SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
Bahasa Muna / Wamba Wuna Sebagai Lingua
Franca di Kepuauan Muna Dan Buton
Oleh : Muhammad Alimuddin
A. Wamba Wuna, Sebagai Warisan Budaya Masyarakat Muna.
Dr. Sugeng Pujilelesono dalam Pengantar Antropilogi ( Trans Publishing 2015 )
mengatakan bahwa bahasa merupakan saraana komunikasi budaya, Lebih lanjut Sugeng
mengungkapkan , salah satu unsure universal kebudayaan adalah adanya bahasa yang
dipakai oleh seluruh komunitas yang tersebar di seluruh muka bumi ini ( Sugeng, 2005:135
). Sedangkan Edwar Sapir ( 1884-1939 )mengatakan bahwa Budaya adalah sebuah realitas
yang ditentukan oleh bahasa, sedangkan bahasa ialah sesuatu yang diwartiskan secara
kultur atau turun temurun. Dari dua pendapat diatas,penulis berkesimpulan bahwa bahasa
,merupakan unsure utama yang membentuk kebudayaan yang diwariskan secara cultural
atau turun temurun. Kendati demikian, sesungguhnya bahasa itu merupakan bagian dari
budaya itu sendiri.Hal ini sebagaimana yang di definisikan oleh Edwar T Hall “
Kebudayaan adalah komunikasi, komunikasi adalah kebudayaan “. Sedangkan unsure
utama komunikasi adalah bahasa, baik itu bahasa isyarat ataupun bahasa lisan.
Sebagai suatu produk budaya yang merupakan sarana utama komunikasi , Bahasa
Muna/Wamba Wuna tentu memiliki peran yang sangat sentral dalam membentuk budaya
komunitas masyarakat penuturnya. Dalam realitas saat ini, Bahasa Muna/ Wamba Wuna
menjadi alat Komunikasi masyarakat yang mendiami seluruh wilayah Pulau Muna (
Kabupaten Muna, Muna Barat dan Buton Tengah ), seluruh masyarakat di Pulau-pulau
kecil di sekitar Pulau Muna dan Pulau Buton yakni, Pulau Kadatua, Pulau Batu Atas dan
Pulau Siompu ( Kabupaten Buton Selatan ), dan Pulau Talaga ( Kabupaten Buton Tengah
). Serta sebagian besar masyarakat yang mendiami Pulau Buton. Jadi bila merujuk pada
definisi T. Hall diatas, maka dapat dikatakan bahwa kebudayaan masyarakat wilayah-
wilayah tersebut terbentuk dari peran besar Wamba Wuna/Bahawa Muna.
Selain menjadi alat komunikasi utama di Pulau Muna ( Ex Kerajaan Muna ) dan
Pulau Buton ( ex Kesultanan Buton ), Bahasa Muna/ Wamba Wuna juga merupakan
bahasa tertua di kedua wilayah Kepulauan tersebut. Bahasa Muna/ Wamba Wuna
diperkirakan telah digunakan sebagai alat komunikasi oleh masyarakat di Kepulauan Muna
dan Buton sejak tahun 4000 SM. Bahasa Muna/ Wamba Wuna merupakan rumpun
Austronesia, kelompok Celebic dalam cabang Western Malayo-Polynesian ( Rene Van
Deberg, 2006 : 115 ). Pengelompokan Bahasa Muna/ Wamba Wuna kedalam rumpun
Austronesia karena ditemukan kesamaan kosa kata dengan bahasa-bahasa daerah di
wilayah Papua Nugini, Pulau Flores dan Papua yang juga masih satu rumpun Proto-
Austronesia. Sedangkan dimasuknnya dalam kelompok Celebic dalam cabang Western
Malayo-Polynesian karena ditemukan banyaknya kesamaan kosa kata dalam bahasa-
bahasa daerah di Pulau Sulawesi seperti Bahasa Wotu di Sulawesi Selatan dan beberapa
bahasa daerah di Sulawesi Tengah dan Utara.
B. Sebaran Wilayah Penutur Bahasa Muna/ Wamba Wuna
Dr Rene van den Berg, dosen linguistik di Darwin, Australia yang melakukan
penelitian Bahasa Muna menjelaskan bahwa sebaran wilayah yang masyarakat nya
menggunakan Bahasa Muna sebaagai bahasa tutur yang berada di daratan Pulau Buton
adalah di wilayah Kecamatan Lasalimu, kamaru, Kapontori, Labuandiri, Lawele, laonti
dan kambe-kambero ( Kabupaten Buton ), Bosuwa, Lawela, Batauga ( Buton Selatan ),
Kecamatan Betoambari (Katobengke-Topa-Sulaa-Lawela, Labalawa), Kecamatan Bungi (
Liabuku, Wonco, Bungi, ) , Kecamatan Lealea ( Pulau Makasar, Lowu-lowu, Kalia-lia,
Palabusa ) di Kota Baubau serta di ex kerajaan Muna meliputi Kecamatan Kambowa,
Kecamatan Wakorumba Utara dan Kecamatan Bonegunu ( Kabupaten Buton Utara ), serta
Kecamatan Wakorumba Selatan, Maligano dan Kecamatan Pasir Putih Kabupaten Muna (
Rene V. Deberg, 1989).
Perkiraan waktu penggunaan Bahasa Muna/ Wambha Wuna sebagai alat
komunikasi masyarakat di Jazirah Kepulauan Muna dan Buton tersebut didasarkan pada
kedatangan para migran dari dataran tinggi Yunan Cina dan austeronesia Afrika. Para
migrant ini yang diperkirakan menjadi nenek moyang manusia yang mendiami daratan
Sulawesi termasuk di Kepulauan Muna dan Buton bagian Tenggara Pulau Sulawesi. Saat
ini.
Kedatangan para migrant itu tentu membawa serta kebudayaan mereka dari negeri
asalnya termasuk bahasa. Bahasa para pendatang itu kemudian berasimilasi dengan bahasa
penduduk lokal yang terlebih dahulu mendiami Pulau Muna yang datang sekitar 25.000
tahun SM ( Migran pertama tersebut diperkirakan telah mengalami kepunahan ). Dari
percampuran dua bahasa ( migrant sekitar tahun 4.000 SM dan migrant sekitar 25.000
tahun SM ) tersebut kemudian tercipta bahasa baru yang dikenal saat ini sebagai Bahasa
Muna/ Wamba Wuna.
Dari Pulau Muna, Bahasa Muna / Wamba Wuna kemudian berkembang sampai ke
Pulau Buton dan pulau-pulau kecil disekitar kedua pulau tersebut. Penyebaran Bahasa
Muna/ Wamba Wuna di Pulau Buton dan pulau-pulau kecil disekitarnya di bawa oleh
pendatang dari Dataran Tinggi Yunan tesebut yang terlebih dahulu menetap di Pulau Muna.
Seiring dengan semakin berkembangnya populasi mereka dan kuatnya keinginan untuk
mencari tempat baru untuk bertempat tinggal dan mencukupi kebutuhan mereka, kemudian
mereka bermigrasi ke pulau-pulau yang dekat dengan Pulau Muna yaitu Pulau Buton dan
pulau-pulau kecil di sekitarnya..
Di Pulau Buton, Bahasa Muna/ Wamba Wuna semakin berkembang dan bervariasi
dari segi dialek setelah kedatangan para pendatang dari Jazirah Melayu khususnya di
daratan Pulau Buton sekitar abad XIV Masehi. Pelopor para pendatang dari Melayu
tersebut dalam sejarah Buton dikenal sebagai Mia Pata Miana. Pengaruh bahasa para
pendatang tersebut selain mempengaruhi dialek, memperkaya kosa kata Bahasa Muna/
Wamba Wuna, juga melahirkan bahasa baru yakni Bahasa Wolio dan Bahasa Cia-Cia.
Bukti kuat bahwa Bahasa Muna/ Wambha Wuna telah menjadi bahasa tutur
masyarakat di Kepulauan Buton dan Muna sebelum kedatangan para pendatang dari
Melayu sekitar abad ke 14 tersebut terungkap dari hikayat Mia Pata Miana. Hikayat Mia
Pata Miana ini menceritakan proses kedatangan manusia pelopor para imigran dari
Melayu yang kemudian kembangun peradaban baru di Pulau Buton. Menurut hikayat ini,
jauh sebelum kerajaan Buton terbentuk dan kedatangan para migrant dari Melayu, Pulau
Buton telah berpenghuni yang memiliki bahasa sendiri untuk berkomunikasi diantara
mereka. Penulis berasumsi bahasa bahasa tutur penghuni Pulau Buton saat itu adalah
Bahasa Muna/ Wambha Wuna.
Memang, belum ada literature sebelumnya yang mengatakan bahwa bahasa tutur
penghuni Pulau Buton sebelum kedatangan para migrant dari Melayu adalah Bahasa Muna/
Wambha Wuna. Namun kalau melihat fakta di mana sebaran wilayah penutur Bahasa
Muna/ Wambha Wuna di Pulau Buton yang begitu luas serta di setiap wilayah yang
menjadi tempat pendaratan Mia Patamiana, penduduknya sampai saat ini menggunakan
Bahasa Muna/ Wambha Wuna, sedangkan masyarakat lain yang berhubungan dengan
migrant dari Melayu belakangan justru menggunakan Bahasa Wolio dan Cia-cia. maka
dari itu penulis dapat pastikan bahwa bahasa penduduk Pulau Buton saat itu adalah Bahasa
Muna/ Wambha Wuna. Sedangkan Bahasa Cia-cia dan Wolio adalah bahasa baru yang
terbentuk akibat asimilasi antara Bahasa Muna dengan bahasa para pendatang dari Melayu
itu. Asumsi penulis ini berdasarkan fakta dimana wilayah di Pulau Buton yang
menggunakan Bahasa Wolio dan Cia-cia adalah wilayah yang dipilih oleh para pendatang
itu untuk membangun peradaban baru sampai membangun kerajaan baru yakni Kerajaan
Wolio.
Berbeda dengan asumsi penulis, beberapa literature sejarah yang ditulis oleh para
sejarawan Buton mengatakan bahwa masif nya wilayah sebaran penutur Bahasa Muna/
Wambha Wuna di jazirah Buton terjadi pada awal abad ke 16 Masehi. Hal itu bersamaan
dengan menjadinya La Kilaponto Raja Muna ke – 7 sebagai penguasa di Kerajaan Wolio
yang kemudian di rubahnya menjadi Kesultanan Butuuni Darussalam atau saat ini di kenal
dengan Kesultanan Buton. Dalam literature itu dikatakan, bahwa masyarakat di Kerajaan
Muna yang menggunakan Bahasa Muna/ Wambha Wuna sebagai bahasa tutur mereka,
dibawah serta oleh Raja La Kilaponto untuk membantu beliau dalam memerangi
Labolontio, bajak laut yang memporak porandakan kerajaan Wolio ( sebelum La Kilaponto
menjadi raja ) dan sisa-sisa pasukannya.
Ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa masuknya Bahasa Muna/ Wambha
Wuna di Pulau Buton dibawa oleh Orang Muna yang lari meninggalkan Kerajaan Muna
untuk mencari perlindungan di Kerajaan Wolio. Namun argumentasi tersebut terbantahkan
dengan adanya fakta di mana justru pada masa itu Kerajaan Wolio lah yang dalam kondisi
tidak aman karena gangguan bajak laut yang dipimpin oleh Labolontio. Kerajaan Wolio
menjadi aman, setelah Raja Muna Sugi Manuru menugaskan Puteranya yang bernama La
Kilaponto untuk menumpas Labolontio yang telah membuat Kerajaan Wolio diambang
kehancuran sekaligus menjadi raja di kerajaan itu ( mengenai proses penugasan La
Kilaponto menumpas Labolontio sekaligus menjadi raja di Kerajaan Wolio akan diulas
pada Bab Sejarah Peradaban Orang Muna ).
Berbeda dengan di Pulau Buton, Bahasa para pendatang dari Melayu itu tidak
terlalu berpengaruh secara signifikan terhadap perkembangan Bahasa Muna/ Wamba Wuna
