SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
Download to read offline
PANDUAN PRAKTIKUM
PENGOLAHAN HASIL HUTAN KAYU
Oleh:
Tim Dosen Pengolahan Hasil Hutan Kayu
LABORATORIUM TEKNOLOGI HASIL HUTAN JURUSAN
KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS
MATARAM
2022
DAFTAR ISI
Halaman
COVER i
DAFTAR ISI ii
I. PENGGERGAJIAN KAYU 1
ACARA 1.1 PENGENALAN ALAT-ALAT PENGGERGAJIAN
ACARA 1.2 POLA PEMBELAHAN
ACARA 1.3 VOLUME KAYU GERGAJIAN DAN RENDEMEN
1
5
10
II. PENGERINGAN KAYU SECARAALAMI 10
ACARA 2.1 PERSIAPAN SAMPEL PENGERINGAN KAYU
ACARA 2.2 PENYUSUTAN DAN PERHITUNGAN JUMLAH
CACAT PADA KAYU GERGAJIAN
11
12
III.PENGAWETAN KAYU DENGAN METODE RENDAMAN
DINGIN 12
ACARA 3.1 PERSIAPAN SORTIMEN DAN BAHAN
PENGAWET 12
ACARA 3.2 ABSORPSI, RETENSI DAN PENETRASI BAHAN
PENGAWET 12
IV. PRODUK PEREKATAN KAYU 16
ACARA 4.1 PAPAN SEMEN PARTIKEL 16
ACARA 4.2 PAPAN LAMINASI 18
I. PENGGERGAJIAN KAYU
ACARA I. 1. PENGENALAN ALAT-ALAT PENGGERGAJIAN
Mesin-Mesin Gergaji
1. Gergaji utama
Terdapat beberapa tipe gergaji utama, tergantung pada besar-kecilnya modal, diameter kayu yang
akan digergaji, kualita irisan dan volume produksi per hari atau perbulan.
● Gergaji bundar tunggal
Gergaji ini menghasilkan irisan yang kasar, diameter kayu yang digergaji juga terbatas dan
serbuknya banyak. Harga dan perawatan relative lebih murah.
● Gergaji bundar rangkap.
Gergaji ini untuk memproduksi kayu gergajian dengan tebal yang seragam dan cepat,
tetapi dengan diameter yang terbatas.
● Gergaji pita tunggal.
Gergaji yang paling fleksibel untuk membelah kayu bulat dengan diameter beragam, irisan
halus dan serbuknya sedikit. Harga dan perawatan relatif lebih mahal.
● Gergaji pita rangkap
Gergaji ini digunakan untuk memproduksi kayu dengan tebal atau lebar yang seragam
secara cepat.
● Gergaji ram.
Gergaji yang digunakan untuk memperoleh tebal kayu gergajian yang seragam dengan
lebih cepat, tetapi diameter kayu bulatnyapun harus seragam.
● Gergaji tunggal bolak-balik. Kurang diminati, karena proses kerjanya
● yang jauh lebih lambat dan gergaji bundar dan pita, meskipun dapat menggergaji kayu
dengan diameter tidak terbatas. Hasil irisan kasar, dengan jumlah serbuk sedang.
● Chip-N-Saw
Satu unit mesin yang terdiri dari penceriping kayu di bagian depan dan gergaji bundar
rangkap di bagian belakang. Penceriping kayu bekerja secara terprogram, mengubah
bakal sebetan dan potongan ujung langsung dari kayu bulatnya menjadi ceriping kayu.
Diameter kayu yang dikerjakan harus seragam.
2. Gergaji ulang
Gergaji ini bertugas mengerjakan atau menyelesaikan output gergaji utama. Oleh karenanya
jumlah gergaji ulang harus disesuaikan dengan jumlah potongan kayu yang
dihasilkan oleh gergaji utama, agar terjadi keseimbangan kecepatan produksi. Hal ini penting
untuk menghindari terjadinya penumpukan kayu di antara kedua mesin tersebut. Gergaji yang
dapat dipakai meliputi gergaji bundar tunggal atau rangkap, gergaji pita tunggal dan gergaji
ram.
3. Gergaji pelurus pinggir
Gergaji pelurus pinggir bertugas untuk meluruskan pinggir kayu gergajian yang belum lurus
pinggirnya dan juga membuang cacat pinggir. Gergaji yang dapat digunakan yaitu gergaji
bundar baik tunggal ataupun rangkap dan gergaji pita tunggal.
4. Gergaji pemotong ujung
Gergaji ini selamanya gergaji bundar.
5. Mesin pemilah
Pemilahan kayu gergajian dapat dilakukan secara manual oleh tenaga orang ataupun dengan
mesin. Mesin mi dioperasikan oleh satu orang. Aliran kayu gergajian dikendalikan dengan
mesin untuk diarahkan ke tempatnya masing-masing, dengan sistem
buka-tutup lintasan.
Tugas
a. Gambarlah mesin-mesin yang digunakan dalam proses penggergajian
b. Tulis fungsi dari setiap bagian mesin
Nama mesin :
Keterangan:
ACARA I.2. POLA PEMBELAHAN
Dalam membelah kayu bulat terdapat beberapa pola pembelahan, baik pola yang dibuat berdasar
garis-garis pembelahan pada penampang kayunya, maupun pola yang berdasar pada garis
pembelahan pada arah memanjang kayu. Masing-masing pola mempunyai keuntungannya
sendiri-sendiri. Pola-pola tersebut diuraikan di bawah ini:
1. Pola garis pembelahan pada penampang kayu
a. Pola pembelahan searah (live sawing).
Pola ini mempunyai keuntungan bahwa akan diperoleh lebar kayu gergajian yang maksimum.
b. Pola pembelahan blambangan (cant sawing).
Dengan pola ini akan diperoleh kayu gergajian dengan lebar yang seragam, tanpa pelurusan
pinggir.
c. Pola pembelahan bervariasai atau kombinasi.
Pola ini merupakan gabungan dari pola searah dengan pola blambangan.
d. Pola pembelahan radial (quarter sawn).
Pola ini menghasilkan kayu gergajian dengan penyusutan arah lebar terkecil. Permukaan lebar
kayu gergajian yang dihasilkan tidak mcmiliki gambaran lingkaran tumbuh yang indah,
karena lingkaran tumbuh hanya akan kelihatan sebagai garis-garis lurus yang sejajar arah
panjang kayu.
e. Pola pembelahan tangensial (flatsawn).
Dengan pola ini akan dihasilkan kayu dengan permukaan lebar memiliki gambaran lingkaran
tumbuh yang indah. Kerugiannya bahwa kayu gergajian memiliki penyusutan arah lebar
terbesar. Apabila kayu tidak dikeringkan lebih dahulu dengan baik dan kering benar sebelum
pengolahannya menjadi suatu produk, maka produknya nanti dalam pemakaian akan
mengalami penyusutan yang besar yang dapat menimbulkan retak, pecah, celah, melengkung
ataupun rusaknya garis perekat.
Gambar1. Pola Pembelahan Pada Penampang Batang
2. PolaGaris Pembelahan Memanjang Kayu
a. Pola sejajar kulit (sejajar sisi luar).
Pola ini digunakan apabila kulit atau sisi luar lurus dan bebas cacat.
b. Pola seiajar hati (sejajar gans empulur atau pusat batang).
Pola ini digunakan apabila kulit atau sisi luar mengandung cacat dan batang agak meruncing.
c. Pola selalu sejajar kulit
Pola ini khusus untuk kayu yang berongga (growong) di tengah batangnya
Gambar 2. Pola Pembelahan Arah Memanjang Batang
Ukuran kayu gergajian
Beberapa istilah untuk kayu bangunan menurut SNI 03-3527-1994 adalah:
● Lebar kayu adalah bagian yang lebih sempit dari muka kayu yang diukur tegak lurus
panjang batang.
● Tebal kayu adalah bagian yang lebih sempit dari muka kayu yang diukur tegak lurus
panjang batang.
● Balok kayu adalah balok dari bahan kayu, dengan penampang lintang berbentuk segi
empat siku-siku.
● Papan adalah kayu gergajian yang mempunyai ukuran tebal 2-4 cm dan lebar 10-30 cm.
