Survei ini bertujuan untuk menilai apakah transmisi filariasis masih berlangsung di Kabupaten Karawang dengan menguji 1684 siswa sekolah dasar menggunakan tes cepat filariasis. Jika hasil positifnya kurang dari 20 kasus, maka filariasis dinyatakan tereliminasi dari Kabupaten Karawang. Tim survei terdiri dari petugas kesehatan dan guru sekolah yang akan mengambil sampel darah siswa, melakukan tes cepat,
3. Situasi Filariasis
Sekitar 1 milyar orang tinggal
di 72 negara endemis
filariasis, 120 juta penduduk
terinfeksi
36 juta orang mengalami
kecacatan di dunia
di Indonesia sebanyak 10.758
orang mengalami kecacatan
236 Kab/Kota di 28 Provinsi
di Indonesia merupakan
daerah endemis filariasis
4. ELIMINASIFILARIASIS
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029
Indonesia
2030
POPM SURVEILANS
32
Kabupaten/Kota
menerima sertifikat
eliminasi filariasis
33Kabupaten/Kota
melaksanakan POPM
50Kabupaten/Kota
terjadwal survei Pre
TAS
26Kabupaten/Kota
terjadwal survei TAS 1
71Kabupaten/Kota
terjadwal survei TAS 2
30Kabupaten/Kota
terjadwal survei TAS 3
1. Menghentikan transmisi/penularan
Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM)
2. Mengurangi kecacatan dan meningkatkan kualitas kehidupan
Manajemen kasus kronis Filariasis
STRATEGI PENGENDALIAN FILARIASIS
Verifikasi
Pemetaan POMPF
Surveilans Pasca
POMPF
Situasi per Des 2021
6. Latar Belakang (1)
• Survei prevalensi mikrofilaria tahun 2004 di Desa Payungsari didapatkan
hasil mf Rate : 1.7% dengan spesies Wuchereria bancrofti, sehingga
• Pelaksanaan POPM Filariasis 5 tahun berturut-turut dengan cakupan
eligible :
2013 2014 2015 2016 2017
78.76 76.81 79 80 79
7. Latar Belakang (2)
• Survei evaluasi prevalensi mikrofilaria pasca POPM Filariasis
dilaksanakan tahun 2018 dengan hasil
• Rekomendasi : Kabupaten Karawang lulus pre TAS dan melanjutkan pada
tahap Survei Penilaian Penularan Filariasis (Transmission Assessment
Survey – TAS Filariasis)
Lokasi Status Jumlah
Sampel
Sampel
Positif
Sampel
Negatif
Mf Rate
(%)
Payungsari Sentinel 333 0 333 0
Gempol Kolot Spot 337 0 337 0
8. Survei Penilaian Penularan Filariasis (1)
Tranmission Assesment Survey (TAS)
• Bertujuan untuk menilai apakah Kabupaten/Kota sebagai
unit evaluasi telah berhasil menurunkan prevalensi infeksi
ke tingkat dimana infeksi tidak akan kembali lagi,
walaupun POPM Filariasis sudah dihentikan.
