SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
MAKALAH
CARING DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI
Tugas Mata Kuliah Caring
Dosen Pengampu : Bambang Edi Warsito, S.Kp, M.Kes.
Oleh Kelompok 2
HENDRYK PRIYATNA NIM 22020119183190
ZENI WIDYAASTUTI NIM 22020119183155
DESI WAHYUNINGSIH NIM 22020119183162
ANDIKA HILMAN FARIS NIM 22020119183165
INDRA ARAHMAN FAUZI NIM 22020119183167
HENRY SALENUSSA NIM 22020119183170
SUBROTO YUDO NIM 22020119183177
UMI PANGESTI NIM 22020119183179
LELY SRI HASTUTI NIM 22020119183161
PRISKA TRIFENA GA NIM 22020119183166
YULITA WOE KOE NIM 22020119183182
FLORIDA MARIA LENDE NIM 22020119183180
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada negara barat era tahun 1850 an informasi berkembang dua kali lipat dari
sebelumnya.Sangat memungkinkan sekali seseorang mendapatkan informasi dan
menggunakan informasi terebut. Seorang dokter dan perawat saat ini bisa saja membaca
artikel kesehatan tiap hari. Pengetahuan di berbagai bidang dapat membantu seseorang
dalam mendapatkan informasi dan pengetahuan dengan lebih baik. Demikian juga dalam
pelayanan kesehatan, peningkatan pengetahuan memicu perkembangan di berbagai
keahlian sebagai sub spesialis. Kendala yang ada, terkait data dan informasi, banyak
sekali data pasien yang diperlukan,petugas kesehatan kesulitan mengingat dan mengelola
data dengan baik. Peluang yang ada adalah berkembangnya upaya mengelola data
menjadi informasi dan pengetahuan yang berguna bagi praktisi kesehatan, sehingga
berkembang bidang keilmuan baru informatika kesehatan. Bidang ini berkonsentrasi
pada mengidentifikasi,memperoleh memanipulasi, menyimpan dan mentransformasikan
data menjadi informasi.Informasi kesehatan disusun dari berbagai bidang ilmu seperti
kesehatan, informasi dan computer.
Ketika digunakan dengan tepat, informatika kesehatan akan memberikan
banyak manfaat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Teknologi yang
digunakan dapat mengurangi kerja dengan kertas dan meningkatkan komuikasi serta
menghemat waktu perawat dalam mengerjakan berbagai tugas yang berkaitan dengan
pengambilan keputusan dengan DSS ( decision support system ).DSS membantu
membuat hubungan antara informasi yang didapat dari pasien literature pilihan tindakan
berdasarkan integrasi system.Sistem informasi juga meningkatkan keamanan dan
keselamatan pasien, dapat mencegah eror dengan melaksanakan fungsi pengambilan
keputusan dan mencegah fungsi yang tidak tepat.Sistem informasi juga dpat membantu
mengelola data yang kompleks dan menganalisa dengan cepat data yang ada dalam
pelayanan kesehatan.
Informatika kesehatan berfokus pada ilmu tentang cara memperoleh,
menyimpan,mempresentasikan, menyebarluaskan dan menggunakan data serta
informasi untuk keperluan pelayanan kesehatan, memecahkan masalah, dan membuat
keputusan (Sortlife danBlois, 2001). Tujuannya adalah meningkatkan penggunaan data
kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan, riset dan pendidikan(Delaney, 2001).
Fokusnya lebih pada subjek informasi daripada dengan alatnya sendiri yaitu computer.
Istilah informatika keperawatan pertama kali digunakan oleh Scholes dan Barber pada
tahun1980 pada konferensi MEDINFO di Tokyo.Simson (1998) menefinisikan
informatika keperawatan adalah susah karena terget bidangnya sedang berkembang.
Maka ia membuat definisi awal penggunaan komputer diseluruh bidang kegiatan
perawat, pelayanan kesehatan,pendidikan dan riset. Definisi lain yang mereka
kemukakan adalah: penggunaan tekhnologi informasi dalam mendukung fungsi perawat.
Seperti pendapat Scholes dan Barber, definisi yang lain menyebutkan penggunaan
computer mulai dari pengolah kata (word) sampai kecerdasan buatan (artificial
intelligence) untuk perawat dalam parktik keperawatan profesional.
Pergeseran paradigma orientasi tekhnologi,dikemukakan konsep oleh Schwirian tahun
1986.Schriwian membuat model konsep untuk kerangka peneliti informatika
keperawatan berupa piramida informatika keperawatan. Pada piramida tersebut di
dasarnya adalah informatika keperawatan dengan puncaknya adalah tujuan.Komponen
lain dalam piramid tersebut adalah:raw material berupa data keperawatan, tekhnologi
(komputer), user/pengguna (perawat dan siswaperawat). Model ini menjadi dasar untuk
penelitian-penelitian selanjutnya. Definisi lain yang berkembang adalah konsep yang
dikemukakan oleh Graves dan Corcoran (1989). Informatika keperawatan adalah
kombinas iilmu komputer, ilmu komunikasi, dan ilmu keperawatan yang didesain untuk
membantu manajemen dan pemprosesan data , informasi dan pengetahuan untuk
mendukung keperawatan dan pemberian asuhan keperawatan.
B. Tujuan
1. Mengetahui penerapan Caring para teknologi kesehatan.
2. Mengetahui teknologi kesehatan khususnya keperawatan di Indonesia
3. Mengetahui peluang Dan hambatan kemajuan teknologi kesehatan di Indonesia
melalui review journal penelitian
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Caring science merupakan suatu orientasi human science dan kemanusiaan terhadap
proses, fenomena, dan pengalaman human caring. Caring science, seperti juga science
lainya, meliputi seni dan kemanusiaan. Transpersonal Caring mengakui kesatuan dalam
hidup dan hubungan-hubungan yang terdapat dalam lingkaran caring yang konsentrik
dari individu, pada orang lain, pada masyarakat, pada dunia, pada planet Bumi dan alam
semesta (Watson, 2004).
Watson (1988) dalam George (1990) mendefinisikan caring lebih dari sebuah
exisestensial philosophy, ia memandang sebagai dasar spiritual. Baginya, caring adalah
ideal moral dari keperawatan. Manusia akan eksistensi bila dimensi spiritualnya
meningkat ditunjukkan dengan penerimaan diri, tingkat kesadaran diri yang tinggi,
kekuatan dari dalam diri, intuitif. Caring sebagai esensi dari keperawatan berarti juga
pertanggungjawaban hubungan antara perawat-klien, dimana perawat membantu
partisipsi klien, membantu memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kesehatan.
Teknologi berasal dari kata technologia (bahasa Yunani), techno artinya keahlian, dan
logia artinya pengetahuan. Pada awalnya makna teknologi terbatas pada benda-benda
berwujud seperti peralatan-peralatan atau mesin. Seiring berjalannya waktu, makna
teknologi mengalami perluasan. Ia tidak terbatas pada benda berwujud, melainkan juga
benda tak terwujud. Misalnnya, perangkat lunak, metode pembelajaran, metode bisnis,
pertanian dan lain sebagainya.
Menurut Gary J .Anglin, teknologi merupakan penerapan ilmu—ilmu perilaku dan
alam serta pengetahuan lain secara bersistem dan mensistem untuk memecahkan
masalah.
Proses perkembangan dunia teknologi digital telah mempengaruhi banyak bidang.
Salah satunya bidang yang telah mengalami penetrasi dgigitalisasi teknologi adalah di
bidang kesehatan. Salahh satu pengaruh yang enabah medium bidang kesehatan adalah
dengan banyaknya bermunculan aplikasi-aplikasi kesehatan yang dapat dengan mudah
diakses melalui perangkat smartphone atau tablet. Sebagai contoh di Negara-negara maju
saat ini proses pemeriksaan kessehatan telinga atau pendengaran anak telah dapat
dilakukan menggunakan perangkat smartphone. Melalui perangkat tersebut, sang dokter
dapat mendiagnosa infeksi dan mempersiapakan pengobatan yang tepat untuk pasiennya.
Seakin banyaknya aplikasi mobile di bidang kesehatan tentunya akan mempermudah
jalannya perawatan pasien.
Kemajuan teknologi di bidang kesehatan dapat memberikan banyak manfaat, terutama
alam pemerrataan akses dan informasi terhadap kesehatan. Namun, banyak juga pihak
yang khawatir terhadap dampak buruk yang akan dapat ditimbulkan dari hal-hal ini.
Contohnya adalah berkembangnya teknnologi tentang penyedia informasi kesehatan atau
alat diagnose kesehatan yang dapat diigunakan sendiri, akan membawa kekhawatiran
terhadap eksistensi profesi dokter dan tenaga kesehatan lainnya di tengah-tengah
masyarakat. Bagaimanapun teknologi tetaplah sebuah alat untuk kehidupan manusia, jika
tidak bijak menggunakannya tetap akan membawa keburukan untuk kehidupan manusia.
Contoh teknologi dalam bidang kesehatan, antara lain : laparascopy, ultrasonografi,
elektrokardiografi, CT-scan, X-Ray, thermometer, tensimeter, Pet-scan, alat cek darah
(GDS).
B. Teori Caring “Jean watson” Dan "Swanson"
Teori human caring yang dikembangkan oleh Watson antara tahun 1975-1979, hanya
berkisar pada sepuluh carative factors sebagai suatu kerangka untuk memberikan suatu
bentuk dan focus terhadap fenomena keperawatan. Watson menganggap istilah “factors”
terlalu stagnant terhadap sensibilitasnya di masa kini. Ia pun kemudian menawarkan
suatu konsep yang lebih sesuai dengan evolusi teorinya dan arahnya di masa depan.
Konsep tersebut adalah “clinical caritas” dan “caritas processes”, yang dianggapnya
lebih cocok dengan ide-ide dan ara perkembangan teorinya (Watson, 2004).
Watson mengidentifikasi banyak asumsi dan beberapa prinsip dasar dari transpersonal
caring. Watson meyakini bahwa jiwa seseorang tidak dapat dibatasi oleh ruang dan
waktu. Watson menyatakan tujuh asumsi tentang science of caring. Asumsi dasar tersebut
yaitu:
1. Asuhan keperawatan dapat dilakukan dan dipraktekkan secara interpersonal
2. Asuhan keperawatan terlaksana oleh adanya faktor carative yang menghasilkan
kepuasan pada kebutuhan manusia.
3. Asuhan keperawatan yang efektif dapat meningkatkan kesehatan dan perkembangan
individu dan keluarga.
4. Respon asuhan keperawatan tidak hanya menerima seseorang sebagaimana mereka
sekarang, tetapi juga hal-hal yang mungkin terjadi padanya nanti
5. Lingkungan asuhan keperawatan adalah sesuatu yang menawarkan kemungkinan
perkembangan potensi dan member keleluasaan bagi sesorang untuk memilih
kegiatan yang terbaik bagi dirinya dalam waktu yang telah di tentukan
6. Asuhan keperawatan lebih “ healthgenic” (menyehatkan) daripada curing
(pengobatan). Praktek asuhan keperawatan terintegrasi antara pengetahuan biofisikal
dengan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk meningkatkan kesehatan dan
membantu individu yang sakit. Ilmu caring melengkapi curing.
7. Praktek asuhan merupakan sentral keperawatan. Dalam penilaian Watson, penyakit
mungkin saja teratasi dengan upaya pengobatan. Akan tetapi, tanpa perawatan,
penyakit itu akan tetap ada dan kondisi sehat tidak akan tercapai.
Caring merupakan intisari keperawatan dan mengandung arti responsive antara perawat
dan klien. Caring dapat membantu seseorang lebih terkontrol, lebih berpengetahuan, dan
dapat meningkatkan kesehatan.
Menurut Swanson ada lima dimensi yang mendasari Konsep caring yaitu :
1. Maintaining Belief
Yaitu menumbuhkan keyakinan seseorang dalam melalui setiap peristiwa hidup dan
masa-masa transisi dalam hidupnya serta menghadapi masa depan dengan penuh
keyakinan, meyakini kemampuan orang lain, menumbuhkan sikap optimis, membantu
menemukan arti atau mengambil hikmah dari setiap peristiwa, dan selalu ada untuk
orang lain dalam situasi apa pun. Tujuannya adalah untuk memungkinkan orang lain
terbantu dalam batas-batas kehidupannya sehingga mampu menemukan makna dan
mempertahankan sikap yang penuh harapan, memelihara dan mempertahankan
keyakinan nilai hidup seseorang adalah dasar dari caring dalam praktek keperawatan.
Subdimensi:
a. Believing in,
Perawat menanggapi apa yang klien rasakan dan percaya bahwa perasaan –
perasaan tersebut bisa terjadi dan wajar terjadi pada siapapun yang sedang dalam
masa transisi.
b. Offering a hope-filled attitude
Menunjukkan perilaku bahwa perawat sepenuhnya peduli/care terhadap masalah
yang dialami dengan sikap tubuh, kontak mata dan intonasi bicara perawat.
c. Maintaining realistic optimism
Menjaga dan menunjukan optimisme perawat dan harapan terhadap apa yang
menimpa klien secara realistis dan berusaha mempengaruhi agar klien
mempunyai optimisme dan harapan yang sama.
d. Helping to find meaning
Membantu klien menemukan makna akan masalah yang terjadi sehingga klien
perlahan - lahan menerima bahwa setiap orang dapat mengalami apa yang dialami
klien.
e. Going the distance (menjaga jarak)
Semakin jauh menjalin/menyelami hubungan dengan tetap menjaga hubungan
sebagai perawat-klien yang tujuan akhir dalam tahap ini adalah kepercayaan klien
sepenuhnya terhadap perawat dan responsibility serta caring secara total oleh
perawat kepada klien.
2. Knowing
Knowing adalah berjuang untuk memahami peristiwa yang memiliki makna dalam
kehidupan klien. Mempertahankan kepercayaan adalah dasar dari caring keperawatan,
knowing adalah memahami pengalaman hidup klien dengan mengesampingkan
asumsi perawat mengetahui kebutuhan klien, menggali/menyelami informasi klien
secara detail, sensitive terhadap petunjuk verbal dan non verbal, fokus kepada satu
tujuan keperawatan, serta melibatkan orang yang memberi asuhan dan orang yang
diberi asuhan dan menyamakan persepsi antara perawat dan klien. Knowing adalah
penghubung dari keyakinan keperawatan terhadap realita kehidupan.
Subdimensi:
a. Avoiding assumptions
Menghindari asumsi-asumsi
b. Assessing thoroughly
Melakukan pengkajian menyeluruh meliputi bio psiko sosial spitual dan kultural
c. Seeking clues
Perawat menggali informasi - informasi secara mendalam
d. Centering on the one cared for
Perawat berfokus pada klien dalam melakukan asuhan keperawatan
e. Engaging the self of both
Melibatkan diri sebagai perawat secara utuh dan bekerja sama dengan klien
dalam melakukan asuhan keperawatan yang efektif
3. Being With
Being with maksudnya tidak hanya hadir secara fisik, tetapi juga komunikasi, berbagi
perasaan tanpa beban dan secara emosional bersama – sama klien dengan maksud
menawarkan kepada klien dukungan, kenyamanan, pemantauan dan mengurangi
intensitas perasaan yang tidak diinginkan.
Subdimensi:
a. Non-burdening
Perawat bekerjasama dengan klien tanpa memaksa kehendak kepada klien dalam
melakukan tindakan keperawatan
b. Convering availability
Menunjukan kesediaan perawat dalam membantu klien dan memfasilitasi klien
untuk mencapai tahap kesejahteraan / well being.
c. Enduring with
Bersama-sama berkomitmen dengan klien berusaha dalam meningkatkan
kesehatan klien
d. Sharing feelings
Berbagi pengalaman bersama klien yang berkaitan dengan usaha peningkatan
kesehatan klien.
Dengan “Being with” perawat dapat menunjukkan dengan cara kontak mata, bahasa
tubuh, nada suara, mendengarkan serta memiliki sikap positif dan bersemangat yang
dilakukan perawat, akan membentuk sesuatu suasana keterbukaan dan saling
mengerti.
4. Doing For
Doing for berarti bersama – sama melakukan sesuatu tindakan yang bisa dilakukan,
mengantisipasi kebutuhan yang diperlukan, kenyamanan, menjaga privasi dan
martabat klien
Subdimensi:
a. Comforting ( memberikan kenyamanan)
Dalam melakukan tindakan keperawatan dilakukan dengan memberikan
kenyamanan pada klien dan menjaga privasi klien.
b. Performing competently ( menunjukkan ketrampilan)
Tidak hanya berkomunikasi dan memberikan kenyaman dalam tindakannya,
perawat juga menunjukkan kompetensi atau skill sebagai perawat professional
c. Preserving dignity (menjaga martabat klien)
Menjaga martabat klien sebagai individu atau memanusiakan manusia.
d. Anticipating ( mengatisipasi )
Perawat dalam melakukan tindakan selalu meminta persetujuan klien dan
keluarga
e. Protecting (melindungi)
Melindungi hak-hak pasien dalam memberikan asuhan keperawatan dan tindakan
medis
5. Enablings
Enabling adalah memampukan atau memberdayakan klien, memfasilitasi klien untuk
melewati masa transisi dalam hidupnya dan melewati setiap peristiwa dalam hidupnya
