SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
Download to read offline
Rekayasa Sabut Kelapa dan Serbuk Gergaji Kayu Pinus
sebagai Papan Partikel Bahan Bangunan
Miftakhul Khoiri
Hanni Elitasari Mahaputri, S.T., M.T.
Drs. Pribadi, S.T., M.T.
Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan
Fakultas Teknik Universitas Negeri malang
Abstrak
Kebutuhan kayu di Indonesia semakin meningkat sehingga menyebabkan potensi
hutan berkurang. Dengan berkurangnya hasil hutan, terutama kayu untuk bahan
bangunan, menuntut penggunaan kayu secara tepat guna, serta pengembangan
produk-produk inovatif dan kreatif sebagai bahan pengganti kayu, salah satu
contohnya adalah papan partikel. Salah satunya adalah papan partikel yang
dibentuk dari limbah gergaji kayu dan sabut kelapa. Sabut kelapa memiliki sifat
tahan terhadap jamur dan hama serta tidak dihuni oleh rayap dan tikus. Sifat fisik
papan partikel adalah kerapatan, kadar air, daya serap air dan pengembangan
tebal, karena sifat-sifat fisik tersebut salah satu penentu kualitas papan partikel.
Dari latar belakang tersebut dapat disimpulkan tujuan penelitian ini adalah Untuk
mengetahui kualitas papan partikel yang dibentuk dari serbuk gergaji kayu pinus
dan sabut kelapa berdasarkan : (1) kerapatan (2) kadar air, dan daya serap air (3)
pengembangan tebal papan partikel.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dan analisis yang digunakan
adalah analisis rata-rata hasil pengujian.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah (1) papan partikel tipe B (35%)
memiliki kualitas sesuai SNI dan menghasilkan nilai tertingggi (0,58 g/cm3
);
daya serap air yang rendah (74,69%) dan untuk tipe yang lain daya serap air diatas
standar 20-75%; dan pengembangan tebal yang rendah (6,00%) sesuai SNI. Papan
partikel tipe X (0%) atau tanpa campuran sabut kelapa menghasilkan kadar air
yang terendah yaitu 12,37%; (2) kualitas fisik papan partikel berbanding lurus
dengan kerapatan dan berbanding terbalik dengan kadar air, pengembangan tebal
dan daya serap air, maka kerapatan semakin besar maka papan partikel semakin
baik dan semakin kecil kadar air, pengembangan tebal dan daya serap air maka
papan partikel semakin baik; (3) papan partikel berkerapatan sedang sehingga
cocok digunakan untuk meja, almari, rak buku dan sebagainya.
Kata kunci : Sabut kelapa, serbuk gergaji kayu pinus, papan partikel, sifat fisik
Papan partikel (particle board) merupakan produk panil yang dihasilkan
dari pemampatan partikel-partikel kayu dan diikat dengan suatu perekat. Bentuk
papan partikel umumnya datar dengan ukuran yang panjang, lebar dan tipis
sehingga disebut juga panil. Partikel-partikel kayu tersebut merupakan limbah dari
pabrik pengolahan kayu, pabrik pengolahan kayu masih menghasilkan limbah
yang sangat besar, bentuk dari partikel kayu terdiri dari serpih kayu, pasahan
kayu, tatal, serbuk gergaji, dan masih banyak lagi. Papan partikel dapat berperan
sebagai pengganti kayu untuk perabot rumah tangga dan bahan bangunan.
Salah satu alternatif yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan kayu dan
pemanfaatan limbah serbuk gergaji kayu pinus adalah dengan membuat kayu
buatan yang berbentuk papan partikel. Selain memanfaatkan bahan limbah serbuk
gergaji kayu pinus, papan pertikel juga dapat dibuat dengan berbagai campuran,
salah satunya dengan limbah hasil perkebunan kelapa, yaitu sabut kelapa. Kelapa,
seluruh bagian dari tumbuhan yang satu ini bisa dipergunakan menjadi barang
yang bermanfaat, mulai dari bagian akar, hingga daunnya telah menghasilkan
beragam jenis produk, seperti bahan bangunan, furnitur, perabot rumah tangga,
makanan dan minuman. Semua komponen buah kelapa tersebut bermanfaat dan
bernilai komersil (Kholis Dinul, 2007).
Indonesia merupakan negara kepulauan yang panjang garis pantainya
mencapai 81.000 kilometer sekitar 3,8 juta ha yang lahannya sebagian besar
dipergunakan sebagai perkebunan pohon kelapa tradisional, dari lahan perkebunan
tersebut, seluas itu 3,6 juta ha diantaranya adalah kebun milik rakyat. Indonesia
memiliki areal perkebunan kelapa terluas di dunia. Sampai Tahun 2000, luas areal
perkebunan kelapa di Indonesia terus menunjukkan peningkatan. Luas areal
perkebunan kelapa Indonesia mencapai 3.113.000 ha pada Tahun 1986, 3.334.000
ha pada Tahun 1990, dan 3.922.000 ha pada Tahun 2000 (Deptan, 2004). Daerah-
daerah sentra produksi kelapa di Indonesia meliputi Sumatra, Jawa, Sulawesi,
Maluku, dan Nusa Tenggara Timur. Dari total luasan perkebunan kelapa di
Indonesia, 97.4% dikelola oleh 3.1 juta petani kecil, 2.1% oleh perusahaan swasta,
dan 0.5% dikelola oleh perusahaan negara (Sugeng Triyono dan Agus Haryanto,
2009:56).
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wawan Kartiwa
Haroen, Ligia Santosa dan Maman Supratman (2006:33) tentang Pemanfaatan
Limbah Padat Berserat Kertas Sebagai bahan Pembuat Partisi di IKM dalam
jurnalnya menarik kesimpulan bahwa pemanfaatan limbah padat berserat dari
industri kertas dicampur dengan limbah pengikat seperti semen dan lem kayu.
Komposisi limbah padat adalah dari 40% dan 60% dicampur dengan sabut kelapa
5-10%, ditambah bahan penguat 35- 50% berupa semen atau lem kayu untuk
papan partisi. Hasil percobaan menunjukkan bahwa hasil terbaik dapat dicapai
dengan komposisi campuran limbah padat 40%, lem kayu 50% dan sabut kelapa
10%. Pada kondisi ini lembaran partisi memiliki daya serap yang rendah dan kuat
lentur yang tinggi. Dari kesimpulan hasil penelitian tersebut, sabut kelapa
memiliki sifat daya serap yang tinggi terhadap air.
Selain dari penelitian diatas, masih ada penelitian lain yang berkaitan
dengan papan partikel dengan bahan sabut kelapa. Dari penelitian-penelitian
terdahulu persentase sabut kelapa yang digunakan untuk papan partikel kurang
dari 20%, sedangkan dalam penelitian ini direncanakan menggunakan persentase
sabut kelapa lebih dari 20%. Oleh karena itu perlu diadakan penelitian rekayasa
papan partikel yang dibuat dengan beberapa komposisi antara serbuk gergaji kayu
pinus dengan sabut kelapa dan menggunakan perekat Urea Formaldehida dengan
proporsi campuran tertentu. Berdasarkan hal tersebut maka penulis melakukan
penelitian Rekayasa Sabut Kelapa dan Serbuk Gergaji Kayu Pinus sebagai Papan
Partikel Bahan Bangunan.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas diperoleh rumusan masalah
sebagai berikut: bagaimanakah kualitas papan partikel yang dibentuk dari sabut
kelapa dan serbuk gergaji kayu pinus berdasarkan (1) kerapatan papan partikel,
(2) kadar air, dan (3) pengembangan tebal dan daya serap air. Penenitian ini
memiliki tujuan sebagai berikut: untuk mengetahui kualitas papan partikel yang
dibentuk dari Serbuk gergaji kayu pinus dan sabut kelapa berdasarkan (1)
kerapatan papan partikel, (2) kadar air, dan (3) pengembangan tebal papan partikel
dan daya serap air papan partikel.
Papan partikel menurut Departemen Pekerjaan Umum (1982:83, dalam
Titan 2008) mendefinisikan papan partikel adalah “papan tiruan yang dibuat dari
partikel (serpih) kayu atau bahan selulosa lainnya yang diikat dengan perekat
organik dengan atau tanpa bahan pembantu lainnya melalui proses tekan panas”.
Sedangkan dalam ASTM disebutkan bahwa papan partikel merupakan istilah
umum dari sebuah papan campuran dengan bahan utamanya terdiri dari bahan
komposit, yang biasanya terdiri atas potongan atau butiran partikel dari bahan
serat yang terikat bersama dengan sistem pengikat dan itu boleh berisi aditif
(Standart ASTM, 2003).
Dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) tahun 2006 menyebutkan bahwa
sifat fisika papan partikel yang diuji ada 3 macam yaitu: (1) kerapatan, (2) kadar
air, dan (3) pengembangan tebal. Sedangkan untuk sifat mekanis papan partikel
ada 4 yaitu: (1) Keteguhan lentur minimum, (2) Modulus elastisitas lentur (kering)
minimum, (3) Keteguhan tarik tegak lurus permukaan minimum, (4) Keteguhan
cabut sekrup minimum.
Tabel 1 Sifat Fisik Papan Partikel Menurut SNI
No Uraian Sifat Satuan Besaran
Sifat fisika
1 Kerapatan g/cm3
0,4 - 09
2 Kadar air % 14
3 Pengembangan tebal
- Tebal < 12,5mm
- Tebal > 12,5mm
- Papan partikel biasa
% *
25
20
12
Keterangan: *
= setelah perendaman 24 jam
(Sumber: SNI, 03-2105-2006:5)
Menurut Dumanauw (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi mutu papan
partikel: (1) berat jenis kayu, (2) zat ekstraktif kayu, (3) jenis kayu, (4) campuran
jenis kayu, (5) ukuran partikel, (6) perekat, dan (7) pengolahan/proses pembuatan.
Sedangkan menurut Sutigno, Paribroto (2006) mutu papan partikel dapat
digolongkan meliputi cacat, ukuran, sifat fisik, sifat mekanik, dan sifat kimia.
Dalam standar papan partikel yang dikeluarkan oleh beberapa negara masih
mungkin terjadi perbedaan dalam hal kriteria, cara pengujian, dan persyaratannya.
Mutu papan partikel tersebut meliputi: (1) cacat, (2) ukuran, (3) sifat fisik, terdiri
atas kerapatan, kadar air, pengembangan tebal dan daya serap air, (4) sifat
mekanis, terdiri atas keteguhan (kuat) lentur, keteguhan rekat internal (kuat tarik
tegak lurus permukaan), dan keteguhan (kuat) pegang skrup, dan (5) sifat kimia.
Tabel 2 Mutu Papan Partikel Menurut SNI
No Jenis cacat A B C D
1 Partikel kasar
dipermukaan
panel
Maksimum 10
buah, tidak
berkelompok
Maksimum 15
buah, tidak
berkelompok
Maksimum 20
buah, tidak
berkelompok
Maksimum 50
buah, tidak
berkelompok
2 Noda serbuk Maksimum
diameter
0,5cm, 1 buah
Maksimum
diameter 2,0
cm, 1 buah
Maksimum
diameter 4,0 cm, 2
buah
Maksimum
diameter 6,0 cm, 5
buah
3 Noda minyak Tidak ada Tidak ada Maksimum
diameter 1 cm, 1
buah
Maksimum
diameter 2 cm, 2
buah
4 Noda perekat Maksimum
diameter 1,0
cm, 1 buah
Maksimum
diameter 1,0
cm, 2 buah
Maksimum
diameter 2,0 cm, 2
buah
Maksimum
diameter 4,0 cm, 4
buah
5 Rusak tepi Tidak ada Tidak ada Maksimum lebar
5,0 mm, panjang
maks 100 mm
Maksimum lebar
10,0 mm, panjang
maks 200 mm
(Sumber: SNI, 03-2105-2006:5)
Dalam pembuatan sebuah papan partikel, bahan yang digunakan telah
dikelompokkan menjadi 2, yaitu (1) serpihan kayu, dibuat dari jenis-jenis kayu
lunak dengan menggunakan mesin khusus (pembuat serpih), (2) perekat, bahan
perekat tergantung pada jenis papan partikel yang akan dibuat.
Serbuk gergaji merupakan serbuk yang dihasilkan dari proses
penggergajian kayu. Serbuk gergaji kayu pinus merupakan bahan baku pada
pembuatan papan partikel dalam penelitian ini. Berkenaan dengan hal tesebut
Haygraan dan Bowyer (1989:529) memberikan pengertian bahwa serbuk gergaji
adalah limbah kayu yang dihasilkan oleh penggergajian kayu yang ada di pabrik
pemotongan kayu atau perusahaan mebel dan sejenisnya.
Kayu pinus disebut juga tusam, memiliki tekstur yang halus dan memiliki
bau khas terpentin. Struktur kayu pinus tidak berpori dengan parenkim melingkari
saluran dammar, memiliki berat jenis rata-rata 0,55 (antara 0,40-0,75), tergolong
sebagai kayu kelas kuat III dan kelas awet IV. Kayu pinus termasuk jenis kayu
mudah dipotong dan dibelah, tetapi sulit untuk digergaji dan diserut karena
banyak mengandung damar (Nuryawan, 2008).
Papan partikel mempunyai sifat fisik yang sangat dipengaruhi oleh kadar
air kayu pembentuk papan partikel. Menurut Dumanauw (1990), Kadar air yang
terdapat di dalam kayu terdiri atas dua macam, yaitu: Air bebas, yaitu air yang
terdapat pada rongga-rongga sel, paling mudah dan terdahulu keluar; Air terikat,
yaitu air yang berada pada dinding-dinding sel kayu dan sangat sulit untuk
dilepaskan..
Selain serbuk gergaji kayu pinus, penelitian ini menggunakan bahan sabut
kelapasabut kelapa terdiri atas (1) serat sabut (coir fibre) banyak digunakan
sebagai geotextil atau tali tambang yang digunakan untuk membuat teras di
sepanjang jalan raya atau untuk konservasi lahan-lahan kritis, (2) serbuk sabut
(dust) di gunakan untuk bahan papan isolator, gabus sintetik, atau media tanam.
Sebagai bahan yang berserat dan memiliki serbuk, serbuk sabut kelapa ini
dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku papan partikel yang merupakan salah satu
altematif pemanfaatan limbah perkebunan kelapa. Ciri khas serbuk sabut kelapa
ini adalah ringan, maka dalam penelitian ini dilakukan optimasi proses pembuatan
papan partikel dari serbuk sabut kelapa. Sedangkan untuk campurannya
menggunakan komposit adalah berupa serbuk gergaji kayu dan sabut kelapa.
Serat dalam papan partikel berfungsi sebagai penguat dari papan partikel
yaitu sebagai bahan yang dimaksudkan untuk memperkuat komposit, disamping
itu penggunaan serat juga mengurangi pemakaian resin sehingga akan diperoleh
suatu komposit yang lebih kuat, kokoh dan tangguh jika dibandingkan produk
bahan komposit yang tidak menggunakan serat penguat serta membentuk ikatan
yang kuat dengan perekat (E Tampubolon, 2009).
Perekat yang digunakan untuk pembuatan papan partikel adalah pada
bahan dari resin, dikelompokkan menjadi 3 yaitu: (a) papan partikel untuk perabot
rumah tangga menggunakan lem urea formaldehida,(b) papan partikel untuk
bangunan yang kedap udara menggunakan lem melamin resin dan, (c) papan
partikel yang kedap air menggunakan perekat lem fenol formaldehida. Untuk
penelitian ini menggunakan lem urea formaldehida tipe UA-125 produksi PT. PAI
Probolinggo. Selain bahan pengikat dari resin, semen ternyata juga dapat
digunakan sebagai bahan pengikat pada jenis papan partikel yang lain. Produk
papan partikel dengan pengikat semen (mineral) sangat cocok digunakan pada
negara berkembang, karena tidak memerlukan peralatan yang canggih dan
pengerjaannya hanya menggunakan proses kerja tangan yang sederhana.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kualitas papan partikel yang dibentuk dari pemanfaatan sabut
kelapa dan serbuk gergaji kayu pinus sebagai papan partikel bahan bangunan.
Oleh karena itu dalam rancangan penelitian ini dimuat semua rangkaian dalam
upaya mencapai tujuan penelitian yang dikehendaki, meliputi proses persiapan,
proses penelitian, dan proses pengambilan data.
Secara garis besar penelitian ini dapat dilihat pada diagram alir berikut ini.
Gambar 1 Diagram alir penelitian papan partikel (Sumber: Rancangan peneliti)
Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah papan partikel dengan
campuran serbuk gergajian kayu, sabut kelapa dengan menggunakan perekat urea
formaldehida dan hardener (pengeras) dengan prosentase 15%, dengan kerapatan
rencana = 0,6 gram/cm3
dan dimensi rencana = 40x40x1 cm sehingga berat
Pembuatan Desain Operasional
Proses pesiapan bahan dan alat
Proses pembuatan benda uji
Pengumpulan data hasil pengujian
Kesimpulan
Analisa data
Pembahasan
Pengujian papan partikel:
1) Kerapatan papan partikel,
2) Kadar air papan partikel,
3) Pengembangan tebal papan partikel,
4) Daya serap air papan partikel
Mulai
Selesai
Jika benda uji tidak
dapat diuji
rencana papan partikel dalam penelitian ini diperoleh dari perkalian kerapatan
rencana dengan volume rencana. Berat rencana yang diperoleh adalah 960 gram.
Tabel 4 Komposisi berat campuran bahan
No Campuran
Jumlah
sampel
(buah)
Sabut
kelapa
(gram)
Serbuk
kayu (gram)
Perekat
(gram)
Keterangan
1 A (30/55/15)* 5 288 528 144 Bahan
pengeras
(hardener)
NH4CL
disesuaikan %
bahan perekat
2 B (35/50/15)* 5 336 480 144
3 C (40/45/15)* 5 384 432 144
4 D (45/40/15)* 5 432 384 144
5
X (serbuk
gergaji)**
5
0
816
144
Keterangan tabel:
* (30/55/15) menunjukkan persentase perbandingan bahan, yaitu sabut kelapa, serbuk
gergaji kayu pinus, dan perekat Urea Formaldehida
** Untuk komposisi campuran X adalah komposisi yang banyak beredar di pasaran, karena
bahan baku yang dipakai adalah serbuk gergaji saja dan sebagai variabel kontrol.
Instrumen memegang peranan penting dalam upaya memperoleh informasi
atau data yang akurat. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini terdapat 3
(tiga) tahapan penelitian: (1) persiapan bahan dan alat, (2) proses pembuatan
benda uji, dan (3) pengambilan data.
Tahapan-tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Persiapan bahan dan alat
 Bahan-bahan yang dipakai: serbuk gergaji kayu pinus, sabut kelapa, lem
urea formaldehida tipe UA-125, dan hardener (pengeras): NH4CL
 Alat-alat yang digunakan:
a. Gelas plastik
b. Timbangan dengan ketelitian 0,01gram
c. Cawan
d. Oven dengan suhu ± 100 0
C
e. Alat pengepresan setting dingin
f. Mesin pemotong kayu untuk memotong benda uji
g. Kaliper (jangka sorong) untuk mengukur lebar, tebal, dan panjang
benda uji dengan ketelitian 0,05 mm.
h. Timbangan untuk mengukur berat banda uji pada saat menentukan
kerapatan (specific grafity) benda uji dengan ketelitian 0,01 mm.
i. Wadah/bak air saat perendaman benda uji untuk menentukan
penyerapan terhadap air.
Proses pembuatan benda uji adalah sebagai berikut:
1. Persiapan bahan dan alat.
2. Penimbangan bahan-bahan sesuai berat yang direncanakan.
3. Pencampuran semua bahan sampai rata.
4. Proses pengepresan, semua bahan yang sudah tercampur dimasukkan mesin
pres dan siap dipres selama ± 6 jam.
5. Papan partikel yang sudah jadi kemudian ditempatkan dalam ruangan dan
diangin-anginkan selama ± 1 minggu, sehingga kadar air dalam papan
partikel seimbang (sesuai suhu ruangan).
6. Papan partikel dipotong dengan menggunakan mesin pemotong kayu sesuai
dengan ukuran dan bentuk benda uji yang telah ditentukan dalam pengujian
kerapatan, kadar air, daya serap air, dan pengenbangan tebal papan partikel.
Pengambilan data
Proses pengambilan data hasil pengujian adalah sebagai berikut:
1. Kerapatan papan partikel yaitu: dengan menggunakan perbandingan antara
berat kering rata-rata papan partikel dengan volume papan partikel, dalam
pengambilan data pengujian kerapatan benda uji di potong dengan ukuran
10x10 cm dengan jumlah masing-masing komposisi campuran sebanyak 5
benda uji. Penentuan kerapatan dihitung dengan menggunakan persamaan:
Kerapatan  (g/cm³) =
I
B
, dengan: B : berat (gram); I : isi (cm³)
2. Uji kadar air papan partikel yaitu: dengan mengeringkan papan partikel
dalam oven pada suhu 100-150o
C hingga mencapai berat yang tetap, dalam
pengambilan data pengujian kadar air benda uji di potong dengan ukuran
10x10 cm dengan jumlah masing-masing komposisi campuran sebanyak 5
benda uji. Penentuan kadar air dihitung dengan menggunakan persamaan:
Kadar air (%)
 








