Dokumen tersebut membahas tentang pedoman perilaku etika bisnis yang mencakup hubungan perusahaan dengan berbagai pemangku kepentingan seperti karyawan, pelanggan, pemegang saham, mitra, kompetitor, masyarakat, dan pemerintah. Dokumen tersebut juga menjelaskan dampak tidak dilaksanakannya etika bisnis dan contoh kasus pelanggaran etika bisnis.
2. Pendahuluan
Latar Belakang
Maksud & Tujuan
Pedoman Perilaku Etika Bisnis
A. Hubungan Perusahaan – Karyawan
○ A.1. Pedoman Perilaku Karyawan
○ A.2. Pedoman Perilaku Komisaris & Direksi
B. Hubungan Perusahaan – Pelanggan
C. Hubungan Perusahaan – Pemegang Saham
D. Hubungan Perusahaan – Mitra
E. Hubungan Perusahaan – Kompetitor
F. Hubungan Perusahan – Masyarakat
G. Hubungan Perusahaan – Regulator/Pemerintah
Dampak Tidak Dilaksanakannya Etika Bisnis Oleh Suatu
Perusahaan
Contoh Kasus Pelanggaran Etika Bisnis
Hubungan Sinergis Etika Bisnis - Laba
3. Etika : seperangkat kesepakatan umum untuk mengatur
hubungan di dalam bermasyarakat agar terjadi hubungan yang
tidak saling merugikan.
Etika kemudian dituangkan dalam bentuk tertulis : undang-
undang, hukum, peraturan, dsb.
Dan bentuk tak tertulis : etiket, sopan santun, dsb.
Di dunia bisnis : untuk menjaga hugungan bisnis berlangsung
dengan fair Undang-undang, peraturan pemerintah,
keputusan presiden, dsb.
Dalam kerangka yang lebih luas : Code of Conduct, ISO, Global
Compact, Decent Works, Company Social Responsibility, dsb.
4. Peristiwa WorldCom dan Enron Di Amerika
Serikat perubahan fundamental peraturan
perundang-undangan di bidang audit dan pasar
modal. Di negara-negara lain penyempurnaan
pedoman etika bisnis di negara yang
bersangkutan.
Krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997-
1999 yang di Indonesia berkembang menjadi
krisis multidimensi yang berkepanjangan. Krisis
tersebut antara lain terjadi karena banyak
perusahaan yang belum menerapkan etika bisnis
secara konsisten.
5. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang
didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta
kewajaran dan kesetaraan.
Mendorong pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi agar
dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai moral
yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap
masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan.
Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap
memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.
Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun internasional,
sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi
dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkesinambungan.
6. Pada umumnya pedoman perilaku etika bisnis
meliputi hubungan-hungan perusahaan terhadap
stakeholders yang terdiri atas :
Pemegang Saham
Pelanggan
Mitra
Kompetitor
Masyarakat (communities)
Dan juga mengatur pedoman etika dan perilaku
lingkungan internal perseroan yang meliputi :
Komisaris & Direksi
Karyawan
Serta mengatur hubungan terhadap regulator /
pemerintah
7. Menghindari praktek diskriminasi
Perusahaan menghormati hak azasi karyawan serta hak dan kewajiban karyawan berdasarkan peraturan
perusahaan dan kesepakatan dalam Perjanjian Kerja Bersama.
Perusahaan memberi kesempatan yang sama tanpa membedakan umur, suku, bangsa, agama dan gender.
Perusahaan memperlakukan karyawan sebagai sumber daya yang berharga.
Perusahaan menghargai kebebasan beragama.
Perusahaan adalah pemberi kerja yang memberikan perlakuan yang setara dan berkeadilan dalam hal
ketenagakerjaan, menjalan ketentuan dan pemberian benefit dan kompensasi lainnya.
Pemberian reward dan punishment yang mendorong semangat bekerja karyawan.
Memelihara keamanan dan keselamatan kerja
Memberikan jaminan perlindungan hukum kepada pegawai dalam kaitannya dengan tugas-tugas di
perusahaan.
