1. Dokumen tersebut membahas optimalisasi bimbingan pra-nikah di Badan Penasehatan Perkawinan, Keluarga, dan Kependudukan (BP4) Kecamatan Ujung Berung dalam membentuk keluarga sakinah.
2. Terdapat beberapa masalah yang muncul dalam pelaksanaan bimbingan pra-nikah di BP4 antara lain efektivitas program dan proses pelaksanaannya.
3. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
MATERI PENCEGAHAN PERKAWINAN USIA ANAK.pptxMardiaHanis
Materi disampaiakn pada acara sosialisasi Pencegahan Pernikahan Usia anak di Desa Adolang Dhua Kec. Pamboang Kab. Majene Tahun 2022 Bersama dengan STAIN Majene
Kekerasan seksual yang dilakukan oleh anak terhadap anak merupakan sebuah bentuk perilaku tidak hanya dimaknai sebagai hubungan seksual biasa tetapi juga merupakan serangan seksual yang dilakukan oleh anak terhadap anak yang menimbulkan perlukaan pada organ seksual, menimbulkan dampak psikologis pada korban dan bahkan menimbulkan luka atau lecet pada organ tubuh lainnya hingga menimbulkan kematian. Agresiftas seksual anak memiliki pola tidak sama dengan orang dewasa, sebagian besar kekerasan seksual yang dilakukan anak, dilakukan secara berkelompok. Eskalasi seksual tidak hanya terjadi di perkotaan tetapi juga di perdesaan bahkan di pedalaman sekalipun. Faktor yang paling dominan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap terjadinya kekerasan seksual adalah paparan pornografi yang dialami oleh anak. Faktor-faktor lain tidak bisa diangap remeh yaitu pengaruh teman sebaya, minimnya pendidikan dalam memanfaatkan bahaya internet pada anak, terbatasnya pengetahuan orang tua dan guru dalam melindungi anakanak dari bahaya internet.
Eksploitasi Seksual Anak (ESA) merupakan salah satu bentuk pelanggaran hak asasi anak yang mendasar yang banyak terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Diperkirakan oleh PBB, lebih dari 150 juta anak perempuan dan 73 juta anak laki-laki mengalami pemerkosaan dan bentuk-bentuk kekerasan seksual termasuk ESA setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, berdasarkan data kasus pengaduan anak berdasarkan klaster perlindungan anak oleh komisi perlindungan anak Indonesia, dari tahun 2011 sampai dengan 2019 tercatat sebanyak 2.385 anak Indonesia menjadi korban trafficking dan eksploitasi, termasuk di dalamnya eksploitasi anak.
Anak-anak yang menjadi korban eksploitasi seksual akan menghadapi persoalan yang kompleks di kemudian hari. Kekerasan fisik yang dialami bersamaan dengan eksploitasi seksual terhadap anak dapat mengakibatkan luka, rasa sakit dan rasa takut. Di samping itu, anak-anak juga lebih rentan terhadap infeksi menular seksual dan kemungkinan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan. Selain berdampak pada kesehatan secara fisik, eksploitasi seksual yang dialami oleh anak juga akan membawa masalah psikologis yang cukup serius. Eksploitasi seksual dapat menimbulkan rasa bersalah, rasa rendah diri dan depresi. Kasus yang dialami oleh korban ESA dapat menimbulkan perasaan tidak berharga, yang mengakibatkan perilaku menyakiti diri, termasuk di dalamnya overdosis, percobaan bunuh diri, dan gangguan makan.