 100
Bk
BkBa
Ka dengan: Ba : berat awal (gram); Bk :
berat kering mutlak (gram).
3. Uji pengembangan tebal papan partikel yaitu: Daya serap air papan partikel
akibat perendaman dalam air, dalam pengambilan data pengujian
pengembangan tebal papan partikel benda uji di potong dengan ukuran
10x10 cm dengan jumlah masing-masing komposisi campuran sebanyak 5
benda uji. Penentuan pengembangan tebal dihitung dengan persamaan:
Pengembangan tebal (%) = 100
1
12





 
T
TT
, dengan: T2 : tebal setelah
direndam air (mm); T1 : tebal sebelum direndam air (mm).
4. Daya serap air papan partikel dengan cara: perbandingan antara papan
partikel kering oven dengan berat papan partikel dalam kondisi basah
(setelah perendaman 120 menit), dirumuskan dengan, dalam pengambilan
data pengujian daya serap air benda uji di potong dengan ukuran 10x10 cm
dengan jumlah masing-masing komposisi campuran sebanyak 5 benda uji.
Daya serap air (%) = 100
1
)12(
x
B
BB 
, dengan: B2 : berat setelah direndam
air (gram); B1 : berat sebelum direndam air (gram).
Analisis data hasil pengujian kerapatan, kadar air, pengembangan tebal
dan daya serap air menggunakan statistik nilai rata-rata yaitu menggunakan
analisis nilai rata-rata hasil pengujian, karena sampel benda uji yang akan diambil
data jumlahnya tidak terlalu banyak. Dari masing-masing komposisi campuran (A
(30%), B (35%), C (40%), D (45%), dan X(0%)) diambil 5 (lima) (A1, A2, A3,
A4, A5; dan begitu pula untuk komposisi campuran B, C, D, dan X) benda uji
untuk setiap pengujian. Kemudian dari kelima nilai hasil pengujian diambil rata-
rata dan dibandingkan dengan standar yang ada, apakah sudah sesuai dengan
standar yang disyaratkan atau belum dan dibandingkan dengan variabel kontrol
Untuk mempermudahkan perhitungan data dilakukan dengan menggunakan
program Microsoft excel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kerapatan papan partikel
Pengujian kerapatan papan partikel dilakukan dengan cara
membandingkan berat papan partikel dengan volume papan partikel, alat yang
dipergunakan untuk pengujian ini adalah kaliper (jangka sorong) dan timbangan.
Gambar 2 Grafik hasil pengujian kerapatan
Keterangan: - A (30%), B (35%), … menunjukkan banyaknya persentase sabut kelapa pada
papan
- Kerapatan minimal dan kerapatan maksimal sesuai standar SNI 03-2105-2006
- Kerapatan rata-rata hasil pengujian sesuai standar SNI 03-2105-2006, karena
berada diantara kerapatan minimal dan maksimal
Gambar 3 Grafik nilai rata-rata hasil pengujian kerapatan
Berdasarkan gambar 2 dan 3 diperoleh nilai kerapatan paling tinggi dan
mendekati rencana pada benda uji B (35%) memperoleh kerapatan 0,58 g/cm3
,
sedangkan kerapatan paling rendah dan jauh dari kerapatan rencana adalah benda
uji D (45%) yaitu 0.45 g/cm3
. Untuk pengujian kerapatan papan partikel yang
paling baik adalah pada papan partikel dengan kerapatan maksimal yaitu pada
papan partikel tipe B (35%) dengan persentase campuran sabut kelapa : serbuk
gergaji kayu pinus pinus : perekat = 35% : 50% : 15%. Sedangkan ditinjau
menurut Standar Nasional Indonesia SNI 03-2105-2006 kerapatan hasil pengujian
sudah sesuai dengan standar yaitu 0,40-0,90 g/cm3
, sedangkan ditinjau dari FAO,
hasil pengujian kerapatan papan partikel nilainya masuk dalam tipe sedang yaitu
antara 0,40-0,80 g/cm3
.
0.61 0.61
0.51
0.59 0.59
0.46
0.61
0.42
0.51
0.45
0.44
0.46
0.40
0.47
0.48 0.47 0.47
0.53
0.44
0.48
0.43
0.48
0.53
0.63
0.50
0.30
0.35
0.40
0.45
0.50
0.55
0.60
0.65
A1 A2 A3 A4 A5 B1 B2 B3 B4 B5 C1 C2 C3 C4 C5 D1 D2 D3 D4 D5 X1 X2 X3 X4 X5
Tipe Papan Partikel
Kerapatan(g/cm3)
X (0%), 0.48
D (45%), 0.45
C (40%), 0.46
B (35%), 0.58A (30%), 0.55
-
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
A (30%) B (35%) C (40%) D (45%) X (0%)
Tipe Papan Partikel (sesuai persentase sabut kelapa)
Kerapatanrata-ratahasil
pengujian(g/cm3)
kerapatan
minimal = 40
g/cm3
Kerapatan Has il
P engujian
kerapatan
maksimal = 90
g/cm3
Berdasarkan kerapatan rencana, maka papan pertikel tersebut masih belum
sesuai. Hal tersebut disebabkan beberapa hal yaitu pada saat proses pencampuran
lem dan pada saat pengepresan bahan-bahan tidak masuk semua; pada saat
pemotongan papan partikel serbuk gergaji dan sabut kelapa banyak yang terbuang
serta pemotongan tidak bisa rapi; volume yang dihasilkan tidak sesuai rencana
akibat dari alat yang tidak mampu melakukan pengepresan sampai ketebalan
papan partikel 1 cm, dan terjadi pengembangan tebal pada saat papan partikel
diangin-anginkan selama 7 (tujuh) hari yang disebabkan oleh kelembaban udara
dalam ruangan yang tidak stabil, karena hal yang mempengaruhi kerapatan adalah
berat dan volume sehingga bila terjadi pengembangan dan pengurangan berat
papan partikel akan menyebabkan perbedaan kerapatan rencana dengan kerapatan
hasil pengujian. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan penambahan sabut
kelapa kerapatan yang diperoleh akan mendekati kerapatan rencana.
Kadar air papan partikel
Pengujian ini merupakan jumlah air yang dikeluarkan dari papan partikel
akibat pemanasan, dilakukan dengan cara mengeringkan papan partikel dalam
oven pada suhu 100-150o
C hingga mencapai berat yang tetap (konstan), alat yang
dipergunakan untuk pengujian ini adalah oven dan timbangan.
Gambar 4 Grafik hasil pengujian kadar air
15.32
12.60
11.54
11.32
15.76
13.47
15.53
13.68
14.12
12.37
12.12
12.84
10.99
12.50
13.64
11.46
13.27
14.00
11.88
16.28
12.36
11.11
10.00
13.40
15.15
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
11.00
12.00
13.00
14.00
15.00
16.00
17.00
A1 A2 A3 A4 A5 B1 B2 B3 B4 B5 C1 C2 C3 C4 C5 D1 D2 D3 D4 D5 X1 X2 X3 X4 X5
Tipe Papan Partikel
Kadarair(%)
13.19
14.51
12.63 12.64
12.37
11
11.5
12
12.5
13
13.5
14
14.5
15
A
(30%)
B
(35%)
C
(40%)
D
(45%)
X (0%)
Tipe Papan Partikel (s es uai pers entas e s abut
kelapa)
KadarAir(%)
Nilai Hasil
Pengujian
Nilai
Standar
Maksimal
= 14%
Keterangan: - A (30%), B (35%), … menunjukkan banyaknya persentase sabut kelapa pada
papan partikel.
- Kadar air maksimal sesuai standar SNI 03-2105-2006
- Kadar air rata-rata hasil pengujian sesuai standar SNI 03-2105-2006, karena
berada diantara di bawah maksimal
Gambar 5 Grafik nilai rata-rata hasil pengujian kadar air papan partikel
Berdasarkan analisis perhitungan nilai rata-rata dari berbagai komposisi
campuran hasil pengujian kadar air papan partikel, seperti pada gambar 4 dan 5
dihasilkan bahwa papan partikel tipe X (0%) memiliki kadar air papan partikel
terendah yaitu 12,37%, sedangkan kadar air papan partikel tertinggi terjadi pada
papan partikel tipe B (35%) yaitu 14,51%. Untuk pengujian kadar air papan
partikel nilai yang paling baik adalah papan partikel tipe X (0%) karena nilai
kadar air paling rendah. Ditinjau dari Standar Nasional Indonesia SNI 03-2105-
2006 hasil pengujian kadar air papan partikel dalam penelitian ini tipe A (30%), C
(40%), D (45%), dan X(0%) masuk dalam standar yang berlaku, sedangkan tipe B
(35%) melebihi batas maksimal, batas maksimal kadar air papan partikel adalah
14%. Kadar air hasil pengujian ini dapat dihasilkan kadar air yang kecil karena
sebelum dilakukan penimbangan, serbuk gergaji kayu pinus pinus dioven sampai
mendekati berat tetap (konstan).
Kadar air dapat berubah disebabkan oleh perekat yang digunakan, karena
dalam lem urea formaldehida terdapat kandungan air, cuaca dan kelembaban
udara juga dapat mempengaruhi kadar air dalam papan partikel. Semakin lembab
udaranya (terutama pada saat musim hujan) maka kadar air papan partikel
semakin besar, berkisar ± 20% tetapi semakin panas suhu/udaranya (terutama
pada musim kemarau) maka kadar air juga semakin kecil, berkisar ± 13%.
Sedangkan untuk kondisi kering mutlak hanya dapat dicapai pada saat
pemanasan/pengovenan.
Pengembangan tebal papan partikel
Pengujian daya serap air papan partikel dilakukan dengan cara
perendaman dalam air selama ± 24 jam, alat yang dipergunakan untuk pengujian
ini adalah kaliper (jangka sorong) dan bak perendam.
Gambar 6 Grafik hasil pengujian pengembangan tebal
Keterangan: - A (30%), B (35%), … menunjukkan banyaknya persentase sabut kelapa pada
papan partikel.
Gambar 7 Grafik nilai rata-rata hasil pengujian pengembangan tebal
Berdasarkan analisis perhitungan nilai rata-rata dari berbagai komposisi
campuran hasil pengujian pengembangan papan partikel, seperti pada gambar 6
dan 7 dihasilkan bahwa papan partikel tipe B (35%) dan tipe C (40%) memiliki
persentase pengembangan tebal yang kecil (kualitas pengembangan tebal terbaik
dalam penelitian ini) yaitu 6,00%, sedang papan partikel yang memiliki persentase
pengembangan tebal tertinggi terjadi pada tipe X (0%) yaitu 22,88%.
Pengembangan tebal yang tinggi ini terjadi akibat tidak adanya serat yang
dapat mengikat serbuk gergaji kayu pinus pinus, sehingga ikatan serbuk dengan
lem lemah jika diberi air. Oleh karena itu pengembangan tebal ini sangat
dipengaruhi oleh daya ikat partikel dalam papan yaitu kerusakan yang terjadi pada
jaringan ikat antar partikel pembentuk papan. Juga dipengaruhi oleh pencampuran
lem yang tidak merata serta pengepresan yang kurang sempurna, yaitu perubahan
dimensi setelah keluar dari cetakan. Dari hasil pengujian pengembangan tebal
papan partikel pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan campuran
antara sabut kelapa dengan serbuk gergaji kayu pinus pinus pengembangan tebal
yang terjadi semakin kecil, sedangkan papan partikel tanpa campuran sabut kelapa
mengalami pengembangan yang besar.
20.00 20.00
0 0 0
10.00 10.00
0
10.00
15.38
0
10.00
7.69
7.14
36.36
27.27
9.09
25.00
16.67
