2. ● Jenis Spesimen TB
● Jenis Pemeriksaan TB
● Alur Diagnosis dan
Pengobatan TB
● Faktor Risiko TB RO
● Tatalaksana TB RO
Outline
3. Jenis Spesimen TB
• Dahak
Kualitas dahak yang baik :
• Volume 3-5 ml
• Mukopurulent
• Non Dahak
1. Jenis : LCS, Jaringan, Kelenjar limfe, Bilas
lambung/aspirat lambung
2. Cara Pengambilan: tergantung pada lokasi lesi
Purulent
Mucoid
4. TCM
• Deteksi: MTB dan
resistansi Rif
• 2 jam pemeriksaan,
TAT 1 hari
Mikroskopis
• Deteksi: bakteri tahan
asam
• Tidak bisa membedakan
BTA lingkungan/MOTT
• TAT 1 hari
Line Probe Assay
• Lini 2: gol Fluorokuinolon dan
obat injeksi lini dua (individual
drug)
• Lini 1: INH dan Res
• 2 hari pemeriksaan, TAT 7
hari
Biakan
• Menumbuhkan kuman
dalam media cair (2-6
minggu) maupun padat (2-8
minggu)
Uji Kepekaan
• Deteksi: resistansi terhadap OAT
• Dalam bentuk paket SDP (INH high, Moxi
high, Amk, PZA, Lzd, Cfz, Bdq, Lfx)
• Dikerjakan dalam media padat(3-4 minggu)
maupun cair (1-3 minggu)
Jenis Pemeriksaan Mikrobiologi
dalam Program TB
6. ● Perubahan besar dalam penegakan diagnosis
dan pengobatan TBC telah direkomendasikan
oleh WHO tahun 2020 dalam buku WHO
operational handbook on tuberculosis – Module
3: rapid diagnostics for tuberculosis.
● Strategi Nasional Pengendalian Tuberkulosis
di Indonesia mengikuti perkembangan ilmu
dan teknologi terkini di bidang kesehatan.
● Perubahan paradigma dalam penegakan
diagnosis TBC dan TBC RO yang harus
dilakukan:
a. Lebih dini
b. Lebih akurat
c. Untuk semua jenis dan tipe penyakit TBC
d. Deteksi cepat untuk mengetahui resistansi
obat TBC.
Surat Edaran Dirjen P2P No. 936 tahun 2021 tentang
Perubahan Alur dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia
7. 3 komponen utama SE Dirjen P2P No. 936/2021
Diagnosis Pengobatan
Pemantauan
Pengobatan
B
A C
8. A. DIAGNOSIS
1. Tes Cepat Molekuler (TCM) adalah alat diagnosis utama yang digunakan untuk penegakan
diagnosis Tuberkulosis
2. Pemeriksaan TCM digunakan untuk mendiagnosis TBC, baik TBC paru maupun TBC ekstra paru, baik
riwayat pengobatan TBC baru maupun yang memiliki riwayat pengobatan TBC sebelumnya, dan
pada semua golongan umur termasuk pada ODHA.
3. Pemeriksaan TCM dilakukan dari spesimen dahak (untuk terduga TBC paru) dan non dahak (untuk
terduga TBC ekstra paru, yaitu dari cairan serebro spinal, kelenjar limfe dan jaringan).
4. Seluruh terduga TBC harus dilakukan pemeriksaan TCM pada fasilitas pelayanan kesehatan yang
saat ini sudah mempunyai alat TCM.
5. Jumlah dahak yang dikumpulkan adalah 2 (dua) dahak, volume 3-5 ml dan mukopurulen. Hasil
pemeriksaan TCM terdiri dari MTB pos Rif resistan, MTB pos Rif sensitif, MTB pos Rif indeterminate,
MTB negatif dan hasil gagal (error, invalid, no result).
6. Penegakan diagnosis TBC klinis harus didahului pemeriksaan bakteriologis. Fasyankes bersama
dinkes mengevaluasi proporsi pasien TBC terkonfirmasi bakteriologis dibandingkan klinis (60:40)
9. Terduga TBC
MTB pos Rif sensitif**
MTB pos Rif resistan* MTB Negatif
Pemeriksaan TCM
Pemeriksaan uji kepekaan
INH pada pasien dengan
riwayat pengobatan
sebelumnya
Pemeriksaan molekuler (LPA
lini dua / TCM XDR dll.)
