SlideShare a Scribd company logo
1 of 62
Download to read offline
Studi Potensi dan Pembinaan UMKM di Provinsi Jambi
PROFIL DAN PERMASALAHAN UMKM
DI PROVINSI JAMBI
Haryadi
Doktor Ilmu Ekonomi, Tataniaga dan Perdagangan Internasional, Jurusan Ilmu Ekonomi
dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Jambi, Kampus Pinang Masak,
UNJA Mendalo Darat, email: haryadi_kamal@yahoo.com
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 2
1.1. Latar Belakang
Dalam perspektif dunia, sudah diakui bahwa usaha Mikro kecil
dan menengah (UMKM) sejak lama telah memainkan suatu peran
vital di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Peran
tersebut tidak hanya dirasakan oleh negara-negara sedang
berkembang tetapi juga di negara-negara maju.
Di negara maju, UMKM sangat penting tidak saja karena
kelompok usaha tersebut menyerap paling banyak tenaga kerja
tetapi juga dikarenakan kontribusinya terhadap pembentukan atau
pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) paling besar
dibandingkan dengan kontribusi dari usaha besar. Piper (1997)
menyatakan bahwa sebanyak 12 juta orang atau sekitar 63,2
persen dari jumlah tenaga kerja di Amerika Serikat (AS) bekerja di
350.000 perusahaan. Rata-rata setiap perusahaan memperkerjakan
tidak kurang dari 500 orang. Di Amerika Serikat, perusahaan-
perusahaan seperti itu dikategorikan sebagai UMKM. Menurut
Aharoni (1994), jumlah UMKM adalah sekitar 99% dari jumlah unit
usaha di negara adidaya tersebut. Perusahaan-perusahaan
tersebut merupakan inti dari basis industri di AS (Piper, 1997).
Secara umum, peran strategis UMKM juga dapat dilihat di
Indonesia. Peran tersebut terlihat dari kontribusinya terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang terus meningkat setiap
tahun. Berdasarkan hasil survei dan perhitungan Badan Pusat
Statistik (BPS 2008), kontribusi UMKM terhadap PDB (tanpa migas)
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 3
pada Tahun 2007 tercatat sebesar 62,71 persen dan pada Tahun
2008 kontribusinya meningkat menjadi 64,47 persen.
Sektor UMKM memiliki jumlah unit usaha yang cukup besar.
Pada tahun 2005, UMKM dalam lingkup nasional terdiri dari 44,69
juta unit usaha, dan merupakan 90,9 persen dari pelaku usaha
nasional. Pada tahun yang sama, usaha ini mampu menyerap
76,77 persen dari seluruh angkatan kerja di Indonesia. UMKM
berperan dalam penyerapan tenaga kerja dan pendistribusian
hasil-hasil pembangunan (Kementerian Negara Koperasi dan
UMKM, 2007).
Mengingat besarnya peran UMKM tersebut, maka
pemerintah melalui instansi terkait terutama Kementerian Koperasi
dan UKM telah meluncurkan berbagai program bantuan. Kebijakan
pemerintah untuk mendorong usaha kecil dan menengah cukup
serius. Undang-Undang No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah menegaskan bahwa, usaha ini perlu
diselenggarakan secara menyeluruh, optimal, dan
berkesinambungan melalui pengembangan iklim yang kondusif,
pemberian kesempatan berusaha, dukungan, perlindungan, dan
pengembangan usaha seluas-luasnya.
UMKM diharapkan mampu meningkatkan kedudukan, peran,
dan potensinya seperti yang disumbangkan oleh usaha besar
dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan
peningkatan pendapatan rakyat, penciptaan lapangan kerja, dan
pengentasan kemiskinan. Implementasi dari kebijakan pemerintah
salah satunya tercermin dari banyaknya bantuan pemerintah yang
dialokasikan untuk pengembangan UMKM dan koperasi. Sejak dari
tahun 2000 sampai dengan tahun 2007, setidak-tidaknya terdapat
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 4
sembilan program perkuatan yang terkait secara langsung dengan
perkuatan dana bergulir.
Namun demikian, beberapa pengamat ekonomi memiliki sisi
pandang yang berbeda tentang UMKM. Bila dilirik dari kiprah sektor
UMKM, peran sektor ini ternyata masih relatif tidak sebanding
dengan jumlah sektor UMKM. Sebagai sektor terbesar, perannya
tergolong masih relatif kecil terhadap PDRB. Kondisi ini ditambah
lagi oleh adanya fakta yang menunjukkan bahwa sebagian besar
sektor ini masih mengandalkan pasar domestik sebagai
pelemparan hasil produksi. Dengan share yang relatif kecil, dapat
dipahami manakala goncangan terhadap sektor ini juga tidak
sekuat guncangan yang dialami oleh usaha besar. Menurut
sekelompok pengamat, hujah ini adalah salah satu pembenaran
dari tidak goncangnya sektor UMKM ketika krisis terjadi pada tahun
1998.
Ketangguhan UMKM menghadapi krisis belum bisa dijadikan
sebagai tolak ukur untuk mengatakan bahwa UMKM sebagai sektor
andalan. Beberapa penyebabnya antara lain adalah:
Pertama, sebagian besar usaha kecil menghasilkan barang-
barang konsumsi (consumer goods), khususnya yang tidak tahan
lama (non-durable consumer goods). Kelompok barang ini dicirikan
oleh keanjalan permintaan terhadap perubahan pendapatan
(income elasticity of demand) yang relatif rendah. Artinya,
seandainya terjadi peningkatan pendapatan masyarakat,
permintaan atas kelompok barang ini tak akan meningkat banyak;
sebaliknya, jika pendapatan masyarakat merosot-sebagai akibat
dari krisis maka permintaan tak akan banyak berkurang. Kedua,
mayoritas usaha kecil lebih mengandalkan pada non-banking
financing dalam aspek pendanaan usaha. Hal ini terjadi karena
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 5
akses usaha kecil pada fasilitas perbankan sangat terbatas. Oleh
karena itu, meski perannya dalam penyerapan tenaga kerja cukup
besar, namun kontribusinya terhadap ekspor nasional hanya sekitar
14 persen. Ketiga, pada umumnya usaha kecil memiliki modal yang
terbatas. Di lain pihak, mengingat struktur pasar yang dihadapi
UMKM mengarah pada persaingan sempurna (banyak produsen
dan banyak konsumen), tingkat persaingan sangatlah ketat.
Akibatnya, yang bangkrut atau keluar dari arena usaha relatif
banyak, namun pemain baru yang masuk pun cukup banyak pula.
Sehingga pada saat krisis ekonomi terjadi, jumlah UMKM tidak
mengalami penurunan yang signifikan. Keempat, terbentuknya
usaha-usaha kecil baru, terutama di sektor informal, sebagai akibat
dari banyaknya pemutusan hubungan kerja di sektor formal karena
krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Pertanyaan yang mencuat adalah ”mengapa UMKM hanya
mampu bertahan tetapi relatif sulit untuk berkembang”. Meski
berbagai macam skim penyaluran dana telah diimplementasikan
oleh pemerintah, namun sektor ini tetap saja tidak mampu
menggeliat sesuai harapan. Berdasarkan hasil diskusi dengan para
pakar dan instansi terkait pada tanggal 20 Agustus 2009 di
Balitbangda Provinsi Jambi, diketahui bahwa hampir semua UMKM
telah menerima kucuran dana dari berbagai pihak.
Agar peran dari UMKM bisa optimal dan dapat memenuhi
harapan pemerintah, maka harus dilakukan studi yang mampu
memberikan gambaran tentang sejauh mana pemanfaatan
bantuan pemerintah oleh koperasi dan UMKM di Provinsi Jambi.
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 6
1.2. Perumusan Masalah
Banyaknya kucuran dana yang dialokasikan oleh pemerintah
terhadap koperasi/UMKM termasuk di provinsi Jambi tak dapat
disangkal lagi. Namun demikian, kucuran dana yang besar tersebut
belum mampu meningkatkan kinerja koperasi/UMKM secara
optimal. Hasil diskusi melalui FGD yang dilakukan oleh Balitbangda
pada 20 Agustus 2009 menunjukkan bahwa pemerintah masih
menghadapi kendala dalam mengembangkan dan meningkatkan
kinerja koperasi/UMKM. Secara spesifik permasalahan yang
dihadapi oleh pemerintah provinsi Jambi dalam mengembangkan
Koperasi/UMKM adalah sebagai berikut:
1. Belum diketahuinya gambaran umum tentang pemanfaatan
bantuan pemerintah dalam pengembangan UMKM di Provinsi
Jambi, khususnya Dana Perkuatan yang disalurkan melalui
Kementerianan Negara Koperasi dan UKM.
2. Belum teridentifikasinya hambatan yang dihadapi UMKM di
Provinsi Jambi dalam pemanfaatan bantuan pemerintah.
3. Belum tersedianya rumusan-rumusan mengenai pola
pemanfaatan dana bantuan pemerintah yang ideal bagi
pengembangan UMKM di Provinsi Jambi.
1.3. Tujuan Studi
Secara umum tujuan dari studi ini adalah untuk mengkaji dan
merumuskan pola pemanfaatan bantuan dana pemerintah bagi
pengembangan UMKM di Provinsi Jambi. Secara khusus tujuan dari
studi ini adalah:
1. Mengetahui gambaran umum tentang pemanfaatan bantuan
pemerintah dalam pengembangan UMKM di Provinsi Jambi,
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 7
khususnya Dana Perkuatan yang disalurkan melalui
Kementerianan Negara Koperasi dan UKM.
2. Menganalisis hambatan yang dihadapi UMKM di Provinsi Jambi
dalam pemanfaatan bantuan pemerintah.
3. Merumuskan dan mengembangkan pola pemanfaatan dana
bantuan pemerintah yang ideal bagi pengembangan UMKM di
Provinsi Jambi.
1.4. Output
1. Diketahuinya suatu gambaran umum tentang pemanfaatan
bantuan pemerintah dalam pengembangan UMKM di Provinsi
Jambi, khususnya Dana Perkuatan yang disalurkan melalui
Kementerianan Negara Koperasi dan UKM.
2. Diperolehnya suatu analisis secara ilmiah mengenai hambatan
yang dihadapi UMKM di Provinsi Jambi dalam pemanfaatan
bantuan pemerintah.
3. Diperolehnya suatu rumusan pola pemanfaatan dana
bantuan pemerintah yang ideal bagi pengembangan UMKM di
Provinsi Jambi.
1.5. Ruang Lingkup
Untuk membatasi dan memberikan arah yang jelas pada studi ini,
maka ruang lingkup kajian difokuskan pada:
1. Wilayah studi adalah Provinsi Jambi
2. Lokasi Penelitian dipilih dengan sengaja tiga 3 kabupaten/kota
di Provinsi Jambi yaitu: Kota Jambi, Kabupaten Bungo, dan
Kabupaten Kerinci.
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 8
3. Kriteria UMKM didasarkan pada Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2008.
4. Faktor kendala yang akan dianalisis adalah modal,
kelembagaan, dan manajemen, pola pemanfaatan dana
bantuan yang telah dikucurkan oleh pemerintah, mengenai
ketersediaan database, pola pembinaan, dan strategi
pengembangan kedepan.
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 9
2.1. Konsepsi Usaha Kecil dan Menengah
Beberapa kementerian di Indonesia, menerapkan definisi
yang berbeda untuk UMKM. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari
kriteria yang ditetapkan oleh masing-masing instansi. Sebagai
contoh: (1) usaha kecil menurut Departemen Perindustrian adalah
perusahaan yang mempekerjakan 5-10 karyawan, (2) usaha kecil
menurut Departemen Perdagangan adalah perusahan yang
memiliki modal minimal Rp.500.000, (3) usaha kecil menurut
Departemen Pertanian adalah perusahaan yang memiliki lahan
minimal 2 Hektar. Masing-masing departemen mendifinisikan sesuai
dengan lingkup departemen terkait.
Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2008, Usaha Kecil
adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar.
Sementara itu, Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif
yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau
badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 10
usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan.
Dilihat dari kepemilikan asekt, pemerintah memberikan
batasan tentang Usaha kecil yaitu: (1) memiliki kekayaan bersih
(aset) bersih lebih dari Rp 50 juta sampai dengan paling banyak Rp
500 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, (2),
hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300 juta sampai dengan Rp
2,5 milyar, (3) milik warganegara Indonesia, dan (4) berdiri sendiri,
bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan.
Sementara Usaha Menengah adalah: Kriteria Usaha
Menengah adalah sebagai berikut: (1) a. memiliki kekayaan bersih
lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah), (2) sampai
dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah)
tidak, (3) termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
2.2. Permasalahan dan karakteristik UMKM
Menurut Dwiwinarno (2008), Ada beberapa faktor penghambat
berkembangnya UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) antara
lain kurangnya modal dan kemampuan manajerial yang rendah.
Meskipun permintaan atas usaha mereka meningkat karena
terkendala dana maka sering kali tidak bisa untuk memenuhi
permintaan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan
untuk mendapatkan informasi tentang tata cara mendapatkan
dana dan keterbasan kemampuan dalam membuat usulan untuk
mendapatkan dana. Kebanyakan usaha skala kecil dalam
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 11
menjalankan usaha tanpa adanya perencanaan, pengendalian
maupun juga evalusi kegiatan usaha.
Karakteristik usaha kecil di Indonesia dapat dipisah menjadi
dua bagian. Menurut Setyari (2005), beberapa karakteristik yang
paling melekat pada sebagian besar UMKM antara lain: (1)
rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) yang bekerja
pada sektor UMKM, (2) Rendahnya produktifitas tenaga kerja yang
berimbas pada rendahnya gaji dan upah, (3) Kualitas barang yang
dihasilkan relatif rendah, (4) mempekerjakan tenaga kerja wanita
lebih besar daripada pria, (5) lemahnya struktur permodalan dan
kurangnya akses untuk menguatkan struktur modal tersebut, (6)
kurangnya inovasi dan adopsi teknologi-teknologi baru, serta (7)
kurangnya akses pemasaran ke pasar yang potensial.
Selain karakteristik tersebut diatas, menurut Sucherly (2004)
beberapa karakteristik usaha ini antara lain: (1) skala usaha kecil
baik dilihat dari modal, tenaga kerja, dan pasar, umumnya
terdapat di perdesaan, kota kecil atau pinggiran kota besar
dengan status kepemilikan pribadi, (2) status usaha milik pribadi
dan keluarga, (3) sumber TK berasal dari lingkungan social budaya
(etnis atau geografis), (4) pola kerja sering paro waktu atau berupa
usaha sampingan, (4) pengelolaan usaha yg sederhana dan
terbatas dalam mengadopsi teknologi, (5) sangat tergantung pada
sumber modal sendiri, (6) sering tidak memiliki izin usaha dan
persyaratan usaha tidak dipenuhi, (7) strategi perusahaan sering
tergantung pada lingkungan, (8) manajemen usaha tidak dikelola
dengan baik (keuangan, organisasi dll), dan (9) Kebanyakan Uaha
kecil merupakan usaha untuk mempertahankan hidup. Karekteristik
yang terakhir juga cukup menonjol.
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 12
2.3. Berbagai Jenis-Jenis bantuan Pemerintah
Pemerintah telah mengucurkan berbagai jenis bantuan
pendanaan bagi UMKM sebagai upaya meningkatkan peran UKM
dalam perekonomian. Beberapa jenis bantuan tersebut yang telah
dikucurkan baik kepada UMKM maupun kepada koperasi sebagai
wadah dari UMKM di provinsi Jambi adalah:
1. Program pembiayaan produktif Koperasi dan usaha mikro
(P3KUM) pola Konvensional
Program Pembiayaan Produktif Koperasi dan Usaha Mikro
(P3KUM) Pola Konvensional adalah rangkaian kegiatan
Pemerintahan yang dilakukan dalam bentuk perkuatan
permodalan KSP/USP-Koperasi untuk mengembangkan usaha
mikro anggota Koperasi dengan menggunakan dana bergulir
konvensional dalam rangka mengurangi kemiskinan dan
memperluas kesempatan kerja. Petunjuk teknis untuk P3KUM
pola konvesional diatur dalam peraturan Menteri negara
koperasi dan usaha kecil dan menengah Republik Indonesia
Nomor : 08/Per/M.KUKM/II/2007
Tujuan Program adalah : (a) memberdayakan usaha mikro
melalui perkuatan permodalan KSP/USP-Koperasi, (b)
meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia dalam
bidang manajemen usaha dan pengelolaan keuangan, (c)
memperkuat peran dan posisi KSP/USP-Koperasi dalam
mendukung upaya perluasan kesempatan kerja dan
pengentasan kemiskinan.
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 13
Sementara itu sasaran Program P3KUM adalah :
a. tersalurnya dana bergulir kepada 1 (satu) KSP/USP-
Koperasi yang memenuhi syarat disetiap kecamatan;
b. tersalurnya dana bergulir dari KSP/USP-Koperasi kepada
usaha mikro anggotanya yang mempunyai usaha produktif;
c. terwujudnya peningkatan modal kerja bagi usaha mikro
yang bergerak dibidang pertanian, perikanan/nelayan,
pertenakan, industri kerajinan/industri rumah tangga,
pedagang kaki lima, warung-warung kecil yang disalurkan
oleh KSP/USP-Koperasi dalam bentuk pinjaman;
d. terwujudnya peningkatan peran kelembagaan KSP/USP-
Koperasi dan peningkatan kemampuan manajemen
usaha;
e. terwujudnya perguliran dana dari KSP/USP-Koperasi kepada
usaha mikro anggotanya dan dari KSP/USP-Koperasi
kepada KSP/USP-Koperasi lainnya dalam rangka
pengembangan usaha mikro;
f. terlaksananya program perkuatan permodalan KSP/USP-
Koperasi melalui pemberian dana bergulir yang menjamin
suksesnya penyaluran, pemanfaatan, pengembalian dana
serta terwujudnya peningkatan dan pengembangan
usaha ekonomi produktif masyarakat.
Untuk mendapatkan dana bantuan pemerintah, KSP/USP-
Koperasi calon peserta program wajib memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 14
a. KSP dan USP-Koperasi primer Kabupaten/Kota yang telah
berbadan hukum dengan melampirkan Foto Copy Akte
Pendirian Koperasi yang telah disahkan oleh Pemerintah.
b. Koperasi Primer Kabupaten/Kota yang mempunyai kegiatan
Usaha Simpan Pinjam dan telah dikelola secara terpisah
(otonom) dari kegiatan usaha lainnya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
c. memiliki anggota paling sedikit 25 (dua puluh lima)
orang usaha mikro.
d. telah melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) pada
tahun buku terakhir.
e. KSP/USP-Koperasi yang belum pernah menerima
perkuatan permodalan yang berasal dari Program
Kementerian Negara Koperasi dan UKM.
2. Program pembiayaan produktif Koperasi dan usaha mikro
(P3KUM) Pola Syariah
Petunjuk teknis tentang program ini diatur melalui peraturan
menteri negara koperasi dan usaha kecil dan menengah
Republik Indonesia NOMOR : 06/per/M.KUKMI/I/2007. Program
bantuan pemerintah jenis ini merupakan perkuatan permodalan
yang dilaksanakan dengan menggunakan prinsip dan aturan
syariah. Dengan menggunakan pola ini dana perkuatan
disalurkan melalui koperasi dan BMT dengan tujuan untuk
membiayai ekonomi produktif. Sasaran Program adalah :
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 15
a. tersalurnya DBS dalam rangka perkuatan permodalan
kepada 1 (satu) KJKS/UJKS untuk setiap kecamatan yang
memenuhi persyaratan.
b. tersalurnya DBS dari KJKS/UJKS kepada para anggotanya
yang memenuhi syarat untuk menerima pembiayaan.
c. terwujudnya peningkatan modal kerja anggota KJKS/UJKS
yang memiliki usaha produktif.
d. terwujudnya peningkatan peran kelembagaan KJKS/UJKS
dan peningkatan kemampuan manajemen usaha;
e. terwujudnya perguliran dana dari KJKS/UJKS kepada
anggotanya dan perguliran dana dari KJKS/UJKS kepada
KJKS/UJKS lainnya dalam rangka mengembangkan usaha
mikro.
f. terlaksananya perkuatan permodalan KJKS/UJKS melalui
pemberian dana bergulir yang menjamin sehingga dapat
dicapai sukses dalam penyaluran, pemanfaatan,
pengembalian dana serta terwujudnya peningkatan dan
pengembangan usaha ekonomi produktif masyarakat.
Secara umum tujuan dan sasaran dari program ini sama saja
dengan program pembiayaan pada P3KUM konvensional.
Perbedaannya terletak pada pola yang diterapkan dalam
menyalurkan bantuan. Sasaran Program adalah
3. MODAL AWAL PADANAN (MAP)
MAP adalah bantuan pemerintah kepada UKM yang ada di
dalam sentra yang bersifat bergulir. Juknis mengenai MAP diatut
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 16
melalui Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil
Dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 30/Per/M.KUKM/VIII
/2007. Bantuan ini tidak disalurkan langsung kepada ukm,
melainkan melalui koperasi simpan pinjam atau unit simpan
pinjam sebuah koperasi yang ada di dalam atau di dekat
sentra. Besar dana map yang disalurkan adalah antara rp
150.000.000,- hingga Rp 350.000.000,- per sentra. Ide penyaluran
dana melalui koperasi di wilayah sentra diharapkan memberikan
dua manfaat yaitu (1) dana disalurkan melalui pihak yang
mengenal Daerah/pengusaha yang akan dibantu dengan
standar penyaluran dana yang jelas dan (2) dana diharapkan
dapat membantu memperbaiki struktur permodalan KSP/USP-
koperasi penyalur. Sementara itu, sasaran dari dana MAP
adalah: (1) tersedianya dana MAP melalui KSP/USP koperasi
yang melayani usaha kecil pada sentra/klaster usaha kecil yang
ditetapkan, dan (2) meningkatnya usaha bagi sentra/klaster
yang diindikasika/USP koperasi.n dengan terjadinya perluasan
jangkauan, peningkatan mutu pelayanan, dan kemampuan
permodalan KSP
Untuk mendapatkan dana MAP, suatu koperasi harus telah
memiliki aktivitas setidak-tidaknya selama satu tahun, memiliki
kinerja baik, jumlah anggota yang mengajukan pinjaman
pertama kali minimal 20 orang, belum mendapatkan bantuan
sejenis serta melampirkan neraca rugi laba.
4. Program Perkuatan di Sektor Agribisnis
Tujuan program pengembangan pengusaha mikro dan kecil,
melalui bantuan perkuatan dana bergulir bagi KSP di sektor
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 17
agribisnis yaitu: (1) meningkatkan aktivitas dan pendapatan
pengusaha mikro dan kecil melalui pelayanan simpan pinjam, (2)
meningkatkan kemampuan dan jangkauan pelayanan KSP
khususnya di sektor agribisnis, (3) meningkatkan kualitas
sumberdaya pengelola KSP, dan meningkatkan akses anggota dan
calon anggota untuk memperoleh pelayanan pinjaman dari KSP.
Untuk mendapatkan dana bantuan, KSP sektor agribisnis
harus memenuhi syarat-syarat khusus sebagai berikut: (1) memiliki
anggota minimal 100 (seratus) orang yang bergerak dibidang
usaha produktif yang sejenis antara lain: Koperasi primer, petani,
peternak, nelayan, produsen, dan pedaga ngan dalam bidang
usaha agribisnis, (2) memiliki tunjangan macet maksimal 2%, (3)
memiliki modal sendiri minimal sepertiga dari total aset, (4) memiliki
fasilitas komputer , (5) predikat hasil audit terakhir adalah wajar
tanpa syarat.
5. Program Perempuan Keluarga Sehat dan Sejah tera (PERKASSA)
Perkassa adalah program perkuatan permodalam koperasi
dan usaha mikro yang disalurkan kepada para kaum
perempuan. Target akhir dari program ini adalah meningkatnya
kesempatan kerja dan berkurangnya angka kemiskinan. Secara
khusus tujuan dari program ini adalah: (1) Memberdayakan
perempuan pengusaha skala mikro, (2) meningkatkan
kemampuan sumberdaya manusia dalam bidang manajemen
usaha dan pengelola keuangan berbasis syariah, (3)
memperkuat peran dan posisi KSP/USP dalam mendukung
upaya perluasan kesempatan kerja dan pengentasan
kemiskinan.
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 18
Sedangkan sasaran dari program ini adalah: (1) tersalurnya
dana bergulir kepada perempuan yang memiliki aktivitas pada
usaha mikro dan usaha produktif lainnya, (2) terwujudnya
peningkatan modal kerja bagi pengusaha mikro yang bergerak
di bidang pertanian, perikanan, peternakan, industri kerajinan
rumah tangga, warung, pedagang kecil termasuk pedagangan
kaki lima, (3) terwujudnya peningkatan peran kelembagaan dan
manajemen usaha koperasi simpan pinjam dan usaha simpan
pinjam, (4) semakin kuatnya permodalan koperasi simpan
pinjam dan unit simpan pinjam melalui pemberian dana bergulir
yang menjamin suksesnya penyaluran, pemanfaatan,
pengembalian dana serta terwujudnya peningkatan dan
pengembangan usaha ekonomi produktif masyarakat.
Untuk mendapatkan dana bantuan program PERKASSA,
koperasi penerima harus memenuhi ketentuan-ketentuan antara
lain: (1) telah memiliki badan hukum, (2) memiliki anggota paling
sedikit 25 orang yang sebagian besar perempuan, (3) telah
melakukan paling sedikit satu kali rapat RAT, dan (4) belum
pernah menenrima bantuan sejenis. Jika syarat tersebut
terpenuhi barulah koperasi dapat mengalukan usulan kelayakan
usaha kepada Dinas koperasi dengan persyaratan-persyaratan
lainnya.
6. Program Pembiayaan Wanita Usaha Mandiri (P2WUM)
Tujuan program itu meningkatkan kesejahteraan melalui
kewirausahaan wanita serta mutu dan kinerja koperasi wanita.
Program Pembiayaan Wanita Usaha Mandiri (P2WUM) pada
prinsipnya relatif sama dengan program P3KUM, hanya saja
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 19
fokusnya adalah wanita. Tujuan Program adalah : (a)
memberdayakan usaha mikro yang umumnya pelakunya
adalah wanita melalui perkuatan permodalan KSP/USP-Koperasi,
(b) meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia
khususnya wanita dalam bidang manajemen usaha dan
pengelolaan keuangan, (c) memperkuat peran dan posisi
KSP/USP-Koperasi khususnya wanita dalam mendukung upaya
perluasan kesempatan kerja dan pengentasan kemiskinan.
7. Prospek MANDIRI
Program ini diatur melalui Peraturan Menteri Negara Koperasi
dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia NOMOR:
28/Per/M.KUKM/VII/2007 tentang pedoman program sarjana
pencipta kerja mandiri (PROSPEK MANDIRI). Program ini adalah
program pemerintah c.q Kementerian Negara Koperasi dan
UKM bekerjasama dengan pemerintah Provinsi/DI/Kabupaten
/Kota yang dapat diperluas dengan pihak-pihak lain, antara lain
Perguruan Tinggi, Dunia Usaha dan Organisasi Kemasyarakatan,
yang dilakukan melalui pemberdayaan dan penyediaan
fasilitasi berupa peningkatan kualitas sumber daya manusia,
dana bergulir dan dukungan bantuan perkuatan lainnya,
kepada para sarjana dalam wadah koperasi, untuk melakukan
kegiatan usaha pada berbagai bidang/sektor usaha, dalam
rangka menumbuhkan usaha baru (wirausaha baru) dan
penciptaan lapangan kerja.
Tujuan program ini ádalah:
a. menciptakan usaha baru (wirausaha baru) yang mampu
menciptakan kesempatan kerja, dan mengatasi masalah
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 20
pengangguran, khususnya pengangguran tenaga kerja
terdidik;
b. mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya manusia
terdidik dalam menggerakkan perekonomian daerah;
c. memanfaatkan teknologi dan sumber daya lokal yang
memiliki keunggulan kompetitif.
Sementara itu, sasaran dari program ini adalah:
a. terwujudnya peserta Prospek Mandiri menjadi wirausaha
baru, yang mampu menciptakan dan memperluas
kesempatan kerja bagi dirinya dan masyarakat disekitarnya;
b. berkembangnya sektor-sektor usaha unggulan, pada
daerah-daerah yang menjadi peserta Prospek Mandiri;
c. meningkatnya kualitas sumber daya manusia (SDM) koperasi
dan usaha kecil dan menengah.
2.3. Studi Terhadahulu Tentang Permasalahan dan Pemanfaatan
Dana UMKM
Alasan klasik yang selalu muncul dari permasalahan UMKM
selalu berkaitan dengan dana (modal usaha). Hasil survey Pusat
Studi UMKM UIEU (Mai 2008), menunjukkan tingkat permasalahan
dari 30 UMKM yang dibina dengan urutan permasalahan sebagai
berikut, keuangan, pemasaran, tenaga kerja, pembinaan, dan
produksi. Hal ini menunjukkan bahwa faktor modal usaha bagi
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 21
UMKM bukan merupakan satu-satunya permasalahan yang
dihadapi UMKM.
Hasil penelitian ini ternyata merubah persepsi yang selama ini
terjadi bahwa UMKM hanya dihadapkan pada permasalahan
modal. Temuan Pusat Studi UIEU menunjukkan bahwa terdapat
berbagai UMKM yang kendalanya adalah diluar sektor
permodalan. Dalam konteks ini yang dibutuhkan oleh UMKM bukan
hanya modal akan tetapi pembinaan. Tambunan (2009)
menyebutkan bahwa meski modal mengalir cukup banyak ke
UMKM, namun jika tidak diikuti oleh pembinaan terutama tentang
bagaimana memanfaatkan bantuan yang diterima maka UMKM
akan cenderung tidak berhasil. Lagi-lagi menurut Tambunan, kita
baru menciptakan 0,60% UMKM yang berhasil sedangkan kita
membutuhkan 2 % sampai 3 % UMKM yang berhasil dari jumlah
penduduknya kalau mau disebut sebagai negara maju.
Pertanyaan yang muncul adalah: apa penyebab ketidak
berhasilan tersebut?, lagi-lagi korupsi dan tidak tepatnya dalam
penyaluran dana (perencanaan) serta kurangnya pembinaan
terutama tentang pemanfaatan dana. Pengalaman buruk pernah
terjadi ketika masalah KLBI (Kredit Likuiditas Bank Indonesia)
dimunculkan kira-kira tahun 1996, yang seharusnya kredit tersebut
diperuntukkan bagi UMKM, kenyataan +/- 50% disalurkan kepada
UMKM-UMKM dadakan yang diciptakan oleh Bank-Bank penyalur
KLBI, yang sekarang pemiliknya berada di penjara atau sedang
buron di luar negeri. Lalu adalagi yang namanya Program
Kemitraan dan Bantuan Lingkungan (PKBL). Program ini
diperuntukkan bagi UMKM untuk menambah modal kerja dan
investasi yang bersumber dari 2% keuntungan BUMN.
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 22
Permasalahan UMKM juga diteliti oleh Hafsah. Dalam
penelitiannya Hafsah (2004) meneliti tentang dampak dana
bantuan penguatan modal usaha kelompok (PMUK) terhadap
peningkatan pendapatan kelompok petani jagung kecamatan
wawaykarya kabupaten Lampung Timur. Hafsah menemukan
bahwa permasalahan UMKM pada dasarnya dapat dibagi atas 2
bagian besar, yaitu permasalahan internal dan permasalahan
eksternal.
Menurut Hafsah, permasalahan internal yang dihadapi oleh UMKM
dan koperasi sebagai wadah UMKM meliputi:
1. Kurangnya Permodalan
Permodalan merupakan faktor utama yang diperlukan untuk
mengembangkan suatu unit usaha. Kurangnya permodalan UKM,
oleh karena pada umumnya usaha kecil dan menengah
merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya
tertutup, yang mengandalkan pada modal dari si pemilik yang
jumlahnya sangat terbatas, sedangkan modal pinjaman dari bank
atau lembaga keuangan lainnya sulit diperoleh, karena
persyaratan secara administratif dan teknis yang diminta oleh bank
tidak dapat dipenuhi.
2. Sumber Daya Manusia (SDM) yang Terbatas
Sebagian besar usaha kecil tumbuh secara tradisional dan
merupakan usaha keluarga yang turun temurun. Keterbatasan SDM
usaha kecil baik dari segi pendidikan formal maupun pengetahuan
dan keterampilannya sangat berpengaruh terhadap manajemen
pengelolaan usahanya, sehingga usaha tersebut sulit untuk
berkembang dengan optimal. Disamping itu dengan keterbatasan
SDM-nya, unit usaha tersebut relatif sulit untuk mengadopsi
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 23
