SlideShare a Scribd company logo
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, karena dengan
ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara cepat dan
mudah. Dan merupakan kenyataan yang tak dapat dipungkiri bahwa peradaban
manusia sangat berhutang pada ilmu. Ilmu telah banyak mengubah wajah dunia
seperti hal memberantas penyakit, kelaparan, kemiskinan, dan berbagai wajah
kehidupan yang sulit lainnya. Dengan kemajuan ilmu juga manusia bisa
merasakan kemudahan lainnya seperti transportasi, pemukiman, pendidikan,
komunikasi, dan lain sebagainya. Singkatnya ilmu merupakan sarana untuk
membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.
Kemudian timbul pertanyaan, apakah ilmu selalu merupakan berkah dan
penyelamat manusia? Dan memang sudah terbukti, dengan kemajuan ilmu
pengetahuan, manusia dapat menciptakan berbagai bentuk teknologi. Misalnya,
pembuatan bom yang pada awalnya untuk memudahkan kerja manusia, namun
kemudian dipergunakan untuk hal-hal yang bersifat negatif yang menimbulkan
malapetaka bagi umat manusia itu sendiri. Disinilah ilmu harus di letakkan
proporsional dan memihak pada nilai- nilai kebaikan dan kemanusian. Sebab, jika
ilmu tidak berpihak pada nilai-nilai, maka yang terjadi adalah bencana dan
malapetaka.
Setiap ilmu pengetahuan akan menghasilkan teknologi yang kemudian akan
diterapkan pada masyarakat. Proses ilmu pengetahuan menjadi sebuah teknologi
2
yang benar-benar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat tentu tidak terlepas dari si
ilmuwannya. Seorang ilmuwan akan dihadapkan pada kepentingan-kepentingan
pribadi ataukah kepentingan masyarakat akan membawa pada persoalan etika
keilmuan serta masalah bebas nilai. Untuk itulah tanggung jawab seorang
ilmuwan haruslah “dipupuk” dan berada pada tempat yang tepat, tanggung jawab
akademis, dan tanggung jawab moral.
B. Rumusan Masalah
Dari tinjauan latar belakang, maka dirumuskan permasalahan: “Bagaimana
peran Bioetika jika ditinjau dari segi masalah kultur jaringan pada tumbuhan?”
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui peran Bioetika jika
ditinjau dari segi masalah kultur jaringan pada tumbuhan
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah dan Definisi Bioetika
Kelahiran bioetika didesak oleh berbagai dampak perubahan-perubahan
besar dunia sejak tahun 1950-an. Perubahan-perubahan besar ini terjadi dalam
lingkungan global dan khusus kesehatan (Samsi Jacobalis, 2005:177). Perubahan-
perubahan yang terjadi dalam lingkungan global misalnya dalam lingkungan
umum/global misalnya dalam ilmu dan teknologi menjadi alat dan kekuatan bisnis
global.perubahan dalam lingkungan global diantaranya:
1. Perubahan Tatanan dunia; Setelah terjadi perang Dunia ke-2
perombakandalam tatanan sosial, budaya, pendidikan, dan lain-lain. Pada
tingkat pendidikan dan penguasaan informasi pada masyarakat umum
meningkat, yang mana orang makin berani bicara tentang hak dan
menuntut hak.
2. Pemaduan Ilmu, teknologi, dan bisnis global.
3. Perkembangan komunikasi, informasi, dan transportasi
4. Dominasi budaya
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan kesehatan diantaranya:
1. Revolusi Biomedis
Revolusi ini dimulai di Amerika dan kemudian pada Negara-negara
industri yang berlangsung sejak tahun 1960-an. Revolusi ini ditandai dengan
perkembangan biologi baru, perkembangan ilmu kedokteran baru, perkembangan
dan alat-alat medis, perkembangan teknologi modern.
2. Perkembangan Profesi Modren
Berkembangnya ilmu dan teknologi medis profesi kedokteran pun
mengalami perubahan. Posisi dokter terhadap pasien sudah turun tidak seperti
masa lalu.
4
3. Biaya Pemeliharaan Kesehatan Terus Meningkat
Di seluruh dunia makin lama biaya pemeliharaan kesehatan semakin
mahal, di banyak Negara pelayanan kesehatan menjadi komoditi bisnis. Sehingga
semakin besar jumlah orang tidak mampu tersisihkan dari pelayanan kesehatan
yang seharusnya diterima. Pemeliharaan kesehatan telah terjadi ketidakadilan
sosial (Samsi Jacobalis, 2005:180) .
Ketika awal 1960-an dengan hati-hati diusahakan langkah-langkah
pertama dalam kawasan yang serba baru, tidak banyak orang menduga terjadi
perkembangan secepat itu. Karena bioetika menyelidiki dimensi etis dari masalah-
masalah teknologi, ilmu kedokteran, dan biologi, sejauh diterapkan pada
kehidupan, maka mau tidak mau cakupannya luas sekali. Hal itu mengakibatkan
bioetika menjadi disiplin yang kompleks, tapi sekaligus juga sangat menantang.
Bioetika menunjukkan perlunya cara berpikir dan bekerja yang sungguh-sungguh
interdispliner (Thomas Shannon,1995:2).
Dengan pengetahuannya Potter menggunakan istilah bioetik untuk pertama
kalinya. Tokoh lain yang menggunakan istilah ini adalah André Helleger, bidan
Belanda yang bekerja di Universitas Georgetown. Enam bulan setelah Potter,
Helleger memberikan nama sebuah pusat studi bioetika pertama di USA: Joseph
and Rose Kennedy Institute for Human Study of Human Reproduction and
Bioethics di Universitas Washington DC pada 1 Juli 1971. W.T Reich
menegaskan bahwabioetika lahir di dua tempat, di Madison Wisconsin dan
Universitas Georgetown. Istilah bioetik menunjuk pada 2 hal: ilmu pengetahuan
dan pemahaman mengenai kemanusiaan. Selain WT Reich, secara khusus, bioetik
di USA mempunyai ¨sejarah“ tersendiri, sebagaimana dikemukakan oleh Alberth
R. Jonsen. Ia memberikan beberapa tahap perkembangan bioetik: Adminission
and Policy th 1962 di Pusat Kedokteran Universitas Seattle, New England Journal
of Medicine (1966), Komisi Nasional Alabama, Informe Belmont, Havard
Medical School, Kasus Karen A Quinlan 1975, dan yang paling berpengaruh
kemudian adalah Hasting Center (1969). Dalam sejarah awal ini, bioetik berkutat
hanya pada masalah kesehatan dan kedokteran.
5
Sejarah kedua bioetik disebut sebagai sejarah konsolidasi. Itu tercermin
dari difenisi yang diberikan. Ensiklopedi Bioetik menerjemahkan bioetika sebagai
studi sistimatis perilaku dan tindakan yang berhubungan dengan biologi dan
kesehatan yang memikirkan nilai-nilai dan prinsip moral. Asosiasi internasional
Bioetik mengungkapkan bahwa bioetik adalah studi etika, sosial, hukum, filsafat
dan lain lain yang berkaitan dengan perawatan kesehatan dan ilmu biologi. L.Feito
mengatakan bahwa bioetik adalah ilmu baru yang mempelajari tindakan manusia
dan ilmu yang berkaitan dengan hidup. Bidang bioetik yang dipikirkan pada tahap
ini adalah: Etika Biomedika, Etika Gen Manusia, Etika Binatang dan etika
Lingkungan Hidup.
Dari sejarah singkat kelahiran bioetik ini, ada dua perubahan besar dalam
etika: yang pertama, etika dibahas dalam kerangka sekuler bukan dalam kerangka
agama; yang kedua, yang menjadi pemeran utama adalah pasien bukan dokter.
Kecenderungan ini kemudian menempatkan etika dalam tataran martabat,
autonomi dan kebebasan dasarnya atau menyempitkan pengertian etika dalam
kerangka hukum, berkaitan dengan masalah hak, kewajiban dan kebebasan pasien.
Bioetik di Indonesia belumlah banyak dikenal secara luas di kalangan
akademis sebagai sebuah disiplin ilmu. Seminar pertama bioetik terjadi di
Universitas Atmajaya pada tahun 1988 dalam kerjasama dengan beberapa ahli
bioetik di Nederland, Belgia dan USA. Pada tahun 2000, diadakan seminar
nasional pertama yang dikelola oleh Konferensi Nasional Kerjasama Bioetik dan
Humanidades di Universitas Gadjah Mada, dan dilanjutkan dengan konferensi ke
II tahun 2002 dan ketiga tahun 2004. Pada tahun 2003, juga diadakan beberapa
seminar tentang bioetik dengan beberapa tema aktual: Seminar tentang Genetic
Engineering from Islamic Persepctive di Pusat Penelitian Bioetika, Universitas
Muhammadiyah, Malang, Seminar mengenai Stem Cells di Sekolah Kedokteran
Universitas Indonesia, Seminar mengenai Kloning dan Kesehatan Sosial di
Universitas Indonesia, Pernyataan Posisi Indonesia atas Konvensi Ban mengenai
Cloning Manusia oleh Kementrian Luar Negeri pada tanggal 4-5 September 2003,
dan Seminar mengenai prospek bioetik nasional oleh kementrian Riset dan
Teknologi (Dwiyanto, 2008).
6
Berbicara mengenai bioetika sungguh melebihi pembicaraan tradisional
tentang perilaku dokter yang baik terhadap orang sakit. Bahkan etika klinis tidak
mencakup seluruh bioetika baru, karena bioetika tidak hanya menyangkut pasien
dan dokter, melainkan masyarakat secara keseluruhan, khususnya mereka yang
bertanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan (M.de
Wachter,1990:33).
Bioetik berasal dari bahasa Yunani; bios berarti hidup atau kehidupan, dan
ethike berarti ilmu atau studi tentang isu-isu etik yang timbul dalam praktek ilmu
biologi. Terdapat dua metode pengambilan keputusan etis yang sering dipakai
dalam bioetika. Yang pertama dikenal dengan nama “etika deontologis” yang
merupakan pengambilan keputusan dengan memulai pertanyaan” Apa yang harus
saya lakukan? Pendekatan kedua disebut “konsekuensialisme” yaitu baik
buruknya suatu perbuatan tidak ditetapkan atas dasar prinsip-prinsip, tetapi
dengan menyelidiki konsekuensi perbuatan. Etika situasi menjadi popular karena
