SlideShare a Scribd company logo
1 of 38
OLEH
KELOMPOK 3
LISTANTI (841422145)
BERLIANA FEBRIYANINGSIH HASAN (841422166)
NURUL JANNAH BAHARUDDIN (841422186)
NUR LAILA TULEN (841422158)
MIFTAHUL JANNAH DAI (841422170)
MARVI FRANSWINATA ABAS (841422174)
SURYANTO SUWANDI (841422178)
KARMAN HEMUTO (841422162)
ZIHAN MADJHAM (841422182)
REYNALDI DUNGGIO (841422153)
REFLI HASAN DJAKATARA (841422149)
Seorang Laki-laki berumur 40 tahun datang ke rumah sakit dengan
keluhan timbul bercak-bercak merah kira-kira tiga bulan yang lalu.
Bercak timbul pada bercak yang sudah sembuh dan sebagian di
tempat baru. Bercak tidak terasa gatal dan sakit. Jari-jari tangan
pasien dirasa membengkak tidak diketahui sejak kapan. Pasien juga
merasakan agak sulit untuk menggerakkan jari-jari tangan baik
kanan maupun kiri tidak diketahui sejak kapan. Namun pasien
mengeluhkan sering merasa seperti tersetrum dan kesemutan pada
tangan sejak kurang lebih tiga tahun yang lalu. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan keadaan umum pasien baik dan kesadaran
komposmentis. Tekanan Darah 120/80 mmHg, frekuensi
pernapasan 18 x/m, frekuensi nadi 80 x/m, dan suhu aksila 36,5OC
 Bercak-bercak
Dalam istilah medis, bercak merah pada kulit disebut sebagai plak kulit,
yakni perubahan warna kulit menjadi merah dengan tekstur permukaan
yang halus. Namun pada beberapa jenis bercak, permukaannya dapat
teraba kasar. Bercak merah pada kulit juga bisa disertai dengan keluhan
lain, seperti gatal, iritasi, dan perih ( Sienny Agustin 2022).
• Kesemutan
Kesemutan atau parestesia adalah rasa tidak normal pada kulit yang tidak
ada penyebab fisiknya. Parestesia termasuk rasa kebal dan geli, serta bisa
bersifat sementara atau permanen. Rasa kebal adalah berkurang atau
hilangnya rasa pada kulit. Geli (tingling) yang di maksud biasa disebut
kesemutan, atau seperti ditusuk-tusuk jarum (pins or needles).(
Putri,2019)
a. Bercak-bercak merah
b. Bercak tidak terasa gatal dan sakit
c. Jari-jari tangan pasien dirasa membengkak
d. Pasien merasakan agak sulit untuk
menggerakkan jari-jari tangan baik kanan
maupun kiri
e. pasien mengeluhkan sering merasa seperti
tersetrum dan kesemutan pada tangan sejak
kurang lebih tiga tahun yang lalu
BERCAK MERAH
Morbus Hansen / Kusta
adalah penyakit infeksi
kronis yang disebabkan
oleh kuman
Mycobacterium leprae.
Penyakit ini mempunyai
afinitas utama pada saraf
tepi/perifer, kemudian
kulit, dan dapat mengenai
organ tubuh lain seperti
mata, mukosa saluran
napas atas, otottulang dan
testis. (Novita, 2019)
Eksim Dermatis adalah penyakit
pada kulit atau kelainan kulit yang
terlihat iritasi. Iritasi ini dapat
terjadi pada area mana saja namun
sering teridentifikasi pada bagian
lengan dan kaki. Gejala eksim
muncul pada saat masa anakanak
umur di atas dua tahun. Pada
beberapa penelitian, penyakit ini
akan menghilang saat dewasa,
namun juga terdapat penderita
seumur hidupnya. ( Ramadhan,
2018)
Pityriasis rosea
merupakan kelainan
papuloskuamosa,
gejala yang sering
muncul adalah plak
bersisik besar,
berukuran sekitar 2-10
cm pada batang tubuh
atau leher yang sering
muncul 1-2 minggu.
(Hanardi 2022)
MIND MAP
NO Manifestasi Klinis Diagnosa Medis
1 Bercak merah   
2 Mengeluh seperti tersetrum
dan kesemutan
 - -
3 Jari-jari tangan dirasa
membengkak
 - -
4 Sulit Menggerakan jari-jari
tangan
 - -
a. Apa penyebab bercak merah dan gangguan
saraf pada kasus diatas ?
b. Mengapa pada kasus diatas klien sulit
menggerakan jari-jari tangan ?
c. Apa saja diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul berdasarkan kasus diatas ?
d. Apa intervensi keperawatan utama yang
dapat dilakukan berdasarkan kasus di atas ?
1. Penyebab kemerahan dan gangguan saraf pada kasus diatas adalah basil kusta masuk ke tubuh
manusia melalui kontak langsung dengan kulit atau mukosa nasal yang berasal dari droplet. Basil
dari droplet akan bertahan hidup selama 2 hari dalam lingkungan yang kering, bahkan hingga 10
hari pada lingkungan yang lembab dan suhu yang rendah. Setelah infeksi terjadi, gejala klinis pada
saraf perifer atau kulit akan muncul.
2. Basil kusta masuk ke dalam tubuh manusia melalui kontak langsung dengan kulit yang berasal dari
droplet. Basil dari droplet akan bertahan hidup selama 2 hari dalam lingkungan kering, bahkan
bahkan hingga 10 hari pada lingkungan yang lembab dan suhu yang rendah. Setelah itu menyerang
saraf tepi yang berfungsi untuk mengirimkan sensasi fisik dari seluruh organ tubuh dan otak.
3. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah gangguan integritas kulit b.d neuropati
perifer d.d klien mengeluh timbul bercak-bercak merah , gangguan mobilitas fisik b.d neuro
muscular d.d klien merasa agak sulit menggerakkan jari-jari tanganbaik kanan maupun kiri
4. Perawatan Integritas Kulit
Observasi
 Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
(mis.perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi,
penurunan kelembaban,suhu lingkungan ekstrem,
penurunan mobilitas)
Terapeutik
• Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak
pada kulit kering.
• Gunakan produk berbahan ringan/alami dan
hipoalergik pada kulit sensitif
• Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit
kering
Edukasi
• Anjurkan menggunakan pelembab (mis.lotion,serum)
• Anjurkan minum air yang cukup
• Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
• Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
• Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrim
• Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30
saat berada di luar rumah
• Anjurkan mandi dan sabun secukupnya
Kolaborasi
• -
Tujuan pembelajaran selanjutnya
• Di harapkan bisa mengerti dan
mendalami masalah sistem
integument.
• Diharapkan bisa menganalisa
penyakit yang terdapat pada kasus
diatas.
• Untuk mengetahui apa saja
penatalaksanaan dan implementasi
keperawatan dari kasus diatas
Informasi tambahan
• Penatalaksanaan Massage Pumpkin
Seed Oil, Hydrotherapy Dan Active
Exercise Untuk Meningkatkan
Elastisitas Kulit Pada Kasus Xerosis
Akibat Morbus Hansen Multi Basiler
Reaksi Di Rsud Kelet Jawa Tengah
(Riskima,2019)
Penyakit kusta dengan nama lain penyakit leprae disebabkan oleh bakteri
mycobacterium leprae dan mengalami proses pembelahan cukup lama antara 2-3
minggu. Di luar tubuh manusia kuman kusta mampu hidup mencapai 9 hari dan
masa inkubasi 2-5 tahun bahkan memakan waktu lebih dari 5 tahun. Kusta dapat
menjadi progresif dampak dari penatalaksanaan yang buruk sehingga
menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak dan dan
mata. Maka dari itu agar tidak terjadi penurunan kualitas hidup penderitanya
harus diobati secara dini. RSUD Kelet Jawa Tengah selalu menangani kasus
xerosis karena hampir semua pasien rawat inap dengan diagnosis tersebut,
diberikan berupa terapi Massage, Hydrotherapy dan Active Exercise.
Diberikaannya hydrotherapy bertujuan untuk melembabkan kulit pasien dan
membersihkan kulit mati, begitu pula dengan terapi latihan diberikan active
exercise agar mencegah kontraktur pada sendi pasien.
Berdasarkan keluhan yang dikeluhkan pasien
pada kasus diatas tanda dan gejala yang
dikeluhkan pasien lebih mengarah pada
penyakit Morbus Hansen (Kusta) sehingga
kelompok merumuskan diagnosa medis yang
diangkat pada kasus di atas adalahotitis
media dan diagnose keperawatan yang di
angkat adalah gangguan integritas kulit,
gangguan mobilitas fisik
Latar Belakang
Kusta merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium Leprae.
Kusta dikenal dengan “ The Great Imitator Disease” karena penyakit ini seringkali tidak
disadari karena memiliki gejala yang hampir mirip dengan penyakit kulit lainnya. Hal ini
juga disebabkan oleh bakteri kusta sendiri mengalami proses pembelahan yang cukup lama
yaitu 2–3 minggu dan memiliki masa inkubasi 2–5 tahun bahkan lebih. Ada dua sistem yang
digunakan untuk mengklasifikasikan penderita Morbus Hansen, yaitu klasifikasi Ridley
Jopling dan WHO. Sistem klasifikasi Ridley Jopling paling komprehensif dan akurat.
