Teks tersebut membahas penerapan Good Corporate Governance pada PT Pandawa Banguntama. Teks menjelaskan bahwa studi ini bertujuan untuk menganalisis penerapan GCG di perusahaan Indonesia khususnya PT Pandawa Banguntama, apakah sesuai dengan prinsip-prinsip GCG atau tidak. Hasil studi menunjukkan bahwa konsep penerapan GCG oleh PT Pandawa Banguntama dapat dikatakan cukup baik.
Meningkatkan good corporate governance gcg kementerian perhubunganDr. Zar Rdj
Good Corporate Governance di Indonesia mulai ramai dikenal pada tahun 1997, saat krisis ekonomi menerpa Indonesia. Sulit dipungkiri, selama sepuluh tahun terakhir ini, istilah Good Corporate Governance (GCG) kian populer. Tak hanya populer, istilah tersebut juga ditempatkan di posisi terhormat. Pertama, GCG merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh dan menguntungkan dalam jangka panjang, sekaligus memenangkan persaingan bisnis global. Kedua, krisis ekonomi di kawasan Asia dan Amerika Latin yang diyakini muncul karena kegagalan penerapan GCG
Good Corporate Governance (GCG) secara teori merupakan sebuah konsep/paham yang akhirnya dapat membuat sebuah sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan/organisasi dalam menciptakan value added (nilai tambah) untuk semua stakeholders. Good Corporate Governance (GCG) sudah pasti dapat memastikan manajemen berjalan dengan baik, tetapi manajemen tidak boleh cukup puas hanya dengan memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan secara efisien.
Prinsip-prinsip GCG
Ada Dua hal yang perlu ditekankan dalam pelaksanaan konsep GCG yang pertama pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada waktunya dan yang kedua yaitu kewajiban perusahaan/organisasi untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, dan transparan terhadap semua informasi yang berkaitan dengan kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholders.
BE & GG, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, MM, Penerapan Good ...Rudy Harland
BE & GG, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, MM, Penerapan Good Corporate Governance (GCG) di PT. First Media, Tbk, Universitas Mercubuana, 2017
Meningkatkan good corporate governance gcg kementerian perhubunganDr. Zar Rdj
Good Corporate Governance di Indonesia mulai ramai dikenal pada tahun 1997, saat krisis ekonomi menerpa Indonesia. Sulit dipungkiri, selama sepuluh tahun terakhir ini, istilah Good Corporate Governance (GCG) kian populer. Tak hanya populer, istilah tersebut juga ditempatkan di posisi terhormat. Pertama, GCG merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh dan menguntungkan dalam jangka panjang, sekaligus memenangkan persaingan bisnis global. Kedua, krisis ekonomi di kawasan Asia dan Amerika Latin yang diyakini muncul karena kegagalan penerapan GCG
Good Corporate Governance (GCG) secara teori merupakan sebuah konsep/paham yang akhirnya dapat membuat sebuah sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan/organisasi dalam menciptakan value added (nilai tambah) untuk semua stakeholders. Good Corporate Governance (GCG) sudah pasti dapat memastikan manajemen berjalan dengan baik, tetapi manajemen tidak boleh cukup puas hanya dengan memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan secara efisien.
Prinsip-prinsip GCG
Ada Dua hal yang perlu ditekankan dalam pelaksanaan konsep GCG yang pertama pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada waktunya dan yang kedua yaitu kewajiban perusahaan/organisasi untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, dan transparan terhadap semua informasi yang berkaitan dengan kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholders.
BE & GG, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, MM, Penerapan Good ...Rudy Harland
BE & GG, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, MM, Penerapan Good Corporate Governance (GCG) di PT. First Media, Tbk, Universitas Mercubuana, 2017
BE & GG, Rimada D. Putri, Hapzi Ali, Good Coorporate Governance (gcg) pt. ast...Rimada Diamanta Putri
Dalam corporate governance selalu ada dua hal yang perlu diperhatikan. Apakah aturan atau sistem tata-kelola sudah ada secara jelas, lengkap, dan tertulis ? Apakah aturan dan sistem yang sudah jelas tersebut dilaksanakan dengan konsisten atau tidak ? Kedua hal tersebutlah yang menentukan apakah sudah ada good corporate governance dalam suatu perusahaan.
BE & GG, Ahmad Sultoni, Prof. Dr. Ir. H. Hapzi Ali Pre-MSc, MM. CMA, Penerapa...AHMAD SULTONI
Good governance dapat diartikan sebagai kepemerintahan yang baik atau penyelenggaraan pemerintahaan yang bersih dan efektif, sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Pemerintahan mencakup ruang lingkup yang luas, termasuk bidang politik, ekonomi dan sosial mulai dari proses perumusan kebijakan dan pengmbilan keputusan hingga pelaksanaan dan pengawasan.Political governance mengacu pada proses pembuat kebijakan. Economic governance mengacu pada proses pembuatan keputusan di bidang ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan, pemerataan, penurunan kemiskinan dan peningkatan kualitas hidup. Administrative governance berarti, bahwa penyelenggara setiap bidang dan tahapan pemerintahan harus dilakukan dengan bersih, efisien, dan efektif.
Perseroan sangat menyambut baik program BUMN bersih yang ditetapkan oleh Kementerian BUMN melalui penerbitan Surat Edaran No. SE-05/ MBU/2013 tentang Roadmap Menuju BUMN Bersih. Program yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas penerapan prinsip-prinsip GCG, serta mewujudkan BUMN yang tangguh, unggul serta bermartabat tersebut diwujudkan oleh Perseroan melalui program “Krakatau Steel (KS) Bersih”.
BE & GG, Ahmad Sultoni, Prof. Dr. Ir. H. Hapzi Ali Pre-MSc, MM. CMA, Penerapa...AHMAD SULTONI
Good governance dapat diartikan sebagai kepemerintahan yang baik atau penyelenggaraan pemerintahaan yang bersih dan efektif, sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Pemerintahan mencakup ruang lingkup yang luas, termasuk bidang politik, ekonomi dan sosial mulai dari proses perumusan kebijakan dan pengmbilan keputusan hingga pelaksanaan dan pengawasan.Political governance mengacu pada proses pembuat kebijakan. Economic governance mengacu pada proses pembuatan keputusan di bidang ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan, pemerataan, penurunan kemiskinan dan peningkatan kualitas hidup. Administrative governance berarti, bahwa penyelenggara setiap bidang dan tahapan pemerintahan harus dilakukan dengan bersih, efisien, dan efektif.
Perseroan sangat menyambut baik program BUMN bersih yang ditetapkan oleh Kementerian BUMN melalui penerbitan Surat Edaran No. SE-05/ MBU/2013 tentang Roadmap Menuju BUMN Bersih. Program yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas penerapan prinsip-prinsip GCG, serta mewujudkan BUMN yang tangguh, unggul serta bermartabat tersebut diwujudkan oleh Perseroan melalui program “Krakatau Steel (KS) Bersih”.
BE & GG, Rimada D. Putri, Hapzi Ali, Good Coorporate Governance (gcg) pt. ast...Rimada Diamanta Putri
Dalam corporate governance selalu ada dua hal yang perlu diperhatikan. Apakah aturan atau sistem tata-kelola sudah ada secara jelas, lengkap, dan tertulis ? Apakah aturan dan sistem yang sudah jelas tersebut dilaksanakan dengan konsisten atau tidak ? Kedua hal tersebutlah yang menentukan apakah sudah ada good corporate governance dalam suatu perusahaan.
