1. Memperkuat Daya Tahan Demokrasi:
Menangkal Hoaks dan Hasutan
Kebencian pada Pemilu 2024
LOINA LALOLO KRINA PERANGIN-ANGIN
Bogor, 25 Oktober 2023
2. Loina Lalolo Krina Perangin-angin
Profesi
Ketua Program Studi Global Strategic Communication (GSC), Swiss German University
Organisasi
- Presidium Mafindo (Komite Riset dan Pengembangan)
- Siberkreasi (Divisi Riset dan Analisis Kebijakan)
- International Communication Association – Indonesia Chapter (Organizing Committee)
- Aspikom Jabodetabek (Divisi Kerjasama)
Pengalaman Gerakan Nasional Literasi Digital
- Narasumber Tersertifikasi untuk Program Makin Cakap Digital 2021, 2022 dan 2023
- Fasilitator Program Tular Nalar untuk Dosen dan Guru (2021), Lansia (2022)
- Pembicara berbagai webinar terkait Literasi Digital dan Komunikasi
3. Tentang Mafindo
▪ Organisasi Kerelawanan (500+
relawan aktif di 40 kota) yang
didukung Tim Profesional, berdiri 19
November 2016.
✔ Salah satu (dari enam) organisasi
periksa fakta di Indonesia yang
menjadi IFCN Signatory.
✔ Peserta aktif forum periksa fakta
nasional dan internasional.
Independen
Netral
Gotong
Royong
Crowd-f
unding ASAS
Periksa
Fakta
Edukasi
Pengarus-utam
aan
Anti Hoaks
Guyub
AKTIVITAS
4. ❑ Apa itu hoaks ? Bagaimana mengidentifikasi hoaks ? Apa
dampaknya ?
❑ Pengalaman tentang hoaks dalam pemilu-pemilu
sebelumnya
❑ Apa yang perlu kita lakukan untuk Pemilu 2024 ?
Agenda
5. ✖ Hoaks politik menjelang Pemilu 2024 semakin perlu diwaspadai karena
masyarakat membutuhkan informasi yang benar untuk menilai calon
dengan pikiran jernih
✖ Isu SARA dan upaya mendelegitimasi pelaksanaan pemilu mulai muncul
dalam hoaks politik yang beredar pada akhir tahun 2022.
✖ Peran masyarakat, lembaga penyelenggara pemilu maupun organisasi
masyarakat sipil sangat penting karena hoaks dan hasutan kebencian
dapat menimbulkan risiko perpecahan di masyarakat.
Latar Belakang
6. Jelang Pemilu 2024
❑ Pemilu Serentak
▪ Pileg
▪ Pilpres
▪ Pilkada
❑ Tahapan Pemilu
▪ Juni 2022 penyusunan peraturan
KPU
▪ Oktober 2024 – pengucapan
sumpah
❑ Informasi melimpah ruah
▪ proses penyelenggaraan pemilu
▪ lembaga-lembaga terkait
▪ para calon yang berkompetisi
❑ Munculnya Mis/Disinformasi
7. Definisi
Hasutan Kebencian: Ucapan atau tulisan
yang dibuat seseorang di muka umum
untuk menyebarkan dan menyulut
kebencian suatu kelompok terhadap
kelompok lain yang berbeda ras, agama,
keyakinan, gender, etnisitas, kecacatan, dan
orientasi seksual (Greenawalt, 1989)
Hoaks: dapat berupa informasi yang direkayasa untuk menutupi
informasi sebenarnya atau berupa pemutarbalikan fakta
menggunakan informasi yang meyakinkan tetapi tidak dapat
diverifikasi kebenarannya (Mafindo, 2021).
Hoaks adalah informasi palsu atau berita bohong yang umumnya
ditujukan untuk memperdaya orang banyak (Maulana, 2017).
Hoaks juga dapat ditujukan untuk mengaburkan informasi yang
sebenarnya dengan cara membanjiri media dengan pesan yang
salah agar menutupi pesan yang benar.
Hasutan kebencian dan hoaks seringkali digunakan untuk melakukan pelintiran kebencian (hate spin), dengan menyebarkan
informasi yang direkayasa untuk mengobarkan ketersinggungan dan kebencian. Konsep ini diperkenalkan Cherian George,
profesor kajian media dari Universitas Hong Kong. Kata George, pelintiran kebencian menjadi strategi politik untuk
memobilisasi massa pendukung dan menekan lawan politik. Misalnya adalah penyebaran informasi palsu bahwa kelompok
lawan sudah melakukan penghinaan atau penodaan agama, yang ditujukan untuk mengobarkan ketersinggungan dan
kemarahan kelompok pendukung agar menyerang kelompok lawan tersebut.
