1. TUGAS
MANAJEMEN KEUANGAN
Disusun Oleh :
AKHMAD ABDUL AZIZ ZEIN
NIM. B.312.2412.073
PROGRAM PASCA SARJANA
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEMARANG
SEMARANG
2012
3. BAB I
PENDAHULUAN
Secara periodik, perusahaan selalu mengeluarkan laporan keuangan yang
dibuat oleh bagian akunting dan diberikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan,
misalnya pemerintah, kreditor, pemilik perusahaan dan pihak manajemen sendiri.
Selanjutnya, pihak-pihak tersebut akan melakukan pengolahan data dengan
melakukan perhitungan lebih lanjut untuk mengetahui apakah perusahaan telah
mencapai standar kinerja yang dipersyaratkan atau belum. Biasanya alat yang
digunakan untuk mengukur standar pencapaian kinerja perusahaan adalah rasio
keuangan. Tentu saja rasio keuangan yang digunakan sesuai dengan kebutuhan
masing-masing pihak tersebut.
Untuk menilai suatu kondisi keuangan dan prestasi suatu perusahaan, seorang
analisis keuangan memerlukan beberapa tolok ukur. Tolok ukur yang sering dipakai
adalah rasio atau indeks yang menghubungkan dua atau lebih data keuangan.
Analisis dan interprestasi dari macam-macam rasio dapat memberikan pandangan
yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi suatu perusahaan bagi para
analisis yang ahli dan berpengalaman dibanding analisis yang hanya didasarkan atas
data keuangan sendiri-sendiri yang tidak berbentuk rasio.
Menurut bentuk pokok rasio keuangan terdiri atas :
a. Rasio likuiditas : kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka
pendeknya bila jatuh tempo.
b. Rasio solvabilitas : mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai oleh
hutang.
c. Rasio aktivitas : mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber
dayanya.
d. Rasio profitabilitas : mengukur efektivitas manajemen yang ditunjukkan oleh
laba yang dihasilkan dari penjualan dan investasi perusahaan.
Perusahaan sebaiknya tidak boleh terlalu likuid, artinya banyak modal yang
tersimpan dalam bentuk kas, hal ini menimbulkan hilangnya kesempatan untuk
memperoleh laba jika seandainya kas tersebut ditanamkan. Namun, sebaliknya
1
4. perusahaan juga tidak boleh menanamkan seluruh uang yang dimiliki dalam usaha,
sehingga ketika diperlukan dana cair mengalami kesulitan. Kas merupakan aktiva
yang paling likuid atau merupakan salah satu yang paling tinggi likuiditasnya, berarti
semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan semakin tinggi
pula tingkat likuiditasnya. Namun suatu perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas
yang tinggi karena adanya kas dalam jumlah yang besar berarti tingkat perputaran
kas tersebut rendah dan mencerminkan adanya overinvestment dalam kas dan berarti
pula bahwa perusahaan kurang efektif dalam mengelola kas. Jumlah kas yang relatif
kecil akan diperoleh tingkat perputaran kas yang tinggi dan keuntungan yang
diperoleh akan lebih besar, tetapi perusahaan yang hanya mengejar keuntungan
(rentabilitas) tanpa memperhatikan likuiditas pada akhirnya perusahaan tersebut akan
masuk dalam keadaan “illikuid“ apabila sewaktu-waktu ada tagihan.
Analisa Rasio (Ratio Analysis) adalah salah satu cara untuk menghitung dan
menginterpretasikan rasio keuangan untuk menganalisa dan melihat kinerja
perusahaan. Analisa rasio dapat dilakukan secara cross section (Cross-Sectional
Analysis), time series (Time-Series Analysis), ataupun Combined Analysis
(menggabungkan analisa cross section dan analisa time series). Cross-Sectional
Analysis berarti membandingkan rasio keuangan perusahaan berbeda untuk waktu
yang sama, misalnya membandingkan perusahaan dengan pesaing utama ataupun
dengan industri (benchmarking). Time-Series Analysis, berarti melakukan evaluasi
atas perkembangan kinerja perusahaan melalui rasio keuangan.