BE & GG, Ahmad Sultoni, Prof. Dr. Ir. H. Hapzi Ali Pre-MSc, MM. CMA, Penerapa...AHMAD SULTONI
Good governance dapat diartikan sebagai kepemerintahan yang baik atau penyelenggaraan pemerintahaan yang bersih dan efektif, sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Pemerintahan mencakup ruang lingkup yang luas, termasuk bidang politik, ekonomi dan sosial mulai dari proses perumusan kebijakan dan pengmbilan keputusan hingga pelaksanaan dan pengawasan.Political governance mengacu pada proses pembuat kebijakan. Economic governance mengacu pada proses pembuatan keputusan di bidang ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan, pemerataan, penurunan kemiskinan dan peningkatan kualitas hidup. Administrative governance berarti, bahwa penyelenggara setiap bidang dan tahapan pemerintahan harus dilakukan dengan bersih, efisien, dan efektif.
Perseroan sangat menyambut baik program BUMN bersih yang ditetapkan oleh Kementerian BUMN melalui penerbitan Surat Edaran No. SE-05/ MBU/2013 tentang Roadmap Menuju BUMN Bersih. Program yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas penerapan prinsip-prinsip GCG, serta mewujudkan BUMN yang tangguh, unggul serta bermartabat tersebut diwujudkan oleh Perseroan melalui program “Krakatau Steel (KS) Bersih”.
BE & GG, Ahmad Sultoni, Prof. Dr. Ir. H. Hapzi Ali Pre-MSc, MM. CMA, Penerapa...AHMAD SULTONI
Good governance dapat diartikan sebagai kepemerintahan yang baik atau penyelenggaraan pemerintahaan yang bersih dan efektif, sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Pemerintahan mencakup ruang lingkup yang luas, termasuk bidang politik, ekonomi dan sosial mulai dari proses perumusan kebijakan dan pengmbilan keputusan hingga pelaksanaan dan pengawasan.Political governance mengacu pada proses pembuat kebijakan. Economic governance mengacu pada proses pembuatan keputusan di bidang ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan, pemerataan, penurunan kemiskinan dan peningkatan kualitas hidup. Administrative governance berarti, bahwa penyelenggara setiap bidang dan tahapan pemerintahan harus dilakukan dengan bersih, efisien, dan efektif.
Perseroan sangat menyambut baik program BUMN bersih yang ditetapkan oleh Kementerian BUMN melalui penerbitan Surat Edaran No. SE-05/ MBU/2013 tentang Roadmap Menuju BUMN Bersih. Program yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas penerapan prinsip-prinsip GCG, serta mewujudkan BUMN yang tangguh, unggul serta bermartabat tersebut diwujudkan oleh Perseroan melalui program “Krakatau Steel (KS) Bersih”.
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Governance Rating,...Rachmad Hidayat
Judul : KONSEP DAN FUNGSI DARI GOVERNANCE RATING DALAM MEWUJUDKAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) ATAU GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE (GGG)
Tugas : Forum 12 BE & GG
Nama Mahasiswa : Rachmad Hidayat
Nomor Induk Mahasiswa : 55117110127
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA
===========================================================
Judul : TENTANG GOVERNANCE RATING, IMPLEMENTASINYA PADA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN DI INDONESIA DAN KRITIK SERTA REKOMENDASINYA
Tugas : Quiz 12 BE & GG
Nama Mahasiswa : Rachmad Hidayat
Nomor Induk Mahasiswa : 55117110127
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA
GCG implementation is the company’s effort to increase shareholders’ values, protect the interest of the stakeholders, increase compliance toward laws and regulations and implementation of general ethical values -KSEI
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
Be & gg, Eka Revi Ruswandi, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, good corporate governance, universitas mercu buana, 2017
1. PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
PADA PT PANDAWA BANGUNTAMA
Mei Larasetiati, Prof. Hapzi Ali
Program Studi Manajemen, Universitas Mercubuana
E-mail: Larasetiati@gmail.com
This study aims to analyze the application of Good Corporate Governance in Indonesian
companies, especially in PT Pandawa Banguntama, whether it is in accordance with the
principles of Good Corporate Governance or not. This study uses literature study method
and based on observations made to support the results of this study. The findings of this
study indicate that the concept of application of Good Corporate Governance applied by
PT Pandawa Banguntama can be said or classified as quite well.
Keywords: principles of Good Governance Corporate, Good Governance Corporate,
Corporate
I. INTRODUTION
Penerapan GCG merupakan wujud kepatuhan perseroan terhadap Peraturan
Menteri Negara BUMN nomor PER01/ MBU/2011 tanggal 1 Agustus 2011 tentang
Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada
Badan Usaha Milik Negara.
Penerapan tata kelola perusahaan yang baik, berdampak positif bagi lingkungan
internal perusahaan serta lingkungan eksternal perusahaan. Penerapan tata kelola
perusahaan yang baik di lingkungan BUMN diharapkan mampu:
1. Mengoptimalkan nilai BUMN agar perusahaan memiliki daya saing yang
kuat, baik secara nasional maupun internasional, sehingga mampu
mempertahankan keberadaannya dan daya saing berkelanjutan BUMN.
2. Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, efisien, dan efektif,
serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian organ
perseroan.
3. Mendorong agar organ perseroan dalam membuat keputusan dan
menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan
terhadap peraturan perundangundangan, serta kesadaran akan adanya
tanggung jawab sosial BUMN terhadap pemangku kepentingan maupun
kelestarian lingkungan di sekitar BUMN.
4. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional.
5. Berkontribusi bagi peningkatan iklim yang kondusif bagi perkembangan
investasi nasional.
II. LITERATURE REVIEW
GCG diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan dan
konsisten dengan peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu penerapan
GCG perlu didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu negara dan
2. perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan
masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha. Prinsip-prinsip dasar
yang harus dilaksanakan oleh masingmasing pilar adalah:
Negara dan perangkatnya menciptakan peraturan perundang-undangan
yang menunjang iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan,
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan penegakan hukum
secara konsisten (consistent law enforcement).
Dunia usaha sebagai pelaku pasar menerapkan GCG sebagai pedoman
dasar pelaksanaan usaha.
Masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak
yang terkena dampak dari keberadaan perusahaan, menunjukkan
kepedulian dan melakukan kontrol sosial (social control) secara obyektif
dan bertanggung jawab.
2.1. Good Corporate Governance
Setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas GCG diterapkan pada setiap
aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan. Asas GCG yaitu transparansi,
akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan
diperlukan untuk mencapai kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan
dengan memperhatikan pemangku kepentingan (stakeholders).
1. Transparasi (Transparency)
Prinsip Dasar
Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus
menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang
mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan
harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah
yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal
yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham,
kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.
Pedoman Pokok Pelaksanaan
Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu,
memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah
diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan haknya.
Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas pada,
visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan,
susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali,
kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan anggota Dewan
Komisaris beserta anggota keluarganya dalam perusahaan dan
perusahaan lainnya, sistem manajemen risiko, sistem pengawasan
dan pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta tingkat
kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat mempengaruhi
kondisi perusahaan.
Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi
kewajiban untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan
3. sesuai dengan peraturan perundang-undangan, rahasia jabatan, dan
hak-hak pribadi.
Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional
dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan.
2. Akuntanbilities (Accountanbilty)
Prinsip Dasar
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara
transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar,
terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap
memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku
kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan
untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan
Pedoman Pokok Pelaksanaan
Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab
masing-masing organ perusahaan dan semua karyawan secara jelas
dan selaras dengan visi, misi, nilai-nilai perusahaan (corporate
values), dan strategi perusahaan.
Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan dan
semua karyawan mempunyai kemampuan sesuai dengan tugas,
tanggung jawab, dan perannya dalam pelaksanaan GCG.
Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian internal
yang efektif dalam pengelolaan perusahaan.
Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran
perusahaan yang konsisten dengan sasaran usaha perusahaan, serta
memiliki sistem penghargaan dan sanksi (reward and punishment
system).
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap organ
perusahaan dan semua karyawan harus berpegang pada etika bisnis
dan pedoman perilaku (code of conduct) yang telah disepakati
3. Responsibilitas (Responsibility)
Prinsip Dasar
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta
melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan
sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang
dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.
Pedoman Pokok Pelaksanaan
Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan
memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan,
anggaran dasar dan peraturan perusahaan (by-laws).
Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial dengan
antara lain peduli terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan
terutama di sekitar perusahaan dengan membuat perencanaan dan
pelaksanaan yang memadai.
4. 4. Independensi (Independency)
Prinsip Dasar
Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola
secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak
saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
Pedoman Pokok Pelaksanaan
Masing-masing organ perusahaan harus menghindari terjadinya
dominasi oleh pihak manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan
tertentu, bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan dari
segala pengaruh atau tekanan, sehingga pengambilan keputusan
dapat dilakukan secara obyektif.
Masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan
tugasnya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-
undangan, tidak saling mendominasi dan atau melempar tanggung
jawab antara satu dengan yang lain.
5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)
Prinsip Dasar
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa
memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku
kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
Pedoman Pokok Pelaksanaan
Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku
kepentingan untuk memberikan masukan dan menyampaikan
pendapat bagi kepentingan perusahaan serta membuka akses
terhadap informasi sesuai dengan prinsip transparansi dalam lingkup
kedudukan masing-masing.
Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar
kepada pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi
yang diberikan kepada perusahaan.
Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama dalam
penerimaan karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya secara
profesional tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, gender,
dan kondisi fisik.
2.2.Organ Perusahaan
Organ perusahaan, yang terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS),
Dewan Komisaris dan Direksi, mempunyai peran penting dalam pelaksanaan
GCG secara efektif. Organ perusahaan harus menjalankan fungsinya sesuai
dengan ketentuan yang berlaku atas dasar prinsip bahwa masing-masing organ
mempunyai independensi dalam melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung
jawabnya semata-mata untuk kepentingan perusahaan.
A. Rapat Umum Pemegang Saham
5. Prinsip Dasar
RUPS sebagai organ perusahaan merupakan wadah para pemegang saham
untuk mengambil keputusan penting yang berkaitan dengan modal yang
ditanam dalam perusahaan, dengan memperhatikan ketentuan anggaran
dasar dan peraturan perundang-undangan. Keputusan yang diambil dalam
RUPS harus didasarkan pada kepentingan usaha perusahaan dalam jangka
panjang. RUPS dan atau pemegang saham tidak dapat melakukan intervensi
terhadap tugas, fungsi dan wewenang Dewan Komisaris dan Direksi dengan
tidak mengurangi wewenang RUPS untuk menjalankan haknya sesuai dengan
anggaran dasar dan peraturan perundangundangan, termasuk untuk
melakukan penggantian atau pemberhentian anggota Dewan Komisaris dan
atau Direksi.
Pedoman Pokok Pelaksanaan
1. Pengambilan keputusan RUPS harus dilakukan secara wajar dan
transparan dengan memperhatikan hal-hal yang diperlukan untuk menjaga
kepentingan usaha perusahaan dalam jangka panjang, termasuk tetapi
tidak terbatas pada:
Anggota Dewan Komisaris dan Direksi yang diangkat dalam RUPS
harus terdiri dari orang-orang yang patut dan layak (fit and proper) bagi
perusahaan. Bagi perusahaan yang memiliki Komite Nominasi dan
Remunerasi, dalam pengangkatan anggota Dewan Komisaris dan
Direksi harus mempertimbangkan pendapat komite tersebut yang
disampaikan oleh Dewan Komisaris kepada mereka yang mempunyai
hak untuk mengajukan calon kepada RUPS.
Dalam mengambil keputusan menerima atau menolak laporan Dewan
Komisaris dan Direksi, perlu dipertimbangkan kualitas laporan yang
berhubungan dengan GCG.
Bagi perusahaan yang memiliki Komite Audit, dalam menetapkan
auditor eksternal harus mempertimbangkan pendapat komite tersebut
yang disampaikan kepada Dewan Komisaris.
Dalam hal anggaran dasar dan atau peraturan perundang-undangan
mengharuskan adanya keputusan RUPS tentang hal-hal yang
berkaitan dengan usaha perusahaan, keputusan yang diambil harus
memperhatikan kepentingan wajar para pemangku kepentingan.
Dalam mengambil keputusan pemberia
n bonus, tantiem dan dividen harus memperhatikan kondisi kesehatan
keuangan perusahaan.
2. RUPS harus diselenggarakan sesuai dengan kepentingan perusahaan dan
dengan memperhatikan anggaran dasar dan peraturan perundang-
undangan, serta dengan persiapan yang memadai, sehingga dapat
mengambil keputusan yang sah. Untuk itu:
Pemegang saham diberikan kesempatan untuk mengajukan usul mata
acara RUPS sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
Panggilan RUPS harus mencakup informasi mengenai mata acara,
tanggal, waktu dan tempat RUPS;
6. Bahan mengenai setiap mata acara yang tercantum dalam panggilan
RUPS harus tersedia dikantor perusahaan sejak tanggal panggilan
RUPS, sehingga memungkinkan pemegang saham berpartisipasi aktif
dalam RUPS dan memberikan suara secara bertanggung jawab. Jika
bahan tersebut belum tersedia saat dilakukan panggilan untuk RUPS,
maka bahan itu harus disediakan sebelum RUPS diselenggarakan;
Penjelasan mengenai hal-hal lain yang berkaitan dengan mata acara
RUPS dapat diberikan sebelum dan atau pada saat RUPS
berlangsung;
Risalah RUPS harus tersedia dikantor perusahaan, dan perusahaan
menyediakan fasilitas agar pemegang saham dapat membaca risalah
tersebut.
3. Penyelenggaraan RUPS merupakan tanggung jawab Direksi. Untuk itu,
Direksi harus mempersiapkan dan menyelenggarakan RUPS dengan baik
dan dengan berpedoman pada butir 1 dan 2 diatas. Dalam hal Direksi
berhalangan, maka penyelenggaraan RUPS dilakukan oleh Dewan
Komisaris atau pemegang saham sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan anggaran dasar perusahaan.
B. Dewan Komisaris dan Direksi
Prinsip Dasar
Kepengurusan perseroan terbatas di Indonesia menganut sistem dua
badan (twoboard system) yaitu Dewan Komisaris dan Direksi yang
mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang jelas sesuai dengan
fungsinya masing-masing sebagaimana diamanahkan dalam anggaran
dasar dan peraturan perundang-undangan (fiduciary responsibility).
Namun demikian, keduanya mempunyai tanggung jawab untuk
memelihara kesinambungan usaha perusahaan dalam jangka panjang.
Oleh karena itu, Dewan Komisaris dan Direksi harus memiliki kesamaan
persepsi terhadap visi, misi, dan nilai-nilai perusahaan.
Pedoman Pokok Pelaksanaan
1. Tanggung jawab bersama Dewan Komisaris dan Direksi dalam
menjaga kelangsungan usaha perusahaan dalam jangka panjang
tercermin pada:
Terlaksananya dengan baik kontrol internal dan manajemen risiko;
Tercapainya imbal hasil (return) yang optimal bagi pemegang
saham;
Terlindunginya kepentingan pemangku kepentingan secara wajar;
Terlaksananya suksesi kepemimpinan yang wajar demi
kesinambungan manajemen di semua lini organisasi.
