PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
Rogue Aid Nigeria
1. 1
TUGAS ESSAY PENDEK
HUBUNGAN INTERNASIONAL DI AFRIKA
“ROGUE AID FOR NIGERIA: HELPING OR DESTROYING?”
Meira Sabila
1702100810150
meisabila@gmail.com
No. Telp/HP: 085263849579
Tugas dikumpulkan pada
17 Oktober 2011
JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2011
ROGUE AID FOR NIGERIA: HELPING OR DESTROYING?
2. 2
Pada dasarnya label “The Dark Continent” untuk Afrika secara keseluruhan bukan hanya
karena penduduk aslinya adalah negro, tetapi juga disebabkan kebanyakan negaranya kurang
maju dan belum mampu mengeksplor apa yang mereka miliki untuk bisa menaikkan taraf
kehidupan masyarakatnya. Kelaparan, kemiskinan, perang saudara, diskriminasi ras, dan
penyebaran penyakit seperti HIV AIDS masih menjadi masalah dominan di kawasan Afrika.
Namun tidak semua Negara di benua Afrika bisa dikatakan sebagai Negara yang tertinggal.
Contohnya Afrika Selatan yang pada tahun 2010 dipercaya sebagai tuan rumah Piala Dunia yang
diadakan sekali dalam empat tahun oleh Fédération Internationale de Football Association
(FIFA), Mesir yang dikenal seagai salah satu pusat peradaban masa lampau.
Selain dua negara di atas, ada satu negara lagi di belahan Afrika yang tidak bisa
diabaikan. Dewasa ini Nigeria adalah Negara paling penting di Afrika kulit hitam, tidak hanya
karena paling banyak penduduknya – sekitar 80 juta orang – tetapi juga karena paling besar
potensi ekonominya (Dipoyudo,1983:129). Nigeria juga memiliki sumber minyak sehingga
minyak menjadi komoditas ekspor yang utama.
Walaupun Nigeria tergolong Negara yang terkemuka di benua Afrika, Negara ini masih
belum terlepas dari bantuan luar negeri. Nigeria masih sangat mengandalkan bantuan pihak asing
untuk membangun perekonomiannya.
Pada tahun 2007, Nigeria membutuhkan bantuan dana untuk membangun proyek rel
kereta api. World Bank mampu menawarkan 5 juta dollar dengan syarat dan ketentuan
berlaku(Naím, 2007).. Wajar ketika negara menerima bantuan, pihak pendonor meminta
beberapa hal sebagai persyaratan. Ini adalah konsekwensi logis. Saya ambil contoh bantuan
World Bank yang disalurkan melalui International Monetary Fund (IMF) untuk membantu
Indonesia pada krisis moneter pada tahun 1998. Indonesia harus melakukan privatisasi Badan
Usaha Milik Negara (BUMN), mengubah beberapa kebijakan ekonomi, kebijakan fiskal,
restrukturisasi perbankan dan sebagainya. Namun ternyata World Bank kalah dengan China yang
mampu memberikan 9 milyar dollar untuk Nigeria (Naím, 2007). Hal yang menarik di sini
adalah pemerintah Nigeria menolak bantuan dari World Bank dan malah menerima bantuan dari
China. Nigeria menerima direct investmen dari China secara cuma-cuma, tanpa syarat apapun,
tanpa harus merubah beberapa kebijakan negaranya, tidak harus melakukan privatisasi, tidak
harus menata kembali kebijakan fiskal, tanpa restrukturisasi perbankan dan tanpa pengkondisian
3. 3
apapun. Bantuan yang tanpa syarat inilah yang dinamakan dengan Rogue Aid. Padahal Nigeria
termasuk Negara dengan pemerintahan yang masih korup, tidak efisien dan tidak demokratis.
Bantuan ini justru akan berbahaya jika diterima dalam kondisi internal yang tidak stabil.
Berdasarkan hal tersebut, penulis menetapkan judul “Rogue Aid for Nigeria: Helping or
Destroying”.