8.338.338.338.33
18.18
9.09
0
5
10
15
20
25
30
35
40
A1 A2 A3 A4 A5 B1 B2 B3 B4 B5 C1 C2 C3 C4 C5 D1 D2 D3 D4 D5 X1 X2 X3 X4 X5
Tipe Papan Partikel
PengembanganTebal(%)
D (45%), 7.97
A (30%), 9.82
B (35%), 6.00 C (40%), 6.00
X (0%), 22.88
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
A (30%) B (35%) C (40%) D (45%) X (0%)
Tipe Papan Partikel (sesuai persentase sabut kelapa)
PengembanganTebal(%)
Nilai rata-rata hasil
pengujian
Daya serap air papan partikel
Pengujian daya serap air papan partikel ini dilakukan dengan cara
membandingkan antara selisih papan partikel kering oven dengan berat papan
partikel dalam kondisi basah dengan (setelah perendaman 120 menit).
Gambar 8 Grafik hasil pengujian daya serap air
Keterangan: - A (30%), B (35%), … menunjukkan banyaknya persentase sabut kelapa pada
papan partikel.
- Daya serap minimal dan maksimal sesuai standar FAO
Gambar 9 Grafik rata-rata hasil pengujian daya serap air
Berdasarkan analisis perhitungan nilai rata-rata dari berbagai komposisi
campuran hasil pengujian daya serap air papan partikel seperti pada gambar 8 dan
9 dihasilkan bahwa papan partikel tipe B (35%) memiliki nilai terendah yaitu
74,69%, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada papan partikel tipe X (0%) yaitu
155,40%. Berdasarkan Standar FAO nilai daya serap air yang terjadi maka papan
partikel tipe A (30%), C (40%), D (45%), dan X(0%) tidak memenuhi standar
karena tidak masuk dalam persentase yang disyaratkan yaitu 20-75%. Dan untuk
papan partikel tipe B (35%), masih masuk dalam batas tersebut.
Dari hasil pengujian daya serap air papan partikel dapat disimpulkan
bahwa papan partikel dengan penambahan sabut kelapa memiliki daya serap air
lebih kecil dibandingkan dengan papan partikel tanpa penambahan sabut kelapa.
Sehingga dengan penambahan sabut kelapa semakin rendah daya serap air papan
110.95
64.05
58.82
77.97
89.39 89.38
83.49
139.64
88.99
126.32
168.22
158.56
173.27
132.73
112.04
92.98
89.17 87.93 88.14
60.56
88.00
114.00
112.00
137.96
139.00
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
180.00
A1 A2 A3 A4 A5 B1 B2 B3 B4 B5 C1 C2 C3 C4 C5 D1 D2 D3 D4 D5 X1 X2 X3 X4 X5
Tipe Papan Partikel
DayaSerapAir(%)
X (0%), 155.40
A (30%), 93.83
B (35%), 74.69
C (40%), 107.22
D (45%), 105.56
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
A
(30%)
B
(35%)
C
(40%)
D
(45%)
X (0%)
Tipe Papan Partikel (se suai persentase sabut kelapa)
DayaSerapAir(%)
KA Hasil Pengujian
KA Minimal =20%
KA Maksimal = 75%
partikel. Karena nilai daya serap air ini berbanding lurus dengan pengembangan
tebal, maka daya serap air yang tinggi ini terjadi akibat tidak adanya serat yang
dapat mengikat serbuk gergaji kayu pinus pinus, sehingga ikatan serbuk dengan
lem lemah jika diberi air. Juga dipengaruhi oleh pencampuran lem yang tidak
merata serta pengepresan yang kurang sempurna, yaitu perubahan dimensi setelah
keluar dari cetakan.
Kualitas papan partikel hasil pengujian
Dari pengujian yang dilaksanakan dalam penelitian ini dihasilkan nilai
rata-rata keseluruhan dari kerapatan, kadar air, pengembangan tebal, dan daya
serap air papan partikel masing-masing tipe. Dapat ditampilkan pada tabel 5.1.
Tabel 5 Nilai rata-rata hasil pengujian fisik papan partikel
Tipe
Papan
Kerapatan (g/cm3
) Kadar Air (%)
Daya Serap Air
(%)
Pengembangan
Tebal (%)
A (30%) 0.55 7.941 93.83 9.818
B (35%) 0.58 9.346 74.69 6.000
C (40%) 0.46 7.056 107.22 6.000
D (45%) 0.45 6.313 105.56 7.967
X (0%) 0.48 5.195 155.40 22.879
Keterangan: - A (30%), B (35%), … menunjukkan banyaknya persentase sabut kelapa pada
papan partikel.
- : Nilai hasil pengujian fisik terbaik
Sehingga dapat ditarik kesimpulan papan partikel tipe B dengan
komposisi campuran sabut kelapa : serbuk gergaji kayu pinus pinus : perekat
(35%:50%:15%) memiliki kualitas yang baik dibuktikan dengan nilai kerapatan
tertinggi dan mendekati kerapatan rencana, daya serap air yang rendah, dan
pengembangan tebal yang rendah. Untuk kadar air terbaik terjadi pada Papan
partikel tipe X dengan komposisi campuran sabut kelapa : serbuk gergaji kayu
pinus pinus : perekat (0%:85%:15%) atau tanpa campuran sabut kelapa
menghasilkan kadar air yang terendah dan merupakan kadar air terbaik dalam
penelitian ini.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian Rekayasa Sabut Kelapa dan Serbuk gergaji
kayu pinus sebagai Papan Partikel Bahan Bangunan yang telah dilakukan maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut
1. Berdasarkan pengujian kerapatan papan partikel, papan partikel tipe B
(kerapatan rencana = 0.60 gram/cm3
), sedangkan kerapatan yang paling jauh
dari kerapatan rencana adalah papan partikel tipe D sebesar 0.45 g/cm3
. Pada
pengujian kerapatan ini sesuai dengan standar SNI dan penelitian ini
membuktikan semakin tinggi kerapatan papan partikel maka kualitas papan
partikel semakin baik, karena papan partikel yang dibentuk semakin padat.
2. Berdasarkan pengujian kadar air papan partikel, papan partikel tipe X tanpa
campuran sabut kelapa menghasilkan kadar air yang terendah yaitu 12,37%,
sedangkan kadar air yang tertinggi adalah papan partikel tipe B sebesar
14,51%. Papan partikel tipe B melebihi batas maksimal, batas maksimal kadar
air papan partikel adalah 14%. Kadar air ini sangat dipengaruhi oleh
kelembaban udara semakin tinggi kelembaban udara maka kadar air juga
semakin tinggi. Dari pengujian kadar ini dihasilkan bahwa kadar air yang
tinggi akan mengurangi kualitas papan partikel.
3. Berdasarkan pengujian pengembangan tebal papan partikel, papan partikel tipe
B menghasilkan pengembangan tebal terendah yaitu 6,00%, sedangkan papan
partikel tipe X menghasilkan pengembangan tebal yang tertinggi yaitu
22,88%. Dan berdasarkan pengujian daya serap air papan partikel, papan
partikel tipe B menghasilkan daya serap air terendah yaitu 74,69%, sedangkan
papan partikel tipe X menghasilkan daya serap air yang tertinggi yaitu
155,40%. Untuk pengembangan tebal sesuai dengan standar SNI dan untuk
daya serap air menurut standar FAO memberi batasan nilai sifat fisik untuk
papan partikel tipe sedang adalah 20-75%, sehingga untuk kadar air ini hanya
papan partikel tipe B yang memenuhi standar. Dari pengujian pengembangan
tebal dan dan daya serap papan partikel dapat disimpulkan bahwa semakin
tinggi pengembangan tebal dan daya serap air maka kualitas papan partikel
akan semakin berkurang.
4. Berdasarkan FAO papan partikel ini masuk dalam papan partikel berkerapatan
sedang karena berada antara 0,4-0,8 g/cm3
. Hal tersebut menandakan bahwa
papan partikel ini cocok digunakan untuk bagian atas dari meja, almari, rak
buku dan sebagainya.
Dari hasil penelitian sebagaimana yang telah di simpulkan diatas, maka
saran-saran yang dianggap penting untuk meningkatkan kualitas papan partikel
dan untuk penelitian lebih lanjut. Beberapa saran yang perlu adalah:
1. Bagi Mahasiswa dan Peneliti; penelitian ini hanya sebatas pengujian sifat fisik
papan partikel, untuk lebih menghasilkan kualitas yang baik sebaiknya
dilakukan pengujian sifat mekanikanya juga, sehingga mendapatkan hasil
yang maksimal.
2. Bagi Pengusaha, papan partikel dengan bahan baku sabut kelapa dan serbuk
gergajian kayu dapat digunakan sebagai alternatif dalam pemakaian bahan
baru papan partikel dalam pengembangan usaha. Serta dapat meningkatkan
fungsi limbah dari pengolahan kayu dan perkebunan kelapa
3. Bagi Masyarakat; sebagai bahan informasi sebagai salah satu pemecahan
dalam pemakaian bahan baru dalam pembuatan papan partikel terutama
teknologi terapan yang dapat digunakan dalam skala rumah tangga, terutama
sebagai meja, almari, rak buku dan sebagainya.
DAFTAR RUJUKAN
Anonim. 2003. Annual Book of ASTM Standarts. 2003. Philadelpia.
Anonim. 2006. Standar Nasional Indonesia Papan Partikel. Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional (BSN).
Anonim. 2009. Brosur Urea Formaldehida UA-125. Probolinggo: PT. Pamolite
Adhesive Industry.
Christalin, T. 2008. Uji Sifat Fisik dan Kuat Lentur Papan Partikel dengan Bahan
Tambahan Ampas Tebu sebagai Elemen Konstruksi Bangunan. Malang.
Universitas Negeri Malang.
Damanauw, J.F.1990. Mengenal kayu. Jogyakarta: Kanisius.
Frick, H. dan Koesmartadi, CH.1999. Ilmu Bahan Bangunan. Jogjakarta:
Kanisius.
Kartiwa, Wawan Haroen., Santosa, Ligia dan Supratman, Maman. 2006.
Pemanfaatan Limbah Padat Berserat Kertas Sebagai bahan Pembuat
Partisi di IKM. Majalah Ilmiah Vol. 42 (1) (http://www.bbpk.go.id)
(diakses 21 April 2010).
Praptopo, Y. 2004. Pengaruh Prosentase Lem terhadap Kuat Lentur dan
Kerapatan pada Papan Partikel Berbahan Dasar Serpih Kayu pinus dan
Ditambah Serat Bambu 20%. Tugas Akhir. Universitas Negeri Malang.
Subiyanto, B., Raskita, S., dan Efendy, H. 2003. Pemanfaatan Serbuk Sabut
Kelapa sebagai Bahan Penyerap Air dan Oli Berupa Panel Papan
Partikel. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis Vol. 1. (diakses 21 April
2010).
Sutigno, P. 2006. Mutu Produk Papan Partikel,
(http://www.dephut.go.id/Halaman/STANDARDISASI &
LINGKUNGAN KEHUTANAN/INFO VI02/IV VI02.htm., diakses 21
April 2010).
Tampubolon, Evanora. 2009. Pembuatan dan Karakterisasi Papan Serat yang
Dibuat Dari Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit-Urea Formaldehida.
Skripsi. Universitas Sumatra Utara.
Triyono, Sugeng; Haryanto, Agus; Haryati, Ria Sari. 2008. Rancang Bangun dan
Uji Kinerja Alat Pengering Kopra Tipe Rakberbahan Bakar Biomasa.
Makalah Seminar Nasianal Teknik Pertanian. Jogjakarta. (diakses 28 April
2010)
Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang:
UM Press.