Dalam hal ini yang akan dibahas adalah Cross-Sectional Analysis, yaitu
membandingkan rasio keuangan yang berbeda- beda dari perusahaan secara bersama-
sama, untuk mengetahui sebagus apa kinerja yang diperlihatkan oleh perusahaan jika
dibandingkan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama, yaitu antara PT.
Matahari Putra Prima, Tbk dengan PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk.
2
5. BAB II
LIKUIDITAS
A. Likuiditas
Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban finansiilnya yang harus segera dipenuhi atau segera jatuh tempo.
Jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan pada suatu saat tertentu
menunjukkan kemampuan membayar kewajiban finansiil yang segera jatuh
tempo. Jumlah aktiva lancar yang dimiliki perusahaan merupakan “kekuatan
membayar” dari perusahaan yang bersangkutan. Sedangkan “kemampuan
membayar” adalah apabila kekuatan membayar dari perusahaan tersebut
sedemikian besarnya sehingga dapat memenuhi semua kewajiban finansiilnya
yang segera harus dipenuhi.
Suatu perusahaan dikatakan likuid apabila mempunyai “kekuatan
membayar” sedemikian besarnya, sehingga mampu memenuhi semua kewajiban
finansiilnya yang harus segera dipenuhi. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
suatu perusahaan dikatakan likuid jika memiliki kemampuan membayar
kewajiban jangka pendeknya, dan sebaliknya apabila tidak memiliki kemampuan
membayar kewajiban jangka pendek maka disebut dengan illikuid. Kewajiban
finansiil di sini terkait dengan kewajiban finansiil untuk menyelenggarakan
proses produksi seperti pembelian bahan dan membayar upah yang disebut
dengan likuiditas perusahaan, maupun kewajiban finansiil terhadap pihak luar
(kreditur) yang disebut dengan likuiditas badan usaha.
Suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar belum tentu
dapat memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi atau
perusahaan tersebut belum tentu mempunyai kemampuan membayar (Kasmir,
2010). Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
melunasi kewajiban finansial jangka pendek (Sudarsono, 2007).
3
6. 1. Current Rasio
Current Ratio adalah rasio yang membandingkan antara aktiva lancar
yang dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek. Current Ratio ini
merupakan ukuran yang berharga untuk mengukur kesanggupan suatu
perusahaan untuk memenuhi “Current Obligation”nya. Current Ratio yang
tinggi menunjukkan jaminan yang lebih tinggi atas hutang jangka pendek,
namun hal ini bisa juga menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar yang
akan mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap profitabilitas.
Dalam menentukan current ratio, tergantung dari perusahaan tersebut.
Namun sebaiknya perusahaan menetapkan current ratio tidak kurang dari 2 :
1 atau 200%. Perusahaan perlu menetapkan batas maksimum current ratio,
untuk mempertahankan kemampuan perusahaan termasuk melakukan kredit.
Apabila perusahaan tersebut menetapkan CR = 3 :1, maka ini berarti bahwa
hutang lancar Rp 1,- dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp 3,- atau dijamin
dengan modal kerja neto (net working capital) sebesar Rp 2,- Net working
capital merupakan selisih aktiva lancar terhadap hutang lancar. (Bambang
Riyanto, 1995 : 26).
Rumus dari pada current rasio sebagai berikut:
2. Acid Test Rasio (Quick rasio)
Quick Ratio merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan memenuhi atau membayar hutang lancar dengan aktiva lancar
tanpa memperhitungkan nilai persediaan. Working Capital to Total Assets
Ratio adalah rasio yang membandingkan antara modal kerja netto dengan
total aktiva. Apabila menggunakan acid test ratio untuk menentukan tingkat
likuiditas, maka secara umum dapat dikatakan bahwa suatu perusahaan dapat
dianggap kurang efisien/kurang baik likuiditas kurang dari 1 : 1 atau 100%.
