Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...
Pengembangan Inventori.pptx
1. PENGEMBANGAN MODUL BIMBINGAN PRANIKAH
BAGI CALON PENGANTIN
Proposal Penelitian
`
ESTI WULANDARI
18151013
Pembimbing
Prof. Dr. Herman Nirwana, M.Pd., Kons.
PROGRAM STUDI S2 BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
2. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I
PENDAHULUAN
No Tahun Jumlah Perkara Total
Talak Gugat
1 2013 232 613 845
2 2015 246 765 1011
3 2017 379 941 1320
4 2018 471 1011 1481
Sumber: Data Statistik Pengadilan Agama Kota Padang
1
4. 1
• kecemburuan, kecurigaan, dan ketertutupan
2
• kebosanan dalam rumah tangga,
3
• kekerasan dalam rumah tangga
4
• adanya orang ketiga dalam rumah tangga
Pramono (2007)
FAKTOR PENYEBAB
PERCERAIAN
3
LANJUTAN
5. 4
Upaya preventif dari perceraian dapat dilakukan dengan cara
mempersiapkan calon pengantin yang akan menikah dengan
sebaik-baiknya sehingga agamanya mantap dan mereka
memahami hakikat pernikahan dan cara menjalaninya dengan
baik dan aman (Syariah, 2014).
upaya pencegahan perceraian yang terdapat dalam masyarakat Minangkabau, dimulai
dari langkah antisipasi yakni pertama dilakukan pada tahapan seleksi jodoh. Mencari
dan memilih jodoh berdasarkan latar belakang keluarga yang relatif baik sesuai
dengan aturan Adat dan Agama dalam masyarakat Minangkabau dan pernikahan
dilaksanakan secara adat. Kemudian diberikan pembekalan atau nasehat pernikahan
kepada calon pengantin agar memahami hak dan tanggung jawab dalam berumah
tangga, ini dilakukan oleh orangtua, mamak (paman), lembaga KAN bersama KUA.
Akan tetapi hasil penelitian menunjukkan pada umumnya informan tidak menempuh
tahapan tersebut (Fachrina, 2017).
UPAYA PREVENTIF
Pembekalan atau nasehat yang diberikan disebut dengan kursus pranikah dengan
sasaran remaja usia nikah dan calon pengantin merupakan salah satu solusi dan
kebutuhan bagi masyarakat untuk mengatasi atau pun mengurangi terjadinya krisis
perkawinan yang berakhir pada perceraian (Ditjen, 2013).
6. Qotrunnada (2017) mengungkapkan bahwa
masyarakat seolah tidak memiliki media
atau wadah untuk menyampaikan keluhan
ketika terjadi perbedaan pandangan dalam
perkawinan, tidak ada lembaga yang bisa
ditemui ketika perbedaan itu berkembang
menjadi konflik dalam perkawinan.
LANJUTAN
5
7. Menghadapi fenomena lemahnya lembaga perkawinan,
dalam berbagai kesempatan Menteri Agama telah
menyampaikan perlunya penguatan lembaga perkawinan
melalui revitalisasi pelaksanaan kursus calon pengantin
(Suscatin). Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam Nomor 373 Tahun 2017
tentang petunjuk teknis bimbingan perkawinan bagi calon
pengantin, mengeluarkan peraturan tentang bimbingan
perkawinan sebagai penyempurna suscatin yang isinya
tentang kursus pranikah yang di laksanakan di Indonesia
(Iskandar, 2017)
LANJUTAN
6
8. Berdasarkan hasil penelitian Al Faruq (2019) setelah
dilaksanakan suscatin di KUA Papar Kabupaten Kediri,
materi yang diberikan dalam suscatin harian hanya
seputar tata cara dan prosedur pernikahan, pengetahuan
Agama, hak dan kewajiban suami istri, manajemen
keluarga, dan psikologi keluarga. Peserta kursus belum
mampu memahami semua materi yang telah
disampaikan oleh pemateri disebabkan durasi waktu
yang begitu singkat.
LANJUTAN
7
9. 01
04
02
03
Konselor dan penyuluh
pernikahan hanya memberikan
nasehat dan materi seputar tata
cara dan prosedur pernikahan
yang umumnya sudah diketahui
oleh calon pengantin.
.
Identifikasi Masalah
Terdapat konselor atau penyuluh
pernikahan yang belum
mengetahui materi yang benar-
benar dibutuhkan oleh calon
pengantin.
Konselor atau penyuluh
pernikahan menyampaikan
topik bimbingan
menggunakan metode
ceramah dan tidak ada
variasi metode yang lain.
Waktu bimbingan pranikah
relatif singkat sehingga tidak
semua materi bisa
disampaikan.
8
10. 07
Terdapat calon pengantin
belum mengetahui konsep
pernikahan.
LANJUTAN
05
Terdapat calon pengantin
yang tidak datang ketika
mengikuti bimbingan
pranikah.