• TAS adalah dasar untuk penghentian POPM Filariasis dan
transisi ke surveilans pasca POPM
9. Survei Penilaian Penularan Filariasis (2)
Aspek Teknis Penjelasan
Area geografis Unit Evaluasi/Evaluation Unit (EU)
Kapan survei bisa
dilakukan
• Jika semua kriteria eligibilitas terpenuhi
• Sedikitnya 6 bulan setelah putaran terakhir POPM
Populasi sasaran Anak kelas 1 dan 2 sekolah dasar
Tes Uji Diagnostik W. bancrofti : Filariasis Test Strip
Rancangan Survey Sampling kluster di sekolah
Rekomendasi Hasil
• Jika hasil positif ≤ critical cut of point stop POPM,
lakukan pengobatan pada sampel yang positif dan
laksanakan tata laksana kasus filariasis
• Jika hasil positif > critical cut of point lakukan
POPM tambahan sebanyak 2 putaran seluas
kab/kota, lakukan pengobatan pada sampel yang
positif dan laksanakan tata laksana kasus filariasis
SURVEI PENILAIAN PENULARAN FILARIASIS (TAS)
10. Latar Belakang (3)
• Berdasarkan rekomendasi pada tahun 2019 Kabupaten Karawang
dilakukan Survei penilaian Penularan Filariasis (TAS 1), dengan Hasil
• Rekomendasi : Kabupaten Karawang lulus TAS 1 dan melanjutkan pada
tahap Survei Penilaian Penularan Filariasis (Transmission Assessment
Survey – TAS Filariasis)2
Unit Evaluasi Jumlah
Kluster
Jumlah
Sampel
Sampel
Positif
Sampel
Negatif
Total
Sampel
Critical
Cut Off
EU 1 33 1684 1 1697 1698 20
EU 2 30 1684 2 1801 1803 20
11. TAHAPAN PELAKSANAAN SURVEI TAS 2 KAB
KARAWANG
Pengumpulan Data Dasar
Rancangan Design Survei
Manajemen team Lapangan
12. DESIGN SURVEY
Jumlah siswa kelas 1 dan 2 di Kab. Karawang
Jumlah sekolah dasar di Kab. Karawang
Jumlah minimal sampel (P+N)
Jumlah kluster utama
Siswa kelas 1 dan 2 diperiksa
Nilai ambang batas kelulusan (Critical
Cut-Off)
13. Terdapat 30 sekolah utama
yang siswanya harus diperiksa
sebagai sampel.
Jika dari 30 sekolah utama ini
terpenuhi jumlah 1684 siswa
maka survei cukup dilakukan
di 30 sekolah utama (Random
List A List B)
Jika dari 30 sekolah utama
jumlah sampel belum
terpenuhi, maka pemeriksaan
siswa dilanjutkan pada sekolah
cadangan.
14. Jika dari 30 sekolah utama jumlah sampel belum terpenuhi, maka
pemeriksaan siswa dilanjutkan pada sekolah cadangan.
Pengambilan sekolah cadangan untuk pemeriksaan siswa dilakukan
sesuai dengan no urutnya.
16. Pengawas Tim
Pengawas Utama
• 1 tim BTKL , 3 orang staf dari Dinas
Kesehatan Provinsi sebagai
Pengawas Tim.
• Mengawasi tim dan melakukan
kendali mutu survei di tiap sekolah.
• Mengisi TAS Supervision Checklist
bagian 2 Checklist Supervisi TAS
yang terdiri dari Tanggung Jawab,
Logistik dan Komunikasi, Sampling,
Penggunaan Alat Tes Diagnostik,
Pengulangan Pemeriksaan Darah
Anak, dan Kualitas data,
Manajemen, dan Pelaporan
(Lampiran 10).
• Pokja NTDs bertugas
mendesain dan mengawasi
implementasi TAS.
• Pengawas Utama ini
bertugas mendesain dan
mengawasi implementasi
TAS.
• Pengawas Utama diminta
untuk mengisi TAS
Supervision Checklist secara
• Memantau dan melakukan
rekapan data harian dan
capaian sampel
Koordinator Lapangan
• Empat orang staf dari Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota
sebagai Koordinator Lapangan.
Koordinator Lapangan bertugas
mengkoordinasikan seluruh
kegiatan TAS dengan
puskesmas dan sekolah serta
melakukan penyuluhan
kesehatan untuk sampel
sasaran terpilih.
17. • Setibanya di Sekolah
• Pemilihan sekolah:
• Apakah tim survei pergi ke
sekolah yang terpilih?