Menyediakan lingkungan kerja yang nyaman dan memberikan jaminan kesehatan bagi karyawan dan
keluarga.
Memberikan imbal jasa yang layak dan jaminan pensiun sesuai kemampuan perusahaan.
Memberikan jaminan bekerja terutama bagi karyawan yang memberikan kontribusi baik dan memiliki
kompetensi yang sesuai dengan tuntutan perusahaan.
Mewadahi aspirasi karyawan melalui Serikat Karyawan dan menjadikannya mita dalam membangun bisnis
yang bermoral dan efektif dalam pencapaian tujuan, visi, dan misi perusahaan.
8. Jujur
Disiplin
Tanggung Jawab
Menjaga konfidensialitas
Memelihara loyalitas dan menjauhi larangan
Menjaga infrastruktur perusahaan
Menjaga lingkungan kerja
9. Memastikan pemenuhan peraturan
perundang-undangan dan anggaran dasar
perusahaan
Menyusun rencana jangka panjang, strategi,
maupun rencana kerja dan anggaran tahunan
10. Menyediakan barang dan jasa yang berkualitas
Memberikan harga produk yang wajar dan adil
Memberikan informasi secara jelas dan mudah dimengerti
tentang hak dan kewajiban pelanggan
Menyediakan dan mengelola media kontak pelanggan
Mengusung falsafah customer-oriented (customer centric)
Membangun proses ujung ke ujung dalam melayani pelanggan
sesuai dengan standar yang berlaku.
Menyediakan dukungan pelanggan yang sempurna
11. Perusahaan selalu berusaha menjaga dan
meningkatkan nilai usaha, sesuai dengan
harapan pemegang saham.
Menghormati hak-hak pemegang saham
sebagaimana diatur dalam undang-undang,
Ketetapan Pasar Modal, serta ketentuan-
ketentuan lain yang berlaku.
12. Berkewajiban untuk memberikan peningkatan skill,
kompetensi, dan pelatihan tentang:
Produk/Jasa
Prosedur dan Etika Layanan
Pengadaan barang dan jasa harus dilakukan dengan:
Fair
Transparan
Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta prinsip-prinsip Good
Corporate Governance.
Menjamin dilaksanakannya hak dan kewajiban mitra bisnis
sesuai dengan perjanjian dan peraturan perundang-
undangan.
13. Dalam usaha mencari informasi tentang
kompetitor melakukan cara-cara yang :
Legal
Jujur
Diambil dari sumber yang sah (BPS, Marketing
Intelegent, dsb)
Tidak melakukan spionase, penyadapan, atau
pencurian.
14. Menerapkan CSR (Corporate Social
Responsibillty)
Membangun dan membina hubungan yang
serasi dan harmonis serta memberi manfaat
kepada masyarakat sekitar.
Mengurangi seminimal mungkin dampak
terhadap lingkungan hidup.
15. Tunduk dan mematuhi segenap hukum,
perundangan dan peraturan bisnis yang berlaku.
Menjalin hubungan yang harmonis dan
konstruktif atas dasar kejujuran terhadap
regulator/ pemerintah.
Tidak melakukan korupsi, kolusi, nepotisme
(KKN) maupun suap terhadap pejabat
pemerintah.
16. Menimbulkan ketidakpercayaan terhadap perusahaan tsb:
Pemegang Saham : harga saham merosot Pemegang saham mencabut
mandat terhadap eksekutif
Karyawan : demotivasi dan degradasi moral perusahaan stagnan
Publik : tidak mau memakai produk/jasa perusahaan; melakukan
gugatan class action perusahaan bangkrut
Mitra : tidak bersedia melakukan kerja sama
Pemerintah : muncul kebijakan yang dapat mempengaruhi kelangsungan
hidup perusahaan dan perekonomian secara luas
Dampak hukum:
Pencoretan dari bursa efek (delisting) oleh BPPM
Ancaman sanksi pidana atas manipulasi laporan, berita, pajak.
