4. Bahan :
1.Foto/gambar/video dari gudang yang diamati.
2.Foto/gambar komoditas pascapanen yang disimpan.
Cara Kerja :
1.Dilakukan pengamatan dari gudang penyimpanan dan
didokumentasikan dalam bentuk gambar/foto/video.
2.Diperhatikan, dipelajari, dan dilakukan analisis dengan
seksama terhadap cara penyimpanan komoditas
pasca panen dan produk yang rusak.
3.Praktikum dilakukan dengan metode wawancara di
lingkungan sekitar tempat tinggal.
METODE PENGAMATAN
5. Penanganan produk pertanian pada fase pasca panen menurut beberapa
penelitian menunjukkan bahwa proses dan cara penyimpanan padi/beras dapat
merubah sifat fisik dan komposisi kimia beras yang berdampak pada mutu
giling, mutu tanah, mutu rasa, mutu gizi, dan nilai komersial.
Faktor yang perlu diperhatikan dalam menyimpan bahan hasil pertanian
menurut Sukamandi (2015) antara lain adalah faktor fisik (lingkungan :
temperatur, kelembaban relatif ruang simpan), faktor kimia (aktivitas air,
komposisi kimia biji, proses oksidasi), faktor fisiologis (respirasi, transpirasi) dan
faktor pengemasan.
PENDAHULUAN
7. HASILPENGAMATAN
Gambar 1. Gabah yang masih
berada di luar gudang
(Sumber : dokumentasi pribadi)
penyimpanan.
(Sumber : dokumentasi pribadi)
Gambar 2. Tampak depan gudang Gambar 3. Tampak dalam gudang
penyimpanan
(Sumber : dokumentasi pribadi)
8. HASILPENGAMATAN
Gambar 4. Bagian dalam langit-
langit gudang (tidak ada ventilasi)
(Sumber : dokumentasi pribadi)
Gambar 5. Bagian dalam langit-
langit gudang (tidak ada ventilasi
dan penerangan).
(Sumber : dokumentasi pribadi)
Gambar 6. Gabah
didalam karung plastik
langsung menempel
tembok
(Sumber : dokumentasi
pribadi)
10. Adanya serangan tikus yang
memakan gabah dan merusak
karung penyimpanan.
Menurunnya kualitas dan kuantitas
dari gabah yang layak giling akibat
kontaminasi dari tikus dan kecoak
(pembawa fektor penyakit)
Di musim penghujan gabah
berjamur dan tumbuh
(menjadi media persebaran
penyakit).
Kendala Penyebab
Pada gudang tersebut terdapat
banyak tumpukan barang bekas yang
tidak tertata. Menjadi tempat
persembunyian bagi tikus dan kecoa.
Gudang Ibu Sri tidak memenuhi
standar (hanya terdapat satu
ventilasi kecil dan tidak ada sumber
penerangan menyebabkan gudang
tersebut gelap).
Peletakan karung gabah
langsung menyentuh tanah
dan tembok
11. Menurut Dedi et al. (2012) dalam Khoirunnisa
(2019) meskipun buta warna, tikus cukup peka
terhadap cahaya dan mampu mengenali bentuk
dari benda-benda tertentu pada keadaan gelap
(indra yang tajam).
Tikus dapat mengenali jenis-jenis pakan dengan
indra penciumannya.
Tikus akan mencari tempat berlindung yang
dapat mendukung kebutuhan pangan, air, dan
aman dari serangan predator lain.
Kondisi ideal bagi tikus untuk hidup adalah
pada keadaan suhu rendah, kelembaban tinggi
(>60%), dan pada gelombang cahaya pada
kisaran 1.200-2.500 Angstrom.
Gambar 7. Tikus yang hidup di
selokan
(Sumber : wikipedia.org)
12. Kecoa tidak secara langsung merusak bentuk
dari gabah, melainkan kecoa dapat menurunkan
kualitas gabah dan beras melalui kontaminasi.
Kecoa dapat dikategorikan sebagai hama
gudang dikarenakan kotor, menjijikkan,
menimbulkan bau, vektor penyakit, dan
menyebabkan alergi pada manusia.
Menurut Arifah et al. (2016) kecoa Periplaneta
americana
kelembaban
dapat
60-75%.
hidup
Kecoa
pada
amerika
kondisi
butuh
kelembaban relatif lingkungan di atas 50%
untuk dapat tumbuh dan berkembang hingga
imago.
Gambar 7. Kecoa di alam bebas
(Sumber : wikipedia.org)
14. 1.Dapat mempertahankan kadar air 14% bagi komoditas biji-
bijian.
2.Kantong beras tidak langsung diletakkan di atas lantai.
Melainkan perlu diletakkan di atas alas dengan ketebalan
20cm dari permukaan lantai (Gambar 1 dan 2).
3.Semakin lama komoditas biji-bijian diperlukan, maka kadar
air yang dibutuhkan juga semakin rendah.
4.Gabah dan padi yang disimpan pada kadar air di atas 14%
dapat menyebabkan tumbuhnya jamur, cepat kehilangan
viabilitas, dan penurunan kualitas.