• Jumlah siswa yang terdaftar
dalam 1 dan kelas 2
• Jumlah siswa sasaran yang
akan diperiksa
• Jumlah siswa tidak hadir pada
hari pemeriksaan
• Jumlah siswa kurang /
kelebihan
• Checklist bahan yang dibawa
untuk survei
•Guru: pendaftaran
•Pengambil darah : 1
orang
•Pengolah tes: 1 orang
•Pembaca tes : 1 orang
Sebaiknya Tim tidak
berganti-ganti
Penentuan Tim TAS Perlu dicek
Pengawas
• Dua staf puskesmas di tiap
sekolah yang mengambil sampel
darah dan mengumpulkan data
dari anak-anak yang dipilih
sebagai sampel (pengambil
darah atau pendaftar)
• Dua guru di tiap sekolah yang
membantu tim di lapangan
dengan melakukan koordinasi
dan pengumpulan data murid
yang diperiksa
(kader/pendamping survei).
Tim Sekolah
18. 1. A teacher (register)
3. Test processer
4. Test reader
2. Sample collector
5. Supervisor
Contoh Setting Pengambilan darah di
Sekolah
19. Alur Kerja Tim di Sekolah
• Koordinator lapangan memberi
penjelasan singkat kepada siswa
mengenai maksud dan tujuan
survei (pemeriksaan darah)
• Anggota Tim menyiapkan/ setting
alur pembagian tugas, menyiapkan
perlengkapan pemeriksaan
• Pendaftar (petugas
Puskesmasatau guru
kelas ybs) mengisi
data demografis pada
formular serta kode
sediaan
Tim Puskesmas
Proses
pengambilan dan
pengolahan
sampel darah siswa
terpilih
Tim Melengkapi hasil
pemeriksaan pada
formular survei
Supervisor
- mengecek
kelengkapan dan
kesesuaian
formular survei
- Memastikan
kebersihan sampah
medis
Tim survei memastikan Siswa
yg hadir dicek suhu,
penggunaan masker,
membersihkan tangan. Posisi
duduk siswa agar diatur tetap
berjarak
*Rincian detail mohon dibaca pada protocol survei
20. KR2/ 1/ I / 01 dst…
KR2 : Kabupaten Karawang
1 : No Cluster
I : Kelas 1 dan Kelas 2
01 : No Urut sampel
CONTOH PENULISAN KODE
21.
22.
23.
24.
25. CATATAN
Karena test FTS sangat sensitif dan benar-benar harus dibaca tepat waktu, maka tiap anggota
tim hanya melakukan satu tugas tertentu, yaitu satu orang bertugas untuk mengambil darah
dan meneteskannya pada FTS, dan satu orang hanya bertugas sebagai pembaca hasil.
Seorang pembaca hasil tes harus mampu membaca FTS dengan benar sehingga
memberikan hasil yang dapat dipercaya dan tepat. Orang ini harus berkonsentrasi hanya
untuk mengelola waktu pembacaan.
Pengawas tim bertugas memantau seluruh proses dan memperbaiki jika terdapat
kesalahan yang dilakukan oleh anggota tim.
Tugas ganda selama pengumpulan sampel tidak dianjurkan untuk menghindari
pelaksanaan pengawasan uji dan interpretasi hasil yang tidak tepat.
26. Formulir Pencatatan dan Pelaporan TAS khusus untuk LF
HASIL UJI CEPAT TAS FILARIASIS
Nama Sekolah ID Sekolah Halaman:
Nama Kepala Sekolah Kontak Person No lot:
Nama Supervisor (Pusat) Surveyor 1 Jenis uji cepat: ⃝ Brugia Rapid
Tanggal Survei Surveyor 2 ⃝ ICT/FTS
No Nama Siswa
Jenis kelamin
P=perempuan
L=laki-laki
Umur
(tahun)
Kelas
1=kelas 1
2=kelas 2
Kode Unik Sampel
Hasil Uji Cepat
P=positif
N=negatif
I=invalid
Hasil Uji Cepat
Ulangan (duplo)
P=positif
N=negatif
I=invalid
Hasil Final Uji Cepat
P=positif
N=negatif
TS=tidak sesuai
P N I P N I P N TS
KESIMPULAN:
Kelas
Jumlah seluruh
murid
Jumlah
murid
absen
Jumlah
murid
menolak
Jumlah murid yang
diperiksa
Jumlah
positif
Jumlah
negatif
Jumlah
invalid
Jumlah
tidak
sesuai
I
II
Total Sampel (Jumlah sampel = P+N)
27. INTEPRETASI HASIL AKHIR
27
PEMERIKSAAN-1 PEMERIKSAAN-2 KESIMPULAN
Positif Positif Positif
Positif Negatif Tidak Sesuai
(dikeluarkan)
Positif Invalid Positif
Negatif ----- Negatif
Invalid Positif Positif
Invalid Negatif Negatif
Invalid Invalid Invalid (dikeluarkan)
28. Catatan
Formulir survei harus
terisi lengkap dan
ditandatangani oleh
pejabat berwenang
sebelum Tim
meninggalkan sekolah.