di Pulau Muna. Olehnya itu, di daratan Pulau Muna hanya ada satu bahasa yang dipakai
oleh penduduknya yakni Bahasa Muna/ Wamba Wuna. Padahal secara historis, wilayah
Pulau Muna terbagi dua yaitu wilayah Pulau Muna bagian Utara dibawah pemerintahan
Kerajaan Muna dan Pulau Muna bagian Selatan di bawah pemerintahan Kesultanan Buton.
Secara teori, seharusnya wilayah Pulau Muna yang masuk dalam wilayah administrasi
Kesultanan Buton masyarakatnya menggunakan Bahasa Wolio yang di klaim sebagai
bahasa persatuan Kesultanan Buton. Namun faktanya tidak, masyarakat disana justru
sampai saat ini tetap menggunakan Bahasa Muna/ Wambha Wuna sebagai bahasa tutur
mereka. Bandingkan dengan wilayah Pulau Buton bagian Utara yang masuk dalam
administrasi Kerajaan Muna yang masyarakatnya sampai saat ini tetap menggunakan
Bahasa Muna/ Wambha Wuna.
Tidak terjadinya pembentukan bahasa baru dari asimilasi antara Bahasa Muna/
Wamba Wuna dengan bahasa yang dibawa oleh para pendatang dari melayu tersebut
disebabkan karena para pendatang dari Melayu tersebut, tidak menetap dan membangun
peradaban baru sebagai mana yang mereka lakukan di Pulau Buton ( Mengenai sejarah
pemebntukan peradaban baru oleh para pendatang dari Melayu di Pulau Buton akan di ulas
pada pembahasan Sejarah Peradaban Orang Muna ). Pengaruh yang terlihat dari asimilasi
antara Bahasa Muna/ Wamba Wuna dengan bahasa para pendatang dari Melayu hanya
sebatas terjadinya perbedaan dialek antara daratan Pulau Muna bagian Utara (ex Wilayah
Kerajaan Muna ) dan Pulau Muna bagian Selatan ( ex Kesultanan Buton ). Selain itu terjadi
juga penyerapan beberapa kosa kata Bahasa Melayu ke dalam Bahasa Muna/ Wamba
Wuna.: Berikut beberapa contoh bahasa melayu yang diserap kedalam Bahasa Muna/
Wamba Wuna :
Bahasa Muna/Wamba
Wuna
Bahasa Melayu Bahasa Indonesia
langka langka Jarang
parigi perigi Saluran air, got
Rusa rusa Rusa/ jonga
Nea nama Nama
karambau kerbau Kerbau
Rene Van Deberg mengungkapkan bahwa sekitar abad ke - 16 atau ke – 17 bangsa
Portugis dan Spanyol membawa tanaman jagung di Pulau Muna. Lama kelamaan jagung
menjadi makanan pokok di Muna. Terkait itu maka muncullah puluhan kosakata baru
dalam Bahasa Muna/ Wamba Wuna yang berkaitan dengan pertumbuhan, produksi, dan
konsumsi jagung sebagaimana yang dapat di lihat pada table berikut :
kahitela
jagung [kata ini berasal dari bahasa Ternate kasitela < Portugis
Castela, nama daerah dan kerajaan Castilia di Spanyol sekitar
abad ke-10 sampai ke-18;
bandingkan juga Bahasa Indonesia ketela dengan asal yang
sama, walaupun merujuk pada ubi]
Kambuse Biji jagung (tua atau muda ) yang direbus
Kapusu
Biji jagung (tua ) yang direbus pakai kapur sehingga kulit arinya
terlepas
Kamperodo
Buah jagung (muda) yang dimasak dengan kulitnya (ujung atas
dan bawah dipotong,
kulit luar sebagian dikeluarkan)
kantiniwua jagung yang dimasak buahnya tanpa kulit
katungkukoro
bungkusan jagung muda yang ditumbuk dengan ujung
pembungkus (kulit
kantubhi buah jagung yang berukuran di bawah sedang
angki
tua dan keras (tentang jagung); sebagai kiasan juga mengenai
gadis tua
bhoka buah jagung yang isinya tersembul dari kulit
bhokolo mengeluarkan kulit jagung dengan pisau (untuk pembungkus)
ragi sejenis jagung yang bijinya berwarna ungu
Lero Jamur (pada jagung)
Sumber : ( Rene Vandeberg, 2014: 123 )
C. pulasi Penutur Dan Perkembangan Bahasa/ Wamba Wuna
Berdasarkan luas wilayah dan kuantitas pengguna Bahasa Muna sebagai bahasa
Tutur di Sulawesi tenggara, bahasa Muna merupakan bahasa kedua penutur terbanyak
setelah Bahsa Tolaki-Mekonggga. Secara geografis penyebaran penutur kedua bahasa
tersebut juga berbeda. Bahasa Tolaki-Mekongga sebarannya di daratan Pulau Sulawesi
Bagian Tenggara, sedangkan Bahasa Muna Penuturnya tersebar di Kepulauan termasuk dua
pulau besar yaitu Muna dan Pulau Buton.
Dr, Rene Van dengberg juga menemukan penutur bahasa Muna ternyata bukan saja
di tersebar di wilayah kepulauan Sulawesi bagian tenggara tetapi di sebagian Pulau Ambon
dan kepualauan Maluku Utara. Dr. Rene Van Denberg tidak menjelaskan sejak kapan
bahasa muna digunakan oleh maasyaarakat Pulau Ambon dan Kepulauan Maluku Utara
serta bagaimana proses penyebarannya.
Mungkin saja penyebaran bahasa Muna di Pulau Ambon dan Kepulauan Maluku
utara tersebut lakukan oleh La Ode Wuna Putra raja Muna VI Sugi Manuru. Tradisi lisan
masyarakat Muna menjelaskan bahwa salah seorang Putra Raja Muna VI Sugimanuru yaitu
La Ode Wuna yang berwujud Ular berkepala manusia diusir karena berulah yang dapat
mencoreng kewibawaan ayahaandanya sebagai Raja.
Setelah diusir dari kerajaan Muna, La Ode Wuna kemudian berlayar menuju Pulau
Halmahera di Maluku Utara. Dalam pelayaranya La Ode Wuna yang dikenal sakti
menumpang pada dua buah kelapa. Sesampainya di pantai Pulau Halmahera ( maluku Utara
), La Ode Wuna kemudian menanam kelapa yang menjadi tumpangannya tersebut di pantai
dimana dia terdampar. Jadi ada kemungkinan La Ode Wuna dan pengikutnyalah yang
pertama menyebarkan bahasa Muna di Kepulauan Maluku/maluku Utara melalui
alkulturasi budaya.
Walaupun secara populasi cukup banyak dan sebaran wilayah penuturnya yang luas,
bukan berarti bahasa Muna sudah dapat dikatakan aman . Bahkan beberapa ahli
mengelompokan Bahasa Muna, Wambha Wuna dalam kategori rawan. Hal itu disebabkan
minoimnya literature atau dokumen yang menggunakan Bahasa Muna/ Wambha Wuna.
Mengutip Rene Vandeberg dalam “ Juara Satu Dan Dua:
Membandingkan Situasi Kebahasaan Indonesia
Dan Papua Nugi “ yang di muat dalam Jurnal Masyarakat Linguistik Indonesia,dengan
kode ISSN: 0215-4846 Volume ke-32, No. 2
pada bulan Agustus 2014 , Orang yang pertama menulis mengenai bahasa Muna adalah
Nikolaus Adriani (1865-1926), seorang ahli bahasa daerah Sulawesi pada zaman kolonial.
Selama keberadaannya di Sulawesi (yang disebut Celebes pada waktu itu), dia juga sempat
menulis satu bab dalam bahasa Belanda mengenai bahasa Muna dalam bukunya tentang
situasi kebahasaan di Sulawesi dan Halmahera (Adriani dan Kruyt 1914). Orang yang
kedua yang meneliti bahasa Muna adalah orang Muna sendiri yang bernama Hanafi (1938-
1993). Hanafi (1968) adalah skripsi mengenai pronomina, aspek yang rumit dalam Bahasa
Muna. Orang yang ketiga ialah La Ode Sidu, yang kemudian menjadi pakar bahasa Muna
dengan beberapa terbitan, termasuk skripsi S1, S2, dan disertasi S3 (La Ode Sidu 2003).
Mulai tahun 1980-an juga diterbitkan beberapa karya ilmiah mengenai bahasa Muna
yang dikeluarka oleh Pusat Bahasa di Jakarta. Kami sendiri menulis tata bahasa Muna (van
den Berg 1989), kamus Muna (bersama La Ode Sidu, versi Muna-Inggris 1996, versi
Muna- ndonesia 2000, cetakan kedua 2013), dan beberapa karangan ilmiah mengenai
bahasa Muna, seperti situasi dialek Muna, fonologi historis, kata serapan dari bahasa
Belanda, ketransitifan, deiksis, dan juga dialek Muna selatan. Awal tahun 1990-an dibentuk
sebuah tim penelitian dan pengembangan Linguistik Indonesia, Volume ke-32, No. 2,
Agustus 2014 :125 bahasa daerah Muna yang menerbitkan Pedoman Ejaan Bahasa Muna
(Hanafi, dkk. 1991), diikuti oleh beberapa buku kecil dalam bahasa Muna: Kadadihi ne
witeno Wuna (Atakasi 1991), Kabhanti Wuna (La Mokui 1991), Wata-watangke Wuna (La
Mokui dan La Kimi Batoa 991).
Sejak adanya muatan lokal di kabupaten Muna, muncullah juga beberapa buku
pelajaran, termasuk metode untuk SD O Wamba Wuna (La Ode Sidu 1994) dan metode
untuk SLTP Struktur Bahasa Muna (La Tia, dkk.). Bersama dengan La Mokui, kami
menulis metode baru untuk SMP Maimo dopogurumana wamba Wuna (La Mokui dan van
den Berg 2008a, 2008b), bersama pedoman gurunya. La Sinenda (2002) menulis Tata
Bahasa Daerah Muna, tetapi sayangnya tidak pernah diterbitkan. Belakangan ini perlu
disebut karya La Ode Sirad Imbo (2012) yang berjudul Kamus Bahasa Indonesia-Muna.
Pada awal tahun 2014 dibuka laman khusus mengenai bahasa Muna
(www.bahasamuna.org). Jelas perhatian pada bahasa Muna tidak mengecewakan, baik dari
orang luar maupun dari penutur bahasa Muna sendiri. Walaupun status pendokumentasian
bahasa Muna cukup tinggi, ada gejala bahasa Muna sudah agak sakit. Di Raha, ibu kota
Kabupaten Muna, sejak dulu bahasa Muna jarang dipakai oleh orang Muna sendiri. Orang
dari luar yang datang di Muna hampir tidak ada yang belajar bahasa Muna. Sejak tahun
1990-an, penduduk di kampungpun mulai bergeser ke bahasa Indonesia, sehingga makin
banyak anak-anak dan remaja tidak menguasai lagi bahasa ibu mereka. Seringkali dalam
satu desa orang tua masih fasih berbahasa Muna (khususnya waktu bergaul dengan generasi
di atas mereka), tetapi berkomunikasi dengan anak-anak di rumah pakai bahasa Indonesia.
Kalau situasi ini tetap begitu (dan kami belum melihat tanda yang melawan perkembangan
ini).
Pada tahun 1989, Rene Van Deberg yang melakukan penelitian terhadap Bahasa
Muna/ Wambha Wuna memperkirakan penutur Bahasa Muna di Kabupaten Muna ( yang
ada di daratan Pulau Muna bagian Utara dan Pulau Buton bagian Utara dan saat ini telah
menjadi 3 kabupaten yakni Kabuopaten Muna, Muna Barat, dan Buton Utara ) yakni sekitar
300.000 penutur,. Dari jumlah itu Rene Van Deberg mengkategorikan Bahasa Muna/
Wambha Wuna betul-betul terancam dan berada dalam zona gawat.
Pengkategorian yang dilakukan oleh Rene tersebut, tidak mempeerhitungkan
penutur Bahasa Muna/ Wamba Wuna yang ada di Kepulauan Buton ( saat ini telah menjadi
2 Kabupaten dan 1 Kota, yakni Kabupaten Buton, Kota Baubau, dan Buton Selatan ) dan