perkembangan teknologi baru untuk meningkatkan daya saing
produk yang dihasilkannya.
3. Lemahnya Jaringan Usaha dan Kemampuan Penetrasi Pasar
Usaha kecil yang pada umumnya merupakan unit usaha
keluarga, mempunyai jaringan usaha yang sangat terbatas dan
kemampuan penetrasi pasar yang rendah, oleh karena produk
yang dihasilkan jumlahnya sangat terbatas dan mempunyai
kualitas yang kurang kompetitif. Berbeda dengan usaha besar
yang telah mempunyai jaringan yang sudah solid serta didukung
dengan teknologi yang dapat menjangkau internasional dan
promosi yang baik.
Sementara itu, faktor eksternal yang menjadi permasalahan
koperasi/UMKM adalah:
1. Iklim Usaha Belum Sepenuhnya Kondusif
Kebijaksanaan Pemerintah untuk menumbuhkembangkan
Usaha Kecil dan Menengah (UKM), meskipun dari tahun ke tahun
terus disempurnakan, namun dirasakan belum sepenuhnya
kondusif. Hal ini terlihat antara lain masih terjadinya persaingan
yang kurang sehat antara pengusaha-pengusaha kecil dengan
pengusaha-pengusaha besar.
2. Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha
Kurangnya informasi yang berhubungan dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi, menyebabkan sarana dan
prasarana yang mereka miliki juga tidak cepat berkembang dan
kurang mendukung kemajuan usahanya sebagaimana yang
diharapkan.
3. Implikasi Otonomi Daerah
Dengan berlakunya Undang-undang No. 22 Tahun 1999
tentang Otonomi Daerah, kewenangan daerah mempunyai
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 24
otonomi untuk mengatur dan mengurus masyarakat setempat.
Perubahan sistem ini akan mengalami implikasi terhadap pelaku
bisnis kecil dan menengah berupa pungutan-pungutan baru yang
dikenakan pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Jika kondisi ini tidak segera dibenahi maka akan menurunkan
daya saing Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Disamping itu
semangat kedaerahan yang berlebihan, kadang menciptakan
kondisi yang kurang menarik bagi pengusaha luar daerah untuk
mengembangkan usahanya di daerah tersebut.
2. Implikasi Perdagangan Bebas
AFTA yang mulai berlaku Tahun 2003 dan APEC Tahun 2020
yang berimplikasi luas terhadap usaha kecil dan menengah untuk
bersaing dalam perdagangan bebas. Dalam hal ini, mau tidak mau
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dituntut untuk melakukan proses
produksi dengan produktif dan efisien, serta dapat menghasilkan
produk yang sesuai dengan rekuensi pasar global dengan standar
ualitas seperti isu kualitas (ISO 9000), isu lingkungan (ISO 14.000) dan
isu Hak Asasi Manusia (HAM) serta isu etenagakerjaan. Isu ini sering
digunakan secara tidak air oleh negara maju sebagai hambatan
Non Tariff Barrier for Trade). Untuk itu maka diharapkan UKM
perlu mempersiapkan agar mampu bersaing baik ecara
keunggulan komparatif maupun eunggulan kompetitif yang
berkelanjutan.
5. Sifat Produk Dengan Lifetime Pendek
Sebagian besar produk industri kecil memiliki ciri atau
karakteristik sebagai produk-produk fasion dan kerajinan dengan
ifetime yang pendek.
3. Terbatasnya Akses Pasar
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 25
Terbatasnya akses pasar akan menyebabkan produk yang
dihasilkan tidak dapat dipasarkan secara kompetitif baik di pasar
nasional maupun internasional. Upaya untuk Pengembangan UKM
Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pada
hakekatnya merupakan tanggungjawab bersama antara
pemerintah dan masyarakat.
Madian (2004) meneliti tentang pengaruh pemberian dana
bergulir terhadap pedagang eceran pada pasar tradisional di Kota
Medan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengucuran dana
bergulir cukup mendorong terjadinya pengembangan usaha
pedagang eceran, namun faktor yang paling signifikan ádalah
modal awal yang dimiliki oleh para pedagang. Semakin besar
modal awal maka semakin besar pula peluang untuk
mengembangkan usaha.
Berbeda dengan hasil-hasil studi yang telah disebutkan
diatas, Alverina (2003) justru menemukan bahwa pemberian dana
bantuan perkuatan melalui dana bergulir belum mampu
meningkatkan kemampuan ekonomi lokal. Kesembilan usaha yang
menjadi objek penelitian tidak mampu untuk memenuhi semua
indikator yang ada. Hal ini disebabkan antara lain karena
keterbatasan dalam menjangkau sumber permodalan,
pasar/jaringan terbatas/tidak ada, kualitas/skill SDM rendah, inovasi
yang kecil, serta usaha-usaha tersebut bersaing secara sempurna.
Studi tentang pemanfaatan dana bergulir juga pernah
dilakukan oleh LPM-UPI (2003). Lembaga ini meneliti tentang: (1)
kesesuaian antara tujuan target dan sasaran pemberian dana
bergulir, (2) keefektifan dan kebermanfaatan efektif dan dapat
bermanfaat pada penerima bantuan.
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 26
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat beberapa
kasus yang penyaluran dananya tidak sesuai dengan target dan
sasaran. Meskipun banyak anggota yang merasakan manfaat dari
penyaluran dana tersebut, namun evaluasi terhadap pelaksanaan
dan target yang diharapkan belum pernah dilakukan. Masyarakat
belum terdorong untuk berupaya meningkatkan kegiatannya. Hal
ini disebabkan masih terdapatnya persepsi anggota koperasi/
UMKM bahwa dana tersebut adalah dana pinjaman yang tidak
perlu dikembalikan.
Penggabelan (2005) melakukan penelitian terhadap
efektivitas dana bergulir terhadap bagi koperasi dan UMKM.
Temuannya menunjukkan hasil yang beragam. Pada umumnya
pelaksanaan dana perkuatan di lapangan ada yang sesuai,
kurang sesuai, dan tidak sesuai dengan program implementasi
administrative. Menurut Panggabean, beberapa indikasi tersebut
ditunjukkan oleh: (1) dana yang diterima belum sesuai dengan
kualifikasi atau sasaran yang telah ditentukan, (2) koperasi
penerima belum menjalankan ketentuan sesuai dengan yang
dipersyaratkan, (3) terdapat beberapa penerima bantuan yang
kurang jelas kapan berdirinya, (4) terdapat beberapa kasus
penyalahgunaan dana untuk kepentingan pribadi, (5) adanya
ketidaktetatan penerima bantuan atau kelemahan dalam aspek
sleksi penerima bantuan, (6) monitoring dan evaluasi program
belum berjalan sebagaimana mestinya. Temuan Penggabean juga
menunjukkan bahwa elastisitas (sebagai tolak ukur efektifitas)
berada pada kategori sangat rendah.
Secara umum temuan lapang mengindikasikan beberapa
hal sebagai berikut: Informasi secara acak dari beberapa orang
anggota/nasabah menyatakan bahwa bantuan dana telah
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 27
dirasakan sebagai peluang untuk memperkuat modal usaha.
Sementara itu, pembinaan oleh bank pelaksana melalui proses
pendampingan dan monitoring, walau telah dirumuskan ternyata
belum dilakukan dengan baik sesuai petunjuk normatifnya.
Beberapa faktor penyebab di antaranya adalah mekanisme
tanggungjawab, prosedur dan materi bimbingan oleh bank
pelaksana tidak termonitor oleh Pokja Keuangan Kabupaten/Kota.
Dalam memfasilitasi program dana bergulir, bank pelaksana
tampaknya harus melabelkan diri sebagai “konsultan” KSP/USP
Koperasi. Sedangkan pembinaan itu memerlukan effort yang tidak
mudah dan beban biaya yang tidak ringan. Hal ini mengingat
keragaman kinerja dan prestasi KSP/USP Koperasi terpilih, serta
sebaran wilayah KSP/USP Koperasi yang secara lokasional sangat
luas. Selanjutnya, masih terdapat perbedaan persepsi mengenai
lingkup pembinaan oleh bank pelaksana. Di satu sisi, bank
pelaksana beranggapan hanya terlibat pada awal perguliran. Di
sisi lain, pembinaan dirancang dengan mencakup seluruh aspek
manajemen, termasuk pengembangan kelembagaan dan
sumberdaya manajerialnya.
Program pendampingan belum berlangsung sebagaimana
dimaksud dalam Juknis terutama di daerah luar Pulau Jawa dan
wilayah remote, sehingga praktis proses pengembangan kapasitas
dan potensi KSP/USP Koperasi tidak ditemukan. Pada program
tahun 2003 dan 2004, untuk pola PKPS-BBM dan Syariah, perguliran
dana hanya sebesar Rp. 50 juta sehingga tidak sesuai dengan
kompleksitas usaha UKM (pada program 2005 jumlahnya telah
ditingkatkan menjadi sebesar Rp. 100 - Rp. 150 juta). Sistem
administrasi pembukuan simpan pinjam belum sepenuhnya
diaplikasikan dengan tertib sehingga perlu menjadi perhatian
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 28
dalam proses pembinaan dan pendampingan di masa
mendatang.
Output program dana bergulir dari pola PKPS-BBM tahun
2003–2004 relatif kurang memenuhi harapan dibandingkan dengan
dua pola lainnya termasuk mengenai ketidaktepatan pihak yang
dilayani (anggota dan non anggota), sistem dan disain
administrasinya. Bentuk ketertiban yang diharapkan sulit ditemukan,
karena umumnya pelayanan dilakukan lebih berbentuk layanan
harian. Sementara untuk pola Syariah, walaupun pinjaman dana
umumnya dapat kembali, namun mekanisme penetapan nasabah
dan pembuatan akad masih secara sepihak atau bahkan tanpa
akad tertulis. Oleh karena itu, program pendampingan harus
mencakup aktivitas tranformasi dari bentuk konvensional harus
dengan sesuai konsep Syariah.
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 29
Jenis dan Sumber Data
Kajian ini menggunakan data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung maupun
tidak langsung dengan pihak-pihak terkait. Pihak-pihak dimaksud
antara lain adalah koperasi, instansi terkait serta pemilik UMKM.
Informasi dari instansi terkait menyangkut jenis dana yang telah
dikucurkan dan pola pembinaan yang dilaksanakan, sedangkan
informasi yang dibutuhkan dari UMKM adalah pola dan strategi
UMKM mengelola dana yang diberikan oleh berbagai pihak
termasuk pemerintah.
Sementara itu, data sekunder diperoleh dari instansi-instansi
terkait. Instansi-instansi tersebut antara lain: Dinas Perindustrian
Provinsi Jambi, Badan Perencanaan Pembangangunan Daerah
Provinsi Jambi, Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi serta dinas-dinas
yang melakukan pembinaan terhadap UMKM.
Metode Pengambilan Sampel
Penentuan sampel dilakukan secara purposive sampling
dengan menetapkan secara sengaja lokasi penelitian. Sesuai
dengan judul penelitian, fokus penelitian sebenarnya adalah usaha
mikro, kecil dan menengah. Namun demikian, karena UMKM
tersebut berada dalam wadah koperasi maka penelitian juga
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 30
dilakukan terhadap koperasi. Responden yang dijadikan sampel
para pemilik UMKM dan lembaga tempat UMKM tersebut bernaung
yaitu Koperasi. Koperasi dan UMKM yang akan dijadikan sampel
adalah Koperasi dan UMKM yang telah pernah menerima dana
bantuan pemerintah bagi pengembangan UMKM. Pemilihan
sampel didasarkan kepada wilayah. Berdasarkan berbagai
pertimbangan terpilih tiga kabupaten/kota yang akan dijadikan
sebagai lokasi penelitian. Ketiga kabupaten/kota tersebut adalah
Kota Jambi, Kabupaten Bungo, dan Kabupaten Kerinci. Kabupaten
/kota terpilih didapat dengan beberapa pertimbangan antara lain
banyaknya koperasi, akses mendapatkan informasi, banyaknya
lembaga penerima bantuan dana pemerintah bagi
pengembangan UMKM, dan pertimbangan dana.
Studi ini tidak mengutamakan baik kuantitas responden
maupun kualitas responden sehingga data yang diperoleh dalam
kuesioner mempunyai nilai objektivitas yang tinggi. Untuk koperasi,
yang dijadikan responden adalah pengurus koperasi yang
umumnya merupakan ketua koperasi. Sementara itu, untuk pelaku
UMKM, responden yang diambil adalah anggota koperasi yang
langsung terjun dan bergerak dalam usaha kecil dan menengah.
Pendekatan Penelitian dan Analisis
Metode penelitian yang digunakan dalam kajian ini adalah
studi kepustakaan (Library Research) dan Studi Lapangan (Field
Researc). Studi lapangan dilakukan melalui survey. Koperasi dan
UKM yang disurvey ditampilkan pada lampiran 1. Dengan
pendekatan ini diharapkan akan diperoleh informasi yang
gamblang mengenai kondisi yang sesungguhnya (existing
condition) mengenai objek penelitian.
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 31
1. Untuk mendapatkan suatu kajian yang mendalam mengenai
UMKM maka di dalam studi ini dilakukan wawancara langsung
dengan pihak-pihak terkait antara lain: (1) pengurus koperasi
yang merupakan wadah organisasi bagi pelaku UMKM dan
anggota koperasi sebagai pelaku UMKM, (2) anggota koperasi
yang merupakan pelaku langsung dari UMKM.
Tahapan Kegiatan
Kegiatan dilakukan secara bertahap dengan menggunakan
beberapa pendekatan sesuai dengan jenis dan sumber data yang
diperlukan untuk menyusun model solusi alternatif, dan secara
ringkas disajikan pada bagan berikut:
PERSIAPAN
(4 minggu)
SURVEY LAPANGAN
KONSULTASI PUBLIK
TABULASI DATA ANALISIS DATA
ANALISIS DATA
TINGKAT
KABUPATEN
TINGKAT PROVINSI ANALISIS DATA DRAFT
HASIL
KUISONER
SEMINAR HASIL
FINALISASI LAPORAN LAPORAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN
Gambar 1. Tahapan Kegiatan
PELAKSANAN
(8 minggu)
FINALISASI
(4 minggu)
RENCANA KERJA SURVEY PENDAHULUAN DESAIN KUISONER PENYESUAIAN RENCANA
KERJA
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 32
4.1. Karakteristik Responden
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa
responden dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu:
Koperasi dan UKM. Sesuai dengan judul penelitian, fokus penelitian
sebenarnya adalah usaha kecil menengah. Namun demikian,
karena UKM tersebut umumnya berada dalam wadah koperasi,
maka penelitian juga dilakukan terhadap koperasi. Jumlah koperasi
yang disurvey adalah 32. Keseluruhan koperasi yang disurvey
tersebut merupakan koperasi yang telah pernah mendapatkan
bantuan dari pemerintah, bahkan tiga diantaranya telah pernah
menerima bantuan sebanyak 2 kali.
Tabel 1. Distribusi Sampel Menurut Jenis Program Bantuan
No Jenis Program Jumlah Koperasi/LKM
1 P3KUM Konvesional 12
2 P3KUM Syariah 2
3 MAP 2
4 Perkassa 1
5 P2WUM 1
6 Agribisnis 2
7 TPU Santri 4
8 Prospek Mandiri 2
9 Lain-lain 9
Jumlah 32
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 33
Fokus penelitian adalah koperasi yang pernah menerima
bantuan sejak periode 2004 sampai 2009. Bantuan tersebut tersebar
dalam berbagai jenis seperti P3KUM, P2WUM, Perkassa, Agribisnis,
MAP, TPU Santri, Prospek Mandiri dan lain-lain.
Jumlah Koperasi/LKM yang disurvey berdasarkan wilayah
kabupaten/kota dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel
tersebut dapat diketahui bahwa 12 Koperasi berada di Kota Jambi,
12 Koperasi di Kabupaten Bungo, dan 8 Koperasi terdapat di
Kabupaten Kerinci. Diantara koperasi-koperasi tersebut, koperasi
yang telah menerima dana bantuan pemerintah sebanyak dua kali
terdapat di Kabupaten Bungo sebanyak 1 Koperasi dan di
Kabupaten Kerinci 2 Koperasi.
Tabel 2. Jumlah Koperasi yang Disurvey berdasarkan Wilayah
Kabupaten Jumlah Koperasi/LKM
Kota Jambi 12
Kabupaten Bungo 12
Kabupaten Kerinci 8
Jumlah 32
Untuk mendapatkan hasil yang lebih tepat, akurat dan sesuai
dengan tujuan penelitian, dilakukan wawancara dengan pengurus
koperasi dengan menggunakan pedoman wawancara. Selain itu
penggalian informasi dilakukan pula dengan mewawancarai
pelaku UKM juga dengan menggunakan pedoman wawancara.
Untuk menggali informasi secara mendalam diupayakan
agar wawancara dapat dilakukan dengan ketua koperasi secara
langsung sebagai representasi dari pengurus koperasi. upaya ini
dilakukan dengan pertimbangan bahwa ketua koperasi adalah
pihak yang diyakini cukup banyak mengetahui kelancaran dan
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 34
kendala yang dihadapi oleh koperasi. Namun demikian, target ini
tidak seratus persen berhasil, karena beberapa ketua koperasi tidak
berhasil ditemui sehingga wawancara dengan pengurus koperasi
dilakukan terhadap yang mewakili ketua antara lain wakil ketua,
sekretaris dan bendahara.
Selanjutnya, untuk mendapatkan informasi yang seimbang
maka dilakukan pula wawancara terhadap anggota koperasi.
Untuk anggota koperasi, responden yang dipilih adalah mereka
yang terlibat langsung sebagai pelaku UKM. Pada tahap awal
direncanakan bahwa akan diambil 2 responden untuk setiap
koperasi dan dilakukan secara acak kepada pelaku UKM.
Pertimbangan ini dilakukan agar informasi yang diperoleh bisa lebih
seimbang dan akurat. Namun demikian dalam pelaksanaan di
lapangan, target untuk mewawancarai pelaku UKM tidak tercapai
karena tidak semua peserta berada di tempat.
Hasil survey juga menunjukkan bahwa responden memiliki
tingkat pengetahuan yang baik tentang koperasi yang
dipimpinnya. Kenyataan ini diindikasikan oleh 27 responden atau 84
persen merupakan ketua koperasi, dan 7 atau 16 persen responden
merupakan sekretaris atau bendahara koperasi. Selanjutnya,
seluruh anggota yang dijadikan responden adalah merupakan
pelaku usaha dan sekaligus sebagai anggota koperasi.
Koperasi yang disurvey memiliki umur yang berbeda-beda
sesuai dengan tahun berdirinya. Berdasarkan hasil survey, 11
koperasi berdiri antara tahun 2000 sampai dengan 2006, 7 koperasi
berdiri antara tahun 1996-1999, 4 koperasi berdiri antara tahun 1990-
1995, dan 6 koperasi berdiri antara tahun 1980-1985. Hasil survey
sekaligus menunjukkan bahwa sebagian besar koperasi tersebut
berumur lebih dari 10 tahun (Tabel 4).
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 35
Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa koperasi yang
disurvey adalah koperasi yang mendapatkan bantuan pemerintah
sejak tahun 2004. Berdasarkan hasil survey (Tabel 4), 10 koperasi
menerima bantuan pada tahun 2004, 2 koperasi menerima pada
bantuan pemerintah pada tahun 2005, 9 koperasi menerima pada
tahun 2006, dan selebihnya menerima pada tahun 2007. Hasil
survey juga menunjukkan bahwa terdapat 3 koperasi yang
menerima bantuan dua kali, 1 koperasi menerima bantuan
pemerintah pada tahun yang berbeda yakni pada tahun 2004 dan
2007, 2 koperasi bahkan menerima dana 2 kali pada tahun yang
sama yakni 1 koperasi menerima 2 kali pada tahun tahun 2004, dan
1 koperasi lagi menerima 2 kali pada tahun 2007.
Tabel 4. Bantuan Pemerintah yang diterima Koperasi/UMKM
Tahun Jumlah Koperasi Persen
2004 10 29,6
2005 2 5,7
2006 9 25,7
2007 14 40,00
halmuJ 35 100,000
Responden yang merupakan pelaku UKM memiliki rentang
umur antara 35 Tahun sampai dengan 70 tahun (Tabel 5). Ini berarti
umur responden untuk pelaku UKM adalah 35 tahun dan tertua
adalah 70 tahun.
Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Umur
rumU )nuhaT( Jumlah Persen
35-40 17 40,47
41-45 15 35,70
49-46 4 9,5
nuhat sataek50 6 14,28
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 36
Total 42 100,00
Dari rentang umur responden pelaku UMKM, sebagian besar
berumur antara 35 sampai dengan 40 tahun yakni sebanyak 17
responden, diikuti oleh responden yang berumur antara 41-45
tahun sebanyak 15 orang, responden yang berumur antara 46
sampai dengan 49 tahun sebanyak 4 responden, dan responden
yang berumur 50 tahun keatas sebanyak 6 responden. Dari
sejumlah responden yang berumur 50 tahun keatas, 2 orang
diantaranya berumur 70 tahun. Hasil survey ini menunjukkan bahwa
sebagian besar responden berada pada usia yang sangat
produktif dan tergolong muda. Sebagian besar responden atau 77
persen berada pada usia 35 sampai dengan 45 tahun.
4.2. Pemanfaatan Dana Bantuan Pemerintah Pada Koperasi di
Provinsi Jambi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar dana
yang dikucurkan oleh pemerintah digunakan kepada kegiatan
yang cukup beragam. Fakta empiris menunjukkan bahwa sebagian
besar koperasi/UKM telah menggunakan dana tersebut sesuai
rencana, dan sebagian lagi menggunakan tidak sesuai dengan
rencana awal.
Sebagian besar koperasi yang bergerak disektor pertanian
telah menggunakan dana pinjaman untuk kegiatan produktif di
bidang pertanian, begitu pula dengan koperasi/UKM yang
bergerak di sektor peternakan, kegiatan tersebut telah pula
digunakan dan dimanfaatkan untuk kegiatan yang sesuai dengan
rencana awal. Namun demikian, karena berbagai hal yang
mengganjal dana perkuatan yang diterima tidak dapat
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 37
dimanfaatkan secara maksimal. Faktor penyebabnya antara lain
adalah karena faktor alam, hama penyakit, gagal panen, dan lain
sebagainya.
Disamping ada koperasi yang menjalankan kegiatan sesuai
rencana, terdapat pula koperasi/UKM yang relatif belum mampu
memanfaatkan dan menggunakan dana bantuan pemerintah
secara optimal. Contoh dari koperasi/UKM semacam ini adalah
koperasi yang sumberdaya manusianya tidak cukup handal untuk
bidang tersebut. Misalnya, dana yang diberikan kepada para
sarjana yang baru tamat harus dialokasikan bagi penggemukan
sapi dan berternak ikan, padahal tidak semua sarjana penerima
adalah sarjana peternakan. Dampaknya adalah perkembangan
dana koperasi/UKM yang diperoleh dari pinjaman tersebut relatif
lambat perkembangannya, bahkan pada beberapa koperasi
malah terjadi kredit macet.
Selain itu, terdapat pula koperasi/UKM yang tidak
memanfaatkan dana tersebut sesuai dengan rencana semula.
Dana yang semula dikucurkan untuk membantu anggota
koperasi/UKM dalam melaksanakan kegiatan produktif ternyata
tidak dilakukan oleh sebagian koperasi/UKM. Sebagian dari
anggota koperasi/UKM justru meminjam dana untuk kebutuhan
konsumtif, seperti membangun rumah dan membeli kenderaan.
Bantuan yang diberikan oleh pemerintah baik dalam bentuk
hibah maupun pinjaman ternyata banyak yang tidak mencapai
sasaran yang diinginkan. Sebagai contoh, beberapa kegiatan
usaha yang semula diharapkan akan berhasil karena dianggap
produktif, ternyata setelah dijalankan malah mengalami
kegagalan. Akbatnya, jangankan modalnya berkembang akan
tetapi yang terjadi justru modal yang sudah ada malah hilang.
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 38
Contoh dari kegagalan seperti ini terjadi pada koperasi yang
menjalankan kegiatan produksi seperti peternakan dan tanaman
pangan, perbengkelan. Akibatnya pinjaman yang seharusnya
menjadi dana bergulir justru menjadi kredit macet.
Temuan menunjukkan bahwa hanya sebagian dari
koperasi/UKM yang berhasil dalam menjalankan aktivitasnya sesuai
dengan tujuan program pemerintah. Namun demikian, sebagian
besar dari koperasi ternyata gagal dalam mengelola dana yang
dikucurkan oleh pemerintah tersebut. Kegagalan dalam mengelola
dana yang dikucurkan mengakibatkan belum ada satupun
koperasi yang telah mengembalikan modal sebesar 100 persen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil saja
yang baru menyetor angsuran pinjaman.
Berdasarkan hasil wawancara dengan para pengurus serta
anggota koperasi, kondisi ini terjadi disebabkan oleh beberapa hal
antara lain: Pertama, tidak adanya aturan berupa tindakan yang
tegas dari pemerintah mengenai konsekuensi dari dana yang
dipinjamkan tersebut. Ketiadaan sanksi ataupun tindakan yang
tegas terhadap para anggota koperasi yang umumnya adalah
pemilik UKM untuk mengembalikan modal, menyebabkan mereka
berprinsip “yang penting rebut dulu dana bantuan tersebut” dan
relatif kurang peduli apakah dana tersebut berbetuk hibah atau
pinjaman.
Kedua, sebagian besar UKM tidak memiliki arah yang jelas
dalam mengelola dana yang dikucurkan oleh pemerintah. Kondisi
ini dialami oleh beberapa UKM yang disurvey. UKM seperti ini tidak
memiliki pertimbangan yang matang serta pengetahuan yang
cukup dalam mengembangkan usahanya. Kondisi ini kemudian
menyebabkan kerugian dalam berusaha. Dampak akhirnya
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 39
adalah para anggota koperasi yang juga pelaku UKM tidak
mampu mengembalikan dana pinjaman.
Ketiga, para anggota koperasi/UKM tidak memiliki
pengetahuan yang cukup dalam menjalankan kegiatan yang
seharusnya cukup produktif. Akan tetapi karena kurangnya
pengetahuan dan pengalaman dibidang tersebut sehingga
kegiatan tersebut berbuah kegagalan. Kondisi seperti ini terjadi
misalnya pada kegiatan pengembangbiakan ulat sutra, dan
kegiatan penggemukan sapi oleh para sarjana yang baru tamat.
Dampaknya adalah modal yang telah dikeluarkan tidak bisa
dikembalikan lagi. Kondisi seperti ini menyebabkan terjadinya kredit
macet.
Keempat, tingkat bunga pinjaman yang dikenakan oleh
koperasi terhadap anggotanya relatif tinggi. Pada sebagian
koperasi yang bergerak pada kegiatan simpan pinjam, tingkat
bunga yang dikenakan bahkan mencapai 2 persen per bulan.
Tingkat bunga seperti ini jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan
tingkat bunga bank. Kondisi ini menyebabkan banyak diantara
anggota yang tidak mampu mengembalikan pinjamannya.
Dampak akhirnya adalah kredit macet sehingga koperasi tidak
mampu dalam megembalikan pinjaman.
Kelima, pemerintah relatif kurang selektif dalam menyalurkan
dana perkuatan kepada koperasi. Perdefinisi, dana perkuatan
pada dasarnya bertujuan untuk memperkuat modal yang sudah
ada. Namun kenyataannya beberapa koperasi/UKM justru
menjadikan dana tersebut sebagai modal awal. Fakta ini
terungkap dari hasil wawancara dengan para responden
(pengurus koperasi). Ketika ditanya kenapa dana pinjaman belum
dikembalikan ke pemerintah, sebagian besar menjawab bahwa
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 40
karena ketidakmampuan untuk membayar serta tidak ada
tindakan atau sangsi bagi yang tidak mengembalikan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa
karakteristik UKM penerima bantuan pemerintah di Provinsi Jambi.
Pertama, umumnya UKM di provinsi Jambi memiliki wadah berupa
koperasi. Para pemilik UKM umumnya adalah anggota koperasi.
Dengan adanya bantuan kepada koperasi, maka para pelaku
UKM mendapatkan akses berupa kemudahan dalam memperoleh
dana bagi pengembangan usahanya. Secara teoritis,
perkembangan UKM bersinergi dengan perkembangan koperasi.
Keduanya memiliki hubungan kausalitas. Jika koperasi yang
merupakan tempat bernaungnya para pelaku UKM menunjukkan
progres, maka para pelaku UKM akan dengan mudah pula
meningkatkan volume usahanya. Kondisi ini terutama disebabkan
oleh adanya kemudahan akses untuk mendapatkan tambahan
modal. Untuk tipikal UKM semacam ini adalah UKM yang
pelakunya merupakan anggota dari koperasi simpan pinjam (KSP).
Intinya, jika koperasi tersebut adalah koperasi simpan pinjam, maka
UKM milik anggotanya akan relatif cepat berkembang dibanding
yang lain.
Kedua, UKM yang pemiliknya tidak memiliki wadah koperasi.
UKM semacam ini harus bergerak sendiri untuk mengembangkan
modalnya. Untuk pelaku UKM yang tidak memiliki modal realtif
cukup dan masih tergantung ke pihak lain, ketiadaan wadah
tempat meminjam modal menyebabkan UKM tersebut sulit
berkembang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa UKM yang
mendapatkan pinjaman modal dari koperasi relatif cepat
berkembang dibanding UKM semacam ini.
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 41
Ketiga, beberapa koperasi baru aktif setelah memperoleh
pinjaman ataupun bantuan dari pemerintah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa beberapa koperasi yang disurvey baru
memiliki aktivitas setelah mendapatkan kucuran dana dari
pemerintah. Sebelum mendapatkan kucuran dana, koperasi
tersebut relatif tidak memiliki aktivitas sama sekali. Seiring dengan
hal tersebut, UKM juga baru berkembang setelah mendapatkan
dana dari koperasi.
Keempat, UKM memiliki usaha yang relatif bisa berkembang
jika koperasi tempat pemilik UKM tersebut bernaung adalah
koperasi yang berstatus jelas. Koperasi seperti ini biasanya
merupakan koperasi yang bernaung dibawah suatu instansi seperti
koperasi pegawai negeri atau koperasi yang berada dalam suatu
perusahaan misalnya koperasi milik perusahaan yang bergerak di
sektor perkebunan. Lebih jelas mengenai pemanfaatan dana
bantuan pemerintah pada koperasi berdasarkan jenis program
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. KUM Konvensional
Program Pembiayan Produktif Koperasi dan Usaha Mikro
(P3KUM) merupakan dana perkuatan permodalan bergulir yang
disalurkan melalui USP/KSP koperasi untuk pengembangan usaha
mikro. Dari 12 koperasi sampel yang menerima program ini 10
koperasi memanfaatkan bantuan untuk kegiatan simpan pinjam
dalam bentuk uang tunai bagi para anggotanya, sedangkan 2
koperasi menetapkan penggunaan dana tersebut untuk usaha
penggemukan sapi. Sejauh ini hanya 8 koperasi yang masih
mampu mengelola bantuan secara baik sehingga mempunyai
prospek dalam mengembalikan dana untuk perguliran. Empat
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 42
koperasi yang tidak mampu mengembangkan bantuan
disebabkan oleh manajemen koperasi yang memang tidak baik
sejak dari awal. Dengan kondisi seperti itu ada indikasi bahwa
anggota yang meminjam bantuan memang tidak memiliki niat
untuk membayar pinjamannya.
2. P3KUM Syariah
Dari dua koperasi penerima dana P3KUM pola syariah
terdapat satu BMT (Baitul Mal wa Tamwil) yang memang sejak awal
telah menjalankan kegiatan dengan pola syariah, yaitu BMT
Serambi Madinah dan satu lagi adalah KUD yang sesungguhnya
tidak menerapkan pola syariah, yaitu KUD Jitu Mekar Jaya. Sejauh
ini kedua penerima dapat mengelola bantuan dengan baik dan
sudah mencicil pinjamannya secara tepat waktu. Hanya saja dari
volume kegiatan kedua koperasi ini, nilai bantuan yang diberikan
sebesar Rp 50 juta dirasakan terlalu kecil. Sebagai contoh untuk
BMT Serambi Madinah, saat ini melayani anggota sebanyak 1.025
orang yang sebagian besar adalah pedagang pasar, dengan
modal mencapai Rp 2,5 milyar. Dana yang tersedia ini secara
umum telah memberikan manfaat yang nyata terhadap
pengembangan UMKM.
3. Modal Awal Padanan
Modal Awal dan Padanan (MAP) adalah dana stimulan dari
pemerintah untuk disalurkan dalam bentuk pinjaman kepada
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam sentra/klaster melalui
Koperasi Simpan Pinjam/Unit Simpan Pinjam Koperasi. Dari dua
koperasi penerima dana ini sebenarnya tidak satupun koperasi
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 43
