Dokumen tersebut membahas upaya meningkatkan pelayanan perijinan di Indonesia, termasuk kelemahan saat ini seperti kualitas rendah dan minimnya partisipasi masyarakat, serta rekomendasi untuk melengkapi peraturan pelayanan publik dan meningkatkan kapasitas masyarakat agar dapat berpartisipasi dalam penyelenggaraan pelayanan perijinan.
1. Mewujudkan
Pelayanan
Prima
dalam
Bidang
Perijinan
www.yappika.or.id
yappika@indosat.net.id
Fransisca
Fitri
YAPPIKA
(Aliansi
Masyarakat
Sipil
untuk
Demokrasi)
REFORMASI
BIROKRASI
SUMMIT
10
September
2014
2. Pendorong
Utama
Konsolidasi
CSO
(civil
society
organisaAon)
untuk
Advokasi
Pelayanan
Publik
Kondisi
pelayanan
publik
a. Buruknya
kualitas
dan
akses
pelayanan
publik
b. Tidak
ada
prosedur
komplain
dan
penyelesaian
sengketa
yang
jelas
c. Masyarakat
Kdak
dilibatkan
dalam
proses
penyusunan
kebijakan
penyelenggaraan
pelayanan
publik
d. Tertutupnya
informasi
terkait
pelayanan
publik
RUU
Pelayanan
Publik
dan
kriAk
terhadap
isinya
a. Paradigma
dan
ruang
lingkup
b. ParKsipasi
masyarakat
c. Percepatan
pelayanan
bagi
kelompok
rentan
d. Mekanisme
pengaduan
(internal
dan
eksternal)
e. Mekanisme
sanksi
2006
Masyarakat
Peduli
Pelayanan
Publik
(MP3)
3. Masyarakat
Peduli
Pelayanan
Publik
(MP3)
• adalah sebuah jaringan OMS/CSO
(LSM, forum warga) dan akademisi/ahli
yang bertujuan untuk:
– Mengawal dan mempengaruhi pembahasan
RUU Pelayanan Publik dengan
menggunakan paradigma HAM, 2006-2009
– Mengawal pelaksanaan UU No. 25/2009
tentang Pelayanan Publik (peraturan
turunan, memastikan ruang partisipasi
warga tetap ada secara substansial dalam
implementasinya dan seluruh peraturan
turunan), 2009-sekarang
4.
5. Pelayanan
Publik
yang
Menjadi
PerhaAan
MP3
dan
Anggotanya
• Pelayanan
dasar
• Layanan
Perijinan???
Sedikit
CSO
memilih
untuk
memberikan
asistensi
pembentukan
layanan
perijinan,
sedikit
CSO
melakukan
pengawasan
untuk
mendorong
kinerja.
Peluang
bagi
masyarakat
pengusaha
(asosiasi/
Kadin)
sebagai
pemanfaat
langsung
dari
layanan
perijinan
untuk
mendorong
kinerja
layanan
perijinan
6. Membangun
Keberlanjutan
CSO
AkAf
dalam
Mendorong
Pelayanan
Publik
(Perijinan)
yang
Prima
• Memiliki
dan
menjalankan
agenda
bersama
• Membangun
konsKtuensi
• Menggalang
dukungan:
– Stakeholder
agar
mendukung
inisiaKf
yang
dilakukan
– ExperKes
– Jaringan
kerja
dengan
individu/organisasi
lain
– Dana
untuk
menjalankan
agenda-‐agenda
kerja
• Keberterimaan
pemerintah
• Jaminan
terhadap
lingkungan
pendukung
(enabling
environment)
CSO
7. Pelayanan
Publik
(Perijinan)
“Pas
Banderol”
8
Integritas
Variabel
Indikator
Sub-‐indikator
Indeks
Integritas
Daerah
(6.32)
Pengalam
an
Integritas
(6.82)
Potensi
Integritas
(5.3)
Pencegah
an
Korupsi
(3.09)
5.53
6.84
6.5
6
Tingkat
Upaya
AnA
Korupsi
(2.78)
Mekanisme
Pengaduan
Masyarakat
(4.02)
5.42
6.31
6.37
5.34
7.21
6.71
5.7
6.48
6.89
6
5.96
5.87
4.86
5.97
5.34
4
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Indeks
Integritas
Nasional
Pengalama
n
Integritas
Potensi
Integritas
Target
IIN
dan
IID
2014:
8.0
Hanya
19
dari
60
mendapat
rapor
baik
8. Pelayanan
Publik
(Perijinan)
“Pas
Banderol”
• Target
IPK
2014
meraih
skor
50,
realitas
2013
stagnan
pada
skor
32
(=
2012).