MATERI PENCEGAHAN PERKAWINAN USIA ANAK.pptxMardiaHanis
Materi disampaiakn pada acara sosialisasi Pencegahan Pernikahan Usia anak di Desa Adolang Dhua Kec. Pamboang Kab. Majene Tahun 2022 Bersama dengan STAIN Majene
Kekerasan seksual yang dilakukan oleh anak terhadap anak merupakan sebuah bentuk perilaku tidak hanya dimaknai sebagai hubungan seksual biasa tetapi juga merupakan serangan seksual yang dilakukan oleh anak terhadap anak yang menimbulkan perlukaan pada organ seksual, menimbulkan dampak psikologis pada korban dan bahkan menimbulkan luka atau lecet pada organ tubuh lainnya hingga menimbulkan kematian. Agresiftas seksual anak memiliki pola tidak sama dengan orang dewasa, sebagian besar kekerasan seksual yang dilakukan anak, dilakukan secara berkelompok. Eskalasi seksual tidak hanya terjadi di perkotaan tetapi juga di perdesaan bahkan di pedalaman sekalipun. Faktor yang paling dominan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap terjadinya kekerasan seksual adalah paparan pornografi yang dialami oleh anak. Faktor-faktor lain tidak bisa diangap remeh yaitu pengaruh teman sebaya, minimnya pendidikan dalam memanfaatkan bahaya internet pada anak, terbatasnya pengetahuan orang tua dan guru dalam melindungi anakanak dari bahaya internet.
Eksploitasi Seksual Anak (ESA) merupakan salah satu bentuk pelanggaran hak asasi anak yang mendasar yang banyak terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Diperkirakan oleh PBB, lebih dari 150 juta anak perempuan dan 73 juta anak laki-laki mengalami pemerkosaan dan bentuk-bentuk kekerasan seksual termasuk ESA setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, berdasarkan data kasus pengaduan anak berdasarkan klaster perlindungan anak oleh komisi perlindungan anak Indonesia, dari tahun 2011 sampai dengan 2019 tercatat sebanyak 2.385 anak Indonesia menjadi korban trafficking dan eksploitasi, termasuk di dalamnya eksploitasi anak.
Anak-anak yang menjadi korban eksploitasi seksual akan menghadapi persoalan yang kompleks di kemudian hari. Kekerasan fisik yang dialami bersamaan dengan eksploitasi seksual terhadap anak dapat mengakibatkan luka, rasa sakit dan rasa takut. Di samping itu, anak-anak juga lebih rentan terhadap infeksi menular seksual dan kemungkinan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan. Selain berdampak pada kesehatan secara fisik, eksploitasi seksual yang dialami oleh anak juga akan membawa masalah psikologis yang cukup serius. Eksploitasi seksual dapat menimbulkan rasa bersalah, rasa rendah diri dan depresi. Kasus yang dialami oleh korban ESA dapat menimbulkan perasaan tidak berharga, yang mengakibatkan perilaku menyakiti diri, termasuk di dalamnya overdosis, percobaan bunuh diri, dan gangguan makan.
Buku Saku mengenai persiapan perkawinan
Pemaparan Materi oleh Kelas Psikologi Perkawinan
1. Fatma Nurbaiti 6018210064
2. Salsabila Ananda 6018210079
3. Aura Chintya 6018210069
4. Laila Sari A 6018210091
Buku Pegangan bagi BP4 tentang Kursus Pranikah untuk Calon PengantinIbnu Azis
Buku pegangan bagi Petugas Badan Penasihatan, Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinan (BP4) tentang kursus pranikah untuk calon pengantin. Diterbitkan oleh BKKBN (2014).
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
Proposal tesis
1. OPTIMALISASI BIMBINGAN PRA- NIKAH DI BP4
DALAM MEMBINA KELUARGA SAKINAH
(Study Deskriptif Bimbingan Pra Nikah di KUA Kecamatan Ujung
Berung Bandung)
Diajukan proposal ini sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian
seminar proposal tesis
PROPOSAL TESIS
Disusun oleh
Yudi Guntara
NIM 2.212.1.10.008
PASCA SARJANA STUDI AGMA ISLAM
KONSENRTASI ILA MU DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2. 2013
OPTIMALISASI BIMBINGAN PRA NIKAH DI BP4
DALAM MEMBINA KELUARGA SAKINAH
A. Latar Belakang Masalah
Setiap umat Islam diperintahakan oleh allah SWT. Agar teguh beriman dan
bertaqwa dengan tujuan hidupnya mendapat ridho Allah, sehingga memperoleh
kebahagian hidup didunia dan akhirat. Allah berfirman yang artinya “ wahai
orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-
benarnya taqwa, dan janganlah sekali-kali kamu mati, kecali dalam keadaan
beragama Islam (muslimin)
Keutamaan Iman dan taqwa umat Islam yang tertanam dalam dirinya akan
memberikan dampak yang positif kepada lingkungan keluarga, masyarakat,
bahkan dunia. Keluarga akan menjadi damai dan tentram (sakinah) dimana
setiap anggota keluarga (ayah, ibu, anak-anak dan anggota keluarga) dirumah
tersebut taat beribadah kepada Allah, banyak berbuat baik untuk kemajuan
keluarga dan menghormati kepada orang tua dan sebaliknya. 1
Rumah tangga atau keluarga sakinah dapat diartikan sebagai satu system
keluraga yang berlandaskan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah, beramal