2. Sesuai dengan visi, misi, dan nilai-nilai perusahaan, Dewan Komisaris
dan Direksi perlu bersama-sama menyepakati hal-hal tersebut di
bawah ini:
7. Rencana jangka panjang, strategi, maupun rencana kerja dan
anggaran tahunan;
kebijakan dalam memastikan pemenuhan peraturan perundang-
undangan dan anggaran dasar perusahaan serta dalam
menghindari segala bentuk benturan kepentingan;
Kebijakan dan metode penilaian perusahaan, unit dalam
perusahaan dan personalianya;
Struktur organisasi sampai satu tingkat di bawah Direksi yang dapat
mendukung tercapainya visi, misi dan nilai-nilai perusahaan.
C. Dewan Komisaris
Prinsip Dasar
Dewan Komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan
bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan
memberikan nasihat kepada Direksi serta memastikan bahwa Perusahaan
melaksanakan GCG. Namun demikian, Dewan Komisaris tidak boleh turut
serta dalam mengambil keputusan operasional. Kedudukan masing-
masing anggota Dewan Komisaris termasuk Komisaris Utama adalah
setara. Tugas Komisaris Utama sebagai primus inter pares adalah
mengkoordinasikan kegiatan Dewan Komisaris. Agar pelaksanaan tugas
Dewan Komisaris dapat berjalan secara efektif, perlu dipenuhi prinsip-
prinsip berikut:
1. Komposisi Dewan Komisaris harus memungkinkan pengambilan
keputusan secara efektif, tepat dan cepat, serta dapat bertindak
independen.
2. Anggota Dewan Komisaris harus profesional, yaitu berintegritas dan
memiliki kemampuan sehingga dapat menjalankan fungsinya dengan
baik termasuk memastikan bahwa Direksi telah memperhatikan
kepentingan semua pemangku kepentingan.
3. Fungsi pengawasan dan pemberian nasihat Dewan Komisaris
mencakup tindakan pencegahan, perbaikan, sampai kepada
pemberhentian sementara.
Pedoman Pokok Pelaksanaan
1. Komposisi, Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota Dewan
Komisaris
Jumlah anggota Dewan Komisaris harus disesuaikan dengan
kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektivitas
dalam pengambilan keputusan.
Dewan Komisaris dapat terdiri dari Komisaris yang tidak berasal
dari pihak terafiliasi yang dikenal sebagai Komisaris Independen
dan Komisaris yang terafiliasi. Yang dimaksud dengan terafiliasi
adalah pihak yang mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan
dengan pemegang saham pengendali, anggota Direksi dan Dewan
Komisaris lain, serta dengan perusahaan itu sendiri. Mantan
anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang terafiliasi serta
karyawan perusahaan, untuk jangka waktu tertentu termasuk dalam
kategori terafiliasi.
8. Jumlah Komisaris Independen harus dapat menjamin agar
mekanisme pengawasan berjalan secara efektif dan sesuai dengan
peraturan perundangundangan. Salah satu dari Komisaris
Independen harus mempunyai latar belakang akuntansi atau
keuangan.
Anggota Dewan Komisaris diangkat dan diberhentikan oleh RUPS
melalui proses yang transparan. Bagi perusahaan yang sahamnya
tercatat di bursa efek, badan usaha milik negara dan atau daerah,
perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana masyarakat,
perusahaan yang produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat
luas, serta perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap
kelestarian lingkungan, proses penilaian calon anggota Dewan
Komisaris dilakukan sebelum dilaksanakan RUPS melalui Komite
Nominasi dan Remunerasi. Pemilihan Komisaris Independen harus
memperhatikan pendapat pemegang saham minoritas yang dapat
disalurkan melalui Komite Nominasi dan Remunerasi.
Pemberhentian anggota Dewan Komisaris dilakukan oleh RUPS
berdasarkan alasan yang wajar dan setelah kepada anggota
Dewan Komisaris diberi kesempatan untuk membela diri.
2. Kemampuan dan Integritas Anggota Dewan Komisaris
Anggota Dewan Komisaris harus memenuhi syarat kemampuan
dan integritas sehingga pelaksanaan fungsi pengawasan dan
pemberian nasihat untuk kepentingan perusahaan dapat
dilaksanakan dengan baik.
Anggota Dewan Komisaris dilarang memanfaatkan perusahaan
untuk kepentingan pribadi, keluarga, kelompok usahanya dan atau
pihak lain.
Anggota Dewan Komisaris harus memahami dan mematuhi
anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan tugasnya.
Anggota Dewan Komisaris harus memahami dan melaksanakan
Pedoman GCG ini
3. Fungsi Pengawasan Dewan Komisaris
Dewan Komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil
keputusan operasional. Dalam hal Dewan Komisaris mengambil
keputusan mengenai hal-hal yang ditetapkan dalam anggaran
dasar atau peraturan perundangundangan, pengambilan
keputusan tersebut dilakukan dalam fungsinya sebagai pengawas,
sehingga keputusan kegiatan operasional tetap menjadi tanggung
jawab Direksi. Kewenangan yang ada pada Dewan Komisaris tetap
dilakukan dalam fungsinya sebagai pengawas dan penasihat.
Dalam hal diperlukan untuk kepentingan perusahaan, Dewan
Komisaris dapat mengenakan sanksi kepada anggota Direksi
dalam bentuk pemberhentian sementara, dengan ketentuan harus
segera ditindaklanjuti dengan penyelenggaraan RUPS.
9. Dalam hal terjadi kekosongan dalam Direksi atau dalam keadaan
tertentu sebagaimana ditentukan oleh peraturan perundang-
undangan dan anggaran dasar, untuk sementara Dewan Komisaris
dapat melaksanakan fungsi Direksi.
Dalam rangka melaksanakan fungsinya, anggota Dewan Komisaris
baik secara bersama-sama dan atau sendiri-sendiri berhak
mempunyai akses dan memperoleh informasi tentang perusahaan
secara tepat waktu dan lengkap.
Dewan Komisaris harus memiliki tata tertib dan pedoman kerja
(charter) sehingga pelaksanaan tugasnya dapat terarah dan efektif
serta dapat digunakan sebagai salah satu alat penilaian kinerja
mereka.
Dewan Komisaris dalam fungsinya sebagai pengawas,
menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengawasan atas
pengelolaan perusahaan oleh Direksi, dalam rangka memperoleh
pembebasan dan pelunasan tanggung jawab (acquit et decharge)
dari RUPS.
Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Komisaris dapat
membentuk komite. Usulan dari komite disampaikan kepada
Dewan Komisaris untuk memperoleh keputusan. Bagi perusahaan
yang sahamnya tercatat di bursa efek, perusahaan negara,
perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan mengelola
dana masyarakat, perusahaan yang produk atau jasanya
digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan yang
mempunyai dampak luas terhadap kelestarian lingkungan,
sekurang-kurangnya harus membentuk Komite Audit, sedangkan
komite lain dibentuk sesuai dengan kebutuhan.
4. Pertanggungjawaban Dewan Komisaris
Dewan Komisaris dalam fungsinya sebagai pengawas,
menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengawasan atas
pengelolaan perusahaan oleh Direksi. Laporan pengawasan
Dewan Komisaris merupakan bagian dari laporan tahunan yang
disampaikan kepada RUPS untuk memperoleh persetujuan.