06
Terdapat calon pengantin
yang sulit berkonsentrasi
karena peserta terlalu
ramai sehingga kondisi
ruangan menjadi tidak
kondusif.
9
11. C. Pembatasan Masalah
1
2
3
• Modul bimbingan pranikah
bagi calon pengantin yang
layak secara isi.
• Modul bimbingan pranikah
bagi calon pengantin yang
layak dari segi tampilan.
• Deskripsi tingkat
keterpakaian modul
bimbingan pranikah bagi
calon pengantin oleh
penyuluh pernikahan atau
konselor.
10
12. RUMUSAN
MASALAH
Apakah pengembangan modul bimbingan pranikah
bagi calon pengantin yang dikembangkan telah
memenuhi tingkat kelayakan secara isi?
Apakah pengembangan modul bimbingan pranikah
bagi calon pengantin telah layak dari segi tampilan?
Bagaimana tingkat keterpakaian modul bimbingan
pranikah bagi calon pengantin oleh penyuluh
pernikahan atau konselor?
11
13. TUJUAN PENGEMBANGAN
Menghasilkan modul bimbingan pranikah
bagi calon pengantin yang layak secara isi.
1
2
Menghasilkan modul bimbingan pranikah bagi
calon pengantin yang layak dari segi tampilan.
Mendeskripsikan tingkat keterpakaian
modul bimbingan pranikah bagi calon
pengantin oleh penyuluh pernikahan atau
konselor.
3
12
14. 14
SPESIFIK PRODUK YANG DIHARAPKAN
Modul yang disusun mengacu kepada peraturan pemerintah
tentang bimbingan pranikah.
Modul disusun lebih memfokuskan terhadap ranah afektif
dengan maksud agar calon pengantin lebih sensitif terkait
materi bimbingan pranikah yang dibutuhkan.
Materi pada modul ini disusun secara spesifik berdasarkan
hasil analisis mendalam dilapangan ketika studi
pendahuluan, hasil penelitian terdahulu dan hasil evaluasi
produk yang sudah dilaksanakan.
Modul yang dikembangkan dibuat menarik dengan
menggunakan bahasa yang ringan dan mudah dimengerti
sehingga calon pengantin tertarik untuk mengikuti dan
mendengarkan penjelasan konselor atau penyuluh
pernikahan.
Modul ini disertai dengan panduan penggunaannya sebagai
petunjuk teknis penggunaan agar mudah dipahami oleh
calon pengantin, konselor dan penyuluh pernikahan.
13
15. 15
PENTINGNYA PENELITIAN
1
•Kondisi yang terjadi saat ini banyak calon pengantin yang ingin
menikah tetapi belum mengetahui sepenuhnya tentang hakikat
pernikahan.
2
•Modul yang dibuat oleh puslitbang bimas Kementerian Agama
cenderung bersifat universal tanpa mengintegrasikan dengan
budaya pernikahan di masing-masing daerah yang ada di Indonesia.
3
•Belum ada strategi atau penelitian yang mengumpulkan data
kebutuhan topik bimbingan pranikah calon pengantin kemudian di
kembangkan menjadi sebuh modul bimbingan pranikah.
14
16. 16
DEFINISI
OPERASIONAL
Pengembangan yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah upaya sistematis dan terukur untuk
merancang dan membuat suatu produk dalam
rangka meningkatkan kualitas bimbingan
pranikah yang diberikan oleh konselor atau
penyuluh pernikahan.
Modul yang dimaksud dalam penelitian ini berbentuk
bahan ajar berbasis cetakan yang dilengkapi dengan
petunjuk untuk belajar sendiri yang meliputi
serangkaian materi-materi pernikahan yang
direncanakan dan dirancang secara sistematis untuk
membantu calon pengantin mencapai tujuan
pernikahan yang diinginkan.
Bimbingan pranikah yang dimaksud dalam penelitian ini
yaitu proses transformasi perilaku dan sikap di dalam
kelompok atau unit sosial terkecil dalam masyarakat
terhadap calon pengantin. Persiapan ke arah pernikahan
perlu dilakukan agar calon pengantin yang akan
memasukinya betul-betul siap, baik mental maupun
material, terutama dalam mewujudkan fungsi-fungsi
keluarga.
calon pengantin adalah seorang laki-laki dan seorang
perempuan yang ingin atau berkehendak untuk
melaksanakan pernikahan.
15
18. Nurul Istiqomah (2017) dengan judul “Efektivitas Layanan
Bimbingan dan Konseling Islam Pranikah Badan Penasehatan
Pembinaan dan Pelestarian Pernikahan (BP4) Bagi Pasangan
Calon Pengantin di Kantor Urusan Agama (Kua) Kecamatan
Lemahabang Kabupaten Cirebon”.
Mahmudin (2016) dengan judul “Implementasi Pembekalan
Pranikah dalam Membentuk Keluarga Sakinah Mawaddah
Wa Rahmah”.
PENELITIAN RELEVAN
1
2
17