1) Novel ini menggambarkan berbagai citra perempuan, termasuk sebagai sosok yang lembut, mudah terhanyut perasaan, dan mengalami diskriminasi dalam pendidikan dan perlakuan laki-laki.
2) Tokoh perempuan utama, Anisa, digambarkan sebagai istri yang taat tetapi mengalami kekerasan fisik dan verbal dari suaminya.
3) Kritik sosial terhadap ketidakadilan gender dan dominasi laki-laki terhadap perempuan
1. 41
CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN
KARYA ABIDAH EL KHALIEQY
Novi Santi
Dosen Program Studi Bahasa Indonesia FKIP UNISKI Kayuagung
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan citra perempuan dalam novel
Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El Khalieqy. Metode yang dipakai dalam penelitian
adalah metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan kritik sastra feminis.
Sumber data yang digunakan ialah novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El
Khalieqy yang terdiri atas 317 halaman. Pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi
yang kemudian dianalisis berdasarkan analisis. Hasil penelitian sebagai berikut: 1) Citra
perempuan itu sendiri yang terdapat di dalam novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah
El Khalieqy bahwa wanita dianggap sebagai sosok yang lembut, cenggeng, dan mudah terhanyut
perasaan. 2) Citra perempuan terhadap laki-laki memandang wanita atau istri sebagai makhluk
yang menyenangkan, mudah ditakhlukan dan dapat menjadi objek seks laki-laki. 3) Citra
perempuan terhadap masyarakat dalam bidang pendidikan wanita juga mengalami deskriminasi
dalam memperoleh kesempatan belajar ke jenjang yang lebih tinggi. 4) Citra perempuan pada
pengarang menunjukan ketidakadilan hak seorang istri terhadap suami yang berpoligami.
Kata kunci : citra perempuan, novel, kritik sastra feminis.
PENDAHULUAN
Perempuan selalu menarik untuk
diperbincangkan dari dulu sampai sekarang
bagi banyak kalangan. Hal ini disebabkan
dalam sejarah peradaban manusia
perempuan selalu dikaitkan dengan mitos-
mitos dan lebih banyak makna bila dikaitkan
dengan laki-laki Szuhayati (dalam Abdullah,
19976:6). Perbincangan ini dapat berupa
penggambaran bentuk tubuh perempuan,
perlakuan laki-laki terhadap perempuan,
pendiskriminasian, dan segala bentuk
ketidakadilan yang menimpa mereka.
Contohnya tindakan pemukulan, serangan
fisik yang terjadi dalam rumah tangga, dan
pelecehan seks.
Isu kekerasan seksual, kerja dosmetik,
upah rendah, penindasan, pesan ganda
merupakan manifestasi akibat dominasi
gender laki-laki (patriarki) atas gender
perempuan. Pendominisian laki-laki atas
sektor-sektor politik, ekonomi, budaya, dan
kehidupan sosial lainnya, telah mendorong
pembatasan ruang gerak terhadap bidang
yang hanya layak untuk suatu gender.
Bila dikaitkan dengan karya sastra,
perempuan dan permasalahanya sering
dibicarakan dalam karya sastra terutama
2. 42
yang berbentuk prosa. Pembicaraan ini dapat
berupa penggambaran bentuk tubuh wanita,
kisah cinta yang dialami seorang wanita, dan
keberadaan wanita di dalam keluarga, di
tempat kerja, dan di masyarakat. Selain itu,
pada hakikatnya wanita memiliki hati yang
lembut dan perasaan yang lebih peka
daripada laki-laki. Hal ini sesuai dengan
pendapat Padmupuspito (dalam
Sugihastuti, 2010:11) yang menyatakan,
“wanita selalu menjadi sasaran cipta sastra
pujangga, “ maksudnya karya sastra yang
dihasilkan para sastrawan banyak
menampilkan wanita sebagai tokoh,
contohnya novel Karmila karya Marga T.
Seorang pengarang melalui karyanya,
misalnya beberapa novel dapat memberikan
kritik mengenai masalah-masalah sosial
yang timbul di dalam suatu masyarakat.
Masalah-masalah sosial ini dapat
menimbulkan ketidakadilan pada seseorang
atau sekelompok ruang, salah-satunya
adalah ketidakadilan gender yang
menimbulkan feminis.