saleh untuk meningkatkan potensi semua anggota keluarga, dan beramal saleh
untuk keluarga-keluarga lain disekitarnya, serta berwasiat atau berkomunikasi
1 Soyan Willis, konseling keluarga, ( Bandung : Alfabeta, 2008), hal 170.
2
3. dengan cara bimbingan yang haq, kesabaran, dan dengan penuh rasa kasih
sayang.
Namun didalam perjalanan sebuah keluarga, sering ada jalan godaaan,
gangguan, bahkan mungkin bencana. Hal ini membuat seisi keluarga merasa
susah, sedih, bahkan adapula yang jadi berantakan. Ketenangan yang dicita-
citakan oleh semua anggota keluarga menjadi terguncang karena salah seorang
anggotanya yang melakukan penyimpangan dalam kelaurga seperti gadis
remaja tiba-tiba saja berhubungan dengan seorang laki-laki tak jelas kehidupan,
keislamannya, pengangguran dan cenderung berprilaku kurang berakhlaq
mulia. Apakah orang tua akan langsung bersikap emosional dengan bertindak
gegabah seperti memarahi memukul, bahkan mengusir anak sendiri ataukah
melakukan pendekatan yang ramah, ikhlas, memahami, empati terhadap
perasaan anak itu.2
Adapun kesulitan atau masalah penyebab keretakan dalam kehidupan
rumah tangga sangat banyak, dari sekedar pertengkaran kecil sampai pada
perceraian dan keruntuhan kehidupan rumah tangga. Dari perbedaan keinginan
dalam menyusun anggaran, penyakit cemburu, cacat bioloigis, tidak ada
tanggung jawab (dalam rumah tangga), kawin paksa, soal anak dengan ibu tiri
atau ayah tiri, dan lain-lain sampai pada perbedaan tabiat antara suami dan
istri.3
2 Soyan Willis, konseling keluarga, ( Bandung : Alfabeta, 2008), hal 171.
3 Latif, (2005), hal 90
3
4. Dalam undang-undang perkawinan, dicantumkan suatu asas bahwa tujuan
pernikahan adalah untuk membentuk keluarga yang bahagia, kekal, dan
sejahtera, dengan pengertian bahwa untuk itu perlu dipersukar terjadinya
perceraian, dengan maksud mempersukar perceraian itu, maka ditentukanlah :
untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami istri
tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami-istri. Seiring itu ditentukan pula
bahwa perceraian hanya mungkin dengan salah satu alasan seperti disebutkan
dalam undang-undang perkawinan dan peraturan pelaksanaannya, yang harus
dilakukan di depan pengadilan. Adapun alasan yang dimaksud, tercantum
dalam penjelasan pasal 39 ayat 2 Undang-undang dan diulangi lagi sama
berbunyi dalam pasal 19 peraturan pelasanaan.
Penyebab terjadinya suatu perceraian, mulai dari pernikahan yang
dilakukan pada usia dini, yang diakibatkan karena kondisi ekonomi yang
lemah, tingkat pendidikan yang rendah, dorongan seks yang kuat, tekanan adat
istiadat bahkan faktor lingkungan lainnya. Namun mengapa dahulu mereka
bisa sampai menikah jika terdapat suatu perselisihan, atau memang mereka
dibutakan dengan yang namanya cinta. Terlebih lagi mereka menyimpan
rahasia terhadap pasangan yang tidak terbuka selama pacaran hingga mereka
pada akhirnya mereka memutuskan untuk melaksanakan suatu pernikahan.