Acid-Test Rasio merupakan ukuran yang sama dengan current ratio,
tanpa memperhitungkan persediaan (persediaan adalah harta lancar yang
paling tidak likuid karena tidak mudah dijual, dan kalaupun dijual biasanya
4
LancarUtang
LancarAktiva
RatioCurrent =
7. dengan kredit/tidak tunai). Oleh karena itu, pengukuran kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek tanpa mengandalkan
persediaan merupakan hal yang penting. Rasio ini menunjukkan kemampuan
aktiva lancar yang paling likuid yang mampu menutupi hutang lancar.
Semakin besar ratio ini semakin baik. Dengan ratio ini persediaan dianggap
membutuhkan waktu yang relatif lama untuk direalisasikan menjadi uang.
Rumus dari Acid – test rasio sebagai berikut :
B. Solvabilitas
Menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi segala kewajiban
keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Perusahaan dikatakan
solvabel apabila aktiva perusahaan cukup untuk menutupi semua hutangnya baik
hutang jangka pendek maupun jangka panjang. Jika keadaan sebaliknya disebut
dengan insolvable.
1. Debt Ratio : prosentase jumlah dana dari hutang yang digunakan untuk
membiayai aktiva perusahaan
Rumus :
Tingkat debt ratio yang dianggap baik adalah 50%, artinya Rp 1,00 hutang
dijamin oleh Rp 2,00 aktiva perusahaan
2. Debt to Equity Ratio : perbandingan antara htang yang dimiliki perusahaan
dengan modal sendiri
Untuk pendekatan konservatif besarnya utang maksimal sama dengan modal
sendiri, artinya Debt to Equity-nya maksimal 100%.
Rumus :
5
LancarUtang
Persediaan-LancarAktiva
RatioQuick =
AktivaTotal
UtangTotal
RatioDebt =
SendiriModal
UtangTotal
RatioEquityDebt to =
8. C. Rentabilitas (Earning Power)
Rentabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
selama periode tertentu. Rentabilitas merupakan perbandingan antara laba
dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut, dirumuskan sebagai
L
M
x 100 %, dimana L adalah jumlah laba yang diperoleh selama periode
tertentu dan M adalah modal atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan
laba tersebut.
Rentabilitas Ekonomi (RE) adalah kemampuan suatu perusahaan dengan
seluruh modal yang ada di dalamnya untuk menghasilkan laba.
RE = Net operating income : Operating Capital
Untuk mempertinggi RE ditentukan oleh 2 faktor, yaitu :
1. Profit margin =
net operating income (laba operasi)
net sales
x 100 %
2. Turn over of operating assets =
net sales
operating assets
Dengan demikian maka :
EP =
operating income net sales net operating income
x
net sales operating assets operating assets
=
Profit margin dipengaruhi oleh Net Sales dan laba usaha (net operating
income). Sedangkan laba usaha dipengaruhi oleh besarnya sales dan biaya
operasional.
Perubahan rentabilitas ekonomi akan berpengaruh terhadap rentabilitas
modal sendiri. Dalam situasi ekonomi yang baik dan stabil (tingkat bunga tetap),
penggunaan modal asing yang lebih besar akan mengakibatkan kenaikan
rentabilitas modal sendiri. Sebaliknya, dalam keadaan ekonomi yang memburuk
dimana rentabilitas ekonomi perusahaan pada umumnya menurun, maka
perusahaan yang mempunyai modal asing lebih besar akan mengalami penurunan
rentabilitas modal sendiri. Pengaruh rentabilitas ekonomi terhadap modal sendiri
selalu positif, artinya makin besar rentabilitas ekonomi mengakibatkan makin
6
9. besarnya rentabilitas modal sendiri dengan syarat ceteris paribus, yaitu faktor lain
tidak berubah misalnya tingkat bunga, pajak dan rasio utang-modal sendiri.