10. ❑ Di level personal: mendiskreditkan >< mengagungkan
❑ Menakut-nakuti (fear mongering)
❑ Memenangi kontestasi – secara curang
❑ Menimbulkan ketidakpercayaan (distrust – apatis)
❑ Menghadirkan kebimbangan
❑ Menyuburkan hate speech dan eksploitasi SARA
❑ Potensi kekacauan (chaos)
Dampak Hoaks
11. Persebaran Hoaks (2018-2023)
Tahun
Total
Hoaks
Hoaks
Politik
% Hoaks
Politik
Keterangan lainnya
2018 997 488 49,94 80-an hoaks per-bulan
2019 1221 644 52,0 100-an hoaks per bulan
2020 2298 700 30,5
190-an hoaks per bulan; hoaks kesehatan sebanyak 843
(36,7%)
2021 1888 428 22,7
150-an hoaks per bulan; hoaks kesehatan sebanyak 467
(24,7%)
2022 1698 549 32,3 140-an hoaks perbulan; hoaks kesehatan 242 (14,3%)
2023
1185 541 45,7
Total hoaks di semester 1, 200-an hoaks per bulan,
kriminalitas 87 (7,3%), Kesehatan 83 (7,0%)
Per Agustus 2023, total hoaks 1023, hoaks politik bertambah
482 (Juli-Agustus), persentase menjadi 55,3%
12. Revolusi Sebaran Hoaks
2020 2021 2022 2023 (Semester 1)
Tema
Kesehatan (36,7%),
Politik (30,5%)
Kesehatan (24,7%),
Politik (22,7%)
Politik (32,3%), Politik (45,7%)
Tipe
Konten yang
menyesatkan
Konten yang
menyesatkan
Konten yang
menyesatkan
Konten yang
dimanipulasi
Alat Narasi/teks Campuran Narasi/teks Campuran
Saluran
Facebook (62,6%),
Whatsapp (14,3%),
Twitter (9,9%)
Facebook (49,4%),
Whatsapp (15,9%),
Twitter (12,3%)
Facebook (36,9%),
Twitter (24,5%),
Whatsapp (13,3%),
TikTok (7,8%)
Facebook dan
YouTube (34,5%),
Twitter (12,0%),
TikTok (6,6%),
WhatsApp (6,3%)
Pihak
Tiruan
Pemerintah
Indonesia (38,3%)
Pemerintah
Indonesia (30,9%)
Pemerintah
Indonesia (24,6%)
Campuran,
Pemerintah Indonesia
13. Pengalaman Pemilu Sebelumnya
❑ Polarisasi Politik
kubu yang berseberangan baku kritik, serang,
fitnah, dan lempar hoaks.
❑ Pemilu 2019, total hoaks mencapai 226
▪ 133 hoaks menyerang kubu Jokowi-Ma’ruf
▪ 93 hoaks menyerang kubu Prabowo-Sandiaga
❑ Hoaks juga menyerang lembaga
penyelenggara pemilu baik KPU
maupun Bawaslu.
❑ Hoaks yang menyerang penyelenggara
pemilu membuat kredibilitasnya turun.
Otomatis hoaks menurunkan kualitas
demokrasi.
14.
15. Tipologi Hoaks Pilpres 2019 (128 hoaks)
Pra-Pemilu (26,6%) Pasca-Pemilu (73,4%)
1) Dukungan politik kandidat (4,7%)
2) Pembunuhan karakter lewat isu
SARA dst. (8,3%)
3) DPT (3,1%)
4) Prosedur memilih (1,6%)
1) Kekerasan/pembunuhan baik pada proses penghitungan suara maupun proses
penyelesaian sengketa (12,5%)
2) Kecurangan pemilu baik oleh kandidat maupun KPU (10,2%)
3) Intervensi eksternal terhadap KPU dan hasil pemilu, baik oleh kandidat,
pemerintah, maupun pihak asing (9,4%);
4) SARA, baik yang menyerang kandidat, pendukung kandidat, KPU, Polisi, dan MK
(7%)
Pihak yang paling banyak menjadi sasaran hoaks Pilpres 2019
1) Pendukung kandidat (27,3%), paling banyak diserang dengan isu receh untuk saling mengolok antar
pendukung, dukungan politik, kecurangan pemilu, korban kekerasan
2) Kandidat (19,5%), paling banyak menjadi bahan hoaks untuk membangun citra positif, pembunuhan karakter
dengan isu SARA, pendidikan, kesehatan, kriminalitas
3) KPU (15,6%), paling banyak diserang dengan isu kecurangan pemilu, kekerasan/pembunuhan, keamanan siber,
dan intervensi eksternal
4) Kepolisian (11,7%), paling banyak diserang dengan isu intervensi eksternal, kekerasan, SARA
5) Pemerintah pusat (7%), paling banyak diserang dengan isu kekerasan, intervensi, dan DPT.