More Related Content

What's hot

Pel 3 kemampuan dan keterbatasanku sebagai citra allah
Pel 3 kemampuan dan keterbatasanku sebagai citra allahPel 3 kemampuan dan keterbatasanku sebagai citra allah
Pel 3 kemampuan dan keterbatasanku sebagai citra allahKornelis Ruben
 
Contoh naskah drama malin kundang
Contoh naskah drama malin kundangContoh naskah drama malin kundang
Contoh naskah drama malin kundangWarnet Raha
 
Teks Ulasan Buku Akademik
Teks Ulasan Buku AkademikTeks Ulasan Buku Akademik
Teks Ulasan Buku AkademikElDinaSaifina
 
BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTI
BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTIBENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTI
BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTIEDIS BLOG
 
MAteri PPT Prakarya Kelas 8 Kerajinan dari Bahan Lunak.pptx
MAteri PPT Prakarya Kelas 8 Kerajinan dari Bahan Lunak.pptxMAteri PPT Prakarya Kelas 8 Kerajinan dari Bahan Lunak.pptx
MAteri PPT Prakarya Kelas 8 Kerajinan dari Bahan Lunak.pptxAbdul Rokhim Ashari
 
Pengenalan tentang suku mee gagian ii
Pengenalan tentang suku mee  gagian iiPengenalan tentang suku mee  gagian ii
Pengenalan tentang suku mee gagian iiPapua Makituma
 
Sumber Daya Alam Tiap Provinsi di Indonesia
Sumber Daya Alam Tiap Provinsi di IndonesiaSumber Daya Alam Tiap Provinsi di Indonesia
Sumber Daya Alam Tiap Provinsi di IndonesiaMischaelle
 
Pengertian Bahan Lunak
Pengertian Bahan LunakPengertian Bahan Lunak
Pengertian Bahan LunakRamipratama
 
Presentasi daur ulang kertas
Presentasi daur ulang kertasPresentasi daur ulang kertas
Presentasi daur ulang kertasRiries Gupita
 
Vigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihVigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihUnhy Doel
 
Kumpulan Tips dalam Bahasa Inggris - The Collection Of Some Tips
Kumpulan Tips dalam Bahasa Inggris - The Collection Of Some TipsKumpulan Tips dalam Bahasa Inggris - The Collection Of Some Tips
Kumpulan Tips dalam Bahasa Inggris - The Collection Of Some TipsHana Medina
 
Penyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik PengendaliannyaAnkardiansyah Pandu Pradana
 
Kitab Taurat (PAI) - Kelompok 5
Kitab Taurat  (PAI) - Kelompok 5Kitab Taurat  (PAI) - Kelompok 5
Kitab Taurat (PAI) - Kelompok 5tety yani
 
Kisah sengsara minggu palma markus 14 ayat 1 sampai 15 ayat 47
Kisah sengsara minggu palma markus 14 ayat 1 sampai 15 ayat 47Kisah sengsara minggu palma markus 14 ayat 1 sampai 15 ayat 47
Kisah sengsara minggu palma markus 14 ayat 1 sampai 15 ayat 47Benedictus Ajix ajix
 
Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3Arif nor fauzi
 
Iman kristen dan nilai nilai kristiani
Iman kristen dan nilai nilai kristianiIman kristen dan nilai nilai kristiani
Iman kristen dan nilai nilai kristianiSabam Sitinjak
 

What's hot (20)

Pel 3 kemampuan dan keterbatasanku sebagai citra allah
Pel 3 kemampuan dan keterbatasanku sebagai citra allahPel 3 kemampuan dan keterbatasanku sebagai citra allah
Pel 3 kemampuan dan keterbatasanku sebagai citra allah
 
Naskah drama musikal anak sma
Naskah drama musikal anak smaNaskah drama musikal anak sma
Naskah drama musikal anak sma
 
Contoh naskah drama malin kundang
Contoh naskah drama malin kundangContoh naskah drama malin kundang
Contoh naskah drama malin kundang
 
Teks Ulasan Buku Akademik
Teks Ulasan Buku AkademikTeks Ulasan Buku Akademik
Teks Ulasan Buku Akademik
 
BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTI
BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTIBENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTI
BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTI
 
MAteri PPT Prakarya Kelas 8 Kerajinan dari Bahan Lunak.pptx
MAteri PPT Prakarya Kelas 8 Kerajinan dari Bahan Lunak.pptxMAteri PPT Prakarya Kelas 8 Kerajinan dari Bahan Lunak.pptx
MAteri PPT Prakarya Kelas 8 Kerajinan dari Bahan Lunak.pptx
 
Pengenalan tentang suku mee gagian ii
Pengenalan tentang suku mee  gagian iiPengenalan tentang suku mee  gagian ii
Pengenalan tentang suku mee gagian ii
 
Sumber Daya Alam Tiap Provinsi di Indonesia
Sumber Daya Alam Tiap Provinsi di IndonesiaSumber Daya Alam Tiap Provinsi di Indonesia
Sumber Daya Alam Tiap Provinsi di Indonesia
 
Pengertian Bahan Lunak
Pengertian Bahan LunakPengertian Bahan Lunak
Pengertian Bahan Lunak
 
Presentasi daur ulang kertas
Presentasi daur ulang kertasPresentasi daur ulang kertas
Presentasi daur ulang kertas
 
Vigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihVigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benih
 
Kumpulan Tips dalam Bahasa Inggris - The Collection Of Some Tips
Kumpulan Tips dalam Bahasa Inggris - The Collection Of Some TipsKumpulan Tips dalam Bahasa Inggris - The Collection Of Some Tips
Kumpulan Tips dalam Bahasa Inggris - The Collection Of Some Tips
 
Penyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Karet dan Teknik Pengendaliannya
 
Kitab Taurat (PAI) - Kelompok 5
Kitab Taurat  (PAI) - Kelompok 5Kitab Taurat  (PAI) - Kelompok 5
Kitab Taurat (PAI) - Kelompok 5
 
Tugas resensi novel (y)
Tugas resensi novel (y)Tugas resensi novel (y)
Tugas resensi novel (y)
 
Kisah sengsara minggu palma markus 14 ayat 1 sampai 15 ayat 47
Kisah sengsara minggu palma markus 14 ayat 1 sampai 15 ayat 47Kisah sengsara minggu palma markus 14 ayat 1 sampai 15 ayat 47
Kisah sengsara minggu palma markus 14 ayat 1 sampai 15 ayat 47
 
Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3
 
Drama malin kundang
Drama malin kundangDrama malin kundang
Drama malin kundang
 
Makalah ips kelas 9
Makalah ips kelas 9Makalah ips kelas 9
Makalah ips kelas 9
 
Iman kristen dan nilai nilai kristiani
Iman kristen dan nilai nilai kristianiIman kristen dan nilai nilai kristiani
Iman kristen dan nilai nilai kristiani
 

Viewers also liked

PAPAN PARTIKEL DAN PAPAN KOMPOSIT
PAPAN PARTIKEL DAN PAPAN KOMPOSITPAPAN PARTIKEL DAN PAPAN KOMPOSIT
PAPAN PARTIKEL DAN PAPAN KOMPOSITEDIS BLOG
 
Metalurgi serbuk
Metalurgi serbukMetalurgi serbuk
Metalurgi serbukIlham Fahmi
 
metalurgi serbuk
metalurgi serbukmetalurgi serbuk
metalurgi serbukMega Audina
 
Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...
Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...
Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...Calvin Talakua
 
Atividades sobre a água
Atividades sobre a águaAtividades sobre a água
Atividades sobre a águaBrunaFeSi
 
Buku Siswa prakarya dan Kewirausahaan kelas XI semester 1 kurikulum 2013
Buku Siswa  prakarya dan Kewirausahaan kelas XI semester 1 kurikulum 2013Buku Siswa  prakarya dan Kewirausahaan kelas XI semester 1 kurikulum 2013
Buku Siswa prakarya dan Kewirausahaan kelas XI semester 1 kurikulum 2013Sudanis Hariyanto
 
Bg prakarya sma kelas x kurikulum 2013_[blogerkupang.com]
Bg prakarya sma kelas x kurikulum 2013_[blogerkupang.com]Bg prakarya sma kelas x kurikulum 2013_[blogerkupang.com]
Bg prakarya sma kelas x kurikulum 2013_[blogerkupang.com]Randy Ikas
 

Viewers also liked (10)

PAPAN PARTIKEL DAN PAPAN KOMPOSIT
PAPAN PARTIKEL DAN PAPAN KOMPOSITPAPAN PARTIKEL DAN PAPAN KOMPOSIT
PAPAN PARTIKEL DAN PAPAN KOMPOSIT
 
Sabut kelapa dan serbuk kayu
Sabut kelapa dan serbuk kayuSabut kelapa dan serbuk kayu
Sabut kelapa dan serbuk kayu
 
4 d5f81c1d01
4 d5f81c1d014 d5f81c1d01
4 d5f81c1d01
 
Metalurgi serbuk
Metalurgi serbukMetalurgi serbuk
Metalurgi serbuk
 
metalurgi serbuk
metalurgi serbukmetalurgi serbuk
metalurgi serbuk
 
Makalah Yoghurt
Makalah YoghurtMakalah Yoghurt
Makalah Yoghurt
 
Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...
Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...
Pengaruh kadar garam dan lama penyimpanan terhadap kandungan protein bakasang...
 