Klasifikasi ini menggunakan tanda klinis, histopatologi, dan indeks bakteriologis (BI) untuk
mengidentifikasi sesuai kategorinya. Klasifikasi Ridley- Jopling terdiri dari tuberculoid
leprosy (TL), borderline tuberculoid (BT), borderline (BB), borderline lepromatous (BL) dan
lepromatous leprosy (LL).
• Dapat mengetahui Defenisi Morbus Hansen
• Dapat mengetahui Etiologi Morbus Hansen
• Dapat mengetahui Manifestasi Klinis Morbus Hansen
• Dapat mengetahui Klasisfikasi Morbus Hansen
• Dapat mengetahui Patofisiologi Morbus Hansen
• Dapat mengetahui Komplikasi Morbus Hansen
• Dapat mengetahui Pemeriksaan Lab Morbus Hansen
• Dapat mengetahui Penatalaksanaan Morbus Hansen
Morbus Hansen (kusta,lepra) adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium leprae yang menyerang saraf tepi (primer), kulit, dan jaringan tubuh lainnya,
kecuali susunan saraf pusat. Awalnya kuman ini menyerang kulit, mukosa, saluran pernafasan,
system retikulo endotelial, mata, otot, tulang dan testis, kecuali susunan saraf pusat dengan masa
inkubasi selama 3 tahun. Pada kebanyakan orang yang terinfeksi penyakit kusta tidak terdapat
gejala, namun pada sebagian kecil memperlihatkan gejala seperticacat pada tangan dan kaki
(Muttaqin, 2011).
Penyakit kusta adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium leprae yang
pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa mulut, saluran
nafas bagian atas, sistem retikulo endotelial, mata, otot, tulang, dan testis kecuali susunan saraf
pusat (Amirudin, Hakim, & Darwis, 2003).
Penyebab penyakitkusta adalah bakteri
Mycobacterium leprae yang berbentuk batang
dengan ukuran panjang 1-8 mikron, lebar 0,2-0,5
mikron, biasanya berkelompok dan ada yang tersebar
satu-satu, hidup dalam sel, dan bersifat tahan asam
(BTA).
Penyakit kusta dapat ditularkan kepada orang lain
melalui saluran pernafasan dan kontak kulit. Bakteri
kusta ini banyak terdapat pada kulit tangan, daun
teling, dan mukosa hidung (Widoyono, 2008).
Tanda dan gejala Menurut (Nic-Noc, 2015)
• Makula hipopigmnetasi
• Hiperpigmentasi
• Eritematosa
• Gejala kerusakan saraf (sensorik, motorik, autonom)
• Kerusakan jaringan (kulit, mukosa traktus respiataoriusatsa, tulang tulang jari
dan wajah)
• Kulit kering dan alopesia
WHO pada tahun 1987 membuat klasifikasi kusta menjadi 2 tipe, yaitu tipe
Pausibasiler (PB) dengan sedikit atau tidak ditemukan bakteri dan tipe
Multibasiler (MB) dengan jumlah bakteri yang banyak. Tipe PB menurut WHO
adalah tipe TT dan BT menurut Ridley dan Jopling, sedangkan tipe MB adalah
tipe BB, BL dan LL, atau tipe apapun dengan BTA positif.
Klasifikasi kusta menurut WHO: Lesi kulit (makula, plak, papul, nodus),
(sensasi hilang/ kelemahan otot).
Klasifikasi kusta menurut Ridley dan Jopling dibuat berdasarkan gambaran
klinis, bakteriologis, histopatologis dan imunologis menjadi 5 tipe. (TT :
Tuberkuloid polar, bentuk yang stabil), (BT : Borderlinetuberculoid) , (BB :
Mid borderline), (BL: Borderline lepromatous)
(LL : Lepromatosa polar, bentuk yang stabil)
Mycobacterium Leprae masuk ketubuh melalui kulit yang lecet pada bagian tubuh bersuhu dingin dan
melalui mukosa nasal. Setelah M.Leprae masuk ke dalam tubuh, perkembangan penyakit kusta bergantung
pada kerentanan seseorang. Respon tubuh setelah masa tunas dilampaui tergantung pada derajat sistem imun
intras seluler (cellular mediated immune) pasien. Kalau sistem imunita sseluler tinggi. Penyakit berkembang
kearah tuberkuloid dan bila rendah, berkembang ke arah lepromatosa. M.Leprae berpredileksi didaerah-
daerah yang relatif lebih dingin, yaitu daerah akral dengan vaskularisasi yang sedikit. Mycobacterium Leprae
(Parasis Obligat Intraseluler) terutama terdapat pada sel macrofag sekitar pembuluh darah superior pada
dermis atau sel Schwann jaringan saraf, bila kuman masuk tubuh tubuh bereaksi mengeluarkan macrofag
(berasal dari monosit darah, sel mn, histiosit) untuk memfagosit. Tipe LL; terjadi kelumpuhan system imun
seluler tinggi macrofag tidak mampu menghancurkan kuman dapat membelah diri dengan bebas merusak
jaringan. Tipe TT ; fase system imun seluler tinggi macrofag dapat menghancurkan kuman hanya setelah
kuman difagositosis macrofag, terjadi sel epitel yang tidak bergerak aktif, dan kemudian bersatu membentuk
sel dahtian longhans, bila tidak segera diatasi terjadi reaksi berlebihan dan masa epitel menimbulkan
kerusakan saraf dan jaringan sekitar.
• Menyerang ekstremitas, yang paling diserang yaitu pada saraf ulnaris dan mengakibatkan
jari keempat dan kelima seperti mencakar yang diakibatkan oleh kehilangan dari fungs
iotot. Pada saraf medianus apabila terinfeksi maka akan menyebabkan kelumpuhan
padajari tangan.
• Apabila pada hidung terinfeksi oleh bakteri maka akan menyebabkan perdarahan,dan
apabila tidak segera diobati akan merusak tulang rawan dan sampai kehilangan
hidungnya.
• Indera penglihatan, apabila penglihatan terinfeksi akan mengalami gangguan penglihatan
seperti buram dan terjadi keruh pada cairan mata, juga dapat menyerang bagian saraf
penglihatan dan dapat mengalami kebutaan.
• Testis, apabila testis diserang maka dapat menyebabkan terjadinya infeksi pada
salurannya, dan jika tidak dilakukan terapi maka akan terjadi kerusakan yang permanen
• Bakterioskopis
• Histopatologis
• Serologi
Tujuan utama program pemberantasan kusta adalah menyembuhkan pasien
kusta (lepra) dan mencegah timbulnya cacat serta memutuskan mata rantai
penularan dari pasien kusta terutama tipe yang menular kepada orang lain untuk
menurunkan insident penyakit. Regimen pengobatan kusta diindonesia
disesuaikan dengan rekomendasi WHO (1995), yaitu program multi drug
therapy (MDT) dengan kombinasi obat medika mentosa utama yang berdiri dari
rifampisin, khofazimin, (lamprene). Dan DDS (dapson /4,4- diamino-difenil-
sulfon) yang telah diterapkan sejak tahun 1981. Program MDT ini bertujuan
untuk mengatasi resistensi dapson yang semakin meningkat, mengurangi ketidak
taatan pasien, menurunkan angka putus obat, mengefektifkan waktu pengobatan
dan mengeliminasi persistensi kuman dalam jaringan.
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Pasien
Nama : Tidak Terkaji
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 40 Tahun
Agama : Tidak Terkaji
Suku/bangsa : Tidak Terkaji
Pendidikan :Tidak Terkaji
Pekerjaan : Tidak Terkaji
Alamat : Tidak Terkaji
b. Penanggung Jawab
Nama :Tidak Terkaji
Umur : Tidak Terkaji
Jenis Kelamin : Tidak Terkaji
Agama :Tidak Terkaji
Pekerjaan : Tidak Terkaji
Alamat : Tidak Terkaji
Tanggal masuk : Tidak Terkaji
Tanggal pengkajian : Tidak Terkaji
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Kesehatan sekarang
• Keluhan utama : Keluhan timbul bercak-bercak
merah kira-kira tiga bulan yang
lalu
• Keluhan menyertai : Jari-jari tangan pasien dirasa Membengkak tidak diketahui
sejak kapan, pasien juga merasakan agak sulit untuk menggerakkan jari-jari tangan baik
kanan maupun kiri tidak diketahui sejak kapan.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu : Tidak Terkaji
3. Pola aktivitas fisik sehari-hari
• Nutrisi : Tidak Terkaji
• Eliminasi : Tidak Terkaji
• Istirahat dan Tidur : Tidak Terkaji
• Aktifitas Fisik :Tidak Terkaji
• Personal Hygiene : Tidak Terkaji
4. Data psikososial
Status Emosi : Tidak Terkaji
Konsep Diri : Tidak Terkaji
Interaksi Sosial : Tidak Terkaji
5. Pengkajian fisik
• Keadaan Umum : Tidak Terkaji
• Kesadaran : Tidak Terkaji
• Tanda vital : TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/mnt
Respirasi :18x/mnt
SB : 36,5oC
• Kepala : Tidak Terkaji
• Neurosensori : Tidak Terkaji
• Leher : Tidak Terkaj
• Dada dan Thoraks :
 Inpeksi : Tidak Terkaji
 Palpasi : Tidak Terkaji
 Perkusi : Tidak Terkaji
 Auskultasi : Tidak Terkaji
• Abdomen : Tidak Terkaji
• Integument : Tampak bercak-bercak merah,
bercak merah tidak terasa gatal
• Ekstremitas : Jari-jari tangan pasien dirasa
membengkak, Pasien merasakan agak sulit untuk menggerakkan
jari-jari tangan baik kanan maupun kiri
• Genetalia : Tidak Terkaji
6. Pemeriksaan Penunjang : Tidak Terkaji
Mycobacterium leprae