yang belum pernah dialami dengan memberi informasi, menjelaskan, mendukung
dengan focus masalah yang relevan, berfikir melalui masalah dan menghasilkan
alternative pemecahan masalah sehingga meningkatkan penyembuhan klien atau klien
mampu melakukan tindakan yang tidak biasa dia lakukan dengan cara memberikan
dukungan, memvalidasi perasaan dan memberikan umpan balik / feedback.
Subdimensi:
a. Validating (memvalidasi),
Memvalidasi semua tindakan yang telah dilakukan
b. Informing( memberikan informasi)
Memberikan informasi yang berkaitan dengan peningkatan kesehatan klien dalam
rangka memberdayakan klien dan keluarga klien.
c. Supporting (mendukung)
Memberikan dukungan kepada klien dalam mencapai kesejahteraan / well being
sesuai kapasitas sebagai perawat
d. Feedback (memberikan umpan balik)
Memberikan umpan balik terhadap apa yang dilakukan oleh klien dalam
usahanya mencapai kesembuhan / well being
e. Helping patients to focus generate alternatives (membantu pasien untuk focus dan
membuat alternative)
Menolong pasien untuk selalu fokus dan terlibat dalam program peningkatan
kesehatannya baik tindakan keperawatan maupun tindakan medis. (Potter &
Perry, 2009)
C. Jenis-jenis pemanfaatan teknologi dalam kesehatan
1. Telehealth / Telenursing
Telehealth secara umum ada dua tekhnologi dalam pelayanan: store forward dan real
time tekhnologi.
a. Tekhnologi simpan dan sampaikan (store and forward), misalnya : gambar yang
didapatkan dari elektonik seperi tekhnologi x ray, dapat dikirimkan pada spesialis
untuk diinterpretasi. Gambar tersebut saja yang berpindah-pindah. Radiologi,
dermatologi, patologi adalah contoh spesialisasi yang sangat kelihatan
menggunakan tekhnologi ini.
b. Tekhnologi real time
Real time adalah tekhnologi yang membuat pasien dan provider berinteraksi
dalam waktu yang sama. Banyak alat telekomunikasi yang memfasilitasi
komunikasi dua arah menggunakan tekhnologi real time dalam telehealth.
Tekhnologi realtime juga dapat membuat alat untuk menstransimisikan gambar
dari tempat yng berbeda. Misalnya kamera untuk mengobservasi keadaan klien.
Tekhnologi realtime memfasilitasi komunikasi dua arah baik audio maupun video,
yang bisa digunakan dalam telehealth Sebagai kombinasi realtime dan robotik,
seorang dokter bedah dapat melakukan operasi dengan alat operasi khusus dari
jarak tertentu. Prosedur ini disebut dengan telepresence. Telepresence menjadi
salah satu sub bagian dari telehealth. Saat ini masih sedang dikembangkan karena
membutuhkan sistem yang 100 % reliable dan bandwith yang sangat tinggi.
Pelayanan kesehatan semakin bergeser dari Rumah sakit menuju Rumah dan
komunitas. Banyak rentang petugas kesehatan (ahli gizi, pekerja social, perawat)
sebagai bagian dalam pelayanan kesehatan yang menggunakan pelayanan
terapeutik dengan telehealth.
Salah satu contoh program telehealth adalah homecare. Sistem ini menyediakan
audio dan video interaktif untuk hubungan antara lanjut usia di rumah dan
telehealth perawat. Perawat memasukkan data data pasien secara elektronik dan
menganalisanya, kalau perlu untuk dilakukan kunjungan, perawat akan melakukan
kunjungan ke pasien.
Telenursing adalah bagian dari telehealth. Telenursing menawarkan program
kolabortif dan mengurangi biaya pasien. Sebagai contoh: konsultasi dengan
perawat akn mengurangi angka kejadian masuknnya pasien dengan keadaan
emergency ke Rumah Sakit. Telehealth juga bisa diaplikasikan dalam pendidikan,
dengan mengunjungi satu bagian dengan bagian lain melalui halaman web.
Pengalaman dari praktisi perawat dapat dipelajari oleh orang lain melalui halaman
web.
Liza (2010) mengemukakan bahwa Prinsip-prinsip telenursing adalah : tidak
mengubah sifat dasar dari praktek asuhan keperawatan, dimana perawat terlibat
dalam telenursing mulai dari pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan
dokumentasi asuhan keperawatan. Perawat juga terlibat dalam informasi,
pendidikan, arahan dan dukungan secara pribadi dalam telenursing hubungan
ditetapkan melalui penggunaan telepon, komputer, internet atau teknologi
komunikasi lainnya.
Telenursing dapat diterapkan di rumah, rumah sakit melalui pusat telenursing dan
melalui unit mobil. Telepon triase dan home care berkembang sangat pesat dalam
aplikasi telenursing. Di dalam home care perawat menggunakan sistem monitor
parameter fisiologi seperti tekanan darah, glukosa darah, respirasi dan berat badan
melalui internet. Melalui sistem interaktif video, pasien contact on-call perawat
setiap waktu untuk menyusun video konsultasi ke alamat sesuai dengan masalah,
sebagai contoh bagaimana mengganti baju, memberikan injeksi insulin atau
diskusi tentang sesak nafas. Secara khusus sangat membantu untuk anak kecil dan
dewasa dengan penyakit kronik dan kelemahan khususnya dengan penyakit
kardiopulmoner dan persyarafan. Telenursing membantu pasien dan keluarga
untuk berpartisipasi aktif di dalam perawatan, khususnya dalam managemen
penyakit kronis. Hal ini juga mendorong perawat menyiapkan informasi yang
akurat dan memberikan dukungan secara online. Pedoman praktek lainnya yang
menggunakan telenursing adalah :
1) Menyampaikan informasi penting klien seperti data elektrokardiogram, CT
Scan, foto rontgen, dsb.
2) Menggunakan video, komputer untuk memantau kondisi kesehatan klien. 3.
Memantau status kesehatan klien di rumah sakit atau rumah misal, tekanan
darah, nadi pernafasan, suhu dan sebagainya.
3) Membantu wisatawan untuk mendapatkan perawatan kesehatan di tempat
tujuan mereka.
4) Membantu operasi klien dari jarak jauh.
5) Menggunakan video konference untuk menyediakan sesi pendidikan
keperawatan berkelanjutan.
6) Mengembangkan website untuk memberikan informasi kesehatan dan waktu
konseling.
Telehealth terdiri dari berbagai jenis bentuk dan telah menunjukkan segi manfaatnya.
Beberapa manfaat dari telehealth misalnya: meningkatkan kualitas pelayanan,
mengurangi waktu, meningkatkan produkstifitas akses, meningkatkan peluang belajar.
Ada beberapa isu yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan telehealth yaitu:
a. Pembiayaan
Pembiayaan adalah hambatan dalam penyelenggaraan telehealth. Meskipun
dijumpai bahwa telehealth banyak mempunyai manfaat. Pemerintah masih kurang
dalam mengembangkan telehealth.
b. Aspek legal
Aspek hukum menyatakan bahwa: warga negara harus dilindungi dari praktek
petugas kesehatan yang tidak baik
c. Standar keamanan
Perhatian dalam apliksi tekhnologi dalam pelayanan kesehatan adalah
keamaan/keselamatan pasien. Sistem pelayanan telehealth harus bisa menjamin
keselamatan bagi pasien. Berkaitan dengan hal tersebut ANA (American Nursing
Association) menerbitkan 3 pedoman telehealth yaitu : Prinsip dasar telehealth
pada tahun 1998, kompetensi telehealth tahun 1999 dan mengembangkan protokol
telehealth pada tahun 2001
d. Keamanan data
Telehealth memerlukan pencatatan elektronik (elektronik health record), yang
rawan akan privasi, kerahasiaan dan keamanan data.Sehingga penyelenggaraan
telehealth harus bisa menjamin keamanan data.
e. Infrastruktur komunikasi
Infrastruktur telekomunikasi merupakn bagian dari telehealth yang mempunyai
biaya dengan prosentase paling besar. Isu yang lain, adalah alat untuk hubungan
antarmuka (interface) akan sulit menyelenggarakan telehealth jika tidak ada saling
hubungan (interkoneksi) antar alat.
Di Indonesia sendiri sejak 2017 oleh Kemenkes telah di kembangkan sebuah
aplikasi telehealth berbasis android dengan nama Telemedicine Indonesia
(TEMENIN) untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam pengaplikasian
teleheatlh di indonesia terutama dalam hal infastruktur. Di dalam aplikasi tersebut
terdapat beberapa fasilitas yaitu, Tele-Radiologi, Tele-EKG, Tele-USG, Tele-
Konsultasi.
2. Electronic Health Record / Electronic Nursing Record
Informatika dalam pelayanan kesehatan dimulai pada pengelolaan informasi
keuangan yang mulai berkembang era tahun 60-an. Mulai sejak itu aplikasi
komputer untuk pelayanan kesehatan berkembang. Pada akhir era 60-an Sistim
informasi rumah sakit sudah memasukkan data tentang diagnosa serta informasi
lain dalam rencana perawatan pasien. Tekhnologi yang digunakan dapat
mengurangi kerja dengan kertas (paperwork) dan meningkatkan komunikasi serta
menghemat waktu perawat. Salah satu awal program komputer yang bagus untuk
perawatan pasien adalah Problem Oriented Medical Record Information System
(PROMIS) yang dibuat oleh DR Lawrence Weed dari University Medical Center
Burlington tahun 1968. Sistem ini menyediakan integrasi berbagai aspek
pelayanan kesehatan termasuk tindakan pada pasien. Sistem ini menggunakan
kerangka kerja POMR ( problem oriented medical record).
Electronic Nursing Record merupakan salah satu upaya penataan sistem
pendokumentasian adalah dengan menggunakan suatu sistem pencatatan
kesehatan pasien berbasis elektronik dan terhubung dalam jejaring komunikasi
internal rumah sakit sehingga dapat diakses oleh pasien dan tenaga medis lain.
Dibanding dengan pencatatan naratif dengan kertas, sistem ini memberikan
keuntungan terhadap minimalisasi waktu pelayanan, tindakan perawat dan akses
dokter sehingga waktu untuk memberikan asuhan keperawatan langsung kepada
pasien lebih banyak. Kepuasan pasien akan pelayanan, kejelasan dan penyediaan
lingkungan akan muncul seiring dengan kepuasan perawat terhadap efektifitas
perawatan yang diberikan. Biaya yang dikeluarkan pasien dan rumah sakitpun
akan berkurang. Karena adanya basis elektronik, maka diharapkan adanya
keseragaman pemahaman pengoperasian dan peningkatan kemampuan dasar
perawat dalam menentukan diagnosa dan tindakan yang tepat. (Muhalla, 2010.
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Penggunaan tekhnologi informasi dalam pelayanan kesehatan memberikan kontribusi
pada efektifitas pelayanan kesehatan. Namun demikian untuk mengaplikasikan teknologi
tersebut dalam pelayanan banyak hambatan dan kendala yang dihadapi misalnya: sumberdaya
manusia, finansial, kebijakan, dan faktor keamanan. Terkait perkembangan teknologi
informasi dan perkembangan pelayanan kesehatan saat ini tentunya akan berimbas pada
tenaga kesehatan dan instansi pelayanan kesehatan. Petugas kesehatan diharapkan menyadari
pentingnya penerapan tekhnologi dalam pelayanan kesehatan dan mau belajar untuk bisa
menerapkannya. Bagi Instansi pelayanan kesehatan, walaupun tidak mudah untuk bisa
menerapkan teknologi dalam pelayanan kesehatan, namun tetap harus dicoba karena tuntutan
jaman dan melihat berbagai manfaat yang bisa diambil. Manajer pelayanan kesehatan perlu
membuat team khusus untuk mengadopsi perkembangan tekhnologi, sehingga mereka akan
siap dalam menerapkan pada organisasi pelayanan kesehatan.
Adanya beberapa hambatan tersebut menyebabkan Penerapan teknologi kesehatan di
bidang keperawatan di indonesia terkait Telehealth / Telenursing dan Electronic Health
Record / Electronic Nursing Record masih dalam tahap pengembangan dan belum
sepenuhnya teraplikasikan dengan sempurna, maka dari itu pentingnya untuk mempelajari
dan mereview beberapa literatur Jurnal Lokal dan Internasional terkait Teknologi kesehatan
khususnya di bidang keperawatan, agar bisa menjadi rujukan bagi tenaga kesehatan untuk
mengembangkan teknologi kesehatan.
A. Review Literatur / Jurnal Tentang Electronic Health Record
Pemberian asuhan keperawatan diperlukan efektifitas dan efisiensi sehingga tujuan
pelayanan dapat tercapai. Saat ini telah banyak bukti yang mendukung bahwa inovasi
pencatatan dengan elektronik sangat berdampak positif bagi keperawatan, berikut dapat
dilihat pada beberapa artikel penelitian di jurnal-jurnal kesehatan:
1. Building an innovation Electronic Nursing Record pilot structure with nursing clinical
pathway (Angelica at.al, 2006) dikatakan bahwa dalam proses keperawatan yang
terdiri dari 5 tahap perawat menghadapi banyak data dan informasi sedangkan jumlah
perawat tidak seimbang, hal ini membutuhkan asisten agar cakap dalam menyusun
perencanaan dan melakukan proses yang efektif efisien dan benar. Dengan
menggunakan tekhnologi computer maka akan menghasilkan kualitas pelayanan yang
tinggi, berpusat pada pasien dan perawatan kesehatan yang efisien. Selain itu dapat
mempermudah pengambilan keputusan untuk melakukan perawatan tahap demi tahap.
Salah satu sistem yang disusun adalah dengan menyusun struktur pencatatan
keperawatan dengan elektronik yang terintegrasi dengan standar keperawatan
internasional untuk mendukung kecakapan dan keakuratan perencanaan keperawatan
dalam clinical pathway process. Inovasi yang dibuat adalah :
a. menganalisa catatan pasien secara retrospektif dan mengumpulkan beberapa
diagnosa medis dan clinical pathway terbesar dan tersering kemudian menyusun
tanda dan gejalanya sehingga muncul suatu diagnosa keperawatan.
b. mengintegrasikan taxonomy dan code dari NANDA, NIC, NOC, ICNP dengan
data yang berhubungan dengan clinical pathways di atas.
c. menyusun inovasi ENR yang meiputi pengkajian, diagnosa, perencaan dan
pencatatan keperawatan. Struktur ini disusun sampai dengan discharge planning.
Users’ satisfaction on the Electronic Nursing Record System (Choi, et al: 2006)
menekankan kepada 4 hal atas implementasi ENR secara penuh di RS Bundang Korea,
4 domain tersebut antara lain :
a. kepuasan penggunaan pencatatan kertas Vs. ENR.
b. efisiensi kerja.
c. bertemu dengan konsumen
Keuntungan dan kerugian ENR, adalah hasil yang diperoleh kebanyakan perawat lebih
puas menggunakan sistem ENR dibanding pencatatan dengan kertas, mereka juga
menunjukkan kepuasan terhadap pertemuan dengan pengguna yang berhubungan
dengan efisiensi kerja, terjadi peningkatan komunikasi antar profesi dengan perawat.
Pada akhirnya, konsumen (pasien) puas dengan sistem ENR ini. Setelah 1 1⁄4 tahun
sistem ini diberlakukan, RS Bundal mengevaluasi sikap dan kepuasan perawat terhadap
sistem ENR dan didapatkan bahwa program ini sukses.
2. E-Nursing documentation as a tool for quality assurance (Rajkovic, 2006) mengatakan
bahwa dokumentasi keperawatan merupakan salah satu jaminan kualitas suatu
pelayanan kesehatan, hal ini bisa dicapai dengan menggunakan sistem
pendokumentasian yang canggih diantaranya dengan menghadirkan model penyediaan
data based dan menggunakan software prototype untuk mengatur pendokumentasian
keperawatan. Secara umum sistem ini disusun dengan menyediakan data dasar yang
terintegrasi dengan diagnosa dan intervensi keperawatan sampai dengan tindakan apa
yang harus dilakukan perawat untuk 1 diagnosa. Perawat hanya membutuhkan waktu
beberapa menit untuk log in dengan password untuk kemudian meng-klik itrm-item
data sampai dengan implementasinya. Ini lebih mudah, efektif dan efisien.
3. Computerized nursing process in critical care unit using the ICNP-Beta 2
(Sasso, et al, 2006) menjelaskan bahwa proses keperawatan adalah pendekatan
penyelesaian masalah secara asertif untuk mengidentifikasi masalah dan merawat
pasien. Di CCU didapatkan perawatan yang kompleks, perubahan kondisi klinis pasien
yang selalu berubah secara konstan dan meningkatnya informasi pasien dimana akan
mempengaruhi proses keperawatan dan kualitas perawatan. Dilakukan
pendokumentasian proses keperawatan dengan menggunakan ICNP Beta 2 meliputi
perencanaan, perkembangan, modifikasi hal penting dan evaluasi proses. Dengan
pendokumentasian menggunakan sistem di atas maka memungkinkan adanya
modifikasi evaluasi, mudah ditegakkan, informasi keperawatan lebih jelas dan dapat
mempercepat deteksi kesalahan. Sistem informasi ini pada dasarnya akan membuat