karya Joseph Fletcher pertengahan 1960-an, minta agar kita memperhatikan
dengan serius implikasi-implikasi praktis dari pandangan etis kita.
Konsekuensialisme tidak cukuplah kita melakukan yang baik; mestinya kita tahu
juga perbuatan paling baik di antara semua perbuatan baik yang mungkin (Sajid
Darmadipura, 2005:35).
Dr Abel memberikan defenisi bioetika adalah studi interdisipliner tentang
masalah-masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan
ilmu kedokteran, baik pada skala mikro maupun makro, serta tentang dampak atas
masyarakat luas dan sistem nilainya, kini dan di masa yang akan datang.
Sejak tahun 1970, bioetika mempelajari tingkah laku manusia dalam
lingkup ilmu pengetahuan yang terkait erat dengan kehidupan manusia. Salah
seorang yang menggunakan istilah bioetika dalam publikasi adalah peneliti kanker
Van Rensellaer Potter dalam bukunya “Bioethics, Bridge to the Future” yang
diterbitkan pada tahun 1971. Setelah buku tersebut terpublikasi banyak yang
menyusul publikasi tentang bioetika. Telah berdiri juga beberapa lembaga
pengkajian bioetika yang terkemuka di Amerika, Eropa, Jepang, dan tempat-
tempat lain. Hasting Center adalah institute di Hastings-on Hudson, Negara
7
bagian New York, yang untuk pertama kali meneliti masalah-masalah bioetika.
Juga di Indonesia sudah ada Komisi Bioetika Nasional sejak 17 September 2004.
Pada 1977 filsuf Amerika, Samuel Gorovitz, mendefenisikan bioetika adalah
penyelidikan kritis tentang dimensi-dimensi moral dari pengambilan keputusan
dalam konteks berkaitan dengan kesehatan dan dalam konteks yang melibatkan
ilmu-ilmu biologis (Sajid Darmadipura, 2005:35).
B. Kultur Jaringan Pada Tumbuhan
Kultur jaringan bila diartikan ke dalam Bahasa Jerman disebut Gewebe
Kultur, dalam Bahasa Inggris disebut Tissue Culture, dalam Bahasa Belanda
disebut weefsel kweek atau weefsel cultuur. Kultur jaringan atau budidaya in vitro
adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma,
sel, jaringan atauorgan yang serba steril, dalam botolkultur yang sterildan dalam
kondisi yang aseptic, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri
dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap. Usaha memperoleh suatu
individu baru dari satu sel atau jaringan dikenal sebagai kultur sel atau kultur
jaringan. Menurut Suryowinoto (1991), kultur jaringan dalam bahasa asing
disebut tissue culture. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel
yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Jadi, kultur jaringan berarti
membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang memiliki
sifat seperti induknya. Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu
memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan
secara generatif. Kultur jaringan termasuk jenis perkembangbiakan vegetatif yang
prinsip dasarnya sama dengan menyetek. Bagian tanaman yang akan dikultur
(eksplan) dapat diambil dari akar, pucuk, bunga, meristem, serbuk sari.
Tahapan tahapan kultur jaringan tumbuhan
1. Pembuatan media
2. Inisiasi
3. Sterilisasi
8
4. Multiplikasi
5. Pengakaran
6. Aklimatisasi
1. Pembuatan media
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.
Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan
diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral,
vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar,
gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga
bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari
kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada
tabung reaksi atau botol-botol kaca.
2. Inisiasi
Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan
dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur,
3. Sterilisasi
Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan
di tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang
juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan
etanol yang disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan.
Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga harus steril.
4. Multiplikasi
Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam
eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk
menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan
eksplan. Tabung reaksi yang telah ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak
dan ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu kamar.
9
5. Pengakaran
Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya
pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang
dilakukan mulai berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk
melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya
kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan
menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau biru (disebabkan jamur) atau
busuk (disebabkan bakteri).
6. Aklimatasi
Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan
aseptic ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu
dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari
udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan
sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar.
Salah satu contohnya yaitu kultur jaringan tanaman pisang. Tumbuhan pisang
dapat dengan mudah dikulturkan dengan cara :
Kultur kalus
Kultur tunas → lebih mudah propagasi
Kelebihan :
 Bebas patogen tertentu kecuali penyakit virus : BBTV dan mosaic
 Relatif seragam
Kelemahan :
 Kurang tahan penyakit karena terbiasa diperlakukan penuh nutrisi.
10
Eksplan
Syarat-syarat eksplan yang baik:
 Berasal dari induk yang sehat dan subur.
 Berasal dari induk yang diketahui jenisnya
 Tempat tumbuh pada lingkungan yang baik.
 Ukuran tunas optimal sekitar 5 cm tingginya (biasanya ukuran tunas
yang bisa dipakai sebagai eksplan adalah tunas yang berukuran antara 5
– 10 cm), bukan tunas yang baru tumbuh atau yang sudah kelewat besar.
 Untuk pisang kapok sering tunas perlu digali lebih dalam dari dalam
tanah.
 Untuk pisang jenis lain baiknya tunas yang kelihatan dari tanah
 Tunas langsung diproses sesegar mungkin dan bila terpaksa jangan
dimasukkan ke dalam kulkas.
Sterilisasi eksplan
Tunas hidup di atas tanah sering banyak tanah yang melekat perlu dibersihkan hal
ini karena pada eksplan tunas pisang mengandung bakteri internal seperti
Pseudomonas dan Erwinia. .
Tahapan sterilisasi eksplan :
 Tunas dibersihkan dari sisik dan kulit luar satu lapis.
 Tunas dicuci dan disikat dengan sabun sampai bersih kemudian ditiriskan.
 Tunas diperkecil dengan dikupas seludangnya sampai berbentuk seperti
kerucut di atas kubus ukuran 2 x 2 cm persegi.
 Tunas dimasukkan ke dalam gelas piala bersih dan disterilisasi dengan
kloroks 0,5 % selama 5 menit.
11
 Bila perlu sterilisasi dapat juga dilakukan dengan sublimat 0,1 % selama 2
menit kemudian dicuci dengan air steril.
 Pekerjaan no 1 sampai dengan no 5 dapat dilakukan di ruang terbuka.
 Tunas diperkecil lagi setengahnya di dalam laminar air flow. Dan langsung
disterilisasi dalam 0,5 % kloroks yang mengandung 0,5 / liter vitamin C
selama 5 menit.
 Selain cara di atas ada cara yang lain lagi dimana langkah pertama dan
kedua sama seperti di atas.
 Kemudian setelah tunas dibersihkan dari sisik dan kulit luar satu lapis,
kemudian tunas direndam dalam larutan formalin 30 % ( setara dengan 10
% formaldehid ) selama 10 menit.
 Setelah itu pelepah paling luar dibuang lagi satu lapis lalu tunas direndam
lagi dalam larutan agrimycin 5 gram/ liter selama 12 jam.
 Setelah 12 jam perendaman, tunas dicuci untuk menghilangkan sisa-sisa
bakterisida. Setelah itu lalu dimasukkan dalam larutan kloroks / bayclin 50
% dan dibiarkan selama 15 menit.
 Kemudian setelah itu dimasukkan ke dalam laminar air flow cabinet,
pelepah tunas dibuka lagi sebanyak 1 – 2 lapis dan kemudian direndam ke
dalam larutan kloroks 20 % selama 10 menit.
 Setelah dibilas dengan air steril, tunas direndam ke dalam larutan betadine
20 % selama 10 menit. Ukuran terakhir tunas +/- 1 – 2 cm.
 Sterilisasi eksplan di dalam laminar air flow
 Kemudian setelah proses sterilisasi eksplan selesai dilakukan eksplan
ditiriskan di atas cawan petri beralaskan kertas saring steril. Eksplan siap
di tanam dalam medium.
 Eksplan yang siap ditanam
12
Medium kultur jaringan pisang
Medium kultur jaringan pisang pada dasarnya adalah medium MS dengan
modifikasi vitamin dan hormon. Unsur makro dan mikro sama, dengan sedikit
perbedaan yaitu sukrosa 30 gram diganti dengan D-glukosa atau dektrosa ( teknis
atau p.a. ). Menurut pengalaman penggantian ini menyebabkan pertumbuhan lebih
cepat.
 Vitamin
 Biotin : 0,05 ppm
 Myo inositol : 1 ppm
 Thiamin : 0,4 ppm
 Piridoksin : 4 ppm
 Ascorbic acid : 5 – 50 ppm
 Dextrosa : 30 gram
Medium :
 P1 : ½ MS + Vitamin + 5 – 7 ppm BA + 100 ml air kelapa
 P2 : MS + Vitamin + 5 – 7 ppm BA + 100 ml air kelapa
 P3 : MS + Vitamin + 2 ppm IBA / IAA + 0,1 kinetin + 100 ml air kelapa
Keterangan :
 P1 : medium inisiasi tunas
 P2 : medium perbanyakan tunas
 P3 : medium perakaran
13
Untuk tiap jenis pisang susunan medium dapat diubah sesuai kebutuhan. Pisang