● Kaso adalah kayu gergajian untuk bahan bangunan yang biasanya berukuran 4 cm x 6
cm, 5 cm x 7 cm dan 4 cm x 8 cm.
● Reng adalah kayu gergajian yang dipergunakan untuk bangunan yang biasanya berukuran
2 cm x 3 cm dan 3 cm x 4 cm dengan panjang nominal 1,00 atau lebih.
● Lis adalah kayu gergajian yang biasanya lebarnya kurang dari 10 cm dan tebalnya kurang
dari setengahnya.
Ukuran lebar dan tebal nominal kayu bangunan untuk semua jenis pemakaian (SNI 03-
3527-1994)
Ukuran panjang nominal kayu bangunan (SNI 03-3527-1994):
- 100 cm - 350 cm
- 150 cm - 400 cm
- 200 cm - 450 cm
- 250 cm - 500 cm
- 300 cm - 550 cm
- 600 cm
Toleransi
● Toleransi lebar dari tebal ditetapkan -0 dan + 5%.
● Toleransi panjang ditetapkan -0 dan + 10 cm.
Tugas
Gambar pola pembelahan pada penampang batang dari log yang ada di penggergajian. Alat:
1. Pinsil
2. Penggaris
3. Kertas kalkir
Bahan:
Log yang dipilih dari lokasi penggergajian
Cara kerja:
1. Catat jenis, panjang, dan diameter log
2. Periksa log yang akan digunakan untuk membuat pola pembelahan, jika terdapat
cacat atau permukaan tidak rata ditulis pada bagian keterangan
3. Tempelkan kertas kalkir pada penampang melintang log
4. Buat gambaran permukaan log pada kertas kalkir (bentuk bulatan, letak empulur,
cacat, lingkaran tahun)
5. Buatlah pola pembelahan pada kertas kalkir yang telah memiliki gambaran
permukaan log
ACARA I.3. VOLUME KAYU GERGAJIAN DAN RENDEMEN
Tugas:
Hitung volume kayu gergajian dan rendemen berdasarkan pola pembelahan yang saudara buat
pada acara I.2!
II. PENGERINGAN KAYU SECARAALAMI
Pengeringan kayu merupakan suatu system yang melibatkan banyak unsur (elemen).
Unsur-unsur itu dipadukan secara bersama-sama agar proses pengeringan kayu dapat
berlangsung. Secara konsepsional, unsur-unsur itu dapat diperinci sebagai berikut:
1. Kayu
2. air
3. panas
4. media pembawa panas
5. sirkulasi udara
6. suhu udara
7. kelembaban udara
8. alat (mesin) pengering
9. ilmu pengeringan
10. waktu.
Biomassa kayu berupa benda padat yang mempunyai sifat yang sangat bervariasi dalam
hal sifat-sifat dasar kayu. Sifat dasar ini meliputi (a) sifat kimia, (b) sifa anatomi, (c) struktur
kayu (d) sifat fisika. Variabilitas sifat kimia kayu berkait dengan bentuk dan proporsi unsur
selulosa, lignin, hemiselulosa dan ekstraktif penyusun kayu. Sementara itu, variabilitas sifat
anatomi kayu berkait dengan bentuk, ukuran dan volume dalam persen unsur penyusun kayu,
yakni: serat, parenkim, jari-jari, pembuluh, saluran dammar, serta jumlah dan jenis noktah yang
terdapat pada masing-masing sel tersebut. Variabilitas struktur kayu mencakup proporsi dan
kondisi kayu teras dan kayu gubal, lingkaran pertumbuhan, kayu awal dan kayu akhir, kayu
dewasa dan juvenile. Variabilitas sifat fisika berkait dengan kerapatan kayu, berat jenis, kadar air
kayu penyusutakayu, daya hantar panas, porusitasserta permeabilitas (Soenardi, 1976).
Pengeringan alami atau disebut juga sebagai pengeringan udara adalah suatu sistem
pengeringn kayu gergajian yang unsur-unsur pengeringan berupa suhu udara, kelembaban
udara, dan sirkulasi udara yang dilibatkan di dalam pengeringan diperoleh secara alami dari
atmosfer atau lingkungan tempat kayu tersebut dikeringkan. Pengeringan alami bermaksud untuk
memanfaatkan semaksimal mungkin angin dan sinar yang tersedia secara gratis, sembari
memberi perlindungan kayu gergajian dari siraman air hujan. Ada tiga factor yang menentukan
untuk mengatur pengeringan secara alami, yaitu: bangsal pengeringan/ lapangan pengeringan,
penumpukan yang benar, dan proteksi di bagian ujung pada setiap specimen kayu yang
ditumpuk/dikeringkacn.
Dalam proses pengeringan yang dilakukan seringkali terjadi cacat pada kayu
yangdikeringkan. Cacat pengeringan dapat menyebabkan kerugian dalam bentuk penurunan
kualitas kayu dan dapat mengurangi nilai kayu, ikarena adanya kehilangan akibat mekanisme
pengurangan ukuran panjang kayu. Cacat-cacat akibat pengeringan alami dapat disebabkan oleh
berbagai factor, diantaranya: penyusutan kayu, infeksi penularan jamur/ fungi, reaksi kimia
khususnya zat ekstraktif, dan serangan insekta (terutama rayap kayu).
ACARA II.1. PERSIAPAN SAMPEL PENGERINGAN KAYU
Bahan:
1. Papan gergajian ukuran 100 x 20 x 2 cm
Alat:
1. Meteran/ mistar
2. Caliper/jangka sorong
3. Timbangan
4. MC Meter
5. Alat tulis
6. Lilin
Langkah kerja:
1. Ukur dimensi papan yang akan dikeringkan
2. Timbang sortimen sebagai berat awal
3. Beri label/tanda pada sortimen sebelum dikeringkan
4. Hitung jumlah dan ukuran cacat pada sortimen sebelum dikeringkan
5. Lapisi bagian ujung sortimen dengan lapisan lilin tipis
6. Tempatkan sortimen pada rak/tempat pengeringan
7. Keringkan sampai kadar air konstan
8. Data diamati/diukur setiap hari, hingga kadar air konstan, meliputi:
a. Berat
b. Dimensi
c. Jumlah dan ukuran cacat
ACARA II.2. PENYUSUTAN DAN PERHITUNGAN JUMLAH CACAT PADA
KAYU GERGAJIAN
Tugas:
Hitung hasil pengamatan pada acara II.1.
III. PENGAWETAN KAYU DENGAN METODE RENDAMAN DINGIN
ACARA III.1 PERSIAPAN SORTIMEN DAN BAHAN PENGAWET
Alat:
1. Bak perendam
2. Gelas ukur
3. Gergaji
Bahan:
1. Sortimen kayu ukuran : 2,5x5x50 cm; 5x5x50 cm; 7,5x5x50 cm
2. bahan pengawet kayu BAE, yaitu campuran boraks (Na2B4O7.10H2O) dan asam borat
(H3BO3) dengan pelarut air
Langkah kerja:
1. contoh uji berupa kayu dipotong sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan
2. contoh uji disimpan pada suhu kamar sampai kering udara
3. timbang contoh uji yang telah kering udara, kemudian direndam ke dalam larutan
bahan pengawet pada suhu kamar dengan konsentrasi (berat/volume) yang telah
ditentukan.
4. Perendaman dilakukan selama 3 hari, 5 hari, dan 7 hari.
ACARA III.2 ABSORPSI, RETENSI DAN PENETRASI BAHAN PENGAWET
Absorbsi didefinisikan sebagai jumlah larutan bahan pengawet yang meresap ke dalam kayu
segera sesudah proses pengawetan selesai, dinyatakan dalam berat per satuan volume kayu.
Absorbsi lazim dinyatakan dalam kg per meter kubik volume kayu. Dengan demikian rumus
absorbsi sebagai berikut:
Absorbsi = Berat kayu sesudah diawetkan (kg) - Berat kayu sebelum diawetkan (kg )
Volume kayu (m3)
Retensi adalah jumlah bahan pengawet tanpa pelarut yang meresap dan tertinggal di dalam kayu.
Untuk menghitung retensi dapat dilakukan dua cara sebagai berikut. Petama, retensi teoritis,