Dengan diberikannya persetujuan atas laporan tahunan dan
pengesahan atas laporan keuangan, berarti RUPS telah
memberikan pembebasan dan pelunasan tanggung jawab kepada
masing-masing anggota Dewan Komisaris sejauh halhal tersebut
tercermin dari laporan tahunan, dengan tidak mengurangi tanggung
jawab masing-masing anggota Dewan Komisaris dalam hal terjadi
tindak pidana atau kesalahan dan atau kelalaian yang menimbulkan
kerugian bagi pihak ketiga yang tidak dapat dipenuhi dengan aset
perusahaan.
Pertanggungjawaban Dewan Komisaris kepada RUPS merupakan
perwujudan akuntabilitas pengawasan atas pengelolaan
perusahaan dalam rangka pelaksanaan asas GCG.
D. Direksi
10. Prinsip Dasar
Direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara
kolegial dalam mengelola perusahaan. Masing-masing anggota Direksi
dapat melaksanakan tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan
pembagian tugas dan wewenangnya. Namun, pelaksanaan tugas oleh
masing-masing anggota Direksi tetap merupakan tanggung jawab
bersama. Kedudukan masing-masing anggota Direksi termasuk Direktur
Utama adalah setara. Tugas Direktur Utama sebagai primus inter pares
adalah mengkoordinasikan kegiatan Direksi. Agar pelaksanaan tugas
Direksi dapat berjalan secara efektif, perlu dipenuhi prinsip-prinsip berikut:
1. Komposisi Direksi harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan
pengambilan keputusan secara efektif, tepat dan cepat, serta dapat
bertindak independen.
2. Direksi harus profesional yaitu berintegritas dan memiliki pengalaman
serta kecakapan yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya.
3. Direksi bertanggung jawab terhadap pengelolaan perusahaan agar
dapat menghasilkan keuntungan (profitability) dan memastikan
kesinambungan usaha perusahaan.
4. Direksi mempertanggungjawabkan kepengurusannya dalam RUPS
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
2.3. Pemegang Saham
Prinsip Dasar
Pemegang saham sebagai pemilik modal, memiliki hak dan tanggung jawab
atas perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan
anggaran dasar perusahaan. Dalam melaksanakan hak dan tanggung
jawabnya, perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
Pemegang saham harus menyadari bahwa dalam melaksanakan hak dan
tanggung jawabnya harus memperhatikan juga kelangsungan hidup
perusahaan.
Perusahaan harus menjamin dapat terpenuhinya hak dan tanggung jawab
pemegang saham atas dasar asas kewajaran dan kesetaraan (fairness)
sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar
perusahaan.
2.4. Pemangku Kepentingan
Prinsip Dasar
Pemangku kepentingan -selain pemegang saham- adalah mereka yang
memiliki kepentingan terhadap perusahaan dan mereka yang terpengaruh
secara langsung oleh keputusan strategis dan operasional perusahaan,
yang antara lain terdiri dari karyawan, mitra bisnis, dan masyarakat
terutama sekitar tempat usaha perusahaan. Antara perusahaan dengan
pemangku kepentingan harus terjalin hubungan yang sesuai dengan asas
kewajaran dan kesetaraan (fairness) berdasarkan ketentuan yang berlaku
bagi masing-masing pihak. Agar hubungan antara perusahaan dengan
pemangku kepentingan berjalan dengan baik, perlu diperhatikan prinsip-
prinsip sebagai berikut:
11. Perusahaan menjamin tidak terjadinya diskriminasi berdasarkan suku,
agama, ras, golongan, dan gender serta terciptanya perlakuan yang
adil dan jujur dalam mendorong perkembangan karyawan sesuai
dengan potensi, kemampuan, pengalaman dan keterampilan masing-
masing.
Perusahaan dan mitra bisnis harus bekerja sama untuk kepentingan
kedua belah pihak atas dasar prinsip saling menguntungkan.
Perusahaan harus memperhatikan kepentingan umum, terutama
masyarakat sekitar perusahaan, serta pengguna produk dan jasa
perusahaan.
2.5. Pedoman Praktis Penerapan GCG
Prinsip Dasar
Pelaksanaan GCG perlu dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan.
Untuk itu diperlukan pedoman praktis yang dapat dijadikan acuan oleh
perusahaan dalam melaksanakan penerapan GCG.
Pedoman Pokok Pelaksanaan
1. Dalam rangka penerapan GCG, masing-masing perusahaan harus
menyusun pedoman GCG perusahaan dengan mengacu pada
Pedoman GCG ini dan Pedoman Sektoral (bila ada). Pedoman GCG
perusahaan tersebut mencakup sekurang-kurangnya halhal sebagai
berikut:
Visi, misi dan nilai-nilai perusahaan;
Kedudukan dan fungsi RUPS, Dewan Komisaris, Direksi, komite
penunjang Dewan Komisaris, dan pengawasan internal;
Kebijakan untuk memastikan terlaksananya fungsi setiap organ
perusahaan secara efektif;
Kebijakan untuk memastikan terlaksananya akuntabilitas,
pengendalian internal yang efektif dan pelaporan keuangan yang
benar;
Pedoman perilaku yang didasarkan pada nilai-nilai perusahaan dan
etika bisnis;
Sarana pengungkapan informasi untuk pemegang saham dan
pemangku kepentingan lainnya;
Kebijakan penyempurnaan berbagai peraturan perusahaan dalam
rangka memenuhi prinsip GCG.
2. Agar pelaksanaan GCG dapat berjalan efektif, diperlukan proses
keikutsertaan semua pihak dalam perusahaan. Untuk itu diperlukan
tahapan sebagai berikut:
Membangun pemahaman, kepedulian dan komitmen untuk
melaksanakan GCG oleh semua anggota Direksi dan Dewan
Komisaris, serta Pemegang Saham Pengendali, dan semua
karyawan;
Melakukan kajian terhadap kondisi perusahaan yang berkaitan
dengan pelaksanaan GCG dan tindakan korektif yang diperlukan;
Menyusun program dan pedoman pelaksanaan GCG perusahaan;
12. Melakukan internalisasi pelaksanaan GCG sehingga terbentuk rasa
memiliki dari semua pihak dalam perusahaan, serta pemahaman
atas pelaksanaan pedoman GCG dalam kegiatan sehari-hari;
Melakukan penilaian sendiri atau dengan menggunakan jasa pihak
eksternal yang independen untuk memastikan penerapan GCG
secara berkesinambungan. Hasil penilaian tersebut diungkapkan
dalam laporan tahunan dan dilaporkan dalam RUPS tahunan.
III. METHODS
Untuk memperoleh data yang digunakan dalam tugas ini, penulis menggunakan
Metode pengumpulan data berupa studi literature, yaitu Untuk mendalami
metode dan konsep, maka penulis melakukan studi literatur dengan cara
membaca buku-bukureferensi, jurnal, tulisan ilmiah dan media lain yang
berkaitan dengan Good Corporate Governance dan mendukung serta
mempertegas teori-teori yang diperlukan untuk menyelesaikan penelitian ini. dan
juga melakukan pencarian dan pengumpulan data melalui internet dan
melakukan observasi berdasarkan pengalaman penulis bekerja di PT Pandawa
Banguntama.
IV. RESULT & DISCUSSION
Perseroan memiliki komitmen kuat untuk menerapkan tata kelola perusahaan yang
baik (good corporate governance) sebagai fondasi bagi tercapainya triple bottom line.
Caranya melalui pencapaian kinerja keuangan yang sehat dan kuat, dan
pengembangan sumber daya manusia yang unggul.
PRINSIP-PRINSIP DASAR GCG
1. Dalam menerapkan GCG, Perseroan mengacu pada lima prinsip berikut:
Transparency – keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan
keputusan, dan dalam mengemukakan informasi materiil yang relevan mengenai
perusahaan.
2. Accountability – kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban
organisasi sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.