yang pertumbuhannya subur seperti Kapok memerlukan BA yang lebih banyak,
dan auksin yang lebih rendah.
Tahapan penanaman :
Inisiasi Tunas
 Tunas yang sudah siap tanam dimasukkan ke dalam medium P1 (medium
inisiasi tunas)
 Eksplan dalam medium inisiasi tunas
 Inkubasikan selama 2 minggu sampai terlihat warna kehijauan di
eksplannya.
 Kupas lagi eksplannya dengan cara aseptis sampai berukuran ½ nya.
Tanam kembali sampai terlihat hijau lagi dan itu artinya eksplan hidup.
 Eksplan berubah warna menjadi kehijauan.
 Belah eksplan menjadi dua bagian dan kemudian diletakkan titik
tumbuhnya menempel pada medium. Tunggu sampai muncul tunas kecil
dan berwarna putih seukuran 2 – 3 mm.
 Sebagai catatan proses terjadinya multiplikasi tunas yang pertama
biasanya terjadi antara minggu ke 8 – 12. Dan setelah terjadi multiplikasi
tunas ini baru bisa dilakukan subkultur.
Perbanyakan tunas
 Tunas yang tumbuh dipotong dan dipindahkan ( disubkultur ) ke medium
P1 ( medium inisiasi tunas ) lagi dengan hati-hati, jangan sampai rusak.
 Tunas yang sudah tumbuh banyak harus sering dipecah dan dipindahkan (
disubkultur ) ke medium P1 ( medium inisiasi tunas ) lagi.
 Tunas yang cukup besar, besarnya seragam dan mulai mengalami
differensiasi organ lain yaitu daun dipindahkan ( disubkulturkan ) ke P2 (
14
medium perbanyakan tunas ), satu atau dua kali sesuai kebutuhan. Tunas
kecil dipindahkan ( disubkultur ) ke medium P1 lagi.
Perakaran
Tanaman kecil ( planlet ) dalam P2 ( medium perbanyakan tunas ) dipilih yang
seragam kemudian dipindahkan ( disubkultur ) medium P3 ( medium perakaran )
untuk bisa melakukan proses perakaran. Bila planlet sudah berdaun 4 – 5 helai
daun berarti sudah siap keluar untuk dilakukan aklimatisasi.
C. Dampak Positif dan Negatif Kultur Jaringan Tumbuhan
1. Dampak Positif
 Bibit yang dihasilkan seragam
 Bibit yang dihasilkan bebas penyakit (menggunakan organ tertentu)
 Biaya pengangkutan bibit relatif lebih murah dan mudah
 Dalam proses pembibitan bebas dari gangguan hama, penyakit, dan
deraan lingkungan lainnya
 Dapat dilakukan dengan dalam ruangan yang relatif sempit
 Sifat identik dengan induk
 Dapat diperoleh sifat-sifat yang dikehendak
2. Dampak Negatif
 Bibit yang dihasilkan mempunyai perakaran yang tidak kuat
 Mempersempit lapangan kerja pembibitan secara konvensional
 Hanya mampu dilakukan oleh orang-orang tertentu, karena memerlukan
keahlian khusus
15
D. Bioetika Kultur Jaringan Pada Tumbuhan
Biologi adalah ilmu pengetahuan yang paling lekat dengan manusia dalam
alam lingkungan kehidupannya. Pada akhir decade 1990-an Olson mengangkat
topik-topik genetika, keragaman hayati, ilmu syaraf (neuroscience), evolusi serta
moral dan etika dalam bahasannya mengenai masa depan perkembangan ilmu
hayati dan sekaligus merupakan strategi masa depan bagi pengembangannya.
Objek kajian hayati/biologis meliputi klasifikasi dan sistematik, morfologi
atau struktur, fisiologi atau operasional hidup, anatomi dan sitologi atau struktur
mikroskopik, proses yang khas seperti pertumbuhan dan aspek metabolisme serta
kajian aspek aplikasi hayati/biologi seperti rekayasa genetika, transgenik/cloning,
kultur jaringan, breeding, hibridisasi dan rekayasa hayati lainnya.
Pengaplikasian mengenai bioetika sudah menjadi keharusan bagi ilmuwan-
peneliti yang ada di ilmu hayat ini dan etika keilmuan sudah lebih lama dikenal di
Indonesia ini. Bioetika diartikan tidak lain sebagai pedoman aktivitas biologiwan
atau ahli-ahli biologi di dalam melakukan pekerjaannya sehingga tidak
menimbulkan efek negatif bagi kehidupan.
Akal merupakan faktor utama dalam proses mendapatkan ilmu. Faktor
akal ini yang membedakan manusia dari hewan, maka dapat diterima dalam
menemukan ilmu biologi Islam, penggunaan panca indera yang sehat dan akal
yang sehat untuk memahami kebenaran hakekat dari fenomena hayati organisme
tumbuhan dan hewan/manusia yang hidup.
Saintis/biologiwan mencari hakekat atau realitas dibalik alam fenomenal
yang lahir yang mampu merangkum berbagai performens hayati. Akan tetapi
pencarian ilmu biologis kurang atau sedikit sekali menggunakan daya ilhami,
karena ontologi biologi yang mensifatkan demikian, yang berbeda dengan sains
sosial atau psikologi. Fenomena biologi umumnya bersifat fisik yang mudah
ditangkap oleh indera. Oleh karena itu biologiwan sedikit mendapat penjelasan
secara ilhami. Meskipun demikian , dalam perjalanannya sering kita dengar berita
16
dari para penemu sains terjadinya “lucky discovery”. Penemuan yang muncul
tiba-tiba. Ilham/intuisi yang mengakhiri kemandegan saintis dalam pencarian
ilmunya.
Dalam skala nasional, sudah dibentuk undang-undang yang berkaitan
dengan Kloning gen tumbuhan atau nama lain Kultur Jaringan dalam UU No.
18/2002 Tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan
IPTEK (RPP Peneltian Berisiko Tinggi). Disebutkan pada pasal 22 yang
berbunyi: 1) Pemerintah menjamin kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara
serta keseimbangan tata kehidupan manusia dengan kelestarian fungsi lingkungan
hidup. 2) Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
pemerintah mengatur perizinan bagi pelaksanaan kegiatan penelitian,
pengembangan, dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berisiko
tinggi dan berbahaya dengan memperhatikan standar nasional dan ketentuan yang
berlaku secara internasional.
E. Kajian Dampak Ekonomi-Sosial Kultur Jaringan
kajian mengenai dampak sosial-ekonomi Kultur jaringan Tumbuhan
memiliki keterkaitan dengan sejumlah alasan/nilai-nilai penting, antara lain
tanggung jawab sosial para ilmuwan yang mengembangkan teknik kultur jaringan
tumbuhan harus memperkenalkan ke masyarakat serta diperhatikan pula tanggung
jawab moral dan etika akan dampak-dampak yang ditimbulkan dari produk yang
dihasilkan oleh kultur jaringan tumbuhan, termasuk potensi dampak sosial-
ekonominya.
Tanggung jawab antar generasi tujuannya adalah kultur jaringan tumbuhan
harus memiliki sifat pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, tujuan ini
terkait dengan tanggung jawab antar generasi dari para pengembang teknologi
tersebut dan para pembuatan kebijakan pemerintah.
Dari segi social, kultur jaringan ini diharapkan tidak menjadi penghambat
diversitas yang lain. Sehingga keberadaannya tetap ada sejalan dengan
17
perkembangan diversitas khususnya tumbuhan yang lain. Dampak apabila kultur
jaringan ini merusak diversitas lain maka yang terjadi tumbuhan hanya
bergantung pada orang yang memiliki keilmuwan kultur jaringan dan tidak dapat
bersaing guna memperkaya keanekaragaman tumbuhan. Hal ini akan berdampak
pada ekonomi masyarakat, bila salah satu produk kultur jaringan dianggap
berhasil, masyarakat akan berantusias untuk membudidayakan dan menjual
produk tersebut. Dan bila semakin banyak orang yang menjual produk tersebut
akan berakibat pada bertemunya titik jenuh masyarakat terhadap hasil kultur
jaringan. Untuk itu ilmuwan diharapkan untuk mempertajam dan mengasah
kemampuannya guna menemukan bahkan menciptakan suatu produk kultur
jaringan yang baru selama hal tersebut masih didalam batas kewajaran dan norma
yang berlaku.
F. Pertimbangan Etika dan Agama
Studi tentang hubungan antara agama dan sains secara tradisional
diasumsikan bahwa setiap konflik yang terjadi semata-mata didasarkan pada
epistemologi dari esensi agama itu sendiri. Oleh karena itu, pertimbangan setiap
agama terhadap kultur jaringan tumbuhan memiliki kebijakan sendiri. Seperti
pada kultur jaringan pisang, dimana sisi etika dan agama diperbolehkan karena
teknik ini bertujuan memperbanyak jumlah spesies meski dengan campur tangan
manusia. Sedangkan dari segi etika, hal ini juga disahkan selama tidak memiliki
tujuan diluar akal pikiran manusia.
18
BAB III
PENUTUP
Dari pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa, aksiologi adalah
kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman
kecil yang memiliki sifat seperti induknya. Metode kultur jaringan dikembangkan
untuk membantu memperbanyak tanaman, sehingga dapat membantu
perekonomian masyarakat dan dari segi moral dan agama teknik kultur jaringan
diperbolehkan selama tidak merugikan orang lain dan menguntungkan bagi
masyarakat.
19
DAFTAR PUSTAKA
Arya. 2013. Aksiologi Pengetahuan. (Online)
http://arya0809.wordpress.com/2013/01/10/aksiologi-pengetahuan/. Diakses
tanggal 01 Oktober 2014.
Kattsoff, Louis.2004. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Magnis-suseno.1987. Etika Dasar. Yogyakarta: Kanisius.
Magnis-suseno.1997. 13 Tokoh Etika. Yogyakarta: Kanisius.
Octaria, Dina. 2012. Aksiologi Pengetahuan. (Online)
http://dinaoctaria.wordpress.com/2012/10/14/aksiologi-pengetahuan/.
Diakses pada 01 Oktober 2014.
Pidarta, Made. 2009. Landasan Kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan
Bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Suriasumantri, Jujun S. 2007. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Zubair, Achmad Charris.1997. Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