Dengan mengambil judul di atas, essay ini akan menjelaskan tentang “Dalam kondisi
apakah Rogue Aid yang diberikan oleh China dapat membantu Nigeria?”. Hal tersebut akan
menjadi fokus pembahasan tulisan saya. Seperti yang telah saya sebutkan di atas, kondisi internal
Nigeria tidak stabil. Ketika pemerintah Nigeria itu sendiri tidak transparan dan tidak demokratis,
dikhawatirkan bahwa bantuan tersebut justru akan menimbulkan ketergantungan yang tidak kasat
mata antara Nigeria dan China.
Bantuan luar negeri sampai saat ini bukanlah merupakan hal yang tanpa kontroversi.
Pusat kontroversinya berada pada jumlah volume bantuan yang diberikan dan masalah terkait
sebagai dampak dari bantuan terhadap pembangunan. Bantuan dianggap sebagai sesuatu yang
tidak efektif dan harus segera dihentikan (Lancaster, 2006:2). Terkadang bantuan itu sendiri
tidak bisa dipandang hanya untuk mempromosikan pertumbuhan di negara penerima dan
mereduksi kemiskinan. Lebih dari itu, bantuan juga dapat dijadikan sebagai alat untuk
menciptakan ketergantungan yang disengaja.
Bantuan memang dapat diartikan secara multi tafsir. Dalam tulisan ini saya akan
menggunakan pendekatan Realis. Kaum Realis menekankan bahwa Negara adalah aktor yang
utama, dimana Negara selalu berusaha untuk mencapai kepentingannya yang diartikan sebagai
power. Interest merupakan esensi dari politik (Genest, 2004:65). Dapat dilihat di sini bahwa
menurut pandangan Realis, tindakan politik yang dilakukan oleh Negara adalah untuk memenuhi
interestnya selalu berujung pada usaha peningkatan power. Bantuan diberikan sebagai tools
untuk meningkatkan power negara pendonor, bukan negara penerima.
Jika kita gunakan pendekatan ini untuk melihat kasus Rogue Aid yang diberikan China
kepada Nigeria, tentu China sebagai pendonor juga punya kepentingan dengan memberikan
direct investment kepada negara tersebut. Tindakan China bukanlah tindakan yang tanpa latar
belakang. Tentu ada kepentingan nasional China yang dipenuhi oleh Nigeria.
4. 4
Nigeria bahkan berencana untuk menambahkan Yuan China sebagai bagian dari
cadangan devisa Negara. Yuan China ditempatkan 5-10% dalam cadangan devisa negara-negara
dengan penduduk terpadat di Afrika (www.vibiznews.com, diakses pada 13 Oktober 2011).
Ketika mata uang China ditetapkan sebagai bagian dari cadangan devisa Nigeria, artinya mata
uang tersebut menjadi mata uang yang diperhitungkan. Di satu sisi, investasi dari China
merupakan hal yang baik dalam membantu membuka lapangan kerja, infrastruktur, dan peluang
bisnis di Nigeria. Namun hal ini juga tentu menjadi ancaman dengan tingginya risiko
penyelewengan dana di kalangan elit pembuat kebijakan ketika rezim yang dianut bukanlah
sistem yang demokratis serta tidak transparan. Artinya manfaat dari bantuan tidak sepenuhnya
sampai ke masyarakat, tidak sepenuhnya dapat membantu pengembangan sektor ekonomi
negara. Justru bantuan yang diberikan malah tidak efisien dan menjadi masalah baru bagi
Nigeria.
Kerangka baru bantuan global menunjukkan bahwa hal yang sebelumnya belum ada
dalam bantuan namun terjadi saat ini adalah intervensi dan rekayasa sosial di negara berkembang
(Mosse, 2005:8). Dari hal ini dapat dikatakan bahwa memang benar terkadang bantuan itu
bukanlah sebuah gerakan moral dari negara pendonor, bukan gerakan moral yang dilakukan
China untuk membantu Nigeria. China merupakan negara besar di Asia yang sedang tumbuh dan
memiliki kebutuhan yang tinggi di bidang energi, industri dan ekspansi pasar yang membawanya
kepada kontak yang lebih dekat dengan negara-negara Afrika sebagai alernatif yang lebih
menguntungkan daripada hubungan China dengan pihak Barat.