perawat secara eksplisit dapat mengambil keputusan klinis terhadap pasiennya.
4. Analysis of electronic nursing record based on the ICNP (Chung, 2006)
menitikberatkan pada penggunaan sistem ENR setelah sekian lama menggunakan
pendokumentasian keperawatan secara naratif dengan menggunakan kertas. Penelitian
ini dilakukan di RS Bundang Seoul, mereka menganalisa pendokumentasian
keperawatan secara naratif berdasarkan lembaran pada pasien bedah dibandingkan
dengan ENR sistem. Ditemukan bahwa ternyata mereka membutuhkan konsep baru
pada ICP untuk meningkatkan ekspresi pada catatan keperawatan khususnya dalam
mendeskripsikan tindakan keperawatan.
5. New method of realization of nursing diagnosis based on 3N in an electronic medical
record system (Kim, 2007) menyuguhkan metode penentuan diagnosa keperawatan
berdasarkan Nanda, NIC, NOC dengan menggunakan EMR system. Sistem ini
memberikan solusi untuk memutuskan diagnosa mana yang dipilih sesuai dengan
situasi variabel yang ada. Proses yang ada dalam sistem tersebut adalah 1)
mengumpulkan bermacam-macam diagnosa medis dari seluruh pasien dalam 1
departemen, 2) menyusun perencanaan keperawatan individu dari diagnosa medis
tersebut, 3) memilih aktifitas keperawatan yang nyata dari rencana keperawatan, 4)
memilih diagnosa keperawatan dari aktifitas keperawatan yang dipilih, 5) menyusun
intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan, 6) menambahkan aktifitas
keperawatan ke dalam intervensi keperawatan, dan 7) menyusun data dasar dari
variabel situasi berasal dari aktifitas keperawatan yang dihubungkan dengan diagnosa
keperawatan. Dalam kenyataannya, ternyata aktifitas dan intervensi dalam NIC tidak
sepenuhnya bisa dipraktikkan atau tidak sesuai sepenuhnya dengan kondisi lapangan,
oleh karena itu dititikberatkan pada diagnosa keperawatan untuk kemudian menyusun
aktifitas dan intervensi beserta dengan hasil.
6. Interdisiplinary collaboration and the electronic medical record (Green and Thomas).
Penelitian ini bertujuan untuk menilai kolaborasi antar disiplin ilmu (perawat dan
dokter) melalui EMRs, difokuskan pada persepsi dokter terhadap dokumentasi
keperawatan. Didapatkan bahwa dokter mempunyai persepsi positif terhadap catatan
keperawatan dengan menggunakan EMRs dibanding dengan narasi di kertas. Hal ini
dibuktikan dengan persepsi dokter yang mengatakan bahwa pengkajian dan intervensi
dengan checklist di EMRs yang dilakukan perawat memberikan kejelasan dan
informasi yang baru dan akurat sehingga mempermudah proses kolaborasi antara
dokter dan perawat. Rangkuman catatan keperawatan dengan narasi tidak
memungkinkan dijadikan referensi oleh dokter dalam memutuskan pemberian
pengobatan/tindakan karena tidak efektif.
7. An evaluation of the time for nursing activity in a hospital using a full electronic
medical record system (EMRs), (Chung, et. al, 2006) menganalisa waktu yang dimiliki
perawat untuk melakukan aktifitas langsung dan tidak langsung setelah menggunakan
EMRs. Hasilnya didapatkan bahwa waktu yang dimiliki perawat untuk melakukan
tindakan keperawatan secara langsung dan tidak ternyata meningkat setelah
menggunakan EMRs, dan waktu yang dimiliki untuk melakukan tindakan langsung
lebih banyak dibanding tidak langsung, khususnya di dinas pagi. Komunikasi tidak
langsung antara perawat dan pasien menurun dari 49.8 menit menjadi 19.3 menit, ini
berarti bahwa ada banyak waktu yang dimiliki perawat untuk melakukan komunikasi
langsung dengan pasien. Sebelum EMRs perawat tidak dapat melakukan aktifitas
langsung dan tidak langsung secara bersamaan, tetapi bisa setelah EMRs.
8. Where is nursing in the electronic health care record? (Mitchell, 2009) dikatakan bahwa
perawat perlu menentukan arah bagi profesionalitas dirinya, bagaimana asuhan
keperawatan profesional dapat diberikan dengan menggunakan fasilitas sistem
elektronik. Dalam kompleksitas aktifitas asuhan keperawatan dan tugas seorang
perawat, maka posisi perawat adalah tetang menggunakan standar asuhan keperawatan
seperti NANDA yang mempuntai potensi untuk berdampingan dengan catatan medis
dan pengobatan di electronic record.
9. Preparing nurses to use standardized nursing language in the electronic health record
(Staub, 2009) menjelaskan bahwa perawat diharapkan mempunyai kemampuan
menentukan diagnosa, menyusun intervensi dan kriteria hasil dengan menggunakan
EHR. Untuk mencapai itu dibutuhkan Guided Clinical Reasoning (GCR) sebagai
panduan perawat mempelajari pentahapan dalam penentuan diagnosa, intervensi dan
kriteria hasil. Didapatkan hasil bahwa GCR berkualitas tinggi untuk menuntut perawat
dalam menentukan diagnosa yang akurat, memilih intervensi keperawatan yang efektif
dan menentukan kriteria hasil yang tepat.
10. Evaluation of electronic health records from viewpoint of patients (Koide, 2006)
mengklarifikasi pengaruh EHR pada kepuasan pasien. Dilakukan survey pada 3 rumah
sakit dengan 3 kali survey, pada 1 rumah sakit dilakukan survey 3 bulan pre-post, 6
bulan setelah implementasi. Sedangkan 2 rumah sakit lain sampai 3 tahun pasca EHR.
Ada 6 faktor yang diteliti yaitu 1) persepsi klien terhadap sistem, 2) perubahan waktu,
3) sikap tenaga medis, 4) penjelasan, 5) lingkungan, 6) kepuasaan secara umum. Hasil
penelitian didapatkan persepsi pasien positif terhadap sistem ini dengan meningkatnya
perhatian dan ketertarikan terhadap implementasi EHR, setuju adanya model sharing
data via EHR walau pada awalnya terjadi penurunan privacy, dan pasien setuju
diberlakukannya EHR untuk data dirinya karena memberikan banyak pengalaman dan
informasi; mendatangkan banyak keuntungan; berkontribusi terhadap peningkatan
keamanan medis/kesehatan, improving patient safety, dan mendatangkan hubungan
yang kooperatif antara rumah sakit dan pasien.
Terdapat perubahan waktu yang signifikan, yaitu waktu lebih pendek dan singkat dalam
menunggu konsultasi (30-60’ menjadi 10-30’), waktu konsultasi (10-15’ menjadi 5-10’)
dan total waktu dari datang dan pergi dari rumah sakit (dari 90-120’ menjadi 60-90’ dan
akhirnya menjadi 30-60’). Pasien juga puas dengan sikap pelayanan dari tenaga medis,
hanya 5% saja tidak puas.
Pasien merasa lebih jelas (92-96%) dengan penjelasan yang diberikan karena
menggunakan layar yang memungkinkan pasien bisa melihat sendiri, dan ternyata
komplain berkurang akan lahan parkir; ruang konsultasi; lokasi meja administrasi dan
fasilitas transportasi. Secara umum klien puas dengan keputusan untuk datang kembali ke
rumah sakit (68-81%), puas terhadap kualitas pelayanan/perawatan (67-76%) dan puas
terhadap harapan pelayanan (63-70%).
B. Review Literatur / Jurnal tentang Telehealth / Telenursing.
No. Judul Penulis Tujuan Metode Hasil
1 Transforming Home
Health Nursing with
Telehealth Technology.
Farrar, F. C. Manfaat
penggunaan
telehealth
pada
perawatan
kesehatan
mental di
layanan home
care
Evidence-
based research
Teknologi
telehealth
dapat
diintegrasikan
menjadi
perencanaan
dalam
pelayanan
kesehatan
mental pada
pasien, serta
meningkatkan
kualitas
kehidupan
pasien
2 Facilitators and barriers
to the adoption of
telehealth in older adults:
an integrative review.
Foster, M. V,
& Sethares, K.
a.
Mendeskripsik
an penggunaan
dan hambatan
telehealth
pada pasien
dewasa yang
memiliki
penyakit
kronis
Integrative
review
Peningkatan
fasilitas
telehealth
untuh
mencegah
adanya
hambatan
dalam
menggunakan
telehealth
3 Telehealth: No longer an
idea for the future
Olson,
Christina.A.,
& Thomas,
Efisiensi
telehealth
dalam
Evidence-
based research
Peningkatan
kenyamanan
pada pasien
J.A. (2017).
Telehealth: No
longer an idea
for the future
meningkatkan
kualitas
perawatan
yang
menggunakan
komunikasi
virtual pada
telehealth
4 Perceptions of Nursing
Care for Cardiovascular
Cases, Knowledge on the
Telehealth and
Telecardiology in
Indonesia
Sri Hariyati,
R. T., & Sahar,
J.
Menjabarkan
persepsi
masyarakat
dalam
perawatan
kardiovaskular
dengan
menggunakan
telehealth
Studi kualitatif
dengan FGD
Persepsi
masyarakat
bahwa
telehealth
dapat
dimanfaatkan
dalam
mengobservasi
tanda dan
gejala pasien
untuk upaya
preventif
5 Overview the
development of tele
health and mobile health
application in indonesia.
Wiweko,
Budi., Zesario,
Aulia., &
Agung, P .G
Perkembangan
teknologi
telehealth di
Indonesia
Literatur
review
Telehealth saat
ini lebih
banyak
digunakan
pada layanan
konsuling
pasien dan
dokter
C. Analisis SWOT
Strenght (Kekuatan)
1. Teknologi kesehatan Electronic health Record dapat mempercepat proses
keperawatan terutama dalam proses data pasien untuk menentukan diagosa dan
tindakan yang tepat
2. Teknologi Telehealth dapat meningkatkan jangkauan pelayanan keperawatan
karena tidak terbatas oleh ruang dan waktu
3. Hasil Penelitian jurnal di RS Bundal Korea mengemukakan bahwa penggunaan
electronic health record meningkatkan kepuasan kerja perawat dibandingkan
paperwork
4. Hasil penelitian jurnal oleh Green dan Thomas menjelaskan bahwa profesi lain
mempunyai persepsi positif terhadap catatan keperawatan dengan menggunakan
EMRs dibanding dengan narasi di kertas. Hal ini dibuktikan dengan persepsi
dokter yang mengatakan bahwa pengkajian dan intervensi dengan checklist di
EMRs yang dilakukan perawat memberikan kejelasan dan informasi yang baru
dan akurat sehingga mempermudah proses kolaborasi
5. Hasil Penelitian jurnal mengatakan bahwa telehealth dapat dimanfaatkan dalam
mengobservasi tanda dan gejala pasien untuk upaya preventif, khususnya
penyakit kardiovaskular sehingga membuat pasien mendapatkan pelayanan
spesialistik meskipun diluar jangkauan pelayanan, sehingga mampu mencegah
komplikasi yang tidak diharapkan sejak awal.
Weakness (Kelemahan)
1. Penggunaan teknologi Telehealth / Telenursing dapat mengurangi interaksi
secara fisik oleh perawat kepada pasien
2. Penggunaan teknologi Elecronic health record mengalami hambatan dalam biaya
dan persiapan SDM yang mampu mengoperasikannya
3. penggunaan telehealth/ telenursing memiliki hambatan dalam pembiayaan, aspek
legal, keamanan data, standar keamanan dan infrastruktur komunikasi
4. hasil penelitian jurnal berjudul Overview the development of tele health and
mobile health application in indonesia, yang membahas tentang perkembangan
telehealth di indonesia mengemukaan bahwa Telehealth saat ini lebih banyak
digunakan pada layanan konsuling pasien dan dokter saja
Opportunity (Peluang)
1. Telehealth / Telenursing sangat cocok jika di aplikasikan di indonesia karena
kondisi geografis indonesia yang terdiri dari banyak kepulauan, sehingga adanya
teleheatlh / telenursing diharapkan mampu menjangkau seluruh wilayah di
indonesia.
2. Persebaran dokter spesialis yang masih terkonsentrasi di kota-kota besar
3. Semakin bertambahnya jumlah penduduk, dan terbatasnya daya tampung di RS
menyebabkan pergeseran pelayanan kesehatan menuju rumah dan komunitas.
4. Semakin berkembangnya profesi keperawatan di indonesia menuntut perawat
untuk selalu berinovasi dalam memberikan pelayanan keperawatan, salah satu
inovasi yang bisa dilakukan adalah dengan mengaplikasikan telenursing.
5. Telenursing dapat sebagai peluang pembelajaran bagi calon perawat di institusi
pendidikan, sehingga akan memaksimalkan pendidikan dan peran lulusan perawat
Threat (Ancaman)
1. belum meratanya akses teknologi internet di beberapa wilayah indonesia,
sehingga akan menghambat transmisi data yang akan di gunakan pada saat proses
telehealth/ telenursing
2. masih belum kuatnya kebijakan pemerintah tentang aturan Telehealth di
indonesia, terkait pendanaan dan aturan legal terkait pelaksanaan baru sebatas
konsultasi.
BAB IV
KESIMPULAN
Meningkatnya atau menurunnya prilaku Caring perawat dalam penerapan teknologi
sangat dipengaruhi oleh Personal perawat itu sendiri, karena di satu sisi penggunaan
teknologi kesehatan seperti Electronic Health Record dapat menghemat waktu perawat dalam
melakukan pencatatan dan proses data pasien, sehingga memberikan lebih banyak waktu bagi
perawat untuk berinteraksi, melakukan tindakan dan fokus terhadap kebutuhan pasien.
Salah satu kendala perawat dalam caring kepada pasien karena beban kerja perawat
yang berlebih di tambah banyaknya pencatatan yang di lakukan secara manual yang
memakan banyak waktu. Seyogyanya dalam menghadapi revolusi industri 4.0 setiap
paperwork harus mulai di tinggalkan.
Namun dari sisi pemahaman dan kemauan dari personal perawat untuk belajar dan
mengupdate pengetahuan tentang teknologi juga sangat berpengaruh, karena jika perawat
gagap teknologi dan ketinggalan informasi tentang penggunaan teknologi terbaru tentu bagi
perawat tersebut penggunaan teknologi terbaru akan menambah pekerjaan, sehingga
menghambat proses caring perawat itu sendiri.
Caring dalam penerapan teknologi adalah hal yang harus dilakukan meskipun
terkendala jarak dengan pasien, karena menurut Watson, jiwa seseorang itu tidak terbatas oleh
ruang dan waktu, sehinga perawat harus lebih menjiwai profesinya agar caring lebih
tersampaikan kepada pasien walaupun menggunakan teknologi.
DAFTAR PUSTAKA
American Nursing Association ANA (2001), Developing telehealth Protocol : A Blueprint for
Success Wasfington DC . American Nurses Publication.
Delaney, (2001). Health Informatic and Oncology Nursing. Oncology Nursing 17 (1) 2-6
Turley (1996) Toward a Model for Nursing Informatics . Journal of Nursing Scholarship 28
(4) 309-313
Angelina, et. al. (2006). Consumer-Centered Computer-Supported Care for Healthy People
Journal. Building an Innovation electronic Nursing Record Pilot Structure with Nursing
Clinical Pathway. H. A. Park et. al. (Eds.). IOS Press.
Choi, et. al. (2006). Consumer-Centered Computer-Supported Care for Healthy People
Journal. Users’ Satisfaction on the Electronic Nursing Record System. H. A. Park et. al.
(Eds.). IOS Press
Chung, et. al. (2006). Consumer-Centered Computer-Supported Care for Healthy People
Journal. An evaluation of the Time for Nursing Activity in a Hospital using a Full electronic
Medical Record System (EMR). H. A.Park et. al. (Eds.). IOS Press.
Chung, et. al. (2006). Consumer-Centered Computer-Supported Care for Healthy People
Journal. Analysis of electronic Nursing Records based on theICNP. H. A. Park et. al. (Eds.).
IOS Press.
Green and Thomas. Pediatric Nursing Journal. May-June 2008. Vol. 34. No. 3.
Interdiciplinary Collaboration and the Electronic Medical Record. Continuing Nursing
Education Series.
Kim, et. al. (2007). MEDIINFO 2007 Journal. New method of realization of Nursing
diagnosis Based on 3N in an Electronic Medical Record System. IOS Press.
Koide, et. al. (2006). Consumer-Centered Computer-Supported Care for Healthy People
Journal. Evaluation of Electronic Health Records from Viewpoint of Patients. H. A. Park et.
al. (Eds.). IOS Press.
Mitchell, et. al. (2009). Advances in Information technology and Communication in Health
Journal. Where is Nursing in the Electronic Health Care Record?. J. G. McDaniel. (Ed.). IOS
Press.
Rajkovic, et. al. (2006). Consumer-Centered Computer-Supported Care for Healthy People
Journal. E-Nursing Documentation as a Tool for Quality Assurance. H. A. Park et. al. (Eds.).
IOS Press
Sasso, et. al. (2006). Consumer-Centered Computer-Supported Care for Healthy People
Journal. Computerized Nursing Process in Critical Care Unit Using the ICNP-Beta 2. H. A.
Park et. al. (Eds.). IOS Press.
Staub-Maria Muller. 2009. Connecting Health and Humans Journal. Preparing Nurses to use
Standardized Nursing language in the Electronic Health Record. K. Saranto et. al. (Eds.). IOS
Press