3. Responsibility – kesesuaian dalam pengelolaan perusahaan terhadap perundang-
undangan.
4. Independency – kemandirian pengelola perusahaan untuk bertindak tanpa
terpengaruh tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku serta prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
5. Fairness – keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak pemangku
kepentingan, yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan yang berlaku.
Penerapan prinsip-prinsip GCG memerlukan pendekatan dan penahapan yang
cermat berdasarkan analisis atas situasi dan kondisi perusahaan serta kesiapan
perusahaan. Penerapan prinsip-prinsip GCG di Perseraan terdiri dari 6 (enam) tahap,
yaitu:
13. 1. Indentifikasi praktik GCG,
2. Membangun komitmen dan tujuan GCG,
3. Pengembangan struktur GCG,
4. Pengembangan mekanisme GCG,
5. Fase komunikasi, dan
6. Fase implementasi.
TUJUAN PENERAPAN GCG
Sebagai perusahaan terbuka yang dikelola secara profesional, Perseroan selalu
berusaha agar pelaksanaan kegiatan operasional berjalan sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku. Penerapan GCG adalah wujud kepatuhan Perusahaan
terhadap Peraturan Menteri BUMN Nomor Per-09/MBU/2012 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri BUMN Nomor Per-01/MBU/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola
Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) Pada Badan Usaha Milik
Negara. Perseroan memandang GCG adalah landasan bagi terwujudnya praktik etika
bisnis untuk menjadi warga usaha yang baik (Good Corporate Citizen), di samping juga
berfungsi memelihara keberlanjutan perusahaan company sustainability.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, tujuan penerapan GCG di Perseroan adalah:
1. Mengoptimalkan nilai perusahaan, agar Perseroan memiliki daya saing yang
kuat, baik secara nasional maupun internasional, sehingga mampu
mempertahankan keberadaannya, dan hidup berkelanjutan untuk mencapai
maksud dan tujuan perusahaan.
2. Memberikan kepastian dan manfaat kepada para pemangku kepentingan
Perseroan. Menciptakan keseimbangan kepentingan semua pemangku
kepentingan Perseroan, sesuai dengan nilai-nilai perseroan. Meningkatkan
kredibilitas dan daya saing Perseroan.
3. Membangun citra perusahaan yang positif. Mempertegas batasan-batasan
yang terkait etika bisnis.
Dalam setiap aktivitasnya, PT Pandawa Bangun Tama senantiasa mengacu kepada
prinsip-prinsip Good Corporate Governance sebagai berikut:
A. Keterbukaan (Transparency)
Transparansi ialah keterbukaan dalam mengemukakan informasi material dan relevan
mengenai Perseroan. Transparansi ini diwujudkan oleh PT Pandawa Bangun Tama
dengan selalu berusaha untuk mempelopori pengungkapan informasi keuangan dan
non keuangan kepada berbagai pihak yang berkepentingan serta dalam
pengungkapannya tidak terbatas pada informasi yang bersifat wajib. Pengungkapan
informasi tersebut dilakukan PT Pandawa Bangun Tama dengan tetap mematuhi
peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagaimana sesuai dengan praktik
terbaik
Good Corporate Governance. Implementasi prinsip transparansi yang dilaksanakan
oleh PT Pandawa Bangun Tama antara lain :
14. 1. Rencana Kerja Tahunan Perseroan, dengan rincian penjelasan sebagai berikut:
Direksi menyusun kebijakan, prosedur dan pedoman penyusunan Rencana Kerja
Anggaran Perusahaan (“RKAP”).
Direksi menyusun RKAP dan perubahannya kepada Pemegang Saham sebelum
15 September tahun berjalan dan menyampaikan kepada Dewan Komisaris untuk
mendapat persetujuan selambat-lambatnya 15 September tahun berjalan.
Persetujuan diberikan oleh Dewan Komisaris sebelum tahun buku dimulai.
Tahun buku Perseroan berjalan dari tanggal 1 (satu) Januari dan berakhir pada
tanggal 31 Desember tahun yang sama. Buku Perseroan ditutup pada akhir bulan
Desember setiap tahun.
Dalam hal Direksi tidak menyampaikan rencana kerja sebagaimana dimaksud
dalam butir (1) diatas, rencana kerja tahun sebelumnya diberlakukan.
Dalam hal rencana kerja Perseroan belum mendapatkan persetujuan
sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar dan peraturan
perundangundangan, maka rencana kerja tahun sebelumnya yang berlaku bagi
Perseroan.
Direksi menyosialisasikan RKAP kepada seluruh Karyawan
2. Laporan Tahunan Perseroan dijelasan sebagai berikut:
PT Pandawa Bangun Tama sebagai Perusahaan Publik wajib menyampaikan
laporan tahunan kepada Otoritas Jasa Keuangan selambat-lambatnya 4 (empat)
bulan setelah tahun buku berakhir, sebanyak 4 (empat) eksemplar dan
sekurangkurangnya 1 (satu) eksemplar dalam bentuk asli. Laporan tahunan dalam
bentuk asli dimaksud adalah laporan tahunan yang wajib ditandatangani oleh
Direksi dan Dewan Komisaris.
Dalam hal laporan tahunan telah tersedia bagi pemegang saham sebelum jangka
waktu 4 (empat) bulan sejak tahun buku berakhir, laporan tahunan dimaksud wajib
disampaikan kepada OJK pada saat yang bersamaan dengan tersedianya laporan
tahunan bagi pemegang saham.
Laporan tahunan wajib tersedia bagi para pemegang saham pada saat panggilan
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
RUPS untuk pengesahan laporan tahunan dilaksanakan tepat waktu sesuai
ketentuan, yaitu paling lambat 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun buku
yang lampau.
Dalam hal PT Pandawa Bangun Tama. sebagai Emiten yang menerbitkan Efek
Bersifat Utang, maka kewajiban penyampaian laporan tahunan berlaku sampai
dengan Perseroan telah menyampaikan seluruh kewajiban yang terkait dengan
Efek Bersifat Utang yang diterbitkannya, dengan tidak mengurangi ketentuan yang
mengatur Perseroan sebagai Perusahaan Publik.
Laporan tahunan wajib memuat ikhtisar data keuangan penting, Laporan Dewan
Komisaris, Laporan Dewan Komisaris, Profil Perusahaan, Analisis dan
Pembahasan Manajemen, Tata Kelola Perusahaan, tanggung jawab direksi atas
laporan keuangan, dan laporan keuangan yang telah diaudit.
Laporan tahunan wajib disajikan dalam bahasa Indonesia. Dalam hal laporan
tahunan juga dibuat selain dalam bahsa Indonesia, baik dalam dokumen yang
15. sama maupun terpisah, maka laporan tahunan dimaksud harus memuat informasi
yang sama. Apabila terdapat perbedaan penafsiran akibat penerjemahan bahasa,
maka yang digunakan sebagai acuan adalah laporan tahunan dalam bahasa
Indonesia.
Laporan tahunan wajib dicetak pada kertas berwarna terang yang berkualitas baik,
berukuran kurang lebih 21x30 sentimeter dan dimungkinkan untuk direproduksi
dengan fotokopi.