16. Pemetaan Hoaks Pemilu 2024 di tahun 2022
(dari 47 temuan)
✖ Sudah beredar hoaks yang menyerang kandidat potensial (44,7%);
pendukung kandidat (17%); pemerintah pusat (8,5%), KPU (8,5%)
✖ Isu yang diangkat:
1) dukungan/prestasi/pencalonan (38,3%)
2) ijazah palsu/pendidikan (19,1%)
3) karakter/gaya hidup kandidat atau pendukungnya (10,6%)
4) Kecurangan pemilu (6,4%)
5) SARA (6,4%)
6) Administrasi kepemiluan (4,3%)
7) DPT (2,1%).
17.
18.
19. Langkah 1: Cari Sumber Rujukan yang Terpercaya
Langkah 2: Amankan Bukti
Langkah 3: Gunakan Tools untuk Memeriksa Fakta
Cek Fakta
S
T
R
A
T
E
G
I
20. ❑ Sebuah alternatif untuk mempengaruhi pendengar
dalam bentuk komunikasi guna mencapai maksud dan
tujuan tertentu
❑ Bantahan sigap dan langsung untuk melawan hasutan
kebencian
❑ Bertujuan untuk mengungkap dan mendiskreditkan
pesan berisi kebencian dan kekerasan
❑ Sasaran utamanya adalah merebut ruang publik yang
sudah dipenuhi ekspresi kebencian, menggantikannya
dengan ekspresi cinta dan kedamaian
❑ Dengan begitu, masyarakat tidak lagi percaya dan
mendengarkan penyebar kebencian
❑ Kontranarasi bisa dilakukan dengan humor,
menyebarkan meme, karikatur, atau kutipan damai
Kontranarasi : Merebut Ruang Publik
S
T
R
A
T
E
G
I
21. ❑ Penguatan ide-ide positif yang bertujuan untuk
menciptakan debat alternatif di masyarakat dan
menawarkan pandangan yang berbeda dalam
melihat masalah
❑ bertujuan untuk melawan narasi kebencian dalam
jangka panjang.
❑ Fokusnya adalah penguatan ide-ide positif dan
mempersatukan
❑ Mempengaruhi wacana yang beredar di publik
dengan menawarkan cara-cara alternatif dalam
melihat permasalahan sosial
❑ Mendorong perubahan yang lebih berkelanjutan
Narasi Alternatif
S
T
R
A
T
E
G
I
22. Prebunking adalah sebuah proses menyanggah kebohongan, taktik maupun
sumber sebelum digunakan untuk menyerang (“the process of debunking lies,
tactics or sources before they strike”)
Inti dari tindakan prebunk adalah memberdayakan:
Membangun kepercayaan dengan audien, bukan sekadar koreksi fakta
Ada 3 tipe utama :
1. Berbasis fakta (fact-based) : Mengoreksi klaim atau narasi palsu tertentu
2. Berbasis logika (logic-based) : Menjelaskan taktik yang digunakan untuk
memanipulasi
3. Berbasis sumber (source-based) : Menunjukkan sumber informasi yang
buruk
Garcia, Laura and Tommy Shane. (2021). “A guide to prebunking: a promising way to inoculate against misinformation” retrieved from
https://firstdraftnews.org/articles/a-guide-to-prebunking-a-promising-way-to-inoculate-against-misinformation/, 30 January 2023
Prebunking
S
T
R
A
T
E
G
I
23. • Hoaks tersebar lebih cepat dan kepada lebih banyak orang dibandingkan
dengan klarifikasinya
• Secara psikologis, walaupun kita tahu bahwa itu hoaks, sulit bagi individu
untuk menghapus hoaks dari debat maupun dari otak kita
• Bahkan, sekalipun kita sudah diberitahu bahwa itu adalah hoaks, riset
menunjukkan bahwa hoaks akan tetap mempengaruhi cara pikir individu
Alasan Perlunya Prebunking