3. Pendahuluan
Setiap bidang kegiatan yang dikerjakan oleh manusia untuk maju, pada umumnya dikaitkan juga dengan
bagaimana keadaan bidang itu pada masa yang lampau. Demikian juga dalam bidang pendidikan, para ahli
pendidikan sebelum menangani bidang itu,terlebih dahulu mereka memeriksa sejarah tentang pendidikan baik
yang bersifat nasional maupun yang internasional. Dengan cara ini mereka tahu apa yang sudah dikerjakan
oleh bangsanya dan hasil yang diperoleh, mereka juga memeriksa apakah sudah cocok dengan keadaan atau
tujuan pendidikan sekarang. Sebagai bahan tambahan, mereka juga mencari informasi pada sejarah
pendidikan dunia. Didalam kehidupan bangsa Indonesia tersebut, prinsip hidup yang tersimpul di dalam
pandangan hidup atau fisafat hidup bangsa (jati diri) yang oleh para pendiri bangsa atau
negara dirumuskan dalam rumusan sederhana namun mendalam yang meliputi lima prinsip yaitu Pancasila,
yang menjadi dasar Negara Indonesia secara objektif dan historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri
sehingga asal nilai-nilai Pancasila tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri, atau dengan kata
lain bangsa Indonesia sebagai kuasa materialis Pancasila.
4. 4
Pengertian Pendidikan Pancasila
Pendidikan Pancasila adalah “Pendidikan tentang Pancasila”. Kalimat itulah yang dapat kami cerna
sebagaimana dijelaskan dalam sejumlah literatur.
Pendidikan tentang Pancasila merupakan salah satu cara untuk menanamkan pribadi yang bermoral
dan berwawasan luas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, pendidikan tentang
Pancasila perlu diberikan disetiap jenjang pendidikan mulai dari tingkat dasar, menengah, hingga
perguruan tinggi.
Maman Rachman (1999:324) menyatakan bahwa: Pendidikan tentang Pancasila memegang peranan
penting dalam membentuk kepribadian mahasiswa dalam perguruan tinggi.
Setelah lulus dari perguruan tinggi, diharapkan mereka tidak sekedar berkembang daya
intelektualnya saja namun juga sikap dan perilakunya. Sikap dan perilakunya itu diharapkan
menjadi dasar keilmuan yag dimilikinya agar bermanfat pada diri, keluarga, dan masyarakat.
Penidikan tentang Pancasila sebagai pendidikan kebangsaan berangkat dari keyakinan bahwa
Pancasila sebagai dasar negara, falsafah negara Indonesia tetap mengandung nilai dasar yang
relevan dengan proses kehidupan dan perkembangan dalam berbangsa dan bernegara.
5. 5
Dinamika Pendidilkan Pancasila
Penetapan Pancasila sebagai dasar negara itu memberikan pengertian bahwa negara Indonesia adalah negera Pancasila. Hal itu
mengandung arti bahwa negara harus tunduk kepadanya, membela, dan pelaksanaannya dalam seluruh Perundang-Undangan. Menurut
Ernest Renan: kehendak untuk bersatu dan memahami Pancasila dari sejarahnya dapat diketahui bahwa Pancasila merupakan sebuah
kompromi dan konsensus nasional karena memuat nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh semua golongan dan lapisan masyarakat
Indonesia. Penetapan Pancasila sebagai dasar negara tak hendak menghapuskan perbedaan, tetapi merangkum semuanya dalam satu
semboyan empiris khas Indonesia yang dinyatakan dalam seloka “Bhineka Tunggal Ika”. Maka Pancasila merupakan intelligent choice
karena mengatasi keanekaragaman dalam masyarakat Indonesia dengnan tetap toleran terhadap adanya perbedaan.
Pendidikan Pancasila telah berjalan dari awal kemerdekaan sampai sekarang dan telah mengalami pasang surut dalam penerapannya.
Dinamika pendidikan Pancasila pada awal kemerdekaan dilakukan dengan cara pidato dan rapat oleh para tokoh bangsa yang disiarkan
pada radio atau surat kabar. Selanjutnya dinamika pendidikan Pancasila mulai berkembang dengan diawali diterbitkannya buku yang berisi
pidato Bung Karno yang berjudul Lahirnya Pancasila. Selain dari buku yang ditujukan untuk masyarakat, pendidikan Pancasila juga
berkembang dan diterapkan pada ada jenjang pendidikan formal. Pendidikan Pancasila disematkan pada mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan yang pertama kali muncul sebagai buku pedoman PKn (1957) yang berisi :
1. Sejarah dari perjuangan rakyat Indonesia. 2. Pancasila,
3. Undang Undang Dasar 1945. 4. Demokrasi terpimpin
5. Konferensi Asia-Afrika. 6. Kewajiban dan hak sebagai warga negara,
7. Manifesto politik,
8. Laksana malaikat, lampiran-lampiran mengenai dekrit presiden, serta buku mengenai pendidikan pancasila lainnyaSetelah itu
berkembang lagi dengan nama Civics (1962). Bahasan dari Civics (1962) berfokus pada UUD, Sejarah Kebangkitan Nasional, dan
Pidato Politik Kenegaraan Pada era orde baru kurikulum sekolah mengalami perubahan menjadi kurikulum tahun 1975 dari yang
sebelumnya tahun 1968.