Droplet infection ataukontakdengankulit
Masuk ke dalam pembuluh darah dermis dan sel saraf schwan
System imunselulermeningkat
Fagositosis
Pembentukantuberkel
Morbus Hansen (Kusta)
Gangguan saraf tepi
Saraf otonom
Gangguan kelenjar minyak & aliran darah
Kulit kering, bersisik, macula seluruh tubuh
Kulit kering, bersisik, macula seluruh tubuh
Gangguan fungsi barrier kulit
Gangguan Integritas Kulit/jaringan
Saraf-saraf otorik
Kelemahan otot
Gangguan Mobilitas Fisik
NO DATA ETIOLOGI Diagnosa
Keperawatan
1 Ds:
• Klien mengeluh timbul bercak-bercak merah kira-kira tigabulan
yang lalu
• Klien mengeluh bercak timbul pada bercak yang sudah sembuh
dan sebagian di tempat baru
• Klien mengatakan bercak tidak terasa gatal dan sakit
Do:
• Timbul bercak-bercakmerah
Mycobacterium leprae
Droplet infection atau kontak dengan kulit
Masuk dalam pembuluh darah dermis & sel saraf
schwan
System imun seluler meningkat
Fagositosis
Pembentukantuberkel
Morbus Hansen (kusta)
Gangguan saraf tepi
Saraf otonom
Gangguan kelenjar minyak & aliran darah
Kulit kering, bersisik, macula seluruh tubuh
Gangguan fungsi barrier kulit
Gangguan integritas kulit/jaringan
Gangguan integritas
kulit/jaringan
NO DATA ETIOLOGI DIAGNOSA
KEPERAWATAN
2. Ds:
• Klien merasa agak sulit menggerakkan jari-
jari tangan baik kanan maupun kiri
• Klien merasa sering terasa tersetrum dan
kesemutan
Do:
-
Mycobacterium leprae
Droplet infection atau kontak dengan
kulit
Masuk dalam pembuluh darah dermis
& sel saraf schwan
System imun seluler meningkat
Fagositosis
Pembentukan tuberkel
Morbus Hansen (kusta)
Gangguan saraf tepi
Saraf otoric
Kelemahan otot
Gangguan mobilitas fisik
Gangguan mobilitas fisik
D. Diagnosa Keperawatan
• Gangguan Integritas Kulit/jaringan b.d neuropati perifer (Prioritas) d.d :
Ds:
 Klien mengeluh timbul bercak-bercak merah kira-kira tigabulan yang lalu
 Klien mengeluh bercak timbul pada bercak yang sudah sembuh dan sebagian di tempat baru
 Klien mengatakan bercak tidak terasa gatal dan sakit
Do: -
 Timbul bercak-bercak merah
• Gangguan Mobilitas Fisik b.d neuro muscular d.d klien merasa agak sulit menggerakkan jari-jari tangan baik kanan maupun kiri
Ds:
 Klien merasa agak sulit menggerakkan jari-jari tangan baik kanan maupun kiri
 Klien merasa sering terasa tersetrum dan kesemutan
Do: -
Prioritas Masalah Keperawatan
• Gangguan Integritas Kulit/jaringan
• Gangguan Mobilitas Fisik
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO SDKI SLKI SIKI
1 Gangguan integritas
kulit/jaringan (D.0129)
Penyebab :
Neuropati perifer
Ditandai dengan :
Ds:
• Klien mengeluh
timbul bercak-bercak
merah kira-kira
tigabulan yang lalu
• Klien mengeluh
bercak timbul pada
bercak yang sudah
sembuh dan sebagian
di tempat baru
• Klien mengatakan
bercak tidak terasa
gatal dan sakit
Do:
• Timbul bercak-bercak
merah
Integritas kulit dan jaringan
(L.14125)
Setelah dilakukan tindakank
eperawatan selama 3x24 jam
diharapkan integritas kulit dan
jaringan meningkat dengan kriteria
hasil :
• Krusakan jaringan menurun
• Kemerahan menurun
• Pigmentasi abnormal menurun
Perawatan Integritas Kulit
• Observasi
 Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis.perubahan
sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan kelembaban,suhu
lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas)
• Terapeutik
 Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit
kering.
 Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada
kulit sensitif
 Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
• Edukasi
 Anjurkan menggunakan pelembab (mis.lotion,serum)
 Anjurkan minum air yang cukup
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
 Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrim
 Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat
berada di luar rumah
 Anjurkan mandi dan sabun secukupnya
Kolaborasi
-
Next
PemberianObat
• Observasi
 Identifikasi kemungkinan alergi, interaksi, dan kontraindikasi obat
 Verifikasi order obat sesuai indikasi
 Periksa tanggal kadaluwarsa obat
 Monitor tanda-tanda vital dan nilai laboratorium sebelum pemberian obat, jika
perlu
 Monitor efek terapeutik obat
 Monitor efek samping, toksisitas, dan interaksiobat
• Terapeutik
 Perhatikan prosedur pemberian obat yang aman dan akurat
 Hindari interupsi saat mempersiapkan, memverifikasi, atau mengelola obat
 Lakukan prinsip enam benar (pasien, obat, dosis, rute, waktu, dokumentasi)
 Perhatikan jadwal pemberian obat jenis hipnotik, narkotika, dan antibiotik
 Hindari pemberian obat yang tidakdiberi label dengan benar
 Buangobat yang tidak terpakai atau kadaluwarsa
 Fasilitasi minum obat
 Tandatangani pemberian narkotika, sesuai protokol
 Dokumentasikan pemberian obat dan respons terhadap obat
• Edukasi
 Jelaskan jenis obat, alasan pemberian, tindakan yang diharapkan, dan efek
samping sebelum pemberian
 Jelaskan faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan efektifitas obat
Kolaborasi
-
NO SDKI SLKI SIKI
2 Gangguan
mobilitas fisik
(D.0054)
Penyebab :
Gangguan
neuromuscular
Ditandai dengan:
Ds:
• Klien merasa
agak sulit
menggerakkan
jari-jari tangan
baik kanan
maupun kiri
• Klien merasa
sering terasa
tersetrum dan
kesemutan
Do:
-
Mobilitas fisik
(L.05042)
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan mobilitas
fisik meningkat
dengan kriteria hasil :
• Pergerakan
ekskremitas
meningkat
Dukungan Kepatuhan Program Pengobatan
• Observasi
 Identifikasi kepatuhan menjalani program pengobatan
 Identifikasi persepsi tentang masalah kesehatan
 Monitor pelaksanaan tanggung jawab
 Identifikasi keadaan emosional saat ini
 Identifikasi respons yang ditunjukkan berbagaisituasi
 Identifikasi pemahaman proses penyakit.
 Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan sosial
• Terapeutik
 Buat komitmen menjalani program pengobatan dengan baik
 Berikan penguatan dan umpan balik positif jika melaksanakan tanggung jawab atau
merubah perilaku
 Buat jadwal pendampingan keluarga untuk bergantian menemani pasien selama menjalani
program pengobatan
 Dokumentasikan aktivitas selama menjalani proses pengobatan
 Libatkan keluarga untuk mendukung program pengobatan yang dijalani
 Motivasi untuk menentukan harapan yang realistis
• Edukasi
 Informasikan program pengobatan yang harus dijalani
 Informasikan manfaat yang akan diperoleh jika teratur menjalani program pengobatan
 Diskusikan tanggung jawab terhadap profesi pemberi asuhan
 Diskusikan konsekuensi tidak melaksanakan tanggung jawab
 Latih kemampuan positif diri yang dimilki
 Latih penggunaan tehnik relaksasi
Kolaborasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan
(implementasi keperawatan) adalah
pelaksanaan tindakan yang telah ditentukan,
dengan maksud agar kebutuhan pasien
terpenuhi secara optimal. Pelaksanaan tindakan
keperawatan adalah implementasi keperawatan
terhadap pasien secara urut sesuai prioritas
masalah yang sudah dibuat dalam rencana
asuhan keperawatan termasuk di dalamnya
nomor urut dan waktu ditegakkannya suatu
pelaksanaan asuhan keperawatan (Basri, Utami,
& Mulyadi, 2020).
Evaluasi keperawatan merupakan fase akhir dalam
proses keperawatan. Evaluasi dapat berupa evaluasi
struktur, proses dan hasil.Evaluasi terdiri dari
evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik
selama program berlangsung.Sedangkan evaluasi
sumatif dilakukan setelah program selesai dan
mendapatkan informasi efektivitas pengambilan
keputusan. Evaluasi asuhan keperawatan
didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif,
objektif, assesment, planing) (Warsiki. 2020).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisi dan diskusi kelompok kami menyimpulkan bahwa
diagnose medis berdasarkan kasus 1 diatas adalah Morbus Hansen. Dan
diagnosa keperawatan yang diangkat berdasarkan kasus diatas adalah gangguan
integritas kulit dan gangguan mobilitas fisik.
Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis sangat yakin masih banyak terdapat
kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran agar tugas PBL ini menjadi lebih baik.
38