Moisés Naím (2007) dalam sebuah jurnalnya menyatakan bahwa ada tiga jawaban
singkat mengapa China tiba-tiba berbuat baik dengan membantu banyak negara di dunia
terutama negara-negara Afrika: uang, akses bahan baku, dan politik internasional.
China merupakan salah satu negara dengan cadangan devisa terbesar di dunia. Dana yang
banyak ini dapat digunakan untuk memastikan akses yang mudah terhadap bahan baku kegiatan
produksi China yang sedang tumbuh akibat perkembangan industri yang pesat. China juga
sedang menguatkan posisinya untuk eksis dalam pengaruh global sebagai kekuatan baru di Asia.
Bukan hanya Nigeria yang mendapat bantuan investasi dari China, tetapi juga puluhan negara
lain yang tersebar di seluruh Afrika. Kecenderungan China yang melakukan engagement dengan
negara-negara Afrika jelas terlihat di sini. Bisa dibayangkan keuntungan yang akan didapatkan
5. 5
China akan berada pada titik pencapaian yang maksimal. Ini seharusnya menjadi hal yang
digarisbawahi dan diwaspadai oleh negara penerima bantuan. Nigeria harus siap untuk dimasuki
oleh pengaruh China. Nigeria harus siap juga untuk kehilangan bagian dari kedaulatannya, walau
dengan cara yang berbeda. Bantuan akan menjadi masalah bagi Nigeria ditambah lagi dengan
fakta ketidakstabilan pemerintahan yang berlaku. Bantuan malah akan menjadi destroying factor.
Sebuah artikel menulis bahwa Nigeria adalah negara yang masih didominasi oleh korupsi
politik yang tinggi yang berhubungan dengan sumber daya minyaknya (www.ibtimes.com,
diakses pada 15 Oktober 2011). Terbukti bahwa kondisi internal Nigeria belum siap untuk
menerima bantuan. Nigeria sudah cukup memiliki sejarah yang buruk penjajahan di masa lalu
dan kondisi yang tidak menyenangkan dengan pemerintahannya saat ini. Kedatangan China akan
menjadi kekuatan imperialis baru yang berpura-pura menjadi penyelamat kekurangan dana untuk
pembangunan Nigeia (Brautigam, 2007). Ketika China bahkan tanpa persyaratan khusus
menjalin hubungan dengan Nigeria melalui bantuan tersebut, seharusnya menjadi sebuah
pertimbangan yang besar bagi Nigeria dalam menmbuat kebijakan. China bahkan tidak peduli
dan tidak mempermasalahkan melihat fakta kondisi politik Nigeria yang tidak baik.
Satu hal yang harus dipahami adalah selalu ada konsekwensi ketika sebuah negara
menerima bantuan dari pihak asing. Namun hal yang terpenting untuk dicapai adalah
konsekwensi yang diterima harus dapat diminimalisir dengan melakukan perbaikan internal
terlebih dahulu. Walaupun bantuan kadang memang tidak dapat dihindari, ada beberapa kondisi
yang harus diperhatikan oleh sebuah negara khususnya Nigeria agar bantuan tersebut dapat
dirasakan efisiensinya terutama bagi masyarakat. Pertama, pemberantasan korupsi secara tegas.