Pengobatan TBC
RO paduan
jangka pendek
Pemeriksaan paket
standar uji kepekaan
fenotipik Pemeriksaan
radiologis / antibiotik
spektrum luas
Resistan terhadap
obat gol.
flurokuinolon
Sensitif terhadap
obat gol.
flurokuinolon
Pengobatan TBC
RO paduan
individu
Abnormalitas
paru yang
mengarah TB /
tidak ada
perbaikan klinis
Gambaran paru
tampak normal/
perbaikan klinis
Pengobatan
TBC SO dengan
OAT lini satu
Resistan
INH
Sensitif INH
Pengobatan
TBC
monoresistan
INH
Bukan TBC
**Inisiasi
pengobatan dengan
Lanjutkan
OAT lini satu
MTB pos Rif
Indeterminate**
No result, error,
invalid
Pemeriksaan ulang
TCM dan sesuaikan
pengobatan
berdasarkan hasil
TCM
Pemeriksaan ulang
TCM***
*** Pengulangan hanya 1 kali.
Hasil pengulangan yang menjadi
acuan
* Inisiasi pengobatan TBC-RO untuk kasus dengan riwayat pengobatan TBC. Sementara itu Hasil MTB pos Rif resisten dari
kriteria terduga TB baru harus diulang dan hasil pengulangan (yang memberikan hasil Mtb pos) yang menjadi acuan.
Alur Penegakan Diagnosis TBC
10. 6. Fasilitas pelayanan kesehatan yang belum/tidak mempunyai TCM, harus merujuk terduga
TBC atau dahak dari terduga TBC tersebut ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan TCM.
Merujuk dahak lebih direkomendasikan dibanding merujuk terduga TBC terkait alasan
pengendalian infeksi.
7. Dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota mengatur jejaring rujukan dan menetapkan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan TCM menjadi pusat rujukan pemeriksaan TCM bagi Fasilitas
Pelayanan Kesehatan di sekitarnya.
8. Dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota menyiapkan sumber daya di fasilitas
pelayanan kesehatan yang akan mengoperasikan TCM.
9. Jika fasilitas pelayanan kesehatan mengalami kendala mengakses layanan TCM berupa
kesulitan transportasi, jarak dan kendala geografis maka penegakan diagnosis dapat
dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopis.
10. Pasien TBC yang terdiagnosis dengan pemeriksaan mikroskopis harus dilakukan
pemeriksaan lanjutan menggunakan TCM.
Dinas kesehatan berperan mengatur jejaring rujukan spesimen ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan
TCM terdekat.
Jumlah dahak yang dikirimkan adalah sebanyak 2 dahak.
Pemeriksaan TCM ini bertujuan untuk mengetahui status resistansi terhadap Rifampisin.
A. Diagnosis (2)
11. 1. Obat Anti TBC (OAT) Kategori 1 fase awal dan lanjutan dengan dosis harian.
OAT Kat 1 dosis harian akan mulai dipergunakan secara bertahap.
Pada tahun 2021, prioritas pemberian OAT ini adalah untuk:
1) Pasien TBC HIV
2) Kasus TBC yang diobati di Rumah Sakit
3) Kasus TBC dengan hasil MTB pos Rifampisin sensitif dan Rifampisin indeterminate dengan
riwayat pengobatan sebelumnya.
2. Pemberian OAT Kategori 2 tidak direkomendasikan untuk pengobatan Pasien TBC. Mulai tahun 2021
Program TBC tidak menyediakan OAT Kategori 2. Apabila stok OAT Kategori 2 masih tersedia di
instalasi farmasi provinsi, kabupaten/kota dan di fasilitas pelayanan Kesehatan, maka harus
dimanfaatkan sampai habis.
3. Pasien TBC MTB pos Rifampisin Sensitif yang berasal dari kriteria dengan riwayat pengobatan
sebelumnya (kambuh, gagal dan loss to follow up) diobati dengan OAT Kategori 1 dosis harian.
4. Sejak tahun 2019, Program TBC sudah menyediakan OAT dalam sediaan tablet dispersible untuk
pengobatan TBC RO anak dan TPT anak kontak dengan pasien TBC RO. Sediaan ini mudah dikonsumsi
oleh anak, namun pemanfaatannya masih terbatas. Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota agar
melakukan sosialisasi supaya OAT RO anak dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.
B. Pengobatan
12. 1. Pemantauan pengobatan pasien TBC SO menggunakan pemeriksaan mikroskopis.
2. Pemantauan pengobatan pasien TBC RO* menggunakan pemeriksaan
mikroskopis dan biakan.