Selanjutnya dalam
memperbincangkan permasalahan wanita
ini, tak jarang masih ditemukan kekerasan
dan ketidakadilan yang menimpa kaum
wanita. Hal ini dapat juga ditemukan dalam
karya sastra, seperti yang diungkapkan
Kolodny (dalam Djajanegara, 2000:19) yang
menyatakan di dalam karya sastra yang
pada umumnya merupakan hasil tulisan
laki-laki, menampilkan stereotype wanita
sebagai ibu dan istri yang setia dan terbaik,
wanita manja , pelacur, dan wanita
dominan.” Keadaan wanita seperti inilah
yang ditentang oleh kaum feminis. Mereka
beranggapan bahwa kaum perempuan
mempunyai kesempatan yang sama dengan
laki-laki untuk menggambarkan potensi
yang ada di dalam dirinya.
Dalam tulisan ini dipilih novel
Perempuan Berkalung Sobran karya Abidah
El Khalieqy dengan pertimbangan sebagai
berikut. Pertama, sebagai wanita Abidah El
Khalieqy mempunyai peluang besar untuk
mengungkapkan naluri, emosi, dan berbagai
perasaan yang berkecamuk di dalam diri
seorang wanita . Kedua, di dalam novel
Perempuan Berkalung Sobran, Abidah El
Khalieqy mengemukakan kepada pembaca
bahwa wanita tidak harus pasrah menerima
nasib, karena pada hakikatnya wanita
mampu bekerja sama dengan kaum pria,
walaupun begitu wanita tidak harus
melupakan kodratnya sebagai wanita.
Ketiga, novel Perempuan Berkalung
Sobran karya Abidah El Khalieqy secara
keseluruhan menceritakan wanita sebagai
tokoh utama yang mengalami berbagai
konflik permasalahan.
Berdasarkan pertimbangan di atas
maka penulis menganalisis novel
Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah
El Khalieqy dengan sebuah kajian citra
perempuan
Masalah
Masalah dalam penulisan ini adalah
bagaimanakah citra perempuan yang
terdapat dalam novel Perempuan Berkalung
Sorban karya Abidah El Khalieq.
3. 43
LANDASAN TEORI
Pengertian Feminisme
Feminisme adalah suatu faham yang
memperjuangkan kebebasan perempuan dari
dominasi laki-laki Hyas (dalam Fakih,
2012:4). Kamila Bhasin dan Nighat Said
Khan (dalam Fakih, 2012:41)
mengemukakan bahwa feminisme adalah
suatu kesadaran akan penindasan dan
pemerasan terhadap perempuan dalam
masyarakat, di tempat kerja dan dalam
keluarga, serta tindakan sadar oleh
perempuan maupun laki-laki untuk
mengubah keadaan tersebut. Selanjutnya
Fakih (2012:38) mengatakan. “Feminisme
adalah suatu gerakan dari kesadaran yang
berangkat dari asumsi untuk menghentikan
diskriminasi tersebut.”
Dari pengertian feminisme di atas
dapat disimpulkan bahwa feminis adalah
kesadaran akan ketidakadilan gender yang
menimpa kaum perempuan di dalam
keluarga dan di dalam masyarakat, serta
tindakan sadar oleh perempuan maupun
laki-laki untuk mengubah keadaan tersebut.
Kritik Sastra Feminis
Kritik sastra feminis merupakan salah
satu disiplin ilmu kritik sastra yang lahir
sebagai respons atas berkembang luasnya
feminisme di berbagai penjuru dunia. Secara
leksikal menyatakan bahwa feminis adalah
gerakan kaum perempuan yang menuntut
persamaan hak sepenuhnya antara kaum
perempuan dan laki-laki. Persamaan hak itu
meliputi semua aspek kehidupan, baik dalam
bidang politik, ekonomi, maupun sosial
budaya (Djayanegara, 2000:16). Feminisme
merupakan kegiatan terorganisasi yang
memperjuangkan hak-hak dan kepentingan
perempuan (Sofia, 2009:73). Jika
perempuan sederajat dengan laki-laki,
berarti mereka mempunyai hak untuk
menentukan dirinya sendiri sebagaimana
yang dimilki oleh kaum laki-laki selama ini.