Korupsi hanya akan membuat bantuan asing menjadi bendungan yang tersumbat di tingkat elite
politik, dan hanya sebagian kecilnya yang dapat dirasakan masyarakat. Dari beberapa artikel dan
sumber yang saya baca, penghasilan dari sumber daya yang berlimpah juga tidak luput dari
tangan koruptor. Hal ini adalah salah satu faktor yang membuat Nigeria tidak bisa
mengembangkan perekonomian, walau memiliki sumber daya yang melimpah. Ketegasan dalam
bidang hukum juga sangat penting dalam hal ini untuk mendatangkan efek jera. Kedua,
walaupun bantuan yang diberikan China adalah bantuan tanpa syarat, negara penerima (Nigeria)
tetap harus menciptakan aturan-aturan yang jelas sehubungan dengan bantuan yang diterimanya
agar tidak terjadi sebuah kondisi yang hanya menguntungkan satu pihak saja. Dari penggunaan
6. 6
dana sampai pengembalian bantuan, kerjasama apa yang akan dilakukan Nigeria dengan China,
hal apa yang ingin didapatkan China dengan Nigeria, semuanya harus ada batasan jelas dan pasti
agar kemungkinan terjadinya masalah dapat ditekan. Contohnya saja kewenangan yang diberikan
Nigeria kepada China untuk mengeksplorasi sumber daya minyak di Nigeria. Bantuan tanpa
syarat justru akan menimbulkan beban ketergantungan moral yang lebih besar. Harus ada
kejelasan dan ketegasan sejauh mana China bisa masuk dan mengembangkan pengaruhnya di
Nigeria. Ketiga, adanya transparansi antara pemerintah dan public. Masyarakat di sini berfungsi
sebagai pengawas agar kemungkinan terjadinya penyelewengan bantuan akan lebih kecil. Peran
media juga sangat penting dalam hal ini. Dengan adanya pengawasan media dan masyarakat,
akan tercipta tekanan tersendiri bagi pemerintah untuk memaksimalkan efisiensi bantuan.
Transparansi akan membuat masyarakat lebih cerdas untuk menganalisis hal apa yang benar dan
tidak benar. Ketika masyarakat sudah cerdas dan terbiasa untuk mengkritisi apa yang terjadi,
maka beberapa pihak yang memang terkait dengan pengolahan bantuan yang diterima juga akan
lebih berhati-hati. Jadi, bantuan akan dapat menjalankan fungsi helping nya hanya jika negara
penerima bantuan (Nigeria) berusaha untuk melakukan pembenahan internal (home repairing).
7. 7
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Dipoyudo, Kirdi, 1983, Afrika dalam Pergolakan 2, Jakarta: Yayasan Proklamasi, Centre for
Strategic and
International Studies.
Genest, Marc A., 2004, Conflict and Cooperation. Envolving Theories of International
Relations, 2nd ed.,
Belmont: Thomson Wadsworth.
Lancaster, Carol, 2007, Foreign Aid. Diplomacy, Development and Foreign Policy, Chicago and
London: The University of Chicago Press.
Mosse, David, 2005, Clobal Governance and the Etnography of International Aid. Dalam David
Mosse and
David Lewis, 2005, The Aid Effect. Giving and Governing in International Development.
London: Pluto Press.
Website:
Brautigam, Deborah and Adama Gaye, 2007, Is Chinese Investment Good for Africa? Melalui
http://www.cfr.org/china/chinese-investment-good-africa/p12622 diakses pada 15
Oktober 2011.
Naím, Moisés. 2007, Rogue Aid dapat diakses di
http://www.foreignpolicy.com/articles/2007/02/14/rogue_aid?page=full
_____, 2011, Afrika Sertakan Yuan China Jadi Bagian Cadangan Devisa melalui
http://vibiznews.com/news/banking_insurance/2011/09/06/nigeria-sertakan-yuan-cina-
jadi-bagian-dari-cadangan-devisa diakses pada 13 Oktober 2011.
_____, 2010, Nigeria: Diberkati dengan Kekayaan Alam, Namun Lumpuh Akobat Korupsi
melalui http://id.ibtimes.com/articles/2565/20100918/nigeria-diberkati-dengan-kekayaan-
alam-lumpuh-akibat-korupsi.htm diakses pada 13 Oktober 2011.