Setelah itu barulah rahasia dibuka kepada pasangannya setelah pernikahan
sudah terjadi dan pada akhirnya timbul suatu kekecewaan yang didapat oleh
setiap pasangan.4
4 Departema Agama, Pembinaan Keluraga Pra Sakinah Dan Sakinah 1 (jakarta, Direktoral
Jendral, 2002) hal. 30-31.
4
5. Pelaksanaan bimbingan pra nikah keluarga di Kantor Urusan Agama
(KUA) Kecamatan Ujung Berung terlihat berbeda dengan yang lainnya, yang
berperan langsung sebagai badan penasehat perkawinan, KUA Kecamatan
Ujung Berung membentuk layanan bimbingan pra nikah dibawah naungan
KUA Kecamatan Ujung Berung yang berfungsi mengadakan pelayanan
dalam pembentukan keluarga sakinah dan rumah tangga yang dinamakan
dengan bimbingan pra nikah atau yang sering disebut juga dengan konseling
pernikahan yang mana dalam pelaksanaannya masih dilakukan oleh KUA
Kecamatan Ujung Berung Bandung, karena pada dasarnya keberadaan
Bimbingan Pra nikah masih berada dalam wewenang dan fungsi BP4. Fungsi
layanan bimbingan pra nikah salah satunya adalah turut menjalankan misi dari
BP4 yaitu pembinaan keluarga sakinah dengan menurunkan angka
perselisihan perkawinan dan perceraian.
Bimbingan pra nikah hadir karena kebutuhan, dengan makin
banyaknya kasus perceraian yang terjadi di masyarakat Kecamatan Ujung
Berung, maka menandakan juga bahwa KUA Kecamatan Ujung Berung belum
mampu memaksimalkan dalam menyalurkan pembinaan pra nikah yang
sejahtera sesuai dengan misinya, hingga kemudian menjadi dasar
terselenggaranya bimbingan pra nikah di KUA Kecamatan Ujung Berung.
Dalam menciptakan keluarga sakinah ini, dipandang sangat perlu adanya,
bimbingan pra nikah karena yang hendak akan melaksanakan pernikahan
diberikan nasihat, saran maupun diskusi dengan pasangan yang akan menikah
5
6. melalui bimbingan pra nikah, Sebagai upaya yang dilakukan oleh KUA
setempat sebelum proses pelaksanaan akad nikah terjadi.
Pada kenyataan dengan adanya program bimbingan dan konseling pra
nikah yang di adakan oleh KUA-KUA, hal tersebut ditandai dengan adanya
kesenjangan-kesenjangan yang terjadi di antara teori dan realita dilapangan
dengan adanya bimbingan pra nikah, karena kegiatan bimbingan pra nikah ini
sifatnya wajib diikuti oleh pihak yang akan melaksanakan pernikahan akan
tetapi karena sifat wajib berarti ketika tidak dilaksanakan bimbingan pra nikah
ini berarti berdosa dan pada kenyataanya kegiatan bimbingan pra nikah
kadang-kadang dilaksanakan, kadang-kadang tidak sedangkan bimbingan pra
nikah sifatnya wajib, dan juga dilapangan yang ditemukan ketika pada
kenyataanya kegiatan bimbingan pra nikah ini hampir tidak dilaksanakan
dengan demikian apakan kegiatan bimbingan pra tersebut benar-benar
dilaksanakan ataukan hanya formalistas semata saja? Sekali terlaksana juga
kegiatan bimbingan yang dilakukan di KUA-KUA khususnya di KUA Ujung
Berung bahwasanya yang dinamakan kegiatan pranikah itu katanya hanyalah
untuk menguatkan dan meyakinkan mengenai calon pasangannya masing-
masing, tampa ada bimbingan secara khusus kepada calon pengantin yang
akan melaksanakan akad pernikahan baik itu pemberian nasihat yang
hubungan dengan ilmu-ilmu pernikahan, bahkan yang dikatakan oleh salah
satu petugas KUA Kecamatan Ujung Berung Bandung untuk masalah sakinah
dan tidak sakinahnya suatu pernikahan tergantung latar belakang masing-
masingnya. Seperti orang tersebut sering pergi ke masji, ke majlis ta’lim atau
6
7. kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya. Sedangkan anggaran secara khusus ada
dan peraturannya jelas, ataukah bimbingan pra nikah ini tidak ada penegasan
secara khusus atau secara langsung dari pihak kantor urusan Agama (KUA)
sendiri atau dari kementrian agama sendiri kepada calon yang akan
melaksanakan akad pernikahan.