More Related Content

Similar to KASUS 1 SISTEM INTEGUMEN.pptx

Penyuluhan_Penyakit_Kusta_1.pptx
Penyuluhan_Penyakit_Kusta_1.pptxPenyuluhan_Penyakit_Kusta_1.pptx
Penyuluhan_Penyakit_Kusta_1.pptxAgungAbadi1
 
materi penyuluhan kusta.pptx
materi penyuluhan kusta.pptxmateri penyuluhan kusta.pptx
materi penyuluhan kusta.pptxnyomansusun
 
pruritussenilispptx.pptx
pruritussenilispptx.pptxpruritussenilispptx.pptx
pruritussenilispptx.pptxAhmadAnshori12
 
Presentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptx
Presentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptxPresentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptx
Presentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptxariSatya2
 
Penyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.pptPenyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.pptTeguhPanca1
 
Penyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.pptPenyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.pptAloisiaDysi2
 
Presentasi morbus hansen
Presentasi morbus hansenPresentasi morbus hansen
Presentasi morbus hansenNoveldy Pitna
 
Informasi tentang penyakit kusta
Informasi tentang penyakit kustaInformasi tentang penyakit kusta
Informasi tentang penyakit kustafawimuhammad
 
Tuklin-Kelompok D-dr.Yulisna Sp.KK.pptx
Tuklin-Kelompok D-dr.Yulisna Sp.KK.pptxTuklin-Kelompok D-dr.Yulisna Sp.KK.pptx
Tuklin-Kelompok D-dr.Yulisna Sp.KK.pptxluckyubiplay
 