More Related Content

What's hot

Makalah falsafah dan paradigma keperawatan
Makalah falsafah dan paradigma keperawatanMakalah falsafah dan paradigma keperawatan
Makalah falsafah dan paradigma keperawatan
Iyounk Mandalahi
 
Hubungan Kerja Perawat dengan Teman Sejawat
Hubungan Kerja Perawat dengan Teman SejawatHubungan Kerja Perawat dengan Teman Sejawat
Hubungan Kerja Perawat dengan Teman Sejawat
Agustin Malianti
 

What's hot (20)

Perkembangan profesi kebidanan
Perkembangan profesi kebidananPerkembangan profesi kebidanan
Perkembangan profesi kebidanan
 
Makalah falsafah dan paradigma keperawatan
Makalah falsafah dan paradigma keperawatanMakalah falsafah dan paradigma keperawatan
Makalah falsafah dan paradigma keperawatan
 
Makalah etika keperawatan
Makalah etika keperawatanMakalah etika keperawatan
Makalah etika keperawatan
 
Contoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etikContoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etik
 
Etika pada kasus bayi tabung
Etika pada kasus bayi tabungEtika pada kasus bayi tabung
Etika pada kasus bayi tabung
 
Makalah penyakit menular
Makalah penyakit menularMakalah penyakit menular
Makalah penyakit menular
 
SPO pemasangan NGT
SPO pemasangan NGTSPO pemasangan NGT
SPO pemasangan NGT
 
Peran perawat dalam masyarakat
Peran perawat dalam masyarakatPeran perawat dalam masyarakat
Peran perawat dalam masyarakat
 
Kode Etika Bidan
Kode Etika BidanKode Etika Bidan
Kode Etika Bidan
 
Kul6. Model Promosi Kesehatan
Kul6. Model Promosi KesehatanKul6. Model Promosi Kesehatan
Kul6. Model Promosi Kesehatan
 
SISTEM KESEHATAN NASIONAL TAHUN 2012
SISTEM KESEHATAN NASIONAL TAHUN 2012SISTEM KESEHATAN NASIONAL TAHUN 2012
SISTEM KESEHATAN NASIONAL TAHUN 2012
 
PEMBERIAN MGSO4 DI RSIA BUDI KEMULIAAN
PEMBERIAN MGSO4 DI RSIA BUDI KEMULIAANPEMBERIAN MGSO4 DI RSIA BUDI KEMULIAAN
PEMBERIAN MGSO4 DI RSIA BUDI KEMULIAAN
 
Makalah sistem muskuloskeletal
Makalah sistem muskuloskeletalMakalah sistem muskuloskeletal
Makalah sistem muskuloskeletal
 
tengkorak bayi
tengkorak bayitengkorak bayi
tengkorak bayi
 
Hubungan Kerja Perawat dengan Teman Sejawat
Hubungan Kerja Perawat dengan Teman SejawatHubungan Kerja Perawat dengan Teman Sejawat
Hubungan Kerja Perawat dengan Teman Sejawat
 
KEPERAWATAN SEBAGAI PROFESI 2021.pptx
KEPERAWATAN SEBAGAI PROFESI 2021.pptxKEPERAWATAN SEBAGAI PROFESI 2021.pptx
KEPERAWATAN SEBAGAI PROFESI 2021.pptx
 
Pemasangan ngt
Pemasangan ngtPemasangan ngt
Pemasangan ngt
 
PPT Promosi Kesehatan
PPT Promosi KesehatanPPT Promosi Kesehatan
PPT Promosi Kesehatan
 
141050362 kasus-pelanggaran-etika-keperawatan(1)
141050362 kasus-pelanggaran-etika-keperawatan(1)141050362 kasus-pelanggaran-etika-keperawatan(1)
141050362 kasus-pelanggaran-etika-keperawatan(1)
 
Sistem Reproduksi Wanita
Sistem Reproduksi WanitaSistem Reproduksi Wanita
Sistem Reproduksi Wanita
 

Similar to Caring dalam penerapan tekhnologi

Perkembangan IPTEK Bidang kesehatan dan sosial dan budaya - PKN kelas 12
Perkembangan IPTEK Bidang kesehatan dan sosial dan budaya - PKN kelas 12Perkembangan IPTEK Bidang kesehatan dan sosial dan budaya - PKN kelas 12
Perkembangan IPTEK Bidang kesehatan dan sosial dan budaya - PKN kelas 12
ElisabethYesi
 
Esei tahap penguasaan teknologi maklumat dan inovasi dalam kalangan jururawat...
Esei tahap penguasaan teknologi maklumat dan inovasi dalam kalangan jururawat...Esei tahap penguasaan teknologi maklumat dan inovasi dalam kalangan jururawat...
Esei tahap penguasaan teknologi maklumat dan inovasi dalam kalangan jururawat...
Siti Sara Kuseri
 
Kti skripsi no.59 gambaran pengetahuan petugas kesehatan tentang mutu pelayan...
Kti skripsi no.59 gambaran pengetahuan petugas kesehatan tentang mutu pelayan...Kti skripsi no.59 gambaran pengetahuan petugas kesehatan tentang mutu pelayan...
Kti skripsi no.59 gambaran pengetahuan petugas kesehatan tentang mutu pelayan...
Aan Skiletto
 

Similar to Caring dalam penerapan tekhnologi (20)

Konsep dan-perspektif-kmb
Konsep dan-perspektif-kmbKonsep dan-perspektif-kmb
Konsep dan-perspektif-kmb
 
Ilmu kesehatan masyarakat
Ilmu kesehatan masyarakatIlmu kesehatan masyarakat
Ilmu kesehatan masyarakat
 
Ilmu kesehatan masyarakat bagi dokter
Ilmu kesehatan masyarakat bagi dokterIlmu kesehatan masyarakat bagi dokter
Ilmu kesehatan masyarakat bagi dokter
 
Teknologi informasi di bidang kesehatan
Teknologi informasi di bidang kesehatanTeknologi informasi di bidang kesehatan
Teknologi informasi di bidang kesehatan
 
Dokumentasi Keperawatan Berbasis Komputer.
Dokumentasi Keperawatan Berbasis Komputer.Dokumentasi Keperawatan Berbasis Komputer.
Dokumentasi Keperawatan Berbasis Komputer.
 