yang dilakukan dengan mengalikan absorbsi dengan Konsentrasi larutan.
Retensi teoritis = Absorbsi x Konsentrasi larutaan
Kedua, retensi aktual atau retensi yang nyata-nyata ada di dalam kayu, yaitu dengan menghitung
selisih berat kayu sebelum dan sesudah pengawetan pada kadar air yang sama. Apabila kadar air
sama tersebut disebut kadar air kering udara, maka rumus retensi actual sebagai berikut.
Berat kayu KU _ Berat kayu KU
Retensi aktual = sesudah diawetkan (kg) sebelum diawetkan (kg)
Volume kayu (m3)
Absorbsi dan retensi bahan pengawet dinyatakan di dalam satuan berat maka konsentrasi larutan
bahan pengawet harus dihitung atau diukur menurut perbandingan berat. Dengan demikian maka
di dalam larutan dengan konsentrasi 1% terdapat satu gram bahan pengawet di dalam 100 gram
larutan, atau 1 kg bahan pengawet di dalam 100 kg larutan. Karena larutan terdiri atas bahan
yang dilarutkan (yaitu bahan pengawet) dan pelarut maka di dalam larutan dengan konsentrasi
1%, terdapat 1gram bahan pengawet dan 99 gram pelarut di dalam 100 gram larutan, atau 1 kg
bahan pengawet dan 99 kg pelarut di dalam 100 kg larutan. Apabila pelarutnya air, maka 9gram
air volumenya 99 cm3 dan 99 kg air volumenya 99 dm3 atau 99 liter.
Penetrasi bahan pengawet adalah kedalaman peresapan bahan pengawet di dalam kayu, diukur
dalam mm, cm atau inci. Untuk mengukurnya, sesudah kayu diawetkan dan dikering- udarakan,
kayu dibelah atau dipotong melintang pada jarak yang cukup dari Ujung kayu. Apabila penetrasi
sukar diamati, diperlukan pereaksi kimia untuk memperjelas warna baham pengawet di dalam
kayu. Di bawah ini diberikan 4 perekasi kimia, masing-masing untuk
mengamati penetrasi Cu (tembaga), As (arsen), B (boron) dan F (fluor) yang terkandung dalam
bahan pengawet yang meresap di dalam kayu.
Uji penetrasi tembaga
Pereaksi: Larutan bufer
A. 1 bagian amonia pekat 6 bagian air suling
B. 5 gram asam rubianat dalam 900 ml alkohol + I00 ml aseton
Semprotkan atau laburkan larutan A, kemudian larutan B. Kehadiran tembaga ditunjukkan oleh
warna gelap kebiruan.
Uji penetrasi arsen
Pereaksi:
A. 2,5 g kalium iodida
I,3 g iod (I2)
B. 1 g kanji
87 ml air suling
Campurkan 1 ml larutan A dengan 32 ml larutan B. Laburkan atau semprotkan pada permukaan
kayu yang diawetkan. Biarkan selama beberapa menit. Kehadiran As (III) ditunjukkan oleh
hilangnya warna biru.
Uji penetrasi boron
Pereaksi:
A. 2 g ekstrak kurkuma dalam I00 ml alkohol
B. 80 ml alkohol + 20 ml HCl yang dijenuhkan dengan asam salisilat
Semprotkan atau laburkan perekasi A, kemudian pereaksi B pada potongan melintang contoh uji.
Kehadiran boron ditunjukkan oleh warna merah jambu.
Uji penetrasi fluor
Pereaksi:
A. 1 g zirkon-oksichlorida 47
ml HC1
70 ml air suling
B. 1 g alizarin-3 asam sulfonat natrium
119 g air suling
Semprotkan atau laburkan pereaksi A, kemudian pereaksi B pada bidang potongan kayu.
Kehadiran fluor ditunjukkan oleh warna merah jambu.
IV. PRODUK PEREKATAN KAYU
ACARA IV.1 PAPAN SEMEN PARTIKEL
1.TUJUAN
Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan papan semen partikel.
2. LANDASAN TEORI
Papan semen partikel merupakan salah satu produk papan komposit. Papan semen
partikel merupakan papan buatan yang dibuat dari campuran semen, partikel, air dan bahan
tambahan lainnya serta diberi tekanan dingin. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan
papan partikel adalah keseragaman ukuran partikel. Semakin seragam partikel akan
menghasilkan papan partikel yang stabil, karena jumlah perekat yang masuk kedalam partikel
sama. Selain keseragaman partikel, kadar air dan berat jenis bahan baku juga perlu diperhatikan.
Kadar air yang rendah dan berat jenis yang ringan akan memudahkan perekat masuk kedalam
partikel kayu.
Papan semen partikel memiliki kegunaan sebagai bahan konstruksi bangunan, sebagai batako,
sebagai dinding pelapis, lantai utk kandang dll
3. BAHAN DAN ALAT
1. Semen
2. Jerami dan rumput
3. Bahan pengeras semen
4. Air
5. Alat cetak (ukuran 30 cm x 30 cm x 5 cm)
6. Plastik tebal
7. Cetok
8. Tapi
9. Ember
10. Gunting/parang
4. PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Bahan baku partikel (jerami/rumput) dipotong menjadi ukuran yang lebih kecil (2 cm x
2 cm)
2. Selanjutnya bahan baku partikel tersebut dikering udara (kadar air dibawah 5%).
3. Setelah kering udara, bahan baku dapat segera digunakan.
4. Persiapkan semua bahan baku yang diperlukan (semen, air , partikel dan bahan
pengeras) dan alat cetak.
5. Perbandingan semen : partikel: bahan pengeras adalah 3:2:1 , 2:2:1 dan 2:3:1. Jumlah air
yang digunakan disesuaikan dengan penggunaan.
6. Setelah semua bahan telah ditimbang sesuai dengan perbandingan yang telah
ditetapkan, kemudian dicampur dalam ember dan ditambahkan air.
7. Kemudian masukan dalam cetakan yang telah diberi alas plastik.
8. Kemudian papan semen partikel dikering udarakan selama 7 hari.
9. Setelah kering, papan semen partikel dapat dikeluarkan dari cetakannya dan diberi
kode.
ACARA IV.2 PAPAN LAMINASI
1.TUJUAN
Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan papan laminasi.
2.LANDASAN TEORI
Papan lamina adalah papan yang dibuat potongan kayu utuh yang digabungkan dengan
menggunakan perekat dan diberi tekanan dingin (Wulandari, T.F, 2012). Papan laminasi dapat
menghasilka papan yang lebar dan panjang sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan. Papan
laminasi dapat digunakan untuk lemari, meja, kursi,lantai, dinding dan lain sebagainya.
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pembuatan papan laminasi adalah bahan
bakunya harus dari jenis kayu dengan berat jenis ringan sampai sedang dan kadar air kayunya
harus rendah, hal ini untuk memudahkan perekat masuk kedalam pori-pori kayu.
3.BAHAN DAN ALAT
1. Perekat PVAC
2. tapi
3. kayu papan dengan ketebalan 2 cm
4. amplas
4. PROSEDUR PRAKTIKUM
1. papan kayu dikeringkan dan dihaluskan permukaannya.
2. papan kayu yang telah halus dipotong dengan ukuran 10 cm x 2 cm x 2 cm
3. potongan kayu yang telah dipotong kemudian dirakit dengan cara zig zag dengan
ukuran panjang papan 30 cm. Perekatan dilakukan pada bidang orientasi yang sama.
4. setelah penyambungan dilanjutkan dengan proses pengeringan papan laminasi
panduan praktikum phhk_221021_182542.pdf