pentur Bahasa Muna/ Wambha Wuna yang ada di Pulau Muna Bagian Selatan yang saat itu
masuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Buton. Rene juga tidak memotret penduduk
Kota Kendari yang berasal dari Kabupaten Muna dan Kabupaten lain yang masyarakatnya
bertutur dalam Bahasa Muna/ Wambha Wuna yang saat ini di perkirakan berjumlah sekitar
25.000 jiwa.
Berikut table daerah ( Kabupaten dan Kota ) yang penduduknya dalam keseharian
bertutur dalam Bahasa Muna/ Wambha Wuna :
Kabbutaten/ Kota Kecamatan/Pulau Perkiraan Jumah
Penutur
Muna
Seluruh Kecamatan dan Pulau 300.000
Muna Barat
Seluruh Kecamatan dan Pulau 75.000
Buton Utara
Kec. Wakorumba Utara, Bone
Gunu, Kambowa
15. 000
Baubau Kec. Betoambari,Lealea, Bungi 40.000
Buton
Kec. Kapontori, Kamaru, 25.000
Buton Selatan
Kec. Batauga, P.Batu Atas,
P.Kadatua, P. Siompu
30.000
Buton Tengah
Seluruh Kecamatan di Buton
Tengah
75.000
Kendari
Tersebar di seluruh Kota
Kendari
25.000
Total
585.000
D. Basaha Muna/Wamba Wuna, Bahasa Kebangsaan di Kesuktan Buton
Dan Kerajaan Muna?
“Bahasa Menunjukan Bangsa” demikian dikatakan JS. Badudu, seorang pakar
bahasa Indonesia yang terkenal pada masa Orde Baru karena mengeritik dialek Presiden
Suharto yang melafalkan kata makin dengan mangkin. JS. Badudu menyadari bahwa bahasa
merupakan identitas dan jati diri bangsa. Olehnya itu setiap orang termasuk Suharto harus
melafalkan pengucapan setiap kalimat bahasa sesuai dengan kaidah tata bahasa yang baik
dan benar sebagai manifestasi jati diri dan identitas suatu bangsa, dalam hal ini Bangasa
Indonesia.
Menurut JS. Badudu kebesaran suatu bangsa dapat dilihat dari seberapa besar
kecintaan bangsa itu dengan bahasanya. Salah satu bentuk dari kecintaan tersebut adalah
ditentukan dengan kualitas dan kuantitas orang yanng menggunakan bahasa bangsa
tersebut.
Mengapa JS. Badudu menekankan penggunaan bahasa dengan eksistensi suatu
bangsa? Hal ini terjawab dengan sejarah kolonialisme moderen di mana untuk dapat
mengifiltrasi suatu bangsa, maka hal pertama yang dilakukan bangsa tersebut adalah
menyebar luaskan penggunaan bahasanya pada bangsa yang di incarnya.
Bila melihat pengguna Bahasa Muna yang hampir melingkupi seluruh wilayah ex
Kesultanan Buton, mungkinkah kita dapat berasumsi bahwa Buton itu merupakan bagian
atau koloni dari Kerajaan Muna? Atau mungkinkah Bahasa Muna merupakan bahasa
Kesultanan Buton?
Pertanyaan diatas perlu diteliti lebih mendalam lagi, sebab berdasarkan artikel-
artikel sejarah yang ditulis oleh sejarawan buton selama ini dikatakan bahwa bahasa
kesultanan Buton adalah Bahasa Wolio. Padahal berdasarkan penelitian dan fakta yang ada
hari ini pengguna bahasa Wolio hanyalah melingkupi masyarakat satu Kecamatan (
Kecamatan Wolio )dari 6 Kecamatan yang ada di Kota Bau-bau saat ini, selebihnya
menggunakan bahasa Muna ( sebagian besar ) dan bahasa Cia-cia ( sebagian kecil-
khususnya di kecamatan Sorawolio).
Soerjono Soekanto Dalam buku Sosiologi Suatu pengantar ( 1990) mengatakan
interaksi sosial tidak mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat yaitu: 1) Adanya
kontak sosial ( social contact, 2) adanya komunikasi. Apabila salah satu dari dua syarat tadi
tidak terpenuhi maka mustahil terjadi interaksi sosial. Jadi bagai mana suatu kelompok
dapat berkomunikasi dengan kelompok lain bila tidak saling memahami bahasa masing-
masing? Padahal arti penting dari suatu komunikasi adalah memberikan penafsiran perilaku
orang lain melalui pembicaraan dan gerak-gerak badania ( Sujano Sukanto, 1990:71-73).
Jadi kalau kita masih tetap mengakui bahwa bahasa merupakan identitas dan jati diri
suatu bangsa, maka bagi mana bisa bahasa Wolio dapat dikatakan menjadi identitas dan jati
diri Kesultanan Buton? Badingkan dengan Bahasa Muna yang digunakan oleh hampir
seluruh masyarakat ex Kesultanan Buton. Bukankah itu dapat dikatakan bahwa Bahasa
Muna telah menjadi identitas dan jati diri Bangsa dari Kesultanan Buton? Untuk
menjawab semua itu diperlukan suatu kejujuran dan kebesaran hati para sejarawan untuk
mengungkap kebenaran sejarah dengan tidak perlu ada yang ditutup-tutupi.
E. AKSEN
Dr. Rene Van Debrg dalam penelitiaannya menemukan bahwa bahasa Muna
memiliki banyak aksen. Setiap wilayah penyebaran bahasa muna memiliki aksen sendiri-
sendiri dalam pengucapannya seperti aksen Bosua, Kamaru,Kaimbulawa,Lasalimu dan
Muna, sedangkan menurut Burhanuddin ada juga aksen Pancana.
Aksen Bosua digunakan oleh masyarakat di Kecamatan Batauga, pantai barat daya
Pulau Buton, sebelah selatan wilayah Katobengke-Topa-Sulaa dan Lawela. Sedangkan
aksen Kaimbulawa digunakan oleh masyarakat ‘Siompu. Lantoi, Kambe-Kambero ,
Liabuku, Barangka dan Kapontori.
Aksen Kamaru digunakan oleh masyarakat di Kecamatan kamaru kabupaten buton.
Aksen Pancana di Gunakan oleh masyarakat yang mendiami pulau Muna bagian Selatan
yaitu masyarakat Gu dan mawasangka. Aksen Pancana juga digunakan oleh masyarakat
Pulau Talaga, Siompu dan Kadatua.
Setiap aksen dalam pengucapan bahasa Muna, dipengaruhi oleh lingkungan dimana
komunitas penggunanya menetap atau pengaruh luar dimana penggunanya sering
berintaraksi dengan dunia luar. Dari interaksi-interaksi dari dua atau beberapa bahasa
tersebut kemudian melahirkan aksen baru. Misalnya saja Masyarakat Muna yang sering
berinteraksi dengan komunitas masyarakat yang menggunakan Bahasa Wolio atau Cia-cia,
maka aksennya akan berbeda dengan masyarakat Muna yang sering berinteraksi dengan
masyarakat dari luar seperti melayu, jawa, arab dan lain-lain.
F. PENGUCAPAN
Bahasa Muna dari semua dialek/ aksen dalam pengucapannya tidak mengenal
konsonan dalam setiap akhir kata. Dalam kosa kata bahasa muna tidak mengenal struktur
konsonal vokal konsonan ( KVK ). Olehnya itu penyerapan bahasa asing kedalam bahasa
Muna apabila berakhir dengan konsonan pada akhir pengucapannya maka selalu ditambah
dengan vokal ( a,e,i,o,u ), atau di hilangkan huruf akhirnya sehingga berakhir dengan vokal.
Contohnya sandal, dalam bahasa Muna pengucapannya di tambah dengan vokal ‘i’
sehingga pengucapannya menjadi sandal(i), atau Pelabuhan misalnya di hilangkan
hurup ‘n’ sehungga dalam pengucapannya menjadi ‘pelabuha’(n).
Selain tidak mngenal vokal dalam akhir kata, dalam alfabet bahasa Muna asli juga
tidak mengenal huruf ‘C.’ Karena tidak huruf ‘ C ‘ tersebut, maka bila masyarakat muna
mengucapkan kata-kata yang berasal dari kosa kata bahasa lain yang menggunakan huruf
‘C’, maka huruf ‘C’ tersebut di ganti dengan huruf ‘T’. Contohnya seperti dalam table
berikut :
No Kata Asli Bila Diucapkan Oleh Orang Muna
1 Cantik Tanti (k)
2 Suci Suti
3 Cowo Towo
Namun berbeda dengan aksen Kaimbulawa dan pancana. Pada aksen Kaimbulawa
dan Pancana huruf C justerudigunakan untuk mengganti huruf ‘T’ pada aksen Muna asli.
Hal itu seperti terlihat pada table berikut :
No Kosa Kata Bahasa Muna
Asli
Diucapkan Dalam Aksen
Kaimbulawa & Pancana
1 Ihintu ( Kamu ) Isincu
2 Kuta ( Kutang/ BH ) Kuca
3 Titi ( Payudara ) C ic i
4 Suta ( piring kaleng ) Suca
Penggunaan Hurup ‘C’ dalam pengucapan bahassa Muna tersebut mungkin saja
dipengaruhi oleh bahasa Cia-cia. Hal ini dapat dimungkinkan karena masyarakat yang
meggunakan huruf ‘c’ dalam pengucapannya pada umumnya masyarakat yang dalam
pergaulannya sangat dekat dengan masyarakat yang menggunakan bahasa Cia-cia. Jadi
karena pergaulan itulah sehingga terjadi perpaduan bahasa kedua suku bangsa tersebut.
Ada juga kemungkinan bahwa penggunaan huruf ‘C’ tersebut dipengaruhi oleh
bahasa Wolio. Hal ini terutama mempengaruhi masyarakat yang dalam pergaulannya
sehari-hari sangat dekat dengan masyarakat pengguna bahasa wolio. Sugeng mengatakan
bahwa bahasa juga dapat member pesan seseorang atau komunitas tersebut bersentuhan
dengan dunia luar dari beragamnya kosa kata suatu kata ( Sugeng, 2015: 160 ).Dari fakta
itu sehingga tidak heran bila masyarakat yang menggunakan bahasa muna dengan dialek
Pancanan adalah masyarakat yang berdiam disekitar kecamatan Wolio yang mana
masyarakatnya menggunakan bahasa Wolio dalam berkominasi sehari hari seperti
Katobengke, palabusa, bosuwa, dan Pulau makasaar.
Abjad
Ada beberapa Abjad dalam bahasa Muna yang berbeda dengan abjad latin, tapi
memiliki kemiripan dengan abjad aksara Arab dan sangsekerta. Abjad yang dimaksud
adalah Gh dan dh ( Abjad Arab ) dan bh ( Sangsekerta ) . Kemiripan abjad dalam Bahasa
Muna dengan Abjad dalam Bahasa Arab dan Sangsekerta tersebut menurut asumsi
beberapa kalangan, merupakan gambaran kedekatan hubungan pergaulan masyarakat Muna
dengan masyarakat Arab dan Sangsekerta. Dari kedekatan tersebutlah kemudian
mempengaruh kebudayaan masyarakat Muna termasuk dalam penggunaan Bahasa.
Walau ada beberapa abjad dalam bahasa muna yang memiliki kesamaan dengan
abjad dalam bahasa arab, namun tdak bisa dikatakan bahwa Bahasa Muna masih memiliki
hubungan kekerabatan dengan Bahasa Arab. Hal ini diperkuat dengan ada pula beberapa
abjad dalam Bahasa Arab yang tidak di kenal dalam Bahasa Muna misalnya huruf, J, Y,
DZ, TH dan Z. Demikian juga dengan Bahasa Sangsekerta,
Dalam Abjad Bahasa Muna tidak mengenal huruf C, J, X, Q, Y dan Z. Tidak adanya
huruf – huruf tersebut lah yang membedahkan antara abjad Bahasa Muna dengan Abjad
yang dikenal dalam Bahasa Arab dan Sangsekerta. Adapun abjad dalam bahasa muna
(bahasa Muna Kuno) adalah sebagai berikut:
A a B b D d E e F f G g H h I i K k L l
M m N n O o P p R r S s T t U u
Ww DH dh GH gh BH bh

