-ila-ha illallahu
wadahu la syari ka lah wa asyhadu anna
muhammadan 'abduhu wa rasulah" melainkan
akan dibukakanlah baginya pintu-pintu surga
yang delapan, yang dapat dimasuki darimana
yang ia kehendaki''. (Diriwayatkan oleh Muslim,
Ahmad danAbu Dawud)
b. Mandi
1) Pengertian mandi
Mandi dalam pengertian syar'i ialah
sebagai salah satu cara bersuci untuk
menghilangkan/mensucikan hadas besar
atau untuk keperluan-keperluan lain seperti
yang telah disyari'atkan ajaran Islam.
2) Landasan disyariatkan mandi
Firman Allah SWT:
واُرَّهَّاطهف اًبُنُج ْمُتْنُك ْنِإ هو
: (المائدة .
6
)
". dan jika junub, maka bersuci (mandi) lah
kamu" (QS. Al Maidah (5) :6).
Hadis Rasulullah:
هةهْريهرُه يِبهأ ْنهع
َّيِبهن َّنهأ
ِللا
ىَّلهص
ُللا
ِهْيهلهع
هذِإ هلاهق همَّلهسهو
َّمُث ِعهبْره ْ
األ اههِبهعُش ْنهيهب ه
سهلهج ا
ُلْسُغْال ِهْيهلهع هبهجهو ْدهقهف هاههدهههج
مسلم (رواه .
)ماجه ودوابن وأبودا وأحمد
Dari Abu Hurairah dari Nabi SAW beliau
45. 36
bersabda: "Apabila seorang bersetubuh, maka
wajiblah mandi (HR Muslim, Ahmad, Abu
Dawud dan Ibn Maj ah).
3) Sebab-sebab diwajibkannya mandi
Mandi dalam arti syar'i tersebut
diwajibkan bagi mereka yang berhadas
besar, yaitu melakukan persetubuhan
(sebagaimana dalil di atas), mengeluarkan
air mani, mengeluarkan darah haid dan
nifas. Dan demikian bagi mereka yang akan
mengerjakan shalat shalat Jum'at (ada yang
berpendapat wajib) dan shalat 'idain.
Berdasarkan dalil-dalil yang telah
disebutkan dan dalil-dalil berikut:
نه ْرَّههطهت اهذِإهف نه ْرُهْطهي ىَّتهح َّنُهوُب هرْقهت َل هو
ُمُكهرهمهأ ُْثيهح ْنِم َّنُهوُتْأهف
: (البقرة .ُللا
222
)
"...dan janganlah kamu mendekati istri (yang)
sedang haid sehingga bersuci, dan apabila
sudah bersuci (mandi), maka datangilah
mereka sebagai diperintahkan Allah
kepadamu.'' (QS.Al-Baqarah (2): 222)
هةهشِئاهع ْنهع
ْهتناهك ٍ
ْشيهبُح يِبهأ هتْنِب هةهمِاطهف َّنهأ
ىَّلهص َّيِبَّنال ْتهلهأهسهف ُاضهحهتْسُت
ُللا
همَّلهسهو ِهْيهلهع
ْتهلهبْقهأ اهذِإهف ِةهضْيهحْالِب ْتهسْيهلهو ٌقْرِع ِكِلهذ هلاهقهف
هحْال
يِلِسهتْغاهف ْتهرهبْدهأ اهذِإهوهة ه
َلَّصال يِعهدهف ُةهضْي
يِلهصهو
)البخارى (رواه .
Dari Aisyah ra. Bahwa Fatimah binti Abi
Hubais "berair merah" (istihadah) lalu
menanyakan kepada Nabi SA W., maka beliau
SAW. Bersabda : "itulah darah penyakit, bukan