Ancaman gugatan perdata dari pihak-pihak yang merasa dirugikan
17. Melubernya lumpur dan gas panas di Kab.
Sidoarjo yang disebabkan ekploitasi gas oleh
PT. Lapindo Brantas
Obat anti-nyamuk HIT memakai bahan
pestisida berbahaya yang dilarang
penggunaannya
Pemakaian formalin pada pembuatan tahu
dan pengawetan ikan laut
18. Sebuah RS Swasta melalui pihak Pengurus mengumumkan
kepada seluruh karyawan yang akan mendaftar PNS secara
otomotais dinyatakan mengundurkan diri.
A sebagai salah seorang karyawan di RS Swasta itu
mengabaikan pengumuman dari pihak pengurus karena
menurut pendapatnya ia diangkat oleh Pengelola dalam hal
ini direktur, sehingga segala hak dan kewajiban dia
berhubungan dengan Pengelola bukan Pengurus.
Pihak Pengelola sendiri tidak memberikan surat edaran
resmi mengenai kebijakan tersebut. Karena sikapnya itu, A
akhirnya dinyatakan mengundurkan diri. Dari kasus ini RS
Swasta itu dapat dikatakan melanggar prinsip akuntabilitas
karena tidak ada kejelasan fungsi, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban antara Pengelola dan Pengurus
Rumah Sakit
19. Contoh kasus : keracunan Tylenol yg menyebabkan kematian 7 orang,
diproduksi Johnson & Johnson (J&J) tahun 1982
Setelah diselidiki, ternyata Tylenol itu mengandung racun sianida.
Meski penyelidikan masih dilakukan, J&J segera menarik 31 juta botol
Tylenol di pasaran dan mengumumkan agar konsumen berhenti
mengonsumsi produk itu hingga pengumuman lebih lanjut.
Hasil penyelidikan J&J, FBI, dan FDA membuktikan, keracunan itu
disebabkan oleh pihak lain yang memasukkan sianida ke botol-botol
Tylenol.
Biaya yang dikeluarkan J&J dalam kasus itu >$100 juta. Namun,
karena kesigapan dan tanggung jawab yang mereka tunjukkan,
perusahaan itu berhasil membangun reputasi bagus yang masih
dipercaya hingga kini.
Editor's Notes
Etika, merupakan seperangkat kesepakatan umum untuk mengatur hubungan di dalam bermasyarakat. Pengaturan tingkah laku ini perlu agar terjadi hubungan yang tidak saling merugikan. Etika yang kemudian dituangkan dalam bentuk tertulis, maka lahirlah kebijakan yang berupa: undang-undang, hukum, peraturan, dsb. Namun selain yang tertulis, terdapat juga yang bersifat tak tertulis. Bentuk tak tertulis tersebut berupa kesepakatan umum dalam masyarakat atau kelompok masyarakat. Kesepakatan ini kemudian lebih dikenal dengan etiket, sopan santun, dsb.
Peristiwa WorldCom dan Enron – yang mana mereka melakukan pelaporan fiktif- di Amerika Serikat telah menambah keyakinan tentang betapa pentingnya penerapan Etika Bisnis. Di Amerika Serikat, peristiwa tersebut ditanggapi dengan perubahan fundamental peraturan perundang-undangan di bidang audit dan pasar modal. Di negara-negara lain, hal tersebut ditanggapi secara berbeda, antara lain dalam bentuk penyempurnaan pedoman etika bisnis di negara yang bersangkutan.
Perkembangan lain yang penting dalam kaitan dengan perlunya penerapan etika bisnis adalah adanya krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997-1999 yang di Indonesia berkembang menjadi krisis multidimensi yang berkepanjangan. Krisis tersebut antara lain terjadi karena banyak perusahaan yang belum menerapkan etika bisnis secara konsisten.
Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan.
Mendorong pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan.
Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.
Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun internasional, sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkesinambungan.