More Related Content

Similar to panduan praktikum phhk_221021_182542.pdf

947 prosiding digital snttm ix
947 prosiding digital snttm ix947 prosiding digital snttm ix
947 prosiding digital snttm ix
Alen Pepa
 
Kerja Kayu Perancah - Laporan Praktikum Membuat Bangku Taman
Kerja Kayu Perancah - Laporan Praktikum Membuat Bangku TamanKerja Kayu Perancah - Laporan Praktikum Membuat Bangku Taman
Kerja Kayu Perancah - Laporan Praktikum Membuat Bangku Taman
Reski Aprilia
 
Rekabentuk dan teknologi
Rekabentuk dan teknologiRekabentuk dan teknologi
Rekabentuk dan teknologi
Anizah Aslam
 
Alatan tangan dan mesin
Alatan tangan dan mesinAlatan tangan dan mesin
Alatan tangan dan mesin
anis_idris
 

Similar to panduan praktikum phhk_221021_182542.pdf (20)

Kayu
KayuKayu
Kayu
 
947 prosiding digital snttm ix
947 prosiding digital snttm ix947 prosiding digital snttm ix
947 prosiding digital snttm ix
 
Kayu _ Material dan Konstruksi
Kayu _ Material dan KonstruksiKayu _ Material dan Konstruksi
Kayu _ Material dan Konstruksi
 
Laporan akhir ilmu kayu
Laporan akhir ilmu kayuLaporan akhir ilmu kayu
Laporan akhir ilmu kayu
 
ILMU KAYU PENDAHULUAN
ILMU KAYU PENDAHULUANILMU KAYU PENDAHULUAN
ILMU KAYU PENDAHULUAN
 
Analisa Keausan Pahat.pptx
Analisa Keausan Pahat.pptxAnalisa Keausan Pahat.pptx
Analisa Keausan Pahat.pptx
 
Kerja Kayu Perancah - Laporan Praktikum Membuat Bangku Taman
Kerja Kayu Perancah - Laporan Praktikum Membuat Bangku TamanKerja Kayu Perancah - Laporan Praktikum Membuat Bangku Taman
Kerja Kayu Perancah - Laporan Praktikum Membuat Bangku Taman
 