Berdasarkan pemaparan diatas, muncul beberapa permasalahan yang
menarik untuk diteliti. Di antaranya yaitu, apakah fungsi bimbingan pra nikah
di KUA Kecmatan Ujung Berung berjalan dengan baik? apa saja kegiatan
yang dilaksanakan bimbingan pra nikah di KUA Kecmatan Ujung Berung?
Dan bagaimana bimbingan pra nikah itu dilaksanakan? Bagaimana hasil yang
dicapai setelah dilaksanakannya bimbingan pra nikah? Masalah-masalah di
atas merupakan masalah yang menarik untuk diteliti.5
B. Rumusan Masalah
Penelitian ini berfokus pada optimalisai bimbingan pra-nikah KUA
Kecmatan Ujung Berung Bandung. Berdasarkan latar belakang di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana program bimbingan pra nikah dilaksanakan di KUA kecamatan
Ujung Berung?
2. Bagaimanakah Proses pelaksaaan Bimbingan Pra-Nikah yang dilakukan
oleh KUA Kecmatan Ujung Berung Bandung?
5 Wawanacra 11 november 2013 KUA kecamatan Ujung berung.
7
8. 3. Bagaimana metode yang digunakan dalam pelaksanaan bimbingan Pra-
Nikah KUA Kecmatan Ujung Berung Bandung?
4. Bagaimana hasil yang dicapai Layanan Bimbingan Pra-nikah KUA
Kecmatan Ujung Berung Bandung?
5. Bagaimana Program Keefektipan Bimbingan Pra-Nikah yang akan di
terapkan?
C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
Yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Program bimbingan pra nikah dilaksanakan di KUA
kecamatan Ujung Berung?
2. Untuk mengetahui Proses pelaksaaan Bimbingan Pra-Nikah yang
dilakukan oleh KUA Kecmatan Ujung Berung Bandung?
3. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam pelaksanaan bimbingan
Pra-Nikah KUA Kecmatan Ujung Berung Bandung?
4. Untuk mengetahui hasil yang di capai Layanan Bimbingan Pra-nikah KUA
Kecmatan Ujung Berung Bandung?
5. Untuk mengetahui Program Keefektipan Bimbingan Pra-Nikah yang akan
di terapkan?
8
9. Adapun keguanaan dan mamfaat dalam penelitian ini adalah Kegunaan
sebagai berikut:
a. secara teoritis
Dengan hasil penelitian ini di harapkan dapat membantu dan
memebrikan mamfaat bagi perkembangan ilmu dakwah khususnya badan
penasihatan pembinaan dan pelestarian perkawinan (BP4) dalam
melaksanakan peranananya di dalam bimbingan bagi yang akan
melaksanakan atau membangun rumah tangga dan penasehatan bagi
pasangan suami istri dalam membina keluarga sakinah dan sekaligus
memperkaya teori keputusan hukum.
a. Kegunaan Praktis
Untuk memperoleh data yang berkenaan dengan obyek yang
diteliti yang kemuadian akan di tuangkan dalam suatu karya tulis pada
konsentarasi ilmu dakwah Pascasarjana Universitas Islam Negeri
Bandung.
- Dapat sebagai sumbangan pemikiran dan masukan ilmu bagi pembaca
yang ingin mendalami hal-hal yang berkaitan dengan proses pembinaan
kelurga sakinah.
- Sebagai bahan pertimbangan dalam upaya pemecahan yang dihadapi oleh
BP.4 dalam pelaksanaan bimbingan per niah dalam membina keluarga
sakinah.