Dokumentasi Keperawatan Berbasis Komputer.
Dokumentasi Keperawatan Berbasis Komputer.Dokumentasi Keperawatan Berbasis Komputer.
Dokumentasi Keperawatan Berbasis Komputer.
 
KESEHATAN MASYARAKAT AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
KESEHATAN MASYARAKAT AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGOKESEHATAN MASYARAKAT AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
KESEHATAN MASYARAKAT AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
Konsep antropologi sosial budaya dalam keperawatan
Konsep antropologi sosial budaya dalam keperawatanKonsep antropologi sosial budaya dalam keperawatan
Konsep antropologi sosial budaya dalam keperawatan
 
makalah komunitas REGINA.docx
makalah komunitas REGINA.docxmakalah komunitas REGINA.docx
makalah komunitas REGINA.docx
 
Perkembangan IPTEK Bidang kesehatan dan sosial dan budaya - PKN kelas 12
Perkembangan IPTEK Bidang kesehatan dan sosial dan budaya - PKN kelas 12Perkembangan IPTEK Bidang kesehatan dan sosial dan budaya - PKN kelas 12
Perkembangan IPTEK Bidang kesehatan dan sosial dan budaya - PKN kelas 12
 
PEMANFAATAN TEKNOLOGI TELEHEALTH.pdf
PEMANFAATAN TEKNOLOGI TELEHEALTH.pdfPEMANFAATAN TEKNOLOGI TELEHEALTH.pdf
PEMANFAATAN TEKNOLOGI TELEHEALTH.pdf
 
downacademia.com_askep-dhf.docx
downacademia.com_askep-dhf.docxdownacademia.com_askep-dhf.docx
downacademia.com_askep-dhf.docx
 
Makalah bioetika kultur jaring
Makalah bioetika kultur jaringMakalah bioetika kultur jaring
Makalah bioetika kultur jaring
 
4 ilmu teknologi dan pengetahuan lingkungan
4 ilmu teknologi dan pengetahuan lingkungan4 ilmu teknologi dan pengetahuan lingkungan
4 ilmu teknologi dan pengetahuan lingkungan
 
Esei tahap penguasaan teknologi maklumat dan inovasi dalam kalangan jururawat...
Esei tahap penguasaan teknologi maklumat dan inovasi dalam kalangan jururawat...Esei tahap penguasaan teknologi maklumat dan inovasi dalam kalangan jururawat...
Esei tahap penguasaan teknologi maklumat dan inovasi dalam kalangan jururawat...
 
Makalah komputer i
Makalah komputer iMakalah komputer i
Makalah komputer i
 
Makalah komputer i
Makalah komputer iMakalah komputer i
Makalah komputer i
 
Kti skripsi no.59 gambaran pengetahuan petugas kesehatan tentang mutu pelayan...
Kti skripsi no.59 gambaran pengetahuan petugas kesehatan tentang mutu pelayan...Kti skripsi no.59 gambaran pengetahuan petugas kesehatan tentang mutu pelayan...
Kti skripsi no.59 gambaran pengetahuan petugas kesehatan tentang mutu pelayan...
 
TEORI KING-dikonversi.pdf
TEORI KING-dikonversi.pdfTEORI KING-dikonversi.pdf
TEORI KING-dikonversi.pdf
 

Recently uploaded

ATP MM FASE E MATEMATIKA KELAS X KURIKULUM MERDEKA
ATP MM FASE E MATEMATIKA KELAS X KURIKULUM MERDEKAATP MM FASE E MATEMATIKA KELAS X KURIKULUM MERDEKA
ATP MM FASE E MATEMATIKA KELAS X KURIKULUM MERDEKA
VeonaHartanti
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
DewiUmbar
 
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.pptkerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
putrisari631
 
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatankonsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
SuzanDwiPutra
 
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docxLaporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Jajang Sulaeman
 

Recently uploaded (20)

Materi Pertemuan 3 Bagian 1 Materi Pertemuan 3 Bagian 1.pptx
Materi Pertemuan 3 Bagian 1 Materi Pertemuan 3 Bagian 1.pptxMateri Pertemuan 3 Bagian 1 Materi Pertemuan 3 Bagian 1.pptx
Materi Pertemuan 3 Bagian 1 Materi Pertemuan 3 Bagian 1.pptx
 
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMASBAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
 
ATP MM FASE E MATEMATIKA KELAS X KURIKULUM MERDEKA
ATP MM FASE E MATEMATIKA KELAS X KURIKULUM MERDEKAATP MM FASE E MATEMATIKA KELAS X KURIKULUM MERDEKA
ATP MM FASE E MATEMATIKA KELAS X KURIKULUM MERDEKA
 
Materi Pertemuan 4 Materi Pertemuan 4.pptx
Materi Pertemuan 4 Materi Pertemuan 4.pptxMateri Pertemuan 4 Materi Pertemuan 4.pptx
Materi Pertemuan 4 Materi Pertemuan 4.pptx
 
Materi Pertemuan 3 Bagian 2Materi Pertemuan 3 Bagian 2.pptx
Materi Pertemuan 3 Bagian 2Materi Pertemuan 3 Bagian 2.pptxMateri Pertemuan 3 Bagian 2Materi Pertemuan 3 Bagian 2.pptx
Materi Pertemuan 3 Bagian 2Materi Pertemuan 3 Bagian 2.pptx
 
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan GaramMateri Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
 
Dokumentasi Penilaian Kinerja-Disiplin Positif-Aprilia.docx
Dokumentasi Penilaian Kinerja-Disiplin Positif-Aprilia.docxDokumentasi Penilaian Kinerja-Disiplin Positif-Aprilia.docx
Dokumentasi Penilaian Kinerja-Disiplin Positif-Aprilia.docx
 
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOMSISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMPBioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
 
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxLokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
 
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASARPPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.pptkerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
kerajaan-kerajaan hindu-budha di indonesia.ppt
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatankonsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
 
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MATERI TENTANG SUMBER ENERGI KELAS 4 TEMA 2 K13
MATERI TENTANG SUMBER ENERGI KELAS 4 TEMA 2 K13MATERI TENTANG SUMBER ENERGI KELAS 4 TEMA 2 K13
MATERI TENTANG SUMBER ENERGI KELAS 4 TEMA 2 K13
 
Aksi Nyata PMM - Merancang Pembelajaran berdasarkan Perkembangan Peserta Didi...
Aksi Nyata PMM - Merancang Pembelajaran berdasarkan Perkembangan Peserta Didi...Aksi Nyata PMM - Merancang Pembelajaran berdasarkan Perkembangan Peserta Didi...
Aksi Nyata PMM - Merancang Pembelajaran berdasarkan Perkembangan Peserta Didi...
 
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docxLaporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
 

