Untuk bangkit dari keterpurukan yang mengakibatkan terjadi kesenjangan di segala bidang, diperlukan kiat.
Kiat itu untuk memandu dan memberi semangat serta motivasi supaya bangkit dan maju mengejar ketertinggalan.
1. Kiat Bangkit Mengatasi Kesenjangan
Oleh Musni Umar, Ph.D
Sosiolog, Direktur Institute for Social Empowerment and Democracy
2. Pengantar
Kesenjangan merupakan sunnatullah (natural law). Manusia diberi tenaga,
fikiran dan akal sehat untuk mengatasi kesenjangan. Bukan menyerah
apalagi pasrah terhadap kesenjangan yang terjadi.
Kesenjangan berasal dari kata senjang, yang padanan maknanya ialah
ketimpangan, kontradiktif, gap, divergen, jurang, ketidakseimbangan, dan
ketidaksimetrian.
Bentuk kesenjangan banyak sekali seperti kesenjangan sosial, kesenjangan
ekonomi, kesenjangan sosial budaya, kesenjangan gender, kesenjangan
pendapatan, kesenjangan informasi, kesenjangan harga dan lain
sebagainya.
Pembangunan sejatinya untuk mengurangi dan bahkan untuk
menghilangkan kesenjangan. Akan tetapi dalam banyak hal, justeru
pembangunan melahirkan kesenjangan antar orang dan kelompok
masyarakat, kesenjangan antar kota dan desa, kesenjangan antar kawasan
atau wilayah dan lain sebagainya.
6. Pembangunan Ekonomi
Pembanguna di masa Orde Baru telah menciptakan
kemajuan dan ketidakadilan. Melalui UU
Penanaman Modal Asing (PMA) dan UU Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN), ekonomi Indonesia
dibangun.
Dengan menggunakan teori "membangun kue
besar" untuk mewujudkan "trickle down" (menetes
ke bawah) ke masyarakat luas hasil-hasil
pembangunan, pemerintah membangun ekonomi
Indonesia dengan menggunakan paling tidak lima
strategi.
7. Pertama, investasi asing. Pemerintah mengundang
para penanam Modal asing (investors) untuk
menanamkan modalnya di Indonesia dengan
memberi kemudahan serta berbagai fasilitas dalam
upaya mendorong pertumbuhan ekonomi yang
tinggi.
Kedua, investasi dalam negeri. Pemerintah
membuka kesempatan seluas-luasnya kepada
pengusaha di dalam negeri dengan berbagai
kemudahan dan fasilitas untuk menanamkan
modalnya di dalam negeri.
11. Penanaman modal asing dan dalam negeri digenjot
habis-habisan untuk mendorong pertumuhan
ekonomi yang tinggi. Konsekuensinya,
pembangunan ekonomi semacam itu, hanya
semakin memperkaya orang yang sudah kaya
dengan memberi tetesan ekonomi sedikit kepada
masyarakat bawah.
Mereka yang bisa berpartisipasi (ikut serta) dalam
pembangunan, hanya mereka yang sudah siap.
Siapa mereka itu? Ialah orang-orang China yang
sejak zaman penjajahan sudah digolongkan sebagai
"Timur Asing" yang diberi peluang bergerak di dunia
bisnis. Selain itu, para penjajah yang diundang ke
Indonesia untuk menanamkan modalnya.
12. Ketiga, berutang. Strategi yang dipergunakan untuk
bisa membangun ialah dengan berutang. Sejak Orde
Baru mulai berkuasa tahun 1967, Indonesia sudah
berutang. Utang itu terus berlanjut hingga sekarang di
era Orde Reformasi. Maka tidak heran jika utang
Indonesia, sampai saat ini telah mencapai
Rp 1.803,49 triliun.
Keempat, stabilitas. Untuk mengamankan jalannya
pembangunan ekonomi, maka stabilitas nasional
dijadikan sebagai salah satu trilogi pembangunan.
Dengan strategi semacam itu, maka TNI mengamalkan
dwifungsi yaitu selain mengabdi dikesatuannya di TNI,
juga dikaryakan di birokrasi dan BUMN. Keamanan
mendapat prioritas utama dan siapa yang menciptakan
instabilitas, maka akan dihadapi TNI. Setelah
reformasi, stabilitas keamanan diserahkan kepada
14. Kelima, pemerataan. Strategi pembangunan yang
mementingkan pemerataan disamping pertumbuhan
dan stabilitas, gagal diwujudkan karena yang dapat
maju dan bisa menikmati pertumbuhan ekonomi yang
tinggi, adalah mereka yang mempunyai pendidikan
yang baik dan memadai, memiliki skill (kepakaran),
modal, jaringan dan ketrampilan berusaha.
Golongan masyarakat bawah tidak dapat
memanfaatkan momentum pembangunan karena tidak
memiliki berbagai persyaratan yang diperlukan untuk
bisa berpartisipasi dalam pembangunan. Akibatnya
mereka terus terpuruk, seolah Tuhan telah
menakdirkan mereka menjadi kurang berpendidikan,
miskin dan terkebelakang (tertinggal).
15. Dampak Pembangunan
Pembangunan yang dilaksanakan di masa Orde Baru telah
membawa kemajuan ekonomi bangsa dan negara, dan kekayaan
yang luar biasa kepada segentir orang.