Atividades sobre a água
Atividades sobre a águaAtividades sobre a água
Atividades sobre a água
 
Buku Siswa prakarya dan Kewirausahaan kelas XI semester 1 kurikulum 2013
Buku Siswa  prakarya dan Kewirausahaan kelas XI semester 1 kurikulum 2013Buku Siswa  prakarya dan Kewirausahaan kelas XI semester 1 kurikulum 2013
Buku Siswa prakarya dan Kewirausahaan kelas XI semester 1 kurikulum 2013
 
Bg prakarya sma kelas x kurikulum 2013_[blogerkupang.com]
Bg prakarya sma kelas x kurikulum 2013_[blogerkupang.com]Bg prakarya sma kelas x kurikulum 2013_[blogerkupang.com]
Bg prakarya sma kelas x kurikulum 2013_[blogerkupang.com]
 

Similar to Sabut Kelapa dan Serbuk Gergaji Kayu Pinus sebagai Papan Partikel Bahan Bangunan

Pengaruh Perbandingan Komposisi Serbuk Kasar dengan Serbuk Halus, dan Serbuk ...
Pengaruh Perbandingan Komposisi Serbuk Kasar dengan Serbuk Halus, dan Serbuk ...Pengaruh Perbandingan Komposisi Serbuk Kasar dengan Serbuk Halus, dan Serbuk ...
Pengaruh Perbandingan Komposisi Serbuk Kasar dengan Serbuk Halus, dan Serbuk ...John Kelik
 
Arfin juri abadi tanjung, 17138006 word- analisis bahan particle wood-conve...
Arfin juri abadi tanjung,  17138006  word- analisis bahan particle wood-conve...Arfin juri abadi tanjung,  17138006  word- analisis bahan particle wood-conve...
Arfin juri abadi tanjung, 17138006 word- analisis bahan particle wood-conve...arfinjuri
 
2 karakterstik serapan suara komposit polyester
2 karakterstik serapan suara komposit polyester2 karakterstik serapan suara komposit polyester
2 karakterstik serapan suara komposit polyesterMirmanto
 
Bio composite, pilihan strategis penyediaan alternatif kayu
Bio composite, pilihan strategis penyediaan alternatif kayuBio composite, pilihan strategis penyediaan alternatif kayu
Bio composite, pilihan strategis penyediaan alternatif kayuKEHATI
 
Laporan ilmu kayu kelompok vi
Laporan ilmu kayu kelompok viLaporan ilmu kayu kelompok vi
Laporan ilmu kayu kelompok vijelfibahri07
 
Ri desain media pembelajaran yosep p. sinaga ptb-a'19
Ri desain media pembelajaran yosep p. sinaga ptb-a'19Ri desain media pembelajaran yosep p. sinaga ptb-a'19
Ri desain media pembelajaran yosep p. sinaga ptb-a'19YosEpPldSinaGa
 
Makalah Pengetahuan Bahan Teknik : Karet
Makalah Pengetahuan Bahan Teknik : KaretMakalah Pengetahuan Bahan Teknik : Karet
Makalah Pengetahuan Bahan Teknik : KaretDewi Izza
 
Pembuatan kayu lapis
Pembuatan kayu lapisPembuatan kayu lapis
Pembuatan kayu lapisWarnet Raha
 
ANALISIS PENGARUH PERBEDAAN SUHU PENGAKTIFAN LIGNIN DAN TEKANAN PENGEMPAAN PA...
ANALISIS PENGARUH PERBEDAAN SUHU PENGAKTIFAN LIGNIN DAN TEKANAN PENGEMPAAN PA...ANALISIS PENGARUH PERBEDAAN SUHU PENGAKTIFAN LIGNIN DAN TEKANAN PENGEMPAAN PA...
ANALISIS PENGARUH PERBEDAAN SUHU PENGAKTIFAN LIGNIN DAN TEKANAN PENGEMPAAN PA...John Kelik
 
PRESENTASI SDE.pptx
PRESENTASI SDE.pptxPRESENTASI SDE.pptx
PRESENTASI SDE.pptxekooke12
 
PPT SIFAT BAHAN DAN PEMANFAATANNYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
PPT SIFAT BAHAN DAN PEMANFAATANNYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARIPPT SIFAT BAHAN DAN PEMANFAATANNYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
PPT SIFAT BAHAN DAN PEMANFAATANNYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARIfatmabobihu
 
Integrasi industri (teknoekonomi2)
Integrasi industri (teknoekonomi2)Integrasi industri (teknoekonomi2)
Integrasi industri (teknoekonomi2)muhpidah
 
RPP IPA SMP KURIKULUM13 KELAS 8 SEMESTER-1 Bab4 sifat bahan
RPP IPA SMP KURIKULUM13 KELAS 8 SEMESTER-1 Bab4 sifat bahanRPP IPA SMP KURIKULUM13 KELAS 8 SEMESTER-1 Bab4 sifat bahan
RPP IPA SMP KURIKULUM13 KELAS 8 SEMESTER-1 Bab4 sifat bahansajidinbulu
 
panduan praktikum phhk_221021_182542.pdf
panduan praktikum phhk_221021_182542.pdfpanduan praktikum phhk_221021_182542.pdf
panduan praktikum phhk_221021_182542.pdfDaniyaKhadijahRosyad
 

Similar to Sabut Kelapa dan Serbuk Gergaji Kayu Pinus sebagai Papan Partikel Bahan Bangunan (20)

Pengaruh Perbandingan Komposisi Serbuk Kasar dengan Serbuk Halus, dan Serbuk ...
Pengaruh Perbandingan Komposisi Serbuk Kasar dengan Serbuk Halus, dan Serbuk ...Pengaruh Perbandingan Komposisi Serbuk Kasar dengan Serbuk Halus, dan Serbuk ...
Pengaruh Perbandingan Komposisi Serbuk Kasar dengan Serbuk Halus, dan Serbuk ...
 
Arfin juri abadi tanjung, 17138006 word- analisis bahan particle wood-conve...
Arfin juri abadi tanjung,  17138006  word- analisis bahan particle wood-conve...Arfin juri abadi tanjung,  17138006  word- analisis bahan particle wood-conve...
Arfin juri abadi tanjung, 17138006 word- analisis bahan particle wood-conve...
 
2 karakterstik serapan suara komposit polyester
2 karakterstik serapan suara komposit polyester2 karakterstik serapan suara komposit polyester
2 karakterstik serapan suara komposit polyester
 
Bio composite, pilihan strategis penyediaan alternatif kayu
Bio composite, pilihan strategis penyediaan alternatif kayuBio composite, pilihan strategis penyediaan alternatif kayu
Bio composite, pilihan strategis penyediaan alternatif kayu
 
10. kertas
10. kertas10. kertas
10. kertas
 
Laporan ilmu kayu kelompok vi
Laporan ilmu kayu kelompok viLaporan ilmu kayu kelompok vi
Laporan ilmu kayu kelompok vi
 
Ri desain media pembelajaran yosep p. sinaga ptb-a'19
Ri desain media pembelajaran yosep p. sinaga ptb-a'19Ri desain media pembelajaran yosep p. sinaga ptb-a'19
Ri desain media pembelajaran yosep p. sinaga ptb-a'19
 
Makalah Pengetahuan Bahan Teknik : Karet
Makalah Pengetahuan Bahan Teknik : KaretMakalah Pengetahuan Bahan Teknik : Karet
Makalah Pengetahuan Bahan Teknik : Karet
 
Bahan bangunan
Bahan bangunanBahan bangunan
Bahan bangunan
 
Pembuatan kayu lapis
Pembuatan kayu lapisPembuatan kayu lapis
Pembuatan kayu lapis
 
ANALISIS PENGARUH PERBEDAAN SUHU PENGAKTIFAN LIGNIN DAN TEKANAN PENGEMPAAN PA...
ANALISIS PENGARUH PERBEDAAN SUHU PENGAKTIFAN LIGNIN DAN TEKANAN PENGEMPAAN PA...ANALISIS PENGARUH PERBEDAAN SUHU PENGAKTIFAN LIGNIN DAN TEKANAN PENGEMPAAN PA...
ANALISIS PENGARUH PERBEDAAN SUHU PENGAKTIFAN LIGNIN DAN TEKANAN PENGEMPAAN PA...
 
PRESENTASI SDE.pptx
PRESENTASI SDE.pptxPRESENTASI SDE.pptx
PRESENTASI SDE.pptx
 
Kayu lapis 2
Kayu lapis 2Kayu lapis 2
Kayu lapis 2
 
PPT SIFAT BAHAN DAN PEMANFAATANNYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
PPT SIFAT BAHAN DAN PEMANFAATANNYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARIPPT SIFAT BAHAN DAN PEMANFAATANNYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
PPT SIFAT BAHAN DAN PEMANFAATANNYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
 
Integrasi industri (teknoekonomi2)
Integrasi industri (teknoekonomi2)Integrasi industri (teknoekonomi2)
Integrasi industri (teknoekonomi2)
 
RPP IPA SMP KURIKULUM13 KELAS 8 SEMESTER-1 Bab4 sifat bahan
RPP IPA SMP KURIKULUM13 KELAS 8 SEMESTER-1 Bab4 sifat bahanRPP IPA SMP KURIKULUM13 KELAS 8 SEMESTER-1 Bab4 sifat bahan
RPP IPA SMP KURIKULUM13 KELAS 8 SEMESTER-1 Bab4 sifat bahan
 
panduan praktikum phhk_221021_182542.pdf
panduan praktikum phhk_221021_182542.pdfpanduan praktikum phhk_221021_182542.pdf
panduan praktikum phhk_221021_182542.pdf
 
Kayu
KayuKayu
Kayu
 
Kayu
KayuKayu
Kayu
 
Proposal
ProposalProposal
Proposal
 

Recently uploaded

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxmuhammadrizky331164
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptxMuhararAhmad
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxRemigius1984
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
materi pengendalian proyek konstruksi.pptx
materi pengendalian proyek konstruksi.pptxmateri pengendalian proyek konstruksi.pptx
materi pengendalian proyek konstruksi.pptxsiswoST
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studiossuser52d6bf
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfYogiCahyoPurnomo
 

Recently uploaded (8)

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
materi pengendalian proyek konstruksi.pptx
materi pengendalian proyek konstruksi.pptxmateri pengendalian proyek konstruksi.pptx
materi pengendalian proyek konstruksi.pptx
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
 