Caring dalam penerapan tekhnologi

  • 1. MAKALAH CARING DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI Tugas Mata Kuliah Caring Dosen Pengampu : Bambang Edi Warsito, S.Kp, M.Kes. Oleh Kelompok 2 HENDRYK PRIYATNA NIM 22020119183190 ZENI WIDYAASTUTI NIM 22020119183155 DESI WAHYUNINGSIH NIM 22020119183162 ANDIKA HILMAN FARIS NIM 22020119183165 INDRA ARAHMAN FAUZI NIM 22020119183167 HENRY SALENUSSA NIM 22020119183170 SUBROTO YUDO NIM 22020119183177 UMI PANGESTI NIM 22020119183179 LELY SRI HASTUTI NIM 22020119183161 PRISKA TRIFENA GA NIM 22020119183166 YULITA WOE KOE NIM 22020119183182 FLORIDA MARIA LENDE NIM 22020119183180 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO TAHUN 2019
  • 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada negara barat era tahun 1850 an informasi berkembang dua kali lipat dari sebelumnya.Sangat memungkinkan sekali seseorang mendapatkan informasi dan menggunakan informasi terebut. Seorang dokter dan perawat saat ini bisa saja membaca artikel kesehatan tiap hari. Pengetahuan di berbagai bidang dapat membantu seseorang dalam mendapatkan informasi dan pengetahuan dengan lebih baik. Demikian juga dalam pelayanan kesehatan, peningkatan pengetahuan memicu perkembangan di berbagai keahlian sebagai sub spesialis. Kendala yang ada, terkait data dan informasi, banyak sekali data pasien yang diperlukan,petugas kesehatan kesulitan mengingat dan mengelola data dengan baik. Peluang yang ada adalah berkembangnya upaya mengelola data menjadi informasi dan pengetahuan yang berguna bagi praktisi kesehatan, sehingga berkembang bidang keilmuan baru informatika kesehatan. Bidang ini berkonsentrasi pada mengidentifikasi,memperoleh memanipulasi, menyimpan dan mentransformasikan data menjadi informasi.Informasi kesehatan disusun dari berbagai bidang ilmu seperti kesehatan, informasi dan computer. Ketika digunakan dengan tepat, informatika kesehatan akan memberikan banyak manfaat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Teknologi yang digunakan dapat mengurangi kerja dengan kertas dan meningkatkan komuikasi serta menghemat waktu perawat dalam mengerjakan berbagai tugas yang berkaitan dengan pengambilan keputusan dengan DSS ( decision support system ).DSS membantu membuat hubungan antara informasi yang didapat dari pasien literature pilihan tindakan berdasarkan integrasi system.Sistem informasi juga meningkatkan keamanan dan keselamatan pasien, dapat mencegah eror dengan melaksanakan fungsi pengambilan keputusan dan mencegah fungsi yang tidak tepat.Sistem informasi juga dpat membantu mengelola data yang kompleks dan menganalisa dengan cepat data yang ada dalam pelayanan kesehatan. Informatika kesehatan berfokus pada ilmu tentang cara memperoleh, menyimpan,mempresentasikan, menyebarluaskan dan menggunakan data serta informasi untuk keperluan pelayanan kesehatan, memecahkan masalah, dan membuat keputusan (Sortlife danBlois, 2001). Tujuannya adalah meningkatkan penggunaan data
  • 3. kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan, riset dan pendidikan(Delaney, 2001). Fokusnya lebih pada subjek informasi daripada dengan alatnya sendiri yaitu computer. Istilah informatika keperawatan pertama kali digunakan oleh Scholes dan Barber pada tahun1980 pada konferensi MEDINFO di Tokyo.Simson (1998) menefinisikan informatika keperawatan adalah susah karena terget bidangnya sedang berkembang. Maka ia membuat definisi awal penggunaan komputer diseluruh bidang kegiatan perawat, pelayanan kesehatan,pendidikan dan riset. Definisi lain yang mereka kemukakan adalah: penggunaan tekhnologi informasi dalam mendukung fungsi perawat. Seperti pendapat Scholes dan Barber, definisi yang lain menyebutkan penggunaan computer mulai dari pengolah kata (word) sampai kecerdasan buatan (artificial intelligence) untuk perawat dalam parktik keperawatan profesional. Pergeseran paradigma orientasi tekhnologi,dikemukakan konsep oleh Schwirian tahun 1986.Schriwian membuat model konsep untuk kerangka peneliti informatika keperawatan berupa piramida informatika keperawatan. Pada piramida tersebut di dasarnya adalah informatika keperawatan dengan puncaknya adalah tujuan.Komponen lain dalam piramid tersebut adalah:raw material berupa data keperawatan, tekhnologi (komputer), user/pengguna (perawat dan siswaperawat). Model ini menjadi dasar untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Definisi lain yang berkembang adalah konsep yang dikemukakan oleh Graves dan Corcoran (1989). Informatika keperawatan adalah kombinas iilmu komputer, ilmu komunikasi, dan ilmu keperawatan yang didesain untuk membantu manajemen dan pemprosesan data , informasi dan pengetahuan untuk mendukung keperawatan dan pemberian asuhan keperawatan. B. Tujuan 1. Mengetahui penerapan Caring para teknologi kesehatan. 2. Mengetahui teknologi kesehatan khususnya keperawatan di Indonesia 3. Mengetahui peluang Dan hambatan kemajuan teknologi kesehatan di Indonesia melalui review journal penelitian
  • 4. BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Caring science merupakan suatu orientasi human science dan kemanusiaan terhadap proses, fenomena, dan pengalaman human caring. Caring science, seperti juga science lainya, meliputi seni dan kemanusiaan. Transpersonal Caring mengakui kesatuan dalam hidup dan hubungan-hubungan yang terdapat dalam lingkaran caring yang konsentrik dari individu, pada orang lain, pada masyarakat, pada dunia, pada planet Bumi dan alam semesta (Watson, 2004). Watson (1988) dalam George (1990) mendefinisikan caring lebih dari sebuah exisestensial philosophy, ia memandang sebagai dasar spiritual. Baginya, caring adalah ideal moral dari keperawatan. Manusia akan eksistensi bila dimensi spiritualnya meningkat ditunjukkan dengan penerimaan diri, tingkat kesadaran diri yang tinggi, kekuatan dari dalam diri, intuitif. Caring sebagai esensi dari keperawatan berarti juga pertanggungjawaban hubungan antara perawat-klien, dimana perawat membantu partisipsi klien, membantu memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kesehatan. Teknologi berasal dari kata technologia (bahasa Yunani), techno artinya keahlian, dan logia artinya pengetahuan. Pada awalnya makna teknologi terbatas pada benda-benda berwujud seperti peralatan-peralatan atau mesin. Seiring berjalannya waktu, makna teknologi mengalami perluasan. Ia tidak terbatas pada benda berwujud, melainkan juga benda tak terwujud. Misalnnya, perangkat lunak, metode pembelajaran, metode bisnis, pertanian dan lain sebagainya. Menurut Gary J .Anglin, teknologi merupakan penerapan ilmu—ilmu perilaku dan alam serta pengetahuan lain secara bersistem dan mensistem untuk memecahkan masalah. Proses perkembangan dunia teknologi digital telah mempengaruhi banyak bidang. Salah satunya bidang yang telah mengalami penetrasi dgigitalisasi teknologi adalah di bidang kesehatan. Salahh satu pengaruh yang enabah medium bidang kesehatan adalah dengan banyaknya bermunculan aplikasi-aplikasi kesehatan yang dapat dengan mudah diakses melalui perangkat smartphone atau tablet. Sebagai contoh di Negara-negara maju saat ini proses pemeriksaan kessehatan telinga atau pendengaran anak telah dapat dilakukan menggunakan perangkat smartphone. Melalui perangkat tersebut, sang dokter dapat mendiagnosa infeksi dan mempersiapakan pengobatan yang tepat untuk pasiennya.
  • 5. Seakin banyaknya aplikasi mobile di bidang kesehatan tentunya akan mempermudah jalannya perawatan pasien. Kemajuan teknologi di bidang kesehatan dapat memberikan banyak manfaat, terutama alam pemerrataan akses dan informasi terhadap kesehatan. Namun, banyak juga pihak yang khawatir terhadap dampak buruk yang akan dapat ditimbulkan dari hal-hal ini. Contohnya adalah berkembangnya teknnologi tentang penyedia informasi kesehatan atau alat diagnose kesehatan yang dapat diigunakan sendiri, akan membawa kekhawatiran terhadap eksistensi profesi dokter dan tenaga kesehatan lainnya di tengah-tengah masyarakat. Bagaimanapun teknologi tetaplah sebuah alat untuk kehidupan manusia, jika tidak bijak menggunakannya tetap akan membawa keburukan untuk kehidupan manusia. Contoh teknologi dalam bidang kesehatan, antara lain : laparascopy, ultrasonografi, elektrokardiografi, CT-scan, X-Ray, thermometer, tensimeter, Pet-scan, alat cek darah (GDS). B. Teori Caring “Jean watson” Dan "Swanson" Teori human caring yang dikembangkan oleh Watson antara tahun 1975-1979, hanya berkisar pada sepuluh carative factors sebagai suatu kerangka untuk memberikan suatu bentuk dan focus terhadap fenomena keperawatan. Watson menganggap istilah “factors” terlalu stagnant terhadap sensibilitasnya di masa kini. Ia pun kemudian menawarkan suatu konsep yang lebih sesuai dengan evolusi teorinya dan arahnya di masa depan. Konsep tersebut adalah “clinical caritas” dan “caritas processes”, yang dianggapnya lebih cocok dengan ide-ide dan ara perkembangan teorinya (Watson, 2004). Watson mengidentifikasi banyak asumsi dan beberapa prinsip dasar dari transpersonal caring. Watson meyakini bahwa jiwa seseorang tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu. Watson menyatakan tujuh asumsi tentang science of caring. Asumsi dasar tersebut yaitu: 1. Asuhan keperawatan dapat dilakukan dan dipraktekkan secara interpersonal 2. Asuhan keperawatan terlaksana oleh adanya faktor carative yang menghasilkan kepuasan pada kebutuhan manusia. 3. Asuhan keperawatan yang efektif dapat meningkatkan kesehatan dan perkembangan individu dan keluarga. 4. Respon asuhan keperawatan tidak hanya menerima seseorang sebagaimana mereka sekarang, tetapi juga hal-hal yang mungkin terjadi padanya nanti
  • 6. 5. Lingkungan asuhan keperawatan adalah sesuatu yang menawarkan kemungkinan perkembangan potensi dan member keleluasaan bagi sesorang untuk memilih kegiatan yang terbaik bagi dirinya dalam waktu yang telah di tentukan 6. Asuhan keperawatan lebih “ healthgenic” (menyehatkan) daripada curing (pengobatan). Praktek asuhan keperawatan terintegrasi antara pengetahuan biofisikal dengan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk meningkatkan kesehatan dan membantu individu yang sakit. Ilmu caring melengkapi curing. 7. Praktek asuhan merupakan sentral keperawatan. Dalam penilaian Watson, penyakit mungkin saja teratasi dengan upaya pengobatan. Akan tetapi, tanpa perawatan, penyakit itu akan tetap ada dan kondisi sehat tidak akan tercapai. Caring merupakan intisari keperawatan dan mengandung arti responsive antara perawat dan klien. Caring dapat membantu seseorang lebih terkontrol, lebih berpengetahuan, dan dapat meningkatkan kesehatan. Menurut Swanson ada lima dimensi yang mendasari Konsep caring yaitu : 1. Maintaining Belief Yaitu menumbuhkan keyakinan seseorang dalam melalui setiap peristiwa hidup dan masa-masa transisi dalam hidupnya serta menghadapi masa depan dengan penuh keyakinan, meyakini kemampuan orang lain, menumbuhkan sikap optimis, membantu menemukan arti atau mengambil hikmah dari setiap peristiwa, dan selalu ada untuk orang lain dalam situasi apa pun. Tujuannya adalah untuk memungkinkan orang lain terbantu dalam batas-batas kehidupannya sehingga mampu menemukan makna dan mempertahankan sikap yang penuh harapan, memelihara dan mempertahankan keyakinan nilai hidup seseorang adalah dasar dari caring dalam praktek keperawatan. Subdimensi: a. Believing in, Perawat menanggapi apa yang klien rasakan dan percaya bahwa perasaan – perasaan tersebut bisa terjadi dan wajar terjadi pada siapapun yang sedang dalam masa transisi. b. Offering a hope-filled attitude Menunjukkan perilaku bahwa perawat sepenuhnya peduli/care terhadap masalah yang dialami dengan sikap tubuh, kontak mata dan intonasi bicara perawat. c. Maintaining realistic optimism
  • 7. Menjaga dan menunjukan optimisme perawat dan harapan terhadap apa yang menimpa klien secara realistis dan berusaha mempengaruhi agar klien mempunyai optimisme dan harapan yang sama. d. Helping to find meaning Membantu klien menemukan makna akan masalah yang terjadi sehingga klien perlahan - lahan menerima bahwa setiap orang dapat mengalami apa yang dialami klien. e. Going the distance (menjaga jarak) Semakin jauh menjalin/menyelami hubungan dengan tetap menjaga hubungan sebagai perawat-klien yang tujuan akhir dalam tahap ini adalah kepercayaan klien sepenuhnya terhadap perawat dan responsibility serta caring secara total oleh perawat kepada klien. 2. Knowing Knowing adalah berjuang untuk memahami peristiwa yang memiliki makna dalam kehidupan klien. Mempertahankan kepercayaan adalah dasar dari caring keperawatan, knowing adalah memahami pengalaman hidup klien dengan mengesampingkan asumsi perawat mengetahui kebutuhan klien, menggali/menyelami informasi klien secara detail, sensitive terhadap petunjuk verbal dan non verbal, fokus kepada satu tujuan keperawatan, serta melibatkan orang yang memberi asuhan dan orang yang diberi asuhan dan menyamakan persepsi antara perawat dan klien. Knowing adalah penghubung dari keyakinan keperawatan terhadap realita kehidupan. Subdimensi: a. Avoiding assumptions Menghindari asumsi-asumsi b. Assessing thoroughly Melakukan pengkajian menyeluruh meliputi bio psiko sosial spitual dan kultural c. Seeking clues Perawat menggali informasi - informasi secara mendalam d. Centering on the one cared for Perawat berfokus pada klien dalam melakukan asuhan keperawatan e. Engaging the self of both Melibatkan diri sebagai perawat secara utuh dan bekerja sama dengan klien dalam melakukan asuhan keperawatan yang efektif
  • 8. 3. Being With Being with maksudnya tidak hanya hadir secara fisik, tetapi juga komunikasi, berbagi perasaan tanpa beban dan secara emosional bersama – sama klien dengan maksud menawarkan kepada klien dukungan, kenyamanan, pemantauan dan mengurangi intensitas perasaan yang tidak diinginkan. Subdimensi: a. Non-burdening Perawat bekerjasama dengan klien tanpa memaksa kehendak kepada klien dalam melakukan tindakan keperawatan b. Convering availability Menunjukan kesediaan perawat dalam membantu klien dan memfasilitasi klien untuk mencapai tahap kesejahteraan / well being. c. Enduring with Bersama-sama berkomitmen dengan klien berusaha dalam meningkatkan kesehatan klien d. Sharing feelings Berbagi pengalaman bersama klien yang berkaitan dengan usaha peningkatan kesehatan klien. Dengan “Being with” perawat dapat menunjukkan dengan cara kontak mata, bahasa tubuh, nada suara, mendengarkan serta memiliki sikap positif dan bersemangat yang dilakukan perawat, akan membentuk sesuatu suasana keterbukaan dan saling mengerti. 4. Doing For Doing for berarti bersama – sama melakukan sesuatu tindakan yang bisa dilakukan, mengantisipasi kebutuhan yang diperlukan, kenyamanan, menjaga privasi dan martabat klien Subdimensi: a. Comforting ( memberikan kenyamanan) Dalam melakukan tindakan keperawatan dilakukan dengan memberikan kenyamanan pada klien dan menjaga privasi klien. b. Performing competently ( menunjukkan ketrampilan) Tidak hanya berkomunikasi dan memberikan kenyaman dalam tindakannya, perawat juga menunjukkan kompetensi atau skill sebagai perawat professional c. Preserving dignity (menjaga martabat klien)