More Related Content

What's hot

Kenali Bentuk & Fungsi Bahasa Melayu
Kenali Bentuk & Fungsi Bahasa MelayuKenali Bentuk & Fungsi Bahasa Melayu
Kenali Bentuk & Fungsi Bahasa MelayuMohamed Nazul Ismail
 
Prof. dr awang sariyan hubungan etnik
Prof. dr awang sariyan   hubungan etnikProf. dr awang sariyan   hubungan etnik
Prof. dr awang sariyan hubungan etnikwafascha
 
Kalimat Deduktif dan Induktif
Kalimat Deduktif dan InduktifKalimat Deduktif dan Induktif
Kalimat Deduktif dan InduktifSeptriani Dewi
 
Tugasan bmm 3112 perkembangan bahasa melayu
Tugasan bmm 3112 perkembangan bahasa melayuTugasan bmm 3112 perkembangan bahasa melayu
Tugasan bmm 3112 perkembangan bahasa melayuAhmad NazRi
 
Kekerabatan bahasa austronesia dan bahasa papua
Kekerabatan bahasa austronesia dan bahasa papuaKekerabatan bahasa austronesia dan bahasa papua
Kekerabatan bahasa austronesia dan bahasa papuaApri Munganti
 
Asal usul org melayu menulis semula sejarahnya (article)
Asal usul org melayu menulis semula sejarahnya (article)Asal usul org melayu menulis semula sejarahnya (article)
Asal usul org melayu menulis semula sejarahnya (article)ShirleyEu1
 
Profil propinsi banten
Profil propinsi bantenProfil propinsi banten
Profil propinsi bantenpwbanten dec
 
Profil propinsi banten
Profil propinsi bantenProfil propinsi banten
Profil propinsi bantenpwbanten dec
 
Unsur asing dalam bahasa melayu
Unsur asing dalam bahasa melayuUnsur asing dalam bahasa melayu
Unsur asing dalam bahasa melayuMaliaLatip
 
Teks 2 kedudukan dan fungsi bahasa indonesia
Teks 2 kedudukan dan fungsi bahasa indonesiaTeks 2 kedudukan dan fungsi bahasa indonesia
Teks 2 kedudukan dan fungsi bahasa indonesiaTohir Haliwaza
 
Sejarah bahasa melayu individu copy
Sejarah bahasa melayu individu   copySejarah bahasa melayu individu   copy
Sejarah bahasa melayu individu copyShaleh Vs Lampard
 
Sejarah - Peran bahasa
Sejarah - Peran bahasaSejarah - Peran bahasa
Sejarah - Peran bahasaIhzaya
 
Tugas ips m. fauzan
Tugas ips m. fauzanTugas ips m. fauzan
Tugas ips m. fauzanSri Suryo
 

What's hot (20)

Kenali Bentuk & Fungsi Bahasa Melayu
Kenali Bentuk & Fungsi Bahasa MelayuKenali Bentuk & Fungsi Bahasa Melayu
Kenali Bentuk & Fungsi Bahasa Melayu
 
Prof. dr awang sariyan hubungan etnik
Prof. dr awang sariyan   hubungan etnikProf. dr awang sariyan   hubungan etnik
Prof. dr awang sariyan hubungan etnik
 
Pemetaan Rumpun Bahasa Austronesia
Pemetaan Rumpun Bahasa AustronesiaPemetaan Rumpun Bahasa Austronesia
Pemetaan Rumpun Bahasa Austronesia
 
Kalimat Deduktif dan Induktif
Kalimat Deduktif dan InduktifKalimat Deduktif dan Induktif
Kalimat Deduktif dan Induktif
 
Khazanah Labuhanbatu Utara
Khazanah Labuhanbatu UtaraKhazanah Labuhanbatu Utara
Khazanah Labuhanbatu Utara
 
Tugasan bmm 3112 perkembangan bahasa melayu
Tugasan bmm 3112 perkembangan bahasa melayuTugasan bmm 3112 perkembangan bahasa melayu
Tugasan bmm 3112 perkembangan bahasa melayu
 
Pengelompokkan bahasa austronesia
Pengelompokkan bahasa austronesiaPengelompokkan bahasa austronesia
Pengelompokkan bahasa austronesia
 
Kliping NTB
Kliping NTBKliping NTB
Kliping NTB
 
Kekerabatan bahasa austronesia dan bahasa papua
Kekerabatan bahasa austronesia dan bahasa papuaKekerabatan bahasa austronesia dan bahasa papua
Kekerabatan bahasa austronesia dan bahasa papua
 