Sabut Kelapa dan Serbuk Gergaji Kayu Pinus sebagai Papan Partikel Bahan Bangunan

  • 1. Rekayasa Sabut Kelapa dan Serbuk Gergaji Kayu Pinus sebagai Papan Partikel Bahan Bangunan Miftakhul Khoiri Hanni Elitasari Mahaputri, S.T., M.T. Drs. Pribadi, S.T., M.T. Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan Fakultas Teknik Universitas Negeri malang Abstrak Kebutuhan kayu di Indonesia semakin meningkat sehingga menyebabkan potensi hutan berkurang. Dengan berkurangnya hasil hutan, terutama kayu untuk bahan bangunan, menuntut penggunaan kayu secara tepat guna, serta pengembangan produk-produk inovatif dan kreatif sebagai bahan pengganti kayu, salah satu contohnya adalah papan partikel. Salah satunya adalah papan partikel yang dibentuk dari limbah gergaji kayu dan sabut kelapa. Sabut kelapa memiliki sifat tahan terhadap jamur dan hama serta tidak dihuni oleh rayap dan tikus. Sifat fisik papan partikel adalah kerapatan, kadar air, daya serap air dan pengembangan tebal, karena sifat-sifat fisik tersebut salah satu penentu kualitas papan partikel. Dari latar belakang tersebut dapat disimpulkan tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui kualitas papan partikel yang dibentuk dari serbuk gergaji kayu pinus dan sabut kelapa berdasarkan : (1) kerapatan (2) kadar air, dan daya serap air (3) pengembangan tebal papan partikel. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dan analisis yang digunakan adalah analisis rata-rata hasil pengujian. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah (1) papan partikel tipe B (35%) memiliki kualitas sesuai SNI dan menghasilkan nilai tertingggi (0,58 g/cm3 ); daya serap air yang rendah (74,69%) dan untuk tipe yang lain daya serap air diatas standar 20-75%; dan pengembangan tebal yang rendah (6,00%) sesuai SNI. Papan partikel tipe X (0%) atau tanpa campuran sabut kelapa menghasilkan kadar air yang terendah yaitu 12,37%; (2) kualitas fisik papan partikel berbanding lurus dengan kerapatan dan berbanding terbalik dengan kadar air, pengembangan tebal dan daya serap air, maka kerapatan semakin besar maka papan partikel semakin baik dan semakin kecil kadar air, pengembangan tebal dan daya serap air maka papan partikel semakin baik; (3) papan partikel berkerapatan sedang sehingga cocok digunakan untuk meja, almari, rak buku dan sebagainya. Kata kunci : Sabut kelapa, serbuk gergaji kayu pinus, papan partikel, sifat fisik Papan partikel (particle board) merupakan produk panil yang dihasilkan dari pemampatan partikel-partikel kayu dan diikat dengan suatu perekat. Bentuk papan partikel umumnya datar dengan ukuran yang panjang, lebar dan tipis sehingga disebut juga panil. Partikel-partikel kayu tersebut merupakan limbah dari pabrik pengolahan kayu, pabrik pengolahan kayu masih menghasilkan limbah
  • 2. yang sangat besar, bentuk dari partikel kayu terdiri dari serpih kayu, pasahan kayu, tatal, serbuk gergaji, dan masih banyak lagi. Papan partikel dapat berperan sebagai pengganti kayu untuk perabot rumah tangga dan bahan bangunan. Salah satu alternatif yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan kayu dan pemanfaatan limbah serbuk gergaji kayu pinus adalah dengan membuat kayu buatan yang berbentuk papan partikel. Selain memanfaatkan bahan limbah serbuk gergaji kayu pinus, papan pertikel juga dapat dibuat dengan berbagai campuran, salah satunya dengan limbah hasil perkebunan kelapa, yaitu sabut kelapa. Kelapa, seluruh bagian dari tumbuhan yang satu ini bisa dipergunakan menjadi barang yang bermanfaat, mulai dari bagian akar, hingga daunnya telah menghasilkan beragam jenis produk, seperti bahan bangunan, furnitur, perabot rumah tangga, makanan dan minuman. Semua komponen buah kelapa tersebut bermanfaat dan bernilai komersil (Kholis Dinul, 2007). Indonesia merupakan negara kepulauan yang panjang garis pantainya mencapai 81.000 kilometer sekitar 3,8 juta ha yang lahannya sebagian besar dipergunakan sebagai perkebunan pohon kelapa tradisional, dari lahan perkebunan tersebut, seluas itu 3,6 juta ha diantaranya adalah kebun milik rakyat. Indonesia memiliki areal perkebunan kelapa terluas di dunia. Sampai Tahun 2000, luas areal perkebunan kelapa di Indonesia terus menunjukkan peningkatan. Luas areal perkebunan kelapa Indonesia mencapai 3.113.000 ha pada Tahun 1986, 3.334.000 ha pada Tahun 1990, dan 3.922.000 ha pada Tahun 2000 (Deptan, 2004). Daerah- daerah sentra produksi kelapa di Indonesia meliputi Sumatra, Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur. Dari total luasan perkebunan kelapa di Indonesia, 97.4% dikelola oleh 3.1 juta petani kecil, 2.1% oleh perusahaan swasta, dan 0.5% dikelola oleh perusahaan negara (Sugeng Triyono dan Agus Haryanto, 2009:56). Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wawan Kartiwa Haroen, Ligia Santosa dan Maman Supratman (2006:33) tentang Pemanfaatan Limbah Padat Berserat Kertas Sebagai bahan Pembuat Partisi di IKM dalam jurnalnya menarik kesimpulan bahwa pemanfaatan limbah padat berserat dari industri kertas dicampur dengan limbah pengikat seperti semen dan lem kayu. Komposisi limbah padat adalah dari 40% dan 60% dicampur dengan sabut kelapa
  • 3. 5-10%, ditambah bahan penguat 35- 50% berupa semen atau lem kayu untuk papan partisi. Hasil percobaan menunjukkan bahwa hasil terbaik dapat dicapai dengan komposisi campuran limbah padat 40%, lem kayu 50% dan sabut kelapa 10%. Pada kondisi ini lembaran partisi memiliki daya serap yang rendah dan kuat lentur yang tinggi. Dari kesimpulan hasil penelitian tersebut, sabut kelapa memiliki sifat daya serap yang tinggi terhadap air. Selain dari penelitian diatas, masih ada penelitian lain yang berkaitan dengan papan partikel dengan bahan sabut kelapa. Dari penelitian-penelitian terdahulu persentase sabut kelapa yang digunakan untuk papan partikel kurang dari 20%, sedangkan dalam penelitian ini direncanakan menggunakan persentase sabut kelapa lebih dari 20%. Oleh karena itu perlu diadakan penelitian rekayasa papan partikel yang dibuat dengan beberapa komposisi antara serbuk gergaji kayu pinus dengan sabut kelapa dan menggunakan perekat Urea Formaldehida dengan proporsi campuran tertentu. Berdasarkan hal tersebut maka penulis melakukan penelitian Rekayasa Sabut Kelapa dan Serbuk Gergaji Kayu Pinus sebagai Papan Partikel Bahan Bangunan. Berdasarkan latar belakang masalah diatas diperoleh rumusan masalah sebagai berikut: bagaimanakah kualitas papan partikel yang dibentuk dari sabut kelapa dan serbuk gergaji kayu pinus berdasarkan (1) kerapatan papan partikel, (2) kadar air, dan (3) pengembangan tebal dan daya serap air. Penenitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: untuk mengetahui kualitas papan partikel yang dibentuk dari Serbuk gergaji kayu pinus dan sabut kelapa berdasarkan (1) kerapatan papan partikel, (2) kadar air, dan (3) pengembangan tebal papan partikel dan daya serap air papan partikel. Papan partikel menurut Departemen Pekerjaan Umum (1982:83, dalam Titan 2008) mendefinisikan papan partikel adalah “papan tiruan yang dibuat dari partikel (serpih) kayu atau bahan selulosa lainnya yang diikat dengan perekat organik dengan atau tanpa bahan pembantu lainnya melalui proses tekan panas”. Sedangkan dalam ASTM disebutkan bahwa papan partikel merupakan istilah umum dari sebuah papan campuran dengan bahan utamanya terdiri dari bahan komposit, yang biasanya terdiri atas potongan atau butiran partikel dari bahan
  • 4. serat yang terikat bersama dengan sistem pengikat dan itu boleh berisi aditif (Standart ASTM, 2003). Dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) tahun 2006 menyebutkan bahwa sifat fisika papan partikel yang diuji ada 3 macam yaitu: (1) kerapatan, (2) kadar air, dan (3) pengembangan tebal. Sedangkan untuk sifat mekanis papan partikel ada 4 yaitu: (1) Keteguhan lentur minimum, (2) Modulus elastisitas lentur (kering) minimum, (3) Keteguhan tarik tegak lurus permukaan minimum, (4) Keteguhan cabut sekrup minimum. Tabel 1 Sifat Fisik Papan Partikel Menurut SNI No Uraian Sifat Satuan Besaran Sifat fisika 1 Kerapatan g/cm3 0,4 - 09 2 Kadar air % 14 3 Pengembangan tebal - Tebal < 12,5mm - Tebal > 12,5mm - Papan partikel biasa % * 25 20 12 Keterangan: * = setelah perendaman 24 jam (Sumber: SNI, 03-2105-2006:5) Menurut Dumanauw (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi mutu papan partikel: (1) berat jenis kayu, (2) zat ekstraktif kayu, (3) jenis kayu, (4) campuran jenis kayu, (5) ukuran partikel, (6) perekat, dan (7) pengolahan/proses pembuatan. Sedangkan menurut Sutigno, Paribroto (2006) mutu papan partikel dapat digolongkan meliputi cacat, ukuran, sifat fisik, sifat mekanik, dan sifat kimia. Dalam standar papan partikel yang dikeluarkan oleh beberapa negara masih mungkin terjadi perbedaan dalam hal kriteria, cara pengujian, dan persyaratannya. Mutu papan partikel tersebut meliputi: (1) cacat, (2) ukuran, (3) sifat fisik, terdiri atas kerapatan, kadar air, pengembangan tebal dan daya serap air, (4) sifat mekanis, terdiri atas keteguhan (kuat) lentur, keteguhan rekat internal (kuat tarik tegak lurus permukaan), dan keteguhan (kuat) pegang skrup, dan (5) sifat kimia. Tabel 2 Mutu Papan Partikel Menurut SNI No Jenis cacat A B C D 1 Partikel kasar dipermukaan panel Maksimum 10 buah, tidak berkelompok Maksimum 15 buah, tidak berkelompok Maksimum 20 buah, tidak berkelompok Maksimum 50 buah, tidak berkelompok 2 Noda serbuk Maksimum diameter 0,5cm, 1 buah Maksimum diameter 2,0 cm, 1 buah Maksimum diameter 4,0 cm, 2 buah Maksimum diameter 6,0 cm, 5 buah
  • 5. 3 Noda minyak Tidak ada Tidak ada Maksimum diameter 1 cm, 1 buah Maksimum diameter 2 cm, 2 buah 4 Noda perekat Maksimum diameter 1,0 cm, 1 buah Maksimum diameter 1,0 cm, 2 buah Maksimum diameter 2,0 cm, 2 buah Maksimum diameter 4,0 cm, 4 buah 5 Rusak tepi Tidak ada Tidak ada Maksimum lebar 5,0 mm, panjang maks 100 mm Maksimum lebar 10,0 mm, panjang maks 200 mm (Sumber: SNI, 03-2105-2006:5) Dalam pembuatan sebuah papan partikel, bahan yang digunakan telah dikelompokkan menjadi 2, yaitu (1) serpihan kayu, dibuat dari jenis-jenis kayu lunak dengan menggunakan mesin khusus (pembuat serpih), (2) perekat, bahan perekat tergantung pada jenis papan partikel yang akan dibuat. Serbuk gergaji merupakan serbuk yang dihasilkan dari proses penggergajian kayu. Serbuk gergaji kayu pinus merupakan bahan baku pada pembuatan papan partikel dalam penelitian ini. Berkenaan dengan hal tesebut Haygraan dan Bowyer (1989:529) memberikan pengertian bahwa serbuk gergaji adalah limbah kayu yang dihasilkan oleh penggergajian kayu yang ada di pabrik pemotongan kayu atau perusahaan mebel dan sejenisnya. Kayu pinus disebut juga tusam, memiliki tekstur yang halus dan memiliki bau khas terpentin. Struktur kayu pinus tidak berpori dengan parenkim melingkari saluran dammar, memiliki berat jenis rata-rata 0,55 (antara 0,40-0,75), tergolong sebagai kayu kelas kuat III dan kelas awet IV. Kayu pinus termasuk jenis kayu mudah dipotong dan dibelah, tetapi sulit untuk digergaji dan diserut karena banyak mengandung damar (Nuryawan, 2008). Papan partikel mempunyai sifat fisik yang sangat dipengaruhi oleh kadar air kayu pembentuk papan partikel. Menurut Dumanauw (1990), Kadar air yang terdapat di dalam kayu terdiri atas dua macam, yaitu: Air bebas, yaitu air yang terdapat pada rongga-rongga sel, paling mudah dan terdahulu keluar; Air terikat, yaitu air yang berada pada dinding-dinding sel kayu dan sangat sulit untuk dilepaskan.. Selain serbuk gergaji kayu pinus, penelitian ini menggunakan bahan sabut kelapasabut kelapa terdiri atas (1) serat sabut (coir fibre) banyak digunakan sebagai geotextil atau tali tambang yang digunakan untuk membuat teras di