5.Jika kadar air gabah/padi dalam kantong tinggi, maka
kantong perlu dibuka untuk mengeluarkan uap dan panas
yang berasal dari proses respirasi.
6.Ventilasi udara diperlukan untuk mencegah kelembaban dari
lantai maupun tanah hingga mencapai tempat penyimpanan
kantong beras (Gambar 3).
7. Komoditas biji-bijian harus terlindungi dari air atau sumber
air lain (air hujan) (La’ava, 2015).
Gambar 2. Gudang besar
(Sumber : Greig & Reeves
(1985)).
Gambar 3. Tata letak
karung, ruang kosong,
ventilasi, dan alas balok
(Sumber : Greig & Reeves (1985)).
Gambar 1. Alas balok dalam gudang
(Sumber : La’ava (2015)).
15. BangunanPenyimpananTradisional
danModeren
Pembangunan gudang penyimpanan moderen
menurut FAO dibangun dengan rangka dinding balok
(beton), rangka atap (logam/aluminium),
penutup/atap (besi bergelombang galvanis), dan luas
lantai ±600 m2 dengan lebar 15 m dan panjang 40 m.
moderen biasanya ditujukan
komersial (untuk penyimpanan
untuk
jangka
Gudang
bangunan
panjang).
Gudang kecil (tradisional) biasanya dibangun dengan
bahan yang ada di sekitar sperti balok lumpur dan
kayu (cocok untuk penyimpanan jangka pendek).
Gudang modern memiliki alat pengukur suhu dan
kelembaban, (mempermudah pengawasan).
Gambar 4 Gudang tradisional
(Sumber gambar : FAO).
Gambar 5. Gudang modern
(Sumber gambar : FAO).
16. hama dapat
Pengendalian serangga dan hewan pengerat pada gudang
juga perlu diperhatikan untuk menjaga kualitas dan kuantitas
gabah/beras. Hal ini dapat dilakukan dengan cara antara lain :
1.Menyemprotkan pestisida dengan dosis anjuran di lubang
pintu, atap, dan tempat lain dimana
kemungkinan masuk.
2.Memperbaiki retakan pada dinding
3.Merawat bangunan dan produk dari hama
4.Menjaga kebersihan gudang (Gambar 6).
Gambar 6. Penyusunan karung gabah/ beras
5.Menghilangkan dan menghancurkan residu terinfeksi
yang mungkin dapat mengkontaminasi.
6.Peletakkan karung yang tepat, karung biasanya ditumpuk
dalam 3,5,maupun 8 lapis (Gambar 5).
(Greig & Reeves, 1985).
Gambar 7. Menjaga kebersihan gudang
18. Menjaga kebersihan dari lingkungan (gudang)
dengan memisahkan lumbung gabah/padi dengan
gudang barang.
Menyimpan gabah tidak langsung menyentuh
tanah (melainkan diatas balok)
Menambahkan lubang vemtilasi untuk mengurangi
kelembaban tinggi.
Menambahkan pencahayaan (lampu) pada gudang
penyimpanan (karena tikus dan kecoak aktif di
malam hari atau menyukai tempat gelap).
Penyemprotan pestisida sesuai anjuran pada
lubang-lubang (celah masuk hama)
(Greig & Reeves, 1985).
19. Penyimpanan gabah pada jangka waktu tertentu dipengaruhi oleh banyak
faktor seperti faktor fisik, faktor kimia, faktor fisiologis, dan faktor
pengemasan. Kerusakan komoditas gabah pasca panen mayoritas
disebabkan oleh serangan hama tikus yang menyebabkan gabah rusak dan
kualitasnya menurun. Kecoak merupakan hama yang secara tidak langsung
dapat merusak kualitas dan kuantitas produksi gabah akibat sifatnya
sebagai vektor penyakit. Kadar air komoditas pascapanen bagi gabah
tergantung pada lama penyimpanannya yaitu, kurang dari 8 bulan (14-
18%), 8-12 bulan (12-13%) dan lebih dari 1 tahun (<9%).
KESIMPULAN
20. Arifah, G. A., R. Hestiningsih, & R. Rahadian. 2016. Preferensi kecoa amerika Periplaneta
americana (L.) (Blattaria : Blattidae) terhadap Baiting Gel. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-
Journal). 4(4) : 289-298.
Greig, D.J. & M. Reeves. 1985. Prevention of post-harvest food losses: a training manual.
Food And Agriculture Organization Of The United Nations, Rome.
Khoirunnisa, Rizka. 2019. Perbedaan jumlah tikus yang tertarik umpan antara cara
pengumpanan kombinasi dengan pengumpanan non kombinasi. Skripsi. Fakultas Ilmu
Keolahragaan (Ilmu Kesehatan Masyarakat). Universitas Negeri Semarang, Semarang.
La'ava, V. P. 2015. Handbook on Rice Post-Harvest Techniques. Department of
Agriculture & Livestock (NDAL) and Japan International Cooperation Agency (JICA),
Papua New Guinea.
Sukamandi. 2015. Prosiding Seminar Nasional : Temu Teknologi Padi, Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi, Jakarta.
DAFTARPUSTAKA