*Pada SE Dirjen P2P No. 936/2021 tertulis TBC SO (salah ketik)
C. Pemantauan Kemajuan Pengobatan
13. Faktor Resiko Kejadian TB RO
Berdasarkan faktor resiko untuk kejadian TB RO, pasien dibedakan
menjadi:
– Resiko tinggi untuk TB RO (kriteria High Risk TB RO)
Yang masuk dalam kriteria ini adalah 9 kriteria terduga TB RO
– Resiko rendah untuk TB RO (kriteria Low Risk TB RO)
Yang masuk dalam kriteria ini adalah terduga TB termasuk
terduga TB anak, TB dari pasien DM, terduga TB dari ODHA.
14. Kriteria Terduga TB RO
Terduga TB RO
1. Pasien TB gagal kategori 2
2. Pasien TB kategori 2 yang tidak konversi
3. Pasien TB dengan riwayat pengobatan
TB tidak standar
4. Pasien TB gagal kategori 1
5. Pasien TB kategori 1 yang tidak konversi
6. Pasien TB yang kambuh/relaps
7. Pasien TB dari kembali setelah putus
berobat
8. Terduga TB yang kontak erat dengan
pasien TB-MDR
9. Pasien ko-infeksi TB HIV yang tidak
respons terhadap pemberian OAT
Terduga TB RO dg riwayat
pengobatan sebelumnya
1. Pasien TB RO yang gagal pengobatan
2. Pasien TB RO kasus kambuh
3. Pasien TB RO yang kembali setelah putus berobat
Terduga TB RO anak
Anak dengan gejala TB disertai salah satu:
1. Kotak erat dg pasien TB RO (serumah, sekolah, penitipan
anak)
2. Kontak erat dengan pasien meninggal akibat TB, gagal
pengobatan, tidak patuh berobat, pengobatan kat 2
3. Anak dalam terapi OAT 2-3 bulan dengan dosis dan
ketaatan berobat namun tidak menunjukkan perbaikan
4. Memiliki riwayat pengobatan sebelumnya
5. Anak TB HIV tidak responsif dengan pengobatan TB
yang adekuat
*Juknis Penatalaksanaan TB RO di Indonesia, 2020
15. Pemeriksaan TCM
2 dahak
TB, Rif Res TB, Rif Sen Neg
• LPA Lini dua
• Uji Kepekaan
Invalid/no result/error
Ulangi
TCM 1x
*) pengulangan TCM dilakukan di fasyankes TCM sebelum pasien di rujuk ke fasyankes / balkes layanan TB RO
Ket:
(1) Hasil pemeriksaan ke-1
(2) Hasil pemeriksaan ke-2
Indeterminate
(1)
Tindak lanjut hasil
pemeriksaan TCM
di slide selanjutnya
TB,
Rif Res
TB,
Rif
Sen
Neg Invalid/no result/error Indeterminate
TCM tdk boleh diulang lagi
(2)
1 dahak
1 dahak
Risiko Tinggi TB RO
Pemeriksaan Diagnosis TB RO
16. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan TCM
Hasil Pemeriksaan
TCM ke-1
Hasil Pemeriksaan TCM ke-
2
Hasil Akhir Terapi pengobatan
Invalid / no
result / error
Rif Res Rif Res TB RO
Rif Sen Rif Sen TB SO
Negatif Negatif Terapi pengobatan lain
Indet Indet Keputusan pengobatan oleh TAK
Invalid/no result/error Invalid/no result/error Keputusan pengobatan oleh TAK
Indeterminate Rif Res Rif Res TB RO
Rif Sen Rif Sen TB SO
Negatif Indet Keputusan pengobatan oleh TAK
Indet Indet Keputusan pengobatan oleh TAK
Invalid / no result/error Indet Keputusan pengobatan oleh TAK
Resiko Tinggi TB RO
17. Ket:
(1) Hasil pemeriksaan ke-1
(2) Hasil pemeriksaan ke-2
Risiko Rendah TB RO
Pemeriksaan TCM
2 dahak
TB, Rif
Res
TB, Rif Sen Neg Invalid/no result/error
Ulangi
TCM 1x
*) pengulangan TCM dilakukan di fasyankes TCM sebelum pasien di rujuk ke fasyankes / balkes layanan TB RO
Indeterminat
e
(1)
Tindak lanjut hasil
pemeriksaan TCM
di slide selanjutnya
TB,
Rif
Res
TB,
Rif Sen
Neg
Invalid/