  • 6. sepanjang jalan raya atau untuk konservasi lahan-lahan kritis, (2) serbuk sabut (dust) di gunakan untuk bahan papan isolator, gabus sintetik, atau media tanam. Sebagai bahan yang berserat dan memiliki serbuk, serbuk sabut kelapa ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku papan partikel yang merupakan salah satu altematif pemanfaatan limbah perkebunan kelapa. Ciri khas serbuk sabut kelapa ini adalah ringan, maka dalam penelitian ini dilakukan optimasi proses pembuatan papan partikel dari serbuk sabut kelapa. Sedangkan untuk campurannya menggunakan komposit adalah berupa serbuk gergaji kayu dan sabut kelapa. Serat dalam papan partikel berfungsi sebagai penguat dari papan partikel yaitu sebagai bahan yang dimaksudkan untuk memperkuat komposit, disamping itu penggunaan serat juga mengurangi pemakaian resin sehingga akan diperoleh suatu komposit yang lebih kuat, kokoh dan tangguh jika dibandingkan produk bahan komposit yang tidak menggunakan serat penguat serta membentuk ikatan yang kuat dengan perekat (E Tampubolon, 2009). Perekat yang digunakan untuk pembuatan papan partikel adalah pada bahan dari resin, dikelompokkan menjadi 3 yaitu: (a) papan partikel untuk perabot rumah tangga menggunakan lem urea formaldehida,(b) papan partikel untuk bangunan yang kedap udara menggunakan lem melamin resin dan, (c) papan partikel yang kedap air menggunakan perekat lem fenol formaldehida. Untuk penelitian ini menggunakan lem urea formaldehida tipe UA-125 produksi PT. PAI Probolinggo. Selain bahan pengikat dari resin, semen ternyata juga dapat digunakan sebagai bahan pengikat pada jenis papan partikel yang lain. Produk papan partikel dengan pengikat semen (mineral) sangat cocok digunakan pada negara berkembang, karena tidak memerlukan peralatan yang canggih dan pengerjaannya hanya menggunakan proses kerja tangan yang sederhana. METODE Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas papan partikel yang dibentuk dari pemanfaatan sabut kelapa dan serbuk gergaji kayu pinus sebagai papan partikel bahan bangunan. Oleh karena itu dalam rancangan penelitian ini dimuat semua rangkaian dalam
  • 7. upaya mencapai tujuan penelitian yang dikehendaki, meliputi proses persiapan, proses penelitian, dan proses pengambilan data. Secara garis besar penelitian ini dapat dilihat pada diagram alir berikut ini. Gambar 1 Diagram alir penelitian papan partikel (Sumber: Rancangan peneliti) Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah papan partikel dengan campuran serbuk gergajian kayu, sabut kelapa dengan menggunakan perekat urea formaldehida dan hardener (pengeras) dengan prosentase 15%, dengan kerapatan rencana = 0,6 gram/cm3 dan dimensi rencana = 40x40x1 cm sehingga berat Pembuatan Desain Operasional Proses pesiapan bahan dan alat Proses pembuatan benda uji Pengumpulan data hasil pengujian Kesimpulan Analisa data Pembahasan Pengujian papan partikel: 1) Kerapatan papan partikel, 2) Kadar air papan partikel, 3) Pengembangan tebal papan partikel, 4) Daya serap air papan partikel Mulai Selesai Jika benda uji tidak dapat diuji
  • 8. rencana papan partikel dalam penelitian ini diperoleh dari perkalian kerapatan rencana dengan volume rencana. Berat rencana yang diperoleh adalah 960 gram. Tabel 4 Komposisi berat campuran bahan No Campuran Jumlah sampel (buah) Sabut kelapa (gram) Serbuk kayu (gram) Perekat (gram) Keterangan 1 A (30/55/15)* 5 288 528 144 Bahan pengeras (hardener) NH4CL disesuaikan % bahan perekat 2 B (35/50/15)* 5 336 480 144 3 C (40/45/15)* 5 384 432 144 4 D (45/40/15)* 5 432 384 144 5 X (serbuk gergaji)** 5 0 816 144 Keterangan tabel: * (30/55/15) menunjukkan persentase perbandingan bahan, yaitu sabut kelapa, serbuk gergaji kayu pinus, dan perekat Urea Formaldehida ** Untuk komposisi campuran X adalah komposisi yang banyak beredar di pasaran, karena bahan baku yang dipakai adalah serbuk gergaji saja dan sebagai variabel kontrol. Instrumen memegang peranan penting dalam upaya memperoleh informasi atau data yang akurat. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini terdapat 3 (tiga) tahapan penelitian: (1) persiapan bahan dan alat, (2) proses pembuatan benda uji, dan (3) pengambilan data. Tahapan-tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Persiapan bahan dan alat  Bahan-bahan yang dipakai: serbuk gergaji kayu pinus, sabut kelapa, lem urea formaldehida tipe UA-125, dan hardener (pengeras): NH4CL  Alat-alat yang digunakan: a. Gelas plastik b. Timbangan dengan ketelitian 0,01gram c. Cawan d. Oven dengan suhu ± 100 0 C e. Alat pengepresan setting dingin f. Mesin pemotong kayu untuk memotong benda uji g. Kaliper (jangka sorong) untuk mengukur lebar, tebal, dan panjang benda uji dengan ketelitian 0,05 mm. h. Timbangan untuk mengukur berat banda uji pada saat menentukan kerapatan (specific grafity) benda uji dengan ketelitian 0,01 mm. i. Wadah/bak air saat perendaman benda uji untuk menentukan penyerapan terhadap air.
  • 9. Proses pembuatan benda uji adalah sebagai berikut: 1. Persiapan bahan dan alat. 2. Penimbangan bahan-bahan sesuai berat yang direncanakan. 3. Pencampuran semua bahan sampai rata. 4. Proses pengepresan, semua bahan yang sudah tercampur dimasukkan mesin pres dan siap dipres selama ± 6 jam. 5. Papan partikel yang sudah jadi kemudian ditempatkan dalam ruangan dan diangin-anginkan selama ± 1 minggu, sehingga kadar air dalam papan partikel seimbang (sesuai suhu ruangan). 6. Papan partikel dipotong dengan menggunakan mesin pemotong kayu sesuai dengan ukuran dan bentuk benda uji yang telah ditentukan dalam pengujian kerapatan, kadar air, daya serap air, dan pengenbangan tebal papan partikel. Pengambilan data Proses pengambilan data hasil pengujian adalah sebagai berikut: 1. Kerapatan papan partikel yaitu: dengan menggunakan perbandingan antara berat kering rata-rata papan partikel dengan volume papan partikel, dalam pengambilan data pengujian kerapatan benda uji di potong dengan ukuran 10x10 cm dengan jumlah masing-masing komposisi campuran sebanyak 5 benda uji. Penentuan kerapatan dihitung dengan menggunakan persamaan: Kerapatan  (g/cm³) = I B , dengan: B : berat (gram); I : isi (cm³) 2. Uji kadar air papan partikel yaitu: dengan mengeringkan papan partikel dalam oven pada suhu 100-150o C hingga mencapai berat yang tetap, dalam pengambilan data pengujian kadar air benda uji di potong dengan ukuran 10x10 cm dengan jumlah masing-masing komposisi campuran sebanyak 5 benda uji. Penentuan kadar air dihitung dengan menggunakan persamaan: Kadar air (%)            100 Bk BkBa Ka dengan: Ba : berat awal (gram); Bk : berat kering mutlak (gram). 3. Uji pengembangan tebal papan partikel yaitu: Daya serap air papan partikel akibat perendaman dalam air, dalam pengambilan data pengujian
  • 10. pengembangan tebal papan partikel benda uji di potong dengan ukuran 10x10 cm dengan jumlah masing-masing komposisi campuran sebanyak 5 benda uji. Penentuan pengembangan tebal dihitung dengan persamaan: Pengembangan tebal (%) = 100 1 12        T TT , dengan: T2 : tebal setelah direndam air (mm); T1 : tebal sebelum direndam air (mm). 4. Daya serap air papan partikel dengan cara: perbandingan antara papan partikel kering oven dengan berat papan partikel dalam kondisi basah (setelah perendaman 120 menit), dirumuskan dengan, dalam pengambilan data pengujian daya serap air benda uji di potong dengan ukuran 10x10 cm dengan jumlah masing-masing komposisi campuran sebanyak 5 benda uji. Daya serap air (%) = 100 1 )12( x B BB  , dengan: B2 : berat setelah direndam air (gram); B1 : berat sebelum direndam air (gram). Analisis data hasil pengujian kerapatan, kadar air, pengembangan tebal dan daya serap air menggunakan statistik nilai rata-rata yaitu menggunakan analisis nilai rata-rata hasil pengujian, karena sampel benda uji yang akan diambil data jumlahnya tidak terlalu banyak. Dari masing-masing komposisi campuran (A (30%), B (35%), C (40%), D (45%), dan X(0%)) diambil 5 (lima) (A1, A2, A3, A4, A5; dan begitu pula untuk komposisi campuran B, C, D, dan X) benda uji untuk setiap pengujian. Kemudian dari kelima nilai hasil pengujian diambil rata- rata dan dibandingkan dengan standar yang ada, apakah sudah sesuai dengan standar yang disyaratkan atau belum dan dibandingkan dengan variabel kontrol Untuk mempermudahkan perhitungan data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft excel. HASIL DAN PEMBAHASAN Kerapatan papan partikel Pengujian kerapatan papan partikel dilakukan dengan cara membandingkan berat papan partikel dengan volume papan partikel, alat yang dipergunakan untuk pengujian ini adalah kaliper (jangka sorong) dan timbangan.
  • 11. Gambar 2 Grafik hasil pengujian kerapatan Keterangan: - A (30%), B (35%), … menunjukkan banyaknya persentase sabut kelapa pada papan - Kerapatan minimal dan kerapatan maksimal sesuai standar SNI 03-2105-2006 - Kerapatan rata-rata hasil pengujian sesuai standar SNI 03-2105-2006, karena berada diantara kerapatan minimal dan maksimal Gambar 3 Grafik nilai rata-rata hasil pengujian kerapatan Berdasarkan gambar 2 dan 3 diperoleh nilai kerapatan paling tinggi dan mendekati rencana pada benda uji B (35%) memperoleh kerapatan 0,58 g/cm3 , sedangkan kerapatan paling rendah dan jauh dari kerapatan rencana adalah benda uji D (45%) yaitu 0.45 g/cm3 . Untuk pengujian kerapatan papan partikel yang paling baik adalah pada papan partikel dengan kerapatan maksimal yaitu pada papan partikel tipe B (35%) dengan persentase campuran sabut kelapa : serbuk gergaji kayu pinus pinus : perekat = 35% : 50% : 15%. Sedangkan ditinjau menurut Standar Nasional Indonesia SNI 03-2105-2006 kerapatan hasil pengujian sudah sesuai dengan standar yaitu 0,40-0,90 g/cm3 , sedangkan ditinjau dari FAO, hasil pengujian kerapatan papan partikel nilainya masuk dalam tipe sedang yaitu antara 0,40-0,80 g/cm3 . 0.61 0.61 0.51 0.59 0.59 0.46 0.61 0.42 0.51 0.45 0.44 0.46 0.40 0.47 0.48 0.47 0.47 0.53 0.44 0.48 0.43 0.48 0.53 0.63 0.50 0.30 0.35 0.40 0.45 0.50 0.55 0.60 0.65 A1 A2 A3 A4 A5 B1 B2 B3 B4 B5 C1 C2 C3 C4 C5 D1 D2 D3 D4 D5 X1 X2 X3 X4 X5 Tipe Papan Partikel Kerapatan(g/cm3) X (0%), 0.48 D (45%), 0.45 C (40%), 0.46 B (35%), 0.58A (30%), 0.55 - 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 A (30%) B (35%) C (40%) D (45%) X (0%) Tipe Papan Partikel (sesuai persentase sabut kelapa) Kerapatanrata-ratahasil pengujian(g/cm3) kerapatan minimal = 40 g/cm3 Kerapatan Has il P engujian kerapatan maksimal = 90 g/cm3
  • 12. Berdasarkan kerapatan rencana, maka papan pertikel tersebut masih belum sesuai. Hal tersebut disebabkan beberapa hal yaitu pada saat proses pencampuran lem dan pada saat pengepresan bahan-bahan tidak masuk semua; pada saat pemotongan papan partikel serbuk gergaji dan sabut kelapa banyak yang terbuang serta pemotongan tidak bisa rapi; volume yang dihasilkan tidak sesuai rencana akibat dari alat yang tidak mampu melakukan pengepresan sampai ketebalan papan partikel 1 cm, dan terjadi pengembangan tebal pada saat papan partikel diangin-anginkan selama 7 (tujuh) hari yang disebabkan oleh kelembaban udara dalam ruangan yang tidak stabil, karena hal yang mempengaruhi kerapatan adalah berat dan volume sehingga bila terjadi pengembangan dan pengurangan berat papan partikel akan menyebabkan perbedaan kerapatan rencana dengan kerapatan hasil pengujian. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan penambahan sabut kelapa kerapatan yang diperoleh akan mendekati kerapatan rencana. Kadar air papan partikel Pengujian ini merupakan jumlah air yang dikeluarkan dari papan partikel akibat pemanasan, dilakukan dengan cara mengeringkan papan partikel dalam oven pada suhu 100-150o C hingga mencapai berat yang tetap (konstan), alat yang dipergunakan untuk pengujian ini adalah oven dan timbangan. Gambar 4 Grafik hasil pengujian kadar air 15.32 12.60 11.54 11.32 15.76 13.47 15.53 13.68 14.12 12.37 12.12 12.84 10.99 12.50 13.64 11.46 13.27 14.00 11.88 16.28 12.36 11.11 10.00 13.40 15.15 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 A1 A2 A3 A4 A5 B1 B2 B3 B4 B5 C1 C2 C3 C4 C5 D1 D2 D3 D4 D5 X1 X2 X3 X4 X5 Tipe Papan Partikel Kadarair(%) 13.19 14.51 12.63 12.64 12.37 11 11.5 12 12.5 13 13.5 14 14.5 15 A (30%) B (35%) C (40%) D (45%) X (0%) Tipe Papan Partikel (s es uai pers entas e s abut kelapa) KadarAir(%) Nilai Hasil Pengujian Nilai Standar Maksimal = 14%