Farmakologi Penyakit Kulit
Farmakologi Penyakit KulitFarmakologi Penyakit Kulit
Farmakologi Penyakit KulitDedi Kun
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter iiar bi
 

Similar to KASUS 1 SISTEM INTEGUMEN.pptx (20)

Penyuluhan Kusta
Penyuluhan KustaPenyuluhan Kusta
Penyuluhan Kusta
 
Penyuluhan_Penyakit_Kusta_1.pptx
Penyuluhan_Penyakit_Kusta_1.pptxPenyuluhan_Penyakit_Kusta_1.pptx
Penyuluhan_Penyakit_Kusta_1.pptx
 
materi penyuluhan kusta.pptx
materi penyuluhan kusta.pptxmateri penyuluhan kusta.pptx
materi penyuluhan kusta.pptx
 
pruritussenilispptx.pptx
pruritussenilispptx.pptxpruritussenilispptx.pptx
pruritussenilispptx.pptx
 
Lepra
LepraLepra
Lepra
 
Presentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptx
Presentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptxPresentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptx
Presentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptx
 
Penyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.pptPenyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.ppt
 
Penyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.pptPenyakit_KUSTA_baru.ppt
Penyakit_KUSTA_baru.ppt
 
Presentasi morbus hansen
Presentasi morbus hansenPresentasi morbus hansen
Presentasi morbus hansen
 
Ppt scabies kel 2 revisi
Ppt scabies kel 2 revisiPpt scabies kel 2 revisi
Ppt scabies kel 2 revisi
 
Leptospirosis
Leptospirosis Leptospirosis
Leptospirosis
 
PPT KUSTA.pptx
PPT KUSTA.pptxPPT KUSTA.pptx
PPT KUSTA.pptx
 
Informasi tentang penyakit kusta
Informasi tentang penyakit kustaInformasi tentang penyakit kusta
Informasi tentang penyakit kusta
 
Tuklin-Kelompok D-dr.Yulisna Sp.KK.pptx
Tuklin-Kelompok D-dr.Yulisna Sp.KK.pptxTuklin-Kelompok D-dr.Yulisna Sp.KK.pptx
Tuklin-Kelompok D-dr.Yulisna Sp.KK.pptx
 
Farmakologi Penyakit Kulit
Farmakologi Penyakit KulitFarmakologi Penyakit Kulit
Farmakologi Penyakit Kulit
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02
Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02
Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02
 
Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02
Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02
Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02
 
Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02
Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02
Saadaskepstevenjansen 131005111837-phpapp02
 
Lepra
LepraLepra
Lepra
 

Recently uploaded

Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxIrfanNersMaulana
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxDianaayulestari2
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiNezaPurna
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxagussudarmanto9
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptxgizifik
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUNYhoGa3
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 

Recently uploaded (20)

Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 

KASUS 1 SISTEM INTEGUMEN.pptx

  • 1. OLEH KELOMPOK 3 LISTANTI (841422145) BERLIANA FEBRIYANINGSIH HASAN (841422166) NURUL JANNAH BAHARUDDIN (841422186) NUR LAILA TULEN (841422158) MIFTAHUL JANNAH DAI (841422170) MARVI FRANSWINATA ABAS (841422174) SURYANTO SUWANDI (841422178) KARMAN HEMUTO (841422162) ZIHAN MADJHAM (841422182) REYNALDI DUNGGIO (841422153) REFLI HASAN DJAKATARA (841422149)
  • 2. Seorang Laki-laki berumur 40 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan timbul bercak-bercak merah kira-kira tiga bulan yang lalu. Bercak timbul pada bercak yang sudah sembuh dan sebagian di tempat baru. Bercak tidak terasa gatal dan sakit. Jari-jari tangan pasien dirasa membengkak tidak diketahui sejak kapan. Pasien juga merasakan agak sulit untuk menggerakkan jari-jari tangan baik kanan maupun kiri tidak diketahui sejak kapan. Namun pasien mengeluhkan sering merasa seperti tersetrum dan kesemutan pada tangan sejak kurang lebih tiga tahun yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien baik dan kesadaran komposmentis. Tekanan Darah 120/80 mmHg, frekuensi pernapasan 18 x/m, frekuensi nadi 80 x/m, dan suhu aksila 36,5OC
  • 3.  Bercak-bercak Dalam istilah medis, bercak merah pada kulit disebut sebagai plak kulit, yakni perubahan warna kulit menjadi merah dengan tekstur permukaan yang halus. Namun pada beberapa jenis bercak, permukaannya dapat teraba kasar. Bercak merah pada kulit juga bisa disertai dengan keluhan lain, seperti gatal, iritasi, dan perih ( Sienny Agustin 2022). • Kesemutan Kesemutan atau parestesia adalah rasa tidak normal pada kulit yang tidak ada penyebab fisiknya. Parestesia termasuk rasa kebal dan geli, serta bisa bersifat sementara atau permanen. Rasa kebal adalah berkurang atau hilangnya rasa pada kulit. Geli (tingling) yang di maksud biasa disebut kesemutan, atau seperti ditusuk-tusuk jarum (pins or needles).( Putri,2019)
  • 4. a. Bercak-bercak merah b. Bercak tidak terasa gatal dan sakit c. Jari-jari tangan pasien dirasa membengkak d. Pasien merasakan agak sulit untuk menggerakkan jari-jari tangan baik kanan maupun kiri e. pasien mengeluhkan sering merasa seperti tersetrum dan kesemutan pada tangan sejak kurang lebih tiga tahun yang lalu
  • 5. BERCAK MERAH Morbus Hansen / Kusta adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae. Penyakit ini mempunyai afinitas utama pada saraf tepi/perifer, kemudian kulit, dan dapat mengenai organ tubuh lain seperti mata, mukosa saluran napas atas, otottulang dan testis. (Novita, 2019) Eksim Dermatis adalah penyakit pada kulit atau kelainan kulit yang terlihat iritasi. Iritasi ini dapat terjadi pada area mana saja namun sering teridentifikasi pada bagian lengan dan kaki. Gejala eksim muncul pada saat masa anakanak umur di atas dua tahun. Pada beberapa penelitian, penyakit ini akan menghilang saat dewasa, namun juga terdapat penderita seumur hidupnya. ( Ramadhan, 2018) Pityriasis rosea merupakan kelainan papuloskuamosa, gejala yang sering muncul adalah plak bersisik besar, berukuran sekitar 2-10 cm pada batang tubuh atau leher yang sering muncul 1-2 minggu. (Hanardi 2022) MIND MAP
  • 6. NO Manifestasi Klinis Diagnosa Medis 1 Bercak merah    2 Mengeluh seperti tersetrum dan kesemutan  - - 3 Jari-jari tangan dirasa membengkak  - - 4 Sulit Menggerakan jari-jari tangan  - -
  • 7. a. Apa penyebab bercak merah dan gangguan saraf pada kasus diatas ? b. Mengapa pada kasus diatas klien sulit menggerakan jari-jari tangan ? c. Apa saja diagnosa keperawatan yang mungkin muncul berdasarkan kasus diatas ? d. Apa intervensi keperawatan utama yang dapat dilakukan berdasarkan kasus di atas ?
  • 8. 1. Penyebab kemerahan dan gangguan saraf pada kasus diatas adalah basil kusta masuk ke tubuh manusia melalui kontak langsung dengan kulit atau mukosa nasal yang berasal dari droplet. Basil dari droplet akan bertahan hidup selama 2 hari dalam lingkungan yang kering, bahkan hingga 10 hari pada lingkungan yang lembab dan suhu yang rendah. Setelah infeksi terjadi, gejala klinis pada saraf perifer atau kulit akan muncul. 2. Basil kusta masuk ke dalam tubuh manusia melalui kontak langsung dengan kulit yang berasal dari droplet. Basil dari droplet akan bertahan hidup selama 2 hari dalam lingkungan kering, bahkan bahkan hingga 10 hari pada lingkungan yang lembab dan suhu yang rendah. Setelah itu menyerang saraf tepi yang berfungsi untuk mengirimkan sensasi fisik dari seluruh organ tubuh dan otak. 3. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah gangguan integritas kulit b.d neuropati perifer d.d klien mengeluh timbul bercak-bercak merah , gangguan mobilitas fisik b.d neuro muscular d.d klien merasa agak sulit menggerakkan jari-jari tanganbaik kanan maupun kiri
  • 9. 4. Perawatan Integritas Kulit Observasi  Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis.perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan kelembaban,suhu lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas) Terapeutik • Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering. • Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitif • Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering Edukasi • Anjurkan menggunakan pelembab (mis.lotion,serum) • Anjurkan minum air yang cukup • Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi • Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur • Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrim • Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada di luar rumah • Anjurkan mandi dan sabun secukupnya Kolaborasi • -
  • 10. Tujuan pembelajaran selanjutnya • Di harapkan bisa mengerti dan mendalami masalah sistem integument. • Diharapkan bisa menganalisa penyakit yang terdapat pada kasus diatas. • Untuk mengetahui apa saja penatalaksanaan dan implementasi keperawatan dari kasus diatas Informasi tambahan • Penatalaksanaan Massage Pumpkin Seed Oil, Hydrotherapy Dan Active Exercise Untuk Meningkatkan Elastisitas Kulit Pada Kasus Xerosis Akibat Morbus Hansen Multi Basiler Reaksi Di Rsud Kelet Jawa Tengah (Riskima,2019)
  • 11. Penyakit kusta dengan nama lain penyakit leprae disebabkan oleh bakteri mycobacterium leprae dan mengalami proses pembelahan cukup lama antara 2-3 minggu. Di luar tubuh manusia kuman kusta mampu hidup mencapai 9 hari dan masa inkubasi 2-5 tahun bahkan memakan waktu lebih dari 5 tahun. Kusta dapat menjadi progresif dampak dari penatalaksanaan yang buruk sehingga menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak dan dan mata. Maka dari itu agar tidak terjadi penurunan kualitas hidup penderitanya harus diobati secara dini. RSUD Kelet Jawa Tengah selalu menangani kasus xerosis karena hampir semua pasien rawat inap dengan diagnosis tersebut, diberikan berupa terapi Massage, Hydrotherapy dan Active Exercise. Diberikaannya hydrotherapy bertujuan untuk melembabkan kulit pasien dan membersihkan kulit mati, begitu pula dengan terapi latihan diberikan active exercise agar mencegah kontraktur pada sendi pasien.
  • 12. Berdasarkan keluhan yang dikeluhkan pasien pada kasus diatas tanda dan gejala yang dikeluhkan pasien lebih mengarah pada penyakit Morbus Hansen (Kusta) sehingga kelompok merumuskan diagnosa medis yang diangkat pada kasus di atas adalahotitis media dan diagnose keperawatan yang di angkat adalah gangguan integritas kulit, gangguan mobilitas fisik
  • 13. Latar Belakang Kusta merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium Leprae. Kusta dikenal dengan “ The Great Imitator Disease” karena penyakit ini seringkali tidak disadari karena memiliki gejala yang hampir mirip dengan penyakit kulit lainnya. Hal ini juga disebabkan oleh bakteri kusta sendiri mengalami proses pembelahan yang cukup lama yaitu 2–3 minggu dan memiliki masa inkubasi 2–5 tahun bahkan lebih. Ada dua sistem yang digunakan untuk mengklasifikasikan penderita Morbus Hansen, yaitu klasifikasi Ridley Jopling dan WHO. Sistem klasifikasi Ridley Jopling paling komprehensif dan akurat. Klasifikasi ini menggunakan tanda klinis, histopatologi, dan indeks bakteriologis (BI) untuk mengidentifikasi sesuai kategorinya. Klasifikasi Ridley- Jopling terdiri dari tuberculoid leprosy (TL), borderline tuberculoid (BT), borderline (BB), borderline lepromatous (BL) dan lepromatous leprosy (LL).