More Related Content

What's hot

Sejarah mikrobiologi
Sejarah mikrobiologiSejarah mikrobiologi
Sejarah mikrobiologi
Agnescia Sera
 
Laporan anatomi marmut
Laporan anatomi marmutLaporan anatomi marmut
Laporan anatomi marmut
Monika Sari
 
Forum diskusi m3 kb3
Forum diskusi m3 kb3Forum diskusi m3 kb3
Forum diskusi m3 kb3
Icha Medisty
 
Laporan PKL Pembuatan Taksidermis di UGM
Laporan PKL Pembuatan Taksidermis di UGMLaporan PKL Pembuatan Taksidermis di UGM
Laporan PKL Pembuatan Taksidermis di UGM
Google
 
Sistem Pencernaan Makanan Pada Hewan Vertebrata - Fisiologi Hewan
Sistem Pencernaan Makanan Pada Hewan Vertebrata - Fisiologi HewanSistem Pencernaan Makanan Pada Hewan Vertebrata - Fisiologi Hewan
Sistem Pencernaan Makanan Pada Hewan Vertebrata - Fisiologi Hewan
Dewanto Dewanto
 
Reproduksi Hewan 1
Reproduksi Hewan 1Reproduksi Hewan 1
Reproduksi Hewan 1
lombkTBK
 
Filum Echinodermata
Filum EchinodermataFilum Echinodermata
Filum Echinodermata
Afi Alifia
 
sistem saraf
sistem sarafsistem saraf
sistem saraf
debora sumarti
 
Hormon
HormonHormon
Hormon
Sirod Judin
 
Laporan siklus hidup lalat buah " DROSOPHILA MELANOGASTER
Laporan siklus hidup lalat buah " DROSOPHILA MELANOGASTERLaporan siklus hidup lalat buah " DROSOPHILA MELANOGASTER
Laporan siklus hidup lalat buah " DROSOPHILA MELANOGASTER
nurahlina08
 
Sistem pernafasan pada molusca
Sistem pernafasan pada moluscaSistem pernafasan pada molusca
Sistem pernafasan pada molusca
Nadia_AZ
 
Bab 7. Osteichthyes
Bab 7. Osteichthyes Bab 7. Osteichthyes
Bab 7. Osteichthyes
Nana Citra
 
Ppt avertebrata
Ppt avertebrataPpt avertebrata
Ppt avertebrata
litaaldila
 
MATERI Sistem imun KELAS XII SMA
MATERI Sistem imun KELAS XII SMAMATERI Sistem imun KELAS XII SMA
MATERI Sistem imun KELAS XII SMA
Zona Bebas
 
tahap perkembangan embrio pada makhluk hidup
tahap perkembangan embrio pada makhluk hiduptahap perkembangan embrio pada makhluk hidup
tahap perkembangan embrio pada makhluk hidupNews
 
BIOLOGI KELAS 11 IPA - SISTEM PERNAPASAN
BIOLOGI KELAS 11 IPA - SISTEM PERNAPASANBIOLOGI KELAS 11 IPA - SISTEM PERNAPASAN
BIOLOGI KELAS 11 IPA - SISTEM PERNAPASAN
dikiiiey
 

What's hot (20)

Sejarah mikrobiologi
Sejarah mikrobiologiSejarah mikrobiologi
Sejarah mikrobiologi
 
Soal bioremediasi
Soal bioremediasiSoal bioremediasi
Soal bioremediasi
 
Laporan anatomi marmut
Laporan anatomi marmutLaporan anatomi marmut
Laporan anatomi marmut
 
Forum diskusi m3 kb3
Forum diskusi m3 kb3Forum diskusi m3 kb3
Forum diskusi m3 kb3
 
Laporan PKL Pembuatan Taksidermis di UGM
Laporan PKL Pembuatan Taksidermis di UGMLaporan PKL Pembuatan Taksidermis di UGM
Laporan PKL Pembuatan Taksidermis di UGM
 
Sistem digestivus
Sistem digestivusSistem digestivus
Sistem digestivus
 
Sistem Pencernaan Makanan Pada Hewan Vertebrata - Fisiologi Hewan
Sistem Pencernaan Makanan Pada Hewan Vertebrata - Fisiologi HewanSistem Pencernaan Makanan Pada Hewan Vertebrata - Fisiologi Hewan
Sistem Pencernaan Makanan Pada Hewan Vertebrata - Fisiologi Hewan
 
Reproduksi Hewan 1
Reproduksi Hewan 1Reproduksi Hewan 1
Reproduksi Hewan 1
 
Filum Echinodermata
Filum EchinodermataFilum Echinodermata
Filum Echinodermata
 
sistem saraf
sistem sarafsistem saraf
sistem saraf
 
Hormon
HormonHormon
Hormon
 
Laporan siklus hidup lalat buah " DROSOPHILA MELANOGASTER
Laporan siklus hidup lalat buah " DROSOPHILA MELANOGASTERLaporan siklus hidup lalat buah " DROSOPHILA MELANOGASTER
Laporan siklus hidup lalat buah " DROSOPHILA MELANOGASTER
 
Gastrula
GastrulaGastrula
Gastrula
 
Sistem pernafasan pada molusca
Sistem pernafasan pada moluscaSistem pernafasan pada molusca
Sistem pernafasan pada molusca
 
Bab 7. Osteichthyes
Bab 7. Osteichthyes Bab 7. Osteichthyes
Bab 7. Osteichthyes
 
Ppt avertebrata
Ppt avertebrataPpt avertebrata
Ppt avertebrata
 
MATERI Sistem imun KELAS XII SMA
MATERI Sistem imun KELAS XII SMAMATERI Sistem imun KELAS XII SMA
MATERI Sistem imun KELAS XII SMA
 
tahap perkembangan embrio pada makhluk hidup
tahap perkembangan embrio pada makhluk hiduptahap perkembangan embrio pada makhluk hidup
tahap perkembangan embrio pada makhluk hidup
 
Laporan jaringan otot
Laporan jaringan ototLaporan jaringan otot
Laporan jaringan otot
 
BIOLOGI KELAS 11 IPA - SISTEM PERNAPASAN
BIOLOGI KELAS 11 IPA - SISTEM PERNAPASANBIOLOGI KELAS 11 IPA - SISTEM PERNAPASAN
BIOLOGI KELAS 11 IPA - SISTEM PERNAPASAN
 

Viewers also liked

Kultur jaringan 2
Kultur jaringan 2Kultur jaringan 2
Kultur jaringan 2
Febrina Tentaka
 
kultur jaringan
kultur jaringankultur jaringan
kultur jaringan
Febrina Tentaka
 
Laporan praktikum kultur jaringan andria unib
Laporan praktikum kultur jaringan andria unibLaporan praktikum kultur jaringan andria unib
Laporan praktikum kultur jaringan andria unibAndria Bin Muhayat
 
Budidaya tanaman-anggrek-analisa2
Budidaya tanaman-anggrek-analisa2Budidaya tanaman-anggrek-analisa2
Budidaya tanaman-anggrek-analisa2
ym.ygrex@comp
 
RADIO SARANG
RADIO SARANGRADIO SARANG
RADIO SARANG
Namita Thomas
 
Declaração de fé cbb
Declaração de fé cbbDeclaração de fé cbb
Declaração de fé cbb
PIB-ROSUL
 
Portrayal of Vampires in Films
Portrayal of Vampires in FilmsPortrayal of Vampires in Films
Portrayal of Vampires in Films
Namita Thomas
 
Onians john _225-246
Onians john _225-246Onians john _225-246
Onians john _225-246
Durley Alvarez
 
Catecismo de Heidelberg pdf
Catecismo de Heidelberg pdfCatecismo de Heidelberg pdf
Catecismo de Heidelberg pdf
PIB-ROSUL
 
Um catecismo puritano pdf
Um catecismo puritano pdfUm catecismo puritano pdf
Um catecismo puritano pdf
PIB-ROSUL
 
Я – целый мир
Я – целый мирЯ – целый мир
Я – целый мир
Иван Кноль
 
Decisão Judicial
Decisão JudicialDecisão Judicial
Decisão Judicial
Monicke Santos
 
Power point (1)
Power point (1)Power point (1)
Power point (1)
gisselayumaglla
 
In what ways does your media product use, develop or challenge forms and conv...
In what ways does your media product use, develop or challenge forms and conv...In what ways does your media product use, develop or challenge forms and conv...
In what ways does your media product use, develop or challenge forms and conv...
09burtonw
 
Global Oil Outlook August 2016
Global Oil Outlook August 2016Global Oil Outlook August 2016
Global Oil Outlook August 2016
Eric Corbett
 
2016-us-goodwill-impairment-study
2016-us-goodwill-impairment-study2016-us-goodwill-impairment-study
2016-us-goodwill-impairment-studyDave Wright
 

Viewers also liked (18)

Kultur jaringan 2
Kultur jaringan 2Kultur jaringan 2
Kultur jaringan 2
 
kultur jaringan
kultur jaringankultur jaringan
kultur jaringan
 
Laporan praktikum kultur jaringan andria unib
Laporan praktikum kultur jaringan andria unibLaporan praktikum kultur jaringan andria unib
Laporan praktikum kultur jaringan andria unib
 
Budidaya tanaman-anggrek-analisa2
Budidaya tanaman-anggrek-analisa2Budidaya tanaman-anggrek-analisa2
Budidaya tanaman-anggrek-analisa2
 
RADIO SARANG
RADIO SARANGRADIO SARANG
RADIO SARANG
 
partner-news-issue18
partner-news-issue18partner-news-issue18
partner-news-issue18
 
Declaração de fé cbb
Declaração de fé cbbDeclaração de fé cbb
Declaração de fé cbb
 
RenewableUK_D3_E11
RenewableUK_D3_E11RenewableUK_D3_E11
RenewableUK_D3_E11
 
Portrayal of Vampires in Films
Portrayal of Vampires in FilmsPortrayal of Vampires in Films
Portrayal of Vampires in Films
 
Onians john _225-246
Onians john _225-246Onians john _225-246
Onians john _225-246
 
Catecismo de Heidelberg pdf
Catecismo de Heidelberg pdfCatecismo de Heidelberg pdf
Catecismo de Heidelberg pdf
 
Um catecismo puritano pdf
Um catecismo puritano pdfUm catecismo puritano pdf
Um catecismo puritano pdf
 
Я – целый мир
Я – целый мирЯ – целый мир
Я – целый мир
 
Decisão Judicial
Decisão JudicialDecisão Judicial
Decisão Judicial
 
Power point (1)
Power point (1)Power point (1)
Power point (1)
 
In what ways does your media product use, develop or challenge forms and conv...
In what ways does your media product use, develop or challenge forms and conv...In what ways does your media product use, develop or challenge forms and conv...
In what ways does your media product use, develop or challenge forms and conv...
 