9
10. D. Kerangka Pemikiran
Keluarga adalah susunan terkecil dari masyarakat yang pada awalnya
terdiri dari manusia seorang wanita atau seorang perempuan yang hidup
bersama dengan laki-laki dengan ikatan nikah kemudian berkembang dengan
lahirnya anak-anak guna membangun rumah tangga yang akan memberikan
kepada mereka ketenangan dan kesenangan atau keluarga sakinah.6
Keluarga merupakan kelompok primer yang terpenting dalam
masyarakat. Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang
merupakan organisasi terbatas, dan mempunyai ukuran yang minimum,
terutama pihak-pihak yang pada awalnya mengadakan suatu ikatan.7
Pendapat di atas merupakan gambaran bahwa keluarga merupakan
bagian terkecil dari sebuah masyarakat. Keluarga merupakan sebuah kelompok
kecil yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Dalam sebuah keluarga
diperlukan adanya tujuan yang sama. Artinya, dalam berkeluarga tidak hanya
memikirkan kepentingan atau kebahagian masing-masing anggota keluarga
akan tetapi kebahagiaan dan kesejahteraan bagi seluruh anggota keluarga
merupakan hal yang utama dan menjadi tujuan sesungguhnya dalam
membangun sebuah keluarga yang utuh dan jauh dari permasalahan atau
konflik yang dapat mengakibatkan berakhirnya sebuah keluarga pada
perceraian.
6 (Ali Akbar 1991:10
7 (Khaeruddin 2002:4
10
11. Menurut Hansen Cs, sebagaimana yang dikutif oleh Syamsul Munir
konseling adalah proses bantuan kepada individu dalam belajar tentang dirinya,
lingkungannya, dan metode dalam menangani peran dan hubungan. Meskipun
individu mengalami masalah konseling ia tidak harus remidial. Konselor dapat
membantu seorang individu dengan proses pengambilan keputusan dalam hal
pendidikan dan kejuruan serta menyelesaikan masalah interpersonal.8
Konseling merupakan proses pemberian bantuan terhadap seseorang
yang sedang mengalami masalah agar mereka mampu memutuskan sendiri apa
yang terbaik dalam menyelesaikan masalah tersebut. Orang yang membantu
dalam menyelesaikan masalah dalam konseling disebut konselor, sedangkan
orang yang dibantu disebut konseli. Seorang konselor bukanlah subjek, yang
menjadi subjek dalam proses konseling adalah konseli karena konselor hanya
bersifat membantu. Untuk menjadi seorang konselor di KUA tidak hanya harus
memiliki pemahaman keagamaan yang mendalam, tetapi juga harus memiliki
kemampuan menjadi seorang konselor dan memiliki beberapa kemampuan. Di
antaranya, memiliki pengetahuan mengenai diri sendiri, kompetensi, kesehatan
psikologis yang baik, dapat dipercaya, jujuran, kekuatan atau daya, kehangatan,
pendengaran yang aktif, kesabaran, kepekaan, kebebasan, kesadaran holistik
(Taufiq Kamil 2002:75).
Wilayah konseling keluarga adalah masalah-masalah psikologis seputar
perkawinan dan kehidupan berkeluarga, seperti kesulitan memilih jodoh,
8 Syamsul Munir 2010:12
11
12. perbedaan watak dan karakter yang terlalu tajam, adanya orang ketiga, ataupun
masalah percerian.
Ada beberapa teknik penasehatan yang dilakukan menurut Taufiq
Kamil (2002:75) dengan cara-cara sebagai berikut : Berpartisipasi terhadap
klien, menggunakan bahasa yang mudah difahami, bersikap sopan,
memberikan kebebasan kepada klien untuk mengutarakan permasalahannya,
mendengarkan keluhan klien disertai dengan penuh perhatian, tidak
memancing perdebatan, menyakinkan klien bahwa rahasianya terjamin, dapat
membuahkan kesimpulan dari hasil wawancara.
Berdasarkan teori di atas, maka dalam hal ini keberadaan bimbingan da
pra nikah di KUA diharapkan mampu mencegah terjadinya perceraian dengan
memberikan bimbingan dan konseling pra nikah berupa penasehatan,
pemberian solusi serta bimbingan dan konseling pra nikah kepada pasangan
yang akan melaksanakan akad pernikahan dengan tujuan agar menjadi keluarga
sakinah, mawadah dan warohmah dalam membina keluarga barunya sehingga
menciptakan keluarga yang bahagia dunia akhirat.