Laporan tahunan wajib memuat ikhstisar data keuangan penting, laporan Dewan
Komisaris, laporan Direksi, profil perusahaan, analisis dan pembahasan
manajemen, tata kelola perusahaan, tanggung jawab direksi atas laporan
keuangan, dan laporan keuangan yang telah diaudit
Laporan tahunan memuat ikhtisar Data Keuangan Penting, dengan rincian
penjelasan sebagai berikut:
o Laporan tahunan wajib memuat informasi keuangan dalam bentuk
perbandingan selama 5 (lima) tahun buku sejak memulai usahanya jika
perusahaan tersebut menjalankan kegiatan usahanya selama kurang dari
5 (lima) tahun, sebagaimana mematuhi ketentuan Peraturan Nomor X.K.6
Bapepam-LK (OJK).
o Laporan tahunan wajib memuat informasi harga saham tertinggi, terendah
dan penutupan, serta jumlah saham yang diperdagangkan untuk setiap
masa triwulan dalam 2 (dua) tahun buku terakhir (jika ada). Harga saham
sebelum perubahan permodalan terakhir wajib disesuaikan dalam hal
terjadi antara lain karena pemecahan saham, dividend dan saham bonus.
Laporan tahunan memuat Laporan Dewan Komisaris sekurang-kurangnya
memuat hal-hal sebagai berikut:
o Penilaian terhadap kinerja direksi mengenai pengelolaan perusahaan;
o Pandangan atas prospek usaha perusahaan yang disusun oleh direksi;
o Komite-komite yang berada dibawah pengawasan Dewan Komisaris; dan
o Perubahan komposisi anggota Dewan Komisaris (jika ada)
Laporan tahunan memuat Laporan Direksi yang memuat sekurang-kurangnya
antara lain:
o Kinerja perusahaan yang mencakup antara lain kebijakan strategis,
perbandingan antara hasil yang dicapai dengan yang ditargetkan, dan
kendala-kendala yang dihadapi perusahaan;
o Gambaran tentang prospek usaha;
o Penerapan tata kelola perusahaan yang telah dilaksanakan oleh
perusahaan; dan
o Perubahan komposisi anggota direksi (jika ada)
Laporan tahunan memuat profil Perusahaan yang sekurang-kurang memuat
halhal sebagaimana diatur dalam Peraturan Nomor X.K.6 Bapepam-LK.(OJK)
Laporan tahunan memuat Analisis dan Pembahasan Manajemen dengan
sekurang-kurangnya memuat uraian singkat yang membahas dan menganalisis
laporan keuangan dan informasi lain dengan penekanan pada
perubahanperubahan material yang terjadi dalam periode laporan keuangan
tahunan terakhir. Uraian dimaksud sekurang-kurangnya memuat hal-hal
sebagaimana diatur oleh Peraturan Nomor X.K.6 Bapepam-LK (OJK).
16. Laporan Tahunan memuat tentang Tata Kelola Perusahaan (Corporate
Governance) Laporan tahunan wajib memuat uraian singkat mengenai penerapan
tata kelola perusahaan yang telah dan Akan dilaksanakan oleh perusahaan dalam
periode laporan keuangan tahunan terakhir.
Laporan Tahunan memuat Tanggung Jawab Direksi atas Laporan Keuangan yang
wajib memuat Surat Pernyataan Direksi tentang Tanggung Jawab Direksi atas
Laporan Keuangan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bapepam Nomor
VIII.G.11 (OJK) tentang Tanggung Jawab Direksi atas Laporan Keuangan.
Laporan Tahunan memuat Laporan Keuangan tahunan yang telah diaudit yang
wajib memuat laporan keuangan tahunan yang disusun sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dan
peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan dibidang
akuntansi serta wajib diaudit oleh Akuntan Publik yang terdaftar di Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. (OJK)
Laporan Tahunan memuat tanda tangan Direksi dan Dewan Komisaris.
o Laporan tahunan wajib ditandatangani oleh seluruh Direksi dan Dewan
yang sedang menjabat;
o Tanda tangan dimaksud dituangkan pada lembaran tersendiri dalam
laporan tahunan dimana dalam lembaran dimaksud wajib dicantumkan
pernyataan bahwa Direksi dan Dewan Komisaris bertangunggjawab
penuh atas kebenaran isi laporan tahunan;
o Dalam hal terdapat anggota Direksi atau Dewan Komisaris yang tidak
menandatangani laporantahunan, maka yang bersangkutan harus
menyebutkan alasannya secara tertulis dalam surat tersendiri yang
dilekatkan pada laporan tahunan.
o Dalam hal terdapat anggota Direksi atas anggota Dewan Komisaris
yang tidak menandatangani laporan tahunan dan tidak memberi alasan
secara tertulis, maka hal tersebutharus dinyatakan secara tertulis oleh
anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris yang menandatangani
laporan tahunan dalam surat tersendiri yang dilekatkan pada laporan
tahu
3. Laporan keuangan berkala, meliputi laporan keuangan tahunan, laporan keuangan
tengah tahunan dan laporan triwulanan, dengan rincian penjelasan sebagai berikut:
Perseroan sebagai Emiten dan Perusahaan Publik wajib menyampaikan laporan
keuangan berkala kepada Bapepam-LK (OJK) sebanyak 4 (empat) eksemplar,
sekurang-kurangya sebanyak 1 (satu) eksemplar dalam bentuk asli.
Lapran keuangan yang harus disampaikan ke Bapepam-LK (OJK) terdiri dari:
o Neraca;
o Laporanlaba rugi;
o Laporan perubahan ekuitas;
o Laporan arus kas;
o Laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari
laporan keuangan jika dipersyaratkan oleh instansi yang berwenang; dan
o Catatan atas laporan keuangan.
Laporan Keuangan disajikan dalam bahasa Indonesia.
Laporan keuangan disajikan secara perbandingan dengan periode yang sama
tahun sebelumnya.
17. Laporan keuangan disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum
yang pada pokoknya adalah Standar Akuntansi Keuangan yang telah ditetapkan
oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), dan ketentuan akuntansi di bidang Pasar
Modal yang ditetapkan oleh Bapepam.
Laporan Keuangan Tahunan
o Laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan dari Akuntan
dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada Bapepam-LK (OJK)
selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan
keuangan tahunan.
o Laporan keuangan tahunan wajib diumumkan kepada publik dengan
ketentuan sebagai berikut:
Perusahaan wajib mengumumkan neraca, laporan laba rugi dan
laporan lain yang dipersyaratkan oleh instansi yang berwenang
dalam sekurangkurangnya 2 (dua) surat kabar harian berbahasa
Indonesia yang satu diantaranya mempunyai peredaran nasional
dan lainnya yang terbit ditempat kedudukan Emiten atau
Perusahaan Publik, selambatlambatnya pada akhir bulan ketiga
setelah tanggal laporan keuangan tahunan
Bentuk dan isi neraca, laporan laba rugi, dan laporan lain yang
dipersyaratkan oleh instansi yang berwenang sesuai dengan jenis
industrinya yang diumumkan tersebut harus sama dengan yang
disajikan dalam laporan keuangan tahunan yang disampaikan
kepada BapepamLK;
Pengumuman tersebut harus memuat opini dari angkutan publik
dan bukti pengumuman tersebutharus disampaikan kepada
Bapepeam-LK (OJK) selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja setelah
tanggal pengumuman;
Jika terdapat perbedaan antara laporan keuangan tengah tahunan
yang telah disajikan secara tersendiri kepada masyarakat dengan
data periode yang sama secara implicit sudah tercakup dalam
laporan keuangan tahunan harus dijelaskan didalam catatan atas
laporan keuangan. Perbedaan data laporan keuangan tengah
tahunan tersebut terutama terjadi karena adanya saran koreksi
Akuntan dalam rangka pemeriksaan (audit) laporan keuangan
tahunan. Penjelasan tersebut juga mencakup perbedaan laba
bersih yang terjadi dan hal-hal yang menyebabkan timbulnya
perubahan.
Laporan keuangan tahunan menjadi salah satu bagian daeri
laporan tahunan untuk keperluan Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS).