yang memiliki anggota yang berada pada sentra / klaster. Malah,
pemanfaatan dana oleh koperasi Fauna Lestari digunakan untuk
pengembangan usaha mikro, yaitu untuk pengadaan ternak sapi.
Selain itu koperasi ini adalah KPN Dinas Peternakan Kabupaten
Bungo, yang sebenarnya tidak memenuhi persyaratan sebagai
penerima dana MAP.
Sejauh ini hanya koperasi Fauna Lestari yang berhasil
mengembangkan dana bantuan dengan baik dan telah mencicil
pinjamannya. Sementara itu koperasi Pandai Besi saat ini sudah
tidak jelas lagi kegiatannya, sejak usaha anggotanya terhenti
karena penertiban penebangan kayu liar diintensifkan pemerintah.
Dengan demikian sangat sulit diharapkan koperasi ini akan mampu
mencicil pinjamannya.
4. Perkassa dan P3WUM
Program Perkassa (Perempuan Keluarga Sehat Sejahtera)
dan P3WUM (Program Pemberdayaan Wanita Usaha Mandiri)
merupakan dana perkuatan yang disalurkan khusus untuk
pengembangan UMKM perempuan. Kedua penerima dana ini
adalah koperasi yang dikelola oleh Dharma Wanita. Dengan
demikian anggota dan penerima manfaat dari bantuan ini adalah
wanita. Hanya saja tidak ada aturan dari koperasi dalam
menyalurkan dana tersebut untuk pengembangan usaha para
anggotanya. Justru yang menjadi prioritas adalah anggota yang
mampu mengembalikan pinjaman, sekalipun untuk kegiatan
konsumtif, bukan anggota yang ingin mengembangkan usaha
produktif.
5. Sektor Agribinis
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 44
Dana Perkuatan Sektor Agribisnis hanya dilaksanakan pada
tahun 2004 dan 2005 dengan nilai bantuan antara Rp 500 juta s/d
Rp 1 milyar. Dari dua koperasi sampel yang menerima dana ini satu
hanya satu koperasi, yaitu Kaya Makmur, yang mampu
mengembangkan dana ini dengan baik. Koperasi ini memiliki
anggota tetap 163 orang dan anggota tidak tetap sebanyak 1.005
orang. Saat ini modal yang dimiliki koperasi ini mencapai Rp 24
milyar dengan SHU tahun 2008 sebesar Rp 191 juta. Sementara itu
bantuan yang disalurkan kepada KUD Margo Mukti sangat
diragukan dapat berkembang dengan baik. Dari dana sebesar Rp
500 juta yang disalurkan ternyata terdapat sekitar 20 orang
anggota yang sama sekali tidak mengangsur pinjamannya,
dengan nilai mencapai Rp 300 juta. Bahkan pada tahun 2008
koperasi ini tidak lagi melakukan RAT. Ada kesan bahwa besarnya
nilai tunggakan ini dikarenakan sebagian besar anggota merasa
tidak mempunyai konsekuensi apa-apa jika tidak mengangsur
pinjamannya.
6. TPU Santri
TPU (Tempat Praktek Usaha) Santri merupakan bantuan dana
yang diberikan kepada pondok pesantren untuk mengembangkan
tempat praktek dan usaha bagi santrinya. Secara administratif
dana ini disalurkan melalui Koppontren tetapi pada praktiknya tidak
ada kaitan antara Koppontren dengan pengelolaan dana ini.
Koppontren yang digunakan adalah koperasi guru pesantren yang
bergerak dikegiatan simpan pinjam dan penjualan keperluan
sehari-hari santri. Dari empat pesantren penerima dana, dua
pesantren yang sudah memperlihatkan arah pemanfaatan yang
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 45
jelas yaitu Al Hidayah dan Tarbiyah Islamiah. Model
pengembangan bengkel sepeda motor yang dikembangkan oleh
PP Al Hidayah memperlihatkan prospek yang baik sebagai suatu
unit usaha. Hanya saja masih sangat diragukan untuk dapat
berperan sebagai tempat praktek santri. Sedangkan model
pengembangan usaha konveksi yang dikembangkan oleh PP
Tarbiyah Islamiah, lebih banyak manfaatnya sebagai tempat
praktek santri serta dapat juga menjadi salah satu sumber
penghasilan pesantren.
7. Prospek Mandiri
Prospek Mandiri (Program Sarjana Pencipta Kerja Mandiri)
merupakan program penyediaan dana bergulir dan dukungan
bantuan perkuatan lainnya, kepada para sarjana dalam wadah
koperasi, untuk melakukan kegiatan usaha pada berbagai
bidang/sektor usaha, dalam rangka menumbuhkan usaha baru
(wirausaha baru) dan penciptaan lapangan kerja. Dana ini
diberikan kepada koperasi peserta program untuk
mengembangkan usaha yang diusulkan oleh masing-masing
daerah. Untuk Provinsi Jambi diusulkan kegiatan pengembangan
ikan Patin dan sapi penggemukan. Dari dua koperasi penerima
dana ini dengan jumlah anggota awal 52 orang, saat ini keduanya
tidak berjalan baik. Malah jumlah anggota yang masih aktif hanya
sebagian kecil saja. Sedangkan usaha ikan Patin dan
penggemukan sapi yang dilaksanakan praktis tidak berjalan lagi
karena tidak memberikan keuntungan.
Secara umum kegagalan program ini sesungguhnya bermula
dari rancangan awal program itu sendiri. Memaksakan peserta
program, yaitu para sarjana yang berasal dari latar belakang
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 46
berbeda, untuk mengelola usaha dengan komoditas tertentu, yaitu
ikan Patin dan penggemukan sapi, bukanlah cara yang ideal untuk
mengembangkan kewirausahaan. Apalagi disertai dengan
adanya berbagai aturan yang mengikat seperti harus dikelola
sendiri oleh peserta (tidak boleh menyewa tenaga kerja)
menjadikan usaha yang dikembangkan tidak lagi berorinetasi
bisnis. Walhasil, dana dan asset yang tersisa saat ini tinggal sekitar
75% saja. Seharusnya dalam jangka lima tahun dana yang diterima
ini sudah dapat dilunasi oleh penerima. Selain itu dari pelaksanaan
program ini tidak melibatkan kabupaten / kota sehingga hampir
tidak ada dukungan yang diberikan oleh pemerintah daerah
dalam menunjang program ini.
8. Lain-lain
Dana Perkuatan yang masuk ke dalam kategori ini
digunakan untuk berbagai kegiatan sesuai dengan usulan masing-
masing koperasi penerima. Kegiatan usaha yang dikembangkan
adalah: ternak itik (3 koperasi); sapi (2 koperasi); ikan keramba (1
koperasi); benang sutera (1 koperasi); pabrik kelapa sawit mini (1
koperasi) dan industri serat rami (1 koperasi). Dari sembilan koperasi
penerima dana ini hanya dua koperasi yang masih menjalankan
usahanya dengan menggunakan dana perkuatan tersebut yaitu
koperasi Fauna Lestrai dan Depati Parbo. Kedua koperasi ini
mengembangkan ternak sapi. Sedangkan kegiatan koperasi
lainnya sudah tidak ada lagi, bahkan ada yang koperasinyapun
sudah tidak ada lagi. Satu paket kegiatan yang diberikan kepada
koperasi Sawit Mitra Usaha berupa pembangunan pabrik kelapa
sawit mini senilai Rp 3 milyar, ternyata tidak dapat dilaksanakan
karena dianggap tidak efisien. Seluruh Dana Perkuatan yang telah
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 47
disalurkan kepada koperasi saat ini telah dikembalikan ke pusat
melalui Bank penyalur.
Beberapa catatan berkenaan dengan kegagalan
pemanfaatan dana untuk kegiatan kelompok ini antara lain karena
program bersifat dropping dengan komoditas yang telah
ditetapkan oleh pusat. Walaupun secara adminsitratif koperasi
diharsukan membuat proposal dengan komoditas yang telah
ditetapkan tersebut. Dengan kondisi seperti ini maka pemerintah
daerah terpaksa menyediakan koperasi yang dibutuhkan dengan
membentuk koperasi baru atau menggunakan KPN. Dari sembilan
koperasi penerima program ini tiga diantaranya adalah KPN. Selain
itu pengadaan barang yang dilakukan oleh koperasi ternyata
“ditumpangi” oleh oknum pusat sehingga koperasi hanya
menerima barang, bukan dana perkuatan. Oleh sebab itu ditemui
kualitas barang yang tidak memenuhi standar seperti halnya bibit
itik tua, yang kemudian terpaksa diterima oleh koperasi. Dengan
kondisi seperti maka jelas pengembangan usaha yang didanai oleh
program ini menjadi tidak rasional lagi sebagai suatu usaha bisnis.
4.3. Hambatan Pengembangan UMKM di Provinsi Jambi
Berdasarkan karakteristik responden dan kinerja sampel yang
mendapatkan dana perkuatan yang diuraikan diatas, dapat
diidentifikasi sejumlah permasalahan yang diyakini menjadi faktor
penghambat pengembangan bantuan dalam memenuhi sasaran
yang diharapkan. Secara garis besar faktor penghambat tersebut
meliputi:
a. Modal
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 48
Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal adalah salah
satu faktor penghambat berkembangnya koperasi dan UKM.
Beberapa koperasi mengeluhkan akan minimnya modal yang
dimiliki. Oleh karena itu, kucuran dana dari pemerintah masih
diperlukan oleh sebagian koperasi.
Namun demikian, hasil pengamatan juga menunjukkan
bahwa sebagian koperasi lagi menyatakan bahwa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa
koperasi yang kekurangan modal.
a. Sumberdaya Manusia.
Secara keseluruhan koperasi yang disurvei sesungguhnya
telah mendapatkan bantuan dari pemerintah bahkan beberapa
koperasi malah telah menerima bantuan pemerintah sebanyak 2
kali. Namun demikian, berdasarkan hasil survey ternyata sebagian
besar dari koperasi tersebut tidak mengalami perkembangan yang
berarti. Ini berarti bahwa modal tidak menjadi satu-satunya
penyebab relatif lambannya perkembangan koperasi dan UMKM.
Temuan dilapangan menunjukkan bahwa secara umum
sumberdaya manusia yang dimiliki oleh koperasi penerima bantuan
masih relatif rendah. Dengan kualitas sumberdaya manusia yang
relatif rendah maka pemahaman terhadap koperasi dan UKM yang
dikelolapun masih sangat minim. Permasalahan sumberdaya
manusia juga kelihatan dari cara koperasi mengelola bantuan
yang diterima. Sebagai contoh, dari 12 koperasi yang menerima
program P3KUM konvesional, hanya delapan yang masih mampu
mengelola bantuan secara baik. Temuan juga menunjukkan
bahwa masih banyaknya koperasi yang tidak melaksanakan RAT
dan tidak membuat laporan tahunan.
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 49
Hasil wawancara dengan responden baik itu para pengelola
koperasi maupun anggota koperasi menunjukkan bahwa masih
banyak para anggota koperasi yang tidak memahami hak dan
kewajibannya sebagai anggota. Ketidak-tahuan ini diperkirakan
sebagai salah satu penyebab banyaknya koperasi yang
tidak/belum mengansur pinjaman. Para anggota banyak yang
beranggapan bahwa dana bergulir yang diberikan oleh
pemerintah adalah bantuan yang tidak harus dikembalikan.
Temuan dilapangan ini konsisten dengan Hapsah (2004).
Menurut Hapsah, sebagian besar usaha kecil tumbuh secara
tradisional dan merupakan usaha keluarga yang turun temurun.
Dengan demikian, persoalan kualitas sumberdaya manusianya
sering kali terabaikan. Keterbatasan sumberdaya manusia baik dari
segi pendidikan formal maupun dari sisi pengetahuan dan
ketrampilan berpengaruh terhadap manajemen pengelolaan
usahanya, sehingga usaha tersebut sulit untuk berkembang
dengan optimal.
b. Seleksi
Fakta menunjukkan bahwa sebagian besar penyaluran dana
bantuan pemerintah UMKM melalui koperasi belum melalui suatu
metode perekrutan atau seleksi yang benar. Beberapa koperasi
penerima bantuan belum memenuhi kriteria sesuai dengan
petunjuk teknis program yang dikucurkan. Bahkan pada beberapa
lokasi ditemukan koperasi penerima bantuan yang baru berdiri dan
beraktivitas saat mereka mengetahui akan ada pemberian
bantuan. Ini berarti bahwa koperasi tersebut adalah koperasi
dadakan yang muncul pada saat bantuan akan dikucurkan.
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 50
Meski tidak semuanya merupakan koperasi dadakan, namun
beberapa koperasi penerima bantuan yang sesungguhnya sudah
lama berdiripun sebenarnya ada yang belum memenuhi
persyaratan untuk mendapatkan bantuan. Walaupun beberapa
koperasi tersebut telah lama berdiri, namun koperasi tersebut
sebenarnya hanya tinggal nama saja sedangkan aktivitas tidak
ada sama sekali. Padahal, berdasarkan petunjuk teknis untuk
hampir semua program bantuan, setiap koperasi penerima harus
memiliki laporan tahunan dan melaksanakan RAT paling tidak
dalam 1 tahun terakhir. Kenyataannya, walaupun laporan tahunan
dibuat, namun laporan tersebut kebanyakan hanya sebatas untuk
memenuhi persyaratan mendapatkan bantuan saja. Hal yang
sama juga terjadi pada RAT. Beberapa koperasi hanya menyusun
laporan RAT sebagai persyaratan saja.
Lemahnya aspek seleksi ini juga diduga juga berkaitan dengan
lunaknya persyaratan yang diberikan oleh pemerintah kabupaten.
Instansi terkait di masing-masing kabupaten biasanya berupaya
agar bantuan banyak mengalir ke koperasi/UKM di wilayah
mereka. Hal ini disebabkan oleh adanya pemahaman bahwa
salah satu indikator keberhasilan instansi adalah banyaknya
program dan bantuan pemerintah yang berhasil disalurkan kepada
lembaga koperasi dan UKM yang berada di wilayahnya.
Keberhasilan menggaet dana yang besar dianggap sebagai suatu
prestasi.
Temuan juga menunjukkan bahwa terdapat beberapa koperasi
yang antara pengelola dana dan penerima bantuan tidak memiliki
kaitan sama sekali. Sebagai contoh adalah koppontren yang
dimiliki oleh para guru pada salah satu pondok pasantren. Koperasi
ini sebenarnya bergerak dalam usaha simpan pinjam dan
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 51
penjualan keperluan sehari-hari, sementara dana yang diterima
adalah bantuan pemerintah untuk tempat praktek usaha santri.
c. Aspek Perencanaan
Temuan menunjukkan bahwa sebagian besar koperasi/UKM
yang menerima bantuan tidak memiliki perencanaan yang
matang mengenai program yang akan dilakukan. Indikasi ini
terlihat dari sedikitnya koperasi/UKM yang mampu mengelola dana
dengan baik. Sebagai contoh, dana yang disalurkan ke sektor
agribisnis tidak semuanya berhasil dikelola dengan baik. Contoh
nyata adalah Koperasi Margo Mukti yang mendapat bantuan
Rp.500 juta rupiah, ternyata gagal dalam mengelola dana yang
cukup besar tersebut. Temuan menunjukkan bahwa sejak tahun
2008 koperasi ini bahkan tidak pernah lagi melakukan RAT.
Tidak dimilikinya perencanaan yang matang juga ditunjukkan
oleh Koppontren. Dari empat penerima dana bantuan, hanya 2
yang sudah memperlihatkan pemanfaatan secara jelas. Namun
demikian, jika ditelusuri lebih lanjut, ada keraguan akan prospek
dari aktivitas yang dilakukan oleh Koppontren tersebut. Sebagai
contoh, koppontren Tarbiyah Islamiah. TPU pada koppontern ini
hanya bisa digunakan untuk tempat praktek santri tetapi tidak
prospektif untuk dikembangkan sebagai usaha yang
menguntungkan. Argumen ini cukup berasalasan mengingat TPU
tersebut terletak di dalam pondok, sehingga jauh dari jangkauan
para konsumen yang membutuhkan pelayanan.
Lemahnya aspek perencanaan ini juga diakui oleh
Tambunan (2009). Menurut Tambunan, lemahnya perencanaan
menyebabkan koperasi/UKM tidak mampu menyelaraskan antara
tujuan pemberian dana oleh pemerintah dengan sasaran yang
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 52
diinginkan. Kondisi ini terjadi karena koperasi/UKM tidak mampu
memanfaatkan dana yang diberikan oleh pemerintah. Hal senada
juga diungkapkan oleh Hapsah (2004) dan Alverina (2003). Alverina
bahkan menyimpulkan bahwa pemberian dana perkuatan belum
mampu meningkatkan kemampuan ekonomi lokal.
d. Aspek pembinaan
Temuan juga menunjukkan bahwa pembinaan terhadap
koperasi/UMKM penerima bantuan masih relatif kurang. Faktor
penyebabnya adalah karena tenaga penyuluh dari departemen
atau instansi terkait relatif masih kurang. Dampak dari kurangnya
pembinaan adalah sulitnya koperasi/UMKM mencapai
keberhasilan. Pembinaan yang rutin tentunya sangat membantu
dalam mengurangi resiko terjadi penyimpangan pemanfaatan
bantuan secara lebih dini. Sebagai contoh ditemui sejumlah
koperasi yang tidak melaksanakan RAT tetapi oleh pemerintah
setempat tidak dilakukan pembinaan secara seksama. Selain itu
disinyalir ada sejumlah koperasi yang pemanfaatan bantuannya
hanya dinikmati oleh segelintir orang saja. Hal seperti ini seharusnya
dapat dihindari apabila pembina di lapangan melakukan
komunikasi yang baik dengan anggota koperasi secara rutin.
Kurangnya pembinaan merupakan salah satu faktor penghambat
berkembangnya koperasi dan UMKM.
Menurut Tambunan (2009) meski modal yang dimiliki oleh UKM,
namun jika tidak diikuti oleh pembinaan terutama tentang
bagaimana memanfaatkan bantuan yang diterima, maka UMKM
akan cenderung tidak berhasil. Pendapat Tambunan (2009)
konsisten dengan hasil penelitian dari Pusat Studi UIEU (2008).
Menurut hasil penelitian ini, pembinaan yang relatif kurang
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 53
merupakan salah satu penghambat perkembangan koperasi dan
UMKM.
e. Aspek Pengawasan
Faktor lain yang menyebabkan relatif lambannya
perkembangan koperasi/UMKM yang mendapat bantuan
pemerintah adalah kurangnya aspek pengawasan. Indikasi ini
ditandai oleh relatif jarangnya aparatur yang berkunjung ke
koperasi dan UKM. Pemerintah cenderung lunak terhadap koperasi
dan UMKM. Peran pemerintah sepertinya hanya sampai kepada
pengucuran dana. Relatif jarang aparatur mengontrol ke lapangan
untuk mengetahui apakah koperasi dan UKM tersebut telah
berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Temuan dilapangan
menunjukkan bahwa beberapa koperasi justru telah melakukan hal
yang tidak selaras lagi dengan petunjuk teknis dari bantuan. Kondisi
ini menyebabkan tujuan dan sasaran pemberian bantuan tidak
tercapai.
Kurangnya pengawasan diikuti pula oleh tidak adanya aturan
berupa sanksi mengenai konsekuensi dari pelaksanaan yang
menyimpang dan penunggakan dana yang dipinjamkan.
Ketiadaan sanksi ini umumnya menyebabkan koperasi dan
anggotanya cenderung berprinsip bahwa bantuan tersebut
adalah gratis sehingga tidak ada dorongan untuk memajukan
koperasi dan UMKM tersebut. Sebagian dari anggota koperasi justru
meminjam dana untuk kebutuhan konsumtif. Koperasi penerima
bantuan juga menerapkan tingkat bunga pinjaman yang
dikenakan oleh koperasi terhadap anggotanya relatif tinggi. Pada
sebagian koperasi yang bergerak pada kegiatan simpan pinjam,
tingkat bunga yang dikenakan bahkan mencapai 2 % per- bulan.
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 54
Tingkat bunga seperti ini jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan
tingkat bunga bank.
f. Aspek Kebijakan Pemerintah
Pemerintah masih menerapkan pola top-down dalam
menyalurkan kredit kepada koperasi. Pemerintah masih
mengasumsikan bahwa permasalahan yang dihadapi oleh
koperasi sama, padahal tidak semua koperasi menghadapi
permasalahan yang sama.
Selama ini, pemerintah seakan-akan mengasumsikan bahwa titik
lemah dari koperasi dan UKM adalah masalah modal. Dalam
kenyataannya, tidak semua koperasi mengalami masalah
kurangnya modal. Pada beberapa kabupaten terdapat koperasi
yang mempunyai modal yang cukup kuat. Sebagai contoh,
koperasi serba usaha BMT serambi madinah yang telah memiliki
modal mencapai Rp. 2,5 milyar. Koperasi semacam ini
sesungguhnya tidak lagi menghadapi persoalan modal. Yang
diperlukan oleh koperasi semacam ini adalah arahan dan binaan
agar bisa berkembang dengan baik dan semakin maju.
Disamping itu, Penyediaan Dana Perkuatan koperasi hendaknya
tidak menggunakan target tahun anggaran sehingga masing-
masing pemerintah daerah tidak “dipaksa” untuk menyiapkan
sejumlah koperasi calon penerima bantuan dalam waktu yang
singkat. Kebijakan seperti itu dapat memberikan keleluasaan
kepada pemerintah daerah untuk lebih leluasa untuk menseleksi
koperasi yang benar-benar layak.
4.4. Pola Pengembangan Ideal
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 55
Dari gambaran kinerja dan hambatan pengembangan dana
perkuatan yang telah dilaksanakan oleh koperasi sampel,
sebagaimana dijelaskan diatas maka pola penyediaan Dana
Perkuatan untuk UMKM melalui koperasi hendaknya
memperhatikan hal-hal berikut:
a. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia
Seperti telah disebutkan sebelumnya, umumnya sumberdaya
manusia yang mengelola koperasi masih relatif sangat rendah,
baik dari sisi pendidikannya maupun dari segi pengetahuannya
tentang bagaimana mengelola koperasi secara baik. Agar
koperasi/UMKM penerima bantuan dapat mengelola dana
secara baik, maka pemerintah harus meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia. Salah satu caranya adalah dengan
memberikan kesempatan kepada pengurus koperasi untuk
mengikuti pendidikan dan latihan baik itu latihan kepemimpinan
maupun pelatihan pengelolaan keuangan. Pemerintah dapat
Dengan demikian, diharapkan koperasi-koperasi penerima pula
memberikan pengetahuan tentang bagai mana melkukan
fungsi manajemen seperti perencanaan, organizing, actuating,
dan controlingl. Diharapkan melalui pelatihan semacam ini
bantuan yang diberikan pemerintah dapat berkembang
dengan baik sehingga tujuan dan sasaran dan harapan
pemerintah akan bisa tercapai.
b. Melakukan seleksi yang ketat dan objektif.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang tepat dalam hal
pemberian bantuan kepada koperasi, pemerintah harus
melakukan suatu seleksi yang relatif ketat. Seleksi yang ketat
dimaksudkan agar koperasi-koperasi yang nantinya menerima
bantuan adalah koperasi yang betul-betul memenuhi kriteria
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 56
sesuai dengan yang ditetapkan dan dipersyaratkan dalam
juknis masing-masing program bantuan. Dengan cara seperti ini
tidak akan adalagi koperasi dadakan yang baru muncul pada
saat bantuan akan dikucurkan. Keberhasilan program
pemberian bantuan hendaknya tidak hanya diukur
berdasarkan besarnya dana yang disalurkan, akan tetapi harus
pula memperhatikan ketepatan dalam memberikan bantuan.
c. Salah satu strategi yang dapat dilakukan agar seleksi dapat
berjalan secara tepat adalah dengan cara melakukan visitasi
kepada koperasi/ukm yang diusulkan oleh pemerintah daerah.
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, pemerintah daerah
seringkali berupaya agar koperasi di daerah mereka
mendapatkan bantuan dalam jumlah besar, sehingga sering
mengabaikan persyaratan, bahkan agar koperasi-koperasi di
daerah mereka terlihat memenuhi syarat, maka pemerintah
daerah ikut memeberikan rekomendasi kepada koperasi/UKM
yang secara objektif belum layak dan eligible untuk menerima
bantuan. Penyaluran Dana perkuatan hendaknya tidak
dilakukan berdasarkan kuota per-wilayah kabupaten / kota
tetapi berdasarkan kuota provinsi. Dengan sistem ini maka
akan lebih besar peluang bagi provinsi untuk memilih koperasi
terbaik sebagai calon penerima bantuan.
d. Melakukan pembinaan secara berkesinambungan
Agar koperasi penerima bantuan bisa berkembang dan
mampu mengembalikan pinjaman yang diberikan, maka
pemerintah harus melakukan pembinaan secara terus menerus
dan berkesinambungan. Salah satu strategi yang dapat
dilakukan adalah dengan cara memberikan pemahaman
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 57
kepada pemilik dan anggota koperasi bahwa koperasi yang
mereka kelola adalah milik bersama. Pemerintah juga harus
memberikan pemahaman bahwa koperasi harus
dikembangkan melalui proses yang lebih partisipatif, tidak
dengan sistem dadakan. Koperasi tidak bisa ditumbuhkan
dengan hanya mengumpulkan sejumlah orang ke dalam suatu
organisasi, tanpa menumbuhkan rasa kebersamaan dan ikatan
sosial di antara para anggotanya. Untuk itu pola
pengembangan koperasi yang dilakukan secara bertahap
melalui suatu proses yang alami diharapkan akan menghasilkan
koperasi yang tangguh. Disamping itu, pembinaan yang
berkesinambungan oleh pemerintah daerah terhadap koperasi
penerima Dana Perkuatan. Pembinaan ini penting untuk
menghindari adanya penyimpangan dari penggunaan
bantuan yang diberikan secara lebih dini.
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 58
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Dana yang dikucurkan oleh pemerintah digunakan oleh
koperasi/UMKM untuk kegiatan yang cukup beragam. Tidak
semua koperasi/UMKM menggunakan dana sesuai tujuan
program bantuan pemerintah dan rencana awal
koperasi/UMKM bersangkutan.
2. Modal bukanlah satu-satunya faktor penghambat
berkembangnya koperasi. Faktor-faktor lain yang juga menjadi
penghambat berkembangnya koperasi penerima bantuan
adalah kualitas sumberdaya manusia, seleksi, perencanaan,
pembinaan, pengawasan, serta kebijakan pemerintah.
3. Semua koperasi/UMKM yang mendapatkan bantuan dana
khususnya pinjaman dari pemerintah ternyata belum
mengembalikan dana tersebut secara total. Meski sudah ada
yang mencicil, namun cicilan tersebut masih relatif kecil
dibandingkan dengan dana yang dipinjam.
4. Sebagian besar dari koperasi/UMKM yang memperoleh bantuan
dari pemerintah gagal dalam meningkatkan kinerjanya. Kondisi
ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: tidak adanya arah
program koperasi yang jelas, kurangnya pengetahuan dalam
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 59
menjalankan aktivitas, kesulitan dalam mengembalikan tingkat
bunga pinjaman, serta seleksi awal dari pemerintah ketika dana
pinjaman tersebut dikucurkan.
5. Banyak pola-pola bantuan teknik yang kurang efektif, antara
lain karena penerapan pola umum tersebut secara atas-bawah
(top-down) kurang mempertimbangkan aspek kelayakannya
menurut kondisi spesifik obyek binaan di lapangan, serta kurang
konsistennya dukungan sumberdaya dan lemahnya
manajemen.
6. Belum efektifnya mekanisme bawah-atas (bottom-up) di
lapangan. Kucuran dana yang diberikan oleh pemerintah
belum mengakomodir kebutuhan yang betul-betul real dari
koperasi/UMKM.
5.2. Rekomendasi Kebijakan
Berdasarkan kesimpulan di atas, rekomendasi kebijakan yang
dapat dikemukakan agar pemanfaatan dana bantuan pemerintah
terhadap UMKM di Provinsi Jambi dapat optimal adalah sebagai
berikut:
1. Pemerintah perlu melakukan pembinaan yang
berkesinambungan agar Koperasi/UMKM bisa mengembangkan
usahanya sesusai dengan tujuan pemerintah. Bentuk
pembinaan yang dapat dilakukan antara lain adalah melalui
pembinaan manajemen administrasi, kelembagaan, dan
kewirausahaan terutama kepada koperasi/UMKM yang belum
berhasil meningkatkan kinerjanya.
2. Pemerintah perlu memperhatikan kondisi koperasi/UMKM yang
akan diberikan bantuan dan memilah-milah jenis bantuan sesuai
dengan kebutuhan koperasi/UMKM di lapangan. Pola Top Down
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 60
sudah tidak relevan lagi untuk diterapkan. Tidak semua koperasi
menghadapi persoalan yang sama dan tidak semua koperasi
membutuhkan bantuan yang sama. Oleh karena itu, perlu
dilakukan inventarisasi kebutuhan koperasi/UMKM. Dengan
demikian, diharapkan bantuan yang diberikan bisa tepat
sasaran.
3. Pemerintah juga harus memilah koperasi/UMKM yang perlu
dibantu. Tidak semua koperasi harus dibantu. Sebagai contoh,
koperasi yang sudah maju dan memiliki manajemen yang sudah
baik tidak lagi dibantu secara finansial. Koperasi/UMKM seperti
ini harus didorong untuk mentransfer pengetahuan dan
pengalamannya kepada koperasi yang belum maju.
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 61
Daftar Pustaka
Anonim, 2008a. Kebijakan Pembagungan UMKM Departement
Industri dan Perdagangan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim, 2008b.Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang
Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Depkumdang dan HAM,
Jakarta
Asian Development Bank (2001), Small Scale Business Enterprise, AD
B Report. Manila.
BPS. (2008). Badan Pusat Statistik. Biro Pusat Statistik, Jakarta.
BPS. (2008). Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi
Haryadi, Saparuddin, Hodijah (2008), Pola Pembinaan Usaha Kecil
Menengah di Kabupaten Sarolangun. Kerjasama Universitas
Jambi dan Pemerintah Kabupaten Sarolangun. Sarolangun.
Hafsah, M.J. 2004, upaya pengembangan usaha kecil dan
menengah (UKM), Infokop Nomor 25 Tahun XX
Naisbitt, John, Global Paradox, New York : Avon Books, 1993
Prawiranegara AS, 1998, Kebijaksanaan Pembinaan Pengusaha
Kecil Khususnya Tentang Organisasi Usaha di Indonesia”,
dalam Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial, Pengusaha Kecil : Penting dan
Kompleksitas Masalahnya, Jakarta : PAU-IS-UI, November
1994
Sucherly (2003), Peranan Manajemen Pemasaran Stratejik dalam
Menciptakan Keunggulan Posisional serta Implikasinya
terhadap Kinerja Organisasi Bisnis dan Non Bisnis
(Pendekatan 5-A). Orasi Ilmiah. Universitas Padjajaran,
Bandung.
Tambunan, Mangara (2004) Melangkah ke depan UMKM dalam
Perekonomian Indonesia di masa depan, Makalah pada
Debat Ekonomi ESEI, 2004, Jakarta Convention Centre, 15-16
September 2004.
Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 62
Lampiran
KOPERASI /LKM SAMPEL KEGIATAN SURVEY PEMANFAATAN BANTUAN
PEMERINTAH BAGI UKM
Program Nama Koperasi/LKM Lokasi Tahun Nilai
(Rp. Jt)
P3KUM
Konvensi
onal
1. KUD Gunung Tujuh
2. Kop. Jaya Bersama
3. KUD Depati Parbo
4. Kop. Karya Bersama
5. Kop. Tenun Songket
6. KUD Sinar Kerakap
7. Koppas Bungo Dani
8. KUD Sari Mukti
9. KUD Pelayangan
10. Kop. Mitra Sejati S
11. Kop. Kharisma
12. Kop. Swakerta
Kab. Kerinci
Kab. Kerinci
Kab. Kerinci
Kab. Kerinci
Kab. Bungo
Kab. Bungo
Kab. Bungo
Kab. Bungo
Kota Jambi
Kota Jambi
Kota Jambi
Kota Jambi
2007
2006
2007
2006
2007
2006
2007
2006
2007
2007
2007
2006
100
50
100
50
100
50
100
100
100
100
100
100
P3KUM
Syariah
1. KSU Serambi Madinah
2. KUD Jitu Mekar Jaya
Kab. Kerinci
Kab. Bungo
2006
2006
50
50
MAP 1. Kop Fauna Lestari
2. Kop. Pandai Besi
Kab. Bungo
Kota Jambi
2004
2004
350
350
PERKASS
A dan
P2WUM
1. Kopwan Bhakti Ibu
2. Koperasi Ibu
Kab. Bungo
Kab. Kerinci
2007
2006
100
100
Agribisnis 1. KUD Margo Mukti
2. Kop. Kaya Makmur
Kab. Kerinci
Kota Jambi
2005
2005
500
500
TPU Santri 1. PP Nurul Haq
2. PP Tarbiyah Islamiah
3. PP Al Hidayah
4. PP As’ad
Kab. Kerinci
Kab. Bungo
Kota Jambi
Kota Jambi
2006
2007
2007
2007
200
200
200
200
Prospek
Mandiri
1. Kop. Bina Cipta Mandiri
2. Kop. Mandiri Bersama
Kota Jambi
Kota Jambi
2007
2007
837
837
Lain-lain 1. Koppontren Nurul Haq
2. KUD Depati Parbo
3. Kop. Fauna Lestari
4. Kop. Usaha Niaga
5. Kop. Sawit Mitra Usaha
6. Kop. Bungo Serumpun
7. Kop. Wana Lestari
8. Kop. Usahatani
9. Kop. Harapan Bintang
Kab. Kerinci
Kab. Kerinci
Kab. Bungo
Kab. Bungo
Kab. Bungo
Kab. Bungo
Kab. Bungo
Kota Jambi
Kota Jambi
2004
2007
2004
2004
2004
2004
2004
2004
2004
900
250
5.428
200
3.000
250
2.122
100
100