  • 9. Menjaga martabat klien sebagai individu atau memanusiakan manusia. d. Anticipating ( mengatisipasi ) Perawat dalam melakukan tindakan selalu meminta persetujuan klien dan keluarga e. Protecting (melindungi) Melindungi hak-hak pasien dalam memberikan asuhan keperawatan dan tindakan medis 5. Enablings Enabling adalah memampukan atau memberdayakan klien, memfasilitasi klien untuk melewati masa transisi dalam hidupnya dan melewati setiap peristiwa dalam hidupnya yang belum pernah dialami dengan memberi informasi, menjelaskan, mendukung dengan focus masalah yang relevan, berfikir melalui masalah dan menghasilkan alternative pemecahan masalah sehingga meningkatkan penyembuhan klien atau klien mampu melakukan tindakan yang tidak biasa dia lakukan dengan cara memberikan dukungan, memvalidasi perasaan dan memberikan umpan balik / feedback. Subdimensi: a. Validating (memvalidasi), Memvalidasi semua tindakan yang telah dilakukan b. Informing( memberikan informasi) Memberikan informasi yang berkaitan dengan peningkatan kesehatan klien dalam rangka memberdayakan klien dan keluarga klien. c. Supporting (mendukung) Memberikan dukungan kepada klien dalam mencapai kesejahteraan / well being sesuai kapasitas sebagai perawat d. Feedback (memberikan umpan balik) Memberikan umpan balik terhadap apa yang dilakukan oleh klien dalam usahanya mencapai kesembuhan / well being e. Helping patients to focus generate alternatives (membantu pasien untuk focus dan membuat alternative) Menolong pasien untuk selalu fokus dan terlibat dalam program peningkatan kesehatannya baik tindakan keperawatan maupun tindakan medis. (Potter & Perry, 2009)
  • 10. C. Jenis-jenis pemanfaatan teknologi dalam kesehatan 1. Telehealth / Telenursing Telehealth secara umum ada dua tekhnologi dalam pelayanan: store forward dan real time tekhnologi. a. Tekhnologi simpan dan sampaikan (store and forward), misalnya : gambar yang didapatkan dari elektonik seperi tekhnologi x ray, dapat dikirimkan pada spesialis untuk diinterpretasi. Gambar tersebut saja yang berpindah-pindah. Radiologi, dermatologi, patologi adalah contoh spesialisasi yang sangat kelihatan menggunakan tekhnologi ini. b. Tekhnologi real time Real time adalah tekhnologi yang membuat pasien dan provider berinteraksi dalam waktu yang sama. Banyak alat telekomunikasi yang memfasilitasi komunikasi dua arah menggunakan tekhnologi real time dalam telehealth. Tekhnologi realtime juga dapat membuat alat untuk menstransimisikan gambar dari tempat yng berbeda. Misalnya kamera untuk mengobservasi keadaan klien. Tekhnologi realtime memfasilitasi komunikasi dua arah baik audio maupun video, yang bisa digunakan dalam telehealth Sebagai kombinasi realtime dan robotik, seorang dokter bedah dapat melakukan operasi dengan alat operasi khusus dari jarak tertentu. Prosedur ini disebut dengan telepresence. Telepresence menjadi salah satu sub bagian dari telehealth. Saat ini masih sedang dikembangkan karena membutuhkan sistem yang 100 % reliable dan bandwith yang sangat tinggi. Pelayanan kesehatan semakin bergeser dari Rumah sakit menuju Rumah dan komunitas. Banyak rentang petugas kesehatan (ahli gizi, pekerja social, perawat) sebagai bagian dalam pelayanan kesehatan yang menggunakan pelayanan terapeutik dengan telehealth. Salah satu contoh program telehealth adalah homecare. Sistem ini menyediakan audio dan video interaktif untuk hubungan antara lanjut usia di rumah dan telehealth perawat. Perawat memasukkan data data pasien secara elektronik dan menganalisanya, kalau perlu untuk dilakukan kunjungan, perawat akan melakukan kunjungan ke pasien. Telenursing adalah bagian dari telehealth. Telenursing menawarkan program kolabortif dan mengurangi biaya pasien. Sebagai contoh: konsultasi dengan
  • 11. perawat akn mengurangi angka kejadian masuknnya pasien dengan keadaan emergency ke Rumah Sakit. Telehealth juga bisa diaplikasikan dalam pendidikan, dengan mengunjungi satu bagian dengan bagian lain melalui halaman web. Pengalaman dari praktisi perawat dapat dipelajari oleh orang lain melalui halaman web. Liza (2010) mengemukakan bahwa Prinsip-prinsip telenursing adalah : tidak mengubah sifat dasar dari praktek asuhan keperawatan, dimana perawat terlibat dalam telenursing mulai dari pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi asuhan keperawatan. Perawat juga terlibat dalam informasi, pendidikan, arahan dan dukungan secara pribadi dalam telenursing hubungan ditetapkan melalui penggunaan telepon, komputer, internet atau teknologi komunikasi lainnya. Telenursing dapat diterapkan di rumah, rumah sakit melalui pusat telenursing dan melalui unit mobil. Telepon triase dan home care berkembang sangat pesat dalam aplikasi telenursing. Di dalam home care perawat menggunakan sistem monitor parameter fisiologi seperti tekanan darah, glukosa darah, respirasi dan berat badan melalui internet. Melalui sistem interaktif video, pasien contact on-call perawat setiap waktu untuk menyusun video konsultasi ke alamat sesuai dengan masalah, sebagai contoh bagaimana mengganti baju, memberikan injeksi insulin atau diskusi tentang sesak nafas. Secara khusus sangat membantu untuk anak kecil dan dewasa dengan penyakit kronik dan kelemahan khususnya dengan penyakit kardiopulmoner dan persyarafan. Telenursing membantu pasien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif di dalam perawatan, khususnya dalam managemen penyakit kronis. Hal ini juga mendorong perawat menyiapkan informasi yang akurat dan memberikan dukungan secara online. Pedoman praktek lainnya yang menggunakan telenursing adalah : 1) Menyampaikan informasi penting klien seperti data elektrokardiogram, CT Scan, foto rontgen, dsb. 2) Menggunakan video, komputer untuk memantau kondisi kesehatan klien. 3. Memantau status kesehatan klien di rumah sakit atau rumah misal, tekanan darah, nadi pernafasan, suhu dan sebagainya.
  • 12. 3) Membantu wisatawan untuk mendapatkan perawatan kesehatan di tempat tujuan mereka. 4) Membantu operasi klien dari jarak jauh. 5) Menggunakan video konference untuk menyediakan sesi pendidikan keperawatan berkelanjutan. 6) Mengembangkan website untuk memberikan informasi kesehatan dan waktu konseling. Telehealth terdiri dari berbagai jenis bentuk dan telah menunjukkan segi manfaatnya. Beberapa manfaat dari telehealth misalnya: meningkatkan kualitas pelayanan, mengurangi waktu, meningkatkan produkstifitas akses, meningkatkan peluang belajar. Ada beberapa isu yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan telehealth yaitu: a. Pembiayaan Pembiayaan adalah hambatan dalam penyelenggaraan telehealth. Meskipun dijumpai bahwa telehealth banyak mempunyai manfaat. Pemerintah masih kurang dalam mengembangkan telehealth. b. Aspek legal Aspek hukum menyatakan bahwa: warga negara harus dilindungi dari praktek petugas kesehatan yang tidak baik c. Standar keamanan Perhatian dalam apliksi tekhnologi dalam pelayanan kesehatan adalah keamaan/keselamatan pasien. Sistem pelayanan telehealth harus bisa menjamin keselamatan bagi pasien. Berkaitan dengan hal tersebut ANA (American Nursing Association) menerbitkan 3 pedoman telehealth yaitu : Prinsip dasar telehealth pada tahun 1998, kompetensi telehealth tahun 1999 dan mengembangkan protokol telehealth pada tahun 2001 d. Keamanan data Telehealth memerlukan pencatatan elektronik (elektronik health record), yang rawan akan privasi, kerahasiaan dan keamanan data.Sehingga penyelenggaraan telehealth harus bisa menjamin keamanan data. e. Infrastruktur komunikasi Infrastruktur telekomunikasi merupakn bagian dari telehealth yang mempunyai biaya dengan prosentase paling besar. Isu yang lain, adalah alat untuk hubungan antarmuka (interface) akan sulit menyelenggarakan telehealth jika tidak ada saling hubungan (interkoneksi) antar alat.
  • 13. Di Indonesia sendiri sejak 2017 oleh Kemenkes telah di kembangkan sebuah aplikasi telehealth berbasis android dengan nama Telemedicine Indonesia (TEMENIN) untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam pengaplikasian teleheatlh di indonesia terutama dalam hal infastruktur. Di dalam aplikasi tersebut terdapat beberapa fasilitas yaitu, Tele-Radiologi, Tele-EKG, Tele-USG, Tele- Konsultasi. 2. Electronic Health Record / Electronic Nursing Record Informatika dalam pelayanan kesehatan dimulai pada pengelolaan informasi keuangan yang mulai berkembang era tahun 60-an. Mulai sejak itu aplikasi komputer untuk pelayanan kesehatan berkembang. Pada akhir era 60-an Sistim informasi rumah sakit sudah memasukkan data tentang diagnosa serta informasi lain dalam rencana perawatan pasien. Tekhnologi yang digunakan dapat mengurangi kerja dengan kertas (paperwork) dan meningkatkan komunikasi serta menghemat waktu perawat. Salah satu awal program komputer yang bagus untuk perawatan pasien adalah Problem Oriented Medical Record Information System (PROMIS) yang dibuat oleh DR Lawrence Weed dari University Medical Center Burlington tahun 1968. Sistem ini menyediakan integrasi berbagai aspek pelayanan kesehatan termasuk tindakan pada pasien. Sistem ini menggunakan kerangka kerja POMR ( problem oriented medical record). Electronic Nursing Record merupakan salah satu upaya penataan sistem pendokumentasian adalah dengan menggunakan suatu sistem pencatatan kesehatan pasien berbasis elektronik dan terhubung dalam jejaring komunikasi internal rumah sakit sehingga dapat diakses oleh pasien dan tenaga medis lain. Dibanding dengan pencatatan naratif dengan kertas, sistem ini memberikan keuntungan terhadap minimalisasi waktu pelayanan, tindakan perawat dan akses dokter sehingga waktu untuk memberikan asuhan keperawatan langsung kepada pasien lebih banyak. Kepuasan pasien akan pelayanan, kejelasan dan penyediaan lingkungan akan muncul seiring dengan kepuasan perawat terhadap efektifitas perawatan yang diberikan. Biaya yang dikeluarkan pasien dan rumah sakitpun akan berkurang. Karena adanya basis elektronik, maka diharapkan adanya keseragaman pemahaman pengoperasian dan peningkatan kemampuan dasar perawat dalam menentukan diagnosa dan tindakan yang tepat. (Muhalla, 2010.
  • 14. BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penggunaan tekhnologi informasi dalam pelayanan kesehatan memberikan kontribusi pada efektifitas pelayanan kesehatan. Namun demikian untuk mengaplikasikan teknologi tersebut dalam pelayanan banyak hambatan dan kendala yang dihadapi misalnya: sumberdaya manusia, finansial, kebijakan, dan faktor keamanan. Terkait perkembangan teknologi informasi dan perkembangan pelayanan kesehatan saat ini tentunya akan berimbas pada tenaga kesehatan dan instansi pelayanan kesehatan. Petugas kesehatan diharapkan menyadari pentingnya penerapan tekhnologi dalam pelayanan kesehatan dan mau belajar untuk bisa menerapkannya. Bagi Instansi pelayanan kesehatan, walaupun tidak mudah untuk bisa menerapkan teknologi dalam pelayanan kesehatan, namun tetap harus dicoba karena tuntutan jaman dan melihat berbagai manfaat yang bisa diambil. Manajer pelayanan kesehatan perlu membuat team khusus untuk mengadopsi perkembangan tekhnologi, sehingga mereka akan siap dalam menerapkan pada organisasi pelayanan kesehatan. Adanya beberapa hambatan tersebut menyebabkan Penerapan teknologi kesehatan di bidang keperawatan di indonesia terkait Telehealth / Telenursing dan Electronic Health Record / Electronic Nursing Record masih dalam tahap pengembangan dan belum sepenuhnya teraplikasikan dengan sempurna, maka dari itu pentingnya untuk mempelajari dan mereview beberapa literatur Jurnal Lokal dan Internasional terkait Teknologi kesehatan khususnya di bidang keperawatan, agar bisa menjadi rujukan bagi tenaga kesehatan untuk mengembangkan teknologi kesehatan. A. Review Literatur / Jurnal Tentang Electronic Health Record Pemberian asuhan keperawatan diperlukan efektifitas dan efisiensi sehingga tujuan pelayanan dapat tercapai. Saat ini telah banyak bukti yang mendukung bahwa inovasi pencatatan dengan elektronik sangat berdampak positif bagi keperawatan, berikut dapat dilihat pada beberapa artikel penelitian di jurnal-jurnal kesehatan: 1. Building an innovation Electronic Nursing Record pilot structure with nursing clinical pathway (Angelica at.al, 2006) dikatakan bahwa dalam proses keperawatan yang terdiri dari 5 tahap perawat menghadapi banyak data dan informasi sedangkan jumlah perawat tidak seimbang, hal ini membutuhkan asisten agar cakap dalam menyusun perencanaan dan melakukan proses yang efektif efisien dan benar. Dengan menggunakan tekhnologi computer maka akan menghasilkan kualitas pelayanan yang tinggi, berpusat pada pasien dan perawatan kesehatan yang efisien. Selain itu dapat
  • 15. mempermudah pengambilan keputusan untuk melakukan perawatan tahap demi tahap. Salah satu sistem yang disusun adalah dengan menyusun struktur pencatatan keperawatan dengan elektronik yang terintegrasi dengan standar keperawatan internasional untuk mendukung kecakapan dan keakuratan perencanaan keperawatan dalam clinical pathway process. Inovasi yang dibuat adalah : a. menganalisa catatan pasien secara retrospektif dan mengumpulkan beberapa diagnosa medis dan clinical pathway terbesar dan tersering kemudian menyusun tanda dan gejalanya sehingga muncul suatu diagnosa keperawatan. b. mengintegrasikan taxonomy dan code dari NANDA, NIC, NOC, ICNP dengan data yang berhubungan dengan clinical pathways di atas. c. menyusun inovasi ENR yang meiputi pengkajian, diagnosa, perencaan dan pencatatan keperawatan. Struktur ini disusun sampai dengan discharge planning. Users’ satisfaction on the Electronic Nursing Record System (Choi, et al: 2006) menekankan kepada 4 hal atas implementasi ENR secara penuh di RS Bundang Korea, 4 domain tersebut antara lain : a. kepuasan penggunaan pencatatan kertas Vs. ENR. b. efisiensi kerja. c. bertemu dengan konsumen Keuntungan dan kerugian ENR, adalah hasil yang diperoleh kebanyakan perawat lebih puas menggunakan sistem ENR dibanding pencatatan dengan kertas, mereka juga menunjukkan kepuasan terhadap pertemuan dengan pengguna yang berhubungan dengan efisiensi kerja, terjadi peningkatan komunikasi antar profesi dengan perawat. Pada akhirnya, konsumen (pasien) puas dengan sistem ENR ini. Setelah 1 1⁄4 tahun sistem ini diberlakukan, RS Bundal mengevaluasi sikap dan kepuasan perawat terhadap sistem ENR dan didapatkan bahwa program ini sukses. 2. E-Nursing documentation as a tool for quality assurance (Rajkovic, 2006) mengatakan bahwa dokumentasi keperawatan merupakan salah satu jaminan kualitas suatu pelayanan kesehatan, hal ini bisa dicapai dengan menggunakan sistem pendokumentasian yang canggih diantaranya dengan menghadirkan model penyediaan data based dan menggunakan software prototype untuk mengatur pendokumentasian keperawatan. Secara umum sistem ini disusun dengan menyediakan data dasar yang terintegrasi dengan diagnosa dan intervensi keperawatan sampai dengan tindakan apa yang harus dilakukan perawat untuk 1 diagnosa. Perawat hanya membutuhkan waktu