Diskusi Seputar Karet
Diskusi Seputar KaretDiskusi Seputar Karet
Diskusi Seputar Karet
 
Natural Rubber
Natural Rubber Natural Rubber
Natural Rubber
 
struktur kayu I
struktur kayu Istruktur kayu I
struktur kayu I
 
Rekabentuk dan teknologi
Rekabentuk dan teknologiRekabentuk dan teknologi
Rekabentuk dan teknologi
 
Alatan tangan dan mesin
Alatan tangan dan mesinAlatan tangan dan mesin
Alatan tangan dan mesin
 
Konstruksi Bahan Bangunan-Bambu
Konstruksi Bahan Bangunan-Bambu Konstruksi Bahan Bangunan-Bambu
Konstruksi Bahan Bangunan-Bambu
 
Proses produksi pabrik wood pellet
Proses produksi pabrik wood pellet Proses produksi pabrik wood pellet
Proses produksi pabrik wood pellet
 
Struktur Kayu - Meranti Putih
Struktur Kayu - Meranti PutihStruktur Kayu - Meranti Putih
Struktur Kayu - Meranti Putih
 
Lk 1
Lk 1Lk 1
Lk 1
 
Proses Produksi Pabrik Wood Pellet
Proses Produksi Pabrik Wood Pellet Proses Produksi Pabrik Wood Pellet
Proses Produksi Pabrik Wood Pellet
 
Jurnal Rancang Bangun Mesin Pencacah Plastik Tipe Gunting
Jurnal Rancang Bangun Mesin Pencacah Plastik Tipe GuntingJurnal Rancang Bangun Mesin Pencacah Plastik Tipe Gunting
Jurnal Rancang Bangun Mesin Pencacah Plastik Tipe Gunting
 
Kayu
KayuKayu
Kayu
 
cupdf.com_2-penyambungan-kemasan-kayu.ppt
cupdf.com_2-penyambungan-kemasan-kayu.pptcupdf.com_2-penyambungan-kemasan-kayu.ppt
cupdf.com_2-penyambungan-kemasan-kayu.ppt
 

Recently uploaded

Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
FitriaSarmida1
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
ErikaPutriJayantini
 
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEANIPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
GilangNandiaputri1
 

Recently uploaded (20)

Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMASBAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOMSISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia ppt
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia pptMateri Asuransi Kesehatan di Indonesia ppt
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia ppt
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfWebinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEANIPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 