Rentabilitas modal sendiri juga dipengaruhi oleh rasio utang. Pengaruh
rasio utang terhadap rentabilitas modal sendiri dapat positif, negatif atau tidak
mempunyai pengaruh sama sekali. Dikatakan berpengaruh positif apabila
kenaikan rasio utang makin menambah rentabilitas modal sendiri. Ini terjadi jika
rentabilitas ekonomi lebih besar daripada tingkat bunga. Sedangkan pengaruh
negatif terjadi ketika rentabilitas ekonomi lebih kecil daripada tingkat bunga
7
10. BAB III
ANALISIS FUNDAMENTAL
Analisis fundamental (Fundamental Analysis) merupakan suatu studi yang
mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan keuangan suatu bisnis dengan
maksud untuk lebih memahami sifat dasar dan karakteristik operasional dari
perusahaan publik yang menerbitkan saham biasa tersebut.
Analisis fundamental yaitu metode analisis yang didasarkan pada
fundamental ekonomi suatu perusahaan. Teknik ini menitikberatkan pada rasio
finansial dan kejadian-kejadian yang secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.
Analisa fundamental pada dasarnya adalah melakukan analisa historis atas
kekuatan keuangan dari suatu perusahaan, yang mana proses ini disebut juga
company analysis. Perlu diperhatikan bahwa data yang digunakan dalam analisa
adalah data historis, artinya data yang telah terjadi dan mencerminkan keadaan
keuangan yang telah lewat, bukan mencerminkan keadaan keuangan yang
sebenarnya pada waktu analisa.
Analisis fundamental dibagi dalam tiga tahapan, yaitu :
1. Analisa ekonomi :
Adalah analisa yang fokus pada perkembangan ekonomi khususnya ekonomi
makro terkini yang memiliki pengaruh di masa datang terhadap perekonomian
suatu negara. Hal-hal pokok dalam analisa ekonomi :
a. Pertumbuhan ekonomi (GDP growth)
b. Tingkat inflasi (CPI)
c. Tingkat suku bunga
d. Pergerakan nilai tukar
e. Kondisi fiskal
2. Analisa industri/sektor :
Mempelajari karakteristik suatu industri serta dinamika perkembangannya seiring
dengan nilai kompetitif yang dimilikinya sehingga dapat mengindentifikasi
8
11. perusahaan-perusahaan yang dapat memperoleh manfaat di dalam industri
tersebut. Hal-hal pokok dalam analisa industri/sektor :
a. Perkembangan ekonomi global dan domestik
b. Peraturan pemerintah atau regulasi
c. Perkembangan teknologi dan inovasi
d. Pertumbuhan produksi dan konsumsi
e. Kompetisi dan trend pertumbuhan usaha
3. Analisa keuangan perusahaan :
Melakukan evaluasi terhadap laporan keuangan perusahaan dari kinerja usaha
yang dilakukan dengan menggunakan analisa rasio keuangan. Hal ini akan
membantu dalam mengidentifikasi kinerja perusahaan pada periode lalu. Hal-hal
pokok dalam analisa keuangan perusahaan :
a. Trend pertumbuhan pendapatan dan laba kotor
b. kondisi laba usaha dan laba bersih
c. Perbandingan hutang terhadap ekuitas perusahaan
d. Beban produksi, operasional, dan keuangan
e. Perolehan marjin perusahaan
Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba.
Ada banyak cara mengukur profitabilitas sehingga pengukurannya dikaitkan pada
penjualan yang dihasilkan perusahaan, asset yang digunakan, maupun investasi yang
dilakukan pemegang saham.