Laporan Keuangan Tengah Tahunan
o Laporan keuangan tengah tahunan disampaikan kepada Bapepam-LK
dalam jangka waktu sebagai berikut:
Selambat-lambatnya pada akhir bulan pertama setelah tanggal
laporan keuangan tengah tahunan, jika tidak disertai laporan
Akuntan Publik;
18. Selambat-lambatnya pada akhir bulan kedua setelah tanggal
laporan keuangan tengah tahunan, jika disetari laporan Akuntan
dalam rangka penelaahan terbatas; dan
Selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal
laporankeuangan tengah tahunan, jika disertai laporan Akuntan
yang memberikan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan
secara keseluruhan.
B. Keadilan/Kewajaran (Fairness)
Fairness ialah kesetaraan dalam pemenuhan hak-hak stakeholder’s yang timbul
berdasarkan perjanjian maupun karena peraturan perundang-undangan yang
berlaku. PT Pandawa Bangun Tama. menjamin bahwa setiap pihak yang
berkepentingan mendapatkan perlakuan yang adil sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. PT Pandawa Bangun Tama. Akan
memperlakukan setiap pegawai secara adil dan bebas dengan tidak membeda-
bedakan suku, agama, ras, asal-usul, jenis kelamin atau hal-hal lain yang tidak
berkaitan dengan kinerja.
Implementasi dari prinsip fairness antara lain:
1. Pemegang saham berhak menghadiri dan memberikan suara dalam RUPS
sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
2. Perseroan memperlakukan secara adil dan transparan terhadap semua
rekanan;
3. Perseroan menjamin kondisi kerja yang baik dan aman bagi setiap
pegawai sesuai dengan kemampuan Perseroan dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
C. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban
masingmasing organ dan seluruh jajaran Perseroan pengelolaan Perseroan
terlaksana secara efektif. Perseroan meyakini bahwa akuntabilitas berhubungan
dengan keberadaan sistem yang mengendalikan hubungan antara individu
dan/atau organ yang ada di Perseroan maupun hubungan antara Perseroan
dengan pihak yang berkepentingan. Perseroan menerapkan prinsip akuntabilitas
sebagai salah satu solusi mengatasi agency problem yang timbul sebagai
konsekuensi logis perbedaan kepentingan individu dengan kepentingan
Perseroan dengan pihak yang berkepentingan. Akuntabilitas dapat dicapai melalui
pengawasan efektif yang mendasarkan pada keseimbangan antar Organ
Perseroan (RUPS, Dewan Komisaris dan Direksi). RUPS memegang semua
kekuasan yang tidak diberikan kepada organ lain. Dewan Komisaris melakukan
tugas pengawasan dan pemberian nasehat. Direksi bertanggung jawab dalam
pengurusan Perseroan. Akuntabilitas seluruh jajaran Perseroan berarti setiap
orang bertangunggjawab atas setiap tugas yang diamanatkan kepadanya.
Perseroan menerapkan akuntabilitas dengan mendorong seluruh individu
dan/atau organ Perseroan untuk menyadari hak dan kewajiban, tugas dan
tanggungjawab serta kewenangannya. Implementasi prinsip akuntabilitas
diwujudkan dengan pembagian tugas yang jelas antar organ Perseroan, meliputi:
19. 1. RUPS antara lain berwenang untuk menyetujui laporan tahunan,
menetapkan pembagian keuntungan dan dividen yang dibayarkan, serta
memutuskan hal-hal penting yang memerlukan persetujuan RUPS
sebagaimana diatur oleh Anggaran Dasar Perseroan serta peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
2. Dewan Komisaris berwenang untuk mengesahkan Rencana Kerja dan
Anggaran Perusahaan (RKAP), melakukan pengawasan terhadap
pengurusan Perseroan yang dilakukan oleh Direksi serta memberi nasehat
kepada Direksi termasuk rencana pengembangan, serta pelaksanaan
ketentuan Anggaran Dasar dan tindak lanjut Keputusan RUPS;
3. Direksi memiliki tugas pokok memimpin dan mengurus Perseroan sesuai
dengan maksud dan tujuan Perseroan dan senantiasa berusaha untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas Perseroan untuk menguasai,
memelihara dan mengurus kekayaan Perseroan
D. Pertanggungjawaban (Responsibility)
Pertanggungjawaban yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan Perseroan dengan
peraturan perundang-undangan yan berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang
sehat. Perseroan bertanggungjawab untuk mematuhi hukum dan perundang-
undangan yang berlaku, termasuk ketentuan yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan, perpajakan, persaingan usaha, kesehatan dan keselamatan
kerja, dan lain sebagainya. Implementasi prinsip pertanggungjawaban diwujudkan
dengan cara antara lain:
1. Mematuhi ketentuan Anggaran Dasar Perseroan dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku pada pelaksanaan kegiatan
Perseroan.
2. Melaksanakan kewajiban perpajakan dengan baik dan tepat waktu.
3. Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social
responsibility), melaksanakan kemitraan dengan masyarakat serta bina
lingkungan, misalnya dengan melakukan pembinaan usaha kecil dan
koperasi.
4. Melaksanakan kewajiban keterbukaan informasi sesuai regulasi di bidang
pasar modal
E. Kemandirian (Independency)
Kemandirian adalah suatu keadaan dimana Perseroan dikelola secara
professional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak
manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan prinsip korporasi yang sehat. Perseroan melakukan implementasi terhadap
prinsip kemandirian dengan selalu menghormati hak dan kewajiban, tugas dan
tanggung jawab serta kewenangan masingmasing organ Perseroan. Perseroan
meyakini bahwa dengan implementasi prinsip kemandirian secara optimal, seluruh
organ Perseroan dapat bertugas dengan baik dan maksimal dalam membuat
keputusan dan pengelolaan yang terbaik bagi Perseroan.
Implementasi prinsip kemandirian oleh Perseroan antara lain:
1. Saling menghormati hak, kewajiban, tugas, wewenang serta tanggung
jawab masingmasing antar organ Perseroan;
20. 2. Selain organ Perseroan tidak boleh mencampuri pengurusan Perseroan;
3. Dewan Komisaris, Direksi serta pegawai Perseroan dalam pengambilan
keputusan selalu menghindari terjadinya benturan kepentingan.
4. Kegiatan Perseroan yang mempunyai benturan kepentingan harus
memperoleh terlebih dahulu dari Pemegang Saham Independen atau wakil
mereka yang diberi wewenang untuk itu dalam Rapat Umum Pemegang
Sahamsebagaimana diatur dan mematuhi peraturan di bidang pasar modal
yang mengatur tentang benturan kepentingan
V. CONCLUSION & RECOMENDATION
1. CONCLUSION
PT Pandawa Banguntama, dapat disimpulkan bahwa penerapan etika bisnis PT
Pandawa Banguntama dikatakan cukup baik dalam menerapkan.
2. RECOMENDATION
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa, peneliti ingin memberikan saran yang
sekiranya dapat bermanfaat bagi PT Pandawa Banguntama untuk memajukan
perusahaan, ada beberapa saran yang dapat diberikan peneliti ialah:
Program-program untuk meminimalisasi pelanggaran prinsip GCG
Pertahankan kinerja penerapan prinsip GCG di perusahaan yang Saya
rasa sudah cukup baik
Peningkatan pengawasan pada kegiatan yang cukup rawan terjadi
penyelewengan dana seperti pembebasan lahan, pemilihan kontraktor
dan lainnya.
References
Komite Nasional Kebijakan Governance (2009. )Pedoman Umum Good Public
Governance Indonesia,http://www.knkg-indonesia.org/dokumen/Pedoman-Good-
Public-Governance.pdf. Diakses pada tanggal 10 Desember 2017 pada pukul
22.45 WIB