panduan praktikum phhk_221021_182542.pdf

  • 1. PANDUAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN HASIL HUTAN KAYU Oleh: Tim Dosen Pengolahan Hasil Hutan Kayu LABORATORIUM TEKNOLOGI HASIL HUTAN JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MATARAM 2022
  • 2. DAFTAR ISI Halaman COVER i DAFTAR ISI ii I. PENGGERGAJIAN KAYU 1 ACARA 1.1 PENGENALAN ALAT-ALAT PENGGERGAJIAN ACARA 1.2 POLA PEMBELAHAN ACARA 1.3 VOLUME KAYU GERGAJIAN DAN RENDEMEN 1 5 10 II. PENGERINGAN KAYU SECARAALAMI 10 ACARA 2.1 PERSIAPAN SAMPEL PENGERINGAN KAYU ACARA 2.2 PENYUSUTAN DAN PERHITUNGAN JUMLAH CACAT PADA KAYU GERGAJIAN 11 12 III.PENGAWETAN KAYU DENGAN METODE RENDAMAN DINGIN 12 ACARA 3.1 PERSIAPAN SORTIMEN DAN BAHAN PENGAWET 12 ACARA 3.2 ABSORPSI, RETENSI DAN PENETRASI BAHAN PENGAWET 12 IV. PRODUK PEREKATAN KAYU 16 ACARA 4.1 PAPAN SEMEN PARTIKEL 16 ACARA 4.2 PAPAN LAMINASI 18
  • 3. I. PENGGERGAJIAN KAYU ACARA I. 1. PENGENALAN ALAT-ALAT PENGGERGAJIAN Mesin-Mesin Gergaji 1. Gergaji utama Terdapat beberapa tipe gergaji utama, tergantung pada besar-kecilnya modal, diameter kayu yang akan digergaji, kualita irisan dan volume produksi per hari atau perbulan. ● Gergaji bundar tunggal Gergaji ini menghasilkan irisan yang kasar, diameter kayu yang digergaji juga terbatas dan serbuknya banyak. Harga dan perawatan relative lebih murah. ● Gergaji bundar rangkap. Gergaji ini untuk memproduksi kayu gergajian dengan tebal yang seragam dan cepat, tetapi dengan diameter yang terbatas. ● Gergaji pita tunggal. Gergaji yang paling fleksibel untuk membelah kayu bulat dengan diameter beragam, irisan halus dan serbuknya sedikit. Harga dan perawatan relatif lebih mahal. ● Gergaji pita rangkap Gergaji ini digunakan untuk memproduksi kayu dengan tebal atau lebar yang seragam secara cepat. ● Gergaji ram. Gergaji yang digunakan untuk memperoleh tebal kayu gergajian yang seragam dengan lebih cepat, tetapi diameter kayu bulatnyapun harus seragam. ● Gergaji tunggal bolak-balik. Kurang diminati, karena proses kerjanya
  • 4. ● yang jauh lebih lambat dan gergaji bundar dan pita, meskipun dapat menggergaji kayu dengan diameter tidak terbatas. Hasil irisan kasar, dengan jumlah serbuk sedang. ● Chip-N-Saw Satu unit mesin yang terdiri dari penceriping kayu di bagian depan dan gergaji bundar rangkap di bagian belakang. Penceriping kayu bekerja secara terprogram, mengubah bakal sebetan dan potongan ujung langsung dari kayu bulatnya menjadi ceriping kayu. Diameter kayu yang dikerjakan harus seragam. 2. Gergaji ulang Gergaji ini bertugas mengerjakan atau menyelesaikan output gergaji utama. Oleh karenanya jumlah gergaji ulang harus disesuaikan dengan jumlah potongan kayu yang
  • 5. dihasilkan oleh gergaji utama, agar terjadi keseimbangan kecepatan produksi. Hal ini penting untuk menghindari terjadinya penumpukan kayu di antara kedua mesin tersebut. Gergaji yang dapat dipakai meliputi gergaji bundar tunggal atau rangkap, gergaji pita tunggal dan gergaji ram. 3. Gergaji pelurus pinggir Gergaji pelurus pinggir bertugas untuk meluruskan pinggir kayu gergajian yang belum lurus pinggirnya dan juga membuang cacat pinggir. Gergaji yang dapat digunakan yaitu gergaji bundar baik tunggal ataupun rangkap dan gergaji pita tunggal. 4. Gergaji pemotong ujung Gergaji ini selamanya gergaji bundar. 5. Mesin pemilah Pemilahan kayu gergajian dapat dilakukan secara manual oleh tenaga orang ataupun dengan mesin. Mesin mi dioperasikan oleh satu orang. Aliran kayu gergajian dikendalikan dengan mesin untuk diarahkan ke tempatnya masing-masing, dengan sistem buka-tutup lintasan. Tugas a. Gambarlah mesin-mesin yang digunakan dalam proses penggergajian b. Tulis fungsi dari setiap bagian mesin
  • 7. ACARA I.2. POLA PEMBELAHAN Dalam membelah kayu bulat terdapat beberapa pola pembelahan, baik pola yang dibuat berdasar garis-garis pembelahan pada penampang kayunya, maupun pola yang berdasar pada garis pembelahan pada arah memanjang kayu. Masing-masing pola mempunyai keuntungannya sendiri-sendiri. Pola-pola tersebut diuraikan di bawah ini: 1. Pola garis pembelahan pada penampang kayu a. Pola pembelahan searah (live sawing). Pola ini mempunyai keuntungan bahwa akan diperoleh lebar kayu gergajian yang maksimum. b. Pola pembelahan blambangan (cant sawing). Dengan pola ini akan diperoleh kayu gergajian dengan lebar yang seragam, tanpa pelurusan pinggir. c. Pola pembelahan bervariasai atau kombinasi. Pola ini merupakan gabungan dari pola searah dengan pola blambangan. d. Pola pembelahan radial (quarter sawn). Pola ini menghasilkan kayu gergajian dengan penyusutan arah lebar terkecil. Permukaan lebar kayu gergajian yang dihasilkan tidak mcmiliki gambaran lingkaran tumbuh yang indah, karena lingkaran tumbuh hanya akan kelihatan sebagai garis-garis lurus yang sejajar arah panjang kayu. e. Pola pembelahan tangensial (flatsawn). Dengan pola ini akan dihasilkan kayu dengan permukaan lebar memiliki gambaran lingkaran tumbuh yang indah. Kerugiannya bahwa kayu gergajian memiliki penyusutan arah lebar terbesar. Apabila kayu tidak dikeringkan lebih dahulu dengan baik dan kering benar sebelum pengolahannya menjadi suatu produk, maka produknya nanti dalam pemakaian akan mengalami penyusutan yang besar yang dapat menimbulkan retak, pecah, celah, melengkung ataupun rusaknya garis perekat.
  • 8. Gambar1. Pola Pembelahan Pada Penampang Batang 2. PolaGaris Pembelahan Memanjang Kayu a. Pola sejajar kulit (sejajar sisi luar). Pola ini digunakan apabila kulit atau sisi luar lurus dan bebas cacat. b. Pola seiajar hati (sejajar gans empulur atau pusat batang). Pola ini digunakan apabila kulit atau sisi luar mengandung cacat dan batang agak meruncing. c. Pola selalu sejajar kulit Pola ini khusus untuk kayu yang berongga (growong) di tengah batangnya
  • 9. Gambar 2. Pola Pembelahan Arah Memanjang Batang Ukuran kayu gergajian Beberapa istilah untuk kayu bangunan menurut SNI 03-3527-1994 adalah: ● Lebar kayu adalah bagian yang lebih sempit dari muka kayu yang diukur tegak lurus panjang batang. ● Tebal kayu adalah bagian yang lebih sempit dari muka kayu yang diukur tegak lurus panjang batang. ● Balok kayu adalah balok dari bahan kayu, dengan penampang lintang berbentuk segi empat siku-siku. ● Papan adalah kayu gergajian yang mempunyai ukuran tebal 2-4 cm dan lebar 10-30 cm. ● Kaso adalah kayu gergajian untuk bahan bangunan yang biasanya berukuran 4 cm x 6 cm, 5 cm x 7 cm dan 4 cm x 8 cm. ● Reng adalah kayu gergajian yang dipergunakan untuk bangunan yang biasanya berukuran 2 cm x 3 cm dan 3 cm x 4 cm dengan panjang nominal 1,00 atau lebih. ● Lis adalah kayu gergajian yang biasanya lebarnya kurang dari 10 cm dan tebalnya kurang dari setengahnya.