1. Gross Profit Margin
Gross Profit Margin merupakan persentase laba kotor dibandingkan dengan
penjualan
Rumus :
Semakin besar rasio ini semakin baik kinerja keuangan perusahaan, karena hal ini
menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relatif lebih rendah daripada
penjualan
9
Penjualan
KotorLaba
MarginProfitGross =
12. 2. Operating Profit Margin
Operating Profit Margin merupakan persentase laba kotor sebelum bunga dan
pajak (EBIT) dibandingkan dengan penjualan
Rumus :
Semakin besar rasio ini semakin baik kinerja keuangan perusahaan, karena hal ini
menunjukkan bahwa biaya operasi perusahaan relatif lebih rendah daripada
penjualan
3. Net Profit Margin
Net Profit Margin menunjukkan seberapa besar bagian penjualan yang terealisir
menjadi laba bersih.
Rumus :
Semakin tinggi rasio ini semakin baik kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih dari penjualan
4. Return on Investment
Return on Investment merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang telah
dikeluarkan
Rumus :
Semakin tinggi nilai rasio ini, semakin baik pula keadaan kinerja keuangan suatu
perusahaan
5. Return on Equity
Return on Equity adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki.
Rumus :
Semakin tinggi nilai rasio ini, semakin baik pula keadaan kinerja keuangan suatu
perusahaan.
10
Penjualan
EBIT
MarginProfitOperating =
Penjualan
EAT
MarginProfitNet =
AktivaTotal
EAT
InvestmentonReturn =
SendiriModal
EAT
EquityonReturn =
13. BAB IV
PEMBAHASAN
Diketahui rasio keuangan berdasarkan laporan keuangan PT. Matahari Putra
Prima, Tbk dan PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk tahun 2010 adalah sebagai
berikut :
Rasio keuangan
PT. Matahari Putra
Prima, Tbk
PT. Ramayana Lestari
Sentosa, Tbk
Current ratio 1,76 2,85
Debt to Equity 0,59 0,30
Leverage Ratio 0,37 0,23
Gross Profit Margin 0,22 0,35
Operating Profit Margin 0,01 0,08
Net Profit Margin 0,68 0,07
Inventory Turnover 6,89 4,27
Total Assets Turnover 0,75 1,37
ROI (%) 50,79 10,18
ROE (%) 81,22 13,23
Berdasarkan tabel rasio keuangan PT. Matahari Putra Prima Tbk dan PT.
Ramayana Lestari Tbk tersebut di atas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Likuiditas/current ratio
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa current ratio pada PT. Matahari Putra
Prima, Tbk adalah sebesar 1,76, sedangkan current ratio pada PT. Ramayana
Lestari Sentosa, Tbk adalah sebesar 2,85. Dengan demikian dapat diketahui,
bahwa current ratio PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk lebih besar dibandingkan
dengan PT. Matahari Sentosa, Tbk. Kedua perusahaan tersebut dapat dikatakan
bahwa perusahaan dalam keadaan likuid atau perusahaan dapat menjamin semua
hutang jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang ada, dengan kata lain
perusahaan ini mampu melunasi kewajiban-kewajibannya yang segera jatuh
tempo. Namun demikian bisa dikatakan, bahwa kinerja keuangan lebih efektif
PT. Matahari Putra Prima, Tbk. Pada PT. Ramayana Lestari Sentosa, terlalu
11
14. banyak jumlah kas, yang berarti semakin banyak uang yang menganggur dan
akan memperkecil tingkat profitabilitasnya.
2. Debt to equity
Berdasarkan tabel diketahui, bahwa debt to equity PT. Matahari Putra Prima, Tbk
adalah sebesar 0,59, sedangkan debt to equity pada PT. Ramayana Lestari
Sentosa, Tbk adalah sebesar 0,30. Dengan demikian dapat dikatakan debt to
equity PT. Matahari Putra Prima, Tbk. lebih baik dibandingkan dengan PT.
Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. Hal ini mengindikasikan, bahwa PT. Matahari
Putra Prima, Tbk memiliki kemampuan yang lebih baik dalam memenuhi seluruh
kewajibannya dengan modal sendiri.
3. Leverage Ratio
Berdasarkan tabel diketahui, bahwa leverage ratio PT. Matahari Putra Prima, Tbk
adalah sebesar 0,37, sedangkan debt to equity pada PT. Ramayana Lestari
Sentosa, Tbk adalah sebesar 0,23. Dengan demikian dapat dikatakan leverage
ratio PT. Matahari Putra Prima, Tbk. lebih baik dibandingkan dengan PT.
Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. Hal ini mengindikasikan bahwa PT. Matahari
Putra Prima, Tbk lebih efektif dalam menggunakan hutang untuk membiayai
investasinya.
4. Gross profit margin
Berdasarkan tabel diketahui, bahwa gross profit margin Matahari Putra Prima,
Tbk adalah sebesar 0,22, sedangkan gross profit margin pada PT. Ramayana
Lestari Sentosa, Tbk adalah sebesar 0,35. Dengan demikian dapat dikatakan
gross profit margin PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk lebih baik dibandingkan
dengan PT. Matahari Putra Prima, Tbk. Hal ini mengindikasikan, bahwa
kemampuan PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk dalam berproduksi lebih efisien
dibandingkan dengan PT. Matahari Putra Prima, Tbk.
5. Operating profit margin
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui, bahwa operating profit margin
Matahari Putra Prima, Tbk adalah sebesar 0,01, sedangkan operating profit
margin pada PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk adalah sebesar 0,08. Hal ini
menunjukkan, prosentase laba yang diperoleh PT. Ramayana Lestari Sentosa
12
15. sesudah membayar semua biaya produksi dan biaya operasi lebih besar
dibandingkan dengan PT. Matahari Putra Prima.
6. Net Profit margin
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui, bahwa net profit margin PT. Matahari
Putra Prima, Tbk adalah sebesar 0,68, sedangkan net profit margin pada PT.
Ramayana Lestari Sentosa, Tbk adalah sebesar 0,07. Dengan demikian
kemampuan PT. Matahari Putra Prima, Tbk dalam memperoleh laba bersih atas
volume penjualan lebih baik dibandingkan dengan PT. Ramayana Lestari
Sentosa, Tbk.
7. Inventory Turnover
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui, bahwa Inventory turnover PT.
Matahari Putra Prima, Tbk adalah sebesar 6,89, sedangkan inventory turnover
pada PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk adalah sebesar 4,27. Hal ini
mengindikasikan, bahwa PT. Matahari Putra Prima lebih efektif dalam
memanfaatkan persediaan yang dimiliki oleh perusahaan dibandingkan dengan
PT. Ramayana Lestari Sentosa.
8. Total Assets Turnover
Total Asset Turnover digunakan untuk mengukur efektivitas
pemanfaatan aktiva dalam menghasilkan penjualan. semakin besar perputaran
aktiva, maka semakin efektif perusahaan dalam mengelola aktivanya.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui, bahwa Total Assets PT.
Matahari Putra Prima, Tbk adalah sebesar 0,75, sedangkan total assets turnover
pada PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk adalah sebesar 1,37. Hal ini
mengindikasikan, bahwa PT. Ramayana Lestari Sentoso dalam menggunakan
keseluruhan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan lebih efisien
dibandingkan dengan PT. Matahari Putra Prima. Rasio yang rendah pada PT.
Matahari Putra Prima mengindikasikan bahwa perusahaan tidak beroperasi pada
volume yang memadai bagi kapasitas investasinya.
9. ROI
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui, bahwa ROI Matahari Putra Prima, Tbk
adalah sebesar 50,79%, sedangkan ROI pada PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk
13
16. adalah sebesar 10,18%. Hal ini berarti bahwa kemampuan dari modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto
pada PT. Matahari Putra Prima Tbk adalah sebesar 50,79 % sedangkan pada PT.
Ramayana Lestari Sentosa Tbk adalah sebesar 10,18%. Hal ini mengindikasikan,
bahwa penggunaan keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan pada
PT. Matahari Putra Prima jauh lebih efisien dibandingkan PT. Ramayana Lestari
Sentosa. Penggunaan aktiva PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk masih belum
efisien sehingga mengakibatnya rendahnya tingkat laba yang dihasilkan oleh
keseluruhan penggunaan aktiva.