  • 13. Keterangan: - A (30%), B (35%), … menunjukkan banyaknya persentase sabut kelapa pada papan partikel. - Kadar air maksimal sesuai standar SNI 03-2105-2006 - Kadar air rata-rata hasil pengujian sesuai standar SNI 03-2105-2006, karena berada diantara di bawah maksimal Gambar 5 Grafik nilai rata-rata hasil pengujian kadar air papan partikel Berdasarkan analisis perhitungan nilai rata-rata dari berbagai komposisi campuran hasil pengujian kadar air papan partikel, seperti pada gambar 4 dan 5 dihasilkan bahwa papan partikel tipe X (0%) memiliki kadar air papan partikel terendah yaitu 12,37%, sedangkan kadar air papan partikel tertinggi terjadi pada papan partikel tipe B (35%) yaitu 14,51%. Untuk pengujian kadar air papan partikel nilai yang paling baik adalah papan partikel tipe X (0%) karena nilai kadar air paling rendah. Ditinjau dari Standar Nasional Indonesia SNI 03-2105- 2006 hasil pengujian kadar air papan partikel dalam penelitian ini tipe A (30%), C (40%), D (45%), dan X(0%) masuk dalam standar yang berlaku, sedangkan tipe B (35%) melebihi batas maksimal, batas maksimal kadar air papan partikel adalah 14%. Kadar air hasil pengujian ini dapat dihasilkan kadar air yang kecil karena sebelum dilakukan penimbangan, serbuk gergaji kayu pinus pinus dioven sampai mendekati berat tetap (konstan). Kadar air dapat berubah disebabkan oleh perekat yang digunakan, karena dalam lem urea formaldehida terdapat kandungan air, cuaca dan kelembaban udara juga dapat mempengaruhi kadar air dalam papan partikel. Semakin lembab udaranya (terutama pada saat musim hujan) maka kadar air papan partikel semakin besar, berkisar ± 20% tetapi semakin panas suhu/udaranya (terutama pada musim kemarau) maka kadar air juga semakin kecil, berkisar ± 13%. Sedangkan untuk kondisi kering mutlak hanya dapat dicapai pada saat pemanasan/pengovenan. Pengembangan tebal papan partikel Pengujian daya serap air papan partikel dilakukan dengan cara perendaman dalam air selama ± 24 jam, alat yang dipergunakan untuk pengujian ini adalah kaliper (jangka sorong) dan bak perendam.
  • 14. Gambar 6 Grafik hasil pengujian pengembangan tebal Keterangan: - A (30%), B (35%), … menunjukkan banyaknya persentase sabut kelapa pada papan partikel. Gambar 7 Grafik nilai rata-rata hasil pengujian pengembangan tebal Berdasarkan analisis perhitungan nilai rata-rata dari berbagai komposisi campuran hasil pengujian pengembangan papan partikel, seperti pada gambar 6 dan 7 dihasilkan bahwa papan partikel tipe B (35%) dan tipe C (40%) memiliki persentase pengembangan tebal yang kecil (kualitas pengembangan tebal terbaik dalam penelitian ini) yaitu 6,00%, sedang papan partikel yang memiliki persentase pengembangan tebal tertinggi terjadi pada tipe X (0%) yaitu 22,88%. Pengembangan tebal yang tinggi ini terjadi akibat tidak adanya serat yang dapat mengikat serbuk gergaji kayu pinus pinus, sehingga ikatan serbuk dengan lem lemah jika diberi air. Oleh karena itu pengembangan tebal ini sangat dipengaruhi oleh daya ikat partikel dalam papan yaitu kerusakan yang terjadi pada jaringan ikat antar partikel pembentuk papan. Juga dipengaruhi oleh pencampuran lem yang tidak merata serta pengepresan yang kurang sempurna, yaitu perubahan dimensi setelah keluar dari cetakan. Dari hasil pengujian pengembangan tebal papan partikel pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan campuran antara sabut kelapa dengan serbuk gergaji kayu pinus pinus pengembangan tebal yang terjadi semakin kecil, sedangkan papan partikel tanpa campuran sabut kelapa mengalami pengembangan yang besar. 20.00 20.00 0 0 0 10.00 10.00 0 10.00 15.38 0 10.00 7.69 7.14 36.36 27.27 9.09 25.00 16.67 8.338.338.338.33 18.18 9.09 0 5 10 15 20 25 30 35 40 A1 A2 A3 A4 A5 B1 B2 B3 B4 B5 C1 C2 C3 C4 C5 D1 D2 D3 D4 D5 X1 X2 X3 X4 X5 Tipe Papan Partikel PengembanganTebal(%) D (45%), 7.97 A (30%), 9.82 B (35%), 6.00 C (40%), 6.00 X (0%), 22.88 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 A (30%) B (35%) C (40%) D (45%) X (0%) Tipe Papan Partikel (sesuai persentase sabut kelapa) PengembanganTebal(%) Nilai rata-rata hasil pengujian
  • 15. Daya serap air papan partikel Pengujian daya serap air papan partikel ini dilakukan dengan cara membandingkan antara selisih papan partikel kering oven dengan berat papan partikel dalam kondisi basah dengan (setelah perendaman 120 menit). Gambar 8 Grafik hasil pengujian daya serap air Keterangan: - A (30%), B (35%), … menunjukkan banyaknya persentase sabut kelapa pada papan partikel. - Daya serap minimal dan maksimal sesuai standar FAO Gambar 9 Grafik rata-rata hasil pengujian daya serap air Berdasarkan analisis perhitungan nilai rata-rata dari berbagai komposisi campuran hasil pengujian daya serap air papan partikel seperti pada gambar 8 dan 9 dihasilkan bahwa papan partikel tipe B (35%) memiliki nilai terendah yaitu 74,69%, sedangkan nilai tertinggi terjadi pada papan partikel tipe X (0%) yaitu 155,40%. Berdasarkan Standar FAO nilai daya serap air yang terjadi maka papan partikel tipe A (30%), C (40%), D (45%), dan X(0%) tidak memenuhi standar karena tidak masuk dalam persentase yang disyaratkan yaitu 20-75%. Dan untuk papan partikel tipe B (35%), masih masuk dalam batas tersebut. Dari hasil pengujian daya serap air papan partikel dapat disimpulkan bahwa papan partikel dengan penambahan sabut kelapa memiliki daya serap air lebih kecil dibandingkan dengan papan partikel tanpa penambahan sabut kelapa. Sehingga dengan penambahan sabut kelapa semakin rendah daya serap air papan 110.95 64.05 58.82 77.97 89.39 89.38 83.49 139.64 88.99 126.32 168.22 158.56 173.27 132.73 112.04 92.98 89.17 87.93 88.14 60.56 88.00 114.00 112.00 137.96 139.00 - 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00 160.00 180.00 A1 A2 A3 A4 A5 B1 B2 B3 B4 B5 C1 C2 C3 C4 C5 D1 D2 D3 D4 D5 X1 X2 X3 X4 X5 Tipe Papan Partikel DayaSerapAir(%) X (0%), 155.40 A (30%), 93.83 B (35%), 74.69 C (40%), 107.22 D (45%), 105.56 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 A (30%) B (35%) C (40%) D (45%) X (0%) Tipe Papan Partikel (se suai persentase sabut kelapa) DayaSerapAir(%) KA Hasil Pengujian KA Minimal =20% KA Maksimal = 75%
  • 16. partikel. Karena nilai daya serap air ini berbanding lurus dengan pengembangan tebal, maka daya serap air yang tinggi ini terjadi akibat tidak adanya serat yang dapat mengikat serbuk gergaji kayu pinus pinus, sehingga ikatan serbuk dengan lem lemah jika diberi air. Juga dipengaruhi oleh pencampuran lem yang tidak merata serta pengepresan yang kurang sempurna, yaitu perubahan dimensi setelah keluar dari cetakan. Kualitas papan partikel hasil pengujian Dari pengujian yang dilaksanakan dalam penelitian ini dihasilkan nilai rata-rata keseluruhan dari kerapatan, kadar air, pengembangan tebal, dan daya serap air papan partikel masing-masing tipe. Dapat ditampilkan pada tabel 5.1. Tabel 5 Nilai rata-rata hasil pengujian fisik papan partikel Tipe Papan Kerapatan (g/cm3 ) Kadar Air (%) Daya Serap Air (%) Pengembangan Tebal (%) A (30%) 0.55 7.941 93.83 9.818 B (35%) 0.58 9.346 74.69 6.000 C (40%) 0.46 7.056 107.22 6.000 D (45%) 0.45 6.313 105.56 7.967 X (0%) 0.48 5.195 155.40 22.879 Keterangan: - A (30%), B (35%), … menunjukkan banyaknya persentase sabut kelapa pada papan partikel. - : Nilai hasil pengujian fisik terbaik Sehingga dapat ditarik kesimpulan papan partikel tipe B dengan komposisi campuran sabut kelapa : serbuk gergaji kayu pinus pinus : perekat (35%:50%:15%) memiliki kualitas yang baik dibuktikan dengan nilai kerapatan tertinggi dan mendekati kerapatan rencana, daya serap air yang rendah, dan pengembangan tebal yang rendah. Untuk kadar air terbaik terjadi pada Papan partikel tipe X dengan komposisi campuran sabut kelapa : serbuk gergaji kayu pinus pinus : perekat (0%:85%:15%) atau tanpa campuran sabut kelapa menghasilkan kadar air yang terendah dan merupakan kadar air terbaik dalam penelitian ini. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian Rekayasa Sabut Kelapa dan Serbuk gergaji kayu pinus sebagai Papan Partikel Bahan Bangunan yang telah dilakukan maka
  • 17. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut 1. Berdasarkan pengujian kerapatan papan partikel, papan partikel tipe B (kerapatan rencana = 0.60 gram/cm3 ), sedangkan kerapatan yang paling jauh dari kerapatan rencana adalah papan partikel tipe D sebesar 0.45 g/cm3 . Pada pengujian kerapatan ini sesuai dengan standar SNI dan penelitian ini membuktikan semakin tinggi kerapatan papan partikel maka kualitas papan partikel semakin baik, karena papan partikel yang dibentuk semakin padat. 2. Berdasarkan pengujian kadar air papan partikel, papan partikel tipe X tanpa campuran sabut kelapa menghasilkan kadar air yang terendah yaitu 12,37%, sedangkan kadar air yang tertinggi adalah papan partikel tipe B sebesar 14,51%. Papan partikel tipe B melebihi batas maksimal, batas maksimal kadar air papan partikel adalah 14%. Kadar air ini sangat dipengaruhi oleh kelembaban udara semakin tinggi kelembaban udara maka kadar air juga semakin tinggi. Dari pengujian kadar ini dihasilkan bahwa kadar air yang tinggi akan mengurangi kualitas papan partikel. 3. Berdasarkan pengujian pengembangan tebal papan partikel, papan partikel tipe B menghasilkan pengembangan tebal terendah yaitu 6,00%, sedangkan papan partikel tipe X menghasilkan pengembangan tebal yang tertinggi yaitu 22,88%. Dan berdasarkan pengujian daya serap air papan partikel, papan partikel tipe B menghasilkan daya serap air terendah yaitu 74,69%, sedangkan papan partikel tipe X menghasilkan daya serap air yang tertinggi yaitu 155,40%. Untuk pengembangan tebal sesuai dengan standar SNI dan untuk daya serap air menurut standar FAO memberi batasan nilai sifat fisik untuk papan partikel tipe sedang adalah 20-75%, sehingga untuk kadar air ini hanya papan partikel tipe B yang memenuhi standar. Dari pengujian pengembangan tebal dan dan daya serap papan partikel dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pengembangan tebal dan daya serap air maka kualitas papan partikel akan semakin berkurang. 4. Berdasarkan FAO papan partikel ini masuk dalam papan partikel berkerapatan sedang karena berada antara 0,4-0,8 g/cm3 . Hal tersebut menandakan bahwa papan partikel ini cocok digunakan untuk bagian atas dari meja, almari, rak buku dan sebagainya.
  • 18. Dari hasil penelitian sebagaimana yang telah di simpulkan diatas, maka saran-saran yang dianggap penting untuk meningkatkan kualitas papan partikel dan untuk penelitian lebih lanjut. Beberapa saran yang perlu adalah: 1. Bagi Mahasiswa dan Peneliti; penelitian ini hanya sebatas pengujian sifat fisik papan partikel, untuk lebih menghasilkan kualitas yang baik sebaiknya dilakukan pengujian sifat mekanikanya juga, sehingga mendapatkan hasil yang maksimal. 2. Bagi Pengusaha, papan partikel dengan bahan baku sabut kelapa dan serbuk gergajian kayu dapat digunakan sebagai alternatif dalam pemakaian bahan baru papan partikel dalam pengembangan usaha. Serta dapat meningkatkan fungsi limbah dari pengolahan kayu dan perkebunan kelapa 3. Bagi Masyarakat; sebagai bahan informasi sebagai salah satu pemecahan dalam pemakaian bahan baru dalam pembuatan papan partikel terutama teknologi terapan yang dapat digunakan dalam skala rumah tangga, terutama sebagai meja, almari, rak buku dan sebagainya. DAFTAR RUJUKAN Anonim. 2003. Annual Book of ASTM Standarts. 2003. Philadelpia. Anonim. 2006. Standar Nasional Indonesia Papan Partikel. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional (BSN). Anonim. 2009. Brosur Urea Formaldehida UA-125. Probolinggo: PT. Pamolite Adhesive Industry. Christalin, T. 2008. Uji Sifat Fisik dan Kuat Lentur Papan Partikel dengan Bahan Tambahan Ampas Tebu sebagai Elemen Konstruksi Bangunan. Malang. Universitas Negeri Malang. Damanauw, J.F.1990. Mengenal kayu. Jogyakarta: Kanisius. Frick, H. dan Koesmartadi, CH.1999. Ilmu Bahan Bangunan. Jogjakarta: Kanisius. Kartiwa, Wawan Haroen., Santosa, Ligia dan Supratman, Maman. 2006. Pemanfaatan Limbah Padat Berserat Kertas Sebagai bahan Pembuat Partisi di IKM. Majalah Ilmiah Vol. 42 (1) (http://www.bbpk.go.id) (diakses 21 April 2010). Praptopo, Y. 2004. Pengaruh Prosentase Lem terhadap Kuat Lentur dan Kerapatan pada Papan Partikel Berbahan Dasar Serpih Kayu pinus dan Ditambah Serat Bambu 20%. Tugas Akhir. Universitas Negeri Malang. Subiyanto, B., Raskita, S., dan Efendy, H. 2003. Pemanfaatan Serbuk Sabut Kelapa sebagai Bahan Penyerap Air dan Oli Berupa Panel Papan Partikel. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis Vol. 1. (diakses 21 April 2010).
  • 19. Sutigno, P. 2006. Mutu Produk Papan Partikel, (http://www.dephut.go.id/Halaman/STANDARDISASI & LINGKUNGAN KEHUTANAN/INFO VI02/IV VI02.htm., diakses 21 April 2010). Tampubolon, Evanora. 2009. Pembuatan dan Karakterisasi Papan Serat yang Dibuat Dari Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit-Urea Formaldehida. Skripsi. Universitas Sumatra Utara. Triyono, Sugeng; Haryanto, Agus; Haryati, Ria Sari. 2008. Rancang Bangun dan Uji Kinerja Alat Pengering Kopra Tipe Rakberbahan Bakar Biomasa. Makalah Seminar Nasianal Teknik Pertanian. Jogjakarta. (diakses 28 April 2010) Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: UM Press.