  • 10. Ukuran lebar dan tebal nominal kayu bangunan untuk semua jenis pemakaian (SNI 03- 3527-1994) Ukuran panjang nominal kayu bangunan (SNI 03-3527-1994): - 100 cm - 350 cm - 150 cm - 400 cm - 200 cm - 450 cm - 250 cm - 500 cm - 300 cm - 550 cm - 600 cm Toleransi ● Toleransi lebar dari tebal ditetapkan -0 dan + 5%. ● Toleransi panjang ditetapkan -0 dan + 10 cm.
  • 11. Tugas Gambar pola pembelahan pada penampang batang dari log yang ada di penggergajian. Alat: 1. Pinsil 2. Penggaris 3. Kertas kalkir Bahan: Log yang dipilih dari lokasi penggergajian Cara kerja: 1. Catat jenis, panjang, dan diameter log 2. Periksa log yang akan digunakan untuk membuat pola pembelahan, jika terdapat cacat atau permukaan tidak rata ditulis pada bagian keterangan 3. Tempelkan kertas kalkir pada penampang melintang log 4. Buat gambaran permukaan log pada kertas kalkir (bentuk bulatan, letak empulur, cacat, lingkaran tahun) 5. Buatlah pola pembelahan pada kertas kalkir yang telah memiliki gambaran permukaan log
  • 12. ACARA I.3. VOLUME KAYU GERGAJIAN DAN RENDEMEN Tugas: Hitung volume kayu gergajian dan rendemen berdasarkan pola pembelahan yang saudara buat pada acara I.2! II. PENGERINGAN KAYU SECARAALAMI Pengeringan kayu merupakan suatu system yang melibatkan banyak unsur (elemen). Unsur-unsur itu dipadukan secara bersama-sama agar proses pengeringan kayu dapat berlangsung. Secara konsepsional, unsur-unsur itu dapat diperinci sebagai berikut: 1. Kayu 2. air 3. panas 4. media pembawa panas 5. sirkulasi udara 6. suhu udara 7. kelembaban udara 8. alat (mesin) pengering 9. ilmu pengeringan 10. waktu. Biomassa kayu berupa benda padat yang mempunyai sifat yang sangat bervariasi dalam hal sifat-sifat dasar kayu. Sifat dasar ini meliputi (a) sifat kimia, (b) sifa anatomi, (c) struktur kayu (d) sifat fisika. Variabilitas sifat kimia kayu berkait dengan bentuk dan proporsi unsur selulosa, lignin, hemiselulosa dan ekstraktif penyusun kayu. Sementara itu, variabilitas sifat anatomi kayu berkait dengan bentuk, ukuran dan volume dalam persen unsur penyusun kayu, yakni: serat, parenkim, jari-jari, pembuluh, saluran dammar, serta jumlah dan jenis noktah yang terdapat pada masing-masing sel tersebut. Variabilitas struktur kayu mencakup proporsi dan kondisi kayu teras dan kayu gubal, lingkaran pertumbuhan, kayu awal dan kayu akhir, kayu dewasa dan juvenile. Variabilitas sifat fisika berkait dengan kerapatan kayu, berat jenis, kadar air kayu penyusutakayu, daya hantar panas, porusitasserta permeabilitas (Soenardi, 1976). Pengeringan alami atau disebut juga sebagai pengeringan udara adalah suatu sistem
  • 13. pengeringn kayu gergajian yang unsur-unsur pengeringan berupa suhu udara, kelembaban
  • 14. udara, dan sirkulasi udara yang dilibatkan di dalam pengeringan diperoleh secara alami dari atmosfer atau lingkungan tempat kayu tersebut dikeringkan. Pengeringan alami bermaksud untuk memanfaatkan semaksimal mungkin angin dan sinar yang tersedia secara gratis, sembari memberi perlindungan kayu gergajian dari siraman air hujan. Ada tiga factor yang menentukan untuk mengatur pengeringan secara alami, yaitu: bangsal pengeringan/ lapangan pengeringan, penumpukan yang benar, dan proteksi di bagian ujung pada setiap specimen kayu yang ditumpuk/dikeringkacn. Dalam proses pengeringan yang dilakukan seringkali terjadi cacat pada kayu yangdikeringkan. Cacat pengeringan dapat menyebabkan kerugian dalam bentuk penurunan kualitas kayu dan dapat mengurangi nilai kayu, ikarena adanya kehilangan akibat mekanisme pengurangan ukuran panjang kayu. Cacat-cacat akibat pengeringan alami dapat disebabkan oleh berbagai factor, diantaranya: penyusutan kayu, infeksi penularan jamur/ fungi, reaksi kimia khususnya zat ekstraktif, dan serangan insekta (terutama rayap kayu). ACARA II.1. PERSIAPAN SAMPEL PENGERINGAN KAYU Bahan: 1. Papan gergajian ukuran 100 x 20 x 2 cm Alat: 1. Meteran/ mistar 2. Caliper/jangka sorong 3. Timbangan 4. MC Meter 5. Alat tulis 6. Lilin Langkah kerja: 1. Ukur dimensi papan yang akan dikeringkan 2. Timbang sortimen sebagai berat awal 3. Beri label/tanda pada sortimen sebelum dikeringkan 4. Hitung jumlah dan ukuran cacat pada sortimen sebelum dikeringkan 5. Lapisi bagian ujung sortimen dengan lapisan lilin tipis 6. Tempatkan sortimen pada rak/tempat pengeringan
  • 15. 7. Keringkan sampai kadar air konstan 8. Data diamati/diukur setiap hari, hingga kadar air konstan, meliputi:
  • 16. a. Berat b. Dimensi c. Jumlah dan ukuran cacat ACARA II.2. PENYUSUTAN DAN PERHITUNGAN JUMLAH CACAT PADA KAYU GERGAJIAN Tugas: Hitung hasil pengamatan pada acara II.1. III. PENGAWETAN KAYU DENGAN METODE RENDAMAN DINGIN ACARA III.1 PERSIAPAN SORTIMEN DAN BAHAN PENGAWET Alat: 1. Bak perendam 2. Gelas ukur 3. Gergaji Bahan: 1. Sortimen kayu ukuran : 2,5x5x50 cm; 5x5x50 cm; 7,5x5x50 cm 2. bahan pengawet kayu BAE, yaitu campuran boraks (Na2B4O7.10H2O) dan asam borat (H3BO3) dengan pelarut air Langkah kerja: 1. contoh uji berupa kayu dipotong sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan 2. contoh uji disimpan pada suhu kamar sampai kering udara 3. timbang contoh uji yang telah kering udara, kemudian direndam ke dalam larutan bahan pengawet pada suhu kamar dengan konsentrasi (berat/volume) yang telah ditentukan. 4. Perendaman dilakukan selama 3 hari, 5 hari, dan 7 hari. ACARA III.2 ABSORPSI, RETENSI DAN PENETRASI BAHAN PENGAWET Absorbsi didefinisikan sebagai jumlah larutan bahan pengawet yang meresap ke dalam kayu segera sesudah proses pengawetan selesai, dinyatakan dalam berat per satuan volume kayu. Absorbsi lazim dinyatakan dalam kg per meter kubik volume kayu. Dengan demikian rumus