Melaksanakan kontrol internal dan manajemen risiko
-Mitra Kerja : Supplier, Pemasok, Vendor, Agen, Re-seller, Instalatur, dsb
-Berkewajiban untuk memberikan peningkatan skill, kompetensi, dan pelatihan tentang: Produk/Jasa Prosedur dan Etika Layanan; dalam rangka memberikan pengetahuan produk/layanan sehingga dapat meminimalisasi komplain pelanggan
-Pengadaan barang dan jasa harus dilakukan dengan fair, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta prinsip-prinsip Good Corporate Governance. dengan melibatkan Calon Mitra yang memiliki reputasi yang baik
Menerapkan CSR (Corporate Social Responsibillty)
Membangun dan membina hubungan yang serasi dan harmonis serta memberi manfaat kepada masyarakat sekitar.
Mengurangi seminimal mungkin dampak terhadap lingkungan hidup. misalnya : membuat pengolahan limbah sebelum dibuang ke saluran pembuangan, memberikan tanda-tanda bahaya pada perangkat yang memungkinkan menyebabkan kecelakaan (tiang listrik ,dll)
Bppm=Badan Pengawas Pasar Modal
Beberapa hari terakhir ada dua berita yang mempertanyakan apakah etika dan bisnis berasal dari dua dunia berlainan. Pertama, melubernya lumpur dan gas panas di Kabupaten Sidoarjo yang disebabkan eksploitasi gas PT Lapindo Brantas.
Kedua, obat antinyamuk HIT yang diketahui memakai bahan pestisida berbahaya yang dilarang penggunaannya sejak tahun 2004. Dalam kasus Lapindo, bencana memaksa penduduk harus ke rumah sakit. Perusahaan pun terkesan lebih mengutamakan penyelamatan aset-asetnya daripada mengatasi soal lingkungan dan sosial yang ditimbulkan. Pada kasus HIT, meski perusahaan pembuat sudah meminta maaf dan berjanji akan menarik produknya, ada kesan permintaan maaf itu klise. Penarikan produk yang kandungannya bisa menyebabkan kanker itu terkesan
tidak sungguh-sungguh dilakukan. Produk berbahaya itu masih beredar di pasaran.
Atas kasus-kasus itu, kedua perusahaan terkesan melarikan diri dari tanggung jawab.
Sebelumnya, kita semua dikejutkan dengan pemakaian formalin pada pembuatan tahu dan pengawetan ikan laut serta pembuatan terasi dengan bahan yang sudah berbelatung.
Namun, belakangan beberapa akademisi dan praktisi bisnis melihat adanya hubungan sinergis antara etika dan laba. Menurut mereka, justru di era kompetisi yang ketat ini, reputasi baik merupakan sebuah competitive advantage yang sulit ditiru.
Salah satu kasus yang sering dijadikan acuan adalah bagaimana Johnson & Johnson (J&J) menangani kasus keracunan Tylenol tahun 1982. Pada kasus itu, tujuh orang dinyatakan mati secara misterius setelah mengonsumsi Tylenol di Chicago.
Setelah diselidiki, ternyata Tylenol itu mengandung racun sianida. Meski penyelidikan masih dilakukan guna mengetahui pihak yang bertanggung jawab, J&J segera menarik 31 juta botol Tylenol di pasaran dan mengumumkan agar konsumen berhenti mengonsumsi produk itu hingga pengumuman lebih lanjut.
J&J bekerja sama dengan polisi, FBI, dan FDA (BPOM-nya Amerika Serikat) menyelidiki kasus itu. Hasilnya membuktikan, keracunan itu disebabkan oleh pihak lain yang memasukkan sianida ke botol-botol Tylenol.
Biaya yang dikeluarkan J&J dalam kasus itu lebih dari 100 juta dollar AS. Namun, karena kesigapan dan tanggung jawab yang mereka tunjukkan, perusahaan itu berhasil membangun reputasi bagus yang masih dipercaya hingga kini.
Begitu kasus itu diselesaikan, Tylenol dilempar kembali ke pasaran dengan penutup lebih aman dan produk itu segera kembali menjadi pemimpin pasar (market leader) di Amerika Serikat.