Global Oil Outlook August 2016
Global Oil Outlook August 2016Global Oil Outlook August 2016
Global Oil Outlook August 2016
 
2016-us-goodwill-impairment-study
2016-us-goodwill-impairment-study2016-us-goodwill-impairment-study
2016-us-goodwill-impairment-study
 

Similar to Makalah bioetika kultur jaring

Filsafat olahraga review s2 miftachul amiruddin_ 21070805029_ 2021 b
Filsafat olahraga review  s2 miftachul amiruddin_ 21070805029_ 2021 bFilsafat olahraga review  s2 miftachul amiruddin_ 21070805029_ 2021 b
Filsafat olahraga review s2 miftachul amiruddin_ 21070805029_ 2021 b
MiftachulAmiruddin
 
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidananModul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Siti Putri
 
Perkembangan antropologi kesehatan
Perkembangan antropologi kesehatanPerkembangan antropologi kesehatan
Perkembangan antropologi kesehatan
sugianigustiayu gusti
 
Bioetika
BioetikaBioetika
Bioetika
JuniatiLukman
 
6 a etika terapan by Margono Mitrohardjono
6 a  etika terapan by Margono Mitrohardjono6 a  etika terapan by Margono Mitrohardjono
6 a etika terapan by Margono Mitrohardjono
HM Mitrohardjono
 
Biologi
BiologiBiologi
Biologi
luthfi ardi
 
BIOLOGI1.pptx
BIOLOGI1.pptxBIOLOGI1.pptx
BIOLOGI1.pptx
Orchidae Ara
 
BUKU ANTROPOLOGI KESEHATAN Dr. Syamsuddin AB,.S.Ag,.M.Pd.pdf
BUKU ANTROPOLOGI KESEHATAN Dr. Syamsuddin AB,.S.Ag,.M.Pd.pdfBUKU ANTROPOLOGI KESEHATAN Dr. Syamsuddin AB,.S.Ag,.M.Pd.pdf
BUKU ANTROPOLOGI KESEHATAN Dr. Syamsuddin AB,.S.Ag,.M.Pd.pdf
roomahmentari
 
KULIAH_IKM_III.pdf
KULIAH_IKM_III.pdfKULIAH_IKM_III.pdf
KULIAH_IKM_III.pdf
FitriaOva
 
Sejarah Kesehatan Masyarakat
Sejarah Kesehatan MasyarakatSejarah Kesehatan Masyarakat
Sejarah Kesehatan Masyarakat
Fransiska Oktafiani
 
materi untuk kuliah etika dilema etik dalam praktik kedokteran unipa.ppt
materi untuk kuliah etika dilema etik dalam praktik kedokteran unipa.pptmateri untuk kuliah etika dilema etik dalam praktik kedokteran unipa.ppt
materi untuk kuliah etika dilema etik dalam praktik kedokteran unipa.ppt
Jimmy174171
 
Pengantar Mata Kuliah Bioetika untuk kuliah
Pengantar Mata Kuliah Bioetika untuk   kuliahPengantar Mata Kuliah Bioetika untuk   kuliah
Pengantar Mata Kuliah Bioetika untuk kuliah
mikekurniasih
 
ilmu kesehatan masyarakat
ilmu kesehatan masyarakatilmu kesehatan masyarakat
ilmu kesehatan masyarakatWahfi Zuli
 
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
ILMU KESEHATAN MASYARAKATILMU KESEHATAN MASYARAKAT
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Putri Indayani
 
2. Konsep Ilmu Kesehatan Masyarakat Peran Farmasis.pptx
2. Konsep Ilmu Kesehatan Masyarakat Peran Farmasis.pptx2. Konsep Ilmu Kesehatan Masyarakat Peran Farmasis.pptx
2. Konsep Ilmu Kesehatan Masyarakat Peran Farmasis.pptx
DarmapoeteraMaulana
 
KONSEP DASAR KESEHATAN MASYARAKAT (definisi dan ruang lingkup).pptx
KONSEP DASAR KESEHATAN MASYARAKAT (definisi dan ruang lingkup).pptxKONSEP DASAR KESEHATAN MASYARAKAT (definisi dan ruang lingkup).pptx
KONSEP DASAR KESEHATAN MASYARAKAT (definisi dan ruang lingkup).pptx
ParulianGultom2
 
Paper lengkap sosiologi pendidikan sebagai ilmu murni&ilmu ;terapan
Paper  lengkap sosiologi  pendidikan sebagai ilmu  murni&ilmu ;terapanPaper  lengkap sosiologi  pendidikan sebagai ilmu  murni&ilmu ;terapan
Paper lengkap sosiologi pendidikan sebagai ilmu murni&ilmu ;terapan
Dadang DjokoKaryanto
 

Similar to Makalah bioetika kultur jaring (20)

(Ikm) per iii
(Ikm) per iii(Ikm) per iii
(Ikm) per iii
 
Pengertian ilmu pengetahuan
Pengertian ilmu pengetahuanPengertian ilmu pengetahuan
Pengertian ilmu pengetahuan
 
Filsafat olahraga review s2 miftachul amiruddin_ 21070805029_ 2021 b
Filsafat olahraga review  s2 miftachul amiruddin_ 21070805029_ 2021 bFilsafat olahraga review  s2 miftachul amiruddin_ 21070805029_ 2021 b
Filsafat olahraga review s2 miftachul amiruddin_ 21070805029_ 2021 b
 
Makalah bioetik
Makalah bioetikMakalah bioetik
Makalah bioetik
 
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidananModul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
Modul Kesehatan Masyarakat untuk pendidikan kebidanan
 
Perkembangan antropologi kesehatan
Perkembangan antropologi kesehatanPerkembangan antropologi kesehatan
Perkembangan antropologi kesehatan
 
Bioetika
BioetikaBioetika
Bioetika
 
6 a etika terapan by Margono Mitrohardjono
6 a  etika terapan by Margono Mitrohardjono6 a  etika terapan by Margono Mitrohardjono
6 a etika terapan by Margono Mitrohardjono
 
Biologi
BiologiBiologi
Biologi
 
BIOLOGI1.pptx
BIOLOGI1.pptxBIOLOGI1.pptx
BIOLOGI1.pptx
 
BUKU ANTROPOLOGI KESEHATAN Dr. Syamsuddin AB,.S.Ag,.M.Pd.pdf
BUKU ANTROPOLOGI KESEHATAN Dr. Syamsuddin AB,.S.Ag,.M.Pd.pdfBUKU ANTROPOLOGI KESEHATAN Dr. Syamsuddin AB,.S.Ag,.M.Pd.pdf
BUKU ANTROPOLOGI KESEHATAN Dr. Syamsuddin AB,.S.Ag,.M.Pd.pdf
 
KULIAH_IKM_III.pdf
KULIAH_IKM_III.pdfKULIAH_IKM_III.pdf
KULIAH_IKM_III.pdf
 
Sejarah Kesehatan Masyarakat
Sejarah Kesehatan MasyarakatSejarah Kesehatan Masyarakat
Sejarah Kesehatan Masyarakat
 
materi untuk kuliah etika dilema etik dalam praktik kedokteran unipa.ppt
materi untuk kuliah etika dilema etik dalam praktik kedokteran unipa.pptmateri untuk kuliah etika dilema etik dalam praktik kedokteran unipa.ppt
materi untuk kuliah etika dilema etik dalam praktik kedokteran unipa.ppt
 
Pengantar Mata Kuliah Bioetika untuk kuliah
Pengantar Mata Kuliah Bioetika untuk   kuliahPengantar Mata Kuliah Bioetika untuk   kuliah
Pengantar Mata Kuliah Bioetika untuk kuliah
 
ilmu kesehatan masyarakat
ilmu kesehatan masyarakatilmu kesehatan masyarakat
ilmu kesehatan masyarakat
 
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
ILMU KESEHATAN MASYARAKATILMU KESEHATAN MASYARAKAT
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
 
2. Konsep Ilmu Kesehatan Masyarakat Peran Farmasis.pptx
2. Konsep Ilmu Kesehatan Masyarakat Peran Farmasis.pptx2. Konsep Ilmu Kesehatan Masyarakat Peran Farmasis.pptx
2. Konsep Ilmu Kesehatan Masyarakat Peran Farmasis.pptx
 
KONSEP DASAR KESEHATAN MASYARAKAT (definisi dan ruang lingkup).pptx
KONSEP DASAR KESEHATAN MASYARAKAT (definisi dan ruang lingkup).pptxKONSEP DASAR KESEHATAN MASYARAKAT (definisi dan ruang lingkup).pptx
KONSEP DASAR KESEHATAN MASYARAKAT (definisi dan ruang lingkup).pptx
 
Paper lengkap sosiologi pendidikan sebagai ilmu murni&ilmu ;terapan
Paper  lengkap sosiologi  pendidikan sebagai ilmu  murni&ilmu ;terapanPaper  lengkap sosiologi  pendidikan sebagai ilmu  murni&ilmu ;terapan
Paper lengkap sosiologi pendidikan sebagai ilmu murni&ilmu ;terapan
 

Recently uploaded

Tahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdf
Tahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdfTahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdf
Tahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdf
NathanielIbram
 