Asal usul org melayu menulis semula sejarahnya (article)
Asal usul org melayu menulis semula sejarahnya (article)Asal usul org melayu menulis semula sejarahnya (article)
Asal usul org melayu menulis semula sejarahnya (article)
 
Profil propinsi banten
Profil propinsi bantenProfil propinsi banten
Profil propinsi banten
 
Profil propinsi banten
Profil propinsi bantenProfil propinsi banten
Profil propinsi banten
 
Unsur asing dalam bahasa melayu
Unsur asing dalam bahasa melayuUnsur asing dalam bahasa melayu
Unsur asing dalam bahasa melayu
 
Budaya mulok SEJARAH KABUPATEN MUNA
Budaya mulok SEJARAH KABUPATEN MUNABudaya mulok SEJARAH KABUPATEN MUNA
Budaya mulok SEJARAH KABUPATEN MUNA
 
MAKALAH KEBUDAYAAN KAB. MUNA
MAKALAH KEBUDAYAAN KAB. MUNAMAKALAH KEBUDAYAAN KAB. MUNA
MAKALAH KEBUDAYAAN KAB. MUNA
 
Asal usul kabupaten muna sultra
Asal usul kabupaten muna sultraAsal usul kabupaten muna sultra
Asal usul kabupaten muna sultra
 
Teks 2 kedudukan dan fungsi bahasa indonesia
Teks 2 kedudukan dan fungsi bahasa indonesiaTeks 2 kedudukan dan fungsi bahasa indonesia
Teks 2 kedudukan dan fungsi bahasa indonesia
 
Sejarah bahasa melayu individu copy
Sejarah bahasa melayu individu   copySejarah bahasa melayu individu   copy
Sejarah bahasa melayu individu copy
 
Sejarah - Peran bahasa
Sejarah - Peran bahasaSejarah - Peran bahasa
Sejarah - Peran bahasa
 
Tugas ips m. fauzan
Tugas ips m. fauzanTugas ips m. fauzan
Tugas ips m. fauzan
 

Similar to Bahasa Muna Sebagai Lingua Franca

Orang Muna : Asala-Usul, Persebaran Dan Peranannya Dalam Membangun Peradaban ...
Orang Muna : Asala-Usul, Persebaran Dan Peranannya Dalam Membangun Peradaban ...Orang Muna : Asala-Usul, Persebaran Dan Peranannya Dalam Membangun Peradaban ...
Orang Muna : Asala-Usul, Persebaran Dan Peranannya Dalam Membangun Peradaban ...MuhammadAlimuddin4
 

Similar to Bahasa Muna Sebagai Lingua Franca (20)

Asal usul kabupaten muna sultra
Asal usul kabupaten muna sultraAsal usul kabupaten muna sultra
Asal usul kabupaten muna sultra
 
Kab. muna
Kab. munaKab. muna
Kab. muna
 
Kab. muna
Kab. munaKab. muna
Kab. muna
 
Asal usul pulau muna
Asal usul pulau munaAsal usul pulau muna
Asal usul pulau muna
 
Asal usul pulau muna
Asal usul pulau munaAsal usul pulau muna
Asal usul pulau muna
 
Asal usul pulau muna
Asal usul pulau munaAsal usul pulau muna
Asal usul pulau muna
 
Asal usul kabupaten muna
Asal usul kabupaten munaAsal usul kabupaten muna
Asal usul kabupaten muna
 
Asal usul kabupaten muna
Asal usul kabupaten munaAsal usul kabupaten muna
Asal usul kabupaten muna
 
Asal usul kabupaten muna
Asal usul kabupaten munaAsal usul kabupaten muna
Asal usul kabupaten muna
 
Asal usul kabupaten muna
Asal usul kabupaten munaAsal usul kabupaten muna
Asal usul kabupaten muna
 
Asal usul pulau muna
Asal usul pulau munaAsal usul pulau muna
Asal usul pulau muna
 
Asal usul pulau muna
Asal usul pulau munaAsal usul pulau muna
Asal usul pulau muna
 
Asal usul pulau muna
Asal usul pulau munaAsal usul pulau muna
Asal usul pulau muna
 
Beberapa versi asal usul pulau muna
Beberapa versi asal usul pulau munaBeberapa versi asal usul pulau muna
Beberapa versi asal usul pulau muna
 
Beberapa versi asal usul pulau muna
Beberapa versi asal usul pulau munaBeberapa versi asal usul pulau muna
Beberapa versi asal usul pulau muna
 
Orang Muna : Asala-Usul, Persebaran Dan Peranannya Dalam Membangun Peradaban ...
Orang Muna : Asala-Usul, Persebaran Dan Peranannya Dalam Membangun Peradaban ...Orang Muna : Asala-Usul, Persebaran Dan Peranannya Dalam Membangun Peradaban ...
Orang Muna : Asala-Usul, Persebaran Dan Peranannya Dalam Membangun Peradaban ...
 
Filosofi etnis melayu
Filosofi etnis melayuFilosofi etnis melayu
Filosofi etnis melayu
 
History of-java
History of-javaHistory of-java
History of-java
 
Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"
Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"
Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"
 
BAHASA
BAHASA BAHASA
BAHASA
 

Recently uploaded

Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 

Recently uploaded (20)

Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 

Bahasa Muna Sebagai Lingua Franca

  • 1. Bahasa Muna / Wamba Wuna Sebagai Lingua Franca di Kepuauan Muna Dan Buton Oleh : Muhammad Alimuddin A. Wamba Wuna, Sebagai Warisan Budaya Masyarakat Muna. Dr. Sugeng Pujilelesono dalam Pengantar Antropilogi ( Trans Publishing 2015 ) mengatakan bahwa bahasa merupakan saraana komunikasi budaya, Lebih lanjut Sugeng mengungkapkan , salah satu unsure universal kebudayaan adalah adanya bahasa yang dipakai oleh seluruh komunitas yang tersebar di seluruh muka bumi ini ( Sugeng, 2005:135 ). Sedangkan Edwar Sapir ( 1884-1939 )mengatakan bahwa Budaya adalah sebuah realitas yang ditentukan oleh bahasa, sedangkan bahasa ialah sesuatu yang diwartiskan secara kultur atau turun temurun. Dari dua pendapat diatas,penulis berkesimpulan bahwa bahasa ,merupakan unsure utama yang membentuk kebudayaan yang diwariskan secara cultural atau turun temurun. Kendati demikian, sesungguhnya bahasa itu merupakan bagian dari budaya itu sendiri.Hal ini sebagaimana yang di definisikan oleh Edwar T Hall “ Kebudayaan adalah komunikasi, komunikasi adalah kebudayaan “. Sedangkan unsure utama komunikasi adalah bahasa, baik itu bahasa isyarat ataupun bahasa lisan. Sebagai suatu produk budaya yang merupakan sarana utama komunikasi , Bahasa Muna/Wamba Wuna tentu memiliki peran yang sangat sentral dalam membentuk budaya komunitas masyarakat penuturnya. Dalam realitas saat ini, Bahasa Muna/ Wamba Wuna menjadi alat Komunikasi masyarakat yang mendiami seluruh wilayah Pulau Muna ( Kabupaten Muna, Muna Barat dan Buton Tengah ), seluruh masyarakat di Pulau-pulau kecil di sekitar Pulau Muna dan Pulau Buton yakni, Pulau Kadatua, Pulau Batu Atas dan Pulau Siompu ( Kabupaten Buton Selatan ), dan Pulau Talaga ( Kabupaten Buton Tengah ). Serta sebagian besar masyarakat yang mendiami Pulau Buton. Jadi bila merujuk pada definisi T. Hall diatas, maka dapat dikatakan bahwa kebudayaan masyarakat wilayah- wilayah tersebut terbentuk dari peran besar Wamba Wuna/Bahawa Muna.
  • 2. Selain menjadi alat komunikasi utama di Pulau Muna ( Ex Kerajaan Muna ) dan Pulau Buton ( ex Kesultanan Buton ), Bahasa Muna/ Wamba Wuna juga merupakan bahasa tertua di kedua wilayah Kepulauan tersebut. Bahasa Muna/ Wamba Wuna diperkirakan telah digunakan sebagai alat komunikasi oleh masyarakat di Kepulauan Muna dan Buton sejak tahun 4000 SM. Bahasa Muna/ Wamba Wuna merupakan rumpun Austronesia, kelompok Celebic dalam cabang Western Malayo-Polynesian ( Rene Van Deberg, 2006 : 115 ). Pengelompokan Bahasa Muna/ Wamba Wuna kedalam rumpun Austronesia karena ditemukan kesamaan kosa kata dengan bahasa-bahasa daerah di wilayah Papua Nugini, Pulau Flores dan Papua yang juga masih satu rumpun Proto- Austronesia. Sedangkan dimasuknnya dalam kelompok Celebic dalam cabang Western Malayo-Polynesian karena ditemukan banyaknya kesamaan kosa kata dalam bahasa- bahasa daerah di Pulau Sulawesi seperti Bahasa Wotu di Sulawesi Selatan dan beberapa bahasa daerah di Sulawesi Tengah dan Utara. B. Sebaran Wilayah Penutur Bahasa Muna/ Wamba Wuna Dr Rene van den Berg, dosen linguistik di Darwin, Australia yang melakukan penelitian Bahasa Muna menjelaskan bahwa sebaran wilayah yang masyarakat nya menggunakan Bahasa Muna sebaagai bahasa tutur yang berada di daratan Pulau Buton adalah di wilayah Kecamatan Lasalimu, kamaru, Kapontori, Labuandiri, Lawele, laonti dan kambe-kambero ( Kabupaten Buton ), Bosuwa, Lawela, Batauga ( Buton Selatan ), Kecamatan Betoambari (Katobengke-Topa-Sulaa-Lawela, Labalawa), Kecamatan Bungi ( Liabuku, Wonco, Bungi, ) , Kecamatan Lealea ( Pulau Makasar, Lowu-lowu, Kalia-lia, Palabusa ) di Kota Baubau serta di ex kerajaan Muna meliputi Kecamatan Kambowa, Kecamatan Wakorumba Utara dan Kecamatan Bonegunu ( Kabupaten Buton Utara ), serta Kecamatan Wakorumba Selatan, Maligano dan Kecamatan Pasir Putih Kabupaten Muna ( Rene V. Deberg, 1989). Perkiraan waktu penggunaan Bahasa Muna/ Wambha Wuna sebagai alat komunikasi masyarakat di Jazirah Kepulauan Muna dan Buton tersebut didasarkan pada kedatangan para migran dari dataran tinggi Yunan Cina dan austeronesia Afrika. Para
  • 3. migrant ini yang diperkirakan menjadi nenek moyang manusia yang mendiami daratan Sulawesi termasuk di Kepulauan Muna dan Buton bagian Tenggara Pulau Sulawesi. Saat ini. Kedatangan para migrant itu tentu membawa serta kebudayaan mereka dari negeri asalnya termasuk bahasa. Bahasa para pendatang itu kemudian berasimilasi dengan bahasa penduduk lokal yang terlebih dahulu mendiami Pulau Muna yang datang sekitar 25.000 tahun SM ( Migran pertama tersebut diperkirakan telah mengalami kepunahan ). Dari percampuran dua bahasa ( migrant sekitar tahun 4.000 SM dan migrant sekitar 25.000 tahun SM ) tersebut kemudian tercipta bahasa baru yang dikenal saat ini sebagai Bahasa Muna/ Wamba Wuna. Dari Pulau Muna, Bahasa Muna / Wamba Wuna kemudian berkembang sampai ke Pulau Buton dan pulau-pulau kecil disekitar kedua pulau tersebut. Penyebaran Bahasa Muna/ Wamba Wuna di Pulau Buton dan pulau-pulau kecil disekitarnya di bawa oleh pendatang dari Dataran Tinggi Yunan tesebut yang terlebih dahulu menetap di Pulau Muna. Seiring dengan semakin berkembangnya populasi mereka dan kuatnya keinginan untuk mencari tempat baru untuk bertempat tinggal dan mencukupi kebutuhan mereka, kemudian mereka bermigrasi ke pulau-pulau yang dekat dengan Pulau Muna yaitu Pulau Buton dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.. Di Pulau Buton, Bahasa Muna/ Wamba Wuna semakin berkembang dan bervariasi dari segi dialek setelah kedatangan para pendatang dari Jazirah Melayu khususnya di daratan Pulau Buton sekitar abad XIV Masehi. Pelopor para pendatang dari Melayu tersebut dalam sejarah Buton dikenal sebagai Mia Pata Miana. Pengaruh bahasa para pendatang tersebut selain mempengaruhi dialek, memperkaya kosa kata Bahasa Muna/ Wamba Wuna, juga melahirkan bahasa baru yakni Bahasa Wolio dan Bahasa Cia-Cia. Bukti kuat bahwa Bahasa Muna/ Wambha Wuna telah menjadi bahasa tutur masyarakat di Kepulauan Buton dan Muna sebelum kedatangan para pendatang dari Melayu sekitar abad ke 14 tersebut terungkap dari hikayat Mia Pata Miana. Hikayat Mia Pata Miana ini menceritakan proses kedatangan manusia pelopor para imigran dari
  • 4. Melayu yang kemudian kembangun peradaban baru di Pulau Buton. Menurut hikayat ini, jauh sebelum kerajaan Buton terbentuk dan kedatangan para migrant dari Melayu, Pulau Buton telah berpenghuni yang memiliki bahasa sendiri untuk berkomunikasi diantara mereka. Penulis berasumsi bahasa bahasa tutur penghuni Pulau Buton saat itu adalah Bahasa Muna/ Wambha Wuna. Memang, belum ada literature sebelumnya yang mengatakan bahwa bahasa tutur penghuni Pulau Buton sebelum kedatangan para migrant dari Melayu adalah Bahasa Muna/ Wambha Wuna. Namun kalau melihat fakta di mana sebaran wilayah penutur Bahasa Muna/ Wambha Wuna di Pulau Buton yang begitu luas serta di setiap wilayah yang menjadi tempat pendaratan Mia Patamiana, penduduknya sampai saat ini menggunakan Bahasa Muna/ Wambha Wuna, sedangkan masyarakat lain yang berhubungan dengan migrant dari Melayu belakangan justru menggunakan Bahasa Wolio dan Cia-cia. maka dari itu penulis dapat pastikan bahwa bahasa penduduk Pulau Buton saat itu adalah Bahasa Muna/ Wambha Wuna. Sedangkan Bahasa Cia-cia dan Wolio adalah bahasa baru yang terbentuk akibat asimilasi antara Bahasa Muna dengan bahasa para pendatang dari Melayu itu. Asumsi penulis ini berdasarkan fakta dimana wilayah di Pulau Buton yang menggunakan Bahasa Wolio dan Cia-cia adalah wilayah yang dipilih oleh para pendatang itu untuk membangun peradaban baru sampai membangun kerajaan baru yakni Kerajaan Wolio. Berbeda dengan asumsi penulis, beberapa literature sejarah yang ditulis oleh para sejarawan Buton mengatakan bahwa masif nya wilayah sebaran penutur Bahasa Muna/ Wambha Wuna di jazirah Buton terjadi pada awal abad ke 16 Masehi. Hal itu bersamaan dengan menjadinya La Kilaponto Raja Muna ke – 7 sebagai penguasa di Kerajaan Wolio yang kemudian di rubahnya menjadi Kesultanan Butuuni Darussalam atau saat ini di kenal dengan Kesultanan Buton. Dalam literature itu dikatakan, bahwa masyarakat di Kerajaan Muna yang menggunakan Bahasa Muna/ Wambha Wuna sebagai bahasa tutur mereka, dibawah serta oleh Raja La Kilaponto untuk membantu beliau dalam memerangi