More Related Content

What's hot

Usaha kecil menengah (ukm) materi 10
Usaha kecil menengah (ukm) materi 10Usaha kecil menengah (ukm) materi 10
Usaha kecil menengah (ukm) materi 10mohamad amsanudin
 
Buku_Sistem Informasi Data Tunggal UMKM (Usulan Peta Jalan Pengembangan Basis...
Buku_Sistem Informasi Data Tunggal UMKM (Usulan Peta Jalan Pengembangan Basis...Buku_Sistem Informasi Data Tunggal UMKM (Usulan Peta Jalan Pengembangan Basis...
Buku_Sistem Informasi Data Tunggal UMKM (Usulan Peta Jalan Pengembangan Basis...Fajar Baskoro
 
Manajemen Usaha Kecil
Manajemen Usaha KecilManajemen Usaha Kecil
Manajemen Usaha KecilFariz Ghazzan
 
Pengembangan ekonomi lokal berbasis blue economy revisi
Pengembangan ekonomi lokal berbasis blue economy revisiPengembangan ekonomi lokal berbasis blue economy revisi
Pengembangan ekonomi lokal berbasis blue economy revisiSugeng Budiharsono
 
Pengembangan Kawasan Ekonomi Kreatif Melalui Inovasi
Pengembangan Kawasan Ekonomi Kreatif Melalui Inovasi Pengembangan Kawasan Ekonomi Kreatif Melalui Inovasi
Pengembangan Kawasan Ekonomi Kreatif Melalui Inovasi Tri Widodo W. UTOMO
 
Pemberdayaan Masyarakat Desa
Pemberdayaan Masyarakat DesaPemberdayaan Masyarakat Desa
Pemberdayaan Masyarakat DesaDadang Solihin
 
PPT - Pyndick Microeconomics 7e - Bab 8
PPT - Pyndick Microeconomics 7e - Bab 8PPT - Pyndick Microeconomics 7e - Bab 8
PPT - Pyndick Microeconomics 7e - Bab 8Cipta Ajeng Pratiwi
 
Teori Perilaku Konsumen
Teori Perilaku KonsumenTeori Perilaku Konsumen
Teori Perilaku Konsumenvadilla mutia
 
OPTIMISASI EKONOMI
OPTIMISASI EKONOMIOPTIMISASI EKONOMI
OPTIMISASI EKONOMIsischayank
 
Metode Perhitungan PDB
Metode Perhitungan PDBMetode Perhitungan PDB
Metode Perhitungan PDBIndra Yu
 
Rasio modal output (cor), materi ekonomi makro
Rasio modal output (cor), materi ekonomi makroRasio modal output (cor), materi ekonomi makro
Rasio modal output (cor), materi ekonomi makroEnci Funcky
 
(Pert. 2) teori konsumsi dan investasi
(Pert. 2) teori konsumsi dan investasi(Pert. 2) teori konsumsi dan investasi
(Pert. 2) teori konsumsi dan investasimanajemenmagister
 
Teori Konsumsi
Teori Konsumsi Teori Konsumsi
Teori Konsumsi Mirza Syah
 

What's hot (20)

Efisiensi
EfisiensiEfisiensi
Efisiensi
 
Usaha kecil menengah (ukm) materi 10
Usaha kecil menengah (ukm) materi 10Usaha kecil menengah (ukm) materi 10
Usaha kecil menengah (ukm) materi 10
 
Buku_Sistem Informasi Data Tunggal UMKM (Usulan Peta Jalan Pengembangan Basis...
Buku_Sistem Informasi Data Tunggal UMKM (Usulan Peta Jalan Pengembangan Basis...Buku_Sistem Informasi Data Tunggal UMKM (Usulan Peta Jalan Pengembangan Basis...
Buku_Sistem Informasi Data Tunggal UMKM (Usulan Peta Jalan Pengembangan Basis...
 
Manajemen Usaha Kecil
Manajemen Usaha KecilManajemen Usaha Kecil
Manajemen Usaha Kecil
 
Pengembangan ekonomi lokal berbasis blue economy revisi
Pengembangan ekonomi lokal berbasis blue economy revisiPengembangan ekonomi lokal berbasis blue economy revisi
Pengembangan ekonomi lokal berbasis blue economy revisi
 
Pola kemitraan
Pola kemitraan Pola kemitraan
Pola kemitraan
 
Pengembangan Kawasan Ekonomi Kreatif Melalui Inovasi
Pengembangan Kawasan Ekonomi Kreatif Melalui Inovasi Pengembangan Kawasan Ekonomi Kreatif Melalui Inovasi
Pengembangan Kawasan Ekonomi Kreatif Melalui Inovasi
 
pt infdofood
pt infdofoodpt infdofood
pt infdofood
 
Pola kemitraan
Pola kemitraanPola kemitraan
Pola kemitraan
 
Pemberdayaan Masyarakat Desa
Pemberdayaan Masyarakat DesaPemberdayaan Masyarakat Desa
Pemberdayaan Masyarakat Desa
 
Peran bumdes
Peran bumdesPeran bumdes
Peran bumdes
 
Kemitraan usaha
Kemitraan usahaKemitraan usaha
Kemitraan usaha
 
PPT - Pyndick Microeconomics 7e - Bab 8
PPT - Pyndick Microeconomics 7e - Bab 8PPT - Pyndick Microeconomics 7e - Bab 8
PPT - Pyndick Microeconomics 7e - Bab 8
 
Teori Perilaku Konsumen
Teori Perilaku KonsumenTeori Perilaku Konsumen
Teori Perilaku Konsumen
 
OPTIMISASI EKONOMI
OPTIMISASI EKONOMIOPTIMISASI EKONOMI
OPTIMISASI EKONOMI
 
Metode Perhitungan PDB
Metode Perhitungan PDBMetode Perhitungan PDB
Metode Perhitungan PDB
 
Rasio modal output (cor), materi ekonomi makro
Rasio modal output (cor), materi ekonomi makroRasio modal output (cor), materi ekonomi makro
Rasio modal output (cor), materi ekonomi makro
 
Ppt pendapatan nasional
Ppt pendapatan nasionalPpt pendapatan nasional
Ppt pendapatan nasional
 
(Pert. 2) teori konsumsi dan investasi
(Pert. 2) teori konsumsi dan investasi(Pert. 2) teori konsumsi dan investasi
(Pert. 2) teori konsumsi dan investasi
 
Teori Konsumsi
Teori Konsumsi Teori Konsumsi
Teori Konsumsi
 

Similar to Studi Potensi UMKM Jambi

Peran ukm terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia
Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesiaPeran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia
Peran ukm terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesiaamirawulandari
 
Permasalahan, sejarah dan perkembangan umkm
Permasalahan, sejarah dan perkembangan umkmPermasalahan, sejarah dan perkembangan umkm
Permasalahan, sejarah dan perkembangan umkmAzzamKhalidy
 
Kelompok 13 Permasalahan, Sejarah, dan Perkembangan UMKM
Kelompok 13 Permasalahan, Sejarah, dan Perkembangan UMKMKelompok 13 Permasalahan, Sejarah, dan Perkembangan UMKM
Kelompok 13 Permasalahan, Sejarah, dan Perkembangan UMKM23WASILATULANISAH
 
Usaha kecil dan menengah
Usaha kecil dan menengahUsaha kecil dan menengah
Usaha kecil dan menengahEnengNs
 
Seminar UMKM
Seminar UMKMSeminar UMKM
Seminar UMKMRian
 
Sejarah Perkembangan dan Permasalahan UMKM
Sejarah Perkembangan dan Permasalahan UMKMSejarah Perkembangan dan Permasalahan UMKM
Sejarah Perkembangan dan Permasalahan UMKM40MOHAMMADTHOHATHOLI
 
10. usaha kecil menengah (ukm)
10. usaha kecil menengah (ukm)10. usaha kecil menengah (ukm)
10. usaha kecil menengah (ukm)Findi Rifa'i
 
10 adh nugraha 5_x_usaha kecil menengah
10 adh nugraha 5_x_usaha kecil menengah10 adh nugraha 5_x_usaha kecil menengah
10 adh nugraha 5_x_usaha kecil menengahadhi nugraha
 
Peran ukm dalam perekonomian indonesia
Peran ukm dalam perekonomian indonesiaPeran ukm dalam perekonomian indonesia
Peran ukm dalam perekonomian indonesiaIdhink Elfata
 
Judul judul kti tentang ekonomi
Judul judul kti tentang ekonomiJudul judul kti tentang ekonomi
Judul judul kti tentang ekonomiYasirecin Yasir
 
Bisnis UMKM Dibidang Coffee Shop di Masa Pandemi
Bisnis UMKM Dibidang Coffee Shop di Masa PandemiBisnis UMKM Dibidang Coffee Shop di Masa Pandemi
Bisnis UMKM Dibidang Coffee Shop di Masa PandemiAmjad Ali
 

Similar to Studi Potensi UMKM Jambi (20)