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
ArumNovita
 
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
LEESOKLENGMoe
 
ASKEB ABORTUS adalah manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil.docx
ASKEB ABORTUS adalah manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil.docxASKEB ABORTUS adalah manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil.docx
ASKEB ABORTUS adalah manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil.docx
rms1987mom3anak
 
Final_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdf
Final_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdfFinal_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdf
Final_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdf
FazaKhilwan1
 
materi Obat obatan saluran pencernaan.pdf
materi Obat obatan saluran pencernaan.pdfmateri Obat obatan saluran pencernaan.pdf
materi Obat obatan saluran pencernaan.pdf
SopiOktapiani
 
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptxMI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
almiraulimaz2521988
 

Recently uploaded (7)

Tahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdf
Tahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdfTahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdf
Tahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdf
 
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
 
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
 
ASKEB ABORTUS adalah manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil.docx
ASKEB ABORTUS adalah manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil.docxASKEB ABORTUS adalah manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil.docx
ASKEB ABORTUS adalah manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil.docx
 
Final_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdf
Final_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdfFinal_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdf
Final_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdf
 
materi Obat obatan saluran pencernaan.pdf
materi Obat obatan saluran pencernaan.pdfmateri Obat obatan saluran pencernaan.pdf
materi Obat obatan saluran pencernaan.pdf
 
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptxMI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
 