no
result/
error
Indet
(2)
1 dahak
1 dahak
TCM tdk boleh diulang lagi
Ulangi
TCM 1x
Tindak lanjut hasil
pemeriksaan TCM
di slide selanjutnya
TB,
Rif
Res
TB,
Rif Sen
Negatif/Invalid/
no result/
error
Indet
TCM tdk boleh diulang lagi
(2)
Pemeriksaan Diagnosis TB RO
18. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan TCM
Hasil Pemeriksaan TCM ke-1 Hasil Pemeriksaan TCM ke-2 Hasil Akhir Terapi pengobatan
Rif Res Rif Res Rif Res TB RO
Rif Sen Rif Sen TB SO
Indet MTB Pos TB SO
Negatif /Invalid
/no result/error
MTB Pos TB SO
Invalid/no result
/error
Rif Res MTB Pos TB SO
Rif Sen Rif Sen TB SO
Negatif Negatif Terapi pengobatan lain
Indet MTB Pos TB SO
Invalid/no result
/error
Invalid/no result/error Keputusan pengobatan oleh
TAK
Indeterminate Rif Res MTB Pos TB SO
Rif Sen Rif Sen TB SO
Negatif MTB Pos TB SO
Indet MTB Pos TB SO
Invalid / no result /error MTB Pos TB SO
Resiko Rendah TB RO
19. Perlu diperhatikan
● Faktor resiko tinggi (high) atau rendah (low) untuk kejadian TB RO berbeda dengan
hasil pemeriksaan yang keluar dari mesin TCM
● Hasil pemeriksaan Very low/Low/Medium/High yang berasal dari TCM
mengindikasikan jumlah kandungan bakteri dalam sampel yang diperiksa
(semikuantitatif)
● Pengulangan TCM didasarkan pada faktor resiko untuk kejadian TB RO bukan dari
jumlah kandungan bakteri dalam sampel yang diperiksa
Semikuantitatif
21. WHO guidance on treatment and management of DR TB
UPDATE PENGOBATAN TB RO 2020
22. ALUR DIAGNOSIS
DAN PENGOBATAN
TB RESISTAN OBAT
(2020)
• TB RO ADALAH DIAGNOSIS
LABORATORIS
• ALAT DIAGNOSIS YANG
DIGUNAKAN:
1. TCM
2. LPA LINI 2
3. KULTUR
4. UJI KEPEKAAN LINI 1 DAN 2
SKEMA PENGOBATAN:
1. JANGKA PENDEK (ORAL)
2. JANGKA PANJANG (ORAL)
23. Pemeriksaan LPA lini 2 dapat mengidentifikasi:
1. M. tuberculosis kompleks
2. Resistensi terhadap Fluorokuinolon
3. Resistensi terhadap antibiotik injeksi (seperti : Aminoglikosida dan siklik peptida)
Membantu untuk
- Mengidentifikasi pasien dengan resistansi FQ dan obat injeksi lini kedua
- Memulai pengobatan lebih awal dengan pengobatan yang sesuai
- Membatasi transmisi penyakit
Jenis sampel yang digunakan:
- Dahak/sputum
- Isolat
Pemeriksaan LPA Lini Dua
HASIL INTERPRETASI
MTB FQ Res SLID Res MTB resistan terhadap Fluoroquinolone dan obat injeksi lini kedua
MTB FQ Res SLID Sen MTB resistan terhadap Fluoroquinolone dan sensitif terhadap obat
injeksi lini kedua
MTB FQ Sen SLID Res MTB sensitif terhadap Fluoroquinolone dan resistan terhadap obat
injeksi lini kedua
MTB FQ Sen SLID Sen MTB sensitif terhadap Fluoroquinolone dan obat injeksi lini kedua
24. Paduan Pengobatan TB RO 2020
SE Dirjen P2P No. HK.01.02/III/9753/2020 dikeluarkan pada tanggal 9 Juli 2020
● Poin utama surat edaran:
1. Pengobatan pasien TB RO menggunakan paduan pengobatan tanpa injeksi
sesuai dengan rekomendasi WHO tahun 2020, yang terdiri dari
- paduan pengobatan jangka pendek
- paduan pengobatan jangka panjang.
2. Paduan pengobatan seperti pada butir 1 di atas digunakan untuk seluruh
pasien TB RO, baik dewasa maupun anak.
3. Implementasi paduan pengobatan jangka pendek diberikan untuk pasien
yang baru memulai pengobatan.