273-649-1-SM.pdf
273-649-1-SM.pdf273-649-1-SM.pdf
273-649-1-SM.pdf
 
Makalah ukm
Makalah ukmMakalah ukm
Makalah ukm
 
Makalah ukm
Makalah ukmMakalah ukm
Makalah ukm
 
Peran ukm terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia
Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesiaPeran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia
Peran ukm terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia
 
Permasalahan, sejarah dan perkembangan umkm
Permasalahan, sejarah dan perkembangan umkmPermasalahan, sejarah dan perkembangan umkm
Permasalahan, sejarah dan perkembangan umkm
 
Kelompok 13 Permasalahan, Sejarah, dan Perkembangan UMKM
Kelompok 13 Permasalahan, Sejarah, dan Perkembangan UMKMKelompok 13 Permasalahan, Sejarah, dan Perkembangan UMKM
Kelompok 13 Permasalahan, Sejarah, dan Perkembangan UMKM
 
Usaha kecil dan menengah
Usaha kecil dan menengahUsaha kecil dan menengah
Usaha kecil dan menengah
 
Seminar UMKM
Seminar UMKMSeminar UMKM
Seminar UMKM
 
Sejarah Perkembangan dan Permasalahan UMKM
Sejarah Perkembangan dan Permasalahan UMKMSejarah Perkembangan dan Permasalahan UMKM
Sejarah Perkembangan dan Permasalahan UMKM
 
10. usaha kecil menengah (ukm)
10. usaha kecil menengah (ukm)10. usaha kecil menengah (ukm)
10. usaha kecil menengah (ukm)
 
Kelompok 7 umkm
Kelompok 7 umkmKelompok 7 umkm
Kelompok 7 umkm
 
10 adh nugraha 5_x_usaha kecil menengah
10 adh nugraha 5_x_usaha kecil menengah10 adh nugraha 5_x_usaha kecil menengah
10 adh nugraha 5_x_usaha kecil menengah
 
Peran ukm dalam perekonomian indonesia
Peran ukm dalam perekonomian indonesiaPeran ukm dalam perekonomian indonesia
Peran ukm dalam perekonomian indonesia
 
Judul judul kti tentang ekonomi
Judul judul kti tentang ekonomiJudul judul kti tentang ekonomi
Judul judul kti tentang ekonomi
 
Fitriyani karya ilmiah
Fitriyani karya ilmiahFitriyani karya ilmiah
Fitriyani karya ilmiah
 
Bisnis UMKM Dibidang Coffee Shop di Masa Pandemi
Bisnis UMKM Dibidang Coffee Shop di Masa PandemiBisnis UMKM Dibidang Coffee Shop di Masa Pandemi
Bisnis UMKM Dibidang Coffee Shop di Masa Pandemi
 
Makalahnya santi, jangan di hapus
Makalahnya santi, jangan di hapusMakalahnya santi, jangan di hapus
Makalahnya santi, jangan di hapus
 
Makalahnya santi, jangan di hapus
Makalahnya santi, jangan di hapusMakalahnya santi, jangan di hapus
Makalahnya santi, jangan di hapus
 
UKM
UKMUKM
UKM
 
13703-46525-1-PB.docx
13703-46525-1-PB.docx13703-46525-1-PB.docx
13703-46525-1-PB.docx
 

More from Calvin Thesno

More from Calvin Thesno (7)

Bmc putri
Bmc putriBmc putri
Bmc putri
 
Dftar pustaka
Dftar pustakaDftar pustaka
Dftar pustaka
 
Integerprogramming 130704084052-phpapp01
Integerprogramming 130704084052-phpapp01Integerprogramming 130704084052-phpapp01
Integerprogramming 130704084052-phpapp01
 
Peryataan klmpk 2
Peryataan klmpk 2Peryataan klmpk 2
Peryataan klmpk 2
 
Dftar pustaka
Dftar pustakaDftar pustaka
Dftar pustaka
 
Julian bi
Julian biJulian bi
Julian bi
 
Peb 10.1
Peb 10.1Peb 10.1
Peb 10.1
 

Recently uploaded

PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...FORTRESS
 
KUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptx
KUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptxKUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptx
KUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptxFORTRESS
 
2. PRINSIP KEUANGAN HIJAU- PELATIHAN GREEN FINANCE.pptx
2. PRINSIP KEUANGAN HIJAU- PELATIHAN GREEN FINANCE.pptx2. PRINSIP KEUANGAN HIJAU- PELATIHAN GREEN FINANCE.pptx
2. PRINSIP KEUANGAN HIJAU- PELATIHAN GREEN FINANCE.pptxerlyndakasim2
 
Perspektif Psikologi dalam Perubahan Organisasi
Perspektif Psikologi dalam Perubahan OrganisasiPerspektif Psikologi dalam Perubahan Organisasi
Perspektif Psikologi dalam Perubahan OrganisasiSeta Wicaksana
 
04 AKMEN new.pdf........................
04 AKMEN new.pdf........................04 AKMEN new.pdf........................
04 AKMEN new.pdf........................rendisalay
 
Judul: Mengenal Lebih Jauh Tentang Jamintoto: Platform Perjudian Online yang ...
Judul: Mengenal Lebih Jauh Tentang Jamintoto: Platform Perjudian Online yang ...Judul: Mengenal Lebih Jauh Tentang Jamintoto: Platform Perjudian Online yang ...
Judul: Mengenal Lebih Jauh Tentang Jamintoto: Platform Perjudian Online yang ...HaseebBashir5
 
SV388: Platform Taruhan Sabung Ayam Online yang Populer
SV388: Platform Taruhan Sabung Ayam Online yang PopulerSV388: Platform Taruhan Sabung Ayam Online yang Populer
SV388: Platform Taruhan Sabung Ayam Online yang PopulerHaseebBashir5
 
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan Penggajian.pptx
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan   Penggajian.pptxBab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan   Penggajian.pptx
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan Penggajian.pptxlulustugasakhirkulia
 
PRESTIGE BUSINESS PRESENTATION BULAN APRIL 2024
PRESTIGE BUSINESS PRESENTATION BULAN APRIL 2024PRESTIGE BUSINESS PRESENTATION BULAN APRIL 2024
PRESTIGE BUSINESS PRESENTATION BULAN APRIL 2024HelmyTransformasi
 
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing SoloCALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solojasa marketing online
 
Tajuk: SV388: Platform Unggul Taruhan Sabung Ayam Online di Indonesia
Tajuk: SV388: Platform Unggul Taruhan Sabung Ayam Online di IndonesiaTajuk: SV388: Platform Unggul Taruhan Sabung Ayam Online di Indonesia
Tajuk: SV388: Platform Unggul Taruhan Sabung Ayam Online di IndonesiaHaseebBashir5
 
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGAN
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGANPPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGAN
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGANdewihartinah
 
PPT-Business-Plan makanan khas indonesia
PPT-Business-Plan makanan khas indonesiaPPT-Business-Plan makanan khas indonesia
PPT-Business-Plan makanan khas indonesiaSukmaWati809736
 
UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...
UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...
UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...FORTRESS
 
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aneka Pintu Aluminium di Banda Aceh.pptx
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aneka Pintu Aluminium di Banda Aceh.pptxTERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aneka Pintu Aluminium di Banda Aceh.pptx
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aneka Pintu Aluminium di Banda Aceh.pptxFORTRESS
 
Mengenal Rosa777: Situs Judi Online yang Populer
Mengenal Rosa777: Situs Judi Online yang PopulerMengenal Rosa777: Situs Judi Online yang Populer
Mengenal Rosa777: Situs Judi Online yang PopulerHaseebBashir5
 
tugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapak
tugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapaktugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapak
tugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapaksmkpelayarandemak1
 
ESTETIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Coklat di Denpa...
ESTETIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Coklat di Denpa...ESTETIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Coklat di Denpa...
ESTETIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Coklat di Denpa...FORTRESS
 
Time Value of Money Mata Kuliah Ekonomi 2
Time Value of Money Mata Kuliah Ekonomi 2Time Value of Money Mata Kuliah Ekonomi 2
Time Value of Money Mata Kuliah Ekonomi 2PutriMuaini
 
"Mengungkap Misteri Kemenangan di Xinslot: Situs Slot Online Gacor"
"Mengungkap Misteri Kemenangan di Xinslot: Situs Slot Online Gacor""Mengungkap Misteri Kemenangan di Xinslot: Situs Slot Online Gacor"
"Mengungkap Misteri Kemenangan di Xinslot: Situs Slot Online Gacor"HaseebBashir5
 

Recently uploaded (20)

PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...
 
KUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptx
KUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptxKUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptx
KUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptx
 
2. PRINSIP KEUANGAN HIJAU- PELATIHAN GREEN FINANCE.pptx
2. PRINSIP KEUANGAN HIJAU- PELATIHAN GREEN FINANCE.pptx2. PRINSIP KEUANGAN HIJAU- PELATIHAN GREEN FINANCE.pptx
2. PRINSIP KEUANGAN HIJAU- PELATIHAN GREEN FINANCE.pptx
 
Perspektif Psikologi dalam Perubahan Organisasi
Perspektif Psikologi dalam Perubahan OrganisasiPerspektif Psikologi dalam Perubahan Organisasi
Perspektif Psikologi dalam Perubahan Organisasi
 
04 AKMEN new.pdf........................
04 AKMEN new.pdf........................04 AKMEN new.pdf........................
04 AKMEN new.pdf........................
 
Judul: Mengenal Lebih Jauh Tentang Jamintoto: Platform Perjudian Online yang ...
Judul: Mengenal Lebih Jauh Tentang Jamintoto: Platform Perjudian Online yang ...Judul: Mengenal Lebih Jauh Tentang Jamintoto: Platform Perjudian Online yang ...
Judul: Mengenal Lebih Jauh Tentang Jamintoto: Platform Perjudian Online yang ...
 
SV388: Platform Taruhan Sabung Ayam Online yang Populer
SV388: Platform Taruhan Sabung Ayam Online yang PopulerSV388: Platform Taruhan Sabung Ayam Online yang Populer
SV388: Platform Taruhan Sabung Ayam Online yang Populer
 
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan Penggajian.pptx
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan   Penggajian.pptxBab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan   Penggajian.pptx
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan Penggajian.pptx
 
PRESTIGE BUSINESS PRESENTATION BULAN APRIL 2024
PRESTIGE BUSINESS PRESENTATION BULAN APRIL 2024PRESTIGE BUSINESS PRESENTATION BULAN APRIL 2024
PRESTIGE BUSINESS PRESENTATION BULAN APRIL 2024
 
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing SoloCALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
CALL/WA: 0822 348 60 166 ( TSEL ) Jasa Digital Marketing Solo
 
Tajuk: SV388: Platform Unggul Taruhan Sabung Ayam Online di Indonesia
Tajuk: SV388: Platform Unggul Taruhan Sabung Ayam Online di IndonesiaTajuk: SV388: Platform Unggul Taruhan Sabung Ayam Online di Indonesia
Tajuk: SV388: Platform Unggul Taruhan Sabung Ayam Online di Indonesia
 
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGAN
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGANPPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGAN
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGAN
 
PPT-Business-Plan makanan khas indonesia
PPT-Business-Plan makanan khas indonesiaPPT-Business-Plan makanan khas indonesia
PPT-Business-Plan makanan khas indonesia
 
UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...
UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...
UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...
 
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aneka Pintu Aluminium di Banda Aceh.pptx
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aneka Pintu Aluminium di Banda Aceh.pptxTERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aneka Pintu Aluminium di Banda Aceh.pptx
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aneka Pintu Aluminium di Banda Aceh.pptx
 
Mengenal Rosa777: Situs Judi Online yang Populer
Mengenal Rosa777: Situs Judi Online yang PopulerMengenal Rosa777: Situs Judi Online yang Populer
Mengenal Rosa777: Situs Judi Online yang Populer
 
tugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapak
tugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapaktugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapak
tugas kelompok Analisis bisnis aplikasi bukalapak
 
ESTETIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Coklat di Denpa...
ESTETIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Coklat di Denpa...ESTETIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Coklat di Denpa...
ESTETIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Coklat di Denpa...
 
Time Value of Money Mata Kuliah Ekonomi 2
Time Value of Money Mata Kuliah Ekonomi 2Time Value of Money Mata Kuliah Ekonomi 2
Time Value of Money Mata Kuliah Ekonomi 2
 
"Mengungkap Misteri Kemenangan di Xinslot: Situs Slot Online Gacor"
"Mengungkap Misteri Kemenangan di Xinslot: Situs Slot Online Gacor""Mengungkap Misteri Kemenangan di Xinslot: Situs Slot Online Gacor"
"Mengungkap Misteri Kemenangan di Xinslot: Situs Slot Online Gacor"
 