E. TELAAH PUSTAKA
Penelitian Tesis sulaeman affandi (MSI-UMS 2001) tentang peranan
petugas BP-4 terhadap pembentukan keluarga sakinah di kabupaten magelang
penelitian ini menyatakan bahwa:
a. Peran BP-4 dalam menjalankan tugasnya belum maksimal, yakni masih
berhenti pada level idealis-normatif namun dalam tingkat realitas – empiris
12
13. belum terwujud secara memadai. Implikasi BP-4 di kabupaten magelang
masih belum optimal, indikatornya adalah masih rendahnya pasangan yang
melakukan rujuk, angka talak masih tinggi , angka cerai masih tinggi.
b. Tantangan yang dihadapi, meliputi kompleksistisas problem keluarga ketika
berhadapan dengan transportasi global, pernikahan usia muda suasana
psikologis spiritual suami istri. Dan dari segi petugas kelemahan-kelemahan
adalah kelemahan dari segi proesionalisme petugas, keahlian petugas ini di
tuntut bukan sekedar keahlian dalam domain/disiplin ilmu keislaman saja,
namun juga harus menguasai ilmu-ilmu kemanusiaan lainnnya. Disamping
itu juga, bila hal ini tidak memungkinkan, perlu keterlibatan para ahli di
bidang psiology dari instasi terkait.
c. Dari segi procedural dan keperccayaan masyarakat, ditemukan segi
kelemahan pada petugas BP.4 itu sendiri, yakni secara procedural dalam
pengurusan perselisihan dari klien sering diloncati ( klien langsung ke
pengadilan agama tidak melalui BP.4 kecamatan terlebih dahulu. Mengenai
peoblem kepercayaan, adalah para klien enggan untuk mengkosulitasi
masalah pribadi keluarganya di BP.4
Penelitian tesis payment (MSI-UMS-2004) tentang peranan BP-4 upaya
penegndalian perceraian di kua kecamatan pelaosan kabupaten magetan (study
kasus) penyuluhan agama yang menyatakan bahwa:
a. Peranan BP-4 dalam menjalankan tugasnya untuk pengendalian perceraian
di kecamatan pelauson belum maksimal, indikatornya angka talak dan cerai
13
14. masih tinggi, bahkan tiga tahun terakhir kasus talak dan cerai selalu
meningkat. Dengan demikian keberhasilan keluarga belum tercapai atas
dasar ini BP-4 kecamatan pelauson belum nmlaksanakan tugas penyuluhan
secara proesional
b. factor pendukung BP-4 sangat minim, sarana prasarana tidak memadai
padahal komplektifitas problem keluarga sangat variatif hambatan bagi
petugas BP-4 kurang proesional sebab rata-rata hanya mempunyai satu
disiplin ilmu saja. Undang-undng no.7 tahun 1989 memudahkan orang yang
bermasalah langsung ambil jalan pintas kepengadilan agama tanpa melalui
jalur BP-4 kecamatan diharapkan kementrian agama berani mengambil
kebijakan dalam rekrutmen kementrian agama berani mempertimbangkan
tenaga-tenaga ahli di bidang psiology, sociology untuk tenaga korp BP.4
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, karena penelitian
ini dititik beratkan pada benar dan tidak penurunan angka percerain di
kecamatan ujung berung adalah hasil dari pelaksanaan tugas dan fungsi BP.4 di
masyarakat pedesaan dengan melaukan bimbingan pra nikah bagi calon yang
akan membina keluarga sakinah.
F. Langah-langkah Penelitian
1. Menentukan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di KUA Kecamatan Ujung Berung Bandung,
yang beralamat di jalan Alun-alun Barat no 183 Bandung. Dengan alasan
14
15. bahwa pada di KUA Kecamatan Ujung Berung Bandung terdapat lembaga
bimbingan pra nikah.
2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif.
Metode ini digunakan untuk memberikan gambaran atau lukisan secara
sistematis, faktual serta akurat mengenai fakta-fakta, serta hubungan
fenomena yang diselidiki di tempat penelitian. Hal ini sesuai dengan definisi
penelitian deskriptif yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto, Metode
deskriptif adalah metode yang berusaha untuk memperoleh gambaran
kenyataan yang sebenarnya di lapangan sistematis.
Metode penelitian ini, peneliti bermaksud untuk dapat
menggambarkan secara objektif dan sistematis mengenai optimalisasi
bimbingan pra nikah. Penelitian deskriptif ini banyak jenisnya, dan untuk
penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian kasus atau studi kasus.