Peringkat
naik
dari
118
ke
114
dari
176
negara.
• Target
Doing
Business
2014
pada
ranking
75,
realitas
2014
pada
ranking
120.
• KPPOD-‐TAF
(2010-‐2011)
di
20
kab/kota
KINERJA:
persepsi
publik
terhadap
layanan
perijinan
baik,
tetapi
kualitas
layanan
rendah
(efisien,
bebas
pungutan
liar,
bebas
kolusi,
tetapi
masih
ada
soal
terkait
waktu
pengurusan
dan
jumlah
persyaratan
dokumen).
9. Kepatuhan
terhadap
Mandat
UU
Pelayanan
Publik
Hasil
Evaluasi
Masyarakat
Peduli
Pelayanan
Publik
(2013)
5%
95%
Patuh
Tidak
Patuh
Hasil
Survei
Kepatuhan
Ombudsman
RI
(2013)
22%
50%
28%
Hijau
Kuning
Merah
Sumber:
MP3
dan
ORI
10. Pelayanan
Publik
(Perijinan)
“Pas
Banderol”
• YAPPIKA
di
6
kota/kab
SIAP
II:
layanan
perijinan
mendapat
penilaian
terKnggi
(CLeM)
dalam
aspek
kinerja
dan
kepuasan
masyarakat.
Terjadi
gap
penilaian
antara
dua
aspek
tersebut,
skor
kepuasan
Kdak
sejalan
dengan
skor
kinerja.
• Hasil
KAP
YAPPIKA:
– 45%
responden
pernah
mengadukan
layanan
perijinan.
Pengaduan
langsung
ke
instansi
terkait.
– Hanya
0.3%
responden
pernah
terlibat
dalam
perencanaan
pelayanan
perijinan,
sisanya
99,7%
responden
menyatakan
Kdak
pernah
terlibat
dalam
perencanaan.
– KeKadaan
informasi
merupakan
salah
satu
penghalang
keterlibatan
masyarakat
dalam
perencanaan
pelayanan
perizinan.
– Hanya
6,7%
responden
menyatakan
pernah
terlibat
dalam
pengawasan
pelayanan
perijinan.
Anggapan
bahwa
pengawasan
bukan
tanggung
jawab
masyarakat
merupakan
alasan
paling
banyak
kenapa
responden
Kdak
melakukan
pengawasan.
11.
12. Tantangan
Utama
untuk
Mendorong
Pelayanan
Prima
pada
Layanan
Perijinan
1. Belum
ada
standar
pelayanan
dan
maklumat
pelayanan
yang
disepakaK
oleh
penyelenggara
layanan
dengan
masyarakat
pengguna
layanan
dalam
layanan
perijinan.
2. Minim
mekanisme
pengaduan
dan
penyelesaian
sengketa
pelayanan.
3. Minim
informasi.
4. Minim
parKsipasi
masyarakat
dalam
perencanaan
dan
pengawasan.
5. Kemauan
poliKk
dan
kepemimpinan
untuk
mencapai
target
pelayanan
prima
13. Rekomendasi
• Dalam
Visi
Misi
JKW
menyebutkan
secara
khusus
berkomitmen
menjalankan
reformasi
birokrasi
dan
pelayanan
publik,
salah
satunya
menjalankan
UU
Pelayanan
Publik
(membuat
standar
pelayanan):
1. Melengkapi
mandat
peraturan
turunan
UU
PP,
yaitu
Perpres
Mekanisme
GanA
Rugi
Pelayanan
Publik
dan
Peraturan
Ombudsman
Ajudikasi
Khusus.
2. Mencapai
target
pelayanan
prima
bidang
perijinan
dengan
memenuhi
mandat
UU
PP,
yaitu
SPP,
mekanisme
pengaduan,
sistem
informasi
PP,
pelayanan
khusus,
menguatkan
pengawasan
(internal,
eksternal),
melakukan
penilaian
kinerja,
membangun
sistem
pelayanan
terpadu,
meningkatkan
kapasitas
penyelenggara
layanan.
3. Meningkatkan
pengetahuan
dan
ketrampilan
masyarakat
untuk
berparAsipasi
akAf
dalam
penyelenggaraan
pelayanan
publik
(termasuk
perijinan).