  • 16. beberapa menit untuk log in dengan password untuk kemudian meng-klik itrm-item data sampai dengan implementasinya. Ini lebih mudah, efektif dan efisien. 3. Computerized nursing process in critical care unit using the ICNP-Beta 2 (Sasso, et al, 2006) menjelaskan bahwa proses keperawatan adalah pendekatan penyelesaian masalah secara asertif untuk mengidentifikasi masalah dan merawat pasien. Di CCU didapatkan perawatan yang kompleks, perubahan kondisi klinis pasien yang selalu berubah secara konstan dan meningkatnya informasi pasien dimana akan mempengaruhi proses keperawatan dan kualitas perawatan. Dilakukan pendokumentasian proses keperawatan dengan menggunakan ICNP Beta 2 meliputi perencanaan, perkembangan, modifikasi hal penting dan evaluasi proses. Dengan pendokumentasian menggunakan sistem di atas maka memungkinkan adanya modifikasi evaluasi, mudah ditegakkan, informasi keperawatan lebih jelas dan dapat mempercepat deteksi kesalahan. Sistem informasi ini pada dasarnya akan membuat perawat secara eksplisit dapat mengambil keputusan klinis terhadap pasiennya. 4. Analysis of electronic nursing record based on the ICNP (Chung, 2006) menitikberatkan pada penggunaan sistem ENR setelah sekian lama menggunakan pendokumentasian keperawatan secara naratif dengan menggunakan kertas. Penelitian ini dilakukan di RS Bundang Seoul, mereka menganalisa pendokumentasian keperawatan secara naratif berdasarkan lembaran pada pasien bedah dibandingkan dengan ENR sistem. Ditemukan bahwa ternyata mereka membutuhkan konsep baru pada ICP untuk meningkatkan ekspresi pada catatan keperawatan khususnya dalam mendeskripsikan tindakan keperawatan. 5. New method of realization of nursing diagnosis based on 3N in an electronic medical record system (Kim, 2007) menyuguhkan metode penentuan diagnosa keperawatan berdasarkan Nanda, NIC, NOC dengan menggunakan EMR system. Sistem ini memberikan solusi untuk memutuskan diagnosa mana yang dipilih sesuai dengan situasi variabel yang ada. Proses yang ada dalam sistem tersebut adalah 1) mengumpulkan bermacam-macam diagnosa medis dari seluruh pasien dalam 1 departemen, 2) menyusun perencanaan keperawatan individu dari diagnosa medis tersebut, 3) memilih aktifitas keperawatan yang nyata dari rencana keperawatan, 4) memilih diagnosa keperawatan dari aktifitas keperawatan yang dipilih, 5) menyusun intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan, 6) menambahkan aktifitas keperawatan ke dalam intervensi keperawatan, dan 7) menyusun data dasar dari variabel situasi berasal dari aktifitas keperawatan yang dihubungkan dengan diagnosa
  • 17. keperawatan. Dalam kenyataannya, ternyata aktifitas dan intervensi dalam NIC tidak sepenuhnya bisa dipraktikkan atau tidak sesuai sepenuhnya dengan kondisi lapangan, oleh karena itu dititikberatkan pada diagnosa keperawatan untuk kemudian menyusun aktifitas dan intervensi beserta dengan hasil. 6. Interdisiplinary collaboration and the electronic medical record (Green and Thomas). Penelitian ini bertujuan untuk menilai kolaborasi antar disiplin ilmu (perawat dan dokter) melalui EMRs, difokuskan pada persepsi dokter terhadap dokumentasi keperawatan. Didapatkan bahwa dokter mempunyai persepsi positif terhadap catatan keperawatan dengan menggunakan EMRs dibanding dengan narasi di kertas. Hal ini dibuktikan dengan persepsi dokter yang mengatakan bahwa pengkajian dan intervensi dengan checklist di EMRs yang dilakukan perawat memberikan kejelasan dan informasi yang baru dan akurat sehingga mempermudah proses kolaborasi antara dokter dan perawat. Rangkuman catatan keperawatan dengan narasi tidak memungkinkan dijadikan referensi oleh dokter dalam memutuskan pemberian pengobatan/tindakan karena tidak efektif. 7. An evaluation of the time for nursing activity in a hospital using a full electronic medical record system (EMRs), (Chung, et. al, 2006) menganalisa waktu yang dimiliki perawat untuk melakukan aktifitas langsung dan tidak langsung setelah menggunakan EMRs. Hasilnya didapatkan bahwa waktu yang dimiliki perawat untuk melakukan tindakan keperawatan secara langsung dan tidak ternyata meningkat setelah menggunakan EMRs, dan waktu yang dimiliki untuk melakukan tindakan langsung lebih banyak dibanding tidak langsung, khususnya di dinas pagi. Komunikasi tidak langsung antara perawat dan pasien menurun dari 49.8 menit menjadi 19.3 menit, ini berarti bahwa ada banyak waktu yang dimiliki perawat untuk melakukan komunikasi langsung dengan pasien. Sebelum EMRs perawat tidak dapat melakukan aktifitas langsung dan tidak langsung secara bersamaan, tetapi bisa setelah EMRs. 8. Where is nursing in the electronic health care record? (Mitchell, 2009) dikatakan bahwa perawat perlu menentukan arah bagi profesionalitas dirinya, bagaimana asuhan keperawatan profesional dapat diberikan dengan menggunakan fasilitas sistem elektronik. Dalam kompleksitas aktifitas asuhan keperawatan dan tugas seorang perawat, maka posisi perawat adalah tetang menggunakan standar asuhan keperawatan seperti NANDA yang mempuntai potensi untuk berdampingan dengan catatan medis dan pengobatan di electronic record.
  • 18. 9. Preparing nurses to use standardized nursing language in the electronic health record (Staub, 2009) menjelaskan bahwa perawat diharapkan mempunyai kemampuan menentukan diagnosa, menyusun intervensi dan kriteria hasil dengan menggunakan EHR. Untuk mencapai itu dibutuhkan Guided Clinical Reasoning (GCR) sebagai panduan perawat mempelajari pentahapan dalam penentuan diagnosa, intervensi dan kriteria hasil. Didapatkan hasil bahwa GCR berkualitas tinggi untuk menuntut perawat dalam menentukan diagnosa yang akurat, memilih intervensi keperawatan yang efektif dan menentukan kriteria hasil yang tepat. 10. Evaluation of electronic health records from viewpoint of patients (Koide, 2006) mengklarifikasi pengaruh EHR pada kepuasan pasien. Dilakukan survey pada 3 rumah sakit dengan 3 kali survey, pada 1 rumah sakit dilakukan survey 3 bulan pre-post, 6 bulan setelah implementasi. Sedangkan 2 rumah sakit lain sampai 3 tahun pasca EHR. Ada 6 faktor yang diteliti yaitu 1) persepsi klien terhadap sistem, 2) perubahan waktu, 3) sikap tenaga medis, 4) penjelasan, 5) lingkungan, 6) kepuasaan secara umum. Hasil penelitian didapatkan persepsi pasien positif terhadap sistem ini dengan meningkatnya perhatian dan ketertarikan terhadap implementasi EHR, setuju adanya model sharing data via EHR walau pada awalnya terjadi penurunan privacy, dan pasien setuju diberlakukannya EHR untuk data dirinya karena memberikan banyak pengalaman dan informasi; mendatangkan banyak keuntungan; berkontribusi terhadap peningkatan keamanan medis/kesehatan, improving patient safety, dan mendatangkan hubungan yang kooperatif antara rumah sakit dan pasien. Terdapat perubahan waktu yang signifikan, yaitu waktu lebih pendek dan singkat dalam menunggu konsultasi (30-60’ menjadi 10-30’), waktu konsultasi (10-15’ menjadi 5-10’) dan total waktu dari datang dan pergi dari rumah sakit (dari 90-120’ menjadi 60-90’ dan akhirnya menjadi 30-60’). Pasien juga puas dengan sikap pelayanan dari tenaga medis, hanya 5% saja tidak puas. Pasien merasa lebih jelas (92-96%) dengan penjelasan yang diberikan karena menggunakan layar yang memungkinkan pasien bisa melihat sendiri, dan ternyata komplain berkurang akan lahan parkir; ruang konsultasi; lokasi meja administrasi dan fasilitas transportasi. Secara umum klien puas dengan keputusan untuk datang kembali ke rumah sakit (68-81%), puas terhadap kualitas pelayanan/perawatan (67-76%) dan puas terhadap harapan pelayanan (63-70%).
  • 19. B. Review Literatur / Jurnal tentang Telehealth / Telenursing. No. Judul Penulis Tujuan Metode Hasil 1 Transforming Home Health Nursing with Telehealth Technology. Farrar, F. C. Manfaat penggunaan telehealth pada perawatan kesehatan mental di layanan home care Evidence- based research Teknologi telehealth dapat diintegrasikan menjadi perencanaan dalam pelayanan kesehatan mental pada pasien, serta meningkatkan kualitas kehidupan pasien 2 Facilitators and barriers to the adoption of telehealth in older adults: an integrative review. Foster, M. V, & Sethares, K. a. Mendeskripsik an penggunaan dan hambatan telehealth pada pasien dewasa yang memiliki penyakit kronis Integrative review Peningkatan fasilitas telehealth untuh mencegah adanya hambatan dalam menggunakan telehealth 3 Telehealth: No longer an idea for the future Olson, Christina.A., & Thomas, Efisiensi telehealth dalam Evidence- based research Peningkatan kenyamanan pada pasien
  • 20. J.A. (2017). Telehealth: No longer an idea for the future meningkatkan kualitas perawatan yang menggunakan komunikasi virtual pada telehealth 4 Perceptions of Nursing Care for Cardiovascular Cases, Knowledge on the Telehealth and Telecardiology in Indonesia Sri Hariyati, R. T., & Sahar, J. Menjabarkan persepsi masyarakat dalam perawatan kardiovaskular dengan menggunakan telehealth Studi kualitatif dengan FGD Persepsi masyarakat bahwa telehealth dapat dimanfaatkan dalam mengobservasi tanda dan gejala pasien untuk upaya preventif 5 Overview the development of tele health and mobile health application in indonesia. Wiweko, Budi., Zesario, Aulia., & Agung, P .G Perkembangan teknologi telehealth di Indonesia Literatur review Telehealth saat ini lebih banyak digunakan pada layanan konsuling pasien dan dokter
  • 21. C. Analisis SWOT Strenght (Kekuatan) 1. Teknologi kesehatan Electronic health Record dapat mempercepat proses keperawatan terutama dalam proses data pasien untuk menentukan diagosa dan tindakan yang tepat 2. Teknologi Telehealth dapat meningkatkan jangkauan pelayanan keperawatan karena tidak terbatas oleh ruang dan waktu 3. Hasil Penelitian jurnal di RS Bundal Korea mengemukakan bahwa penggunaan electronic health record meningkatkan kepuasan kerja perawat dibandingkan paperwork 4. Hasil penelitian jurnal oleh Green dan Thomas menjelaskan bahwa profesi lain mempunyai persepsi positif terhadap catatan keperawatan dengan menggunakan EMRs dibanding dengan narasi di kertas. Hal ini dibuktikan dengan persepsi dokter yang mengatakan bahwa pengkajian dan intervensi dengan checklist di EMRs yang dilakukan perawat memberikan kejelasan dan informasi yang baru dan akurat sehingga mempermudah proses kolaborasi 5. Hasil Penelitian jurnal mengatakan bahwa telehealth dapat dimanfaatkan dalam mengobservasi tanda dan gejala pasien untuk upaya preventif, khususnya penyakit kardiovaskular sehingga membuat pasien mendapatkan pelayanan spesialistik meskipun diluar jangkauan pelayanan, sehingga mampu mencegah komplikasi yang tidak diharapkan sejak awal. Weakness (Kelemahan) 1. Penggunaan teknologi Telehealth / Telenursing dapat mengurangi interaksi secara fisik oleh perawat kepada pasien 2. Penggunaan teknologi Elecronic health record mengalami hambatan dalam biaya dan persiapan SDM yang mampu mengoperasikannya 3. penggunaan telehealth/ telenursing memiliki hambatan dalam pembiayaan, aspek legal, keamanan data, standar keamanan dan infrastruktur komunikasi 4. hasil penelitian jurnal berjudul Overview the development of tele health and mobile health application in indonesia, yang membahas tentang perkembangan telehealth di indonesia mengemukaan bahwa Telehealth saat ini lebih banyak digunakan pada layanan konsuling pasien dan dokter saja
  • 22. Opportunity (Peluang) 1. Telehealth / Telenursing sangat cocok jika di aplikasikan di indonesia karena kondisi geografis indonesia yang terdiri dari banyak kepulauan, sehingga adanya teleheatlh / telenursing diharapkan mampu menjangkau seluruh wilayah di indonesia. 2. Persebaran dokter spesialis yang masih terkonsentrasi di kota-kota besar 3. Semakin bertambahnya jumlah penduduk, dan terbatasnya daya tampung di RS menyebabkan pergeseran pelayanan kesehatan menuju rumah dan komunitas. 4. Semakin berkembangnya profesi keperawatan di indonesia menuntut perawat untuk selalu berinovasi dalam memberikan pelayanan keperawatan, salah satu inovasi yang bisa dilakukan adalah dengan mengaplikasikan telenursing. 5. Telenursing dapat sebagai peluang pembelajaran bagi calon perawat di institusi pendidikan, sehingga akan memaksimalkan pendidikan dan peran lulusan perawat Threat (Ancaman) 1. belum meratanya akses teknologi internet di beberapa wilayah indonesia, sehingga akan menghambat transmisi data yang akan di gunakan pada saat proses telehealth/ telenursing 2. masih belum kuatnya kebijakan pemerintah tentang aturan Telehealth di indonesia, terkait pendanaan dan aturan legal terkait pelaksanaan baru sebatas konsultasi.
  • 23. BAB IV KESIMPULAN Meningkatnya atau menurunnya prilaku Caring perawat dalam penerapan teknologi sangat dipengaruhi oleh Personal perawat itu sendiri, karena di satu sisi penggunaan teknologi kesehatan seperti Electronic Health Record dapat menghemat waktu perawat dalam melakukan pencatatan dan proses data pasien, sehingga memberikan lebih banyak waktu bagi perawat untuk berinteraksi, melakukan tindakan dan fokus terhadap kebutuhan pasien. Salah satu kendala perawat dalam caring kepada pasien karena beban kerja perawat yang berlebih di tambah banyaknya pencatatan yang di lakukan secara manual yang memakan banyak waktu. Seyogyanya dalam menghadapi revolusi industri 4.0 setiap paperwork harus mulai di tinggalkan. Namun dari sisi pemahaman dan kemauan dari personal perawat untuk belajar dan mengupdate pengetahuan tentang teknologi juga sangat berpengaruh, karena jika perawat gagap teknologi dan ketinggalan informasi tentang penggunaan teknologi terbaru tentu bagi perawat tersebut penggunaan teknologi terbaru akan menambah pekerjaan, sehingga menghambat proses caring perawat itu sendiri. Caring dalam penerapan teknologi adalah hal yang harus dilakukan meskipun terkendala jarak dengan pasien, karena menurut Watson, jiwa seseorang itu tidak terbatas oleh ruang dan waktu, sehinga perawat harus lebih menjiwai profesinya agar caring lebih tersampaikan kepada pasien walaupun menggunakan teknologi.
  • 24. DAFTAR PUSTAKA American Nursing Association ANA (2001), Developing telehealth Protocol : A Blueprint for Success Wasfington DC . American Nurses Publication. Delaney, (2001). Health Informatic and Oncology Nursing. Oncology Nursing 17 (1) 2-6 Turley (1996) Toward a Model for Nursing Informatics . Journal of Nursing Scholarship 28 (4) 309-313 Angelina, et. al. (2006). Consumer-Centered Computer-Supported Care for Healthy People Journal. Building an Innovation electronic Nursing Record Pilot Structure with Nursing Clinical Pathway. H. A. Park et. al. (Eds.). IOS Press. Choi, et. al. (2006). Consumer-Centered Computer-Supported Care for Healthy People Journal. Users’ Satisfaction on the Electronic Nursing Record System. H. A. Park et. al. (Eds.). IOS Press Chung, et. al. (2006). Consumer-Centered Computer-Supported Care for Healthy People Journal. An evaluation of the Time for Nursing Activity in a Hospital using a Full electronic Medical Record System (EMR). H. A.Park et. al. (Eds.). IOS Press. Chung, et. al. (2006). Consumer-Centered Computer-Supported Care for Healthy People Journal. Analysis of electronic Nursing Records based on theICNP. H. A. Park et. al. (Eds.). IOS Press. Green and Thomas. Pediatric Nursing Journal. May-June 2008. Vol. 34. No. 3. Interdiciplinary Collaboration and the Electronic Medical Record. Continuing Nursing Education Series. Kim, et. al. (2007). MEDIINFO 2007 Journal. New method of realization of Nursing diagnosis Based on 3N in an Electronic Medical Record System. IOS Press. Koide, et. al. (2006). Consumer-Centered Computer-Supported Care for Healthy People Journal. Evaluation of Electronic Health Records from Viewpoint of Patients. H. A. Park et. al. (Eds.). IOS Press. Mitchell, et. al. (2009). Advances in Information technology and Communication in Health Journal. Where is Nursing in the Electronic Health Care Record?. J. G. McDaniel. (Ed.). IOS Press. Rajkovic, et. al. (2006). Consumer-Centered Computer-Supported Care for Healthy People Journal. E-Nursing Documentation as a Tool for Quality Assurance. H. A. Park et. al. (Eds.). IOS Press
  • 25. Sasso, et. al. (2006). Consumer-Centered Computer-Supported Care for Healthy People Journal. Computerized Nursing Process in Critical Care Unit Using the ICNP-Beta 2. H. A. Park et. al. (Eds.). IOS Press. Staub-Maria Muller. 2009. Connecting Health and Humans Journal. Preparing Nurses to use Standardized Nursing language in the Electronic Health Record. K. Saranto et. al. (Eds.). IOS Press