  • 18. Absorbsi = Berat kayu sesudah diawetkan (kg) - Berat kayu sebelum diawetkan (kg ) Volume kayu (m3) Retensi adalah jumlah bahan pengawet tanpa pelarut yang meresap dan tertinggal di dalam kayu. Untuk menghitung retensi dapat dilakukan dua cara sebagai berikut. Petama, retensi teoritis, yang dilakukan dengan mengalikan absorbsi dengan Konsentrasi larutan. Retensi teoritis = Absorbsi x Konsentrasi larutaan Kedua, retensi aktual atau retensi yang nyata-nyata ada di dalam kayu, yaitu dengan menghitung selisih berat kayu sebelum dan sesudah pengawetan pada kadar air yang sama. Apabila kadar air sama tersebut disebut kadar air kering udara, maka rumus retensi actual sebagai berikut. Berat kayu KU _ Berat kayu KU Retensi aktual = sesudah diawetkan (kg) sebelum diawetkan (kg) Volume kayu (m3) Absorbsi dan retensi bahan pengawet dinyatakan di dalam satuan berat maka konsentrasi larutan bahan pengawet harus dihitung atau diukur menurut perbandingan berat. Dengan demikian maka di dalam larutan dengan konsentrasi 1% terdapat satu gram bahan pengawet di dalam 100 gram larutan, atau 1 kg bahan pengawet di dalam 100 kg larutan. Karena larutan terdiri atas bahan yang dilarutkan (yaitu bahan pengawet) dan pelarut maka di dalam larutan dengan konsentrasi 1%, terdapat 1gram bahan pengawet dan 99 gram pelarut di dalam 100 gram larutan, atau 1 kg bahan pengawet dan 99 kg pelarut di dalam 100 kg larutan. Apabila pelarutnya air, maka 9gram air volumenya 99 cm3 dan 99 kg air volumenya 99 dm3 atau 99 liter. Penetrasi bahan pengawet adalah kedalaman peresapan bahan pengawet di dalam kayu, diukur dalam mm, cm atau inci. Untuk mengukurnya, sesudah kayu diawetkan dan dikering- udarakan, kayu dibelah atau dipotong melintang pada jarak yang cukup dari Ujung kayu. Apabila penetrasi sukar diamati, diperlukan pereaksi kimia untuk memperjelas warna baham pengawet di dalam kayu. Di bawah ini diberikan 4 perekasi kimia, masing-masing untuk
  • 19. mengamati penetrasi Cu (tembaga), As (arsen), B (boron) dan F (fluor) yang terkandung dalam bahan pengawet yang meresap di dalam kayu. Uji penetrasi tembaga Pereaksi: Larutan bufer A. 1 bagian amonia pekat 6 bagian air suling B. 5 gram asam rubianat dalam 900 ml alkohol + I00 ml aseton Semprotkan atau laburkan larutan A, kemudian larutan B. Kehadiran tembaga ditunjukkan oleh warna gelap kebiruan. Uji penetrasi arsen Pereaksi: A. 2,5 g kalium iodida I,3 g iod (I2) B. 1 g kanji 87 ml air suling Campurkan 1 ml larutan A dengan 32 ml larutan B. Laburkan atau semprotkan pada permukaan kayu yang diawetkan. Biarkan selama beberapa menit. Kehadiran As (III) ditunjukkan oleh hilangnya warna biru. Uji penetrasi boron Pereaksi: A. 2 g ekstrak kurkuma dalam I00 ml alkohol B. 80 ml alkohol + 20 ml HCl yang dijenuhkan dengan asam salisilat Semprotkan atau laburkan perekasi A, kemudian pereaksi B pada potongan melintang contoh uji. Kehadiran boron ditunjukkan oleh warna merah jambu. Uji penetrasi fluor Pereaksi: A. 1 g zirkon-oksichlorida 47 ml HC1 70 ml air suling
  • 20. B. 1 g alizarin-3 asam sulfonat natrium
  • 21. 119 g air suling Semprotkan atau laburkan pereaksi A, kemudian pereaksi B pada bidang potongan kayu. Kehadiran fluor ditunjukkan oleh warna merah jambu.
  • 22. IV. PRODUK PEREKATAN KAYU ACARA IV.1 PAPAN SEMEN PARTIKEL 1.TUJUAN Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan papan semen partikel. 2. LANDASAN TEORI Papan semen partikel merupakan salah satu produk papan komposit. Papan semen partikel merupakan papan buatan yang dibuat dari campuran semen, partikel, air dan bahan tambahan lainnya serta diberi tekanan dingin. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan papan partikel adalah keseragaman ukuran partikel. Semakin seragam partikel akan menghasilkan papan partikel yang stabil, karena jumlah perekat yang masuk kedalam partikel sama. Selain keseragaman partikel, kadar air dan berat jenis bahan baku juga perlu diperhatikan. Kadar air yang rendah dan berat jenis yang ringan akan memudahkan perekat masuk kedalam partikel kayu. Papan semen partikel memiliki kegunaan sebagai bahan konstruksi bangunan, sebagai batako, sebagai dinding pelapis, lantai utk kandang dll 3. BAHAN DAN ALAT 1. Semen 2. Jerami dan rumput 3. Bahan pengeras semen 4. Air 5. Alat cetak (ukuran 30 cm x 30 cm x 5 cm) 6. Plastik tebal 7. Cetok 8. Tapi 9. Ember 10. Gunting/parang
  • 23. 4. PROSEDUR PRAKTIKUM 1. Bahan baku partikel (jerami/rumput) dipotong menjadi ukuran yang lebih kecil (2 cm x 2 cm) 2. Selanjutnya bahan baku partikel tersebut dikering udara (kadar air dibawah 5%). 3. Setelah kering udara, bahan baku dapat segera digunakan. 4. Persiapkan semua bahan baku yang diperlukan (semen, air , partikel dan bahan pengeras) dan alat cetak. 5. Perbandingan semen : partikel: bahan pengeras adalah 3:2:1 , 2:2:1 dan 2:3:1. Jumlah air yang digunakan disesuaikan dengan penggunaan. 6. Setelah semua bahan telah ditimbang sesuai dengan perbandingan yang telah ditetapkan, kemudian dicampur dalam ember dan ditambahkan air. 7. Kemudian masukan dalam cetakan yang telah diberi alas plastik. 8. Kemudian papan semen partikel dikering udarakan selama 7 hari. 9. Setelah kering, papan semen partikel dapat dikeluarkan dari cetakannya dan diberi kode.
  • 24. ACARA IV.2 PAPAN LAMINASI 1.TUJUAN Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan papan laminasi. 2.LANDASAN TEORI Papan lamina adalah papan yang dibuat potongan kayu utuh yang digabungkan dengan menggunakan perekat dan diberi tekanan dingin (Wulandari, T.F, 2012). Papan laminasi dapat menghasilka papan yang lebar dan panjang sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan. Papan laminasi dapat digunakan untuk lemari, meja, kursi,lantai, dinding dan lain sebagainya. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pembuatan papan laminasi adalah bahan bakunya harus dari jenis kayu dengan berat jenis ringan sampai sedang dan kadar air kayunya harus rendah, hal ini untuk memudahkan perekat masuk kedalam pori-pori kayu. 3.BAHAN DAN ALAT 1. Perekat PVAC 2. tapi 3. kayu papan dengan ketebalan 2 cm 4. amplas 4. PROSEDUR PRAKTIKUM 1. papan kayu dikeringkan dan dihaluskan permukaannya. 2. papan kayu yang telah halus dipotong dengan ukuran 10 cm x 2 cm x 2 cm 3. potongan kayu yang telah dipotong kemudian dirakit dengan cara zig zag dengan ukuran panjang papan 30 cm. Perekatan dilakukan pada bidang orientasi yang sama. 4. setelah penyambungan dilanjutkan dengan proses pengeringan papan laminasi