Makalah bioetika kultur jaring

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, karena dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara cepat dan mudah. Dan merupakan kenyataan yang tak dapat dipungkiri bahwa peradaban manusia sangat berhutang pada ilmu. Ilmu telah banyak mengubah wajah dunia seperti hal memberantas penyakit, kelaparan, kemiskinan, dan berbagai wajah kehidupan yang sulit lainnya. Dengan kemajuan ilmu juga manusia bisa merasakan kemudahan lainnya seperti transportasi, pemukiman, pendidikan, komunikasi, dan lain sebagainya. Singkatnya ilmu merupakan sarana untuk membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya. Kemudian timbul pertanyaan, apakah ilmu selalu merupakan berkah dan penyelamat manusia? Dan memang sudah terbukti, dengan kemajuan ilmu pengetahuan, manusia dapat menciptakan berbagai bentuk teknologi. Misalnya, pembuatan bom yang pada awalnya untuk memudahkan kerja manusia, namun kemudian dipergunakan untuk hal-hal yang bersifat negatif yang menimbulkan malapetaka bagi umat manusia itu sendiri. Disinilah ilmu harus di letakkan proporsional dan memihak pada nilai- nilai kebaikan dan kemanusian. Sebab, jika ilmu tidak berpihak pada nilai-nilai, maka yang terjadi adalah bencana dan malapetaka. Setiap ilmu pengetahuan akan menghasilkan teknologi yang kemudian akan diterapkan pada masyarakat. Proses ilmu pengetahuan menjadi sebuah teknologi
  • 2. 2 yang benar-benar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat tentu tidak terlepas dari si ilmuwannya. Seorang ilmuwan akan dihadapkan pada kepentingan-kepentingan pribadi ataukah kepentingan masyarakat akan membawa pada persoalan etika keilmuan serta masalah bebas nilai. Untuk itulah tanggung jawab seorang ilmuwan haruslah “dipupuk” dan berada pada tempat yang tepat, tanggung jawab akademis, dan tanggung jawab moral. B. Rumusan Masalah Dari tinjauan latar belakang, maka dirumuskan permasalahan: “Bagaimana peran Bioetika jika ditinjau dari segi masalah kultur jaringan pada tumbuhan?” C. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui peran Bioetika jika ditinjau dari segi masalah kultur jaringan pada tumbuhan
  • 3. 3 BAB II PEMBAHASAN A. Sejarah dan Definisi Bioetika Kelahiran bioetika didesak oleh berbagai dampak perubahan-perubahan besar dunia sejak tahun 1950-an. Perubahan-perubahan besar ini terjadi dalam lingkungan global dan khusus kesehatan (Samsi Jacobalis, 2005:177). Perubahan- perubahan yang terjadi dalam lingkungan global misalnya dalam lingkungan umum/global misalnya dalam ilmu dan teknologi menjadi alat dan kekuatan bisnis global.perubahan dalam lingkungan global diantaranya: 1. Perubahan Tatanan dunia; Setelah terjadi perang Dunia ke-2 perombakandalam tatanan sosial, budaya, pendidikan, dan lain-lain. Pada tingkat pendidikan dan penguasaan informasi pada masyarakat umum meningkat, yang mana orang makin berani bicara tentang hak dan menuntut hak. 2. Pemaduan Ilmu, teknologi, dan bisnis global. 3. Perkembangan komunikasi, informasi, dan transportasi 4. Dominasi budaya Perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan kesehatan diantaranya: 1. Revolusi Biomedis Revolusi ini dimulai di Amerika dan kemudian pada Negara-negara industri yang berlangsung sejak tahun 1960-an. Revolusi ini ditandai dengan perkembangan biologi baru, perkembangan ilmu kedokteran baru, perkembangan dan alat-alat medis, perkembangan teknologi modern. 2. Perkembangan Profesi Modren Berkembangnya ilmu dan teknologi medis profesi kedokteran pun mengalami perubahan. Posisi dokter terhadap pasien sudah turun tidak seperti masa lalu.
  • 4. 4 3. Biaya Pemeliharaan Kesehatan Terus Meningkat Di seluruh dunia makin lama biaya pemeliharaan kesehatan semakin mahal, di banyak Negara pelayanan kesehatan menjadi komoditi bisnis. Sehingga semakin besar jumlah orang tidak mampu tersisihkan dari pelayanan kesehatan yang seharusnya diterima. Pemeliharaan kesehatan telah terjadi ketidakadilan sosial (Samsi Jacobalis, 2005:180) . Ketika awal 1960-an dengan hati-hati diusahakan langkah-langkah pertama dalam kawasan yang serba baru, tidak banyak orang menduga terjadi perkembangan secepat itu. Karena bioetika menyelidiki dimensi etis dari masalah- masalah teknologi, ilmu kedokteran, dan biologi, sejauh diterapkan pada kehidupan, maka mau tidak mau cakupannya luas sekali. Hal itu mengakibatkan bioetika menjadi disiplin yang kompleks, tapi sekaligus juga sangat menantang. Bioetika menunjukkan perlunya cara berpikir dan bekerja yang sungguh-sungguh interdispliner (Thomas Shannon,1995:2). Dengan pengetahuannya Potter menggunakan istilah bioetik untuk pertama kalinya. Tokoh lain yang menggunakan istilah ini adalah André Helleger, bidan Belanda yang bekerja di Universitas Georgetown. Enam bulan setelah Potter, Helleger memberikan nama sebuah pusat studi bioetika pertama di USA: Joseph and Rose Kennedy Institute for Human Study of Human Reproduction and Bioethics di Universitas Washington DC pada 1 Juli 1971. W.T Reich menegaskan bahwabioetika lahir di dua tempat, di Madison Wisconsin dan Universitas Georgetown. Istilah bioetik menunjuk pada 2 hal: ilmu pengetahuan dan pemahaman mengenai kemanusiaan. Selain WT Reich, secara khusus, bioetik di USA mempunyai ¨sejarah“ tersendiri, sebagaimana dikemukakan oleh Alberth R. Jonsen. Ia memberikan beberapa tahap perkembangan bioetik: Adminission and Policy th 1962 di Pusat Kedokteran Universitas Seattle, New England Journal of Medicine (1966), Komisi Nasional Alabama, Informe Belmont, Havard Medical School, Kasus Karen A Quinlan 1975, dan yang paling berpengaruh kemudian adalah Hasting Center (1969). Dalam sejarah awal ini, bioetik berkutat hanya pada masalah kesehatan dan kedokteran.
  • 5. 5 Sejarah kedua bioetik disebut sebagai sejarah konsolidasi. Itu tercermin dari difenisi yang diberikan. Ensiklopedi Bioetik menerjemahkan bioetika sebagai studi sistimatis perilaku dan tindakan yang berhubungan dengan biologi dan kesehatan yang memikirkan nilai-nilai dan prinsip moral. Asosiasi internasional Bioetik mengungkapkan bahwa bioetik adalah studi etika, sosial, hukum, filsafat dan lain lain yang berkaitan dengan perawatan kesehatan dan ilmu biologi. L.Feito mengatakan bahwa bioetik adalah ilmu baru yang mempelajari tindakan manusia dan ilmu yang berkaitan dengan hidup. Bidang bioetik yang dipikirkan pada tahap ini adalah: Etika Biomedika, Etika Gen Manusia, Etika Binatang dan etika Lingkungan Hidup. Dari sejarah singkat kelahiran bioetik ini, ada dua perubahan besar dalam etika: yang pertama, etika dibahas dalam kerangka sekuler bukan dalam kerangka agama; yang kedua, yang menjadi pemeran utama adalah pasien bukan dokter. Kecenderungan ini kemudian menempatkan etika dalam tataran martabat, autonomi dan kebebasan dasarnya atau menyempitkan pengertian etika dalam kerangka hukum, berkaitan dengan masalah hak, kewajiban dan kebebasan pasien. Bioetik di Indonesia belumlah banyak dikenal secara luas di kalangan akademis sebagai sebuah disiplin ilmu. Seminar pertama bioetik terjadi di Universitas Atmajaya pada tahun 1988 dalam kerjasama dengan beberapa ahli bioetik di Nederland, Belgia dan USA. Pada tahun 2000, diadakan seminar nasional pertama yang dikelola oleh Konferensi Nasional Kerjasama Bioetik dan Humanidades di Universitas Gadjah Mada, dan dilanjutkan dengan konferensi ke II tahun 2002 dan ketiga tahun 2004. Pada tahun 2003, juga diadakan beberapa seminar tentang bioetik dengan beberapa tema aktual: Seminar tentang Genetic Engineering from Islamic Persepctive di Pusat Penelitian Bioetika, Universitas Muhammadiyah, Malang, Seminar mengenai Stem Cells di Sekolah Kedokteran Universitas Indonesia, Seminar mengenai Kloning dan Kesehatan Sosial di Universitas Indonesia, Pernyataan Posisi Indonesia atas Konvensi Ban mengenai Cloning Manusia oleh Kementrian Luar Negeri pada tanggal 4-5 September 2003, dan Seminar mengenai prospek bioetik nasional oleh kementrian Riset dan Teknologi (Dwiyanto, 2008).
  • 6. 6 Berbicara mengenai bioetika sungguh melebihi pembicaraan tradisional tentang perilaku dokter yang baik terhadap orang sakit. Bahkan etika klinis tidak mencakup seluruh bioetika baru, karena bioetika tidak hanya menyangkut pasien dan dokter, melainkan masyarakat secara keseluruhan, khususnya mereka yang bertanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan (M.de Wachter,1990:33). Bioetik berasal dari bahasa Yunani; bios berarti hidup atau kehidupan, dan ethike berarti ilmu atau studi tentang isu-isu etik yang timbul dalam praktek ilmu biologi. Terdapat dua metode pengambilan keputusan etis yang sering dipakai dalam bioetika. Yang pertama dikenal dengan nama “etika deontologis” yang merupakan pengambilan keputusan dengan memulai pertanyaan” Apa yang harus saya lakukan? Pendekatan kedua disebut “konsekuensialisme” yaitu baik buruknya suatu perbuatan tidak ditetapkan atas dasar prinsip-prinsip, tetapi dengan menyelidiki konsekuensi perbuatan. Etika situasi menjadi popular karena karya Joseph Fletcher pertengahan 1960-an, minta agar kita memperhatikan dengan serius implikasi-implikasi praktis dari pandangan etis kita. Konsekuensialisme tidak cukuplah kita melakukan yang baik; mestinya kita tahu juga perbuatan paling baik di antara semua perbuatan baik yang mungkin (Sajid Darmadipura, 2005:35). Dr Abel memberikan defenisi bioetika adalah studi interdisipliner tentang masalah-masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran, baik pada skala mikro maupun makro, serta tentang dampak atas masyarakat luas dan sistem nilainya, kini dan di masa yang akan datang. Sejak tahun 1970, bioetika mempelajari tingkah laku manusia dalam lingkup ilmu pengetahuan yang terkait erat dengan kehidupan manusia. Salah seorang yang menggunakan istilah bioetika dalam publikasi adalah peneliti kanker Van Rensellaer Potter dalam bukunya “Bioethics, Bridge to the Future” yang diterbitkan pada tahun 1971. Setelah buku tersebut terpublikasi banyak yang menyusul publikasi tentang bioetika. Telah berdiri juga beberapa lembaga pengkajian bioetika yang terkemuka di Amerika, Eropa, Jepang, dan tempat- tempat lain. Hasting Center adalah institute di Hastings-on Hudson, Negara
  • 7. 7 bagian New York, yang untuk pertama kali meneliti masalah-masalah bioetika. Juga di Indonesia sudah ada Komisi Bioetika Nasional sejak 17 September 2004. Pada 1977 filsuf Amerika, Samuel Gorovitz, mendefenisikan bioetika adalah penyelidikan kritis tentang dimensi-dimensi moral dari pengambilan keputusan dalam konteks berkaitan dengan kesehatan dan dalam konteks yang melibatkan ilmu-ilmu biologis (Sajid Darmadipura, 2005:35). B. Kultur Jaringan Pada Tumbuhan Kultur jaringan bila diartikan ke dalam Bahasa Jerman disebut Gewebe Kultur, dalam Bahasa Inggris disebut Tissue Culture, dalam Bahasa Belanda disebut weefsel kweek atau weefsel cultuur. Kultur jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atauorgan yang serba steril, dalam botolkultur yang sterildan dalam kondisi yang aseptic, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap. Usaha memperoleh suatu individu baru dari satu sel atau jaringan dikenal sebagai kultur sel atau kultur jaringan. Menurut Suryowinoto (1991), kultur jaringan dalam bahasa asing disebut tissue culture. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Jadi, kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang memiliki sifat seperti induknya. Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Kultur jaringan termasuk jenis perkembangbiakan vegetatif yang prinsip dasarnya sama dengan menyetek. Bagian tanaman yang akan dikultur (eksplan) dapat diambil dari akar, pucuk, bunga, meristem, serbuk sari. Tahapan tahapan kultur jaringan tumbuhan 1. Pembuatan media 2. Inisiasi 3. Sterilisasi
  • 8. 8 4. Multiplikasi 5. Pengakaran 6. Aklimatisasi 1. Pembuatan media Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. 2. Inisiasi Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur, 3. Sterilisasi Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga harus steril. 4. Multiplikasi Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi yang telah ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu kamar.
  • 9. 9 5. Pengakaran Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau biru (disebabkan jamur) atau busuk (disebabkan bakteri). 6. Aklimatasi Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar. Salah satu contohnya yaitu kultur jaringan tanaman pisang. Tumbuhan pisang dapat dengan mudah dikulturkan dengan cara : Kultur kalus Kultur tunas → lebih mudah propagasi Kelebihan :  Bebas patogen tertentu kecuali penyakit virus : BBTV dan mosaic  Relatif seragam Kelemahan :  Kurang tahan penyakit karena terbiasa diperlakukan penuh nutrisi.