Ihromi (dalam Sofia 2009:41) menyebut hal
ini sebagai otonomi perempuan. Dengan
kata lain, feminis merupakan gerakan kaum
perempuan untuk memperoleh otonomi atau
kebebasan menentukan dirinya sendiri. Dari
berbagai pemikiran feminism di atas terlihat
bahwa munculnya ide-ide feminis berangkat
dari kenyataan bahwa kontruksi sosial
jender yang ada mendorong citra perempuan
masih belum dapat memenuhi cita-cita
persamaan hak antara laki-laki dan
perempuan. Kesadaran akan ketimpangan
struktur,sistem, dan tradisi masyarakat di
berbagai bidang inilah yang kemudian
melahirkan kritik feminis.
Citra Tokoh Perempuan
Pencitraan ini memiliki kaitan yang
erat dengan feminis karena keduanya
merepresentasikan pemikiran dan tingkah
laku tokoh utama. Pencitraan atau citra
perempuan adalah gambaran yang dimiliki
setiap individu mengenai pribadi perempuan
.Hal ini juga sejalan dengan pendapat
Altenbernd (dalam Sugihastuti, 2000:43)
mengenai citraan yaitu gambar-gambar
angan atau pilkiran, sedangkan setiap
gambar pikiran disebut citra atau imaji.
4. 44
Wujud citra perempuan ini dapat
digabungkan dengan aspek fisis, psikis, dan
sosial budaya dalam kehidupan perempuan
yang melatarbelakangi terbentuknya wujud
citra perempuan. Dalam menjaga citranya
tersebut, perempuan sebagai individu harus
memerankan perannya dengan baik sebagai
individu, istri, dan perannya di sosial
masyarakat. Sementara itu, pencitraan
merupakan kumpulan citra (the collection of
images) yang dipergunakan untuk
melukiskan objek dan kualitas tanggapan
indra yang dipergunakan dalam karya
sastra, baik dengan deskripsi harfiah
maupun secara kias. Abrams (dalam Sofia,
2009:24).
Citra perempuan dalam aspek sosial
disederhanakan dalam dua peran, yaitu
peran perempuan dalam keluarga dan peran
perempuan masyarakat (Sugihastuti,
1999:121).
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif. Menurut melenon (dalam
Arikunto, 2010:22). Sumber data penelitian
kualitatif adalah tampilan yang berupa kata-
kata lisan atau tertulis yang dicermati oleh
peneliti, dan benda-benda yang diamati
sampai detailnya agar dapat ditangkap
makna yang tersirat dalam dokumen atau
bendanya.
PEMBAHASAN
Citra Perempuan dalam Novel
Perempuan Berkalung Sorban
Citra perempuan itu sendiri
Citra yang dibangun dalam masyarakat
selama ini mengenai wanita adalah bahwa
wanita dianggap sebagai sosok yang
lembut,cengeng,dan mudah terhanyut
perasaan. Sosok itu dalam novel Perempuan
Berkalung Sorban terlihat dalam kutipan
berikut.
Kemudian ia menggenggam tanganku
dan menciumnya. Itulah kebiasaan yang
sering dilakukan olehnya, mencium
tanganku dengn sayang. Dan ksini pun ia
telah menggenggamnya untuk kemudian
pelan-pelan diciumnya dengan amat sayang
dan penuh perasaan.Karena tak tahan dan
mengingat semua kemungkinan itu, aku
menangis sejadi-jadinya, membuat ia gugup,
takut dan merasa bersalah, kalau-kalau
tangisanku terdengar sampai ke serambi
masjid, di mana bapak sedang mengisi
pengajian kitab.(Perempuan Berkalung
Sorban,2009:39).
“Sudahlah, Nisa. Maafkan aku. Aku
tidak bermaksud membuatmu sedih. Toh
masih dua minggu lagi dan kita bisa saling
kirim surat nanti. Ok?”
Kutipan di atas menggambarkan
bahwa Anisa adalah sosok wanita yang
mudah terhanyut perasaannya. Hal ini
terlihat ketika Lek Khudori mau berangkat
ke Al-Azar untuk menyelesaikan studinya.
5. 45
Sosok anisa yang cengeng dapat juga
dilihat ketika anisa mendapat penghinaan
dan pelecehan dari ibu-ibu tetangga
mengenai kemandulan anisa sebagai istri.