Sampah medis tidak
boleh ditinggal di
sekolah, harus dibawa
pulang oleh pihak
Puskesmas untuk
dimusnahkan
Jika ditemukan hasil positif
agar dijaga kerahasiaan
siswa agar tidak
menimbulkan stigmatisasi.
Lakukan PE sebagai tindak
lanjut untuk kasus yang
dengan hasil positif
Filariasis atau dikenal sebagai penyakit kaki gajah merupakan salah satu dari 20 Penyakit Tropik Terabaikan (NTDs) prioritas WHO.
Penyakit ini disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan melalui gigitan nyamuk.
Di Indonesia terdapat 3 species cacing filaria yaitu W. Brancrofti, B. Malayi dan B. Timori
Berbeda dengan DBD dan malaria, penyakit kaki gajah dapat ditularkan oleh banyak nyamuk. Di Indonesia diketahui terdapat 23 spesies nyamuk yang diketahui sebagai vektor filariasis (dari Genus Mansonia, Culex, Anopheles, Aedes, Armigeres)
Tahapan penanggulangan filariasis cukup Panjang, membutuhkan waktu kuranglebih 10 tahun.
Terdapat 2 Strategi utama penanggulangan filariasis adalah :
menghentikan transmisi penyakit melalui kegiatan POPM. Sasaran POPM adalah seluruh penduduk usia 2-70 tahun yang tinggal di daerah endemis, wajib minum obat pencegah penyakit kaki gajah yaitu Diethylcarbamazine Citrate (DEC) dan Albendazole, sekali setahun selama 5 tahun berturut-turut, dengan target cakupan >65% dari total jumlah penduduk. POPM yang berhasil akan mencegah infeksi baru.
Mengurangi kecacatan dan meningkatkan kualitas kehidupan dengan penatalaksanaan kasus filariasis secara mandiri.
Untuk mencapai tujuan kedua ini, diperlukan strategi manajemen morbiditas dan pencegahan disabilitas (MMDP). Penderitaan yang disebabkan oleh penyakit ini dapat dikurangi melalui paket perawatan minimum yang disarankan dengan melakukan pengelolaan limfedema dan hidrokel. Akses terhadap layanan ini harus disediakan.
Pada tahun 2021, dari 236 Kab/Kota:
sebanyak 32 Kab/Kota telah mendapatkan sertifikat eliminasi filariasis dari Menteri Kesehatan.
sebanyak 33 Kab/Kota terjadwal melakukan POPM, 50 Kab Kota berada pada tahap melaksanakan PreTAS, TAS, 2127terjadwal melakukan survei TAS 1-2 dan 3, sisanya masuk dalam tahap surveilans,
Dari hasil analisa situasi, secara nasional, kegiatan POPM baru akan selesai dilaksanakan di tahun 2024, dan surveilans pasca POPM selesai dilaksanakan di tahun 2030. Hal yang mempengaruhi antara lain : selain karena penundaan POPM, evaluasi Pre TAS dan TAS karena pandemi Covid, juga masih terdapat kab/kota yang dalam pelaksanaan POPM tidak berhasil mencapai cakupan efektif pengobatan (>65%) , masih ada kab/kota yang mengalami gagal evaluasi pre TAS dan TAS, sehingga harus melaksanakan POPM minimal 2 tahun Kembali.