6. 6
Perkembangan berikutnya adalah dengan perubahan dari Pendidikan Moral Pancasila (PMP) menjadi Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan untuk mengikuti kurikulum sekolah tahun 1994 yang juga didasari oleh UU Sistem Pendidikan
Nasional No. 2 tahun 1989 ayat 2 yang telah menjelaskan bahwa Isi kurikulum setiap jenis, jalur, dan jenjang Pendidikan
wajib memuat :
1. Pendidikan Pancasila,
2. Pendidikan Agama,
3. Pendidikan Kewarganegaraan.
Pada masa sekarang Pendidikan Pancasila tetap dilaksanakan pada Pendidikan formal dan di luar itu Pendidikan Pancasila
masih tetap bisa diakses secara fleksibel dengan kemudahan teknologi yang membantu semua kalangan mesyarakat
mengakses buku, video, maupun jurnal secara online. Sedangkan pada jenjang lanjut seperti Perkuliahan umumnya
memiliki mata kuliah khusus untuk mendalami Pancasila. Pendidikan Pancasila juga harus dapat membentuk sikap mental
masyarakat Indonesia sesuai sila Pancasila, serta adapun perilaku yang menurut penulis untuk pantas dimasukkan pada
Pendidikan Pancasila:
1. Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan YME,
2. Berbudi pekerti luhur serta disiplin dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
3. Sadar akan kewajiban bernegara,
4. Aktif dalam pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan teknologi.
7. 7
Tantangan Pendidikan Pancasila
Secara umum tantangan pendidikan Pancasila yaitu bagaimana menentukan bentuk dan format agar mata
kuliah pendidikan Pancasila dapat diselenggarakan di berbagai program studi dengan menarik dan efektif.
Tantangan ini dapat berasal dari internal perguruan tinggi, misalnya faktor ketersediaan sumber daya, dan
spesialisasi program studi yang makin tajam (yang menyebabkan kekurangtertarikan sebagian mahasiswa
terhadap pendidikan Pancasila). Adapun tantangan yang bersifat eksternal, antara lain adalah krisis
keteladanan dari para elite politik dan maraknya gaya hidup hedonistik di dalam masyarakat.
Pendekatan pembelajaran dalam mata kuliah pendidikan pancasila adalah pendekatan pembelajaran yang
berpusat kepada mahasiswa untuk mengetahui dan memahami nilai Pancasila, Filsafat negara, dan Ideologi
negara. Tantangan paling berat dan utama adalah masalah ekonomi dan budaya yang menggilas bangsa ini
tanpa ampun. Sebab, ajaran Pancasila pada hakikatnya sama sekali tidak sesuai dengan arus modernisasi
yang masuk ke Indonesia.
8. Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup pada masa reformasi tentunya banyak
hambatan dan tantangan banyak terjadi pemberontakan yang ingin mengganti pancasila dengan
ideologi lain.
Berikut beberapa tantangan penerapan Pancasila pada masa reformasi:
1. Pengaruh globalisasi yang mempengaruhi dan mengancam nilai-nilai Pancasila. Globalisasi
mengakibatkan kebebasan tanpa batas dimana munculnya paham-paham baru meniru kebudayaan
lar yang bertolak belakang dengan nilai luhur.
2. Munculnya ideologi baru seperti ideologi liberalis, kapitalis, dan hedonisme yang dibawa oleh
pengaruh luar yang sangat bertolak belakang dengan ideologi kita Pancasila
3. Korupsi merupakan tantangan penerapan Pancasila pada masa orde lama sampai pada masa
reformasi ini belum juga menemui titik terang untuk menyelesaikannya.
4. Menurunnya rasa persatuan dan kesatuan.
5. Kondisi masyarakat yang diwarnai oleh kehidupan yang serba bebas (kebebasan berbicara,
berorganisasi, berekspresi, berkomunikasi, dan lain sebagainya).
Tantangan penerapan Pancasila pada masa reformasi
9. Kesimpulan
Dinamika dan tantangan pendidikan Pancasila tentang kurikuluminti Mata Kuliah Dasar Umum
dengan menyelenggarakan matakuliah pendidikan pancasila diberbagai program studi dengan
menarik dan efektif. Dengan bertujuan menunjukan arah
tujuan pada moral dan diharapkan dapat terealisasi di kehidupan bermasyarakat setiap hari.