  • 5. Labolontio, bajak laut yang memporak porandakan kerajaan Wolio ( sebelum La Kilaponto menjadi raja ) dan sisa-sisa pasukannya. Ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa masuknya Bahasa Muna/ Wambha Wuna di Pulau Buton dibawa oleh Orang Muna yang lari meninggalkan Kerajaan Muna untuk mencari perlindungan di Kerajaan Wolio. Namun argumentasi tersebut terbantahkan dengan adanya fakta di mana justru pada masa itu Kerajaan Wolio lah yang dalam kondisi tidak aman karena gangguan bajak laut yang dipimpin oleh Labolontio. Kerajaan Wolio menjadi aman, setelah Raja Muna Sugi Manuru menugaskan Puteranya yang bernama La Kilaponto untuk menumpas Labolontio yang telah membuat Kerajaan Wolio diambang kehancuran sekaligus menjadi raja di kerajaan itu ( mengenai proses penugasan La Kilaponto menumpas Labolontio sekaligus menjadi raja di Kerajaan Wolio akan diulas pada Bab Sejarah Peradaban Orang Muna ). Berbeda dengan di Pulau Buton, Bahasa para pendatang dari Melayu itu tidak terlalu berpengaruh secara signifikan terhadap perkembangan Bahasa Muna/ Wamba Wuna di Pulau Muna. Olehnya itu, di daratan Pulau Muna hanya ada satu bahasa yang dipakai oleh penduduknya yakni Bahasa Muna/ Wamba Wuna. Padahal secara historis, wilayah Pulau Muna terbagi dua yaitu wilayah Pulau Muna bagian Utara dibawah pemerintahan Kerajaan Muna dan Pulau Muna bagian Selatan di bawah pemerintahan Kesultanan Buton. Secara teori, seharusnya wilayah Pulau Muna yang masuk dalam wilayah administrasi Kesultanan Buton masyarakatnya menggunakan Bahasa Wolio yang di klaim sebagai bahasa persatuan Kesultanan Buton. Namun faktanya tidak, masyarakat disana justru sampai saat ini tetap menggunakan Bahasa Muna/ Wambha Wuna sebagai bahasa tutur mereka. Bandingkan dengan wilayah Pulau Buton bagian Utara yang masuk dalam administrasi Kerajaan Muna yang masyarakatnya sampai saat ini tetap menggunakan Bahasa Muna/ Wambha Wuna. Tidak terjadinya pembentukan bahasa baru dari asimilasi antara Bahasa Muna/ Wamba Wuna dengan bahasa yang dibawa oleh para pendatang dari melayu tersebut disebabkan karena para pendatang dari Melayu tersebut, tidak menetap dan membangun
  • 6. peradaban baru sebagai mana yang mereka lakukan di Pulau Buton ( Mengenai sejarah pemebntukan peradaban baru oleh para pendatang dari Melayu di Pulau Buton akan di ulas pada pembahasan Sejarah Peradaban Orang Muna ). Pengaruh yang terlihat dari asimilasi antara Bahasa Muna/ Wamba Wuna dengan bahasa para pendatang dari Melayu hanya sebatas terjadinya perbedaan dialek antara daratan Pulau Muna bagian Utara (ex Wilayah Kerajaan Muna ) dan Pulau Muna bagian Selatan ( ex Kesultanan Buton ). Selain itu terjadi juga penyerapan beberapa kosa kata Bahasa Melayu ke dalam Bahasa Muna/ Wamba Wuna.: Berikut beberapa contoh bahasa melayu yang diserap kedalam Bahasa Muna/ Wamba Wuna : Bahasa Muna/Wamba Wuna Bahasa Melayu Bahasa Indonesia langka langka Jarang parigi perigi Saluran air, got Rusa rusa Rusa/ jonga Nea nama Nama karambau kerbau Kerbau Rene Van Deberg mengungkapkan bahwa sekitar abad ke - 16 atau ke – 17 bangsa Portugis dan Spanyol membawa tanaman jagung di Pulau Muna. Lama kelamaan jagung menjadi makanan pokok di Muna. Terkait itu maka muncullah puluhan kosakata baru dalam Bahasa Muna/ Wamba Wuna yang berkaitan dengan pertumbuhan, produksi, dan konsumsi jagung sebagaimana yang dapat di lihat pada table berikut : kahitela jagung [kata ini berasal dari bahasa Ternate kasitela < Portugis Castela, nama daerah dan kerajaan Castilia di Spanyol sekitar abad ke-10 sampai ke-18; bandingkan juga Bahasa Indonesia ketela dengan asal yang
  • 7. sama, walaupun merujuk pada ubi] Kambuse Biji jagung (tua atau muda ) yang direbus Kapusu Biji jagung (tua ) yang direbus pakai kapur sehingga kulit arinya terlepas Kamperodo Buah jagung (muda) yang dimasak dengan kulitnya (ujung atas dan bawah dipotong, kulit luar sebagian dikeluarkan) kantiniwua jagung yang dimasak buahnya tanpa kulit katungkukoro bungkusan jagung muda yang ditumbuk dengan ujung pembungkus (kulit kantubhi buah jagung yang berukuran di bawah sedang angki tua dan keras (tentang jagung); sebagai kiasan juga mengenai gadis tua bhoka buah jagung yang isinya tersembul dari kulit bhokolo mengeluarkan kulit jagung dengan pisau (untuk pembungkus) ragi sejenis jagung yang bijinya berwarna ungu Lero Jamur (pada jagung) Sumber : ( Rene Vandeberg, 2014: 123 )
  • 8. C. pulasi Penutur Dan Perkembangan Bahasa/ Wamba Wuna Berdasarkan luas wilayah dan kuantitas pengguna Bahasa Muna sebagai bahasa Tutur di Sulawesi tenggara, bahasa Muna merupakan bahasa kedua penutur terbanyak setelah Bahsa Tolaki-Mekonggga. Secara geografis penyebaran penutur kedua bahasa tersebut juga berbeda. Bahasa Tolaki-Mekongga sebarannya di daratan Pulau Sulawesi Bagian Tenggara, sedangkan Bahasa Muna Penuturnya tersebar di Kepulauan termasuk dua pulau besar yaitu Muna dan Pulau Buton. Dr, Rene Van dengberg juga menemukan penutur bahasa Muna ternyata bukan saja di tersebar di wilayah kepulauan Sulawesi bagian tenggara tetapi di sebagian Pulau Ambon dan kepualauan Maluku Utara. Dr. Rene Van Denberg tidak menjelaskan sejak kapan bahasa muna digunakan oleh maasyaarakat Pulau Ambon dan Kepulauan Maluku Utara serta bagaimana proses penyebarannya. Mungkin saja penyebaran bahasa Muna di Pulau Ambon dan Kepulauan Maluku utara tersebut lakukan oleh La Ode Wuna Putra raja Muna VI Sugi Manuru. Tradisi lisan masyarakat Muna menjelaskan bahwa salah seorang Putra Raja Muna VI Sugimanuru yaitu La Ode Wuna yang berwujud Ular berkepala manusia diusir karena berulah yang dapat mencoreng kewibawaan ayahaandanya sebagai Raja. Setelah diusir dari kerajaan Muna, La Ode Wuna kemudian berlayar menuju Pulau Halmahera di Maluku Utara. Dalam pelayaranya La Ode Wuna yang dikenal sakti menumpang pada dua buah kelapa. Sesampainya di pantai Pulau Halmahera ( maluku Utara ), La Ode Wuna kemudian menanam kelapa yang menjadi tumpangannya tersebut di pantai dimana dia terdampar. Jadi ada kemungkinan La Ode Wuna dan pengikutnyalah yang pertama menyebarkan bahasa Muna di Kepulauan Maluku/maluku Utara melalui alkulturasi budaya. Walaupun secara populasi cukup banyak dan sebaran wilayah penuturnya yang luas, bukan berarti bahasa Muna sudah dapat dikatakan aman . Bahkan beberapa ahli
  • 9. mengelompokan Bahasa Muna, Wambha Wuna dalam kategori rawan. Hal itu disebabkan minoimnya literature atau dokumen yang menggunakan Bahasa Muna/ Wambha Wuna. Mengutip Rene Vandeberg dalam “ Juara Satu Dan Dua: Membandingkan Situasi Kebahasaan Indonesia Dan Papua Nugi “ yang di muat dalam Jurnal Masyarakat Linguistik Indonesia,dengan kode ISSN: 0215-4846 Volume ke-32, No. 2 pada bulan Agustus 2014 , Orang yang pertama menulis mengenai bahasa Muna adalah Nikolaus Adriani (1865-1926), seorang ahli bahasa daerah Sulawesi pada zaman kolonial. Selama keberadaannya di Sulawesi (yang disebut Celebes pada waktu itu), dia juga sempat menulis satu bab dalam bahasa Belanda mengenai bahasa Muna dalam bukunya tentang situasi kebahasaan di Sulawesi dan Halmahera (Adriani dan Kruyt 1914). Orang yang kedua yang meneliti bahasa Muna adalah orang Muna sendiri yang bernama Hanafi (1938- 1993). Hanafi (1968) adalah skripsi mengenai pronomina, aspek yang rumit dalam Bahasa Muna. Orang yang ketiga ialah La Ode Sidu, yang kemudian menjadi pakar bahasa Muna dengan beberapa terbitan, termasuk skripsi S1, S2, dan disertasi S3 (La Ode Sidu 2003). Mulai tahun 1980-an juga diterbitkan beberapa karya ilmiah mengenai bahasa Muna yang dikeluarka oleh Pusat Bahasa di Jakarta. Kami sendiri menulis tata bahasa Muna (van den Berg 1989), kamus Muna (bersama La Ode Sidu, versi Muna-Inggris 1996, versi Muna- ndonesia 2000, cetakan kedua 2013), dan beberapa karangan ilmiah mengenai bahasa Muna, seperti situasi dialek Muna, fonologi historis, kata serapan dari bahasa Belanda, ketransitifan, deiksis, dan juga dialek Muna selatan. Awal tahun 1990-an dibentuk sebuah tim penelitian dan pengembangan Linguistik Indonesia, Volume ke-32, No. 2, Agustus 2014 :125 bahasa daerah Muna yang menerbitkan Pedoman Ejaan Bahasa Muna (Hanafi, dkk. 1991), diikuti oleh beberapa buku kecil dalam bahasa Muna: Kadadihi ne witeno Wuna (Atakasi 1991), Kabhanti Wuna (La Mokui 1991), Wata-watangke Wuna (La Mokui dan La Kimi Batoa 991). Sejak adanya muatan lokal di kabupaten Muna, muncullah juga beberapa buku pelajaran, termasuk metode untuk SD O Wamba Wuna (La Ode Sidu 1994) dan metode
  • 10. untuk SLTP Struktur Bahasa Muna (La Tia, dkk.). Bersama dengan La Mokui, kami menulis metode baru untuk SMP Maimo dopogurumana wamba Wuna (La Mokui dan van den Berg 2008a, 2008b), bersama pedoman gurunya. La Sinenda (2002) menulis Tata Bahasa Daerah Muna, tetapi sayangnya tidak pernah diterbitkan. Belakangan ini perlu disebut karya La Ode Sirad Imbo (2012) yang berjudul Kamus Bahasa Indonesia-Muna. Pada awal tahun 2014 dibuka laman khusus mengenai bahasa Muna (www.bahasamuna.org). Jelas perhatian pada bahasa Muna tidak mengecewakan, baik dari orang luar maupun dari penutur bahasa Muna sendiri. Walaupun status pendokumentasian bahasa Muna cukup tinggi, ada gejala bahasa Muna sudah agak sakit. Di Raha, ibu kota Kabupaten Muna, sejak dulu bahasa Muna jarang dipakai oleh orang Muna sendiri. Orang dari luar yang datang di Muna hampir tidak ada yang belajar bahasa Muna. Sejak tahun 1990-an, penduduk di kampungpun mulai bergeser ke bahasa Indonesia, sehingga makin banyak anak-anak dan remaja tidak menguasai lagi bahasa ibu mereka. Seringkali dalam satu desa orang tua masih fasih berbahasa Muna (khususnya waktu bergaul dengan generasi di atas mereka), tetapi berkomunikasi dengan anak-anak di rumah pakai bahasa Indonesia. Kalau situasi ini tetap begitu (dan kami belum melihat tanda yang melawan perkembangan ini). Pada tahun 1989, Rene Van Deberg yang melakukan penelitian terhadap Bahasa Muna/ Wambha Wuna memperkirakan penutur Bahasa Muna di Kabupaten Muna ( yang ada di daratan Pulau Muna bagian Utara dan Pulau Buton bagian Utara dan saat ini telah menjadi 3 kabupaten yakni Kabuopaten Muna, Muna Barat, dan Buton Utara ) yakni sekitar 300.000 penutur,. Dari jumlah itu Rene Van Deberg mengkategorikan Bahasa Muna/ Wambha Wuna betul-betul terancam dan berada dalam zona gawat. Pengkategorian yang dilakukan oleh Rene tersebut, tidak mempeerhitungkan penutur Bahasa Muna/ Wamba Wuna yang ada di Kepulauan Buton ( saat ini telah menjadi 2 Kabupaten dan 1 Kota, yakni Kabupaten Buton, Kota Baubau, dan Buton Selatan ) dan pentur Bahasa Muna/ Wambha Wuna yang ada di Pulau Muna Bagian Selatan yang saat itu masuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Buton. Rene juga tidak memotret penduduk