Studi Potensi UMKM Jambi

  • 1. Studi Potensi dan Pembinaan UMKM di Provinsi Jambi PROFIL DAN PERMASALAHAN UMKM DI PROVINSI JAMBI Haryadi Doktor Ilmu Ekonomi, Tataniaga dan Perdagangan Internasional, Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Jambi, Kampus Pinang Masak, UNJA Mendalo Darat, email: haryadi_kamal@yahoo.com
  • 2. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 2 1.1. Latar Belakang Dalam perspektif dunia, sudah diakui bahwa usaha Mikro kecil dan menengah (UMKM) sejak lama telah memainkan suatu peran vital di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Peran tersebut tidak hanya dirasakan oleh negara-negara sedang berkembang tetapi juga di negara-negara maju. Di negara maju, UMKM sangat penting tidak saja karena kelompok usaha tersebut menyerap paling banyak tenaga kerja tetapi juga dikarenakan kontribusinya terhadap pembentukan atau pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) paling besar dibandingkan dengan kontribusi dari usaha besar. Piper (1997) menyatakan bahwa sebanyak 12 juta orang atau sekitar 63,2 persen dari jumlah tenaga kerja di Amerika Serikat (AS) bekerja di 350.000 perusahaan. Rata-rata setiap perusahaan memperkerjakan tidak kurang dari 500 orang. Di Amerika Serikat, perusahaan- perusahaan seperti itu dikategorikan sebagai UMKM. Menurut Aharoni (1994), jumlah UMKM adalah sekitar 99% dari jumlah unit usaha di negara adidaya tersebut. Perusahaan-perusahaan tersebut merupakan inti dari basis industri di AS (Piper, 1997). Secara umum, peran strategis UMKM juga dapat dilihat di Indonesia. Peran tersebut terlihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang terus meningkat setiap tahun. Berdasarkan hasil survei dan perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS 2008), kontribusi UMKM terhadap PDB (tanpa migas)
  • 3. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 3 pada Tahun 2007 tercatat sebesar 62,71 persen dan pada Tahun 2008 kontribusinya meningkat menjadi 64,47 persen. Sektor UMKM memiliki jumlah unit usaha yang cukup besar. Pada tahun 2005, UMKM dalam lingkup nasional terdiri dari 44,69 juta unit usaha, dan merupakan 90,9 persen dari pelaku usaha nasional. Pada tahun yang sama, usaha ini mampu menyerap 76,77 persen dari seluruh angkatan kerja di Indonesia. UMKM berperan dalam penyerapan tenaga kerja dan pendistribusian hasil-hasil pembangunan (Kementerian Negara Koperasi dan UMKM, 2007). Mengingat besarnya peran UMKM tersebut, maka pemerintah melalui instansi terkait terutama Kementerian Koperasi dan UKM telah meluncurkan berbagai program bantuan. Kebijakan pemerintah untuk mendorong usaha kecil dan menengah cukup serius. Undang-Undang No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menegaskan bahwa, usaha ini perlu diselenggarakan secara menyeluruh, optimal, dan berkesinambungan melalui pengembangan iklim yang kondusif, pemberian kesempatan berusaha, dukungan, perlindungan, dan pengembangan usaha seluas-luasnya. UMKM diharapkan mampu meningkatkan kedudukan, peran, dan potensinya seperti yang disumbangkan oleh usaha besar dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan peningkatan pendapatan rakyat, penciptaan lapangan kerja, dan pengentasan kemiskinan. Implementasi dari kebijakan pemerintah salah satunya tercermin dari banyaknya bantuan pemerintah yang dialokasikan untuk pengembangan UMKM dan koperasi. Sejak dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2007, setidak-tidaknya terdapat
  • 4. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 4 sembilan program perkuatan yang terkait secara langsung dengan perkuatan dana bergulir. Namun demikian, beberapa pengamat ekonomi memiliki sisi pandang yang berbeda tentang UMKM. Bila dilirik dari kiprah sektor UMKM, peran sektor ini ternyata masih relatif tidak sebanding dengan jumlah sektor UMKM. Sebagai sektor terbesar, perannya tergolong masih relatif kecil terhadap PDRB. Kondisi ini ditambah lagi oleh adanya fakta yang menunjukkan bahwa sebagian besar sektor ini masih mengandalkan pasar domestik sebagai pelemparan hasil produksi. Dengan share yang relatif kecil, dapat dipahami manakala goncangan terhadap sektor ini juga tidak sekuat guncangan yang dialami oleh usaha besar. Menurut sekelompok pengamat, hujah ini adalah salah satu pembenaran dari tidak goncangnya sektor UMKM ketika krisis terjadi pada tahun 1998. Ketangguhan UMKM menghadapi krisis belum bisa dijadikan sebagai tolak ukur untuk mengatakan bahwa UMKM sebagai sektor andalan. Beberapa penyebabnya antara lain adalah: Pertama, sebagian besar usaha kecil menghasilkan barang- barang konsumsi (consumer goods), khususnya yang tidak tahan lama (non-durable consumer goods). Kelompok barang ini dicirikan oleh keanjalan permintaan terhadap perubahan pendapatan (income elasticity of demand) yang relatif rendah. Artinya, seandainya terjadi peningkatan pendapatan masyarakat, permintaan atas kelompok barang ini tak akan meningkat banyak; sebaliknya, jika pendapatan masyarakat merosot-sebagai akibat dari krisis maka permintaan tak akan banyak berkurang. Kedua, mayoritas usaha kecil lebih mengandalkan pada non-banking financing dalam aspek pendanaan usaha. Hal ini terjadi karena
  • 5. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 5 akses usaha kecil pada fasilitas perbankan sangat terbatas. Oleh karena itu, meski perannya dalam penyerapan tenaga kerja cukup besar, namun kontribusinya terhadap ekspor nasional hanya sekitar 14 persen. Ketiga, pada umumnya usaha kecil memiliki modal yang terbatas. Di lain pihak, mengingat struktur pasar yang dihadapi UMKM mengarah pada persaingan sempurna (banyak produsen dan banyak konsumen), tingkat persaingan sangatlah ketat. Akibatnya, yang bangkrut atau keluar dari arena usaha relatif banyak, namun pemain baru yang masuk pun cukup banyak pula. Sehingga pada saat krisis ekonomi terjadi, jumlah UMKM tidak mengalami penurunan yang signifikan. Keempat, terbentuknya usaha-usaha kecil baru, terutama di sektor informal, sebagai akibat dari banyaknya pemutusan hubungan kerja di sektor formal karena krisis ekonomi yang berkepanjangan. Pertanyaan yang mencuat adalah ”mengapa UMKM hanya mampu bertahan tetapi relatif sulit untuk berkembang”. Meski berbagai macam skim penyaluran dana telah diimplementasikan oleh pemerintah, namun sektor ini tetap saja tidak mampu menggeliat sesuai harapan. Berdasarkan hasil diskusi dengan para pakar dan instansi terkait pada tanggal 20 Agustus 2009 di Balitbangda Provinsi Jambi, diketahui bahwa hampir semua UMKM telah menerima kucuran dana dari berbagai pihak. Agar peran dari UMKM bisa optimal dan dapat memenuhi harapan pemerintah, maka harus dilakukan studi yang mampu memberikan gambaran tentang sejauh mana pemanfaatan bantuan pemerintah oleh koperasi dan UMKM di Provinsi Jambi.
  • 6. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 6 1.2. Perumusan Masalah Banyaknya kucuran dana yang dialokasikan oleh pemerintah terhadap koperasi/UMKM termasuk di provinsi Jambi tak dapat disangkal lagi. Namun demikian, kucuran dana yang besar tersebut belum mampu meningkatkan kinerja koperasi/UMKM secara optimal. Hasil diskusi melalui FGD yang dilakukan oleh Balitbangda pada 20 Agustus 2009 menunjukkan bahwa pemerintah masih menghadapi kendala dalam mengembangkan dan meningkatkan kinerja koperasi/UMKM. Secara spesifik permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah provinsi Jambi dalam mengembangkan Koperasi/UMKM adalah sebagai berikut: 1. Belum diketahuinya gambaran umum tentang pemanfaatan bantuan pemerintah dalam pengembangan UMKM di Provinsi Jambi, khususnya Dana Perkuatan yang disalurkan melalui Kementerianan Negara Koperasi dan UKM. 2. Belum teridentifikasinya hambatan yang dihadapi UMKM di Provinsi Jambi dalam pemanfaatan bantuan pemerintah. 3. Belum tersedianya rumusan-rumusan mengenai pola pemanfaatan dana bantuan pemerintah yang ideal bagi pengembangan UMKM di Provinsi Jambi. 1.3. Tujuan Studi Secara umum tujuan dari studi ini adalah untuk mengkaji dan merumuskan pola pemanfaatan bantuan dana pemerintah bagi pengembangan UMKM di Provinsi Jambi. Secara khusus tujuan dari studi ini adalah: 1. Mengetahui gambaran umum tentang pemanfaatan bantuan pemerintah dalam pengembangan UMKM di Provinsi Jambi,
  • 7. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 7 khususnya Dana Perkuatan yang disalurkan melalui Kementerianan Negara Koperasi dan UKM. 2. Menganalisis hambatan yang dihadapi UMKM di Provinsi Jambi dalam pemanfaatan bantuan pemerintah. 3. Merumuskan dan mengembangkan pola pemanfaatan dana bantuan pemerintah yang ideal bagi pengembangan UMKM di Provinsi Jambi. 1.4. Output 1. Diketahuinya suatu gambaran umum tentang pemanfaatan bantuan pemerintah dalam pengembangan UMKM di Provinsi Jambi, khususnya Dana Perkuatan yang disalurkan melalui Kementerianan Negara Koperasi dan UKM. 2. Diperolehnya suatu analisis secara ilmiah mengenai hambatan yang dihadapi UMKM di Provinsi Jambi dalam pemanfaatan bantuan pemerintah. 3. Diperolehnya suatu rumusan pola pemanfaatan dana bantuan pemerintah yang ideal bagi pengembangan UMKM di Provinsi Jambi. 1.5. Ruang Lingkup Untuk membatasi dan memberikan arah yang jelas pada studi ini, maka ruang lingkup kajian difokuskan pada: 1. Wilayah studi adalah Provinsi Jambi 2. Lokasi Penelitian dipilih dengan sengaja tiga 3 kabupaten/kota di Provinsi Jambi yaitu: Kota Jambi, Kabupaten Bungo, dan Kabupaten Kerinci.
  • 8. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 8 3. Kriteria UMKM didasarkan pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008. 4. Faktor kendala yang akan dianalisis adalah modal, kelembagaan, dan manajemen, pola pemanfaatan dana bantuan yang telah dikucurkan oleh pemerintah, mengenai ketersediaan database, pola pembinaan, dan strategi pengembangan kedepan.
  • 9. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 9 2.1. Konsepsi Usaha Kecil dan Menengah Beberapa kementerian di Indonesia, menerapkan definisi yang berbeda untuk UMKM. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari kriteria yang ditetapkan oleh masing-masing instansi. Sebagai contoh: (1) usaha kecil menurut Departemen Perindustrian adalah perusahaan yang mempekerjakan 5-10 karyawan, (2) usaha kecil menurut Departemen Perdagangan adalah perusahan yang memiliki modal minimal Rp.500.000, (3) usaha kecil menurut Departemen Pertanian adalah perusahaan yang memiliki lahan minimal 2 Hektar. Masing-masing departemen mendifinisikan sesuai dengan lingkup departemen terkait. Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2008, Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar. Sementara itu, Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau
  • 10. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 10 usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan. Dilihat dari kepemilikan asekt, pemerintah memberikan batasan tentang Usaha kecil yaitu: (1) memiliki kekayaan bersih (aset) bersih lebih dari Rp 50 juta sampai dengan paling banyak Rp 500 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, (2), hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300 juta sampai dengan Rp 2,5 milyar, (3) milik warganegara Indonesia, dan (4) berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan. Sementara Usaha Menengah adalah: Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut: (1) a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah), (2) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak, (3) termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah). 2.2. Permasalahan dan karakteristik UMKM Menurut Dwiwinarno (2008), Ada beberapa faktor penghambat berkembangnya UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) antara lain kurangnya modal dan kemampuan manajerial yang rendah. Meskipun permintaan atas usaha mereka meningkat karena terkendala dana maka sering kali tidak bisa untuk memenuhi permintaan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan untuk mendapatkan informasi tentang tata cara mendapatkan dana dan keterbasan kemampuan dalam membuat usulan untuk mendapatkan dana. Kebanyakan usaha skala kecil dalam
  • 11. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 11 menjalankan usaha tanpa adanya perencanaan, pengendalian maupun juga evalusi kegiatan usaha. Karakteristik usaha kecil di Indonesia dapat dipisah menjadi dua bagian. Menurut Setyari (2005), beberapa karakteristik yang paling melekat pada sebagian besar UMKM antara lain: (1) rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) yang bekerja pada sektor UMKM, (2) Rendahnya produktifitas tenaga kerja yang berimbas pada rendahnya gaji dan upah, (3) Kualitas barang yang dihasilkan relatif rendah, (4) mempekerjakan tenaga kerja wanita lebih besar daripada pria, (5) lemahnya struktur permodalan dan kurangnya akses untuk menguatkan struktur modal tersebut, (6) kurangnya inovasi dan adopsi teknologi-teknologi baru, serta (7) kurangnya akses pemasaran ke pasar yang potensial. Selain karakteristik tersebut diatas, menurut Sucherly (2004) beberapa karakteristik usaha ini antara lain: (1) skala usaha kecil baik dilihat dari modal, tenaga kerja, dan pasar, umumnya terdapat di perdesaan, kota kecil atau pinggiran kota besar dengan status kepemilikan pribadi, (2) status usaha milik pribadi dan keluarga, (3) sumber TK berasal dari lingkungan social budaya (etnis atau geografis), (4) pola kerja sering paro waktu atau berupa usaha sampingan, (4) pengelolaan usaha yg sederhana dan terbatas dalam mengadopsi teknologi, (5) sangat tergantung pada sumber modal sendiri, (6) sering tidak memiliki izin usaha dan persyaratan usaha tidak dipenuhi, (7) strategi perusahaan sering tergantung pada lingkungan, (8) manajemen usaha tidak dikelola dengan baik (keuangan, organisasi dll), dan (9) Kebanyakan Uaha kecil merupakan usaha untuk mempertahankan hidup. Karekteristik yang terakhir juga cukup menonjol.
  • 12. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 12 2.3. Berbagai Jenis-Jenis bantuan Pemerintah Pemerintah telah mengucurkan berbagai jenis bantuan pendanaan bagi UMKM sebagai upaya meningkatkan peran UKM dalam perekonomian. Beberapa jenis bantuan tersebut yang telah dikucurkan baik kepada UMKM maupun kepada koperasi sebagai wadah dari UMKM di provinsi Jambi adalah: 1. Program pembiayaan produktif Koperasi dan usaha mikro (P3KUM) pola Konvensional Program Pembiayaan Produktif Koperasi dan Usaha Mikro (P3KUM) Pola Konvensional adalah rangkaian kegiatan Pemerintahan yang dilakukan dalam bentuk perkuatan permodalan KSP/USP-Koperasi untuk mengembangkan usaha mikro anggota Koperasi dengan menggunakan dana bergulir konvensional dalam rangka mengurangi kemiskinan dan memperluas kesempatan kerja. Petunjuk teknis untuk P3KUM pola konvesional diatur dalam peraturan Menteri negara koperasi dan usaha kecil dan menengah Republik Indonesia Nomor : 08/Per/M.KUKM/II/2007 Tujuan Program adalah : (a) memberdayakan usaha mikro melalui perkuatan permodalan KSP/USP-Koperasi, (b) meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia dalam bidang manajemen usaha dan pengelolaan keuangan, (c) memperkuat peran dan posisi KSP/USP-Koperasi dalam mendukung upaya perluasan kesempatan kerja dan pengentasan kemiskinan.
  • 13. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 13 Sementara itu sasaran Program P3KUM adalah : a. tersalurnya dana bergulir kepada 1 (satu) KSP/USP- Koperasi yang memenuhi syarat disetiap kecamatan; b. tersalurnya dana bergulir dari KSP/USP-Koperasi kepada usaha mikro anggotanya yang mempunyai usaha produktif; c. terwujudnya peningkatan modal kerja bagi usaha mikro yang bergerak dibidang pertanian, perikanan/nelayan, pertenakan, industri kerajinan/industri rumah tangga, pedagang kaki lima, warung-warung kecil yang disalurkan oleh KSP/USP-Koperasi dalam bentuk pinjaman; d. terwujudnya peningkatan peran kelembagaan KSP/USP- Koperasi dan peningkatan kemampuan manajemen usaha; e. terwujudnya perguliran dana dari KSP/USP-Koperasi kepada usaha mikro anggotanya dan dari KSP/USP-Koperasi kepada KSP/USP-Koperasi lainnya dalam rangka pengembangan usaha mikro; f. terlaksananya program perkuatan permodalan KSP/USP- Koperasi melalui pemberian dana bergulir yang menjamin suksesnya penyaluran, pemanfaatan, pengembalian dana serta terwujudnya peningkatan dan pengembangan usaha ekonomi produktif masyarakat. Untuk mendapatkan dana bantuan pemerintah, KSP/USP- Koperasi calon peserta program wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut :
  • 14. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 14 a. KSP dan USP-Koperasi primer Kabupaten/Kota yang telah berbadan hukum dengan melampirkan Foto Copy Akte Pendirian Koperasi yang telah disahkan oleh Pemerintah. b. Koperasi Primer Kabupaten/Kota yang mempunyai kegiatan Usaha Simpan Pinjam dan telah dikelola secara terpisah (otonom) dari kegiatan usaha lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. c. memiliki anggota paling sedikit 25 (dua puluh lima) orang usaha mikro. d. telah melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) pada tahun buku terakhir. e. KSP/USP-Koperasi yang belum pernah menerima perkuatan permodalan yang berasal dari Program Kementerian Negara Koperasi dan UKM. 2. Program pembiayaan produktif Koperasi dan usaha mikro (P3KUM) Pola Syariah Petunjuk teknis tentang program ini diatur melalui peraturan menteri negara koperasi dan usaha kecil dan menengah Republik Indonesia NOMOR : 06/per/M.KUKMI/I/2007. Program bantuan pemerintah jenis ini merupakan perkuatan permodalan yang dilaksanakan dengan menggunakan prinsip dan aturan syariah. Dengan menggunakan pola ini dana perkuatan disalurkan melalui koperasi dan BMT dengan tujuan untuk membiayai ekonomi produktif. Sasaran Program adalah :
  • 15. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 15 a. tersalurnya DBS dalam rangka perkuatan permodalan kepada 1 (satu) KJKS/UJKS untuk setiap kecamatan yang memenuhi persyaratan. b. tersalurnya DBS dari KJKS/UJKS kepada para anggotanya yang memenuhi syarat untuk menerima pembiayaan. c. terwujudnya peningkatan modal kerja anggota KJKS/UJKS yang memiliki usaha produktif. d. terwujudnya peningkatan peran kelembagaan KJKS/UJKS dan peningkatan kemampuan manajemen usaha; e. terwujudnya perguliran dana dari KJKS/UJKS kepada anggotanya dan perguliran dana dari KJKS/UJKS kepada KJKS/UJKS lainnya dalam rangka mengembangkan usaha mikro. f. terlaksananya perkuatan permodalan KJKS/UJKS melalui pemberian dana bergulir yang menjamin sehingga dapat dicapai sukses dalam penyaluran, pemanfaatan, pengembalian dana serta terwujudnya peningkatan dan pengembangan usaha ekonomi produktif masyarakat. Secara umum tujuan dan sasaran dari program ini sama saja dengan program pembiayaan pada P3KUM konvensional. Perbedaannya terletak pada pola yang diterapkan dalam menyalurkan bantuan. Sasaran Program adalah 3. MODAL AWAL PADANAN (MAP) MAP adalah bantuan pemerintah kepada UKM yang ada di dalam sentra yang bersifat bergulir. Juknis mengenai MAP diatut
  • 16. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 16 melalui Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 30/Per/M.KUKM/VIII /2007. Bantuan ini tidak disalurkan langsung kepada ukm, melainkan melalui koperasi simpan pinjam atau unit simpan pinjam sebuah koperasi yang ada di dalam atau di dekat sentra. Besar dana map yang disalurkan adalah antara rp 150.000.000,- hingga Rp 350.000.000,- per sentra. Ide penyaluran dana melalui koperasi di wilayah sentra diharapkan memberikan dua manfaat yaitu (1) dana disalurkan melalui pihak yang mengenal Daerah/pengusaha yang akan dibantu dengan standar penyaluran dana yang jelas dan (2) dana diharapkan dapat membantu memperbaiki struktur permodalan KSP/USP- koperasi penyalur. Sementara itu, sasaran dari dana MAP adalah: (1) tersedianya dana MAP melalui KSP/USP koperasi yang melayani usaha kecil pada sentra/klaster usaha kecil yang ditetapkan, dan (2) meningkatnya usaha bagi sentra/klaster yang diindikasika/USP koperasi.n dengan terjadinya perluasan jangkauan, peningkatan mutu pelayanan, dan kemampuan permodalan KSP Untuk mendapatkan dana MAP, suatu koperasi harus telah memiliki aktivitas setidak-tidaknya selama satu tahun, memiliki kinerja baik, jumlah anggota yang mengajukan pinjaman pertama kali minimal 20 orang, belum mendapatkan bantuan sejenis serta melampirkan neraca rugi laba. 4. Program Perkuatan di Sektor Agribisnis Tujuan program pengembangan pengusaha mikro dan kecil, melalui bantuan perkuatan dana bergulir bagi KSP di sektor
  • 17. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 17 agribisnis yaitu: (1) meningkatkan aktivitas dan pendapatan pengusaha mikro dan kecil melalui pelayanan simpan pinjam, (2) meningkatkan kemampuan dan jangkauan pelayanan KSP khususnya di sektor agribisnis, (3) meningkatkan kualitas sumberdaya pengelola KSP, dan meningkatkan akses anggota dan calon anggota untuk memperoleh pelayanan pinjaman dari KSP. Untuk mendapatkan dana bantuan, KSP sektor agribisnis harus memenuhi syarat-syarat khusus sebagai berikut: (1) memiliki anggota minimal 100 (seratus) orang yang bergerak dibidang usaha produktif yang sejenis antara lain: Koperasi primer, petani, peternak, nelayan, produsen, dan pedaga ngan dalam bidang usaha agribisnis, (2) memiliki tunjangan macet maksimal 2%, (3) memiliki modal sendiri minimal sepertiga dari total aset, (4) memiliki fasilitas komputer , (5) predikat hasil audit terakhir adalah wajar tanpa syarat. 5. Program Perempuan Keluarga Sehat dan Sejah tera (PERKASSA) Perkassa adalah program perkuatan permodalam koperasi dan usaha mikro yang disalurkan kepada para kaum perempuan. Target akhir dari program ini adalah meningkatnya kesempatan kerja dan berkurangnya angka kemiskinan. Secara khusus tujuan dari program ini adalah: (1) Memberdayakan perempuan pengusaha skala mikro, (2) meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia dalam bidang manajemen usaha dan pengelola keuangan berbasis syariah, (3) memperkuat peran dan posisi KSP/USP dalam mendukung upaya perluasan kesempatan kerja dan pengentasan kemiskinan.
  • 18. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 18 Sedangkan sasaran dari program ini adalah: (1) tersalurnya dana bergulir kepada perempuan yang memiliki aktivitas pada usaha mikro dan usaha produktif lainnya, (2) terwujudnya peningkatan modal kerja bagi pengusaha mikro yang bergerak di bidang pertanian, perikanan, peternakan, industri kerajinan rumah tangga, warung, pedagang kecil termasuk pedagangan kaki lima, (3) terwujudnya peningkatan peran kelembagaan dan manajemen usaha koperasi simpan pinjam dan usaha simpan pinjam, (4) semakin kuatnya permodalan koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam melalui pemberian dana bergulir yang menjamin suksesnya penyaluran, pemanfaatan, pengembalian dana serta terwujudnya peningkatan dan pengembangan usaha ekonomi produktif masyarakat. Untuk mendapatkan dana bantuan program PERKASSA, koperasi penerima harus memenuhi ketentuan-ketentuan antara lain: (1) telah memiliki badan hukum, (2) memiliki anggota paling sedikit 25 orang yang sebagian besar perempuan, (3) telah melakukan paling sedikit satu kali rapat RAT, dan (4) belum pernah menenrima bantuan sejenis. Jika syarat tersebut terpenuhi barulah koperasi dapat mengalukan usulan kelayakan usaha kepada Dinas koperasi dengan persyaratan-persyaratan lainnya. 6. Program Pembiayaan Wanita Usaha Mandiri (P2WUM) Tujuan program itu meningkatkan kesejahteraan melalui kewirausahaan wanita serta mutu dan kinerja koperasi wanita. Program Pembiayaan Wanita Usaha Mandiri (P2WUM) pada prinsipnya relatif sama dengan program P3KUM, hanya saja
  • 19. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 19 fokusnya adalah wanita. Tujuan Program adalah : (a) memberdayakan usaha mikro yang umumnya pelakunya adalah wanita melalui perkuatan permodalan KSP/USP-Koperasi, (b) meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia khususnya wanita dalam bidang manajemen usaha dan pengelolaan keuangan, (c) memperkuat peran dan posisi KSP/USP-Koperasi khususnya wanita dalam mendukung upaya perluasan kesempatan kerja dan pengentasan kemiskinan. 7. Prospek MANDIRI Program ini diatur melalui Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia NOMOR: 28/Per/M.KUKM/VII/2007 tentang pedoman program sarjana pencipta kerja mandiri (PROSPEK MANDIRI). Program ini adalah program pemerintah c.q Kementerian Negara Koperasi dan UKM bekerjasama dengan pemerintah Provinsi/DI/Kabupaten /Kota yang dapat diperluas dengan pihak-pihak lain, antara lain Perguruan Tinggi, Dunia Usaha dan Organisasi Kemasyarakatan, yang dilakukan melalui pemberdayaan dan penyediaan fasilitasi berupa peningkatan kualitas sumber daya manusia, dana bergulir dan dukungan bantuan perkuatan lainnya, kepada para sarjana dalam wadah koperasi, untuk melakukan kegiatan usaha pada berbagai bidang/sektor usaha, dalam rangka menumbuhkan usaha baru (wirausaha baru) dan penciptaan lapangan kerja. Tujuan program ini ádalah: a. menciptakan usaha baru (wirausaha baru) yang mampu menciptakan kesempatan kerja, dan mengatasi masalah
  • 20. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 20 pengangguran, khususnya pengangguran tenaga kerja terdidik; b. mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya manusia terdidik dalam menggerakkan perekonomian daerah; c. memanfaatkan teknologi dan sumber daya lokal yang memiliki keunggulan kompetitif. Sementara itu, sasaran dari program ini adalah: a. terwujudnya peserta Prospek Mandiri menjadi wirausaha baru, yang mampu menciptakan dan memperluas kesempatan kerja bagi dirinya dan masyarakat disekitarnya; b. berkembangnya sektor-sektor usaha unggulan, pada daerah-daerah yang menjadi peserta Prospek Mandiri; c. meningkatnya kualitas sumber daya manusia (SDM) koperasi dan usaha kecil dan menengah. 2.3. Studi Terhadahulu Tentang Permasalahan dan Pemanfaatan Dana UMKM Alasan klasik yang selalu muncul dari permasalahan UMKM selalu berkaitan dengan dana (modal usaha). Hasil survey Pusat Studi UMKM UIEU (Mai 2008), menunjukkan tingkat permasalahan dari 30 UMKM yang dibina dengan urutan permasalahan sebagai berikut, keuangan, pemasaran, tenaga kerja, pembinaan, dan produksi. Hal ini menunjukkan bahwa faktor modal usaha bagi
  • 21. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 21 UMKM bukan merupakan satu-satunya permasalahan yang dihadapi UMKM. Hasil penelitian ini ternyata merubah persepsi yang selama ini terjadi bahwa UMKM hanya dihadapkan pada permasalahan modal. Temuan Pusat Studi UIEU menunjukkan bahwa terdapat berbagai UMKM yang kendalanya adalah diluar sektor permodalan. Dalam konteks ini yang dibutuhkan oleh UMKM bukan hanya modal akan tetapi pembinaan. Tambunan (2009) menyebutkan bahwa meski modal mengalir cukup banyak ke UMKM, namun jika tidak diikuti oleh pembinaan terutama tentang bagaimana memanfaatkan bantuan yang diterima maka UMKM akan cenderung tidak berhasil. Lagi-lagi menurut Tambunan, kita baru menciptakan 0,60% UMKM yang berhasil sedangkan kita membutuhkan 2 % sampai 3 % UMKM yang berhasil dari jumlah penduduknya kalau mau disebut sebagai negara maju. Pertanyaan yang muncul adalah: apa penyebab ketidak berhasilan tersebut?, lagi-lagi korupsi dan tidak tepatnya dalam penyaluran dana (perencanaan) serta kurangnya pembinaan terutama tentang pemanfaatan dana. Pengalaman buruk pernah terjadi ketika masalah KLBI (Kredit Likuiditas Bank Indonesia) dimunculkan kira-kira tahun 1996, yang seharusnya kredit tersebut diperuntukkan bagi UMKM, kenyataan +/- 50% disalurkan kepada UMKM-UMKM dadakan yang diciptakan oleh Bank-Bank penyalur KLBI, yang sekarang pemiliknya berada di penjara atau sedang buron di luar negeri. Lalu adalagi yang namanya Program Kemitraan dan Bantuan Lingkungan (PKBL). Program ini diperuntukkan bagi UMKM untuk menambah modal kerja dan investasi yang bersumber dari 2% keuntungan BUMN.
  • 22. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 22 Permasalahan UMKM juga diteliti oleh Hafsah. Dalam penelitiannya Hafsah (2004) meneliti tentang dampak dana bantuan penguatan modal usaha kelompok (PMUK) terhadap peningkatan pendapatan kelompok petani jagung kecamatan wawaykarya kabupaten Lampung Timur. Hafsah menemukan bahwa permasalahan UMKM pada dasarnya dapat dibagi atas 2 bagian besar, yaitu permasalahan internal dan permasalahan eksternal. Menurut Hafsah, permasalahan internal yang dihadapi oleh UMKM dan koperasi sebagai wadah UMKM meliputi: 1. Kurangnya Permodalan Permodalan merupakan faktor utama yang diperlukan untuk mengembangkan suatu unit usaha. Kurangnya permodalan UKM, oleh karena pada umumnya usaha kecil dan menengah merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup, yang mengandalkan pada modal dari si pemilik yang jumlahnya sangat terbatas, sedangkan modal pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya sulit diperoleh, karena persyaratan secara administratif dan teknis yang diminta oleh bank tidak dapat dipenuhi. 2. Sumber Daya Manusia (SDM) yang Terbatas Sebagian besar usaha kecil tumbuh secara tradisional dan merupakan usaha keluarga yang turun temurun. Keterbatasan SDM usaha kecil baik dari segi pendidikan formal maupun pengetahuan dan keterampilannya sangat berpengaruh terhadap manajemen pengelolaan usahanya, sehingga usaha tersebut sulit untuk berkembang dengan optimal. Disamping itu dengan keterbatasan SDM-nya, unit usaha tersebut relatif sulit untuk mengadopsi