10. ROE
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui, bahwa ROE PT. Matahari Putra Prima,
Tbk adalah sebesar 81,22% sedangkan ROE pada PT. Ramayana Lestari Sentosa,
Tbk adalah sebesar 13,23%. Hal ini mengindikasikan, bahwa kinerja keuangan
PT. Matahari Putra Prima lebih efektif menggunakan modal sendiri dalam
menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan PT. Ramayana Lestari Sentsoa,
Tbk. Dengan kata lain, kemampuan PT. Matahari Putra Prima dalam
menghasilkan keuntungan dengan modalnya sendiri jauh lebih besar
dibandingkan dengan PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan, bahwa pada tahun 2010, secara
umum kinerja keuangan PT. Matahari Putra Prima lebih baik dibandingkan dengan
PT. Ramayana Lestari Sentosa meskipun tingkat likuiditasnya lebih sedikit
dibandingkan dengan PT. Ramayana Lestari Sentosa yaitu sebesar 1,76 sedangkan
PT. Ramayana sebesar 2,85. Hal ini menunjukkan penggunaan dana yang lebih
efektif dibandingkan dengan PT. Ramayana Lestari Sentosa. Dimana dengan adanya
penggunaan dana yang lebih efektif tersebut mampu menghasilkan keuntungan yang
lebih besar. PT. Ramayana Lestari Sentosa lebih liquid dibandingkan dengan PT.
Matahari Putra Prima. Akan tetapi hal itu menyebabkan dana menganggur dalam
bentuk kas terlalu banyak sehingga perputaran dana menjadi tidak efektif. Hal
14
17. tersebut mempengaruhi perolehan laba yang lebih sedikit dibandingkan dengan PT.
Matahari Putra Prima. Hal ini terlihat dari ROI PT. Matahari Putra Prima sebesar
50,79% sedangkan pada PT. Ramayana 10,18%. Hal ini juga terlihat dari ROE yang
juga lebih besar PT. Matahari Putra Prima yaitu sebesar 81,22% dibandingkan
dengan PT. Ramayana Lestari Sentosa yaitu sebesar 13,23%.
15
18. BAB V
KESIMPULAN
Untuk mengetahui kinerja dari perusahaan dapat dilihat dari rasio keuangan
perusahaan tersebut meliputi tingkat likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan
profitabilitas. Semakin tinggi tingkat likuiditas, solvabilitas maupun rentabilitas dari
suatu perusahaan berarti semakin bagus pula kinerja dari perusahaan tersebut.
Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat likuiditas, solvabilitas maupun
rentabilitas dari suatu perusahaan, maka dapat dikatakan bahwa kinerja perusahaan
tersebut buruk atau tidak sehat.
16
19. DAFTAR PUSTAKA
Analisa Rasio Keuangan, http://ridwaniskandar.files.wordpress.com diakses 11
November 2012.
Analisa Fundamental, http://www.vibiznews.com, diakses 11 November 2012.
Bambang Riyanto, 1995, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Yogyakarta :
BPFE.
K. Pagiu Alexander, “Analisis Likuiditas dan Rentabilitas untuk Menilai Kinerja
Keuangan Pada PT Semen Tonasa (Persero) Pangkep”, Adiwidia, Edisi Maret
2010, No. 1.
Robbert Ang, 1997, Buku Pintar Pasar Modal Indonesia (The Intelligent Guide to
Indonesian Capital Market), Mediasoft Indonesia.
Sennahati, Analisis Likuiditas dan Profitabilitas pada PT. Graha Sarana Duta di
Makassar, Jurnal Ekonomi Balance Fekon Unismuh Makassar.
Widhi Widyasari, Rodhiyah, Apriatni, “Analisis Rasio Likuiditas, Rentabilitas Dan
Efisiensi Penggunaan Modal Kerja Pada KPRI Mardisantosa Kebumen”,
Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis.
17