Sebagaimana dalam kutipan berikut.
“ Aku tak tahan dengan gunjingan itu.
Mulut-mulut usil itu seakan burung menco
yang tengah kekenyangan menyantap
bangkai dan hendak mengurangi beban perut
nya dengan gunjingan dan gosip murahan.
Mereka bilang, katanya Samsudin sudah
tidak tahan lagi denganku sebab itu dia cari
yang lain. Kebandelanku ditambah dengan
kemandulanku, dalam bahasa mereka telah
mengubah Samsudin menjadi laki-laki
brensek dan tak setia. Dan kedatanganku
tanpa Samsudin memperkuat dugaan konyol
tersebut.”(Perempuan Berkalung
Sobra.2009:152).
Dari kutipan di atas terlihat bahwa
anisa ingin menjadi wanita yang
mempunyai pendidikan yang tinggi di
samping sebagai istri yang tinggal di rumah.
Citra perempuan terhadap laki-laki
Selain penurut dan mudah
ditakhlukan, perempuan dalam “Perempuan
berkalung sorban” juga memandang istrinya
sebagai makhluk yang menyenangkan serta
dapat menjadi objek seks kapan pun laki-
laki menghendaki. Perlakuan Samsudin
terhadap Anisa tergambar pada kutipan
berikut.
“Ia menempar mukaku bertubi-tubi
hingga pipi dan pundakku lebam kebiru-
biruan. Untuk kali pertama, kucakar
wajahnya dan ia membanting badanku
kelantai . Bunyi gedebuk dan suara berisik
di kamar membuat mbak Kulsum curiga. Ia
menggendor pintu dengan ketakutan dan
Samsudin membentaknya. Seperti keledai
tanpa pakaian, ia melenggang keluar kamar
dengan tenangnya. .” (Perempuan
Berkalung Sobran.2009:131).
Dari kutipan di atas terlihat bahwa
wanita berani mengemukakan pendapatnya
tanpa merasa takut meskipun ia hanya
seorang istri. Seorang istri di dalam
masyarakat tradisional harus tunduk dan
patuh kepada suaminya. Anisa beranggapan
bahwa wanita mempunyai hak untuk
menentukan hal yang terbaik untuk dirinya,
termasuk ketika ia memutuskan untuk
bercerai, karena ia tidak mencintai dan
menghendaki Samsul sebagai suaminya.
Jika dihubungkan dengan feminisme,
tindakan Anisa ini didukung oleh gerakan
feminisme karena gerakan itu tidak
menentang perkawinan. Gerakan feminisme
menganjurkan wanita untuk
mengembangkan dirinya agar hidup mampu
mandiri, baik secara intelektual maupun
secara ekonomis sehingga ini memiliki
kedudukan sejajar dengan laki-laki dan akan
melepaskan diri dari ketergantungan pada
laki-laki.
6. 46
Citra perempuan terhadap masyarakat
Dalam bidang pendidikan wanita juga
mengalami deskriminasi. Feminis dalam
bidang pendidikan memperoleh kesempatan
belajar ke jenjang yang lebih tinggi.
Tokoh Anisa dalam Novel Perempuan
Berkalung Sobran karya Abidah El
Khalieqy ini telah memperoleh kesempatan
belajar yang ke jenjang yang lebih tinggi.
Anisa adalah wanita yang giat berusaha
untuk maju agar berhasil apa yang akan
dicapainya. Dia terus berusaha menambah
pengetahuan dan wawasannya dengan
banyak belajar dan membaca buku-buku
ilmu pengetahuan. Untuk menambah
wawasan dan pengetahuan di bidang filsafat,
seperti tergambar dalam kutipan berikut.
“Atas dukungan ibu dan Wildan juga
atas pertimbangan bahwa kondisiku kurang
baik untuk tinggal terlalu lama tanpa
aktivitas setelah menjanda, aku putuskan
niatku untuk pergi ke Yogyakarta,
melanjutkan sekolah di perguruan tinggi.
Sekali pun Rizal dan Wildan juga di
Yogyakarta, aku tidsk mau tinggal bersama
mereka. Aku ingin merasakan kemerdekaan
hidup yang mengobsesi sekian lama dalam
benakku. Toh aku sudah dewasa kini. Niat
dan usaha kerasku telah menyatu dalam
diriku. Aku berhasil dan diterima pada salah
satu perguruan tinggi. Aku pilih filsafat
sebagai pilihan ilmu yang
kudalami”.(Perempuan Berkalung
Sobran,2009:202).