Penelitian kasus atau studi kasus bertujuan untuk mempelajari secara
intensif mengenai unit social tertentu, yang meliputi individu, kelompok,
lembaga masyarakat.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
dengan alasan untuk melihat proses optimalisasi bimbingan dan konseling
pra nikah akan lebih mendalam jika menggunakan pendekata kualitatif.
3. Jenis data
Jenis data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini dalah:
15
16. a. Data tentang model pendekatan, teknik, dan layanan bimbingan dan
koseling yang dilakukan oleh kantor urusan agama dalam pembentukan
keluaraga sakianah.
b. Data tentang hasil yang dicapai dalam pembentukan keluaraga sakianah.
di kator urusan agama kecamatan ujung berung bandung melalui
bimbingan dan konseling pra nikah
4. Sumber data
a. Data primer
1. Lembaga Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ujung Berung
Bandung.
2. Konselor
3. Data hasil bimbingan dan konseling pra nikah
b. Data sekunder
1. Data hasil dari penelitian
5. Teknik Pengumpulan Data
Adapun dalam teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan
beberapa teknik yang biasa dipergunakan dalam penelitian untuk
memperoleh data atau informasi secara nyata serta mendalam mengenai
16
17. aspek-aspek yang penting. Oleh karena itu, teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi:
a. Teknik observasi.
Dalam obsevsi atau pengamatan dilakuakan secara langsung
dengan cara mengikuti prosesi bimbingan dan konseling pra nikah di
kantor urusan agama (KUA) kecamatan Ujung Berung bandung,
dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tentang proses bimbingan
dan konseling pra nikah di kantor urusan agama (KUA) kecamatan
Ujung Berung bandung
b. Teknik wawancara
Teknik wawancara ini di tujukan kepada beberapa hakim dan
beberapa mediator diataranya yaitu …………………………,.sebagai
……..dan dua konselor yaitu………………………….. Adapun alasan
peneliti menggunakan wawancara sebagai teknik penelitian ini dengan
tujuan untuk mendapatkan data atau informasi lebih lanjut tentang
proses, hasil, dan kendala terhadap beberapa orang konselor dalam
mengenai hasil diaplikasikannya optimalisasi bimbingan dan konseling
pra nikah di kantor urusan agama (KUA) kecamatan Ujung Berung
bandung.
c. Dokumentasi yaitu proses pengumpulan data yang diperoleh melalui
dokumen-dokumen yaitu berupa catatan-catatan, arsip dan lain-lain
yang ada di kantor urusan agama (KUA) kecamatan Ujung Berung
17
18. bandung Pengadilan Agama Bandung yaitu data tentang dan hasil yang
dicapai dalam membentuk keluarga sakinah di Kantor Urusan Agama
(KUA) kecamatan Ujung Berung bandung.
6. Analisa Data Penelitian
Setelahnya data terkumpul dan tersusun kemudian dipilah-pilah
berdasarkan data yang dibutuhkan dan sesuai dengan judul penelitian.
Untuk pembentukan keluarga sakinah maka digunakanlah pendekatan ilmu
Bimbingan dan Konseling.
Adapun secara terperinci langkah-langkah analisis data dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
a. Pengumpulan data, tentang proses bimbingan dan konseling dalam
membentuk kelurga sakinah prosesi bimbingan dan konseling pra nikah
di kantor urusan agama (KUA) kecamatan Ujung Berung bandung.
b. Tipologi data dan klasifikasi data, artinya melakukan identifikasi data
tentang proses bimbingan dan konseling dalam menciptkan kelurga
yang sakinah bahagia dunia akhirat di kantor urusan agama (KUA)
kecamatan Ujung Berung bandung
c. Penarikan kesimpulan, hal ini dilakukan setelah data terkumpul,
direduksi dan dikategorisasikan, selanjutnya peneliti menarik
kesimpulan yang didasarkan pada hasil analisis yang berkaitan dengan
proses bimbingan dan konseling pra nikah di kantor urusan agama
18
19. (KUA) kecamatan Ujung Berung bandung konseling dalam
menciptakan keluarga yang sakinah.
19