  • 23. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 23 perkembangan teknologi baru untuk meningkatkan daya saing produk yang dihasilkannya. 3. Lemahnya Jaringan Usaha dan Kemampuan Penetrasi Pasar Usaha kecil yang pada umumnya merupakan unit usaha keluarga, mempunyai jaringan usaha yang sangat terbatas dan kemampuan penetrasi pasar yang rendah, oleh karena produk yang dihasilkan jumlahnya sangat terbatas dan mempunyai kualitas yang kurang kompetitif. Berbeda dengan usaha besar yang telah mempunyai jaringan yang sudah solid serta didukung dengan teknologi yang dapat menjangkau internasional dan promosi yang baik. Sementara itu, faktor eksternal yang menjadi permasalahan koperasi/UMKM adalah: 1. Iklim Usaha Belum Sepenuhnya Kondusif Kebijaksanaan Pemerintah untuk menumbuhkembangkan Usaha Kecil dan Menengah (UKM), meskipun dari tahun ke tahun terus disempurnakan, namun dirasakan belum sepenuhnya kondusif. Hal ini terlihat antara lain masih terjadinya persaingan yang kurang sehat antara pengusaha-pengusaha kecil dengan pengusaha-pengusaha besar. 2. Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha Kurangnya informasi yang berhubungan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, menyebabkan sarana dan prasarana yang mereka miliki juga tidak cepat berkembang dan kurang mendukung kemajuan usahanya sebagaimana yang diharapkan. 3. Implikasi Otonomi Daerah Dengan berlakunya Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, kewenangan daerah mempunyai
  • 24. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 24 otonomi untuk mengatur dan mengurus masyarakat setempat. Perubahan sistem ini akan mengalami implikasi terhadap pelaku bisnis kecil dan menengah berupa pungutan-pungutan baru yang dikenakan pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Jika kondisi ini tidak segera dibenahi maka akan menurunkan daya saing Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Disamping itu semangat kedaerahan yang berlebihan, kadang menciptakan kondisi yang kurang menarik bagi pengusaha luar daerah untuk mengembangkan usahanya di daerah tersebut. 2. Implikasi Perdagangan Bebas AFTA yang mulai berlaku Tahun 2003 dan APEC Tahun 2020 yang berimplikasi luas terhadap usaha kecil dan menengah untuk bersaing dalam perdagangan bebas. Dalam hal ini, mau tidak mau Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dituntut untuk melakukan proses produksi dengan produktif dan efisien, serta dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan rekuensi pasar global dengan standar ualitas seperti isu kualitas (ISO 9000), isu lingkungan (ISO 14.000) dan isu Hak Asasi Manusia (HAM) serta isu etenagakerjaan. Isu ini sering digunakan secara tidak air oleh negara maju sebagai hambatan Non Tariff Barrier for Trade). Untuk itu maka diharapkan UKM perlu mempersiapkan agar mampu bersaing baik ecara keunggulan komparatif maupun eunggulan kompetitif yang berkelanjutan. 5. Sifat Produk Dengan Lifetime Pendek Sebagian besar produk industri kecil memiliki ciri atau karakteristik sebagai produk-produk fasion dan kerajinan dengan ifetime yang pendek. 3. Terbatasnya Akses Pasar
  • 25. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 25 Terbatasnya akses pasar akan menyebabkan produk yang dihasilkan tidak dapat dipasarkan secara kompetitif baik di pasar nasional maupun internasional. Upaya untuk Pengembangan UKM Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pada hakekatnya merupakan tanggungjawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Madian (2004) meneliti tentang pengaruh pemberian dana bergulir terhadap pedagang eceran pada pasar tradisional di Kota Medan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengucuran dana bergulir cukup mendorong terjadinya pengembangan usaha pedagang eceran, namun faktor yang paling signifikan ádalah modal awal yang dimiliki oleh para pedagang. Semakin besar modal awal maka semakin besar pula peluang untuk mengembangkan usaha. Berbeda dengan hasil-hasil studi yang telah disebutkan diatas, Alverina (2003) justru menemukan bahwa pemberian dana bantuan perkuatan melalui dana bergulir belum mampu meningkatkan kemampuan ekonomi lokal. Kesembilan usaha yang menjadi objek penelitian tidak mampu untuk memenuhi semua indikator yang ada. Hal ini disebabkan antara lain karena keterbatasan dalam menjangkau sumber permodalan, pasar/jaringan terbatas/tidak ada, kualitas/skill SDM rendah, inovasi yang kecil, serta usaha-usaha tersebut bersaing secara sempurna. Studi tentang pemanfaatan dana bergulir juga pernah dilakukan oleh LPM-UPI (2003). Lembaga ini meneliti tentang: (1) kesesuaian antara tujuan target dan sasaran pemberian dana bergulir, (2) keefektifan dan kebermanfaatan efektif dan dapat bermanfaat pada penerima bantuan.
  • 26. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 26 Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat beberapa kasus yang penyaluran dananya tidak sesuai dengan target dan sasaran. Meskipun banyak anggota yang merasakan manfaat dari penyaluran dana tersebut, namun evaluasi terhadap pelaksanaan dan target yang diharapkan belum pernah dilakukan. Masyarakat belum terdorong untuk berupaya meningkatkan kegiatannya. Hal ini disebabkan masih terdapatnya persepsi anggota koperasi/ UMKM bahwa dana tersebut adalah dana pinjaman yang tidak perlu dikembalikan. Penggabelan (2005) melakukan penelitian terhadap efektivitas dana bergulir terhadap bagi koperasi dan UMKM. Temuannya menunjukkan hasil yang beragam. Pada umumnya pelaksanaan dana perkuatan di lapangan ada yang sesuai, kurang sesuai, dan tidak sesuai dengan program implementasi administrative. Menurut Panggabean, beberapa indikasi tersebut ditunjukkan oleh: (1) dana yang diterima belum sesuai dengan kualifikasi atau sasaran yang telah ditentukan, (2) koperasi penerima belum menjalankan ketentuan sesuai dengan yang dipersyaratkan, (3) terdapat beberapa penerima bantuan yang kurang jelas kapan berdirinya, (4) terdapat beberapa kasus penyalahgunaan dana untuk kepentingan pribadi, (5) adanya ketidaktetatan penerima bantuan atau kelemahan dalam aspek sleksi penerima bantuan, (6) monitoring dan evaluasi program belum berjalan sebagaimana mestinya. Temuan Penggabean juga menunjukkan bahwa elastisitas (sebagai tolak ukur efektifitas) berada pada kategori sangat rendah. Secara umum temuan lapang mengindikasikan beberapa hal sebagai berikut: Informasi secara acak dari beberapa orang anggota/nasabah menyatakan bahwa bantuan dana telah
  • 27. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 27 dirasakan sebagai peluang untuk memperkuat modal usaha. Sementara itu, pembinaan oleh bank pelaksana melalui proses pendampingan dan monitoring, walau telah dirumuskan ternyata belum dilakukan dengan baik sesuai petunjuk normatifnya. Beberapa faktor penyebab di antaranya adalah mekanisme tanggungjawab, prosedur dan materi bimbingan oleh bank pelaksana tidak termonitor oleh Pokja Keuangan Kabupaten/Kota. Dalam memfasilitasi program dana bergulir, bank pelaksana tampaknya harus melabelkan diri sebagai “konsultan” KSP/USP Koperasi. Sedangkan pembinaan itu memerlukan effort yang tidak mudah dan beban biaya yang tidak ringan. Hal ini mengingat keragaman kinerja dan prestasi KSP/USP Koperasi terpilih, serta sebaran wilayah KSP/USP Koperasi yang secara lokasional sangat luas. Selanjutnya, masih terdapat perbedaan persepsi mengenai lingkup pembinaan oleh bank pelaksana. Di satu sisi, bank pelaksana beranggapan hanya terlibat pada awal perguliran. Di sisi lain, pembinaan dirancang dengan mencakup seluruh aspek manajemen, termasuk pengembangan kelembagaan dan sumberdaya manajerialnya. Program pendampingan belum berlangsung sebagaimana dimaksud dalam Juknis terutama di daerah luar Pulau Jawa dan wilayah remote, sehingga praktis proses pengembangan kapasitas dan potensi KSP/USP Koperasi tidak ditemukan. Pada program tahun 2003 dan 2004, untuk pola PKPS-BBM dan Syariah, perguliran dana hanya sebesar Rp. 50 juta sehingga tidak sesuai dengan kompleksitas usaha UKM (pada program 2005 jumlahnya telah ditingkatkan menjadi sebesar Rp. 100 - Rp. 150 juta). Sistem administrasi pembukuan simpan pinjam belum sepenuhnya diaplikasikan dengan tertib sehingga perlu menjadi perhatian
  • 28. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 28 dalam proses pembinaan dan pendampingan di masa mendatang. Output program dana bergulir dari pola PKPS-BBM tahun 2003–2004 relatif kurang memenuhi harapan dibandingkan dengan dua pola lainnya termasuk mengenai ketidaktepatan pihak yang dilayani (anggota dan non anggota), sistem dan disain administrasinya. Bentuk ketertiban yang diharapkan sulit ditemukan, karena umumnya pelayanan dilakukan lebih berbentuk layanan harian. Sementara untuk pola Syariah, walaupun pinjaman dana umumnya dapat kembali, namun mekanisme penetapan nasabah dan pembuatan akad masih secara sepihak atau bahkan tanpa akad tertulis. Oleh karena itu, program pendampingan harus mencakup aktivitas tranformasi dari bentuk konvensional harus dengan sesuai konsep Syariah.
  • 29. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 29 Jenis dan Sumber Data Kajian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung maupun tidak langsung dengan pihak-pihak terkait. Pihak-pihak dimaksud antara lain adalah koperasi, instansi terkait serta pemilik UMKM. Informasi dari instansi terkait menyangkut jenis dana yang telah dikucurkan dan pola pembinaan yang dilaksanakan, sedangkan informasi yang dibutuhkan dari UMKM adalah pola dan strategi UMKM mengelola dana yang diberikan oleh berbagai pihak termasuk pemerintah. Sementara itu, data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait. Instansi-instansi tersebut antara lain: Dinas Perindustrian Provinsi Jambi, Badan Perencanaan Pembangangunan Daerah Provinsi Jambi, Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi serta dinas-dinas yang melakukan pembinaan terhadap UMKM. Metode Pengambilan Sampel Penentuan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan menetapkan secara sengaja lokasi penelitian. Sesuai dengan judul penelitian, fokus penelitian sebenarnya adalah usaha mikro, kecil dan menengah. Namun demikian, karena UMKM tersebut berada dalam wadah koperasi maka penelitian juga
  • 30. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 30 dilakukan terhadap koperasi. Responden yang dijadikan sampel para pemilik UMKM dan lembaga tempat UMKM tersebut bernaung yaitu Koperasi. Koperasi dan UMKM yang akan dijadikan sampel adalah Koperasi dan UMKM yang telah pernah menerima dana bantuan pemerintah bagi pengembangan UMKM. Pemilihan sampel didasarkan kepada wilayah. Berdasarkan berbagai pertimbangan terpilih tiga kabupaten/kota yang akan dijadikan sebagai lokasi penelitian. Ketiga kabupaten/kota tersebut adalah Kota Jambi, Kabupaten Bungo, dan Kabupaten Kerinci. Kabupaten /kota terpilih didapat dengan beberapa pertimbangan antara lain banyaknya koperasi, akses mendapatkan informasi, banyaknya lembaga penerima bantuan dana pemerintah bagi pengembangan UMKM, dan pertimbangan dana. Studi ini tidak mengutamakan baik kuantitas responden maupun kualitas responden sehingga data yang diperoleh dalam kuesioner mempunyai nilai objektivitas yang tinggi. Untuk koperasi, yang dijadikan responden adalah pengurus koperasi yang umumnya merupakan ketua koperasi. Sementara itu, untuk pelaku UMKM, responden yang diambil adalah anggota koperasi yang langsung terjun dan bergerak dalam usaha kecil dan menengah. Pendekatan Penelitian dan Analisis Metode penelitian yang digunakan dalam kajian ini adalah studi kepustakaan (Library Research) dan Studi Lapangan (Field Researc). Studi lapangan dilakukan melalui survey. Koperasi dan UKM yang disurvey ditampilkan pada lampiran 1. Dengan pendekatan ini diharapkan akan diperoleh informasi yang gamblang mengenai kondisi yang sesungguhnya (existing condition) mengenai objek penelitian.
  • 31. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 31 1. Untuk mendapatkan suatu kajian yang mendalam mengenai UMKM maka di dalam studi ini dilakukan wawancara langsung dengan pihak-pihak terkait antara lain: (1) pengurus koperasi yang merupakan wadah organisasi bagi pelaku UMKM dan anggota koperasi sebagai pelaku UMKM, (2) anggota koperasi yang merupakan pelaku langsung dari UMKM. Tahapan Kegiatan Kegiatan dilakukan secara bertahap dengan menggunakan beberapa pendekatan sesuai dengan jenis dan sumber data yang diperlukan untuk menyusun model solusi alternatif, dan secara ringkas disajikan pada bagan berikut: PERSIAPAN (4 minggu) SURVEY LAPANGAN KONSULTASI PUBLIK TABULASI DATA ANALISIS DATA ANALISIS DATA TINGKAT KABUPATEN TINGKAT PROVINSI ANALISIS DATA DRAFT HASIL KUISONER SEMINAR HASIL FINALISASI LAPORAN LAPORAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN Gambar 1. Tahapan Kegiatan PELAKSANAN (8 minggu) FINALISASI (4 minggu) RENCANA KERJA SURVEY PENDAHULUAN DESAIN KUISONER PENYESUAIAN RENCANA KERJA
  • 32. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 32 4.1. Karakteristik Responden Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa responden dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu: Koperasi dan UKM. Sesuai dengan judul penelitian, fokus penelitian sebenarnya adalah usaha kecil menengah. Namun demikian, karena UKM tersebut umumnya berada dalam wadah koperasi, maka penelitian juga dilakukan terhadap koperasi. Jumlah koperasi yang disurvey adalah 32. Keseluruhan koperasi yang disurvey tersebut merupakan koperasi yang telah pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah, bahkan tiga diantaranya telah pernah menerima bantuan sebanyak 2 kali. Tabel 1. Distribusi Sampel Menurut Jenis Program Bantuan No Jenis Program Jumlah Koperasi/LKM 1 P3KUM Konvesional 12 2 P3KUM Syariah 2 3 MAP 2 4 Perkassa 1 5 P2WUM 1 6 Agribisnis 2 7 TPU Santri 4 8 Prospek Mandiri 2 9 Lain-lain 9 Jumlah 32
  • 33. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 33 Fokus penelitian adalah koperasi yang pernah menerima bantuan sejak periode 2004 sampai 2009. Bantuan tersebut tersebar dalam berbagai jenis seperti P3KUM, P2WUM, Perkassa, Agribisnis, MAP, TPU Santri, Prospek Mandiri dan lain-lain. Jumlah Koperasi/LKM yang disurvey berdasarkan wilayah kabupaten/kota dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel tersebut dapat diketahui bahwa 12 Koperasi berada di Kota Jambi, 12 Koperasi di Kabupaten Bungo, dan 8 Koperasi terdapat di Kabupaten Kerinci. Diantara koperasi-koperasi tersebut, koperasi yang telah menerima dana bantuan pemerintah sebanyak dua kali terdapat di Kabupaten Bungo sebanyak 1 Koperasi dan di Kabupaten Kerinci 2 Koperasi. Tabel 2. Jumlah Koperasi yang Disurvey berdasarkan Wilayah Kabupaten Jumlah Koperasi/LKM Kota Jambi 12 Kabupaten Bungo 12 Kabupaten Kerinci 8 Jumlah 32 Untuk mendapatkan hasil yang lebih tepat, akurat dan sesuai dengan tujuan penelitian, dilakukan wawancara dengan pengurus koperasi dengan menggunakan pedoman wawancara. Selain itu penggalian informasi dilakukan pula dengan mewawancarai pelaku UKM juga dengan menggunakan pedoman wawancara. Untuk menggali informasi secara mendalam diupayakan agar wawancara dapat dilakukan dengan ketua koperasi secara langsung sebagai representasi dari pengurus koperasi. upaya ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa ketua koperasi adalah pihak yang diyakini cukup banyak mengetahui kelancaran dan
  • 34. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 34 kendala yang dihadapi oleh koperasi. Namun demikian, target ini tidak seratus persen berhasil, karena beberapa ketua koperasi tidak berhasil ditemui sehingga wawancara dengan pengurus koperasi dilakukan terhadap yang mewakili ketua antara lain wakil ketua, sekretaris dan bendahara. Selanjutnya, untuk mendapatkan informasi yang seimbang maka dilakukan pula wawancara terhadap anggota koperasi. Untuk anggota koperasi, responden yang dipilih adalah mereka yang terlibat langsung sebagai pelaku UKM. Pada tahap awal direncanakan bahwa akan diambil 2 responden untuk setiap koperasi dan dilakukan secara acak kepada pelaku UKM. Pertimbangan ini dilakukan agar informasi yang diperoleh bisa lebih seimbang dan akurat. Namun demikian dalam pelaksanaan di lapangan, target untuk mewawancarai pelaku UKM tidak tercapai karena tidak semua peserta berada di tempat. Hasil survey juga menunjukkan bahwa responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang koperasi yang dipimpinnya. Kenyataan ini diindikasikan oleh 27 responden atau 84 persen merupakan ketua koperasi, dan 7 atau 16 persen responden merupakan sekretaris atau bendahara koperasi. Selanjutnya, seluruh anggota yang dijadikan responden adalah merupakan pelaku usaha dan sekaligus sebagai anggota koperasi. Koperasi yang disurvey memiliki umur yang berbeda-beda sesuai dengan tahun berdirinya. Berdasarkan hasil survey, 11 koperasi berdiri antara tahun 2000 sampai dengan 2006, 7 koperasi berdiri antara tahun 1996-1999, 4 koperasi berdiri antara tahun 1990- 1995, dan 6 koperasi berdiri antara tahun 1980-1985. Hasil survey sekaligus menunjukkan bahwa sebagian besar koperasi tersebut berumur lebih dari 10 tahun (Tabel 4).
  • 35. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 35 Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa koperasi yang disurvey adalah koperasi yang mendapatkan bantuan pemerintah sejak tahun 2004. Berdasarkan hasil survey (Tabel 4), 10 koperasi menerima bantuan pada tahun 2004, 2 koperasi menerima pada bantuan pemerintah pada tahun 2005, 9 koperasi menerima pada tahun 2006, dan selebihnya menerima pada tahun 2007. Hasil survey juga menunjukkan bahwa terdapat 3 koperasi yang menerima bantuan dua kali, 1 koperasi menerima bantuan pemerintah pada tahun yang berbeda yakni pada tahun 2004 dan 2007, 2 koperasi bahkan menerima dana 2 kali pada tahun yang sama yakni 1 koperasi menerima 2 kali pada tahun tahun 2004, dan 1 koperasi lagi menerima 2 kali pada tahun 2007. Tabel 4. Bantuan Pemerintah yang diterima Koperasi/UMKM Tahun Jumlah Koperasi Persen 2004 10 29,6 2005 2 5,7 2006 9 25,7 2007 14 40,00 halmuJ 35 100,000 Responden yang merupakan pelaku UKM memiliki rentang umur antara 35 Tahun sampai dengan 70 tahun (Tabel 5). Ini berarti umur responden untuk pelaku UKM adalah 35 tahun dan tertua adalah 70 tahun. Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Umur rumU )nuhaT( Jumlah Persen 35-40 17 40,47 41-45 15 35,70 49-46 4 9,5 nuhat sataek50 6 14,28
  • 36. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 36 Total 42 100,00 Dari rentang umur responden pelaku UMKM, sebagian besar berumur antara 35 sampai dengan 40 tahun yakni sebanyak 17 responden, diikuti oleh responden yang berumur antara 41-45 tahun sebanyak 15 orang, responden yang berumur antara 46 sampai dengan 49 tahun sebanyak 4 responden, dan responden yang berumur 50 tahun keatas sebanyak 6 responden. Dari sejumlah responden yang berumur 50 tahun keatas, 2 orang diantaranya berumur 70 tahun. Hasil survey ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada usia yang sangat produktif dan tergolong muda. Sebagian besar responden atau 77 persen berada pada usia 35 sampai dengan 45 tahun. 4.2. Pemanfaatan Dana Bantuan Pemerintah Pada Koperasi di Provinsi Jambi Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar dana yang dikucurkan oleh pemerintah digunakan kepada kegiatan yang cukup beragam. Fakta empiris menunjukkan bahwa sebagian besar koperasi/UKM telah menggunakan dana tersebut sesuai rencana, dan sebagian lagi menggunakan tidak sesuai dengan rencana awal. Sebagian besar koperasi yang bergerak disektor pertanian telah menggunakan dana pinjaman untuk kegiatan produktif di bidang pertanian, begitu pula dengan koperasi/UKM yang bergerak di sektor peternakan, kegiatan tersebut telah pula digunakan dan dimanfaatkan untuk kegiatan yang sesuai dengan rencana awal. Namun demikian, karena berbagai hal yang mengganjal dana perkuatan yang diterima tidak dapat
  • 37. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 37 dimanfaatkan secara maksimal. Faktor penyebabnya antara lain adalah karena faktor alam, hama penyakit, gagal panen, dan lain sebagainya. Disamping ada koperasi yang menjalankan kegiatan sesuai rencana, terdapat pula koperasi/UKM yang relatif belum mampu memanfaatkan dan menggunakan dana bantuan pemerintah secara optimal. Contoh dari koperasi/UKM semacam ini adalah koperasi yang sumberdaya manusianya tidak cukup handal untuk bidang tersebut. Misalnya, dana yang diberikan kepada para sarjana yang baru tamat harus dialokasikan bagi penggemukan sapi dan berternak ikan, padahal tidak semua sarjana penerima adalah sarjana peternakan. Dampaknya adalah perkembangan dana koperasi/UKM yang diperoleh dari pinjaman tersebut relatif lambat perkembangannya, bahkan pada beberapa koperasi malah terjadi kredit macet. Selain itu, terdapat pula koperasi/UKM yang tidak memanfaatkan dana tersebut sesuai dengan rencana semula. Dana yang semula dikucurkan untuk membantu anggota koperasi/UKM dalam melaksanakan kegiatan produktif ternyata tidak dilakukan oleh sebagian koperasi/UKM. Sebagian dari anggota koperasi/UKM justru meminjam dana untuk kebutuhan konsumtif, seperti membangun rumah dan membeli kenderaan. Bantuan yang diberikan oleh pemerintah baik dalam bentuk hibah maupun pinjaman ternyata banyak yang tidak mencapai sasaran yang diinginkan. Sebagai contoh, beberapa kegiatan usaha yang semula diharapkan akan berhasil karena dianggap produktif, ternyata setelah dijalankan malah mengalami kegagalan. Akbatnya, jangankan modalnya berkembang akan tetapi yang terjadi justru modal yang sudah ada malah hilang.
  • 38. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 38 Contoh dari kegagalan seperti ini terjadi pada koperasi yang menjalankan kegiatan produksi seperti peternakan dan tanaman pangan, perbengkelan. Akibatnya pinjaman yang seharusnya menjadi dana bergulir justru menjadi kredit macet. Temuan menunjukkan bahwa hanya sebagian dari koperasi/UKM yang berhasil dalam menjalankan aktivitasnya sesuai dengan tujuan program pemerintah. Namun demikian, sebagian besar dari koperasi ternyata gagal dalam mengelola dana yang dikucurkan oleh pemerintah tersebut. Kegagalan dalam mengelola dana yang dikucurkan mengakibatkan belum ada satupun koperasi yang telah mengembalikan modal sebesar 100 persen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil saja yang baru menyetor angsuran pinjaman. Berdasarkan hasil wawancara dengan para pengurus serta anggota koperasi, kondisi ini terjadi disebabkan oleh beberapa hal antara lain: Pertama, tidak adanya aturan berupa tindakan yang tegas dari pemerintah mengenai konsekuensi dari dana yang dipinjamkan tersebut. Ketiadaan sanksi ataupun tindakan yang tegas terhadap para anggota koperasi yang umumnya adalah pemilik UKM untuk mengembalikan modal, menyebabkan mereka berprinsip “yang penting rebut dulu dana bantuan tersebut” dan relatif kurang peduli apakah dana tersebut berbetuk hibah atau pinjaman. Kedua, sebagian besar UKM tidak memiliki arah yang jelas dalam mengelola dana yang dikucurkan oleh pemerintah. Kondisi ini dialami oleh beberapa UKM yang disurvey. UKM seperti ini tidak memiliki pertimbangan yang matang serta pengetahuan yang cukup dalam mengembangkan usahanya. Kondisi ini kemudian menyebabkan kerugian dalam berusaha. Dampak akhirnya
  • 39. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 39 adalah para anggota koperasi yang juga pelaku UKM tidak mampu mengembalikan dana pinjaman. Ketiga, para anggota koperasi/UKM tidak memiliki pengetahuan yang cukup dalam menjalankan kegiatan yang seharusnya cukup produktif. Akan tetapi karena kurangnya pengetahuan dan pengalaman dibidang tersebut sehingga kegiatan tersebut berbuah kegagalan. Kondisi seperti ini terjadi misalnya pada kegiatan pengembangbiakan ulat sutra, dan kegiatan penggemukan sapi oleh para sarjana yang baru tamat. Dampaknya adalah modal yang telah dikeluarkan tidak bisa dikembalikan lagi. Kondisi seperti ini menyebabkan terjadinya kredit macet. Keempat, tingkat bunga pinjaman yang dikenakan oleh koperasi terhadap anggotanya relatif tinggi. Pada sebagian koperasi yang bergerak pada kegiatan simpan pinjam, tingkat bunga yang dikenakan bahkan mencapai 2 persen per bulan. Tingkat bunga seperti ini jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan tingkat bunga bank. Kondisi ini menyebabkan banyak diantara anggota yang tidak mampu mengembalikan pinjamannya. Dampak akhirnya adalah kredit macet sehingga koperasi tidak mampu dalam megembalikan pinjaman. Kelima, pemerintah relatif kurang selektif dalam menyalurkan dana perkuatan kepada koperasi. Perdefinisi, dana perkuatan pada dasarnya bertujuan untuk memperkuat modal yang sudah ada. Namun kenyataannya beberapa koperasi/UKM justru menjadikan dana tersebut sebagai modal awal. Fakta ini terungkap dari hasil wawancara dengan para responden (pengurus koperasi). Ketika ditanya kenapa dana pinjaman belum dikembalikan ke pemerintah, sebagian besar menjawab bahwa
  • 40. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 40 karena ketidakmampuan untuk membayar serta tidak ada tindakan atau sangsi bagi yang tidak mengembalikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa karakteristik UKM penerima bantuan pemerintah di Provinsi Jambi. Pertama, umumnya UKM di provinsi Jambi memiliki wadah berupa koperasi. Para pemilik UKM umumnya adalah anggota koperasi. Dengan adanya bantuan kepada koperasi, maka para pelaku UKM mendapatkan akses berupa kemudahan dalam memperoleh dana bagi pengembangan usahanya. Secara teoritis, perkembangan UKM bersinergi dengan perkembangan koperasi. Keduanya memiliki hubungan kausalitas. Jika koperasi yang merupakan tempat bernaungnya para pelaku UKM menunjukkan progres, maka para pelaku UKM akan dengan mudah pula meningkatkan volume usahanya. Kondisi ini terutama disebabkan oleh adanya kemudahan akses untuk mendapatkan tambahan modal. Untuk tipikal UKM semacam ini adalah UKM yang pelakunya merupakan anggota dari koperasi simpan pinjam (KSP). Intinya, jika koperasi tersebut adalah koperasi simpan pinjam, maka UKM milik anggotanya akan relatif cepat berkembang dibanding yang lain. Kedua, UKM yang pemiliknya tidak memiliki wadah koperasi. UKM semacam ini harus bergerak sendiri untuk mengembangkan modalnya. Untuk pelaku UKM yang tidak memiliki modal realtif cukup dan masih tergantung ke pihak lain, ketiadaan wadah tempat meminjam modal menyebabkan UKM tersebut sulit berkembang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa UKM yang mendapatkan pinjaman modal dari koperasi relatif cepat berkembang dibanding UKM semacam ini.
  • 41. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 41 Ketiga, beberapa koperasi baru aktif setelah memperoleh pinjaman ataupun bantuan dari pemerintah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa koperasi yang disurvey baru memiliki aktivitas setelah mendapatkan kucuran dana dari pemerintah. Sebelum mendapatkan kucuran dana, koperasi tersebut relatif tidak memiliki aktivitas sama sekali. Seiring dengan hal tersebut, UKM juga baru berkembang setelah mendapatkan dana dari koperasi. Keempat, UKM memiliki usaha yang relatif bisa berkembang jika koperasi tempat pemilik UKM tersebut bernaung adalah koperasi yang berstatus jelas. Koperasi seperti ini biasanya merupakan koperasi yang bernaung dibawah suatu instansi seperti koperasi pegawai negeri atau koperasi yang berada dalam suatu perusahaan misalnya koperasi milik perusahaan yang bergerak di sektor perkebunan. Lebih jelas mengenai pemanfaatan dana bantuan pemerintah pada koperasi berdasarkan jenis program dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. KUM Konvensional Program Pembiayan Produktif Koperasi dan Usaha Mikro (P3KUM) merupakan dana perkuatan permodalan bergulir yang disalurkan melalui USP/KSP koperasi untuk pengembangan usaha mikro. Dari 12 koperasi sampel yang menerima program ini 10 koperasi memanfaatkan bantuan untuk kegiatan simpan pinjam dalam bentuk uang tunai bagi para anggotanya, sedangkan 2 koperasi menetapkan penggunaan dana tersebut untuk usaha penggemukan sapi. Sejauh ini hanya 8 koperasi yang masih mampu mengelola bantuan secara baik sehingga mempunyai prospek dalam mengembalikan dana untuk perguliran. Empat
  • 42. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 42 koperasi yang tidak mampu mengembangkan bantuan disebabkan oleh manajemen koperasi yang memang tidak baik sejak dari awal. Dengan kondisi seperti itu ada indikasi bahwa anggota yang meminjam bantuan memang tidak memiliki niat untuk membayar pinjamannya. 2. P3KUM Syariah Dari dua koperasi penerima dana P3KUM pola syariah terdapat satu BMT (Baitul Mal wa Tamwil) yang memang sejak awal telah menjalankan kegiatan dengan pola syariah, yaitu BMT Serambi Madinah dan satu lagi adalah KUD yang sesungguhnya tidak menerapkan pola syariah, yaitu KUD Jitu Mekar Jaya. Sejauh ini kedua penerima dapat mengelola bantuan dengan baik dan sudah mencicil pinjamannya secara tepat waktu. Hanya saja dari volume kegiatan kedua koperasi ini, nilai bantuan yang diberikan sebesar Rp 50 juta dirasakan terlalu kecil. Sebagai contoh untuk BMT Serambi Madinah, saat ini melayani anggota sebanyak 1.025 orang yang sebagian besar adalah pedagang pasar, dengan modal mencapai Rp 2,5 milyar. Dana yang tersedia ini secara umum telah memberikan manfaat yang nyata terhadap pengembangan UMKM. 3. Modal Awal Padanan Modal Awal dan Padanan (MAP) adalah dana stimulan dari pemerintah untuk disalurkan dalam bentuk pinjaman kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam sentra/klaster melalui Koperasi Simpan Pinjam/Unit Simpan Pinjam Koperasi. Dari dua koperasi penerima dana ini sebenarnya tidak satupun koperasi