Dari kutipan di atas terlihat bahwa
Anisa termasuk wanita yang terus berusaha
Menambah wawasan dan pengetahuannya
dengan cara membaca buku-buku. Hal ini
dilakukan Anisa untuk menjadi wanita yang
pandai dan berpendidikan. Anisa adalah
wanita yang mempunyai semangat belajar
yang tinggi. Hal ini dibuktikan Anisa
dengan terus belajar ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi sampai keperguruan tinggi.
Citra perempuan pada pengarang
Ekonomi yang dimaksud adalah usaha
yang berlaku memenuhi kebutuhan hidup
dalam suatu rumah tangga. Dalam kutipaan
seperti berikut.
“Yang jadi masalah ketika keuangan
untuk sekolah dan urusan menjadi berkurang
dan akhirnya sama sekali menghilang. Tak
ada lagi jatah untuk sekolahku. Sebab
Kalsum tealah membelanjakan semuanya
demi kepentingannya sendiri, dan ketika
kutanya mana uang sekolahku, ia menuding
Samsudin dan menyuruhku meminta
padanya. Setelah kupikir-pikir, bicara juga
aku pada Samsudin. Agar ia membagi uang
belanja secara adil sebagaiman sunnahnya
berpoligami. Ia bilang akan menunjukan
keadilan pada suatu saat nanti”. (Perempuan
Berkalung Sobran,2009:117-118).
Jika dihubungkan dengan teori
feminisme, tindakan dan sikap Anisa ini
didukung oleh gerakan feminisme. Anisa
telah menunjukan kepada Samsudin bahwa
7. 47
adanya hak keadilan keuangan terhadap
suami yang berpoligami.
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dari
pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
dalam novel Perempuan Berkalung Sobran
terdapat unsur feminis atau gerakan
perempuan dalam menuntut persamaan hak
dengan laki-laki yang digambarkan oleh
tokoh-tokoh dan peristiwa –peristiwa yang
ada dalam novel tersebut.
Dalam bidang sosial-kultural,
statusnya sebagai janda tidak membuat
tokoh Anisa berdiam diri, ia terus berusaha
mengembangkan potensi yang ada di dalam
dirinya dan menambah wawasannya
sehingga ia dapat menempatkan dirinya dan
keberadaannya diakui masyarakat tanpa
dikaitkannya dengan status orang lain. Sikap
dan perbuatannya sejalan dengan gerakan
feminism yang bertujuan memperjuangkan
dan menunjukan kaum wanita agar mandiri
dalam hal apapun.
Dalam bidang politik, tokoh Anisa
mempunyai pendirian yang teguh. Selain itu
ia telah memutuskan yang terbaik menurut
dirinya tanpa dipengaruhi oleh orang lain
termasuk suaminya Samsudin.
Dalam bidang pendidikan,
keberhasilan tokoh Anisa membuktikan
bahwa Anisa merupakan wanita yang
memiliki pendidikan tinggi dan berwawasan
yang luas.
Dalam bidang ekonomi, keuangan
untuk sekolah dan untuk biaya hidupnya
tidak diberikan Samsudin secara adil ketika
ia berpoligami.
Daftar Pustaka
Abdullah, Irwan. 1997. Sangkan
Peran Gender. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik:
Jakarta: Reka Cipta.
Djajanegara, Soenarjati. 2000. Kritik Sastra
Feminis. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
El Khalieqy, Abidah. 2009. Perempuan
Berkalung Sorban. Yogyakarta: Arti
Bumi Intaran.
Fakih, Mansour. 2012. Analisis Gender dan
Transformasi sosial. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Kartono, Kartini. 1981. Psikologi Wanita.
Bandung: Arumi.
Sofia, Adib. 2009. Aplikasi Kritik Sastra
Feminis. Yogyakarta: Cipta Pustaka
Jaya.
Sugihastuti dan Suharto. 2010. Kritik Sastra
Feminis: Teori dan aplikasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugihastuti. 1999. Wanita dimata Wanita.
Yogyakarta:Nuasa.