  • 11. Kota Kendari yang berasal dari Kabupaten Muna dan Kabupaten lain yang masyarakatnya bertutur dalam Bahasa Muna/ Wambha Wuna yang saat ini di perkirakan berjumlah sekitar 25.000 jiwa. Berikut table daerah ( Kabupaten dan Kota ) yang penduduknya dalam keseharian bertutur dalam Bahasa Muna/ Wambha Wuna : Kabbutaten/ Kota Kecamatan/Pulau Perkiraan Jumah Penutur Muna Seluruh Kecamatan dan Pulau 300.000 Muna Barat Seluruh Kecamatan dan Pulau 75.000 Buton Utara Kec. Wakorumba Utara, Bone Gunu, Kambowa 15. 000 Baubau Kec. Betoambari,Lealea, Bungi 40.000 Buton Kec. Kapontori, Kamaru, 25.000 Buton Selatan Kec. Batauga, P.Batu Atas, P.Kadatua, P. Siompu 30.000 Buton Tengah Seluruh Kecamatan di Buton Tengah 75.000 Kendari Tersebar di seluruh Kota Kendari 25.000 Total 585.000 D. Basaha Muna/Wamba Wuna, Bahasa Kebangsaan di Kesuktan Buton Dan Kerajaan Muna? “Bahasa Menunjukan Bangsa” demikian dikatakan JS. Badudu, seorang pakar bahasa Indonesia yang terkenal pada masa Orde Baru karena mengeritik dialek Presiden Suharto yang melafalkan kata makin dengan mangkin. JS. Badudu menyadari bahwa bahasa merupakan identitas dan jati diri bangsa. Olehnya itu setiap orang termasuk Suharto harus melafalkan pengucapan setiap kalimat bahasa sesuai dengan kaidah tata bahasa yang baik
  • 12. dan benar sebagai manifestasi jati diri dan identitas suatu bangsa, dalam hal ini Bangasa Indonesia. Menurut JS. Badudu kebesaran suatu bangsa dapat dilihat dari seberapa besar kecintaan bangsa itu dengan bahasanya. Salah satu bentuk dari kecintaan tersebut adalah ditentukan dengan kualitas dan kuantitas orang yanng menggunakan bahasa bangsa tersebut. Mengapa JS. Badudu menekankan penggunaan bahasa dengan eksistensi suatu bangsa? Hal ini terjawab dengan sejarah kolonialisme moderen di mana untuk dapat mengifiltrasi suatu bangsa, maka hal pertama yang dilakukan bangsa tersebut adalah menyebar luaskan penggunaan bahasanya pada bangsa yang di incarnya. Bila melihat pengguna Bahasa Muna yang hampir melingkupi seluruh wilayah ex Kesultanan Buton, mungkinkah kita dapat berasumsi bahwa Buton itu merupakan bagian atau koloni dari Kerajaan Muna? Atau mungkinkah Bahasa Muna merupakan bahasa Kesultanan Buton? Pertanyaan diatas perlu diteliti lebih mendalam lagi, sebab berdasarkan artikel- artikel sejarah yang ditulis oleh sejarawan buton selama ini dikatakan bahwa bahasa kesultanan Buton adalah Bahasa Wolio. Padahal berdasarkan penelitian dan fakta yang ada hari ini pengguna bahasa Wolio hanyalah melingkupi masyarakat satu Kecamatan ( Kecamatan Wolio )dari 6 Kecamatan yang ada di Kota Bau-bau saat ini, selebihnya menggunakan bahasa Muna ( sebagian besar ) dan bahasa Cia-cia ( sebagian kecil- khususnya di kecamatan Sorawolio). Soerjono Soekanto Dalam buku Sosiologi Suatu pengantar ( 1990) mengatakan interaksi sosial tidak mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat yaitu: 1) Adanya kontak sosial ( social contact, 2) adanya komunikasi. Apabila salah satu dari dua syarat tadi tidak terpenuhi maka mustahil terjadi interaksi sosial. Jadi bagai mana suatu kelompok dapat berkomunikasi dengan kelompok lain bila tidak saling memahami bahasa masing-
  • 13. masing? Padahal arti penting dari suatu komunikasi adalah memberikan penafsiran perilaku orang lain melalui pembicaraan dan gerak-gerak badania ( Sujano Sukanto, 1990:71-73). Jadi kalau kita masih tetap mengakui bahwa bahasa merupakan identitas dan jati diri suatu bangsa, maka bagi mana bisa bahasa Wolio dapat dikatakan menjadi identitas dan jati diri Kesultanan Buton? Badingkan dengan Bahasa Muna yang digunakan oleh hampir seluruh masyarakat ex Kesultanan Buton. Bukankah itu dapat dikatakan bahwa Bahasa Muna telah menjadi identitas dan jati diri Bangsa dari Kesultanan Buton? Untuk menjawab semua itu diperlukan suatu kejujuran dan kebesaran hati para sejarawan untuk mengungkap kebenaran sejarah dengan tidak perlu ada yang ditutup-tutupi. E. AKSEN Dr. Rene Van Debrg dalam penelitiaannya menemukan bahwa bahasa Muna memiliki banyak aksen. Setiap wilayah penyebaran bahasa muna memiliki aksen sendiri- sendiri dalam pengucapannya seperti aksen Bosua, Kamaru,Kaimbulawa,Lasalimu dan Muna, sedangkan menurut Burhanuddin ada juga aksen Pancana. Aksen Bosua digunakan oleh masyarakat di Kecamatan Batauga, pantai barat daya Pulau Buton, sebelah selatan wilayah Katobengke-Topa-Sulaa dan Lawela. Sedangkan aksen Kaimbulawa digunakan oleh masyarakat ‘Siompu. Lantoi, Kambe-Kambero , Liabuku, Barangka dan Kapontori. Aksen Kamaru digunakan oleh masyarakat di Kecamatan kamaru kabupaten buton. Aksen Pancana di Gunakan oleh masyarakat yang mendiami pulau Muna bagian Selatan yaitu masyarakat Gu dan mawasangka. Aksen Pancana juga digunakan oleh masyarakat Pulau Talaga, Siompu dan Kadatua. Setiap aksen dalam pengucapan bahasa Muna, dipengaruhi oleh lingkungan dimana komunitas penggunanya menetap atau pengaruh luar dimana penggunanya sering berintaraksi dengan dunia luar. Dari interaksi-interaksi dari dua atau beberapa bahasa tersebut kemudian melahirkan aksen baru. Misalnya saja Masyarakat Muna yang sering berinteraksi dengan komunitas masyarakat yang menggunakan Bahasa Wolio atau Cia-cia,
  • 14. maka aksennya akan berbeda dengan masyarakat Muna yang sering berinteraksi dengan masyarakat dari luar seperti melayu, jawa, arab dan lain-lain. F. PENGUCAPAN Bahasa Muna dari semua dialek/ aksen dalam pengucapannya tidak mengenal konsonan dalam setiap akhir kata. Dalam kosa kata bahasa muna tidak mengenal struktur konsonal vokal konsonan ( KVK ). Olehnya itu penyerapan bahasa asing kedalam bahasa Muna apabila berakhir dengan konsonan pada akhir pengucapannya maka selalu ditambah dengan vokal ( a,e,i,o,u ), atau di hilangkan huruf akhirnya sehingga berakhir dengan vokal. Contohnya sandal, dalam bahasa Muna pengucapannya di tambah dengan vokal ‘i’ sehingga pengucapannya menjadi sandal(i), atau Pelabuhan misalnya di hilangkan hurup ‘n’ sehungga dalam pengucapannya menjadi ‘pelabuha’(n). Selain tidak mngenal vokal dalam akhir kata, dalam alfabet bahasa Muna asli juga tidak mengenal huruf ‘C.’ Karena tidak huruf ‘ C ‘ tersebut, maka bila masyarakat muna mengucapkan kata-kata yang berasal dari kosa kata bahasa lain yang menggunakan huruf ‘C’, maka huruf ‘C’ tersebut di ganti dengan huruf ‘T’. Contohnya seperti dalam table berikut : No Kata Asli Bila Diucapkan Oleh Orang Muna 1 Cantik Tanti (k) 2 Suci Suti 3 Cowo Towo Namun berbeda dengan aksen Kaimbulawa dan pancana. Pada aksen Kaimbulawa dan Pancana huruf C justerudigunakan untuk mengganti huruf ‘T’ pada aksen Muna asli. Hal itu seperti terlihat pada table berikut :
  • 15. No Kosa Kata Bahasa Muna Asli Diucapkan Dalam Aksen Kaimbulawa & Pancana 1 Ihintu ( Kamu ) Isincu 2 Kuta ( Kutang/ BH ) Kuca 3 Titi ( Payudara ) C ic i 4 Suta ( piring kaleng ) Suca Penggunaan Hurup ‘C’ dalam pengucapan bahassa Muna tersebut mungkin saja dipengaruhi oleh bahasa Cia-cia. Hal ini dapat dimungkinkan karena masyarakat yang meggunakan huruf ‘c’ dalam pengucapannya pada umumnya masyarakat yang dalam pergaulannya sangat dekat dengan masyarakat yang menggunakan bahasa Cia-cia. Jadi karena pergaulan itulah sehingga terjadi perpaduan bahasa kedua suku bangsa tersebut. Ada juga kemungkinan bahwa penggunaan huruf ‘C’ tersebut dipengaruhi oleh bahasa Wolio. Hal ini terutama mempengaruhi masyarakat yang dalam pergaulannya sehari-hari sangat dekat dengan masyarakat pengguna bahasa wolio. Sugeng mengatakan bahwa bahasa juga dapat member pesan seseorang atau komunitas tersebut bersentuhan dengan dunia luar dari beragamnya kosa kata suatu kata ( Sugeng, 2015: 160 ).Dari fakta itu sehingga tidak heran bila masyarakat yang menggunakan bahasa muna dengan dialek Pancanan adalah masyarakat yang berdiam disekitar kecamatan Wolio yang mana masyarakatnya menggunakan bahasa Wolio dalam berkominasi sehari hari seperti Katobengke, palabusa, bosuwa, dan Pulau makasaar. Abjad Ada beberapa Abjad dalam bahasa Muna yang berbeda dengan abjad latin, tapi memiliki kemiripan dengan abjad aksara Arab dan sangsekerta. Abjad yang dimaksud adalah Gh dan dh ( Abjad Arab ) dan bh ( Sangsekerta ) . Kemiripan abjad dalam Bahasa
  • 16. Muna dengan Abjad dalam Bahasa Arab dan Sangsekerta tersebut menurut asumsi beberapa kalangan, merupakan gambaran kedekatan hubungan pergaulan masyarakat Muna dengan masyarakat Arab dan Sangsekerta. Dari kedekatan tersebutlah kemudian mempengaruh kebudayaan masyarakat Muna termasuk dalam penggunaan Bahasa. Walau ada beberapa abjad dalam bahasa muna yang memiliki kesamaan dengan abjad dalam bahasa arab, namun tdak bisa dikatakan bahwa Bahasa Muna masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Bahasa Arab. Hal ini diperkuat dengan ada pula beberapa abjad dalam Bahasa Arab yang tidak di kenal dalam Bahasa Muna misalnya huruf, J, Y, DZ, TH dan Z. Demikian juga dengan Bahasa Sangsekerta, Dalam Abjad Bahasa Muna tidak mengenal huruf C, J, X, Q, Y dan Z. Tidak adanya huruf – huruf tersebut lah yang membedahkan antara abjad Bahasa Muna dengan Abjad yang dikenal dalam Bahasa Arab dan Sangsekerta. Adapun abjad dalam bahasa muna (bahasa Muna Kuno) adalah sebagai berikut: A a B b D d E e F f G g H h I i K k L l M m N n O o P p R r S s T t U u Ww DH dh GH gh BH bh