Sebagai contoh aktual kasus Lim Sioe Liong, yang meninggal di
Singapura beberapa hari lalu. Wartawan memberitakan bahwa
rumah tempat tinggalnya seluas 8.000 meter persegi dengan nilai
Rp 1 triliun rupiah. Peti mati untuk Lim Sioe Liong seharga 9.000
dollar Singapura atau 67,5 juta.
Sedangkan untuk menjamu para politisi, pengusaha serta diplomat
dan handai tolan yang datang dari China dan Jakarta, untuk
memberi penghormatan terakhir kepada beliau, perhari Rp 1,2
milyar perhari
Para konglomerat yang dibesarkan Presiden Soeharto dan rezim
Orde Baru, setelah terjadi reformasi mereka lari keluar negeri
dengan membawa uang dan harta yang dimiliki serta hasil jarahan
dari BLBI sekitar 650 trilun.
17. Pemerintah Indonesia kemudian menyehatkan perbankan
dan perusahaan yang dijarah uangnya dan ditinggal lari
pemiliknya serta pemimpinnya keluar negeri. Setelah bank
dan perusahaan itu sehat, pemerintah menjualnya dengan
harga murah kepada pihak asing yang tidak jarang adalah
bekas pemilik lama yang masuk ke Indonesia dengan
memakai bendera asing (investor asing).
Krisis ekonomi yang dialami Indonesia tahun 1997 telah
memberi berkah kepada orang-orang kaya dari keturunan
China karena uang mereka dibawa lari ke Singapura dan
mereka tinggal di negeri itu. Pelanggaran hukum yang
mereka lakukan tidak tersentuh sedikitpun, begitu juga
perbuatan korupsi, karena pemerintah Singapura
melindungi mereka.
Dampaknya setelah terjadi reformasi, mereka semakin kaya,
sementara Indonesia harus menanggung beban yang luar
biasa besar, dan masyarakat bawah Indonesia terus
terpuruk dalam kemiskinan, kebodohan dan ketertinggalan.
20. Kiat Bangkit
Masyarakat Indonesia yang selama ini masih terpuruk, tidak
ada pilihan lain kecuali bangkit dan maju. Untuk bisa bangkit
dan maju, maka kiatnya.
Pertama, menumbuhkan harapan. Harapan itu masih ada
walaupun kesulitan menghimpit.
Kedua, harus ada kemauan keras untuk berubah dan maju.
Ketiga, beri beasiswa penuh kepada anak-anak miskin.
Mereka yang diberi beasiswa harus berhijrah ke provinsi lain
dan memasuki pendidikan berasrama. Ini penting untuk
merubah budaya miskin yang dihinggapi orang-orang miskin.
Ini adalah strategi untuk memotong pewarisan kemiskinan.
23. Keempat, bentuk komisi beasiswa. Pembentukan komisi
beasiswa di tiap provinsi sangat penting karena untuk
memutus lingkaran kemiskinan hanya melalui
pendidikan. Untuk itu perlu ada komisi beasiswa yang
dipimpin para tokoh dari kalangan pendidikan, sosiolog,
tokoh agama dan tokoh masyarakat. Sumber dananya
dari APBD, CSR dari perusahaan BUMN, BUMD dan
perusahaan swasta, , donatur dalam dan luar negeri.
Kelima, beri special treatment (perlakuan istimewa)
kepada masyarakat bawah dalam pembangunan
ekonomi. Mereka harus diberi tempat berusaha di mal-
mal, ditempat berusaha yang strategis, diberi izin usaha,
dilatih berbisnis dan mengelola bisnis,, diberi dorongan
dan harapan, diberi modal usaha dan modal kerja,
dibina manajemen, dan dikontrol perkembangan usaha
mereka.
26. Kesimpulan
Kesenjangan adalah persoalan yang harus dihadapi dan
dipecahkan. Tidak boleh dibiarkan karena akan membawa
negeri ini menjadi negara gagal.
Pemecahan masalah kesenjangan harus dipelopori oleh
diseluruh jajaran pemerintah dan partisipasi seluruh
masyarakat. Partispasi sangat penting karena pada akhirnya
yang menentukan berhasil tidaknya mengatasi kesenjangan
adalah masyarakat sebagai subyek pembangunan.
Kiat untuk bangkit mengatasi kesenjangan harus bermula dari
masyarakat yang memiliki harapan. Pemerintah kemudian
mengapresiasi harapan itu dengan menyediakan sarana dan
prasana. Pemberian beasiswa penuh kepada anak-anak
miskin merupakan kiat untuk memecahkan kesenjangan
pendidikan dan sosial.
28. Kiat untuk mengatasi kesenjangan ekonomi harus ada
special treatment (perlakuan istimewa) terhadap
masyakarat bawah yang berprofesi usaha kecil dan
mikro. Mereka harus diberi tempat berusaha yang
strategis seperti di mal, digedung-gedung atau jalan
yang ramai didatangi pembeli, mereka dibina, diberi
modal kerja dan modal usaha, izin usaha, dilatih
kepakaran berusaha dan dilakukan kontrol secara rutin
untuk mengetahui perkembangan kemajuan usaha
mereka. Jangan seperti sekarang dilepas untuk
bersaing dengan para konglomerat dan perusahaan
asing.
* Makalah ini dipresentasikan dalam program
Pemberdayaan Masyarakat Jakarta Pusat, pada 22
Juni 2012, di Gedung Teja Buana, Jalan Menteng