  • 43. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 43 yang memiliki anggota yang berada pada sentra / klaster. Malah, pemanfaatan dana oleh koperasi Fauna Lestari digunakan untuk pengembangan usaha mikro, yaitu untuk pengadaan ternak sapi. Selain itu koperasi ini adalah KPN Dinas Peternakan Kabupaten Bungo, yang sebenarnya tidak memenuhi persyaratan sebagai penerima dana MAP. Sejauh ini hanya koperasi Fauna Lestari yang berhasil mengembangkan dana bantuan dengan baik dan telah mencicil pinjamannya. Sementara itu koperasi Pandai Besi saat ini sudah tidak jelas lagi kegiatannya, sejak usaha anggotanya terhenti karena penertiban penebangan kayu liar diintensifkan pemerintah. Dengan demikian sangat sulit diharapkan koperasi ini akan mampu mencicil pinjamannya. 4. Perkassa dan P3WUM Program Perkassa (Perempuan Keluarga Sehat Sejahtera) dan P3WUM (Program Pemberdayaan Wanita Usaha Mandiri) merupakan dana perkuatan yang disalurkan khusus untuk pengembangan UMKM perempuan. Kedua penerima dana ini adalah koperasi yang dikelola oleh Dharma Wanita. Dengan demikian anggota dan penerima manfaat dari bantuan ini adalah wanita. Hanya saja tidak ada aturan dari koperasi dalam menyalurkan dana tersebut untuk pengembangan usaha para anggotanya. Justru yang menjadi prioritas adalah anggota yang mampu mengembalikan pinjaman, sekalipun untuk kegiatan konsumtif, bukan anggota yang ingin mengembangkan usaha produktif. 5. Sektor Agribinis
  • 44. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 44 Dana Perkuatan Sektor Agribisnis hanya dilaksanakan pada tahun 2004 dan 2005 dengan nilai bantuan antara Rp 500 juta s/d Rp 1 milyar. Dari dua koperasi sampel yang menerima dana ini satu hanya satu koperasi, yaitu Kaya Makmur, yang mampu mengembangkan dana ini dengan baik. Koperasi ini memiliki anggota tetap 163 orang dan anggota tidak tetap sebanyak 1.005 orang. Saat ini modal yang dimiliki koperasi ini mencapai Rp 24 milyar dengan SHU tahun 2008 sebesar Rp 191 juta. Sementara itu bantuan yang disalurkan kepada KUD Margo Mukti sangat diragukan dapat berkembang dengan baik. Dari dana sebesar Rp 500 juta yang disalurkan ternyata terdapat sekitar 20 orang anggota yang sama sekali tidak mengangsur pinjamannya, dengan nilai mencapai Rp 300 juta. Bahkan pada tahun 2008 koperasi ini tidak lagi melakukan RAT. Ada kesan bahwa besarnya nilai tunggakan ini dikarenakan sebagian besar anggota merasa tidak mempunyai konsekuensi apa-apa jika tidak mengangsur pinjamannya. 6. TPU Santri TPU (Tempat Praktek Usaha) Santri merupakan bantuan dana yang diberikan kepada pondok pesantren untuk mengembangkan tempat praktek dan usaha bagi santrinya. Secara administratif dana ini disalurkan melalui Koppontren tetapi pada praktiknya tidak ada kaitan antara Koppontren dengan pengelolaan dana ini. Koppontren yang digunakan adalah koperasi guru pesantren yang bergerak dikegiatan simpan pinjam dan penjualan keperluan sehari-hari santri. Dari empat pesantren penerima dana, dua pesantren yang sudah memperlihatkan arah pemanfaatan yang
  • 45. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 45 jelas yaitu Al Hidayah dan Tarbiyah Islamiah. Model pengembangan bengkel sepeda motor yang dikembangkan oleh PP Al Hidayah memperlihatkan prospek yang baik sebagai suatu unit usaha. Hanya saja masih sangat diragukan untuk dapat berperan sebagai tempat praktek santri. Sedangkan model pengembangan usaha konveksi yang dikembangkan oleh PP Tarbiyah Islamiah, lebih banyak manfaatnya sebagai tempat praktek santri serta dapat juga menjadi salah satu sumber penghasilan pesantren. 7. Prospek Mandiri Prospek Mandiri (Program Sarjana Pencipta Kerja Mandiri) merupakan program penyediaan dana bergulir dan dukungan bantuan perkuatan lainnya, kepada para sarjana dalam wadah koperasi, untuk melakukan kegiatan usaha pada berbagai bidang/sektor usaha, dalam rangka menumbuhkan usaha baru (wirausaha baru) dan penciptaan lapangan kerja. Dana ini diberikan kepada koperasi peserta program untuk mengembangkan usaha yang diusulkan oleh masing-masing daerah. Untuk Provinsi Jambi diusulkan kegiatan pengembangan ikan Patin dan sapi penggemukan. Dari dua koperasi penerima dana ini dengan jumlah anggota awal 52 orang, saat ini keduanya tidak berjalan baik. Malah jumlah anggota yang masih aktif hanya sebagian kecil saja. Sedangkan usaha ikan Patin dan penggemukan sapi yang dilaksanakan praktis tidak berjalan lagi karena tidak memberikan keuntungan. Secara umum kegagalan program ini sesungguhnya bermula dari rancangan awal program itu sendiri. Memaksakan peserta program, yaitu para sarjana yang berasal dari latar belakang
  • 46. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 46 berbeda, untuk mengelola usaha dengan komoditas tertentu, yaitu ikan Patin dan penggemukan sapi, bukanlah cara yang ideal untuk mengembangkan kewirausahaan. Apalagi disertai dengan adanya berbagai aturan yang mengikat seperti harus dikelola sendiri oleh peserta (tidak boleh menyewa tenaga kerja) menjadikan usaha yang dikembangkan tidak lagi berorinetasi bisnis. Walhasil, dana dan asset yang tersisa saat ini tinggal sekitar 75% saja. Seharusnya dalam jangka lima tahun dana yang diterima ini sudah dapat dilunasi oleh penerima. Selain itu dari pelaksanaan program ini tidak melibatkan kabupaten / kota sehingga hampir tidak ada dukungan yang diberikan oleh pemerintah daerah dalam menunjang program ini. 8. Lain-lain Dana Perkuatan yang masuk ke dalam kategori ini digunakan untuk berbagai kegiatan sesuai dengan usulan masing- masing koperasi penerima. Kegiatan usaha yang dikembangkan adalah: ternak itik (3 koperasi); sapi (2 koperasi); ikan keramba (1 koperasi); benang sutera (1 koperasi); pabrik kelapa sawit mini (1 koperasi) dan industri serat rami (1 koperasi). Dari sembilan koperasi penerima dana ini hanya dua koperasi yang masih menjalankan usahanya dengan menggunakan dana perkuatan tersebut yaitu koperasi Fauna Lestrai dan Depati Parbo. Kedua koperasi ini mengembangkan ternak sapi. Sedangkan kegiatan koperasi lainnya sudah tidak ada lagi, bahkan ada yang koperasinyapun sudah tidak ada lagi. Satu paket kegiatan yang diberikan kepada koperasi Sawit Mitra Usaha berupa pembangunan pabrik kelapa sawit mini senilai Rp 3 milyar, ternyata tidak dapat dilaksanakan karena dianggap tidak efisien. Seluruh Dana Perkuatan yang telah
  • 47. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 47 disalurkan kepada koperasi saat ini telah dikembalikan ke pusat melalui Bank penyalur. Beberapa catatan berkenaan dengan kegagalan pemanfaatan dana untuk kegiatan kelompok ini antara lain karena program bersifat dropping dengan komoditas yang telah ditetapkan oleh pusat. Walaupun secara adminsitratif koperasi diharsukan membuat proposal dengan komoditas yang telah ditetapkan tersebut. Dengan kondisi seperti ini maka pemerintah daerah terpaksa menyediakan koperasi yang dibutuhkan dengan membentuk koperasi baru atau menggunakan KPN. Dari sembilan koperasi penerima program ini tiga diantaranya adalah KPN. Selain itu pengadaan barang yang dilakukan oleh koperasi ternyata “ditumpangi” oleh oknum pusat sehingga koperasi hanya menerima barang, bukan dana perkuatan. Oleh sebab itu ditemui kualitas barang yang tidak memenuhi standar seperti halnya bibit itik tua, yang kemudian terpaksa diterima oleh koperasi. Dengan kondisi seperti maka jelas pengembangan usaha yang didanai oleh program ini menjadi tidak rasional lagi sebagai suatu usaha bisnis. 4.3. Hambatan Pengembangan UMKM di Provinsi Jambi Berdasarkan karakteristik responden dan kinerja sampel yang mendapatkan dana perkuatan yang diuraikan diatas, dapat diidentifikasi sejumlah permasalahan yang diyakini menjadi faktor penghambat pengembangan bantuan dalam memenuhi sasaran yang diharapkan. Secara garis besar faktor penghambat tersebut meliputi: a. Modal
  • 48. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 48 Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal adalah salah satu faktor penghambat berkembangnya koperasi dan UKM. Beberapa koperasi mengeluhkan akan minimnya modal yang dimiliki. Oleh karena itu, kucuran dana dari pemerintah masih diperlukan oleh sebagian koperasi. Namun demikian, hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa sebagian koperasi lagi menyatakan bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa koperasi yang kekurangan modal. a. Sumberdaya Manusia. Secara keseluruhan koperasi yang disurvei sesungguhnya telah mendapatkan bantuan dari pemerintah bahkan beberapa koperasi malah telah menerima bantuan pemerintah sebanyak 2 kali. Namun demikian, berdasarkan hasil survey ternyata sebagian besar dari koperasi tersebut tidak mengalami perkembangan yang berarti. Ini berarti bahwa modal tidak menjadi satu-satunya penyebab relatif lambannya perkembangan koperasi dan UMKM. Temuan dilapangan menunjukkan bahwa secara umum sumberdaya manusia yang dimiliki oleh koperasi penerima bantuan masih relatif rendah. Dengan kualitas sumberdaya manusia yang relatif rendah maka pemahaman terhadap koperasi dan UKM yang dikelolapun masih sangat minim. Permasalahan sumberdaya manusia juga kelihatan dari cara koperasi mengelola bantuan yang diterima. Sebagai contoh, dari 12 koperasi yang menerima program P3KUM konvesional, hanya delapan yang masih mampu mengelola bantuan secara baik. Temuan juga menunjukkan bahwa masih banyaknya koperasi yang tidak melaksanakan RAT dan tidak membuat laporan tahunan.
  • 49. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 49 Hasil wawancara dengan responden baik itu para pengelola koperasi maupun anggota koperasi menunjukkan bahwa masih banyak para anggota koperasi yang tidak memahami hak dan kewajibannya sebagai anggota. Ketidak-tahuan ini diperkirakan sebagai salah satu penyebab banyaknya koperasi yang tidak/belum mengansur pinjaman. Para anggota banyak yang beranggapan bahwa dana bergulir yang diberikan oleh pemerintah adalah bantuan yang tidak harus dikembalikan. Temuan dilapangan ini konsisten dengan Hapsah (2004). Menurut Hapsah, sebagian besar usaha kecil tumbuh secara tradisional dan merupakan usaha keluarga yang turun temurun. Dengan demikian, persoalan kualitas sumberdaya manusianya sering kali terabaikan. Keterbatasan sumberdaya manusia baik dari segi pendidikan formal maupun dari sisi pengetahuan dan ketrampilan berpengaruh terhadap manajemen pengelolaan usahanya, sehingga usaha tersebut sulit untuk berkembang dengan optimal. b. Seleksi Fakta menunjukkan bahwa sebagian besar penyaluran dana bantuan pemerintah UMKM melalui koperasi belum melalui suatu metode perekrutan atau seleksi yang benar. Beberapa koperasi penerima bantuan belum memenuhi kriteria sesuai dengan petunjuk teknis program yang dikucurkan. Bahkan pada beberapa lokasi ditemukan koperasi penerima bantuan yang baru berdiri dan beraktivitas saat mereka mengetahui akan ada pemberian bantuan. Ini berarti bahwa koperasi tersebut adalah koperasi dadakan yang muncul pada saat bantuan akan dikucurkan.
  • 50. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 50 Meski tidak semuanya merupakan koperasi dadakan, namun beberapa koperasi penerima bantuan yang sesungguhnya sudah lama berdiripun sebenarnya ada yang belum memenuhi persyaratan untuk mendapatkan bantuan. Walaupun beberapa koperasi tersebut telah lama berdiri, namun koperasi tersebut sebenarnya hanya tinggal nama saja sedangkan aktivitas tidak ada sama sekali. Padahal, berdasarkan petunjuk teknis untuk hampir semua program bantuan, setiap koperasi penerima harus memiliki laporan tahunan dan melaksanakan RAT paling tidak dalam 1 tahun terakhir. Kenyataannya, walaupun laporan tahunan dibuat, namun laporan tersebut kebanyakan hanya sebatas untuk memenuhi persyaratan mendapatkan bantuan saja. Hal yang sama juga terjadi pada RAT. Beberapa koperasi hanya menyusun laporan RAT sebagai persyaratan saja. Lemahnya aspek seleksi ini juga diduga juga berkaitan dengan lunaknya persyaratan yang diberikan oleh pemerintah kabupaten. Instansi terkait di masing-masing kabupaten biasanya berupaya agar bantuan banyak mengalir ke koperasi/UKM di wilayah mereka. Hal ini disebabkan oleh adanya pemahaman bahwa salah satu indikator keberhasilan instansi adalah banyaknya program dan bantuan pemerintah yang berhasil disalurkan kepada lembaga koperasi dan UKM yang berada di wilayahnya. Keberhasilan menggaet dana yang besar dianggap sebagai suatu prestasi. Temuan juga menunjukkan bahwa terdapat beberapa koperasi yang antara pengelola dana dan penerima bantuan tidak memiliki kaitan sama sekali. Sebagai contoh adalah koppontren yang dimiliki oleh para guru pada salah satu pondok pasantren. Koperasi ini sebenarnya bergerak dalam usaha simpan pinjam dan
  • 51. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 51 penjualan keperluan sehari-hari, sementara dana yang diterima adalah bantuan pemerintah untuk tempat praktek usaha santri. c. Aspek Perencanaan Temuan menunjukkan bahwa sebagian besar koperasi/UKM yang menerima bantuan tidak memiliki perencanaan yang matang mengenai program yang akan dilakukan. Indikasi ini terlihat dari sedikitnya koperasi/UKM yang mampu mengelola dana dengan baik. Sebagai contoh, dana yang disalurkan ke sektor agribisnis tidak semuanya berhasil dikelola dengan baik. Contoh nyata adalah Koperasi Margo Mukti yang mendapat bantuan Rp.500 juta rupiah, ternyata gagal dalam mengelola dana yang cukup besar tersebut. Temuan menunjukkan bahwa sejak tahun 2008 koperasi ini bahkan tidak pernah lagi melakukan RAT. Tidak dimilikinya perencanaan yang matang juga ditunjukkan oleh Koppontren. Dari empat penerima dana bantuan, hanya 2 yang sudah memperlihatkan pemanfaatan secara jelas. Namun demikian, jika ditelusuri lebih lanjut, ada keraguan akan prospek dari aktivitas yang dilakukan oleh Koppontren tersebut. Sebagai contoh, koppontren Tarbiyah Islamiah. TPU pada koppontern ini hanya bisa digunakan untuk tempat praktek santri tetapi tidak prospektif untuk dikembangkan sebagai usaha yang menguntungkan. Argumen ini cukup berasalasan mengingat TPU tersebut terletak di dalam pondok, sehingga jauh dari jangkauan para konsumen yang membutuhkan pelayanan. Lemahnya aspek perencanaan ini juga diakui oleh Tambunan (2009). Menurut Tambunan, lemahnya perencanaan menyebabkan koperasi/UKM tidak mampu menyelaraskan antara tujuan pemberian dana oleh pemerintah dengan sasaran yang
  • 52. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 52 diinginkan. Kondisi ini terjadi karena koperasi/UKM tidak mampu memanfaatkan dana yang diberikan oleh pemerintah. Hal senada juga diungkapkan oleh Hapsah (2004) dan Alverina (2003). Alverina bahkan menyimpulkan bahwa pemberian dana perkuatan belum mampu meningkatkan kemampuan ekonomi lokal. d. Aspek pembinaan Temuan juga menunjukkan bahwa pembinaan terhadap koperasi/UMKM penerima bantuan masih relatif kurang. Faktor penyebabnya adalah karena tenaga penyuluh dari departemen atau instansi terkait relatif masih kurang. Dampak dari kurangnya pembinaan adalah sulitnya koperasi/UMKM mencapai keberhasilan. Pembinaan yang rutin tentunya sangat membantu dalam mengurangi resiko terjadi penyimpangan pemanfaatan bantuan secara lebih dini. Sebagai contoh ditemui sejumlah koperasi yang tidak melaksanakan RAT tetapi oleh pemerintah setempat tidak dilakukan pembinaan secara seksama. Selain itu disinyalir ada sejumlah koperasi yang pemanfaatan bantuannya hanya dinikmati oleh segelintir orang saja. Hal seperti ini seharusnya dapat dihindari apabila pembina di lapangan melakukan komunikasi yang baik dengan anggota koperasi secara rutin. Kurangnya pembinaan merupakan salah satu faktor penghambat berkembangnya koperasi dan UMKM. Menurut Tambunan (2009) meski modal yang dimiliki oleh UKM, namun jika tidak diikuti oleh pembinaan terutama tentang bagaimana memanfaatkan bantuan yang diterima, maka UMKM akan cenderung tidak berhasil. Pendapat Tambunan (2009) konsisten dengan hasil penelitian dari Pusat Studi UIEU (2008). Menurut hasil penelitian ini, pembinaan yang relatif kurang
  • 53. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 53 merupakan salah satu penghambat perkembangan koperasi dan UMKM. e. Aspek Pengawasan Faktor lain yang menyebabkan relatif lambannya perkembangan koperasi/UMKM yang mendapat bantuan pemerintah adalah kurangnya aspek pengawasan. Indikasi ini ditandai oleh relatif jarangnya aparatur yang berkunjung ke koperasi dan UKM. Pemerintah cenderung lunak terhadap koperasi dan UMKM. Peran pemerintah sepertinya hanya sampai kepada pengucuran dana. Relatif jarang aparatur mengontrol ke lapangan untuk mengetahui apakah koperasi dan UKM tersebut telah berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Temuan dilapangan menunjukkan bahwa beberapa koperasi justru telah melakukan hal yang tidak selaras lagi dengan petunjuk teknis dari bantuan. Kondisi ini menyebabkan tujuan dan sasaran pemberian bantuan tidak tercapai. Kurangnya pengawasan diikuti pula oleh tidak adanya aturan berupa sanksi mengenai konsekuensi dari pelaksanaan yang menyimpang dan penunggakan dana yang dipinjamkan. Ketiadaan sanksi ini umumnya menyebabkan koperasi dan anggotanya cenderung berprinsip bahwa bantuan tersebut adalah gratis sehingga tidak ada dorongan untuk memajukan koperasi dan UMKM tersebut. Sebagian dari anggota koperasi justru meminjam dana untuk kebutuhan konsumtif. Koperasi penerima bantuan juga menerapkan tingkat bunga pinjaman yang dikenakan oleh koperasi terhadap anggotanya relatif tinggi. Pada sebagian koperasi yang bergerak pada kegiatan simpan pinjam, tingkat bunga yang dikenakan bahkan mencapai 2 % per- bulan.
  • 54. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 54 Tingkat bunga seperti ini jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan tingkat bunga bank. f. Aspek Kebijakan Pemerintah Pemerintah masih menerapkan pola top-down dalam menyalurkan kredit kepada koperasi. Pemerintah masih mengasumsikan bahwa permasalahan yang dihadapi oleh koperasi sama, padahal tidak semua koperasi menghadapi permasalahan yang sama. Selama ini, pemerintah seakan-akan mengasumsikan bahwa titik lemah dari koperasi dan UKM adalah masalah modal. Dalam kenyataannya, tidak semua koperasi mengalami masalah kurangnya modal. Pada beberapa kabupaten terdapat koperasi yang mempunyai modal yang cukup kuat. Sebagai contoh, koperasi serba usaha BMT serambi madinah yang telah memiliki modal mencapai Rp. 2,5 milyar. Koperasi semacam ini sesungguhnya tidak lagi menghadapi persoalan modal. Yang diperlukan oleh koperasi semacam ini adalah arahan dan binaan agar bisa berkembang dengan baik dan semakin maju. Disamping itu, Penyediaan Dana Perkuatan koperasi hendaknya tidak menggunakan target tahun anggaran sehingga masing- masing pemerintah daerah tidak “dipaksa” untuk menyiapkan sejumlah koperasi calon penerima bantuan dalam waktu yang singkat. Kebijakan seperti itu dapat memberikan keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk lebih leluasa untuk menseleksi koperasi yang benar-benar layak. 4.4. Pola Pengembangan Ideal
  • 55. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 55 Dari gambaran kinerja dan hambatan pengembangan dana perkuatan yang telah dilaksanakan oleh koperasi sampel, sebagaimana dijelaskan diatas maka pola penyediaan Dana Perkuatan untuk UMKM melalui koperasi hendaknya memperhatikan hal-hal berikut: a. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Seperti telah disebutkan sebelumnya, umumnya sumberdaya manusia yang mengelola koperasi masih relatif sangat rendah, baik dari sisi pendidikannya maupun dari segi pengetahuannya tentang bagaimana mengelola koperasi secara baik. Agar koperasi/UMKM penerima bantuan dapat mengelola dana secara baik, maka pemerintah harus meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Salah satu caranya adalah dengan memberikan kesempatan kepada pengurus koperasi untuk mengikuti pendidikan dan latihan baik itu latihan kepemimpinan maupun pelatihan pengelolaan keuangan. Pemerintah dapat Dengan demikian, diharapkan koperasi-koperasi penerima pula memberikan pengetahuan tentang bagai mana melkukan fungsi manajemen seperti perencanaan, organizing, actuating, dan controlingl. Diharapkan melalui pelatihan semacam ini bantuan yang diberikan pemerintah dapat berkembang dengan baik sehingga tujuan dan sasaran dan harapan pemerintah akan bisa tercapai. b. Melakukan seleksi yang ketat dan objektif. Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang tepat dalam hal pemberian bantuan kepada koperasi, pemerintah harus melakukan suatu seleksi yang relatif ketat. Seleksi yang ketat dimaksudkan agar koperasi-koperasi yang nantinya menerima bantuan adalah koperasi yang betul-betul memenuhi kriteria
  • 56. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 56 sesuai dengan yang ditetapkan dan dipersyaratkan dalam juknis masing-masing program bantuan. Dengan cara seperti ini tidak akan adalagi koperasi dadakan yang baru muncul pada saat bantuan akan dikucurkan. Keberhasilan program pemberian bantuan hendaknya tidak hanya diukur berdasarkan besarnya dana yang disalurkan, akan tetapi harus pula memperhatikan ketepatan dalam memberikan bantuan. c. Salah satu strategi yang dapat dilakukan agar seleksi dapat berjalan secara tepat adalah dengan cara melakukan visitasi kepada koperasi/ukm yang diusulkan oleh pemerintah daerah. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, pemerintah daerah seringkali berupaya agar koperasi di daerah mereka mendapatkan bantuan dalam jumlah besar, sehingga sering mengabaikan persyaratan, bahkan agar koperasi-koperasi di daerah mereka terlihat memenuhi syarat, maka pemerintah daerah ikut memeberikan rekomendasi kepada koperasi/UKM yang secara objektif belum layak dan eligible untuk menerima bantuan. Penyaluran Dana perkuatan hendaknya tidak dilakukan berdasarkan kuota per-wilayah kabupaten / kota tetapi berdasarkan kuota provinsi. Dengan sistem ini maka akan lebih besar peluang bagi provinsi untuk memilih koperasi terbaik sebagai calon penerima bantuan. d. Melakukan pembinaan secara berkesinambungan Agar koperasi penerima bantuan bisa berkembang dan mampu mengembalikan pinjaman yang diberikan, maka pemerintah harus melakukan pembinaan secara terus menerus dan berkesinambungan. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah dengan cara memberikan pemahaman
  • 57. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 57 kepada pemilik dan anggota koperasi bahwa koperasi yang mereka kelola adalah milik bersama. Pemerintah juga harus memberikan pemahaman bahwa koperasi harus dikembangkan melalui proses yang lebih partisipatif, tidak dengan sistem dadakan. Koperasi tidak bisa ditumbuhkan dengan hanya mengumpulkan sejumlah orang ke dalam suatu organisasi, tanpa menumbuhkan rasa kebersamaan dan ikatan sosial di antara para anggotanya. Untuk itu pola pengembangan koperasi yang dilakukan secara bertahap melalui suatu proses yang alami diharapkan akan menghasilkan koperasi yang tangguh. Disamping itu, pembinaan yang berkesinambungan oleh pemerintah daerah terhadap koperasi penerima Dana Perkuatan. Pembinaan ini penting untuk menghindari adanya penyimpangan dari penggunaan bantuan yang diberikan secara lebih dini.
  • 58. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 58 5.1. Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Dana yang dikucurkan oleh pemerintah digunakan oleh koperasi/UMKM untuk kegiatan yang cukup beragam. Tidak semua koperasi/UMKM menggunakan dana sesuai tujuan program bantuan pemerintah dan rencana awal koperasi/UMKM bersangkutan. 2. Modal bukanlah satu-satunya faktor penghambat berkembangnya koperasi. Faktor-faktor lain yang juga menjadi penghambat berkembangnya koperasi penerima bantuan adalah kualitas sumberdaya manusia, seleksi, perencanaan, pembinaan, pengawasan, serta kebijakan pemerintah. 3. Semua koperasi/UMKM yang mendapatkan bantuan dana khususnya pinjaman dari pemerintah ternyata belum mengembalikan dana tersebut secara total. Meski sudah ada yang mencicil, namun cicilan tersebut masih relatif kecil dibandingkan dengan dana yang dipinjam. 4. Sebagian besar dari koperasi/UMKM yang memperoleh bantuan dari pemerintah gagal dalam meningkatkan kinerjanya. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: tidak adanya arah program koperasi yang jelas, kurangnya pengetahuan dalam
  • 59. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 59 menjalankan aktivitas, kesulitan dalam mengembalikan tingkat bunga pinjaman, serta seleksi awal dari pemerintah ketika dana pinjaman tersebut dikucurkan. 5. Banyak pola-pola bantuan teknik yang kurang efektif, antara lain karena penerapan pola umum tersebut secara atas-bawah (top-down) kurang mempertimbangkan aspek kelayakannya menurut kondisi spesifik obyek binaan di lapangan, serta kurang konsistennya dukungan sumberdaya dan lemahnya manajemen. 6. Belum efektifnya mekanisme bawah-atas (bottom-up) di lapangan. Kucuran dana yang diberikan oleh pemerintah belum mengakomodir kebutuhan yang betul-betul real dari koperasi/UMKM. 5.2. Rekomendasi Kebijakan Berdasarkan kesimpulan di atas, rekomendasi kebijakan yang dapat dikemukakan agar pemanfaatan dana bantuan pemerintah terhadap UMKM di Provinsi Jambi dapat optimal adalah sebagai berikut: 1. Pemerintah perlu melakukan pembinaan yang berkesinambungan agar Koperasi/UMKM bisa mengembangkan usahanya sesusai dengan tujuan pemerintah. Bentuk pembinaan yang dapat dilakukan antara lain adalah melalui pembinaan manajemen administrasi, kelembagaan, dan kewirausahaan terutama kepada koperasi/UMKM yang belum berhasil meningkatkan kinerjanya. 2. Pemerintah perlu memperhatikan kondisi koperasi/UMKM yang akan diberikan bantuan dan memilah-milah jenis bantuan sesuai dengan kebutuhan koperasi/UMKM di lapangan. Pola Top Down
  • 60. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 60 sudah tidak relevan lagi untuk diterapkan. Tidak semua koperasi menghadapi persoalan yang sama dan tidak semua koperasi membutuhkan bantuan yang sama. Oleh karena itu, perlu dilakukan inventarisasi kebutuhan koperasi/UMKM. Dengan demikian, diharapkan bantuan yang diberikan bisa tepat sasaran. 3. Pemerintah juga harus memilah koperasi/UMKM yang perlu dibantu. Tidak semua koperasi harus dibantu. Sebagai contoh, koperasi yang sudah maju dan memiliki manajemen yang sudah baik tidak lagi dibantu secara finansial. Koperasi/UMKM seperti ini harus didorong untuk mentransfer pengetahuan dan pengalamannya kepada koperasi yang belum maju.
  • 61. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 61 Daftar Pustaka Anonim, 2008a. Kebijakan Pembagungan UMKM Departement Industri dan Perdagangan Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 2008b.Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Depkumdang dan HAM, Jakarta Asian Development Bank (2001), Small Scale Business Enterprise, AD B Report. Manila. BPS. (2008). Badan Pusat Statistik. Biro Pusat Statistik, Jakarta. BPS. (2008). Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi Haryadi, Saparuddin, Hodijah (2008), Pola Pembinaan Usaha Kecil Menengah di Kabupaten Sarolangun. Kerjasama Universitas Jambi dan Pemerintah Kabupaten Sarolangun. Sarolangun. Hafsah, M.J. 2004, upaya pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM), Infokop Nomor 25 Tahun XX Naisbitt, John, Global Paradox, New York : Avon Books, 1993 Prawiranegara AS, 1998, Kebijaksanaan Pembinaan Pengusaha Kecil Khususnya Tentang Organisasi Usaha di Indonesia”, dalam Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial, Pengusaha Kecil : Penting dan Kompleksitas Masalahnya, Jakarta : PAU-IS-UI, November 1994 Sucherly (2003), Peranan Manajemen Pemasaran Stratejik dalam Menciptakan Keunggulan Posisional serta Implikasinya terhadap Kinerja Organisasi Bisnis dan Non Bisnis (Pendekatan 5-A). Orasi Ilmiah. Universitas Padjajaran, Bandung. Tambunan, Mangara (2004) Melangkah ke depan UMKM dalam Perekonomian Indonesia di masa depan, Makalah pada Debat Ekonomi ESEI, 2004, Jakarta Convention Centre, 15-16 September 2004.
  • 62. Kajian Pemanfaatan Bantuan Pemerintah Untuk Pengembangan UMKM 62 Lampiran KOPERASI /LKM SAMPEL KEGIATAN SURVEY PEMANFAATAN BANTUAN PEMERINTAH BAGI UKM Program Nama Koperasi/LKM Lokasi Tahun Nilai (Rp. Jt) P3KUM Konvensi onal 1. KUD Gunung Tujuh 2. Kop. Jaya Bersama 3. KUD Depati Parbo 4. Kop. Karya Bersama 5. Kop. Tenun Songket 6. KUD Sinar Kerakap 7. Koppas Bungo Dani 8. KUD Sari Mukti 9. KUD Pelayangan 10. Kop. Mitra Sejati S 11. Kop. Kharisma 12. Kop. Swakerta Kab. Kerinci Kab. Kerinci Kab. Kerinci Kab. Kerinci Kab. Bungo Kab. Bungo Kab. Bungo Kab. Bungo Kota Jambi Kota Jambi Kota Jambi Kota Jambi 2007 2006 2007 2006 2007 2006 2007 2006 2007 2007 2007 2006 100 50 100 50 100 50 100 100 100 100 100 100 P3KUM Syariah 1. KSU Serambi Madinah 2. KUD Jitu Mekar Jaya Kab. Kerinci Kab. Bungo 2006 2006 50 50 MAP 1. Kop Fauna Lestari 2. Kop. Pandai Besi Kab. Bungo Kota Jambi 2004 2004 350 350 PERKASS A dan P2WUM 1. Kopwan Bhakti Ibu 2. Koperasi Ibu Kab. Bungo Kab. Kerinci 2007 2006 100 100 Agribisnis 1. KUD Margo Mukti 2. Kop. Kaya Makmur Kab. Kerinci Kota Jambi 2005 2005 500 500 TPU Santri 1. PP Nurul Haq 2. PP Tarbiyah Islamiah 3. PP Al Hidayah 4. PP As’ad Kab. Kerinci Kab. Bungo Kota Jambi Kota Jambi 2006 2007 2007 2007 200 200 200 200 Prospek Mandiri 1. Kop. Bina Cipta Mandiri 2. Kop. Mandiri Bersama Kota Jambi Kota Jambi 2007 2007 837 837 Lain-lain 1. Koppontren Nurul Haq 2. KUD Depati Parbo 3. Kop. Fauna Lestari 4. Kop. Usaha Niaga 5. Kop. Sawit Mitra Usaha 6. Kop. Bungo Serumpun 7. Kop. Wana Lestari 8. Kop. Usahatani 9. Kop. Harapan Bintang Kab. Kerinci Kab. Kerinci Kab. Bungo Kab. Bungo Kab. Bungo Kab. Bungo Kab. Bungo Kota Jambi Kota Jambi 2004 2007 2004 2004 2004 2004 2004 2004 2004 900 250 5.428 200 3.000 250 2.122 100 100