  • 10. 10 Eksplan Syarat-syarat eksplan yang baik:  Berasal dari induk yang sehat dan subur.  Berasal dari induk yang diketahui jenisnya  Tempat tumbuh pada lingkungan yang baik.  Ukuran tunas optimal sekitar 5 cm tingginya (biasanya ukuran tunas yang bisa dipakai sebagai eksplan adalah tunas yang berukuran antara 5 – 10 cm), bukan tunas yang baru tumbuh atau yang sudah kelewat besar.  Untuk pisang kapok sering tunas perlu digali lebih dalam dari dalam tanah.  Untuk pisang jenis lain baiknya tunas yang kelihatan dari tanah  Tunas langsung diproses sesegar mungkin dan bila terpaksa jangan dimasukkan ke dalam kulkas. Sterilisasi eksplan Tunas hidup di atas tanah sering banyak tanah yang melekat perlu dibersihkan hal ini karena pada eksplan tunas pisang mengandung bakteri internal seperti Pseudomonas dan Erwinia. . Tahapan sterilisasi eksplan :  Tunas dibersihkan dari sisik dan kulit luar satu lapis.  Tunas dicuci dan disikat dengan sabun sampai bersih kemudian ditiriskan.  Tunas diperkecil dengan dikupas seludangnya sampai berbentuk seperti kerucut di atas kubus ukuran 2 x 2 cm persegi.  Tunas dimasukkan ke dalam gelas piala bersih dan disterilisasi dengan kloroks 0,5 % selama 5 menit.
  • 11. 11  Bila perlu sterilisasi dapat juga dilakukan dengan sublimat 0,1 % selama 2 menit kemudian dicuci dengan air steril.  Pekerjaan no 1 sampai dengan no 5 dapat dilakukan di ruang terbuka.  Tunas diperkecil lagi setengahnya di dalam laminar air flow. Dan langsung disterilisasi dalam 0,5 % kloroks yang mengandung 0,5 / liter vitamin C selama 5 menit.  Selain cara di atas ada cara yang lain lagi dimana langkah pertama dan kedua sama seperti di atas.  Kemudian setelah tunas dibersihkan dari sisik dan kulit luar satu lapis, kemudian tunas direndam dalam larutan formalin 30 % ( setara dengan 10 % formaldehid ) selama 10 menit.  Setelah itu pelepah paling luar dibuang lagi satu lapis lalu tunas direndam lagi dalam larutan agrimycin 5 gram/ liter selama 12 jam.  Setelah 12 jam perendaman, tunas dicuci untuk menghilangkan sisa-sisa bakterisida. Setelah itu lalu dimasukkan dalam larutan kloroks / bayclin 50 % dan dibiarkan selama 15 menit.  Kemudian setelah itu dimasukkan ke dalam laminar air flow cabinet, pelepah tunas dibuka lagi sebanyak 1 – 2 lapis dan kemudian direndam ke dalam larutan kloroks 20 % selama 10 menit.  Setelah dibilas dengan air steril, tunas direndam ke dalam larutan betadine 20 % selama 10 menit. Ukuran terakhir tunas +/- 1 – 2 cm.  Sterilisasi eksplan di dalam laminar air flow  Kemudian setelah proses sterilisasi eksplan selesai dilakukan eksplan ditiriskan di atas cawan petri beralaskan kertas saring steril. Eksplan siap di tanam dalam medium.  Eksplan yang siap ditanam
  • 12. 12 Medium kultur jaringan pisang Medium kultur jaringan pisang pada dasarnya adalah medium MS dengan modifikasi vitamin dan hormon. Unsur makro dan mikro sama, dengan sedikit perbedaan yaitu sukrosa 30 gram diganti dengan D-glukosa atau dektrosa ( teknis atau p.a. ). Menurut pengalaman penggantian ini menyebabkan pertumbuhan lebih cepat.  Vitamin  Biotin : 0,05 ppm  Myo inositol : 1 ppm  Thiamin : 0,4 ppm  Piridoksin : 4 ppm  Ascorbic acid : 5 – 50 ppm  Dextrosa : 30 gram Medium :  P1 : ½ MS + Vitamin + 5 – 7 ppm BA + 100 ml air kelapa  P2 : MS + Vitamin + 5 – 7 ppm BA + 100 ml air kelapa  P3 : MS + Vitamin + 2 ppm IBA / IAA + 0,1 kinetin + 100 ml air kelapa Keterangan :  P1 : medium inisiasi tunas  P2 : medium perbanyakan tunas  P3 : medium perakaran
  • 13. 13 Untuk tiap jenis pisang susunan medium dapat diubah sesuai kebutuhan. Pisang yang pertumbuhannya subur seperti Kapok memerlukan BA yang lebih banyak, dan auksin yang lebih rendah. Tahapan penanaman : Inisiasi Tunas  Tunas yang sudah siap tanam dimasukkan ke dalam medium P1 (medium inisiasi tunas)  Eksplan dalam medium inisiasi tunas  Inkubasikan selama 2 minggu sampai terlihat warna kehijauan di eksplannya.  Kupas lagi eksplannya dengan cara aseptis sampai berukuran ½ nya. Tanam kembali sampai terlihat hijau lagi dan itu artinya eksplan hidup.  Eksplan berubah warna menjadi kehijauan.  Belah eksplan menjadi dua bagian dan kemudian diletakkan titik tumbuhnya menempel pada medium. Tunggu sampai muncul tunas kecil dan berwarna putih seukuran 2 – 3 mm.  Sebagai catatan proses terjadinya multiplikasi tunas yang pertama biasanya terjadi antara minggu ke 8 – 12. Dan setelah terjadi multiplikasi tunas ini baru bisa dilakukan subkultur. Perbanyakan tunas  Tunas yang tumbuh dipotong dan dipindahkan ( disubkultur ) ke medium P1 ( medium inisiasi tunas ) lagi dengan hati-hati, jangan sampai rusak.  Tunas yang sudah tumbuh banyak harus sering dipecah dan dipindahkan ( disubkultur ) ke medium P1 ( medium inisiasi tunas ) lagi.  Tunas yang cukup besar, besarnya seragam dan mulai mengalami differensiasi organ lain yaitu daun dipindahkan ( disubkulturkan ) ke P2 (
  • 14. 14 medium perbanyakan tunas ), satu atau dua kali sesuai kebutuhan. Tunas kecil dipindahkan ( disubkultur ) ke medium P1 lagi. Perakaran Tanaman kecil ( planlet ) dalam P2 ( medium perbanyakan tunas ) dipilih yang seragam kemudian dipindahkan ( disubkultur ) medium P3 ( medium perakaran ) untuk bisa melakukan proses perakaran. Bila planlet sudah berdaun 4 – 5 helai daun berarti sudah siap keluar untuk dilakukan aklimatisasi. C. Dampak Positif dan Negatif Kultur Jaringan Tumbuhan 1. Dampak Positif  Bibit yang dihasilkan seragam  Bibit yang dihasilkan bebas penyakit (menggunakan organ tertentu)  Biaya pengangkutan bibit relatif lebih murah dan mudah  Dalam proses pembibitan bebas dari gangguan hama, penyakit, dan deraan lingkungan lainnya  Dapat dilakukan dengan dalam ruangan yang relatif sempit  Sifat identik dengan induk  Dapat diperoleh sifat-sifat yang dikehendak 2. Dampak Negatif  Bibit yang dihasilkan mempunyai perakaran yang tidak kuat  Mempersempit lapangan kerja pembibitan secara konvensional  Hanya mampu dilakukan oleh orang-orang tertentu, karena memerlukan keahlian khusus
  • 15. 15 D. Bioetika Kultur Jaringan Pada Tumbuhan Biologi adalah ilmu pengetahuan yang paling lekat dengan manusia dalam alam lingkungan kehidupannya. Pada akhir decade 1990-an Olson mengangkat topik-topik genetika, keragaman hayati, ilmu syaraf (neuroscience), evolusi serta moral dan etika dalam bahasannya mengenai masa depan perkembangan ilmu hayati dan sekaligus merupakan strategi masa depan bagi pengembangannya. Objek kajian hayati/biologis meliputi klasifikasi dan sistematik, morfologi atau struktur, fisiologi atau operasional hidup, anatomi dan sitologi atau struktur mikroskopik, proses yang khas seperti pertumbuhan dan aspek metabolisme serta kajian aspek aplikasi hayati/biologi seperti rekayasa genetika, transgenik/cloning, kultur jaringan, breeding, hibridisasi dan rekayasa hayati lainnya. Pengaplikasian mengenai bioetika sudah menjadi keharusan bagi ilmuwan- peneliti yang ada di ilmu hayat ini dan etika keilmuan sudah lebih lama dikenal di Indonesia ini. Bioetika diartikan tidak lain sebagai pedoman aktivitas biologiwan atau ahli-ahli biologi di dalam melakukan pekerjaannya sehingga tidak menimbulkan efek negatif bagi kehidupan. Akal merupakan faktor utama dalam proses mendapatkan ilmu. Faktor akal ini yang membedakan manusia dari hewan, maka dapat diterima dalam menemukan ilmu biologi Islam, penggunaan panca indera yang sehat dan akal yang sehat untuk memahami kebenaran hakekat dari fenomena hayati organisme tumbuhan dan hewan/manusia yang hidup. Saintis/biologiwan mencari hakekat atau realitas dibalik alam fenomenal yang lahir yang mampu merangkum berbagai performens hayati. Akan tetapi pencarian ilmu biologis kurang atau sedikit sekali menggunakan daya ilhami, karena ontologi biologi yang mensifatkan demikian, yang berbeda dengan sains sosial atau psikologi. Fenomena biologi umumnya bersifat fisik yang mudah ditangkap oleh indera. Oleh karena itu biologiwan sedikit mendapat penjelasan secara ilhami. Meskipun demikian , dalam perjalanannya sering kita dengar berita
  • 16. 16 dari para penemu sains terjadinya “lucky discovery”. Penemuan yang muncul tiba-tiba. Ilham/intuisi yang mengakhiri kemandegan saintis dalam pencarian ilmunya. Dalam skala nasional, sudah dibentuk undang-undang yang berkaitan dengan Kloning gen tumbuhan atau nama lain Kultur Jaringan dalam UU No. 18/2002 Tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan IPTEK (RPP Peneltian Berisiko Tinggi). Disebutkan pada pasal 22 yang berbunyi: 1) Pemerintah menjamin kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara serta keseimbangan tata kehidupan manusia dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup. 2) Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pemerintah mengatur perizinan bagi pelaksanaan kegiatan penelitian, pengembangan, dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berisiko tinggi dan berbahaya dengan memperhatikan standar nasional dan ketentuan yang berlaku secara internasional. E. Kajian Dampak Ekonomi-Sosial Kultur Jaringan kajian mengenai dampak sosial-ekonomi Kultur jaringan Tumbuhan memiliki keterkaitan dengan sejumlah alasan/nilai-nilai penting, antara lain tanggung jawab sosial para ilmuwan yang mengembangkan teknik kultur jaringan tumbuhan harus memperkenalkan ke masyarakat serta diperhatikan pula tanggung jawab moral dan etika akan dampak-dampak yang ditimbulkan dari produk yang dihasilkan oleh kultur jaringan tumbuhan, termasuk potensi dampak sosial- ekonominya. Tanggung jawab antar generasi tujuannya adalah kultur jaringan tumbuhan harus memiliki sifat pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, tujuan ini terkait dengan tanggung jawab antar generasi dari para pengembang teknologi tersebut dan para pembuatan kebijakan pemerintah. Dari segi social, kultur jaringan ini diharapkan tidak menjadi penghambat diversitas yang lain. Sehingga keberadaannya tetap ada sejalan dengan
  • 17. 17 perkembangan diversitas khususnya tumbuhan yang lain. Dampak apabila kultur jaringan ini merusak diversitas lain maka yang terjadi tumbuhan hanya bergantung pada orang yang memiliki keilmuwan kultur jaringan dan tidak dapat bersaing guna memperkaya keanekaragaman tumbuhan. Hal ini akan berdampak pada ekonomi masyarakat, bila salah satu produk kultur jaringan dianggap berhasil, masyarakat akan berantusias untuk membudidayakan dan menjual produk tersebut. Dan bila semakin banyak orang yang menjual produk tersebut akan berakibat pada bertemunya titik jenuh masyarakat terhadap hasil kultur jaringan. Untuk itu ilmuwan diharapkan untuk mempertajam dan mengasah kemampuannya guna menemukan bahkan menciptakan suatu produk kultur jaringan yang baru selama hal tersebut masih didalam batas kewajaran dan norma yang berlaku. F. Pertimbangan Etika dan Agama Studi tentang hubungan antara agama dan sains secara tradisional diasumsikan bahwa setiap konflik yang terjadi semata-mata didasarkan pada epistemologi dari esensi agama itu sendiri. Oleh karena itu, pertimbangan setiap agama terhadap kultur jaringan tumbuhan memiliki kebijakan sendiri. Seperti pada kultur jaringan pisang, dimana sisi etika dan agama diperbolehkan karena teknik ini bertujuan memperbanyak jumlah spesies meski dengan campur tangan manusia. Sedangkan dari segi etika, hal ini juga disahkan selama tidak memiliki tujuan diluar akal pikiran manusia.
  • 18. 18 BAB III PENUTUP Dari pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa, aksiologi adalah kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang memiliki sifat seperti induknya. Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, sehingga dapat membantu perekonomian masyarakat dan dari segi moral dan agama teknik kultur jaringan diperbolehkan selama tidak merugikan orang lain dan menguntungkan bagi masyarakat.
  • 19. 19 DAFTAR PUSTAKA Arya. 2013. Aksiologi Pengetahuan. (Online) http://arya0809.wordpress.com/2013/01/10/aksiologi-pengetahuan/. Diakses tanggal 01 Oktober 2014. Kattsoff, Louis.2004. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana. Magnis-suseno.1987. Etika Dasar. Yogyakarta: Kanisius. Magnis-suseno.1997. 13 Tokoh Etika. Yogyakarta: Kanisius. Octaria, Dina. 2012. Aksiologi Pengetahuan. (Online) http://dinaoctaria.wordpress.com/2012/10/14/aksiologi-pengetahuan/. Diakses pada 01 Oktober 2014. Pidarta, Made. 2009. Landasan Kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Suriasumantri, Jujun S. 2007. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Zubair, Achmad Charris.1997. Etika Rekayasa Menurut Konsep Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.