4. Rencana penggunaan paduan BPaL dalam kerangka riset operasional.
616.995
Ind
p
616.995
Ind
p
25. PENGOBATAN TB RO DI Indonesia 2009 - 2020
2009:
Pengobatan
Jangka Panjang
Injeksi
2015
Pengunaan
Bedaquiline
2017:
Jangka
Pendek
(Injeksi)
2018:
Penggunaan
Delamanid
2019:
Paduan
Jangka
Panjang
ORAL
2020:
JANGKA
PENDEK -
oral
Paduan Jangka Pendek Tanpa Injeksi (2020)
Pengelompokan Obat pada Paduan Jangka
Panjang (2019)
DOSIS OBAT MENGIKUTI BERART BADAN
26. Update Tatalaksana RO Indonesia 2020
● Pengobatan jangka pendek tanpa injeksi:
○ Kriteria penetapan pasien
○ Komposisi OAT (obat injeksi diganti Bdq)
○ Dosis OAT berdasarkan pengelompokan berat badan
○ Monitoring pengobatan (EKG, pemeriksaan sputum, tidak perlu audiometri)
● Pengobatan jangka panjang tanpa injeksi:
○ Pengelompokan obat TB RO: Grup A, B, C
○ Jumlah dan komposisi OAT
○ Durasi pengobatan
○ Monitoring pengobatan (audiometri, pemeriksaan albumin)
● Rencana paduan pengobatan BPaL dalam kerangka riset operasional di layanan TB
RO tertentu
● Penguatan transport specimen dan pengembangan interpretasi hasil LPA lini dua
● Penguatan penggunaan SITB: pencatatan pelaporan, permintaan OAT, aDSM, dsb
27. Kriteria pasien TB RO yang bisa mendapatkan paduan ini ialah
sebagai berikut:
Tidak resistan terhadap fluorokuinolon
Tidak ada kontak dengan pasien TB pre/XDR
Tidak pernah mendapat OAT lini kedua selama ≥ 1 bulan
Tidak ada resistansi atau dugaan tidak efektif terhadap
OAT pada paduan jangka pendek (kecuali resistan INH
dengan mutasi inhA atau katG). Pasien resistan INH
dengan mutasi pada inhA dan katG berdasarkan hasil
pemeriksaan LPA lini pertama* tidak bisa mendapatkan
paduan jangka pendek.
Tidak sedang hamil atau menyusui
Bukan kasus TB paru berat: TB dengan kavitas,
kerusakan parenkim paru yang luas
Bukan kasus TB ekstraparu berat: TB meningitis,
osteoarticular, efusi pericardial atau TB abdomen
Pasien TB RO dengan HIV (paru dan ekstraparu)
Anak usia lebih dari 6 tahun
Paduan Jangka Pendek
Tanpa Injeksi
Paduan Jangka Panjang
Tanpa Injeksi
Kriteria pasien TB RO yang diberikan paduan jangka panjang tanpa
injeksi ialah:
Pasien TB RR/MDR dengan resistansi terhadap florokuinolon
(TB pre-XDR)
Pasien TB RR/MDR yang gagal pengobatan jangka pendek
sebelumnya
Pasien TB RO yang pernah mendapatkan OAT lini kedua
selama 1 bulan
Pasien TB RR/MDR yang terbukti atau diduga resistan
terhadap Bedaquiline, Clofazimine atau Linezolid
Pasien TB MDR dengan hasil LPA terdapat mutasi pada inhA
dan katG
Pasien TB RR/MDR paru dengan lesi luas, kavitas bilateral
Pasien TB RR/MDR ekstra paru berat atau dengan komplikasi
(yang harus diobati jangka panjang), seperti meningitis,
osteoarticular, efusi pericardial, TB abdomen
Pasien TB RO dengan kondisi klinis tertentu (misalnya alergi
berat / intoleran terhadap obat utama pada paduan jangka
pendek)
Ibu hamil, menyusui
28. Pemantauan Pengobatan TB RO dengan
Paduan Jangka Pendek
Pemantauan Pengobatan TB RO dengan
Paduan Jangka Panjang
29. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Subdirektorat Tuberkulosis
Jl. HR. Rasuna Said Blok X5 Kav 4- Jakarta
Selatan
SOSIAL MEDIA
Instagram : @tbc.indonesia
Facebook : TBIndonesia
Twitter : @TBIndonesia
YouTube : TB Indonesia
Website Subdit TB : tbindonesia.or.id
TERIMA KASIH