  • 14. • Dapat mengetahui Defenisi Morbus Hansen • Dapat mengetahui Etiologi Morbus Hansen • Dapat mengetahui Manifestasi Klinis Morbus Hansen • Dapat mengetahui Klasisfikasi Morbus Hansen • Dapat mengetahui Patofisiologi Morbus Hansen • Dapat mengetahui Komplikasi Morbus Hansen • Dapat mengetahui Pemeriksaan Lab Morbus Hansen • Dapat mengetahui Penatalaksanaan Morbus Hansen
  • 15. Morbus Hansen (kusta,lepra) adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae yang menyerang saraf tepi (primer), kulit, dan jaringan tubuh lainnya, kecuali susunan saraf pusat. Awalnya kuman ini menyerang kulit, mukosa, saluran pernafasan, system retikulo endotelial, mata, otot, tulang dan testis, kecuali susunan saraf pusat dengan masa inkubasi selama 3 tahun. Pada kebanyakan orang yang terinfeksi penyakit kusta tidak terdapat gejala, namun pada sebagian kecil memperlihatkan gejala seperticacat pada tangan dan kaki (Muttaqin, 2011). Penyakit kusta adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium leprae yang pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa mulut, saluran nafas bagian atas, sistem retikulo endotelial, mata, otot, tulang, dan testis kecuali susunan saraf pusat (Amirudin, Hakim, & Darwis, 2003).
  • 16. Penyebab penyakitkusta adalah bakteri Mycobacterium leprae yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-8 mikron, lebar 0,2-0,5 mikron, biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel, dan bersifat tahan asam (BTA). Penyakit kusta dapat ditularkan kepada orang lain melalui saluran pernafasan dan kontak kulit. Bakteri kusta ini banyak terdapat pada kulit tangan, daun teling, dan mukosa hidung (Widoyono, 2008).
  • 17. Tanda dan gejala Menurut (Nic-Noc, 2015) • Makula hipopigmnetasi • Hiperpigmentasi • Eritematosa • Gejala kerusakan saraf (sensorik, motorik, autonom) • Kerusakan jaringan (kulit, mukosa traktus respiataoriusatsa, tulang tulang jari dan wajah) • Kulit kering dan alopesia
  • 18. WHO pada tahun 1987 membuat klasifikasi kusta menjadi 2 tipe, yaitu tipe Pausibasiler (PB) dengan sedikit atau tidak ditemukan bakteri dan tipe Multibasiler (MB) dengan jumlah bakteri yang banyak. Tipe PB menurut WHO adalah tipe TT dan BT menurut Ridley dan Jopling, sedangkan tipe MB adalah tipe BB, BL dan LL, atau tipe apapun dengan BTA positif. Klasifikasi kusta menurut WHO: Lesi kulit (makula, plak, papul, nodus), (sensasi hilang/ kelemahan otot). Klasifikasi kusta menurut Ridley dan Jopling dibuat berdasarkan gambaran klinis, bakteriologis, histopatologis dan imunologis menjadi 5 tipe. (TT : Tuberkuloid polar, bentuk yang stabil), (BT : Borderlinetuberculoid) , (BB : Mid borderline), (BL: Borderline lepromatous) (LL : Lepromatosa polar, bentuk yang stabil)
  • 19. Mycobacterium Leprae masuk ketubuh melalui kulit yang lecet pada bagian tubuh bersuhu dingin dan melalui mukosa nasal. Setelah M.Leprae masuk ke dalam tubuh, perkembangan penyakit kusta bergantung pada kerentanan seseorang. Respon tubuh setelah masa tunas dilampaui tergantung pada derajat sistem imun intras seluler (cellular mediated immune) pasien. Kalau sistem imunita sseluler tinggi. Penyakit berkembang kearah tuberkuloid dan bila rendah, berkembang ke arah lepromatosa. M.Leprae berpredileksi didaerah- daerah yang relatif lebih dingin, yaitu daerah akral dengan vaskularisasi yang sedikit. Mycobacterium Leprae (Parasis Obligat Intraseluler) terutama terdapat pada sel macrofag sekitar pembuluh darah superior pada dermis atau sel Schwann jaringan saraf, bila kuman masuk tubuh tubuh bereaksi mengeluarkan macrofag (berasal dari monosit darah, sel mn, histiosit) untuk memfagosit. Tipe LL; terjadi kelumpuhan system imun seluler tinggi macrofag tidak mampu menghancurkan kuman dapat membelah diri dengan bebas merusak jaringan. Tipe TT ; fase system imun seluler tinggi macrofag dapat menghancurkan kuman hanya setelah kuman difagositosis macrofag, terjadi sel epitel yang tidak bergerak aktif, dan kemudian bersatu membentuk sel dahtian longhans, bila tidak segera diatasi terjadi reaksi berlebihan dan masa epitel menimbulkan kerusakan saraf dan jaringan sekitar.
  • 20. • Menyerang ekstremitas, yang paling diserang yaitu pada saraf ulnaris dan mengakibatkan jari keempat dan kelima seperti mencakar yang diakibatkan oleh kehilangan dari fungs iotot. Pada saraf medianus apabila terinfeksi maka akan menyebabkan kelumpuhan padajari tangan. • Apabila pada hidung terinfeksi oleh bakteri maka akan menyebabkan perdarahan,dan apabila tidak segera diobati akan merusak tulang rawan dan sampai kehilangan hidungnya. • Indera penglihatan, apabila penglihatan terinfeksi akan mengalami gangguan penglihatan seperti buram dan terjadi keruh pada cairan mata, juga dapat menyerang bagian saraf penglihatan dan dapat mengalami kebutaan. • Testis, apabila testis diserang maka dapat menyebabkan terjadinya infeksi pada salurannya, dan jika tidak dilakukan terapi maka akan terjadi kerusakan yang permanen
  • 22. Tujuan utama program pemberantasan kusta adalah menyembuhkan pasien kusta (lepra) dan mencegah timbulnya cacat serta memutuskan mata rantai penularan dari pasien kusta terutama tipe yang menular kepada orang lain untuk menurunkan insident penyakit. Regimen pengobatan kusta diindonesia disesuaikan dengan rekomendasi WHO (1995), yaitu program multi drug therapy (MDT) dengan kombinasi obat medika mentosa utama yang berdiri dari rifampisin, khofazimin, (lamprene). Dan DDS (dapson /4,4- diamino-difenil- sulfon) yang telah diterapkan sejak tahun 1981. Program MDT ini bertujuan untuk mengatasi resistensi dapson yang semakin meningkat, mengurangi ketidak taatan pasien, menurunkan angka putus obat, mengefektifkan waktu pengobatan dan mengeliminasi persistensi kuman dalam jaringan.
  • 23. A. Pengkajian 1. Identitas a. Pasien Nama : Tidak Terkaji Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 40 Tahun Agama : Tidak Terkaji Suku/bangsa : Tidak Terkaji Pendidikan :Tidak Terkaji Pekerjaan : Tidak Terkaji Alamat : Tidak Terkaji
  • 24. b. Penanggung Jawab Nama :Tidak Terkaji Umur : Tidak Terkaji Jenis Kelamin : Tidak Terkaji Agama :Tidak Terkaji Pekerjaan : Tidak Terkaji Alamat : Tidak Terkaji Tanggal masuk : Tidak Terkaji Tanggal pengkajian : Tidak Terkaji 2. Riwayat Kesehatan Sekarang a. Kesehatan sekarang • Keluhan utama : Keluhan timbul bercak-bercak merah kira-kira tiga bulan yang lalu
  • 25. • Keluhan menyertai : Jari-jari tangan pasien dirasa Membengkak tidak diketahui sejak kapan, pasien juga merasakan agak sulit untuk menggerakkan jari-jari tangan baik kanan maupun kiri tidak diketahui sejak kapan. b. Riwayat Kesehatan Dahulu : Tidak Terkaji 3. Pola aktivitas fisik sehari-hari • Nutrisi : Tidak Terkaji • Eliminasi : Tidak Terkaji • Istirahat dan Tidur : Tidak Terkaji • Aktifitas Fisik :Tidak Terkaji • Personal Hygiene : Tidak Terkaji 4. Data psikososial Status Emosi : Tidak Terkaji Konsep Diri : Tidak Terkaji Interaksi Sosial : Tidak Terkaji
  • 26. 5. Pengkajian fisik • Keadaan Umum : Tidak Terkaji • Kesadaran : Tidak Terkaji • Tanda vital : TD : 120/80 mmHg Nadi : 80 x/mnt Respirasi :18x/mnt SB : 36,5oC • Kepala : Tidak Terkaji • Neurosensori : Tidak Terkaji • Leher : Tidak Terkaj • Dada dan Thoraks :  Inpeksi : Tidak Terkaji  Palpasi : Tidak Terkaji
  • 27.  Perkusi : Tidak Terkaji  Auskultasi : Tidak Terkaji • Abdomen : Tidak Terkaji • Integument : Tampak bercak-bercak merah, bercak merah tidak terasa gatal • Ekstremitas : Jari-jari tangan pasien dirasa membengkak, Pasien merasakan agak sulit untuk menggerakkan jari-jari tangan baik kanan maupun kiri • Genetalia : Tidak Terkaji 6. Pemeriksaan Penunjang : Tidak Terkaji
  • 28. Mycobacterium leprae Droplet infection ataukontakdengankulit Masuk ke dalam pembuluh darah dermis dan sel saraf schwan System imunselulermeningkat Fagositosis Pembentukantuberkel Morbus Hansen (Kusta) Gangguan saraf tepi Saraf otonom Gangguan kelenjar minyak & aliran darah Kulit kering, bersisik, macula seluruh tubuh Kulit kering, bersisik, macula seluruh tubuh Gangguan fungsi barrier kulit Gangguan Integritas Kulit/jaringan Saraf-saraf otorik Kelemahan otot Gangguan Mobilitas Fisik
  • 29. NO DATA ETIOLOGI Diagnosa Keperawatan 1 Ds: • Klien mengeluh timbul bercak-bercak merah kira-kira tigabulan yang lalu • Klien mengeluh bercak timbul pada bercak yang sudah sembuh dan sebagian di tempat baru • Klien mengatakan bercak tidak terasa gatal dan sakit Do: • Timbul bercak-bercakmerah Mycobacterium leprae Droplet infection atau kontak dengan kulit Masuk dalam pembuluh darah dermis & sel saraf schwan System imun seluler meningkat Fagositosis Pembentukantuberkel Morbus Hansen (kusta) Gangguan saraf tepi Saraf otonom Gangguan kelenjar minyak & aliran darah Kulit kering, bersisik, macula seluruh tubuh Gangguan fungsi barrier kulit Gangguan integritas kulit/jaringan Gangguan integritas kulit/jaringan
  • 30. NO DATA ETIOLOGI DIAGNOSA KEPERAWATAN 2. Ds: • Klien merasa agak sulit menggerakkan jari- jari tangan baik kanan maupun kiri • Klien merasa sering terasa tersetrum dan kesemutan Do: - Mycobacterium leprae Droplet infection atau kontak dengan kulit Masuk dalam pembuluh darah dermis & sel saraf schwan System imun seluler meningkat Fagositosis Pembentukan tuberkel Morbus Hansen (kusta) Gangguan saraf tepi Saraf otoric Kelemahan otot Gangguan mobilitas fisik Gangguan mobilitas fisik
  • 31. D. Diagnosa Keperawatan • Gangguan Integritas Kulit/jaringan b.d neuropati perifer (Prioritas) d.d : Ds:  Klien mengeluh timbul bercak-bercak merah kira-kira tigabulan yang lalu  Klien mengeluh bercak timbul pada bercak yang sudah sembuh dan sebagian di tempat baru  Klien mengatakan bercak tidak terasa gatal dan sakit Do: -  Timbul bercak-bercak merah • Gangguan Mobilitas Fisik b.d neuro muscular d.d klien merasa agak sulit menggerakkan jari-jari tangan baik kanan maupun kiri Ds:  Klien merasa agak sulit menggerakkan jari-jari tangan baik kanan maupun kiri  Klien merasa sering terasa tersetrum dan kesemutan Do: - Prioritas Masalah Keperawatan • Gangguan Integritas Kulit/jaringan • Gangguan Mobilitas Fisik
  • 32. E. INTERVENSI KEPERAWATAN NO SDKI SLKI SIKI 1 Gangguan integritas kulit/jaringan (D.0129) Penyebab : Neuropati perifer Ditandai dengan : Ds: • Klien mengeluh timbul bercak-bercak merah kira-kira tigabulan yang lalu • Klien mengeluh bercak timbul pada bercak yang sudah sembuh dan sebagian di tempat baru • Klien mengatakan bercak tidak terasa gatal dan sakit Do: • Timbul bercak-bercak merah Integritas kulit dan jaringan (L.14125) Setelah dilakukan tindakank eperawatan selama 3x24 jam diharapkan integritas kulit dan jaringan meningkat dengan kriteria hasil : • Krusakan jaringan menurun • Kemerahan menurun • Pigmentasi abnormal menurun Perawatan Integritas Kulit • Observasi  Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis.perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan kelembaban,suhu lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas) • Terapeutik  Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering.  Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitif  Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering • Edukasi  Anjurkan menggunakan pelembab (mis.lotion,serum)  Anjurkan minum air yang cukup  Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi  Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur  Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrim  Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada di luar rumah  Anjurkan mandi dan sabun secukupnya Kolaborasi -
  • 33. Next PemberianObat • Observasi  Identifikasi kemungkinan alergi, interaksi, dan kontraindikasi obat  Verifikasi order obat sesuai indikasi  Periksa tanggal kadaluwarsa obat  Monitor tanda-tanda vital dan nilai laboratorium sebelum pemberian obat, jika perlu  Monitor efek terapeutik obat  Monitor efek samping, toksisitas, dan interaksiobat • Terapeutik  Perhatikan prosedur pemberian obat yang aman dan akurat  Hindari interupsi saat mempersiapkan, memverifikasi, atau mengelola obat  Lakukan prinsip enam benar (pasien, obat, dosis, rute, waktu, dokumentasi)  Perhatikan jadwal pemberian obat jenis hipnotik, narkotika, dan antibiotik  Hindari pemberian obat yang tidakdiberi label dengan benar  Buangobat yang tidak terpakai atau kadaluwarsa  Fasilitasi minum obat  Tandatangani pemberian narkotika, sesuai protokol  Dokumentasikan pemberian obat dan respons terhadap obat • Edukasi  Jelaskan jenis obat, alasan pemberian, tindakan yang diharapkan, dan efek samping sebelum pemberian  Jelaskan faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan efektifitas obat Kolaborasi -
  • 34. NO SDKI SLKI SIKI 2 Gangguan mobilitas fisik (D.0054) Penyebab : Gangguan neuromuscular Ditandai dengan: Ds: • Klien merasa agak sulit menggerakkan jari-jari tangan baik kanan maupun kiri • Klien merasa sering terasa tersetrum dan kesemutan Do: - Mobilitas fisik (L.05042) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan mobilitas fisik meningkat dengan kriteria hasil : • Pergerakan ekskremitas meningkat Dukungan Kepatuhan Program Pengobatan • Observasi  Identifikasi kepatuhan menjalani program pengobatan  Identifikasi persepsi tentang masalah kesehatan  Monitor pelaksanaan tanggung jawab  Identifikasi keadaan emosional saat ini  Identifikasi respons yang ditunjukkan berbagaisituasi  Identifikasi pemahaman proses penyakit.  Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan sosial • Terapeutik  Buat komitmen menjalani program pengobatan dengan baik  Berikan penguatan dan umpan balik positif jika melaksanakan tanggung jawab atau merubah perilaku  Buat jadwal pendampingan keluarga untuk bergantian menemani pasien selama menjalani program pengobatan  Dokumentasikan aktivitas selama menjalani proses pengobatan  Libatkan keluarga untuk mendukung program pengobatan yang dijalani  Motivasi untuk menentukan harapan yang realistis • Edukasi  Informasikan program pengobatan yang harus dijalani  Informasikan manfaat yang akan diperoleh jika teratur menjalani program pengobatan  Diskusikan tanggung jawab terhadap profesi pemberi asuhan  Diskusikan konsekuensi tidak melaksanakan tanggung jawab  Latih kemampuan positif diri yang dimilki  Latih penggunaan tehnik relaksasi Kolaborasi
  • 35. Pelaksanaan tindakan keperawatan (implementasi keperawatan) adalah pelaksanaan tindakan yang telah ditentukan, dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal. Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah implementasi keperawatan terhadap pasien secara urut sesuai prioritas masalah yang sudah dibuat dalam rencana asuhan keperawatan termasuk di dalamnya nomor urut dan waktu ditegakkannya suatu pelaksanaan asuhan keperawatan (Basri, Utami, & Mulyadi, 2020).
  • 36. Evaluasi keperawatan merupakan fase akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil.Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama program berlangsung.Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan informasi efektivitas pengambilan keputusan. Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif, objektif, assesment, planing) (Warsiki. 2020).
  • 37. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisi dan diskusi kelompok kami menyimpulkan bahwa diagnose medis berdasarkan kasus 1 diatas adalah Morbus Hansen. Dan diagnosa keperawatan yang diangkat berdasarkan kasus diatas adalah gangguan integritas kulit dan gangguan mobilitas fisik. Saran Dalam penulisan makalah ini, penulis sangat yakin masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar tugas PBL ini menjadi lebih baik.
  • 38. 38